Latar Belakang Masalah PENINGKATAN PENCAPAIAN HASIL BELAJAR STRUKTUR (TOEFL) DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS STRUKTUR V STBA TEKNOKRAT BANDAR LAMPUNG
4
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal 35 menyebutkan bahwa standar nasional pendidikan
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala. Berkaitan dengan hal tersebut, standar isi, proses dan kompetensi lulusan menjadi sangat mendesak untuk ditingkatkan
berkaitan dengan kebijakan wajib tes TOEFL bagi seluruh mahasiswa sebagai syarat wisuda. Tidak sedikit kemudian mahasiswa tertunda mengikuti wisuda
dikarenakan tidak siapnya mereka mengikuti tes TOEFL dengan penguasaan Bahasa Inggris yang kurang memadai. Dibutuhkan strategi khusus untuk
menyiapkan calon-calon sarjana mengikuti tes TOEFL dengan hasil skor yang tinggi, sehingga tes TOEFL tidak lagi menjadi hambatan bagi calon-calon
wisudawan untuk segera menyelesaikan kuliah.
Di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Teknokrat, keterampilan berbahasa diberikan dalam mata kuliah berseri dari semester pertama sampai semester 5 yaitu
keterampilan berbicara meliputi Speaking 1 – Speaking 5, keterampilan menyimak meliputi Listening 1 – Listening 5, keterampilan menulis meliputi Writing 1 –
Writing 5 dan keterampilan membaca meliputi Reading 1 – Reading 4 yang berintegrasi dengan mata kuliah tata bahasa meliputi Structure 1 – Structure 5.
Keseluruh rangkaian mata kuliah tersebut mengarah pada kompetensi berbahasa secara mahir baik secara lisan maupun tertulis. Namun secara fakta, pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa setelah lulus rangkaian mata kuliah tersebut belum cukup untuk menjamin kesuksesan mahasiswa dalam mengikuti
5
tes TOEFL. Salah satu penyebabnya adalah, TOEFL sebagai salah satu tes proficiency terstandar menuntut penguasaan trik-trik atau strategi untuk
menentukan pilihan jawaban terbaik di setiap butir soalnya. Mahasiswa bahkan sering harus berulang kali untuk dapat mencapai standar nilai yang ditentukan.
Upaya persiapan sebelum mengikuti tes TOEFL telah dilakukan dengan mengadakan program pelatihan yang diaplikasikan di dalam mata kuliah Structure
V, namun pada prakteknya program pelatihan ini belum berjalan secara maksimal yang ditunjukkan dengan belum signifikannya peningkatan skor tes TOEFL yang
dicapai setelah mengikuti program pelatihan. Perlu kiranya dirancang suatu program pelatihan dengan metode tertentu agar penguasaan akan skill dalam tes
TOEFL dapat tercapai. Tes TOEFL yang diwajibkan di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Teknokrat adalah TOEFL PBT Paper Based Test dengan 3 sesi di
dalamnya yaitu listening, structure dan reading. Dari ketiga sesi tersebut, sesi structure dianggap merupakan bagian yang lebih sulit untuk dipahami
dibandingkan dengan listening dan reading.
Berdasarkan observasi, skor structure seringkali lebih rendah dibandingkan dengan skor listening dan reading. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
dugaan. Yang pertama, sangat nyata dapat diamati mahasiswa kurang terbiasa menjawab soal-soal dalam tes TOEFL karena bentuk pertanyaan dalam tes
TOEFL memang tidak sesederhana soal-soal ujian dalam mata kuliah mereka. Yang kedua, jika dibandingkan dengan sesi listening dan reading, structure
membutuhkan penguasaan skill yang sangat variatif dan terstruktur untuk
6
dikuasai. Soal-soal listening sebenarnya juga memiliki trik atau skill tertentu dalam menjawabnya, namun menemukan jawaban yang benar akan sangat
terbantu dari pemahaman terhadap kosakata pada rekaman yang diputar. Masalah lain yang ditemukan peneliti mahasiswa mengetahui konsep-konsep dasar dalam
Structure namun mengalami kesulitan dalam mengkaitkan antara konsep yang telah dipelajari dengan jawaban soal yang diberikan dalam soal structure TOEFL,
hal tersebut diakibatkan karena mahasiswa belum menguasai strategi menjawab soal structure TOEFL dengan baik sehingga mahasiswa mengalami kesulitan
dalam menemukan jawaban yang tepat untuk soal structure dalam waktu yang disediakan ketika sesi kedua dalam tes TOEFL berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa, diketahui bahwa mahasiswa mengalami kesulitan dalam menemukan jawaban yang tepat untuk soal structure
dengan waktu yang disediakan. Mahasiswa menyatakan bahwa waktu yang tersedia terlalu singkat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hal ini
dibuktikan dengan belum selesainya mahasiswa menyelesaikan soal structure pada saat sesi ke tiga akan dimulai. Mahasiswa berpendapat bahwa 25 menit tidak
cukup untuk menyelesaikan 40 pertanyaan sehingga mahasiswa sulit untuk menganalisis jawaban yang benar karena keterbatasan waktu. Selain hal tersebut
diketahui pula bahwa mahasiswa sulit menganalisis jawaban yang benar untuk soal-soal structure dalam tes TOEFL, terlihat bahwa mahasiswa kurang
memahami jenis pertanyaan dalam sesi Structure. Mahasiswa mengalami kesulitan untuk menemukan ciri-ciri bentuk kalimat yang menunjukkan konsep
structure yang diujikan dalam batang soal.
