Analisis Perbedaan Kinerja Perusahaan Go Public Sebelum Dan Setelah Penerbitan Obligasi Syariah Ijarah Di Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 REGULER DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PERUSAHAAN GO PUBLIC

SEBELUM DAN SETELAH PENERBITAN

OBLIGASI SYARIAH IJARAH DI INDONESIA

DRAFT SKRIPSI

OLEH

TENGKU INDRA PRAMANA PUTRA 060502080

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

Abstrak

Tengku Indra Pramana Putra (2010). Analisis Perbedaan Kinerja Perusahaan Go Public Sebelum dan Setelah Penerbitan Obligasi Syariah. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si Sielaku dosen pembimbing. Ibu Prof Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Ibu Dr. Bebby K. Fawzeea, SE,MM dan Ibu Dr. Khaira Amalia F. SE, MBA.AK, selaku dosen penguji dan ibu Dra. Nisrul Irawati selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian adalah untuk untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan go public sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah. Penulis menarik hipotesis bahwa terdapat perbedaan kinerja sebelum dengan setelah penerbitan obligasi syariah dilihat dari rasio-rasio keuangan sebagai variabel kinerja yaitu Current Ratio (CR), Total Asset Turn Over (TATO), Return On Asset (ROA), dan Times Interest Earned (TIE).

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan populasi yang terdiri dari Perusahaan Go Public yang menerbitkan Obligasi Syariah Ijarah dari tahun 2004-2009. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan dengan menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 15.00 for Windows.

Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja perusahaan Go Public Sebelum dan Setelah Penerbitan Obligasi Syariah.

Kata Kunci : Current Ratio (CR), Total Asset Turn Over (TATO), Return On Asset (ROA), Times Interest Earned (TIE), dan Obligasi Syariah Ijarah.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ... i

Daftar Tabel ... iii

Daftar Gambar ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Kerangka Konseptual ... 11

D. Hipotesis ... 14

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

F. Metode Penelitian ... 16

1. Batasan Penelitian ... 16

2. Defenisi Operasional ... 16

3. Populasi dan Sampel ... 17

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

5. Jenis Data ... 19

6. Teknik Pengumpulan Data ... 19

7. Metode Analisis Data ... 19

8. Pengujian Hipotesis ... 20

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 23

B. Tinjauan Syariah Islam ... 23

C. Obligasi ... 31

D. Obligasi Syariah... 39

E. Kinerja Perusahaan dan Pengukurannya ... 50

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 57

B. Sejarah Umum Perusahaan ... 61

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif ... 64

B. Pengujian Hipotesis ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75


(4)

DAFTAR TABEL

1. Current Ratio Penerbit OSI ... 7

2. Total Asset Turn Over Penerbit OSI ………... 8

3. Return on Asset Penerbit OSI pada …….……… 8

4. Times-Interest Earned…….………... 9

5. Penerbit OSI pada 2004-2009 ……… 17

6. Penerbit OSI pada 2005 ……… 18

7. Perbedaan Obligasi dan Saham ………... 33

8. Kelebihan dan Kekurangan Obligasi ……….... 37

9. Penerbit OSI 2002-2007 ………... 48

10.Perbandingan Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional ……….... 50

11. Rata-rata Current Ratio ………. 64

12. Rata-rata Total Asset Turn Over ………... 66

13. Rata-rata Return On Asset ... 67

14. Rata-rata Times-Interest-Earned ... 68


(5)

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Konseptual ……… 14


(6)

Abstrak

Tengku Indra Pramana Putra (2010). Analisis Perbedaan Kinerja Perusahaan Go Public Sebelum dan Setelah Penerbitan Obligasi Syariah. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si Sielaku dosen pembimbing. Ibu Prof Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Ibu Dr. Bebby K. Fawzeea, SE,MM dan Ibu Dr. Khaira Amalia F. SE, MBA.AK, selaku dosen penguji dan ibu Dra. Nisrul Irawati selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian adalah untuk untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan go public sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah. Penulis menarik hipotesis bahwa terdapat perbedaan kinerja sebelum dengan setelah penerbitan obligasi syariah dilihat dari rasio-rasio keuangan sebagai variabel kinerja yaitu Current Ratio (CR), Total Asset Turn Over (TATO), Return On Asset (ROA), dan Times Interest Earned (TIE).

Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menggunakan populasi yang terdiri dari Perusahaan Go Public yang menerbitkan Obligasi Syariah Ijarah dari tahun 2004-2009. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α) 5%. Penganalisaan dengan menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 15.00 for Windows.

Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja perusahaan Go Public Sebelum dan Setelah Penerbitan Obligasi Syariah.

Kata Kunci : Current Ratio (CR), Total Asset Turn Over (TATO), Return On Asset (ROA), Times Interest Earned (TIE), dan Obligasi Syariah Ijarah.


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan operasinya. Sumber pembiayaan yang sering digunakan oleh perusahaan ada tiga macam, yaitu saham, obligasi, dan leasing. Prinsip yang digunakan dalam pembiayaan melalui ketiga instrumen tersebut selama ini masih didasarkan pada prinsip ekonomi kapitalis atau konvensional yang tidak mempedulikan aspek-aspek agama dalam pelaksanaannya.

Prinsip ekonomi yang berdasarkan syariat Islam telah marak diperbincangkan sejak dua dekade ini. Prinsip ekonomi syariah ini telah ada sejak zaman kenabian, ditandai dengan adanya ayat-ayat Alquran dan hadist yang mengatur tentang perdagangan. Islam melarang perdagangan yang mengandung unsur riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan maysir (judi). Gambling dan Karim (1991) mengatakan bahwa konsep pendapatan ekonomi tidak bisa diterima dalam perspektif Islam dan hal-hal yang tidak bisa diterima itu begitu fundamental bagi deduktif barat. Misalnya, model tingkat ekonomi dengan pengembalian modal yang membentuk basis bagi kalkulasi pendapatan di muka dengan asumsi bahwa uang punya nilai waktu, yang dinyatakan Gambling dan Karim sebagai hal yang tidak ada dalam Islam. Hal ini juga mendorong kita untuk mempelajari lebih dalam mengenal hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi syariah.

Sejumlah besar masyarakat muslim tidak dapat terlibat dalam investasi pasar modal sampai tahun 1970 disebabkan larangan-larangan Islam pada aktivitas bisnis tertentu (Huda, 2007). Namun untuk memenuhi kepentingan pemodal yang ingin


(8)

mendasarkan kegiatan investasinya berdasarkan prinsip-prinsip syariah, dibuatlah beberapa alternatif investasi seperti saham syariah, obligasi syariah, dan reksadana syariah. Instrumen pasar modal syariah ini telah berkembang di berbagai negara termasuk Indonesia.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), sehingga perkembangan secara umum tersebut diterapkan di berbagai instrumer syariah, selanjutnya penerapan prinsip syariah pada sektor di luar industri perbankan, juga telah dijalankan pada industri pasar modal (Pasar Modal Syariah). Pada industri pasar modal dengan prinsip syariah, telah diterapkan pada instrumen obligasi, saham dan reksadana.

Salah satu instrumen pasar modal syariah yang berkembang cukup pesat adalah obligasi syariah. Pada dasarnya obligasi syariah hampir sama dengan obligasi konvensional, perbedaan yang utama terdapat pada unsur bunga (riba) dalam obligasi konvensional yang diharamkan oleh syariah. Keunggulan obligasi syariah diantaranya investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi syariah tetapi juga investor konvensional. Produk syariah dapat dinikmati dan digunakan siapa pun, sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya memberi manfaat (maslahat) kepada seluruh semesta alam. Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam obligasi syariah, jika dipertimbangkan bisa memberikan keuntungan kompetitif, sesuai profil risikonya, dan juga likuid. Sementara itu, investor base obligasi konvensional justru terbatas karena investor syariah tidak bisa ikut ambil bagian di instrumen tersebut. Bagi emiten, menerbitkan obligasi syariah berarti juga memanfaatkan peluang-peluang


(9)

tertentu. Emiten dapat memperoleh sumber pendanaan yang lebih luas, baik investor konvensional maupun syariah. Selain itu, struktur obligasi syariah yang inovatif juga memberi peluang untuk memperoleh biaya modal yang kompetitif dan menguntungkan.

Penerbitan obligasi syariah di Indonesia dipelopori oleh PT Indosat pada tahun 2002 dengan bentuk obligasi mudharabah dengan nilai Rp 175 Miliar. Kemudian dengan keluarnya fatwa Obligasi Ijarah tahun 2004 telah mendorong sebanyak 7 (tujuh) emiten mendapat pernyataan efektif dari Bapepam untuk dapat menawarkan Obligasi Syariah Ijarah dengan total nilai emisi sebesar Rp.642 Miliar. Sampai dengan akhir 2004, secara kumulatif terdapat 13 (tiga belas) obligasi syariah dengan total nilai emisi sebesar Rp.1,38 triliun. Hal ini berarti nilai emisi obligasi syariah tumbuh sebesar 86,7% jika dibandingkan dengan akhir tahun 2003.

Pada awalnya beberapa perusahaan menerbitkan obligasi dengan akad mudharabah, namun saat ini akad ijarah juga digunakan dalam penerbitan obligasi. Obligasi syariah Mudharabah adalah obligasi syariah yang menggunakan perjanjian keuntungan saham, sehingga pendapatan para investor pada obligasi tersebut diperoleh

setelah informasi dari pendapatan penerbit. Sementara itu Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan perjanjian

sewa, sehingga jumlah kupon (fee ijarah) diterima akan stabil, dan dapat dihitung sejak pertama kali obligasi diterbitkan.

Usmani (2006) mengatakan bahwa karena lessor dalam ijarah memiliki aset yang disewakan, ia dapat menjual aset, secara keseluruhan maupun sebagian, ke pihak ketiga yang ingin membeli dan dapat mengganti hak dan kewajiban lessor sesuai dengan pembelian bagian aset. Pembelian proporsi aset oleh pihak ketiga dapat dibuktikan


(10)

dengan sertifikat yang disebut sukuk ijarah. Sertifikat ini akan menyajikan kepemilikan pemegang sertifikat dalam aset yang disewakan sesuai dengan hak dan kewajiban pemilik/lessor sebelumnya.

Alasan yang mungkin menyebabkan obligasi syariah ijarah cocok diterapkan di Indonesia karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Fleksibilitas

Instrumen ijarah merupakan salah satu instrumen yang paling mirip dengan kontrak sewa konvensional dan menawarkan fleksibilitas pembayaran dengan tingkat yang tetap dan mengambang, aliran kas dari penyewaan ini, yang mencakup pembayaran sewa dan pembayaran pokok, diserahkan kepada investor dalam bentuk kupon dan pembayaran prinsipal. Karena kemiripannya dengan sewa konvensional, sukuk berbasis ijarah cukup menarik bagi investor konvensional. Di sana terdapat fleksibilitas dalam penentuan waktu inflow dan outflow karena aliran kas kepada pemegang sertifikat tidak selalu berbarengan dengan timing pembayaran sewa. Oleh karena itu, pengambilan manfaat oleh pemegang sertifikat dapat diperoleh sebelum memulai periode sewa, selama periode atau setelah periode sesuai keputusan yang saling menguntungkan antara pihak-pihak yang terlibat.

2. Masa Jatuh Tempo yang Panjang

Kontrak ijarah dapat diberlakukan selama yang diinginkan dengan syarat aset yang menjadi subjek kontrak ijarah masih tetap ada dan pengguna dapat menarik manfaat darinya. Karena panjangnya masa ijarah, sukuk dapat


(11)

disusun untuk memberikan mode pendanaan efisien bagi sekuritas berjangka menengah dan panjang.

3. Transferabilitas

Karena syariah tidak membatasi hak pemberi pinjaman untuk menjual aset yang disewakan dalam kasus kontrak ijarah, maka orang yang berbagi kepemilikan aset yang disewakan melalui sukuk dapat melepaskan hak milik mereka dengan menjualnya kepada pemilik baru secara individual atau bersama-sama, sesuai keinginan mereka. Fitur ini sangat penting dalam mengembangkan pasar sekunder bagi sukuk berbasis ijarah.

4. Negosiabilitas

Persyaratan syariah bahwa obligasi atau note seperti sukuk dapat dijual dengan harga pasar asalkan underlying asset-nya terdiri dari mayoritas aset fisik. Hal ini menjadikan sukuk ijarah dapat dinegosiasikan dan karena itu mereka dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Fitur sukuk ijarah ini membuat mereka atraktif bagi investor sekaligus menguatkan likuiditas mereka di pasar.

Obligasi syariah juga merupakan instrumen investasi yang memberikan pendapatan tetap (fixed income) pada para investor berupa margin fee. Jumlah margin fee tersebut telah disepakati di awal perjanjian sehingga jelas berapa return yang akan diperoleh investor dari investasinya. Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki, obligasi syariah dapat menjadi suatu alternatif pembiayaan yang baik bagi perusahaan. Selain memperoleh dana yang diperlukan, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja


(12)

sebagai efek positif dari penerbit obligasi syariah ini dan sebagai tanggung jawab terhadap investor.

Obligasi syariah merupakan salah satu komponen modal yang digunakan untuk mendanai ekspansi aktiva. Proporsi penggunaan utang tersebut harus dijaga karena perusahaan akan menggunakan sebagian kapasitasnya untuk melunasi pinjaman di masa mendatang. Jika pendanaan lewat utang ini terlalu besar sementara pendapatan tidak bertambah maka rasio utangnya menjadi terlalu besar. (Brigham, 2006)

Banyak teknik yang digunakan dalam menganalisis data laporan keuangan. Salah satu alat pengukur yang cukup baik adalah dengan menggunakan rasio-rasio kinerja operasi (operating performance) (Jain dan Kini, 1994). Untuk mengukur pengaruh penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap kinerja perusahan, penelitian ini menggunakan empat rasio sebagai variabel kinerja, yaitu Current Ratio, Asset Turnover, Return On Asset (ROA) dan Times-interest-earned (TIE).

Penelitian ini mengamati perusahaan go public yang mengeluarkan obligasi syariah ijarah pada tahun 2005, mengingat terbatasnya data yang dimiliki dan masih sedikitnya perusahaan yang mengeluarkan obligasi syariah ijarah. Tahun 2005 merupakan tahun di mana perusahaan paling banyak mengeluarkan obligasi syariah ijarah.

Return diberikan dalam bentuk bagi hasil (loss profit sharing) yang secara mental menuntut emiten (penerbit obligasi) untuk bekerja maksimal dengan memanfaatkan dana yang diperoleh. Salah satu tujuan penerbitan obligasi syariah adalah untuk meningkatkan produktivitas aktiva dengan menggunakan dana yang diperoleh. Keberhasilan perusahaan setelah menerbitkan obligasi syariah juga dapat dievaluasi. Salah satunya adalah dengan


(13)

mengukur kinerjanya melalui rasio-rasio keuangan perusahaan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah. Berikut ini akan disajikan data-data perusahaan yang mengeluarkan obligasi syariah ijarah dan rasio-rasionya.

Tabel 1-1

Current Ratio (indikator likuiditas) Penerbit Obligasi Syariah Ijarah Pada Tahun 2005 sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah

Nama perusahaan 2004

(Sebelum Penerbitan)

2005

(Penerbitan)

2006 (Setelah Penerbitan)

PT Apexindo Pratama Duta Tbk 180,63 345,36 463,11 PT Indosat Tbk 138,78 138,58 83,28 PT Ricky Putra Globalindo Tbk 291,84 275,05 206,18 Sumber : www.idx.co.id, 30 Desember 2009

Pada Tabel 1-1 dapat dilihat kondisi current ratio dari ketiga perusahaan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ternyata ada yang meningkat dan ada yang menurun. Terjadinya peningkatan dan penurunan pada Current Ratio menandakan terdapat perusahaan yang mengalami penguatan likuiditas setelah penerbitan obligasi syariah dan adapula yang mengalami penurunan likuiditas.

Tabel 1-2

Total Asset Turn Over (indikator aktivitas) Penerbit Obligasi Syariah Ijarah Pada Tahun 2005 sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah

Nama perusahaan 2004

(Sebelum Penerbitan)

2005

(Penerbitan)

2006 (Setelah Penerbitan)


(14)

PT Apexindo Pratama Duta Tbk 0,3898 0,3541 0,3551

PT Indosat Tbk 0,3785 0,3535 0,3576 PT Ricky Putra Globalindo Tbk 0,7474 0,7510 0,8090 Sumber : www.idx.co.id, 30 Desember 2009

Pada Tabel 1-2 dapat dilihat kondisi Total Asset Turn Over dari ketiga perusahaan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ternyata mengalami peningkatan semua. Peningkatan pada rasio Total Asset Turn Over ini menandakan semua perusahaan mengalami penguatan pada aktivitas setelah penerbitan obligasi syariah.

Tabel 1-3

Return on Asset (indikator profitabilitas) Penerbit Obligasi Syariah Ijarah Pada Tahun 2005 sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah

Nama perusahaan 2004

(Sebelum Penerbitan)

2005

(Penerbitan)

2006 (Setelah Penerbitan)

PT Apexindo Pratama Duta Tbk (1,19) (1,82) 13,83

PT Indosat Tbk 8,55 7,18 5,91

PT Ricky Putra Globalindo Tbk 8,59 12,67 11,49 Sumber : www.idx.co.id, 30 Desember 2009

Pada Tabel 1-3 dapat dilihat kondisi Return On Asset dari ketiga perusahaan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ternyata ada yang meningkat dan ada yang menurun. Terjadinya peningkatan dan penurunan pada Return On Asset menandakan terdapat perusahaan yang mengalami penguatan profitabilitas setelah penerbitan obligasi syariah dan adapula yang mengalami penurunan profitabilitas.


(15)

Tabel 1-4

Times-Interest-earned (indikator leverage) Penerbit Obligasi Syariah Ijarah Pada Tahun 2005 sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah

Nama perusahaan 2004

(Sebelum Penerbitan)

2005

(Penerbitan)

2006 (Setelah Penerbitan)

PT Apexindo Pratama Duta Tbk (4) (7) 59.17

PT Indosat Tbk 32.58 29.64 22.88 PT Ricky Putra Globalindo Tbk 16.25 24.84 19.32 Sumber : www.idx.co.id, 30 Desember 2009

Pada Tabel 1-4 dapat dilihat kondisi Times Interest Earned dari ketiga perusahaan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ternyata ada yang meningkat dan ada yang menurun. Terjadinya peningkatan dan penurunan ini menandakan terdapat perusahaan yang mengalami penguatan leverage setelah penerbitan obligasi syariah dan adapula yang mengalami penurunan leverage.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk menganalisis seberapa besar perbedaan “kinerja perusahaan go public dari aspek Likuiditas, Aktivitas, Leverage dan Profitabilitas sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah di Indonesia.” Dari pengetahuan ini, diharapkan perusahaan akan semakin selektif dalam membuat capital decision dengan mempertimbangkan cost and benefit dari tiap alternatif pembiayaan yang ada. Pada akhirnya, prinsip-prinsip syariah dapat menjadi pertimbangan khusus dalam menjalankan usaha secara khusus dan perekonomian secara umum.


(16)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan penerbit obligasi syariah ijarah dari aspek likuiditas setelah penerbitan dibandingkan sebelum penerbitan?

2. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan penerbit obligasi syariah ijarah dari aspek aktivitas setelah penerbitan dibandingkan sebelum penerbitan?

3. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan penerbit obligasi syariah ijarah dari aspek profitabilitas setelah penerbitan dibandingkan sebelum penerbitan?

4. Apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan penerbit obligasi syariah ijarah dari aspek leverage setelah penerbitan dibandingkan sebelum penerbitan?

C. Kerangka Konseptual

Kinerja suatu perusahaan juga dipengaruhi oleh pemilihan sumber dana Keputusan apakah dana yang akan digunakan oleh perusahaan dengan hutang atau dengan penjualan saham akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. (Brigham, 2006)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam keputusan penandaan yakni mengenai tujuan, apakah pendanaan tersebut untuk pendapatan dan pertumbuhan atau untuk keamanan. Kemudian juga jangka waktu dari pendanaan tersebut, resiko yang sanggup ditanggung kemudian disesuaikan kebutuhan dan kondisi keuangan.


(17)

Keputusan pendanaan bagi umat muslim harus berdasarkan kriteria tertentu yakni pendanaan tersebut harus bebas dari unsur riba (bunga), gharar (kekurangan penyingkapan informasi), qimar (berjudi), dan maisir (mengandung unsur penipuan).

Munculnya obligasi syariah dan instrumen syariah lainnya akan memberikan kemudahan bagi umat muslim untuk beraktivitas di pasar modal. Dengan adanya kepercayaan atas sistem dan proses, keragaman dan kualitas produk, serta keyakinan investor dan emiten untuk menggunakan produk tersebut akan mensukseskan instrumen syariah itu di pasar yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas aktiva dari dana yang diperoleh. (Huda, 2008)

Kinerja keuangan merupakan fokus utama dalam pengambilan keputusan pendanaan. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang memiliki kinerja yang baik. Untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai perusahaan dapat dilakukan dengan menilai kinerja perusahaan dalam waktu tertentu. Salah satu alat pengukur yang cukup baik adalah dengan menggunakan rasio-rasio kinerja operasi( Jain dan Kini, 1994). Untuk melihat perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah penelitian ini menggunakan empat rasio sebagai variabel kinerja, yaitu Current Ratio, Asset Turn Over, Return on Asset (ROA) dan Time-interest-earned (TIE).

Current Ratio menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban dengan aset yang dimilikinya. Meythi (2007) mengatakan, current ratio dapat menunjukkan tingkat keamanan kewajiban jangka pendek. Semakin besar nilai rasio ini, semakin baik kinerja perusahaan. (Harahap, 2001). Dana obligasi syariah di Indonesia sebagian besar digunakan untuk membiayai operasi perusahaan dengan membeli aset-aset yang diperlukan (Huda, 2007). Oleh karena itu, variabel


(18)

current ratio ini dipengaruhi oleh penerbit obligasi syariah ijarah. Dengan diterbitkannya obligasi syariah ijarah, nilai current ratio perusahaan menjadi semakin tinggi karena penambahan nilai current asset dan penurunan current liabilities (Harahap, 2001).

Total Asset Turn Over merupakan rasio penjualan bersih terhadap total aset. Penurunan penjualan dan peningkatan total aset akan mempengaruhi rasio ini. Perputaran total aset yang meningkat menunjukkan pemakaian aset yang efisien, sehingga dapat juga dikatakan bahwa semakin tinggi perputaran aktiva, semakin efisien penggunaan aktiva tersebut (Giatman, 2000). Dana yang diperoleh dari obligasi syariah ijarah yang digunakan untuk membiayai sewa aset diharapkan dapat meningkatkan jumlah aset rata-rata yang pada akhirnya akan meningkatkan penjualan bersih perusahaan (Huda, 2007). Dengan adanya dana dari obligasi syariah, nilai asset turnover akan semakin meningkat karena adanya peningkatan nilai aset rata-rata akibat efisiensi penggunaan aset. (Harahap, 2001)

Return On Asset (ROA) menggambarkan seberapa besar profitabilitas aset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar nilai ROA-nya, berarti perusahaan dapat memaksimalkan penggunaan aset yang dimilikinya. Dengan adanya obligasi syariah ijarah, perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dan efisiensi dari aset-aset yang dimiliki atau diperoleh dari dana obligasi syariah ijarah yang dapat dicerminkan dari peningkatan nilai ROA. (Harahap, 2001)

Times-interest-earned (TIE) mengukur sejauh mana laba operasi dapat menurun sebelum perusahaan tidak mampu lagi membayar biaya bunga tahunannya (Brigham, 2006). Dengan adanya obligasi syariah ijarah, perusahaan dapat memperoleh dana melalui hutang, perusahaan yang memiliki rasio utang relatif tinggi akan memiliki


(19)

ekspektasi pengembalian yang juga lebih tinggi yang dapat dicerminkan dari peningkatan nilai TIE (Brigham, 2006).

Gambar 1.1 menunjukkan model kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan ataupun pengaruh penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap kinerja perusahaan dari aspek likuiditas, aktivitas, dan profitabilitas.

Sebelum penerbitan obligasi syariah ijarah

Current Ratio

Setelah penerbitan obligasi syariah ijarah Current Ratio

Sebelum penerbitan obligasi syariah ijarah

Total Asset Turnover

Setelah penerbitan obligasi syariah ijarah Total Asset Turnover

Sebelum penerbitan obligasi syariah ijarah

Return On Asset Return On Asset Setelah penerbitan obligasi

syariah ijarah

Sumber : Devi, 2008 (diolah)

Gambar 1.1 Kerangl

Times-Interest-earned Sebelum penerbitan obligasi

syariah ijarah

Times-Interest-earned Setelah penerbitan obligasi

syariah ijarah

Sumber : Devi, 2008 (diolah)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian kerangka konseptual, maka hipotesis yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Ada beda signifikan antara sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap Current Ratio (CR).


(20)

2. Ada beda signifikan antara sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap Total Asset Turnover.

3. Ada beda signifikan antara sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap Return On Asset (ROA).

4. Ada beda signifikan antara sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap Time-interest-earned (TIE).

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan perusahaan go public sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah.

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini manfaat yang dapat diambil antara lain : a. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi mengenai sumber pembiayaan lain yang dapat digunakan yaitu obligasi syariah ijarah yang memiliki beberapa keunggulan dari obligasi konvensional.

b. Bagi Penulis

Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan dan juga pengetahuan tentang obligasi syariah secara umum dan obligasi syariah ijarah pada khususnya.


(21)

Sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan penelitian yang sejenis berikutnya.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Penelitian

Penelitian skripsi ini hanya terbatas pada perusahaan terbuka yang menggunakan pendanaan yang bersumber dari obligasi syariah dengan menggunakan skim ijarah. Data yang digunakan adalah data pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2008 untuk melihat perbedaan kinerja sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dan pengukuran variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel X1 yaitu Current Ratio. Rasio ini menunjukkan sampai sejauhmana

tagihan – tagihan jangka pendek dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu dekat (Margaretha, 2004:19). Rasio ini dihitung dengan rumus :

Current Assets Current Ratio =

Current Liabilities

b. Variabel X2 yaitu Total Asset Turnover. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi

penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan (Syamsuddin, 2007:62). Rasio ini dihitung dengan rumus :


(22)

c. Variabel X3 yaitu Return On Asset. Rasio ini menunjukkan kemampuan dari total

aktiva perusahaan dalam menghasilhan laba. Menurut (Purba, 2002:171). Rasio ini dihitung dengan rumus :

Total Assets

Net Profit Return On Asset (ROA) =

Total Assets

d. Variabel X4 yaitu Times-Interest-Earned. Rasio TIE mengukur sejauh mana laba operasi dapat menurun sebelum perusahaan tidak mampu lagi membayar biaya bunga tahunannya. (Brigham, 2004:104). Rasio ini dihitung dengan rumus :

EBIT Times-Interest-Earned =

Beban Bunga

3. Populasi dan Sampel

Populasi yang ingin dianalisis dalam skripsi ini adalah perusahaan-perusahaan yang telah menerbitkan obligasi syariah ijarah di Indonesia (emiten obligasi syariah) pada tahun 2004-2009. Pada tahun 2004 sampai 2009 telah ada sepuluh perusahaan go public yang telah menerbitkan obligasi syariah ijarah.

Tabel 1-4

Penerbit Obligasi Syariah Ijarah 2004-2009

No Nama Efek Nama penerbit Efek

1 OS Ijarah Sona Topas Tourism Industry Th.2004

PT. Sona Topas Tourism Tbk.

2 OS Ijarah Berlina I Th.2004 PT. Berlina Tbk

3 OS Ijarah I Humpuss Intermoda

Transportasi Th.2004

PT. Humpuss Intermoda Trasnportasi Tbk


(23)

No Nama Efek Nama penerbit efek 4 OS Ijarah Apexindo Pratama Duta I Th.

2005

PT Apexindo Pratama Duta Tbk

5 OS Ijarah Indosat Th. 2005 PT Indosat Tbk

6 OS Ijarah I Ricky Putra Globalindo Th.

2005

PT Ricky Putra Globalindo Tbk

7 Sukuk Ijarah Berlian laju tanker Th. 2007 PT. Berlian Laju Tanker Tbk 8 Sukuk Ijarah I Summarecon Agung

Th.2008

PT. Summarecon Agung Tbk

9 Sukuk Ijarah Metrodata Electronics I

Th.2008

PT. Metrodata Electronics Tbk

10 Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II

Th.2009

PT. Matahari Putra Prima Tbk

Sumber : Daftar Efek Syariah Bapepam 29 Mei 2007.

www.bapepam.go.id

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tiga perusahaan yang telah menerbitkan obligasi syariah dengan skim ijarah pada tahun 2005 saja, di mana industri dari ketiga perusahaan tersebut berbeda-beda. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut merupakan tahun dimana perusahaan paling banyak menerbitkan obligasi syariah ijarah dan karena pada tahun tersebut ketersediaan datanya lengkap. Ketiga perusahaan tersebut akan diukur keempat rasio keuangannya.

Tabel 1-5

Penerbit Obligasi Syariah Ijarah 2005

No Nama Efek Nama penerbit Efek

1 OS Ijarah Apexindo Pratama Duta I Th. 2005

PT Apexindo Pratama Duta Tbk

2 OS Ijarah Indosat Th. 2005 PT Indosat Tbk

3 OS Ijarah I Ricky Putra Globalindo Th.

2005

PT Ricky Putra Globalindo Tbk

Sumber : Daftar Efek Syariah Bapepam 29 Mei 2009.


(24)

4. Tempat dan Waktu Penelitian

a) Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan situs www.idx.co.id

b) Waktu penelitian

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan Maret 2010

5. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui media internet (www.idx.co.id), jurnal, buku-buku referensi, surat kabar, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

7. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisa data adalah dengan menggunakan metode statistik deskriptif dan metode statistik. Metode statistik yang dipakai adalah Statistik Non Parametrik dengan Uji Wilcoxon dilakukan untuk melihat


(25)

apakah terdapat perbedaan pada rata-rata empat rasio kinerja yang diukur sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah.

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui empat rasio (Current Ratio, Total Asset Turn Over, Return On Asset dan Time Interest Earned).

Pada akhirnya, dari pengujian statistik terhadap keempat rasio yang telah disebutkan sebelumnya, hal yang dapat disimpulkan adalah apakah terdapat beda signifikan antara rata-rata keempat rasio tersebut sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah secara umum.

8. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis akan menggunakan program statistik SPSS versi 15.00 untuk mempermudah pelaksanaan perhitungan. Cara ini dilakukan mengingat pengolahan data dengan program tersebut lebih cepat dan mempunyai tingkat ketelitian dan keakuratan yang tinggi dibandingkan dengan penelitian secara manual.

Statistik Non Parametrik dengan Uji Wilcoxon digunakan untuk pengujian hipotesis pada setiap perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah ijarah pada tahun 2005 dengan rentang waktu penelitian selama 3 tahun dengan sampel (N) = 3 perusahaan dengan derajat signifikansi 5% dan derajat kebebasan N-1 (Santoso, 2004 : 257). Pengujian ini menggunakan hipotesis :

a. Ho : µ sebelum penerbitan syariah ijarah = sesudah penerbitan artinya

current ratio sebelum penerbitan tidak berbeda dengan current ratio sesudah penerbitan.


(26)

Ha : µ sebelum penerbitan obligasi syariah ijarah ≠ sesudah penerbitan

artinya current ratio sebelum penerbitan berbeda dengan current ratio sesudah penerbitan.

b. Ho : µ sebelum penerbitan syariah ijarah = sesudah penerbitan artinya

Total Asset TurnOver sebelum penerbitan tidak berbeda dengan Total Asset TurnOver sesudah penerbitan.

Ha : µ sebelum penerbitan obligasi syariah ijarah ≠ sesudah penerbitan

artinya Total Asset Turnover sebelum penerbitan berbeda dengan Total Asset TurnOver sesudah penerbitan.

c. Ho : µ sebelum penerbitan syariah ijarah = sesudah penerbitan artinya

Return On Asset sebelum penerbitan tidak berbeda dengan Return On Asset sesudah penerbitan.

Ha : µ sebelum penerbitan obligasi syariah ijarah ≠ sesudah penerbitan

artinya Return On Assett sebelum penerbitan berbeda dengan Return On Asset sesudah penerbitan.

d. Ho : µ sebelum penerbitan syariah ijarah = sesudah penerbitan artinya

Times-Interest-earned sebelum penerbitan tidak berbeda dengan Times-interest-earned sesudah penerbitan.

Ha : µ sebelum penerbitan obligasi syariah ijarah ≠ sesudah penerbitan

artinya interest-earned sebelum penerbitan berbeda dengan Times-interest-earned sesudah penerbitan


(27)

Kriteria penerimaan hipotesis dengan Uji Wilcoxon dengan derajat signifikansi (α) 5% adalah :

Ho diterima jika sig – t (probabilitas) > 0,05


(28)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A.Penelitian Terdahulu

Penelitian Devi (2008) mengenai Analisis Pengaruh Kinerja Perusahaan Sebelum dan Setelah Penerbitan Obligasi Syariah Ijarah dengan menggunakan Dummy Variable selama periode 2003-2007. Hasil dari penelitian ini menunjukkan perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah tidak mengalami perubahan yang signifikan. Hasil penelitian ini dipengaruhi oleh jenis industri dari tiap perusahaan, sehingga hasil perhitungan masing-masing sampel perusahaan dapat berbeda dengan hasil perhitungan secara keseluruhan (empiris).

B. Tinjauan Syariah Islam

Achsien (2000) mengatakan bahwa pada tataran teoritis, agama memuat segala sesuatu yang terbaik yang diperlukan manusia untuk mengolah tujuan-tujuan hidupnya. Agama menyediakan cita-cita kebahagiaan dan kesejahteraan, moralitas, etos kerja, manajemen keadilan serta apa saja yang dibutuhkan manusia dalam hidup pergaulan dengan sesamanya dan seluruh unsur alam. Bagi muslim, Islam adalah jalan hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan, sejalan dengan perintah, “Hai orang-orang yang beriman. Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan....” (QS. Al Baqarah:208). Dengan demikian, tidak seperti sekularisme, Islam tidak menghendaki adanya pemisahan antara agama dan ekonomi ataupun aspek kehidupan yang lain.


(29)

Dari fiksi Islam, terdapat dua sumber hukum yang mengatur mengenai akad atau perjanjian, yaitu Al Quran dan Al Hadist.

1. Al Quran

Al Quran merupakan sumber hukum Islam yang paling utama. Dalam Al Quran dicantumkan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam Islam, abad-abad dalam melakukan sesuatu, dan hal-hal lain berkaitan dengan kehidupan manusia. Orang-orang beriman wajib mengikuti aturan-aturan yang tertulis dalam Al Quran karena aturan tersebut merupakan firman Allah yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW dan bertujuan demi kebaikan seluruh umat.

Termasuk di dalamnya akad yang terkait dengan obligasi dalam hal bunga (riba) pada khususnya. Riba (interest) adalah kompensasi atau kelebihan pengembalian yang disyaratkan dalam suatu kontrak perjanjian. Riba merupakan hal yang sangat dilarang dalam Islam. Telah banyak kaum muslim yang membahas rasionalisasi pelarangan riba dan alternatif-alternatifnya (Tariq, 2004).

Beberapa ayat Al Quran yang terkait dengan pelanggaran riba ini antara lain :

1. “...Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ...” (QS 2:275) 2. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba

(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat, bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (QS 2.278-279)


(30)

3. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu...” (QS 4:29)

2. Al Hadist

Hadis merupakan hal-hal yang dilakukan, dikatakan, atau disarankan oleh Rasulullah SAW. Hadis yang terkait dengan obligasi antara lain :

1. “Rasulullah SAW melarang jual beli (yang mengandung) gharar” (H Baihaq dari Ibnu Umar)

2. “Perjanjian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram.” (HR Tirmidzi dari Amrbin Auf)

3. “Sesungguhnya jika aku dipinjam dua l\dinar emas, lalu dibayarkan kembali (kepadaku). Kemudian aku meminjam lagi (kepada orang lain) niscaya aku lebih mencintai meminjamkannya dari pada aku mensedekahkannya. Karena meminjamkan itu dapat memberi kemudahan kepada saudara semuslim serta dapat memenuhi/menolong kebutuhannya. Meminjamkan itu sunnah seperti sedekah, namun ia tidak waqjib” (Abi Darda r.a)

4. “Berikanlah unta yang bagus itu kepadanya, karena sebaik-baik manusia adalah yang paling baik membayar hutangnya”. (HR. Imam Muslim)


(31)

3. Akad (Perjanjian) yang Diperbolehkan Dalam Syariah Islam

Dalam Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) 1998, disebutkan akad yang diperbolehkan dan sesuai dengan syariah Islam, antara lain :

a) Mudharabah

Menurut AAOIFI (1998), mudharabah adalah kerjasama dalam laba antara pemilik modal dan pekerja, antara pemilik ,modal dengan bank syariah sebagai mudharib (enterpreneur), atau bank dapat juga sebagai agen.

Dalam akad ini kerugian ditanggung oleh pemilik modal, kecuali ada misconduct, negligence atau violation yang disepakati oleh kedua pihak. Bank syariah dapat juga menanggung kerugian pada kasus tertentu. Pemilik modal (shahibul maal) memberikan modal pada bank (sebagai agen), kemudian menginvestasikan uangnya pada mudharib (enterpreneur); atau shahibul maal langsung memberikan modalnya pada mudharib dengan nasib bagi hasil yang disepakati.

b) Musyarakah

Musyarakah adalah bentuk kerjasama antara bank syariah dan kliennya dimana setiap pihak berkontribusi pada kerjasma dalam mosal secara sama atau berbagai macam untuk menciptakan sebuah proyek atau kepemilikan. Setiap pihak menjadi pemilik modal yang permanen atau berkurang dan mempunyai kepemilikan laba berdasarkan nisbah yang telah disepakati. Jika ada kerugian akan dibagi dalam proporsi untuk modal yang dikonttribusikan (AAOIFI, 1998).


(32)

c) Murabahah

Konsep akad merabahah adalah jual beli, dimana pokok barang dan mark up diberitahukan kepada pembeli. AAOIFI menjelaskan bahwa murabahah adalah penjualan barang pada biaya ditambah laba yang disetujui. Dalam akad ini, penjual seharusnya memberikan informasi pada pembeli mengenai harga pembelian dan jumlah yang dikenakan pada pembeli. Jenis dan syarat barang juga harus jelas agar barang yang diserahkan pada pembeli sesuai dengan yang diharapkan.

d) Ijarah

Ijarah secara kegiatan hampir sama dengan sewa menyewa (leasing) dalam ekonomi konvensional, begitu juga perlakuan akuntasinya. Bedanya adalah pada akuntansi syariah, ijarah hanya dapat dicatat sebagai operating ijarah karena selama masa perjanjian penyewa tidak boleh mengakui aset yang disewa sebagai asetnya, melainkan sebagai hutang. Oleh AAOIFI, ijarah diartikan sebagai transfer kepemilikan berupa jasa untuk sesuatu yang disetujui.

e) Salam dan Istisna’

Salam adalah pembelian komoditas dengan pengiriman yang ditunda dengan pembayaran segera berdasarkan kondisi tertentu atau penjualan komoditas untuk pengiriman yang ditunda dengan pertukaran untuk pembayaran segera. Sedangkan istisna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli utama (al mustasni’) dan penjual (al sani’) berdasarkan spesifikasi dan menjualnya pada al mustasni’ untuk harga yang disetujui dan metode


(33)

penyelesaian pada kontrak, dengan cicilan atau penundaan pada masa mendatang. Dengan kata lain, konsep istisna’ hampir sama dengan pesanan barang (make by order).

4. Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

Pelaksanaan aktivitas syariah dapat menyimpang dari prinsip-prinsip syariah sebenarnya. Untuk itu diperlukan pengawas yang dapat mengawasi praktek-praktek yang ada dalam dunia nyata agar prinsip-prinsip tersebut benar-benar diterapkan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk memenuhi kebutuhan tersebut. DSN ini juga bertindak sebagai regulator dan mengeluarkan fatwa (aturan) yang harus menjadi pedoman bagi siapa saja yang akan melakukan aktivitas ekonomi syariah. Terkait dengan munculnya obligasi syariah dan obligasi syariah Ijarah di Indonesia, DSN-MUI telah mengeluarkan beberapa fatwa antara lain :

Fatwa No : 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah

Peraturan ini terdiri dari empat bagian, yaitu ketentuan umum, ketentuan khusus, penyelesaian perselisihan, dan penutup. Dalam ketentuan umum terdapat tiga hal terkait dengan pengertian obligasi syariah, yaitu :

1. Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat hutang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga;

2. Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah;

3. Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi


(34)

Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Sedangkan dalam ketentuan khususnya, terdapat lima hal utama yaitu :

1. Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain : a. Mudharabah (Muqaradah)/Qiradh

b. Musyarakah c. Murabahah d. Salam e. Istishna f. Ijarah.

2. Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memper-hatikan substansi Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah; 3. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten (Mudharib) kepada

pemegang Obligasi Syariah Mudharabah (Shahibul Maal) harus bersih dari unsur non halal;

4. Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang Obligasi Syariah sesuai akad yang digunakan;

5. Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad-akad yang digunakan. Fatwa No : 41/DSN-MUI/IX/2004, tentang Obligasi Syariah Ijarah

Menurut fatwa ini, Obligasi Syariah Ijarah adalah Obligasi Syariah berdasarkan akad Ijarah dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah. Pemegang Obligasi Syariah Ijarah


(35)

(OSI) dapat bertindak sebagai Musta’jir (penyewa) dan dapat pula bertindak sebagai Mu’jir (pemberi sewa). Emiten dalam kedudukannya sebagai wakil Pemegang OSI dapat menyewa ataupun menyewakan kepada pihak lain dan dapat pula bertindak sebagai penyewa.

Ketentuan khusus fatwa ini antara lain :

1. Akad yang digunakan dalam Obligasi Syariah Ijarah adalah Ijarah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI No. 9/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, terutama mengenai rukun dan syarat akad.

2. Obyek Ijarah harus berupa manfaat yang dibolehkan.

3. Jenis usaha yang dilakukan Emiten tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah dan No. 40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.

4. Emiten dalam kedudukannya sebagai penerbit obligasi dapat mengeluarkan OSI baik untuk aset yang telah ada maupun aset yang akan diadakan untuk disewakan. 5. Pemegang OSI sebagai pemilik aset (a’yan) ataui manfaat (manafi’) dalam

menyewakan (ijarah) aset atau manfaat yang menjadi haknya kepada pihak lain dilakukan melalui Emiten sebagai wakil.

6. Emiten yang bertindak sebagai wakil dari Pemegang OSI dapat menyewa untuk dirinya sendiri atau menyewakan kepada pihak lain.


(36)

7. Dalam hal Emiten bertindak sebagai penyewa untuk dirinya sendiri, maka Emiten wajib membayar sewa dalam jumlah dan waktu yang disepakati sebagai imbalan (‘iwadh ma’lum) sebagaimana jika penyewaan dilakukan kepada pihak lain. 8. Pengawasan aspek yariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli

Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI, sejak proses emisi Obligasi Syariah Ijarah dimulai.

9. Kepemilikan Obligasi Syariah Ijarah dapat dialihkan kepada pihak lain, selama disepakati dalam akad.

C. Obligasi 1. Pengertian

Dalam Over The Counter Fixed Income Security yang diterbitkan Bursa Efek Surabaya (BES) disebutkan bahwa obligasi adalah surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahkan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

Sedangkan menurut Peraturan Bapepam :

Obligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan yang menyatakan bahwa investor atau pemegang obligasi telah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan. Perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untuk membayar bunga secara reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.


(37)

Keputusan RI No. 755/KMK011/1982 menyebutkan :

Pasal 1 menyebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu oleh Emiten (badan pelaksana pasar modal).

Obligasi diklasifikasikan sebagai hutang jangka panjang (long term debt) yang memiliki berbagai batasan (convenant) untuk melindungi pihak peminjam maupun yang meminjamkan (Kieso, 2004). Syarat-syarat perjanjian dan convenant antara kedua pihak dicantumkan dalam surat obligasi (bond indenture atau note agreement). Sebagai bagian dari hutang jangka panjang, penerbitan obligasi biasanya berdasarkan tingkat bunga, artinya pihak peminjam akan membayar bunga tersebut setiap periode.

Bagi investor, obligasi juga disebut sebagai fixed income securities, dimana fixed income securities adalah suatu investasi yang memberikan return melalui pembayaran secara periodik dan eventual dari principal pada saat jatuh tempo. (Usmani, 2006).

Konsep-konsep yang penting dalam obligasi antara lain :

a. Coupon rate : tingkat bunga yang ditetapkan pada sebuah obligasi.

b. Face value (Maturity value) : besarnya nilai pokok dari sebuah obligasi yang dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo.

c. Interest rate : tingkat bunga tertentu yang diinginkan oleh investor


(38)

Di Indonesia, jangka waktu obligasi biasanya 5 tahun, ada juga yang sampai 10 tahun. Semakin pendek maturity-nya, suatu obligasi akan semakin diminati karena dianggap risikonya akan semakin kecil.

Tingkat bunga berubah-ubah di pasar, sedangkan arus kas yang berasal dari obligasi bagaimanapun tetap sama. Akibatnya nilai obligasi akan berfluktuasi. Ketika tingkat bunga naik, nilai Present Value (PV) dari tingkat perolehan arus kas obligasi akan menurun dan nilai obligasi pun akan turun. Begitu juga sebaliknya.

Berikut dijelaskan secara tabel mengenai perbedaan obligasi dengan saham sebagai sumber pembiayaan perusahaan menurut Buku Pedoman Mengenal Obligasi, Bursa Efek Surabaya (BES).

Tabel 2-1

Perbedaan Obligasi dan Saham

Saham Obligasi

Merupakan bukti kepemilikan Merupakan bukti pengakuan utang Diterbitkan atas nama Diterbitkan atas Unjuk

Dari sisi jangka waktu, umur saham tidak terbatas

Jangka waktu terbatas, tanggal jatuh tempo ditentukan pada saat emisi (kecuali untuk jenis obligasi tertentu)

Dari sisi pendapatan, saham memiliki hak atas pembayaran dividen dan jumlah tergantung pada keuntungan perusahaan

Pendapatan berasal dari tingkat bunga dan pokok yang periode pembayarannya telah ditetapkan lebih dahulu

Dividen dibayar dari keuntungan perusahaan, potensi laba saham sulit ditaksir dan umumnya berupa estimasi

Dalam keadaan untung maupun rugi, perusahaan tetap harus membayar bunga dan pokok pada tanggal jatuh tempo Harga saham lebih berfluktuasi, sangat

sensitif terhadap kondisi mikro dan makro perekonomian (termasuk bunga)

Harga obligasi relatif stabil, namun sangat sensitif terhadap tingkat suku bunga dan inflasi


(39)

Saham Obligasi

Pemegang saham mempunyai hak suara atau hak untuk menentukan jalannya perusahaan

Pemegang obligasi tidak memiliki hak suara atau hak untuk menjalankan perusahaan

Jika terjadi likuidasi maka klaim pemegang saham bersifat inferiori

Pemegang obligasi memiliki hak terlebih dahulu (senior) terhadap aktiva perusahaan, kecuali obligasi subordinas

Dikumpulkan dari berbagai sumber

2. Jenis Obligasi

Secara umum, obligasi dapat dibagi ke dalam empat jenis . a. Berdasarkan Penerbit

1. Corporate bonds : adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik BUMN maupun swasta.

2. Goverment bonds : adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah

3. Municipal bonds : adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah. b. Berdasarkan mekanisme pembayaran bunga

1. Zero coupon bonds : adalah obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik, namun dibayar sekaligus pokok pada tanggal jatuh tempo

2. Coupon bonds : adalah obligasi dengan kupom yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya

3. Fixed coupon bonds : merupakan obligasi dengan tingkat bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana (primary market) dan akan dibayarkan secara periodik

4. Floating coupon bonds : adalah obligasi dengan bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tertentu, berdasarkan suatu acuan tertentu seperti average time


(40)

deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta

c. Berdasarkan hak penukaran/opsi

1. Convertible bonds : merupakan obligasi yang memberikan hak pada pemegangnya untuk mengkonversi obligasi ke sejumlah saham emiten (issuer) 2. Callable bonds : adalah obligasi yang memberikan hak pada emiten (issuer) untuk

membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi.

3. Exchangeable bonds : adalah obligasi yang memberikan hak pada pemegang obligasi untuk menukar obligasi tersebut ke dalam saham atau kepemilikan perusahaan emiten di perusahaan lain.

4. Putable bonds : merupakan obligasi yang memberikan hak pada pemegang obligasi yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.

d. Berdasarkan Jaminan (collateral)

1. Secured bonds : adalah obligasi yang dijaminkan oleh kekayaan perusahaan atau pihak ketiga

2. Unsecured bonds : adalah obligasi yang tidak dijaminkan oleh kekayaan perusahaan maupun pihak ketiga.

3. Resiko Obligasi


(41)

1. Systematic risk merupakan risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor makro secara umum yang mempengaruhi seluruh sekuritas. Keragaman dalam total return sekuritas yang berhubungan dengan seluruh pergerakan dalam pasar dan ekonomi akan memiliki efek terhadap seluruh sekuritas yang ada.

Pada dasarnya tiap sekuritas, baik saham maupun obligasi, memiliki systematic risk karena risiko ini berhubungan dengan tingkat bunga, pasar, dan risiko inflasi. Faktor politik dan ekonomi suatu negara juga merupakan penyebab dari risiko ini. Risiko ini tidak dapat dihindari oleh investor bagaimanapun diversifikasi investasi dilakukan. Jika pasar sedang menurun tajam atau sedang menguat, kebanyakan saham juga akan terpengaruh. Risiko ini sangat penting untuk diperhatikan investor.

2. Nonsystematic risk merupakan risiko yang dimiliki oleh masing-masing sekuritas secara unik dan tidak berhubungan dengan keragaman return dalam pasar. Risiko ini berhubungan dengan faktor-faktor seperti risiko bisnis dan keuangan yang akan mempengaruhi likuiditas perusahaan.

4. Return Obligasi

Return adalah tingkat pengambilan yang diperoleh investor atas investasi yang dilakukannya. Return terdiri dari :

a. Required return yang diinginkan atau disyaratkan oleh investor pada awal investasi. b. Expected return adalah return yang diestimasikan dari aset yang diharapkan oleh

investor di masa depan.


(42)

d. Total return adalah ukuran persentase yang berhubungan dengan seluruh arus kas suatu sekuritas dalam periode tertentu terhadap harga belinya.

Arus kas obligasi berasal dari pembayaran bunga yang diterima oleh investor.

5. Kelebihan dan Kekurangan Obligasi

Dari penjelasan yang ada, dapat disimpulkan mengenai kelebihan dan kekurangan obligasi antara lain :

Tabel 2-2

Kelebihan dan Kekurangan Obligasi

Kelebihan Kekurangan

Bagi Emiten

1. Relatif murah, karena tingkat bunga telah ditentukan sejak awal, jadi jumlah bunga yang harus dibayarkan pasti

2. Jangka waktu jatuh temponya (maturity) biasanya panjang, membuat perusahaan emiten lebih fleksibel dalam menggunakan dana obligasi

1. Memberatkan emiten jika kondisi perusahaan sedang tidak baik, karena bunga wajib bayar oleh emiten pada pemegang obligasi, tidak peduli apakah kondisi perusahaan untung maupun rugi

Kelebihan Kekurangan

Bagi Investor

1. Investasi yang relatif aman, pendapatan yang akan diperoleh pasti (fixed income securities), yaitu berasal dari bunga kupon dan pokok pinjaman 2. Kemungkinan untuk mendapatkan

capital gain apabila investor menjual obligasi tersebut pada pihak ketiga.

1. Investasi yang jangka waktunya relatif panjang sehingga merupakan aset yang tidak likuid bagi investor

2. Pemegang obligasi tidak memiliki hak suara dalam perusahaan.


(43)

The Council of the Islamic Fiqh Academy, dalam pertemuan ke-6 yang diadakan di Jeddah, Arab Saudi, 14-20 Maret 1990, membahas mengenai obligasi menurut Islam. Hasilnya antara lain :

Pertama : obligasi yang memberikan kewajiban untuk membayar jumlah obligasi dan bunganya terkait dengan face value atau keuntungan yang telah ditetapkan sebelumnya, dilarang dalam syariah. Penerbitan, pembelian, dan negosiasi obligasi tersebut semuanya dilarang karena terkait dengan bunga pinjaman (interest-bearing loans).

Kedua : zero coupon bonds juga dilarang karena dijual pada harga yang lebih rendah dari face value-nya. Pemilik obligasi tersebut akan memperoleh keuntungan dari perbedaan harga yang merupakan diskon dari obligasi.

Ketiga : Prize Bonds (obligasi berhadiah) juga dilarang karena dipinjamkan dengan kewajiban untuk membayar keuntungan yang telah ditentukan atau jumlah tambahan yang diambil sesuai keinginan pihak-pihak tertentu. Obligasi ini juga diibaratkan sebagai judi (Qimar).

Dengan kata lain, obligasi dilarang dalam Islam karena mengandung unsur riba (bunga) di dalamnya yang mengharuskan peminjam untuk membayar sejumlah nilai obligasi ditambah jumlah tertentu sebagai bunga.

Dilarangnya kegiatan yang berkaitan dengan obligasi, membuat AAOIFI Shari’a Board membuat suatu alternatif pembiayaan sebagai pengganti obligasi yang disebut Sukuk. Di Indonesia, sukuk dikenal dengan nama obligasi syariah yang dibedakan dengan obligasi konvensional.


(44)

D. Obligasi Syariah

Obligasi merupakan salah satu instrumen pasar modal syariah di samping saham syariah dan reksadana syariah. Pada awalnya banyak kalangan yang meragukan keabsahan dari obligasi syariah. Mengingat obligasi merupakan surat bukti kepemilikan hutang, yang dalam Islam sendiri hal tersebut tidak diakui. Namun demikian, sebagaimana pengertian bank syariah adalah bank yang menjalankan prinsip syariah, tetap menyalurkan dana, tetapi tidak dengan dasar bunga, demikian juga adanya pergeseran pengertian pada obligasi.

1. Pengertian

Obligasi Syariah di dunia internasional dikenal dengan Sukuk. Sukuk berasal dari bahasa Arab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note. Sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan (Nathif, 2004).

Sebuah sak atau sukuk mewakili kepentingan (interest), baik penuh ataupun proporsional dalam sebuah atau kumpulan aset.

Ketentuan yang mengatur tentang penerbitan sukuk, terutama dari sisi syariah telah ditetapkan oleh Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (AAOIFI), yaitu Sharia Standard No. 17 – Investment Sukuk. AAOIFI sendiri mendefenisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.


(45)

“Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.”

Menurut Pontjowinoto (2003), obligasi syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara periodik menurut akad.

Dari sisi pasar modal, penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya institusi-institusi keuangan syariah, dana pensiun syariah, dan reksadana syariah yang membutuhkan alternatif penempatan investasi.

Dari semua pengertian di atas, jelas bahwa hal yang harus dihindari dari penerbitan obligasi syariah adalah bunga (riba/interest) yang dinamakan oleh ajaran Islam. Achsien (2000) mengatakan faktor diskonto yang digunakan sebagai cost of capital tergantung dari aset dan risiko yang dikandungnya. Islam mengijinkan pinjam-meminjam tidak dengan bunga, melainkan dengan basis profit/loss sharing. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor dan bukannya kreditor. Investor selalu berhadapan dengan risiko, sejalan dengan konsep profit/loss Sharing yang berarti juga risk sharing. Dengan demikian penghitungan cost of capital dalam pendanaan Islami akan lebih menjurus pada cost of equity, karena debt dengan sistem tersebut pun diakui sebagai equity.

2. Jenis Sukuk Investasi

AAOIFI dalam Sharia Standard 2003-2004 membagi sukuk investasi (investment sukuk) menjadi beberapa macam :


(46)

a. Sertifikat pemilikan dalam aset yang disewakan

Adalah sertifikat dengan nilai yang sama, yang diterbitkan baik oleh pemilik dari aset yang disewakan atau aset nyata yang dijanjikan akan disewakan, atau oleh lembaga perantara keuangan yang bertindak atas nama pemilik dengan tujuan menjual aset itu dan memperoleh kembali nilainya melalui pembelian/pemilikan karena pemegang sertifikat menjadi pemilik.

b. Sertifikat pemilikan manfaat (usufruct). Sertifikat pemilikan manfaat ini juga dapat dibagi menjadi empat macam :

1) Sertifikat pemilikan manfaat dari aset yang tersedia Sertifikat ini terdiri dari dua macam :

a) Sertifikat yang nilainya sama, yang diterbitkan oleh pemilik aset yang ada, baik oleh dirinya sendiri atau lembaga perantara, dengan tujuan menyewakan aset itu dan menerima pembayaran sewa dari pendapatan karena pemilikan sertifikat (subscription), karena manfaat aset itu berpindah kepada pemilikan dari pemegang sertifikat.

b) Sertifikat yang nilainya sama, yang diterbitkan oleh pemilik aset yang ada, baik oleh dirinya sendiri atau lembaga perantara, dengan tujuan menyewakan kembali manfaat itu dan menerima sewa dari pendapatan yang disebabkan pemilikan sertifikat itu (subscription) karena pemegang sertifikat menjadi pemilik manfaat aset itu.

2) Sertifikat pemilikan manfaat dari aset yang ditentukan dan akan dimiliki

Sertifikat yang sama nilai, diterbitkan dengan tujuan menyewakan aset nyata (tangible) di masa datang dan untuk memperoleh sewa dari pendapatan yang


(47)

disebabkan pemilikan sertifikat (subscription), karena manfaat dari aset yang ditentukan di masa datang itu beralih menjadi pemilikan pemegang sertifikat. 3) Sertifikat pemilikan jasa pihak tertentu

Sertifikat yang sama nilai, yang diterbitkan untuk tujuan penyediaan jasa melalui penyedia tertentu (seperti manfaat pendidikan pada suatu investasi) dan memperoleh pembayaran jasa (service charge) karena pemegang setifikat menjadi pemilik dari jasa-jasa ini.

