Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui penerapan Metode Jigsaw Pada Pelajaran PKN Materi Perundang-undangan Tingkat Dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03

(1)

TINGKAT PUSAT DAN DAERAH

SISWA KELAS V SDN PONDOK KACANG TIMUR 03

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatulah Jakarta

Oleh :

FAHMI DARMAWAN NPM : 1812018300197

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M / 1437 H


(2)

METODE JIGSAW PADA PELAJARAN PKN MATERI PERUNDANG-UNDANGAN TINGKAT PUSAT DAN DAERAH SISWA KELAS V SDN

PONDOK KACANG TIMUR 03

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.I)

Yang Mengesahkan, Pembimbing

Kholis Ridho, M.Si

NIP. 19780114 200912 1 002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Metode Jigsaw Pada Pelajaran Pkn Materi Perundang-Undangan Tingkat Pusat Dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03” Disusun oleh Fahmi Darmawan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 1812018300197

diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi DMS PGMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan Lulus dalam Ujian Munaqasah pada tahun 2016 di hadapan dewan penguji, karena itu penulis berhak memperolah gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang pendidikan guru.

Jakarta, 20 Juli 2016

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia ( ketua Jurusan / Program Studi PGMI ) Dr. Khalimi, M.Ag

NIP. 19650515 199403 1 006 …………... ………

Sekretaris Jurusan / Program Studi PGMI

Asep Ediana Latif, M.Pd …………... ………

19810623 200912 1 003

Penguji I

Dr. Khalimi, M.Ag

NIP. 19650515 199403 1 006 …………... ………

Penguji II

Drs. H. Jafar Sanusi, MA …………... ………

NIP. 19580417 199203 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. H. Ahmad Thib raya, MA


(4)

Nama : Fahmi Darmawan Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 29 Juli 1991

NIM : 1812018300197

Jurusan Prodi : PGMI

Judul Skripsi : “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Jigsaw Pada Pelajaran Pkn Materi Perundang-Undangan Tingkat Pusat Dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03”

Dosen Pembimbing : Kholis Ridho, M.Si Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi merupakan hasil karya saya dan diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gurnakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.

3. Jika dikedian hari terbukti karya ini bukan karya saya atau jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan undang-undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,


(5)

Nama : Fahmi Darmawan, “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Jigsaw Pada Pelajaran Pkn Materi Perundang-Undangan Tingkat Pusat Dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03”, Jurusan Pendidikan Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual maupun daya emosional atau perasaan yang di arahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.

Selama ini pendidikan hanya tampak dari kemampuan peserta didik menghafal fakta – fakta, meskipun banyak peserta didik yang mampu menyajikan tingkat hafala yang baik terhadap materi yang diterimanya, akan tetapi pada kenyataannya mereka sering sekali tidak memahami secara mendalam substansi materi yang dipelajari.

Penelitian ini mengunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan metode Jigsaw pada pelajaran PKN materi Perundang-undangan tingkat pusat dan daerah. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis memberikan pretest dan posttest.

Pada saat pretest diperoleh rata-rata nilai sebesar 62,6. Nilai yang tertinggi adalah 85 sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa 25. Sedangkan pada Postest diperoleh rata-rata nilai yang dicapai siswa adalah 73,15. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 95, sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 50. Dari data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan metode Jigsaw.


(6)

Alhamdulillah, puji syukur penulis ungkapkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Ridho-Nya skripsi yang berjudul “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Jigsaw Pada Pelajaran Pkn Materi Perundang-Undangan Tingkat Pusat Dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03”, dapat diselesaikan dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

PTK ini berisikan hasil penelitisn yang telah dilaksanakan di SDN Pondok Kacang Timur 03 Pondok Aren Tangerang Selatan yang bertujuan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Jigsaw Pada Pelajaran Pkn Materi Perundang-Undangan Tingkat Pusat Dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dukungan serta arahan baik moril maupun materiil kepada penulis. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya, penulis menyampaikan penghargaan kepada semua pihak dan orang-orang yang telah berjasa yaitu :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah 2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Khalimi, M.Ag, Selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Kholis Ridho, M.Si, Selaku Dosen pembimbing dalam penulisan skripsi

ini, atas bimbingan, arahan, serta bantuannyalah skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar.

5. Bapak dan Ibu Guru beserta Staf dan Karyawan SDN Pondok Kacang Timur 03 Pondok Aren Tangerang Selatan. Terutama Bpk. Abedih, S.Pd


(7)

6. Anak-anakku Para Peserta didik kelas V yang saya kasihi dan sayangi terima kasih telah menghilangkan rasa bosan dan penat karena candaan dan kecerian kalian.

7. Istri dan anakku, yang selalu menemaniku di kala suka maupun duka. 8. Kepada semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang

telah memberikan dukungan dan bantuan dengan tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK ini.

Semoga Karya tulis dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang peduli terhadap perkembangan dunia pendidikan. Oleh Karena itu penulis berharap kepada semua pihak untuk memberikan saran dan usulan bagi penyempurnaan PTK ini. Akhirnya hanya Allah SWT Jualah penulis memohon semoga PTK ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 17 Januari 2016

Fahmi Darmawan NIM. 1812018300197


(8)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Penguji Skripsi ... ii

Surat Pernyataan Karya Ilmiah ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang diteliti ... 8

1. Hakikat Kewarganegaraan ... 8

2. Pengertian pendidikan Kewarganegaran ... 9

3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 10

4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 10

5. Pengertian Belajar ... 11

6. Pengertian Pembelajaran ... 12

7. Metode Pembelajaran ... 13

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 13


(9)

9. Ciri – ciri Prestasi Belajar ... 19

10.Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 20

11.Hipotesa Tindakan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 22

C. Subyek Penelitian ... 23

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 23

E. Tahapan Intervensi tindakan ... 24

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 25

G. Data dan Sumber Data ... 26

H. Instrument Pengumpulan Data ... 26

I. Teknik Pengumpulan Data ... 27

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 27

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 28

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 30

B. Analisis Data Penelitian ... 34

C. Pembahasan ... 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 52

B. Saran ... 52


(10)

Table 4.1 Data Keadaan Guru ... 31

Tabel 4.2 Data Jumlah Siswa ... 32

Tabel 4.3 Sarana dan Prsarana Sekolah ... 33

Tabel 4.4 Hasil Tes Formatif Siklus I Pertemuan I ... 34

Tabel 4.5 Hasil Tes Formatif Siklus I pertemuan II ... 36

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aktifitas Belajar Siswa pada pertemuan I ( 19-11-2015) ... 39

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Aktifitas Belajar Siswa pada pertemuan II ( 20-11-2015) ... 43

Tabel 4.8 Analisis Data Hasil Pretest dan Postest ... 45

Tabel 4.9 Pengolahan data Lembaran Observasi Aktifitas Belaajar Siswa pada pertemuan I dan II ... 48


(11)

1. RPP 2. SILABUS 3. KKM

4. Lembar Pretest dan Postest 5. Foto – Foto

6. Validasi Data Sekolah tahun Ajaran 2015/2016 7. Lembar Wawancara Guru kelas V

8. Lembar Wawancara Sisiwa kelas V

9. Lembar Observasi Pembelajaran siswa kelas V ( Pertemuan I ) 10.Lembar Observasi Pembelajaran Guru ( Pertemuan I )

11.Lembar Observasi Pembelajaran Pengelolaan Kelas V ( Pertemuan I ) 12.Lembar Observasi Pembelajaran siswa kelas V ( Pertemuan II ) 13.Lembar Observasi Pembelajaran Guru ( Pertemuan II )

14.Lembar Observasi Pembelajaran Pengelolaan Kelas V ( Pertemuan II ) 15.Surat Izin Penelitian

16.Lembar Uji Referensi 17.Biodata Penulis


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.1

Seluruh lembaga pendidikan mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sama dalam melaksanakan proses pendidikan yang di dalamnya terdapat perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Semua itu dilakukan bertujuan untuk mencetak generasi yang matang dalam segala bidang, baik sains, agama dan pengetahuan lainnya sehingga diharapkan anak didik sepagai pusat pembelajaran mampu menjadi manusia bermoral dan berpengetahuan.

