Daur Evaluasi Perubahan Kelas Hutan Produktif Tegakan Jati (Tectona grandis L.f.) (Kasus di KPH Nganjuk Perum Perhutani Unit II Jawa Timur)

Metode pengaturan hasil yang digunakan oleh pihak Perum Perhutani dalam mengelola hutan tanaman di pulau Jawa adalah metode yang berdasarkan luas dan volume. Pada dasarnya metode yang digunakan di dalam pengaturan hasil ini merupakan kombinasi dari etat luas dan etat volume. Ada 3 tiga tahap yang harus dilakukan dalam menetapkan besarnya etat, yaitu Perum Perhutani 1992 : 1. Tahap pertama Dalam tahap pertama ini diperoleh perhitungan etat secara garis besar, baik etat luas maupun volume. Untuk menghitung etat volume, besarnya volume jenis kayu pokok merupakan penjumlahan dari volume hutan tanaman pada umur tengah rata-rata tanaman dan volume hutan alam. Agar jangka waktu penebangan yang dihitung berdasarkan etat luas tidak jauh berbeda dengan jangka waktu penebangan yang dihitung berdasarkan etat volume, maka etat yang dihitung perlu dilakukan pengujian pada setiap kelas umur. 2. Tahap kedua Etat yang telah diuji kemudian diproyeksikan ke dalam tiap jangka dari jangka pertama hingga jangka daur, proyeksi ini dilakukan pada bagan tebang yang menggambarkan hubungan antara jumlah etat di setiap jangka dengan kelas umur yang akan ditebang di jangka yang bersangkutan. Jumlah tebangan di setiap jangka diusahakan sama dengan etat satu jangka, atau jika mungkin diusahakan meningkat secara berkesinambungan. 3. Tahap ketiga Bagian yang terpenting dari bagan tebang adalah besarnya etat dalam jangka pertama. Kemudian etat jangka pertama ini dijabarkan ke dalam rencana tebangan setiap tahun sekaligus ditetapkan lokasi tebangannya, sehingga perhitungan etat tahap ketiga ini berupa rencana tebangan baik luas atau volume yang disusun setiap tahun dengan lokasi petak tebangnya.

2.5 Daur

Daur production period adalah interval waktu dari mulai penanaman hingga tegakan dianggap masak tebang dan mendapat giliran untuk ditebang dalam suatu kelas perusahaan Osmaston 1968. Daur adalah faktor pengatur dalam pengusahaan hutan seumur. Konsep daur hanya dipakai untuk pengelolaan hutan seumur, lahirnya istilah daur berkaitan erat dengan adanya konsep hutan normal Departemen Kehutanan 1997. Lama daur tidak selalu sama dengan satu tahun besarnya tegakan harus ditebang. Karena keadaan silvikultur atau pertimbangan lainnya, dapat menyebabkan tegakan harus ditebang lebih cepat atau lebih lambat dari waktu yang ditentukan. Lamanya daur tergantung dari interaksi dari beberapa faktor yaitu Osmaston 1968 : 1. Tingkat kecepatan pertumbuhan tegakan, tergantung pada jenis pohon, tanah dan faktor tempat tumbuh yang lain seperti iklim, topografi, suplai air, dan interaksi penebangan. 2. Karakteristik harus memperhatikan umur maksimal secara alami, umur menghasilkan benih, umur kecepatan tumbuh terbaik, dan umur kualitas terbaik. 3. Pertimbangan ekonomi, memperhitungkan ukuran yang dapat dipasarkan dan harga terbaik yang dapat diperoleh. 4. Respon tanah seperti kemunduran atau perubahan karakter sesudah pembongkaran yang berulang-ulang. Menurut Departemen Kehutanan 1997, ada enam macam daur yang sering disebutkan dalam buku-buku kehutanan klasik, yaitu : 1. Daur fisik, yaitu jangka waktu yang berimpitan dengan periode hidup suatu jenis untuk kondisi tempat tumbuh tertentu, sampai jenis tersebut mati secara alami. 2. Daur silvikultur, yaitu jangka waktu selama hutan masih menunjukkan pertumbuhan yang baik, dan dapat menjamin permudaan sesuatu, dengan kondisi yang sesuai dengan tempat tumbuhnya. 3. Daur tehnik, yaitu jangka waktu perkembangan sampai suatu jenis dapat menghasilkan kayu atau hasil hutan lainnya, untuk keperluan tertentu. 4. Daur volume maksimum, yaitu jangka waktu perkembangan suatu tegakan yang memberikan hasil kayu tahunan terbesar, baik dari hasil penjarangan maupun tebangan akhir. 5. Daur pendapatan maksimum, daur ini juga dikenal sebagai daur ”bunga hutan” maksimum The highest forest rental, yaitu daur yang menghasilkan rata-rata pendapatan bersih maksimum. 6. Daur finansial, yaitu daur yang ditunjukkan untuk memperoleh keuntungan maksimum dalam nilai uang. Daur yang digunakan Perhutani pada dasarnya adalah daur ekonomis atau daur finansial, karena lebih sesuai dengan tujuan perusahaan. Berdasarkan jangka waktunya, daur juga dapat dibedakan menjadi 3 tiga, yaitu Perum Perhutani 1992 : 1. Daur pendek : Kurang dari 15 tahun. 2. Daur menengah : 15 – 35 tahun. 3. Daur panjang : 40 tahun. Lamanya daur untuk kelas perusahaan Jati, Perum Perhutani telah menetapkan daur panjang 40 tahun sampai 80 tahun, tergantung dari karakter dan tingkat kesuburan tanahnya. III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian