Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 42

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan peningkatan jumlah populasi penduduk kebutuhan akan rumah juga meningkat. Rumah sebagai tempat tinggal merupakan kebutuhan primer setelah makanan dan pakaian. Secara fisik rumah di Indonesia memiliki bagian dinding, atap, pintu, jendela, dan lantai yang didesain sesuai iklim di negara tropis. Adanya dua musim yakni penghujan dan kemarau mengharuskan bentuk atap yang tahan terhadap kedua cuaca tersebut. Penggunaan genteng di Indonesia untuk atap rumah saat ini kebanyakan yang terbuat dari genteng tanah Aryadi, 2010. Karakteristik dari suatu atap, tergantung atas tujuan dari bangunan yang ditutup, bahan-bahan konstruksi, konsep-konsep yang berhubungan dengan desain dan praktek, ditentukan oleh metoda dan bagaimana atap itu dipasang. Berbagai bahaya yang mungkin terjadi apabila atap dari suatu bangunan memiliki sifat seperti material yang keras dan berat, yaitu ada kemungkinan dari badai dan gempa yang dapat membahayakan keselamatan penghuni rumah Aryadi, 2010. Permintaaan genteng di Indonesia semakin meningkat seiring dengan pembangunan yang pesat. Bahan genteng yang digunakan pun sudah sangat bervariasi, mulai dari genteng tanah, seng, genteng berbahan keramik, genteng beton dan sebagainya. Khusus untuk genteng polimer, pemakaiannya saat ini sedang berkembang karena sangat fleksibel dan mudah dipasang serta ringan. Umumnya pemakaian genteng polimer ini masih terbatas dikarenakan harga yang relatif mahal dan masih merupakan barang impor. Beberapa penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk penyempurnaan genteng polimer, seperti hasil penelitian Kasman Ediputra 2010 yang menggunakan campuran Universitas Sumatera Utara bahan aspal, ban bekas Tire Rubber dan karet SIR 20 serta Sulfur, dengan bahan perekat isosianat dalam pembuatan genteng polimer. Handayani 2010 melakukan penelitian yang sama tetapi menggunakan bahan perekat poliurethan. Harni dan Husna 2011 melakukan penelitian menggunakan bahan campuran aspal dengan bahan-bahan daur ulang yaitu ban bekas, polipropilen bekas, dan polistirena foam untuk membuat genteng polimer. Aspal merupakan destilat paling bawah dari minyak bumi, yang memiliki banyak sekali manfaatnya. Aspal sisa dapat digunakan di dalam bermacam produk-produk, diantaranya untuk jalan, trotoar kaki lima, lereng-lereng, jembatan-jembatan, lantai parkir, dan genteng Sukirman, 2003. Penelitian-penelitian tentang pembuatan genteng polimer umumnya menggunakan aspal sebagai bahan utama. Karena genteng dengan bahan dasar aspal memiliki kelebihan antara lain tahan terhadap air, bobotnya cukup ringan jika dibandingkan dengan genteng yang menggunakan bahan material lain, dapat menyerap hawa panas sehingga ruangan yang ada di dalamnya akan tetap sejuk meskipun cuaca sedang gerah, harga material ini juga cukup murah dari material lainnya serta mudah diperbaiki apabila terjadi kerusakan. Kerusakan yang sering terjadi apabila menggunakan material aspal ini yaitu mudah retak atau patah Sudarto, 2013, sehingga perlu adanya bahan aditif polimer untuk mengatasi kelemahan-kelemahan penggunaan material aspal tersebut sebagai genteng. Modifikasi aspal dengan bahan aditif polimer adalah suatu modifikasi yang dilakukan antara aspal sebagai bahan utama dengan polimer sebagai bahan aditif yang dapat meningkatkan mutu dari aspal tersebut. Sedangkan bahan aditif polimer yang digunakan dapat berupa polimer alam seperti karet SIR-20 atau pun polimer sintetis yaitu poliester. Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand, dengan jenis produk utamanya adalah Standard Indonesian Rubber SIR-20. Standar kualitasnya didasarkan pada Standart Nasional Indonesia SNI: 06-1903-1990, dimana komposisi lainnya adalah kotoran 0.20, abu 1.00, zat menguap 0.80, dan nitrogen 0.60 Bahruddin, 2007. Karet alam memiliki kemampuan untuk berkristalisasi, misalnya pada saat pembebanan tarik menyebabkan karet ini memiliki kekuatan tarik yang unggul dibandingkan dengan karet-karet lainnya Bhuana, 2009. Disamping itu, serat poliester Universitas Sumatera Utara mempunyai kekuatan yang tinggi serta penyerapan air yang rendah dan pengerutan yang minimal. Poliester industri digunakan dalam penguatan ban, tali, kain buat sabuk mesin pengantar, sabuk pengaman, kain berlapis dan penguatan plastik dengan tingkat penyerapan energi yang tinggi. Poliester kristalin cair merupakan salah satu polimer yang digunakan industri karena sifat mekanis dan ketahanannya terhadap panas. Pencampuran aspal dengan agregat seperti pasir dapat memperkuat atau memperkeras genteng aspal. Karena fungsi dari agregat pasir yaitu sebagai bahan perkerasan. Pasir merupakan bahan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0,14 - 5 mm didapat dari hasil disintegrasi batu alam, dan dari kondisi pembentukan tempat terjadinya pasir alam dapat dibedakan atas : pasir galian, pasir sungai, pasir laut yaitu bukit- bukit pasir yang dibawa ke pantai Setyono, 2003. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mencoba melakukan studi pencampuran bahan-bahan polimer yaitu poliester yang menggunakan katalis Metil Etil Keton Peroksida MEKP dan karet SIR-20 dengan aspal sebagai bahan baku dengan agregat pasir halus dalam pembuatan genteng polimer.

1.2 Permasalahan