Selama ini pendidikan hanya tampak dari kemampuan peserta didik diarahkan untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang didapat.2 Meskipun banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, akan tetapi pada kenyataannya mereka sering sekali tidak memahami secara mendalam subtansi materi yang dipelajari. Fakta di lapangan menunjukkan metode pembelajaran yang digunakan pada umumnya berpusat pada guru (teacher oriented) yang terlihat dari metode ceramah secara dominan pada setiap materi. Walaupun metode ceramah tidak selamanya buruk, namun tidak semua materi cocok menggunakan metode tersebut. Dalam metode ceramah peserta didik hanya bisa menerima apa yang diberikan oleh guru sehingga siswa menjadi malas bahkan bosan dalam belajar. Akibatnya motivasi peserta didik untuk belajar menjadi berkurang dan hasil belajar yang diperoleh kurang memuaskan.

1

Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung, 2006, hlm. 3

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Kencana Prenada media Grup, Jakarta, 2006 hlm. i


(13)

Dalam pembelajaran terdapat dua kegiatan yang sinergi, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan yang efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.

Trianto (2007: 4) menyatakan sebagai berikut “salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari hasil belajar peserta didik yang masih sangat memprihatinkan. Peserta didik hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi peserta didik kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya”.3

Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran dewasa ini masih memberikan dominasi bagi guru untuk menuntut peserta didik agar belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa belajar. Guru juga menuntut peserta didik untuk menyelesaikan masalah tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah sehingga dalam hal ini guru kurang memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berfikirnya. Di samping itu, situasi kelas sebagian besar berfokus pada guru (teacher) sebagai sumber utama ilmu pengetahuan, serta penggunaan metode ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar mengajar. Oleh karena itu perlunya peningkatan kualitas pembelajaran dengan melakukan berbagai cara. Salah satunya dengan mengembangkan pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran yang sudah ada.

3

Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2007. Hlm. 4


(14)

Untuk meningkatkan motivasi peserta didik secara aktif dalam proses belajar (student centered) dan merubah paradigma peserta didik terhadap pelajaran PKN bukanlah suatu hal yang mudah. Bagaimana membuat peserta didik tertarik untuk mengikuti pelajaran, bagaimana membuat peserta didik menunggu-nunggu (merindukan) pertemuan selanjutnya. Menemukan cara yang menarik untuk menyampaikan materi pelajaran PKN dengan konsep yang diajarkan, sehingga bisa dapat menggunakan dan mengingat konsep lebih lama tersebut. Salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus agar memiliki ilmu pengetahuan tinggi sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta memiliki keterampilan untuk bekal hidupnya di masyarakat. Dalam hal ini terjadi perubahan paradigma dalam belajar. Pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih kepada siswa (student

centered)4 dan pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah

menjadi kontekstual. Demikian juga dengan pemilihan strategi, rancangan pembelajaran, pemilihan media, serta evaluasi yang merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaan pembelajaran yang saling melengkapi sehingga pembelajaran PKN dapat tersampaikan dengan baik.

Nurhadi (2003: 13) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebgai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.5

Selain itu untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, guru harus pandai memilih metode yang cocok untuk tujuan dan bahan mengajar serta sesuai dengan kemampuan siswa, disamping itu dapat meningkatkan minat siswa atau semangat belajar siswa, guru juga harus menciptakan proses

4

Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2010. hlm.v

5

Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang, Malang, 2003, hlm. 13


(15)

belajar mengajar yang melibatkan siswa, guru harus memahami dan mengembangkan berbagai media keterampilan dalam mengajar, serta harus tepat dalam menggunakan metode yang akan diterapkan.

Fenomena yang telah diuraikan, juga terjadi di SDN Pondok Kacang Timur 03, menunjukkan bahwa nilai para siswa kurang memenuhi standar penilaian khususnya untuk pelajaran PKN. Disamping itu kegiatan belajar mengajar cenderung berpusat pada guru, sebagaian besar aktivitas dilakukan oleh guru sedangkan siswa hanya menerima sejumlah informasi. Keadaan seperti itu tidak membiasakan siswa mengembangkan keterampilan proses berfikir kritis hingga pada akhirnya hasil belajar peserta didik khususnya pelajaran PKN kurang optimal.

Dilihat dari permasalah tersebut, perlu adanya perbaikan dalam pembelajaran di kelas melalui penelitian tindakan kelas. Di dalam penelitian, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas karena ada permasalahan yang harus disembuhkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan data yang didapatkan sebelumnya. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan model pembelajaran Jigsaw. Peneliti menggunakan model pembelajaran ini karena disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, menekankan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab baik secara individual maupun secara kelompok.

Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.6 Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran dan tingkat perkembangan kognitif siswa, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw. Pembelajaran ini merupakan pengembangan pengajaran PKN untuk meningkatkan hasil belajar peserta

6 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2007, hlm. 9.


(16)

didik terhadap pelajaran PKN. Kompetensi yang dimaksud adalah perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara terus-menerus dan konsisten sehingga menjadi kompeten. Bertolak dari pemikiran diatas, maka perlu diadakan penelitian tentang “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Jigsaw Pada Pelajaran PKN Materi Perundang-Undangan Tingkat Pusat dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03”.

B. Identifikasi Area Dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan hasil pengamatan pada kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03 selama tiga bulan, teridentifikasi fokus-fokus penelitian guna meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal :

1. Hasil belajar siswa kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03 pada Mata Pelajaran PKN masih rendah.

2. Proses pembelajaran yang monoton, karena guru kurang menerapkan model pembelajaran yang variatif dan menarik.

3. Rendahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran karena kurangnya dilibatkan dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Siswa kurang mendapatkan informasi Ilmu dari teman

5. Metode yang diterapkan selama ini kurang mengembangkan Akademik Siswa

6. Hubungan antara sesama siswa kurang erat dalam pembelajaran

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka penelitian ini hanya difokuskan pada masalah yang berkenaan dengan penerapan metode Jigsaw yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03.


(17)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan fokus masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagaiamanakah proses penerapan Model Pembelajaran Jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKN materi Perundang-Undangan Tingkat Pusat dan Daerah Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03?

E. Tujuan Dan Kegunaan Hasil Penelitian

1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Memperoleh gambaran tentang proses penerapan model Jigsaw dalam pembelajaran PKN di kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03.

b. Menganalisis pengaruh keberhasilan model Jigsaw terhadap meningkatnya hasil belajar siswa kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03.

2. Kegunaan Penelitian

Sedangkan kegunaan penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kategori: a. Kegunaan Praktis, meliputi :

1) Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi bahan informasi untuk meningkatkan hasil belajar PKn dengan menggunakan metode pemberian penguatan.

2) Bagi Siswa, khususnya kelas V Sekolah Dasar, mendorong siswa aktif dan mampu berkreatifitas dalam belajar serta merasa senang dalam proses pembelajaran.

3) Bagi sekolah, dapat menjadi bahan pertimbangan dan mendorong bagi para guru agar lebih focus, berperan aktif, dan professional


(18)

dalam menyelenggarakan serta memperhatikan proses belajar siswa di sekolah, hingga siswa termotrivasi belajar.

4) Bagi peneliti, memberikan masukan kepada para peneliti lain yang berminat lebih variabel yang diselidiki pada penelitian ini baik untuk bidang PKn dimasa yang akan datang.

b. Kegunaan Teoritis, meliputi :

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pendidikan 2) Hasil penelitian ini digunakan sebagai salah satu referensi dalam

penggunaan model pembelajaraan Jigsaw dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.


(19)

A. Acuan Teori Area dan Fokus Yang di Teliti 1. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan pendidikan di Indonesia diharapkan dapaat mempersiapkan perserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).1

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berpengaruh besar terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggungjawab melaksanakan evaluasi di antaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dimana guru memegang peran utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.

Kenyataan tersebut di atas belum sepenuhnya dipahami kalangan pendidikan, khususnya guru sekolah dasar. Proses pembelajaran di kelas sangat membosankan dan membuat peserta didik tertekan. Hal ini juga terjadi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Mata pelajaran PKn ini merupakan suatu mata pelajaran yang bertujuan untuk menjadikan warga Negara Indonesia yang cerdas, bermartabat, dan aktif dalam kehidupan dan bernegara.2

1

Ahmad Susanto. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta. 2013. hlm. 223

2

A Ubaedillah dan abdul Rozak. Pancasila, Demokrasi, Ham, dan Masyarakat Madani. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta. 2012. hlm. 6


(20)

Istilah pendidikan kewarganegaraan apabila dikaji secara mendalam berasal dari kepustakaan asing, yang memiliki dua istilah3, yakni :

1. Civic education, diartikan sebagai :….the foundational course work

in school designed to prepare young citizens for an active role in

their communities in their adult lives (suatu mata pelajaran dasar di

sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga Negara muda agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya)

2. Citizenship education atau education for citizenzship, diartikan

sebagai: ….the more inclusive term and encompasses both these

in-school experience as well as out-of-in-school or non-formal/informal learning which takes place in the family, the religious organizations, the media etc., which help ti shape the totality of the citizen (merupakan istilah generic yang mencakup pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi di lingkungan keluarga, dan dalam media yang membantunya untuk menjadi warga Negara seutuhnya)

2. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan siswa sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakatm dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara.4

Menurut Azyumardi Azra (2005), pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintah, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga Negara serta proses demokrasi. 5

3

Ahmad Susanto. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenada media Group. Jakarta. 2013. hlm. 224

4

Ibid, hlm 225

5


(21)

Adapun menurut Zamroni, pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis.6

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga Negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.

3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun.

Kenapa PKn itu perlu diajarkan kepada anak, sedikitnya ada tiga alas an yang melandasinya, sebagaimana dikemukakan oleh Djahiri (1996) yang telah dikutip oleh Ahmad Susanto (2013:228), yaitu :

1. Bahwa sebagai makhluk hidup, manusia bersifat multikodrati dan multifungsi-peran (status); manusia bersifat multikompleks atau neopluralistis. Manusia memiliki kodrat ilahi, social, budaya, ekonomi, dan politik.

2. Bahwa setiap manusia memiliki : sense of.. atau value of.. dan

conscience of… sense of.. menunjukkan integritas atau keterkaitan atau kepedulian manusia akan sesuatu. Sesuatu ini bias materi, immaterial, atau kondisional atau waktu.

3. Bahwa manusia ini unik (uniqe human). Hal ini karena potensinya yang multipotensi dan fungsi peran serta kebutuhan atau human

desire yang multiperan serta kebutuhan.

4. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Tujuan pembelajaraan PKn di sekolah dasar adalah untuk membentuk watak atau karateristik warga Negara yang baik. Tujuan

6

A Ubaedillah dan abdul Rozak. Pancasila, Demokrasi, Ham, dan Masyarakat Madani. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta. 2012. hlm. 15


(22)

mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menjadikan siswa agar :

1. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

2. Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggungjawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.

3. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mamou hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Hal ini akan mudah tercapai jika pendidikan nilai dan norma tetap ditanamkan pada siswa sejak usia dini karena jika siswa sudah memiliki nilai norma yang baik, maka tujuan untuk mencapai warga Negara yang baik akan mudah terwujudkan.7

5. Pengertian Belajar

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.8

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Sedangkan menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,

sikap, dan nilai.”9

Menurut R. Gagne (1989), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat di pisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam

7

Ibid. hlm. 233

8

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta. 2010. hlm. 2

9

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 2009. hlm. 9


(23)

satu kegiatan di mana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung.10

Setiap siswa memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain dalam aspek fisik, pola berpikir, dan cara-cara merespons atau mempelajari sesuatu yang baru. Dalam konteks belajar, setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran. Anak-anak dapat belajar dengan baik dari pengalaman mereka, mereka belajar dengan cara melakukan, menggunakan indera mereka, menjelajahi lingkungan, baik lingkungan berupa benda, tempat serta peristiwa-peristiwa di sekitar mereka.

Mereka belajar dari pengalaman langsung dan pengalaman tidak nyata maupun juga belajar dari bentuk-bentuk pengalaman yang menyentuh pengalaman mereka. Keterlibatan yang aktif dengan obyek-obyek atau gagasan-gagasan tersebut dapat mendorong aktivitas mental mereka untuk berfikir, menganalisa, menyimpulkan dan menemukan pemahaman konsep baru dan mengintegrasikannya dengan konsep yang mereka ketahui sebelumnya.

6. Pengertian Pembelajaran

Kata pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar mengajar (BM), proses belajar mengajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).11

10

Ahmad Susanto. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta. 2013. hlm. 1

11


(24)

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.12

Berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap dan keyakinan kepada peserta didik.

7. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Menurut Nana Sudjana Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Menurut M. Sobri Sutikno menyatakan bahwa Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Menurt Gerlach dan Elly Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang sistematis untuk

menyampaikan informasi.13

Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran yang

dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.

Untuk melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, guru harus menentukan metode pembelajaran yang tepat. Pertimbangan pokok dalam menentukan metode pembelajaran terletak pada keaktifan proses pembelajaran. Tentu saja, orientasinya pada siswa belajar secara optimal. Jadi, metode pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar. Metode pembelajaran ini ditujukan

12

Ibid. hlm. 19

13

Ahmad. Definisi Metode Pembelajaran.


(25)

untuk bimbingan belajar dan memungkinkan setiap individu siswa dapat belajar sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing.

Metode pembelajaran menekankan proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran tentunya harus menghindari upaya penuangan ide kepada siswa. Guru seharusnya memikirkan cara (metode) yang membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Belajar secara optimal dapat dicapai jika siswa aktif di

bawah bimbingan guru yang aktif pula.14

Proses pembelajaran menuntut guru dalam merancang berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Rancangan ini merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru itu sendiri maupun bagi siswa. Keaktifan dalam pembelajaran tercermin dari kegiatan, baik yang dilakukan guru maupun siswa dengan

menggunakan ciri-ciri berikut15 :

1) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat

perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi.

2) Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa, baik melalui

kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap.

3) Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi

yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran.

4) Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan) dan

koordinator kegiatan belajar siswa, bukan sebagai pengajar

(instruktur), yang mendominasi kegiatan kelas. Biasanya

menggunakan berbagai metode, media, dan alat secara bervariasi.

b. Metode Jigsaw

Model ini dikembangkan dan di uji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.

Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji ( zig-zag ), yaitu

14

Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. 2011. hlm. 82.

15


(26)

siswa melakukan suatu kegiatan dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya, guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopic yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie

bahwa “Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model

belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung

jawab secara mandiri”. 16

Pembelajaran dengan metode Jigsaw ini banyak memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain.

Pembelajaran dengan metode Jigsaw berebeda dengan metode pembelajaran yang lain. Proses pembelajaran jigsaw yang lebih menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi tersebut, tetapi adanya kerja sama yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif metode Jigsaw.

16

Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2010. hlm. 218.


(27)

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw

Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing. Tidak ada suatu metode pembelajaran pun yang dianggap ampuh untuk segala situasi. Suatu metode pembelajaran dapat dipandang ampuh untuk suatu situasi, namun tidak ampuh untuk situasi lain. Oleh karena itu, sering terjadi pembelajaran dilakukan dengan berbagai metode pembelajaran secara bervariasi. Kelebihan dan kekurangan metode jigsaw adalah sebagai berikut 17:

1) Kelebihan metode jigsaw

a. Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif

b. Menjalin/mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa c. Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa

d. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru

2) Kelemahan metode jigsaw

a. Guru dan siswa kurang terbiasa dengan metode ini karena masih terbawa kebiasaan menggunakan metode konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu arah.

b. Memerlukan waktu yang relatif lama. c. Tidak efektif untuk siswa yang banyak

d. Memerlukan perhatian dan pengawasan ekstra ketat dari guru e. Memerlukan persiapan yang matang

d. Langkah-Langkah Pembelajaran Jigsaw

Langkah-langkah pembelajaran jigsaw sebagai berikut :18 1) Pilihlah materi yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen 2) Bagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah

segmen yang ada

3) Setiap kelompok mendapat tugas membaca dan memahami materi yang berbeda-beda

17

Nurhadi, dkk. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang: UM Press. 2004. hal. 56.

18


(28)

4) Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dikelompok. 5) Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan

sekiranya ada persoalan dalam kelompok

6) Beri siswa beberapa pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi

Jadi dari perpaduan metode ini menghasilkan langkah-langkah seperti dibawah ini:

1) Siswa dibentuk menjadi lima kelompok

2) Setiap anak mendapat bahan ajar dari guru untuk dipelajari

3) Setiap anak harus membuat 1-2 pertanyaan untuk dikumpulkan di depan kelas.

4) Setiap kelompok mendapat materi yang berbeda 5) Setiap kelompok mempelajari materi tersebut

6) Semua kelompok saling mengirimkan anggota kelompoknya ke kelompok lain untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di kelompok awal

7) Kemudian kelompok kedua ini dinamakan kelompok ahli

8) Setelah kelompok ahli berdiskusi, maka pertanyaan yang tadi di kumpulkan di depan kelas dibahas satu persatu

9) Guru memberikan klarifikasi

8. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.19 Kernampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar, atau mentransfer hasil belajar.20

Pembelajaran berdasarkan masalah (Prolem Based Learning) dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran PBL dikembangkan untuk

19

Ahmad Susanto. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Kencana Prenadamedia Group. Jakarta. 2013. Hlm. 5.

20

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depertemen P&K dan Rineka Cipta, 1999, hal. 243


(29)

membantu siswa mengembangkan kemampuan perfikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual.21

Semua hasil belajar merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru hasil belajar siswa di kelas berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Dalam hal ini dapat dilihat dari ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik sebagai berikut:22 a) ranah kognitif (cognitive domain), ranah ini berkenan dengan hasil

belajar yang meliputi enam aspek yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan evaluasi (evaluation).

b) ranah afektif, ranah ini berkaitan dengan hasil belajar yang meliputi aspek penerimaan, partisipasi, penilai/penentu sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

c) ranah Psikomotorik, ranah ini berkenaan dengan hasil belajar yang meliputi, persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan tiga ranah yang telah diijabarkan diatas maka yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif dan afektif. Hasil belajar kognitif ini dapat diketahui melalui hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes formatif yang diberikan pada akhir 1 dan siklus II. Sedangkan hasil belajar afektif ini dapat diperoleh dari pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung berupa keaktifan siswa dalam diskusi baik dalam bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru ataupun teman.

Hasil belajar antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya tidak sama. Perbedaan hasil belajar ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil belajar meliputi Faktor-faktor intemal dan eksternal.

a) Faktor Internal, faktor intemal ini terdiri dari:

21

Muslim Ibrahim dan Mohammad Nur. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Unesa Press, 2005, hal. 7

22

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen P&K dan Rineka Cipta, 1999, hlm. 256-257


(30)

1) Psikologi, yang meliputi intelegensi, motivasi belajar, minat, perasaan kondisi akibat keadaan sosial, kultural, dan ekonomi. 2) Fisiologi, meliputi kesehatan jasmani.

b) Faktor Eksternal, faktor eksternal terdiri dari:

1) Proses belajar di sekolah meliputi: kurikulum pembelajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa. 2) Sosial, meliputi: sistem, sekolah, status sosial sekolah siswa,

interaksi pengajar dengan siswa.

9. Ciri-Ciri Prestasi Belajar

Jadi secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang terbentuk dari hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan itu akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Salah satu indikator wujud perubahan dari hasil belajar di sekolah adalah prestasi belajar yang diformulasikan menjadi angka-angka di dalam rapor atau daftar nilai siswa. Djamarah mengungkapkan pengertian ciri-ciri prestasi belajar sebagai berikut :

a) Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur. Untuk mengukur tingkah laku tersebut dapat digunakan tes prestasi belajar. b) Prestasi menunjuk kepada individu sebagai sebab, artinya individu

sebagai pelaku.

c) Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya, baik berdasarkan atas kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu atau ditetapkan menurut standar yang dicapai oleh kelompok.

d) Prestasi belajar menunjuk kepada hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari.

Dari uraian prestasi dan belajar di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar di sekolah berupa perubahan atau pengembangan aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan penerapan (psikomotorik) yang dinyatakan dengan angka.


(31)

10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam proses belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang dapat memepengaruhi prestasi belajar siswa. faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar23 yaitu:

a. Faktor Internal, yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani; b. Faktor Eksternalm, kondisi lingkungan di sekitar siswa;

c. Faktor Pendekatan Belajar, upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan;

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar baik berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal) hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar penting sekali dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin dengan kemampuannya masing-masing.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan penguat penilaian tentang implementasi pembelajaran dengan penerapan metode Jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V (lima) SDN Pondok Kacang Timur 03, penulis mengutip 2 (dua) penelitian yang relevan, antara lain :

a) Dalam skripsi yang berjudul: “Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada

Materi Koperasi dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Traji” disusun oleh Rizky Dwi Putranto (08108244129), Jurusan pendidikan Pendidikan Pra Sekolah Dan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2012. Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunkan metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV (empat) di SD Negeri 2 Traji.24

23

Muhibbinsyah. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011 hlm 129

24

Skripsi, Rizky Dwi Putranto. Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SDN


(32)

b) Dalam skripsi yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SDN Mojosari 03 Puger-Jember Tahun Pelajaran 2011-2012” disusun oleh Ferry Krisdiantoro (090210204128), Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember 2011. Berdasarkan Hasil penelitian itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di SDN Mojosari 03 Puger-Jember.25

C. Hipotesis Tindakan

Dengan memperhatikan landasan teori sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: “Meningkatnya Prestasi Belajar Siswa dengan menerapkan metode Jigsaw pada pelajaran PKn Materi Perundang-Undangan Tingkat Pusat dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03”.

Mojosari 03 Puger-Jember Tahun Pelajaran 2011-2012 Universitas Jember, 2012.

25

Skripsi, Ferry Krisdiantoro. Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SDN Mojosari 03 Puger-Jember Tahun Pelajaran 2011-2012. Universitas Jember, 2011.


(33)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Pondok Kacang Timur 03, yang beralamat di Jl. Pondok Kacang Timur No. 06. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 pada Tanggal 19 sampai dengan 20 bulan Oktober 2015.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh seorang guru di dalam kelas yang tujuannya untuk meneliti dan memperbaiki system pembelajaran yang ada di kelas. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas, guru juga dapat memperbaiki praktik pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih berkualitas dan lebih efektif.1 2. Rancangan Siklus Penelitian

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan (action research), terutama penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dialah orang pertama yang memperkenalkan istilah action research. konsep pokok action research menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama terdiri empat komponen, yaitu : Perencanaan (Planning), tindakan (Acting), pengamatan (observing), dan refleksi (Reflecting).2

Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

Sedangkan menurut model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin seperti yang diuraikan diatas, hanya saja komponen tindakan

1

M. Asrori. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung, Wacana Prima, 2009, hlm. 4.

2

Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta, Indeks, 2012, hlm. 27


(34)

(acting) dan pengamatan (observing) dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.3

Model kurt Lewin dan Kemmis & McTaggart pada saat ini banyak digunakan oleh para guru. Selain mudah pelaksanaannya, juga sangat sederhana sehingga banyak guru yang memakai kedua model itu. Namun yang lebih banyak dipakai pada saat ini adalah model PTK dari Kurt Lewin. Mengapa ? Karena model Kurt Lewin sangat mudah

dipahami oleh guru dalam meneliti melalui PTK di sekolah.4

Dengan demikian dari berbagai rancangan siklus penelitian ini yang peneliti gunakan adalah rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kurt Lewin.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03, Jumlah Siswa Sebanyak 39 siswa terdiri dari 22 siswa laki-laki, dan 17 siswa perempuan.

D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana utama, maka pada prapenelitian, peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran PKN di kelasnya, kemudian membuat perencanaan tindakan yang akan di lakukan di kelas tempat mengajar.

Adapun posisi peneliti dalam PTK ini adalah sebagai posisi utama. Peneliti melakukan langsung apa yang akan di tingkatkan di kelas tersebut. Peneliti merasakan dan melakukan refleksi dari pembelajaran yang dilakukan sehingga berdasarkan itulah peneliti melakukan penelitian. Selain itu juga peneliti berperan sebagai pembuat laporan dari apa yang dilaksanakan dan observasi yang dibantu teman sejawat dan Kepala Sekolah.

3

Ibid. Hlm. 28

4


(35)

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan pelaksanaan tindakan terdiri dari dari beberapa siklus, yang tergantung pada tingkat penyelesaian masalah. Tiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada setiap siklus dilakukan beberapa tindakan , yang digambarkan sebagai berikut :

1. Pra Tindakan

 Penelitian melakukan pengamatan kegiatan belajar mengajar terlebih dahulu tehadap kegiatan pembelajaran PKN di kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03

 Wawancara guru yang mengajar bidang studi PKN kelas V untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa

2. Tindakan Riil

 Tahap Perencanaan

Peneliti membuat acuan program pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pembelajaran kooperatif jigsaw, membuat instrument berupa tes, pembagian kelompok, menyiapkan sumber belajar, menyiapkan alat peraga.  Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu menerapkan tindakan yang mengacu pada scenario pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tindakan pertama yaitu pembukaan di lanjutkan dengan kegiatan inti yaitu pembagian kelompok , membagikan tugas/materi, membentuk kelompok ahli, mendiskusikan tugas/materi pada kelompok ahli, menjelaskan materi/tugas kepada kelompok asal, mempresentasikan hasil kelompok, memberikan pertanyaan atau tanggapan atau evaluasi lalu dilanjutkan dengan kegiatan penutup menyimpulkan pelajaran dan di akhir siklus diadakan tes berupa posttest dan refleksi. Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan observasi.


(36)

 Tahap Pengamatan

Pada tahap ini melakukan pengamatan terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pengamatan menggunakan lembar observasi siswa , lembar observasi guru, dan catat lapangan untuk mengamati tindakan selama proses pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk mengamati semua yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan pula dengan foto sebagai bukti otentik.

 Tahap Refleksi

Refleksi pada proses pembelajaran dilakukan apabila hasil yang di dapat kurang maksimal. Tahap refleksi pada penelitian ini meliputi: 1. Melakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan

yang terjadi ketika proses pembelajaran

2. Memperbaiki pelaksanaan tindaka sesuai hasil analisis atau evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.

 Keputusan

Pada tahap ini dilakukan pengambilan keputusan ketercapaian hasil intervensi penelitian. Siklus II dilakukan dengan segala perbaikan kekurangan yang ada pada siklus I yang dibahas pada refleksi. Jika belum ada peningkatan hasil belajar dan belum memenuhi syarat KKM yang ditentukan maka siklus dilanjutkan, akan tetapi jika sudah ada peningkatan hasil belajar dan sudah memenuhi KKM maka penelitian dihentikan atau tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang di Harapkan

Hasil yang diharapkan dari tahapan intervensi tindakan kelas meliputi: 1. Hasil Belajar PKN

Dari intervensi tindakan kelas diperoleh data hasil belajar yang diambil dari hasil tes yang meliputi pencapaian penguasaan konsep materi PKN melalui metode Jigsaw. Keberhasilan pencapaian tindakan intervensi kelas


(37)

bila pencapaian standar ketuntasan kompetensi minimal (KKM) mencapai nilai minimal 7.

2. Metode Jigsaw

Berdasarkan hasil observasi dan angket yang menyangkut proses pembelajaran melalui Metode Jigsaw diharapkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran untuk aktif dan mau mengikuti dengan antusias melalui pembelajaran dengan pedoman LKS. Tingkat keberhasilan penerapan metode Jigsaw tercapai apabila aktivitas guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran meningkat dalam setiap siklusnya yang dilaksanakan sesuai dengan target dan tujuannya.

G. Data dan Sumber Data

1. Data

Data hasil penelitian meliputi:

(a) Hasil belajar PKN berupa skor hasil tes.

(b) Pembelajaran melalui metode Jigsaw berupa hasil observasi lapangan dan angket baik untuk aktivitas guru maupun siswa.

2. Sumber Data

a) Hasil belajar PKN yang diperoleh dari instrument/tes hasil belajar siswa.

b) Pembelajaran melalui metode Jigsaw yang diperoleh dari observasi lapangan dan angket baik untuk aktivitas guru maupun siswa.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa instrument pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi yang digunakan ada dua macam: a. Lembar observasi siswa

Lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung


(38)

b. Lembar observasi guru

Lembar observasi diisi oleh seorang observer guna mengamati kegiatan peneliti dalam penerapan problem based learning

2. Lembar Test

Test merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai materi yang sudah dipelajari.

I. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Test Hasil Belajar

Data hasil belajar diperoleh dari hasil evaluasi dengan menggunakan test yang telah disiapkan.

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa dan Guru 3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai data tentang metode yang digunakan guru dalam menyampaikan bahan pembelajaran PKN, serta situasi dan lingkungan sekolah dan latarbelakang objek penelitian seperti sejarah singkatnya berdirinya SDN Pondok Kacang Timur 03.

4. Data mengenai aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi siswa yang diisi oleh observer ketika proses pembelajaran berlangsung dan dituliskan di lembar observasi yang telah dibuat. Sedangkan, data aktivitas guru dalam mengajar diisi oleh teman sejawat, mengamati dan melihat kekurangan - kekurangan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

J. Teknik Pemeriksaan Ketercapaian

Untuk mengetahui tingkat ketercapaian setelah menggunakan metode Jigsaw, peneliti melakukan observasi langsung ke kelas selama dua kali pertemuan atau dua kali siklus. Karena dalam penelitiian Tindakan kelas jangka waktu untuk satu siklus tergantung dari materi yang dilaksanakan.


(39)

Setelah itu, peneliti memberikan posttest dan pretest pada setiap siklus. Instrumennya berupa pertanyaan soal pilihaan ganda sebanyak 15 butir.

K. Analisis Dan Interpretasi Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu peneliti memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian.

Data yang didapat berupa hasil belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa dan guru pada proses pembelajaran, catatan lapangan, dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan metode jigsaw. Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari siklus menggunakan gain skor. Gain adalah selisih antara nilai post-test dan pre-test. Gain menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran yang dilakukan guru.

Untuk mengetahui nilai tersebut, menggunakan Normalized Gain, yaitu :

Dengan

kategori :

G tinggi : nilai (g) > 0,70 G sedang : 0,70 > (g) > 0.3 G rendah : nilai (g) < 0.3

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Seperti yang telah dikemukakan, bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang memiliki


(40)

tahapan-tahapan dalam siklusnya. Tahapan tersebut meliputi perncanaan, tindakan, pengamatan/pengumpulan data dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan apabila setelah tindakan siklus I selesai dan jika hasil penelitian telah mencukupi indikator keberhasilan maka dicukupkan dan dianggap penelitian tindakan kelas telah berhasil dilaksanakan.


(41)

30 BAB IV

DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Pondok Kacang Timur 03 Pondok Aren, Tangerang Selatan. Sedangkan yang dijadikan sebagai kelas pelaksanaan penelitian adalah kelas V B yang berjumlah 39 Orang.

a. Visi dan Misi SDN Pondok Kacang Timur 03

Di bawah ini adalah Visi dan Misi SDN Pondok Kacang Timur 03 Sebagai berikut :

1) Visi

“Menciptakan Generasi Bangsa Yang Cerdas, Disiplin, dan

Berakhlak Mulia” 2) Misi

“Menanggulangi kebodohan untuk meraih cita-cita dan

membangun komunikasi yang baik di antara warga sekolah” b. Keadaan Guru dan Siswa SDN Pondok Kacang Timur 03

1) Guru dan Jumlah Karyawan

Jumlah tenaga pengajar berikut kepala sekolah, staf pengurus tata usaha, dan tenaga lainnya yang ada di SDN Pondok Kacang Timur 03 berjumlah 27 Orang. Rinciannya adalah 25 Orang tenaga pengajar Termasuk kepala sekolah, satu orang tenaga tata usaha, satu orang pesuruh dan satu orang penjaga sekolah. Guru kelas V adalah Ibu Siti Solechah, S.Pd.SD


(42)

Tabel 4.1 Data Kedaan Guru

No Nama Pendidikan Jabatan

1 Abedih, S.Pd S1 Kepala Sekolah

2 Sutinah, S.Pd.SD S1 Guru

3 Kamelia, S.Pd.SD S1 Guru

4 Erdinah, S.Pd.SD S1 Guru

5 Romenih, S.Pd.SD S1 Guru

6 Icih Sunarsih, S.Pd.SD S1 Guru

7 Amsari, A.Ma.Pd S1 Guru

8 Mistar Setiawan, A.Ma.Pd S1 Guru

9 Rakmawati, S.Pd.SD 10 Siti Solechah, S.Pd.SD

11 Siti Fatimah, S.Pd.SD S1 Guru

12 Rosadah, S.Pd S1 Guru

13 Atiah, S.Pd.SD S1 Guru

14 Rohmat, S.Pd.I S1 Guru

15 Dian Widiastuti, S,Pd.SD S1 Guru

16 Hendra, S.Pd.I S1 Guru

17 Cahyani Andayani, S.Pd S1 Guru

18 Taufik Komar, S.Pd S1 Guru

19 Mumul Gusdiyana, S,Pd.SD S1 Guru

20 Emiluddin S,Kom S1 Guru

21 Yunisah Nurhikmah SMA Guru


(43)

23 Suci Mayasari DIII Guru

24 Dwi Oktaviani, S,Pd S1 Guru

25 Fahmi Darmawan SMK Guru

25 Rachmat Firdaus SMA Penjaga Sekolah

26 H. Nursin SD Penjaga Sekolah

2) Keadaan Siswa

Jumlah siswa SDN Pondok Kacang Timur 03 adalah sebanyak 568 siswa yang terdiri dari kelas I sebanyak 104, kelas II sebanyak 101, kelas III sebanyak 99, kelas IV sebanyak 97, kelas V sebanyak 88, kelas VI sebanyak 85

Table 4.2

DAFTAR JUMLAH SISWA SDN PONDOK KACANG TIMUR 03

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1 I A 15 18 33

2 I B 16 19 35

3 I C 18 17 35

4 II A 10 20 30

5 II B 11 18 29

6 II C 20 22 42

7 III A 15 17 32

8 III B 13 16 29

9 III C 21 17 38

10 IV A 16 12 28

11 IV B 16 17 33

12 IV C 15 16 31

13 V A 28 21 49

14 V B 22 17 39

15 VI A 14 14 28

16 VI B 15 12 27

17 VI C 16 14 30


(44)

3) Sarana dan Prasarana

Tabel 4.3

Sarana Dan Prasarana SDN Pondok Kacang Timur 03

No Jenis Fasilitas Jumlah Kondisi

1 Ruang kepala Sekolah 1 Ruang Baik

2 Ruang Guru 1 Ruang Baik

3 Ruang TU 1 Ruang Baik

4 Ruang Kelas I 3 Ruang Baik

5 Ruang Kelas II 3 Ruang Baik

6 Ruang Kelas III 3 Ruang Baik

7 Ruang Kelas IV 3 Ruang Baik

8 Ruang Kelas V 2 Ruang Baik

9 Ruang Kelas VI 3 Ruang Baik

10 Ruang Lab Komputer 1 Ruang Baik

11 Ruang Ibadah 1 Ruang Baik

12 Ruang Toilet Guru 3 Ruang Baik

13 Ruang Toilet Murid 18 Ruang Baik

14 Ruang Gudang 1 Ruang Baik

2. Analisis Data

Pada penelitian ini jumlah siswa kelas V B SDN Pondok Kacang Timur 03 Pondok Aren, Tangerang Selatan Sebanyak 39 Siswa. Dari 39 Siswa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada siswa yang pendiam dan ada yang aktif dan juga berani bertanya pada saat pembelajran. Jika dilihat dari kecerdasan kemampuan yang berbeda, yaitu


(45)

ada yang berkemampuan tinggi sedang bahkan rendah. Sedangkan dari latar belakang ekonomi, siswa tersebut tergolong dalam kelompok standar, yaitu menengah ke bawah.

Bedasarkan tujuan yang telah dirumuskan, data yang telah terkumpul meliputi nilai pretest dan posttest dari 39 siswa tersebut. Data tersebut di analisis dan dibahas sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan metode jigsaw pada pelajaran PKN materi perundang-undangan,. Dari hasil data nilai pretest dan posttest siswa, dapat dilihat pada table dibawah ini :

a. Data pretest

Tabel 4.4

Hasil Tes Formatif Siklus I

NO NAMA SISWA KK

M NILAI

K

EM

A

M

P

U

A

N

KET

1 Alexandrian Zaneti A. 70 50 - TT

2 Anggi Romadhan 70 70 + T

3 Afrizal 70 65 - TT

4 Alvia Alamsyah 70 60 - TT

5 Aidilla Fitri Sabila 70 75 + T

6 Anis Sinta 70 50 - TT

7 Alya Azhari 70 50 - TT

8 Astika Putri 70 75 + T

9 Arman Maulana 70 60 - TT

10 Abdul Rahman 70 75 + T


(46)

12 Devina Damayanti 70 75 + T

13 Devi Oktaviani 70 70 + T

14 Fanni Akbar Fadilah 70 40 - TT

15 Genta Dwi Andika 70 50 + TT

16 Ivan Hakim 70 70 + TT

17 Ivana Revalina 70 85 + T

18 M. Fadhil Akbar 70 40 - TT

19 M. Jibran Alkahfi 70 80 + T

20 Marsya Muizz 70 80 + T

21 M. Andiika S. 70 60 - TT

22 Nurania Zulfa N. I 70 60 - TT

23 Nabila 70 50 - TT

24 Putra Ibrahim P. K 70 68 - TT

25 Trias Okky Riyadi 70 85 + T

26 Saipul Abdullah 70 25 - TT

27 Samuel Caturwidodo 70 80 + T

28 Widia Dwi Safitri 70 75 + T

29 M. Zahnul Nizam 70 55 - TT

30 Andrean Febriansyah 70 70 + T

31 Audrey Selviana Putri 70 60 - TT

32 Nia Zabania 70 60 - TT

33 Rahmawati 70 75 + T

34 M. Fauzan Albana 70 60 - TT

35 Saskia Pricilia Ramadhani 70 80 + T

36 Riska Putu Aulia Sari 70 70 + TT

37 Armando Oka Varlesia 70 60 - TT

38 Muh. Muamar Mayendra 70 35 + TT

39 Prasetyo 70 30 - TT

Jumlah 2483


(47)

Jumlah Siswa yang Tuntas 15 Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 24

Persentase Ketuntasan Belajar 33,3 %

Dari Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas lebih sedikit dibanding siswa yang belum tuntas. Dari jumlah 39 siswa, hanya 15 siswa yang mencapai KKM, 24 siswa belum mencapai KKM sehingga persentase ketuntasan belajar yang diperoleh sebesar 33,3 %. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 85 sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 25. Nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 63,6. jadi masih belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah. Nilai Rata-rata tersebut harus mencapai 70 atau lebih dari 70 jika dapat dikatakan berhasil atau tuntas. Dengan melihat hasil diatas maka perlu adanya tindakan perbaikan dalamdalam pembelajaran melalui pembelajaran kooperttaif metode Jigsaw sehingga diharapkan hasil belajar siswa dapat meningkat.

b. Data Postest

Tabel 4.5

Hasil Tes Formatif Pertemuan II

NO NAMA SISWA KKM NILAI

K

EM

A

M

P

U

A

N

KET

1 Alexandrian Zaneti A. 70 75 + T

2 Anggi Romadhan 70 75 + T

3 Afrizal 70 75 + T


(48)

