Konsep Pembelajaran di Perguruan Tinggi

21 Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan Kartini Kartono dan Schneiders pada paparan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa cirri-ciri individu yang mengalami kegagagalan dalam menyesuaikan diri antara lain tidak lagi berminat dengan mata kuliah yang diajarkan, suka membolos kuliah, tidak bisa mengontrol emosi negative, suka melanggar dan menentang peraturan universitas, sukar bangkit kembali setelah mengalami permasalahan yang berat, tidak mampi memilih keputusan yang terbaik bagi dirinya dan yang sesuai dengan lingkungan, serta kurang realistis pada diri sendiri.

6. Konsep Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Pembelajaran di perguruan tinggi tentu berbeda dengan pembelajaran di jenjang-jenjang sebelumnya di sekolah dasar dan menengah. Kurikulum pendidikan yang diberikan di perguruan tinggi lebih spesifik dan terperinci dalam pembahasannya dibandingkan dengan kurikulum di sekolah menengah Ahmad Wali Radhi: 2015. Begitu banyak perbedaan kontras yang muncul antara pembelajaran di perguruan tinggi dan di sekolah. Perbedaan-perbedaan tersebut menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dalam proses pembelajarannya. Jika di jenjang sekolah murid hanya dibebankan tugas terkait mata pelajaran yang diajarkan, maka di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk melakukan lebih banyak kewajiban. Menurut Ahmad Wali Radhi 2015, perguruan tinggi memiliki kewajiban dan tugas khusus yang dibebankan kepada peserta didiknya. 22 Mengacu kepada Tri Dharma perguruan tinggi, terdapat tiga kewajiban yang harus dilakukan setiap perguruan tinggi dalam menjalankan setiap kegiatannya. Ketiga kewajiban tersebut adalah pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Perbedaan lain yang muncul ketika menduduki di bangku perkuliahan adalah cara dosen mengajar. Di bangku sekolah, siswa terbiasa untuk hanya mendengar dan mencatat apa yang guru jelaskan, namun, ketika siswa tersebut telah berubah status menjadi mahasiswa, mau tidak mau dia harus membiasakan diri untuk lebih mandiri dalam belajar, karena dosen hanya mengajarkan sedikit ilmu dasar mata kuliahnya, selebihnya, mahasiswa dituntut untuk mencari tahu dan belajar secara mandiri di luar proses perkuliahan di kelas. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat Ahmad Wali Radhi 2015 yang memaparkan penjelasan sebagai berikut. Pengajaran dosen adalah bagian dari konteks pembelajaran yang merupakan pengalaman pertama yang dihadapi mahasiswa dalam seluruh rangkaian pembelajaran di perguruan tinggi. Mahasiswa memaknai pengalaman ini melalui proses persepsi dan hasil persepsi mempengaruhi aktivitas mental selanjutnya. Aktivitas mental yang terpengaruh tersebut adalah konsep tentang pembelajaran dan konsep diri akademik. Berdasarkan pengetahuan kognitif tentang konsep pembelajaran dan berdasarkan persepsi evaluatif tentang kemampuan diri konsep diri akademik ini mahasiswa memutuskan menggunakan cara belajar pendekatan belajar tertentu untuk menguasai materi pelajaran. Pendekatan belajar adalah tingkah laku nyata mahasiswa dalam belajar yang menentukan tingkat hasil belajarnya. Pada model penelitian ini indikator hasil belajar tidak hanya IPK tetapi disempurnakan dengan tiga keterampilan utama untuk berkembang human capital skills. 