7
Berdasarkan hasil observasi awal pada mahasiwa, diperoleh data yang menunjukkan adanya kebutuhan mahasiswa akan metode tertentu untuk
memahami trik-trik khusus dalam menjawab structure TOEFL. 95 mahasiswa menyatakan bahwa sesi structure lebih sulit dibandingkan dengan sesi listening
dan reading dalam tes TOEFL. Bahkan 90 dari mahasiswa membutuhkan kesempatan lebih dalam belajar melalui kegiatan diskusi antar mahasiswa untuk
membantu menyususn pemahaman terhadap materi yang telah disampaikan oleh dosen. Melalui diskusi kelompok, mahasiswa merasa lebih leluasa dan lebih
nyaman bertukar pendapat antar peer dibandingkan dengan bertanya pada dosen di depan kelas. Selain itu, berdasarkan hasil analisis kompetensi mata kuliah
structure V di STBA Teknokrat dapat dilihat bahwa rata-rata pencapaian skor mahasiswa per pokok bahasan belum mencapai target yang diharapkan, yaitu 70.
Rata-rata skor permateri dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Rata-rata skor TOEFL semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015
No. Materi Pokok
Nilai Rata-Rata Skor Tahun Pelajaran
20142015 Rata-Rata
Kelas A Kelas B
1 Subject Verb
Agreement 66,45
68,16 67,31
2 Problems with Noun
62,50 55,43
58,97 3
Problems with Adjective
67,77 63,54
65,66 4
Problems with Adverb 62,50
63,78 63,14
5 Problems with
Comparison 60,87
62,65 61,76
6 Pararellism
65,70 63,25
64,48 7
Noun Clause 59,45
54,45 56,95
8
No. Materi Pokok
Nilai Rata-Rata Skor Tahun Pelajaran
20142015 Rata-Rata
Kelas A Kelas B
8 Adverb Clause
57,65 58,03
57,84 9
Adjective Clause 55,05
56,84 55,95
10 Inversion
60,01 62,35
61,18 11
Word Choice 63,04
59,05 61,05
Sumber: Hasil analisis skor mahasiswa kelas Structure V STBA Teknokrat
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa skor terendah terdapat pada materi clause, yang terdiri dari noun clause, adverb clause, dan adjective clause.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, terlihat bahwa nilai rata-rata terendah terdapat pada kompetensi 7, 8, dan 9 yang merupakan kompetensi yang paling
memungkinkan untuk diberikan tindakan. Rendahnya pencapaian skor mahasiswa diduga disebabkan oleh pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi tersebut
tidak optimal. Mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep tentang multiple clause karena bentuk kalimat yang menggandung independen clause dan
dipenden clause tampak lebih rumit dan kompleks dibandingkan dengan bentuk kalimat sederhana yang hanya memiliki satu sabjek dan satu predikat. Selain
bentuk kalimat yang sulit dipahami oleh mahasiswa, mahasiswa juga mengalami kesulita dalam menggunakan connector atau kata hubung yang tepat untuk
digunakan dengan benar dalam setiap clause.
Metode pembelajaran yang digunakan selama ini diduga menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar mahasiswa. Selama ini metode pembelajaran
yang digunakan oleh dosen adalah metode lecturing sehingga dalam pembelajaran didominasi oleh dosen atau dosen center. Permasalahan tersebut, diduga dapat
9
diatasi dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diduga dapat menjadi alternatif metode pembelajaran yang diduga dapat
meningkatkan skor TOEFL mahasiswa. Hal tersebut disebabkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berperan dalam pengembangan kemampuan-kemampuan
mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri
mahasiswa. Dengan belajar kelompok menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mahasiswa mengkonstruk pengetahuan lama yang diperoleh dari dosen, digabungkan dengan pengetahuan baru yang diperoleh
dari berdiskusi dengan kelompok diramu menjadi satu pemahaman baru dalam diri mahasiswa yang lebih bermakna. Sehingga dalam hal ini, mahasiswa dilatih
untuk mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti aktif, kerja sama, berdiskusi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi yang telah
diperoleh. Berdasarkan latar belakang masalah, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “ peningkatan pencapaian hasil belajar structure TOEFL based test
dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas Structure V STBA Teknokrat Bandar Lampung ”.