5 Aidilla Fitri Sabila 70 75 + T

6 Anis Sinta 70 85 + T

7 Alya Azhari 70 80 + T

8 Astika Putri 70 75 + T

9 Arman Maulana 70 78 + T

10 Abdul Rahman 70 74 + T

11 Damar Ramadhan 70 75 + T

12 Devina Damayanti 70 72 + T

13 Devi Oktaviani 70 83 + T

14 Fanni Akbar Fadilah 70 75 + T

15 Genta Dwi Andika 70 55 - TT

16 Ivan Hakim 70 80 + T

17 Ivana Revalina 70 90 + T

18 M. Fadhil Akbar 70 75 + T

19 M. Jibran Alkahfi 70 90 + T

20 Marsya Muizz 70 80 + T

21 M. Andiika S. 70 80 + T

22 Nurania Zulfa N. I 70 95 + T

23 Nabila 70 85 + T

24 Putra Ibrahim P. K 70 60 - TT

25 Trias Okky Riyadi 70 75 + T

26 Saipul Abdullah 70 50 - TT

27 Samuel Caturwidodo 70 71 + T

28 Widia Dwi Safitri 70 65 - TT

29 M. Zahrul Nizam 70 75 + T

30 Andrean Febriansyah 70 60 - TT

31 Audrey Selviana Putri 70 75 + T

32 Nia Zabania 70 75 + T

33 Rahmawati 70 50 - TT


(49)

35 Saskia Pricilia Ramadhani 70 75 + T

36 Riska Putu Aulia Sari 70 65 - TT

37 Armando Oka Varlesia 70 75 + T

38 Muh. Muamar Mayendra 70 70 - T

39 Prasetyo 70 85 + T

Jumlah 2903

Rata-rata 74.43

Jumlah Siswa yang Tuntas 32

Jumlah Siswa yang Belum Tuntas 7

Persentase Ketuntasan Belajar 82,1 %

Dari Tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 95, sedangkan nilai terendah yang dicapai siswa adalah 50. Dari 39 siswa, sebanyak 7 siswa tidak tuntas karena nilai yang belum mencapai KKM yang diharapka. Nilai KKm yang ditentukan sekolah yaitu 70 sehingga persentase ketuntasan belajar siswa 82,1 %. Jadi, dapat diketahui dari hasil belajar tiap siswa sudah banyak mengalami ketuntasan karena nilai yang diperoleh siswa telah mengalami ketuntasan sesuai KKM yang ditentukan Sekolah.

1) Pemantauan Pelaksanaan Tindakan

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dalam rangka mengupayakan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw, maka pemantauan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

1. Lembaran Observasi 2. Catatan Lapangan

Berikut ini dipaparkan satu persatu:

A. Lembaran Observasi 1) Pertemuan I


(50)

Observasi ini peneliti lakukan bersama dengan teman sejawat pada tanggal 19 November 2015 Pukul 07.00-08.20. Aktivitas yang diamati adalah:

1. Mengajukan pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru 3. Membari saran

4. Mengemukakan pendapat 5. Menyelesaikan tugas kelompok

6. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

7. Hasil observasi dapat kita lihat pada Tabel dibawah ini

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Pertemuan I (19-11-2015 )

*Presentasi dalam bentuk kelompok

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pada pertemuan I aktivitas siswa masih rendah. Pada pertemuan 1 ini peneliti telah menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw, yang paling rendah aktivitasnya adalah dalam hal memberi saran. Ini disebabkan karena tingkat pengetahuan siswa yang masih rendah. Kemudian peningkatan aktivitas yang agak tinggi adalah dalam menjawab pertanyaan siswa maupun guru. Ini disebabkan karena siswa diberi

No. Aktifitas Yang Di Amati Jumlah

Siswa Persentase

1 Mengajukan pertanyaan 6 15%

2 Menjawab pertanyaan siswa maupun guru 7 18%

3 Memberi saran 1 2,5%

4 Mengemukakan pendapat 7 18%

5 Menyelesaikan tugas kelompok 15 38,5%


(51)

dorongan atau motivasi, sehingga secara bertahap timbul keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan.

2) Catatan Lapangan

Pada awal pembelajaran terlihat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Prasyarat pengetahuan dan motivasi yang diberikan guru saat membuka pelajaran membuat siswa terbawa ke suasana belajar. Setelah siswa terpancing dengan suasana belajar, barulah peneliti memberi tahu topik atau KD yang akan dipelajari. Namun setelah guru memberi tugas sesuai dengan model pembelajaran yang dibawakan, mulai timbul permasalahan. Berikut ini diuraikan masalah-masalah tersebut.

a. Siswa tidak mampu menyelesaikan tugas dengan waktu yang telah ditentukan,

b. Masih banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru,

c. Siswa cenderung mencatat saja tanpa diskusi pada tahap kelompok ahli,

d. Frekuensi bertanya maupun menjawab pertanyaan masih rendah, e. Pada tahap presentasi hanya satu orang yang berani memberi saran.

3) Refleksi Pertemuan I

Berdasarkan kumpulan data yang diperoleh dari kolaborasi dengan teman sejawat serta catatan lapangan yang ada pada peneliti, ternyata sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikan tugas dengan optimal.

Tingkat keaktifan siswa sangat rendah dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan pelaksanaan tindakan ini belum tercapai secara optimal.

Menurut pengamatan peneliti kegagalan siswa tampak dengan jelas dalam memanfaatkan waktu. Siswa belum mampu memanfaatkan waktu sesuai dengan yang dialokasikan untuk setiap tahapan.


(52)

Agar siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan tersebut, maka perlu diberikan perpanjangan waktu. Akibat dari perpanjangan waktu ini adalah sedikitnya waktu yang tersedia untuk kegiatan presentasi hasil kerja kelompok.

Bila dicermati, penyebab dari kegagalan siswa dalam mengerjakan tugas saat proses pembelajaran bersumber dari hal-hal berikut:

1. Siswa belum memahami tentang langkah-langkah kerja atau tahapan – tahapan pembelajaran yang harus dilalui. Misalnya apa yang seharusnya dilakukan dalam tahapan I (kooperatif asal), tahapan II (kooperatif ahli), dan seterusnya.

2. Pada tahap III, ada siswa yang tidak mampu menyampaikan ilmu yang diperdapatnya dari kelompok ahli secara sistematis, sehingga teman sekelompoknya tidak dapat menyerap pelajaran sebagaimana mestinya. 3. Masih ada siswa yang suka mengganggu teman, sehingga terkendala

dalam menyelesaikan tugas.

Berdasarkan permasalahan dan kegagalan di atas, maka peneliti mencarikan solusinya yaitu dengan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang langkah-langkah kerja kelompok pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw, sehingga kegiatan pada siklus berikutnya dapat berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan.

B. Deskripsi Pelaksanaan Pertemuan II 1) Perencanaan Pertemuan II

Pada siklus II ini dilakukan tindakan seperti pada siklus pertama. Pertemuan kedua ini terdiri dari satu kali tatap muka 2 × 40 menit. Seluruh perangkat pembelajaran disusun sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Sedangkan rencana tindakan yang dilaksanakan adalah:

a. Menyiapkan Rencana Pembelajaran,

b. Menyiapkan wacana / tugas dalam bentuk LKS,


(53)

d. Membagi kelompok siswa, untuk kelompok kooperatif asal terdiri dari enam orang anggota kelompok dan kelompok ahli terdiri dari tujuh orang anggota kelompok.

Berdasarkan hasil refleksi Pertemuan I, maka tindakan tambahan yang direncanakan pada siklus dua ini adalah:

 Memberikan arahan kembali tentang langkah-langkah kerja kelompok  Kepada siswa, diinformasikan topik pelajaran yang akan dibahas

minggu depan dengan tujuan agar siswa lebih siap lagi melakukan kegiatan pembelajaran

 Kelompok siswa direvisi sehingga dalam kelompok tersebut benar-benar heterogen dalam berbagai hal.

2) Pemantauan Pelaksanaan Tindakan

Berikut ini dipaparkan seluruh alat pengumpul data yang digunakan, serta hasil yang diperoleh dari data tersebut, baik data siklus I maupun data siklus II. Tujuannya agar dapat dilihat kemajuan apa yang dialami selama penelitian dilaksanakan.

3) Lembaran Observasi

Observasi dilaksanakan pada tanggal 20 November 2015. Aktivitas yang diamati sama dengan Pertemuan I, yaitu:

a. Mengajukan pertanyaan,

b. Menjawab pertanyaan siswa maupun guru, c. Memberi saran,

d. Mengemukakan pendapat, e. Menyelesaikan tugas kelompok,


(54)

Tabel: 4.7

Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa pada Pertemuan II (20-11-2015)

*Presentasi dalam bentuk kelompok

Dari tabel di atas terlihat sudah terjadinya perubahan yang cukup berarti untuk semua aktivitas yang diteliti. Khusus aktivitas yang ke enam, yaitu mempresentasikan hasil kerja kelompok memang tidak ada perubahan, karena presentase berdasarkan kelompok yang terdiri dari lima kelompok, sehingga yang tampil satu orang per kelompok.

