Studi Pendahuluan Hasil Penelitian

64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah konsep dasar, rencana pelaksanaan dan detail penelitian disusun, maka tahapan selanjutnya adalah pengambilan data. Data yang diperlukan dalam penelitian, disajikan dalam uraian berikut.

1. Studi Pendahuluan

Sebelum melaksanakan penelitian, maka diperlukan sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan dibutuhkan untuk mengukur efektivitas dan efisiensi waktu, mengantisipasi faktor eksternal yang tidak terduga dan tenaga serta modal yang dibutuhkan. Sehingga, dengan perencanaan yang sistematis bisa memaksimalkan potensi penelitian yang dilaksanakan.

a. Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran IPA

Studi pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan melalui survey terhadap 48 guru kelas IV dari 48 Sekolah Dasar di DIY pada tanggal 8 Oktober 2011. Studi pendahuluan dilakukan untuk mengungkap beberapa hal terkait pembelajaran IPA yang dilakukan guru sebagai berikut. 1 Pengetahuan guru mengenai pembelajaran IPA menggunakan strategi inquiry-discovery. 2 Model pembelajaran IPA yang digunakan oleh guru kelas IV SD. 3 Penggunaan media alat peraga dalam pembelajaran IPA kelas IV SD. 65 4 Penggunaan peraga SEQIP dalam pembelajaran IPA kelas IV SD. Berdasarkan survei terhadap 48 guru kelas IV dari 48 Sekolah Dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta, didapatkan hasil seperti yang tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 8.Hasil Penelitian preliminary investigation. No. Hasil Survei Jumlah 1. Tidak tahu inquiry-discovery. 42 2. Domain ceramah. 28 3. Tidak menggunakan keterampilan proses sains. 7 4. Memandang alat peraga di pasaran mahal. 41 5. Merasa membutuhkan alat peraga murah. 48 6. Tidak memakai SEQIP karena materi tidak sesuai. 12 7. Sama sekali tidak pernah memakai alat peraga. 7 Dalam penggunaan alat peraga, para guru cenderung memakai peralatan yang sudah tersedia. Terbatasnya perlengkapan SEQIP di beberapa sekolah, sering dijadikan alasan untuk tidak berusaha merencanakan, menyiapkan, menyusun peralatan sejenis yang lebih sederhana. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 42 dari 48 orang guru dari keseluruhan sampel belum memahami strategi pembelajaran inquiry- discovery. Sisanya baru mampu menjelaskan pengertian inquiry-discovery sebagai sebuah model pembelajaran penemuan melalui percobaan. Belum sampai pada tahap pendampingan dalam pengembangan materi IPA oleh siswa. Hal ini berimbas dalam pembelajaran yang ditunjukkan dengan dominasi ceramah dalam pembelajaran IPA oleh 28 guru. Akan tetapi, 41 orang guru sudah menerapkan keterampilan proses. 66 Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya para guru sudah mengupayakan pembelajaran IPA yang sesuai dengan hakekatnya. Pembelajaran juga sudah menggunakan SEQIP dalam pembelajaran. Meskipun 12 orang guru dari keseluruhan belum menggunakan SEQIP yang ada di sekolah karena merasa alat peraga atau alat percobaan yang tersedia tidak sesuai dengan materi yang hendak diajarkan. Ditemukan juga ada guru yang masih belum memahami cara penggunaan SEQIP. Bahkan, ada 7 orang guru yang sama sekali tidak pernah memanfaatkan alat peraga maupun alat percobaan dalam pembelajaran IPA. Alat peraga maupun alat percobaan sebenarnya sangat dibutuhkan guru dalam pembelajaran IPA untuk mengaktifkan siswa melakukan proses IPA. Ada 41 orang guru dari keseluruhan jumlah sampel merasa harga alat-alat peraga modern di pasaran terlalu mahal. Sehingga 48 guru kelas IV yang menjadi sampel guru SD di DIY merasa memerlukan alat peraga yang sederhana dan dibuat dengan mudah dan murah. Sementara itu, dari data yang diperoleh tidak semua sekolah memiliki KIT IPA. Banyak guru yang mengungkapkan masih menggunakan bahan ajar yang tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa upaya menyusunnya sendiri.

b. Analisis Kebutuhan

Untuk menyajikan pembelajaran yang runtut, terarah, maksimal dan efektif, maka seorang guru harus mampu menerapkan strategi pembelajaran yang tepat. Sehingga, konsep belajar yang ditawarkan mampu mengantarkan siswa pada pengetahuan yang dipelajarinya. 67 Sehingga, siswa tidak hanya sekedar mengetahui sebuah konsep tetapi juga paham dalam pengembangan pada tahapan selanjutnya. Dalam pandangan umum, IPA dipahami sebagai ilmu yang di dalamnya memuat aktivitas-aktivitas ilmiah seperti mengamati, menyajikan hipotesis, melakukan percobaan, menarik kesimpulan serta mengembangkan aplikasinya. Di dalamnya ada dua aktivitas yang tidak bisa dilepaskan yaitu penemuan dan pengembangan, dalam pendidikan biasa kita sebut sebagai inquiry-discovery. Penemuan konsep oleh anak, akan sulit dilakukan ketika anak belum memiliki pengetahuan awal. Karena ketika mereka belajar dari nol, maka mereka harus mempelajari konsep dari awal. Tentu saja hal ini akan memperbanyak waktu yang tersita hanya untuk memberikan pengetahuan awal. Maka, perlu diterapkan strategi yang mampu mengarahkan siswa untuk menemukan pengetahuan dasar sekaligus melakukan proses inquiry- discovery. Siswa tidak membutuhkan sekedar tahu, tetapi juga memahami kebermaknaannya. Pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa menemukan konsepnya sendri, cocok dikembangkan sejak usia sekolah dasar. Ketika siswa memahami sebuah proses, maka akan mudah bagi mereka untuk melakukan dan mengembangkannya. Dalam hal ini, aktivitas membaca tidak bisa ditinggalkan dalam menjembatani anak untuk bisa melalui pemahaman. Karena anak tidak akan memahami sebuah rangkaian proses pembelajaran IPA ketika mereka tidak paham pengetahuan dasarnya. 68

2. Proses Pengembangan dan Hasil Uji Coba