23 Digunakannya IPK dan tiga keterampilan utama untuk berkembang sebagai indikator hasil belajar adalah hal ’baru’ lain pada model pembelajaran yang diteliti ini Ahmad Wali Radhi: 2015 Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pengajaran dosen dapat mempengaruhi persepsi mahasiswa dan aktivitas mental peserta didiknya, yang kemudian menuntut mahasiswa mampu menentukan pendekatan belajar yang dibutuhkan dan yang sesuai dengan mahasiswa. Pada hal ini, mahasiswa bisa sukses dalam akademiknya, namun bisa terjadi pula hal yang sebaliknya. Kesuksesan mahasiswa terkait akademik tergantung pada proses penyesuaian diri terhadap lingkungan akademiknya dan tergantung pada pendekatan pembelajaran yang ia lakukan. Forest dan Altbach Rachmania, 2015: 5 berpendapat bahwa tujuan dalam pendidikan tinggi hendaknya membantu mahasiswa dalam beberapa hal sebagai berikut. a. menjamin keterikatan dan motivasi mahasiswa b. membantu mahasiwa memperoleh pengetahuan dan mengembangan pemahaman c. memampukan mereka agar bisa menunjukkan pengetahuan dan pemahaman melalui kinerja serta tindakan d. mendorong mereka untuk berefleksi kritis tentang dunia dan sekitarnya e. membangun kemampuan mahasiswa untuk mengendalikan hambatan dan kompleksitas dunia, dengan cara merumuskan pandangan dan merencanakan tindakan 24 f. mendorong mahasiswa untuk berkomitmen sepanjang hidup dalam berpikir kritis dan mengembangkan diri. Proses pembelajaran antara sekolah dan perguruan tinggi tentu terdapat banyak perbedaan. Salah satu perbedaannya adalah pada penerapan system Satuan Kredit Semester SKS dimana mahasiswa dapat memilih dengan bebas berapa banyak mata kuliah yang diambil dan kelas yang akan diikuti pada tiap semester Adiputri, 2011:1. Perbedaan lainya adalah ketika siswa berada di bangku sekolah, siswa hanya belajar lewat materi yang diajarkan oleh guru di kelas dengan model ceramah atau praktikum, sedangkan di perguruan tinggi, mahasiswa belajar dengan lebih banyak metode yang bervariatif. Berikut adalah beragam proses pembelajaran di perguruan tinggi menurut Rahmania 2015:7-10. a. Ceramah dengan efektif. Berceramah adalah metode pengajaran yang paling umum karena atribut pribadi dosen berperan lebih penting daripada materi. b. Pemberian tugas kelompok yang efektif. Mahasiswa akan dihadapkan dengan kolaborasi, sehingga tidak hanya berpikir pribadi. c. Mendorong diskusi kelas. Diskusi kelas memeiliki keefektifan yang sama dengan pemberian tugas kelompok. Dosen dapat mengendalikan isu diskusi dan membimbing mahasiswa melalui interaksi . 25 d. Berkolaborasi dengan kolega. e. Memberikan tugas pemecahan masalah. Dengan metode ini mahasiswa dapat membangun kemampuan berpikir kritisnya, sekaligus sebagai motivasi intrinsik. f. Mencari umpan balik dari mahasiswa. g. Mengelola pengalaman kelas. h. Merangsang keingintahuan. Dosen memunculkan pertanyaan yang memancing rasa penasaran mahasiswa. Sebaliknya, mahasiswa didorong juga untuk bertanya sesuai dengan pengalaman mereka. i. Pembelajaran berbasis pengalaman. Contoh metode ini adalah dengan kunjungan lapangan yang lebih kompleks daripada sekarang membaca buku mata kuliah. j. Menyusun kontrak belajar. Berdasarkan kontrak belajar dapat diketahui apa yang diharapkan dosen maupun mahasiswa dari sebuah mata kuliah. Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di perguruan tinggi lebih membebaskan mahasiswa untuk memilih pendekatan belajar yang sesuai dengan dirinya. Proses tersebut menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dalam belajar karena dosen di perguruan tinggi hanya mengajarkan dasar materi mata kuliah dan menuntut mahasiswa untuk belajar lebih banyak dari materi yang bisa didapatkan di luar proses belajar mengajar kelas. 26 Maka dari itu, mahasiswa tentu harus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan akademiknya di perguruan tinggi demi mendapatkan hasil yang diinginkan.

B. Pengertian Geng Sekolah