4) Catatan Lapangan

Sebagaimana pada Pertemuan I, pada Pertemuan II saat membuka pelajaran secara keseluruhan siswa tertarik mengikuti pelajaran. Permasalahan yang muncul pada Pertemuan I, pada Pertemuan II sudah jauh berkurang. Secara rinci kondisi proses pembelajaran dan keaktifan siswa sebagai berikut:

a. Siswa sudah dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.

b. Secara komprehensif siswa sudah mampu menyelesaikan konsep-konsep yang dibahas secara utuh.

No. Aktifitas Yang Di Amati Jumlah

Siswa Persentase

1 Mengajukan pertanyaan 16 41%

2 Menjawab pertanyaan siswa maupun guru 28 71%

3 Memberi saran 6 15%

4 Mengemukakan pendapat 12 30,8%

5 Menyelesaikan tugas kelompok 30 76%


(55)

c. Pada kegiatan kelompok tahap II (kelompok ahli) maupun tahap III (penyatuan hasil dari kelompok ahli), siswa sudah dapat berdiskusi dengan baik dan mencatat hasil diskusinya.

d. Frekuensi bertanya dan menjawab sudah meningkat.

5) Refleksi Pertemuan II

Sebagaimana yang dilakukan pada Pertemuan I, pada Pertemuan II juga dilakukan diskusi yang mendalam terhadap deskripsi data yang dipaparkan di atas. Di mana pada lembaran observasi aktivitas belajar siswa terjadi perubahan keaktifan yang cukup berarti. Pada awalnya (siklus I) siklus belum berani dan ragu-ragu untuk menyampaikan pendapat, namun pada siklus II sudah ada keberanian. Demikian juga dalam mengerjakan tugas kelompok atau diskusi, secara keseluruhan siswa sudah menunjukkan aktivitas yang baik.

3. Pembahasan

a. Hasil Pretest dan Postest

Hasil pretest di dapat dengan memberikn soal kepada siswa sebelum pembelajaran dimulai dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi yang dipelajari. Sedangkan hasil Postets didapat dengan memberikan soal yang sama kepada siswa pada akhir pembahasan materi dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan akhir siswa setelah mempelajari materi dengan menggunakan kooperatif tipe Jigsaw.


(1)

5 Eveline Siregar, Teori Belajar dan

Pembelajaran. Ghalia Indonesia

5 6

19

6 Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Pustaka Setia. 2011.

82 14

7 Krisdiantoro, Ferry. Skripsi : “Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SDN Mojosari 03

Puger-Jember Tahun Pelajaran 2011-2012”.

Universitas Jember. 2011.

I 21

8 Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama.

Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta, Indeks. 2012.

5 25

9 Munadi, yudhi. Media pembelajaran

sebuah pendekatan baru. Jakarta. GP Press

Group. 2013

12 18

10 Muhammad Nur, Ibrahim Muslim.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

Surabaya. Unesa Press, 2005

7 18

18 Muhibbinsyah. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 2003.

129 19

11 Nurhadi. Pembelajaran Kontekstual (contextual Teaching and Learning/CTL)

dan penerapannya dalam KBK. Malang.

Universitas Negeri Malang. 2004.

56 60

16 17

12 Putranto, Rizky. Skripsi : “Peningkatan Hasil Belajar IPS dengan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SDN Mojosari 03

Puger-Jember Tahun Pelajaran 2011-2012”.


(2)

Universitas Jember. 2012.

13 Purwanto, Ngalim. Prinsip-prinsip dan

teknik evaluasi pengajaran. Bandung. PT.

Remaja Rosdakarya. 2009

76 22

14 Rusman, Model – model Pembelajaran, Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2010

3 218

2 15

15 Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna

Pembelajaran. Alfabeta. Bandung, 2006.

3 1

16 Sanjaya, . Wina Strategi pembelajaran. Berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup. 2008

i 1

17 Susanto, Ahmad. Teori Belajar &

Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta.

Kencana Prenadamedia Group. 2013.

1 5 12 18 19 223 224 225 226 233 8 9 10 11 12 13 17 20

18 Muhibbinsyah. Psikologi Belajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 2003.

129 19

19 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang

mempeengaruhnya, Rineka Cipta. Jakarta.

2010

2 11

20 Trianto. Model-Model Pembelajaran

Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,

4 19

2 4


(3)

Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan

Implementasinya. Jakarta. Prestasi Pustaka

Publisher. 2010

Yang Mengesahkan, Pembimbing

Kholis Ridho, M.Si NIP. 19780114 200912 1 002


(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Fahmi Darmawan, lahir di Tangerang pada Tanggal 29 Juli 1991. Orang tua, ibu berasal dari Jakarta, ayah dari Tangerang, anak kelima dari lima bersaudara. Istri berasal dari kuningan, memiliki satu anak putri. Alamat Jl. H. Bacek Rt 003 / 001 kelurahan Tajur, kecamatan Ciledug, Kota Tangerang Selatan

Pengalaman Pendidikan

1. Tamat Sekolah Dasar negeri ( SDN ) Sudimara Jaya 02 Tahun 2003, 2. Tamat SMP Nurul Iman Tahun 2006,

3. Tamat SMK An-Nurmaniyah Tahun 2009. Pengalaman Mengajar

1. Mengajar di MI Nurul Muta’allimin II Sebagai Guru Agama Tahun 2011 -2015,

2. Mengajar di SDN Pondok Kacang Timur 03 Sebagai Guru Kelas tahun 2015-2016 ( sekarang )

Jakarta, Juni 2016

Fahmi Darmawan NIM. 1812018300197


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH PADA MATA PELAJARAN PKn Peningkatan Partisipasi Belajar Siswa Melalui Strategi Index Card Match Pada Mata Pelajaran PKN Materi Perundang-Undangan Bagi Siswa Kelas V SDN 03 Karang

0 2 17

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA MELALUI STRATEGI INDEX CARD MATCH PADA MATA PELAJARAN PKn Peningkatan Partisipasi Belajar Siswa Melalui Strategi Index Card Match Pada Mata Pelajaran PKN Materi Perundang-Undangan Bagi Siswa Kelas V SDN 03 Karang

0 3 13

UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS SISWA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW DALAM PELAJARAN PKn MATERI MEMAHAMI Upaya Peningkatan Aktifitas Siswa Menggunakan Metode Jigsaw Dalam Pelajaran Pkn Materi Memahami Peraturan Perundang-Undangan Tingkat Pusat Dan Daerah Bagi Si

0 1 16

UPAYA PENINGKATAN AKTIFITAS SISWA MENGGUNAKAN METODE JIGSAW DALAM PELAJARAN PKn MATERI MEMAHAMI Upaya Peningkatan Aktifitas Siswa Menggunakan Metode Jigsaw Dalam Pelajaran Pkn Materi Memahami Peraturan Perundang-Undangan Tingkat Pusat Dan Daerah Bagi Si

0 1 13

PENINGKATAN MINAT BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS V Peningkatan Minat Belajar Pkn Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 02 Petung Kec. Jatiyoso Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/

0 0 13

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN 03 KARANGSARI Peningkatan Minat Belajar Pkn Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 02 Petung Kec. Jatiyoso Kab. Karanganyar Tahun Pelajaran

0 0 11

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SDN 03 KARANGSARI Peningkatan Motivasi Belajar Pkn Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing Pada Siswa Kelas V SDN 03 Karangsari Kec. Jatiyoso Kab. Ka

0 1 11

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN METODE PQRST PADA SISWA KELAS V SDN 01 JATISOBO Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Metode PQRST Pada Siswa Kelas V SDN 01 Jatisobo Kecamatan Jatipuro Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 1 14

Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Peraturan Perundang- Undangan Tingkat Pusat dan Daerah Dengan Metode Pemberian Tugas Pada Kelas V SDN 3 Setiap Pandawan

0 0 6

Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Melalui Metode Card Sort pada Siswa Kelas V SDN 2 Kopang Tahun Pelajaran 20162017

0 0 13