4) Sertifikat pemilikan jasa yang ditentukan di masa depan

Adalah sertifikat yang sama nilai, yang diterbitkan untuk tujuan penyedia jasa di masa depan melalui penyedia tertentu (seperti manfaat pendidikan pada suatu investasitas, tanpa memberi nama dari lembaga pendidikan itu) dan memperoleh imbalan (fee) dalam bentuk pendapatan karena kepemilikan (subscription) karena pemegang sertifikat menjadi pemilik jasa.

Usman (2006) mengatakan bahwa dua jenis sukuk yang dijelaskan di atas merupakan Sukuk Ijarah (yang dianalogikan dengan leasing) yang berarti adanya transfer kepemilikan manfaat dari aset atau properti tertentu sebagai perlindungan dari sewa secara periodik. Perjanjian ijarah memiliki potensi yang baik untuk penerbitan sukuk melalui sekuritisasi aset yang disewakan, yang dapat membantu menciptakan pasar sekunder untuk para finansier.


(48)

GAMBAR 2-1 Obligasi Syariah Ijarah Akad Wakalah

Lessee

4) T

o

ta

l Asse

t

Asset

Investor

Akad Kafalah

Lessor 1) Cash

2) Certifikat

Akad ijarah:4),5),6) Investor menyewakan kapal kepada BA dengan menunjuk Apol sebagai wakil investor

3) Mewakili Penyewa Kapal

5) Cash

6) Fee Ijarah/Coupon

Sumber : Mengenal Suku: Instrumen Investasi dan Pembiayaan Berbasis Syariah. Jakarta: Depkeu

c. Sertifikat Salam

Adalah sertifikat yang sama nilai yang diterbitkan untuk tujuan memobilisasi modal salam sehingga barang-barang yang akan dikirim, berdasarkan transaksi Salam, akan menjadi milik dari pemegang sertifikat.

d. Sukuk (sertifikat) Istisna’

Adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna dimana para pihak yang menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu. Sertifikat ini memiliki nilai yang sama dan diterbitkan dengan tujuan


(49)

memobilisasi dana yang akan digunakan untuk memproduksi barang-barang yang kemudian akan dimiliki oleh pemilik sertifikat.

e. Sertifikat Murabahah

Adalah sertifikat yang sama nilai yang diterbitkan untuk tujuan membiayai pembelian barang-barang melalui Murabahah sehingga pemegang sertifikat menjadi pemilik komoditas Murabahah.

f. Sertifikat Musyarakah

Adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad Musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal dengan tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi untuk melaksanakan sebuah proyek baru, mengembangkan proyek yang sedang berlangsung atau membiayai aktifitas bisnis berdasarkan sebuah akad kemitraan sehingga pemegang sertifikat menjadi pemilik proyek atau aset dari aktivitas itu sesuai dengan partisipasi mereka masing-masing, dengan sertifikat Musyarakah yang dikelola berdasarkan partisipasi atau Mudharabah, atau sebuah perwakilan investasi.

i. Sertifikat Partisipasi

Adalah sertifikat yang mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola berdasarkan Musyarakah dengan menunjuk salah satu mitra atau pihak lain untuk mengelola operasinya.

ii. Sukuk Mudarabah

Adalah sertifikat yang mewakili proyek atau aktivitas yang dikelola berdasarkan Mudharabah dengan menunjuk salah satu mitra atau pihak lain sebagai Mudharib untuk pengelolaan operasinya.


(50)

Achsien (2000) berpendapat bahwa sukuk Mudharaba sesungguhnya sama dengan Muqarada bond dan diajukan sebagai alternatif pengganti interest bearing bonds. Instrumen keuangan ini sudah mendapatkan pengesahan dari IOC Academy. Muqarada bond dikeluarkan oleh perusahaan (sebagai mudarib) kepada investor (sebagai rabb al mal) dengan tujuan pendanaan proyek tertentu yang dijalankan perusahaan. Proyek ini sifatnya terpisah dengan aktivitas umum perusahaan. Keuntungan didistribusikan secara periodik berdasarkan persentase tertentu yang telah disepakati.

iii. Sertifikat Wakil Investasi (Investment Agency)

Adalah sertifikat yang mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola berdasarkan perwakilan investasi (investment agency) dengan menunjuk wakil untuk mengelola operasinya atas nama pemegang sertifikat.

g. Sertifikat Muzaraah

Adalah sertifikat sama nilai yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi melalui pembelian (sertifikat) untuk pembiayaan sebuah proyek berdasarkan Muzaraah sehingga pemegang sertifikat berhak memiliki sebagian hasil pertanian menurut syarat dari perjanjian.

h. Sertifikat Musaqat

Adalah sertifikat sama nilai yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi melalui pembelian (sertifikat) untuk pengairan (irigasi) pepohonan yang menghasilkan buah, membelanjakannya untuk keperluan tersebut dan pemeliharaannya berdasarkan akad Musaqat sehingga pemegang sertifikat berhak memiliki sebagian hasil perkebunan itu berdasarkan perjanjian.


(51)

i. Sertifikat Mugharatsah

Adalah sertifikat yang sama nilai yang diterbitkan berdasarkan akad Mugharatsah untuk tujuan menggunakan dana itu dalam penanaman pohon dan melaksanakan kerja serta biaya yang diperlukan untuk penanaman tersebut sehingga pemegang sertifikatnya memiliki sebagian dalam tanah dan tumbuhannya.

3. Karakteristik Sukuk Investasi

Menurut Cecep (1999), ada lima ciri/karakteristik sukuk (obligasi syariah) sebagai alternatif investasi, yaitu :

a) Sukuk investasi adalah sertifikat sama nilai (equal value) atas nama atau atas unjuk agar menciptakan klaim pemilik sertifikat atas hak finansial dan obligasi yang diwakili oleh sertifikat.

b) Sukuk investasi mewakili sebuah bagian umum dalam pemilikan dari aset yang tersedia untuk investasi, baik aset non-moneter, manfaat, jasa ataupun campuran dari ketiganya ditambah dengan hak, hutang dan aset moneter. Sukuk-sukuk ini tidak mewakili sebuah hutang yang diserahkan kepada emiten oleh pemegang sertifikat. c) Sukuk investasi diterbitkan berdasarkan sebuah kontrak yang dirujuk Syariah sesuai

dengan peraturan Syariah yang mengatur penerbitan dan perdagangan.

d) Perdagangan sukuk investasi tergantung kepada syarat-syarat yang mengatur perdagangan hak yang mewakili.

e) Pemilik sertifikat-sertifikat ini berbagi keuntungan sebagaimana dinyatakan dalam prospektus pembelian, dan menanggung kerugian secara proporsional terhadap sertifikat yang dimiliki (dikuasi) oleh mereka.


(52)

Achsien (2003) berpendapat bahwa tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk menerbitkan obligasi syariah, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :

1) Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa No:20/DSN-MUI/IV/2001. fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariah Islam antara lain :

i. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;

ii. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional;

iii. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta memperdgangkan makanan dan minuman haram;

iv. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

2) Peringkat Investment Grade:

i. Memiliki fundamental usaha yang kuat ii. Memiliki fundamental keuangan yang kuat iii. Memiliki citra yang baik bagi publik

Peringkat investment grade ini ditentukan dalam Peraturan Bapepam.

3) Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta Islamic Index (JII) Di Indonesia sendiri, obligasi syariah telah dua puluh tiga kali diterbitkan dari tahun 2004-2009 obligasi syariah tersebut yaitu :

Tabel 2-3


(53)

No. Nama Efek Nama Penerbit Efek

1. OS Ijarah Sona Topas Tourism Industry Th. 2004

PT Sona Topas Tourism Industry Tbk 2. OS Ijarah Indorent I Th. 2004 PT CSM Corporatama 3. OS Ijarah Berlina I Th. 2004 PT Berlina Tbk 4. OS Ijarah I Humpuss Intermoda Transportasi

Th. 2004

PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk

5. OS Ijarah Apexindo Pratama Duta I Th. 2005 PT Apexindo Pratama Duta Tbk 6. OS Ijarah Indosat Th. 2005 PT Indosat Tbk

7. OS Ijarah I Ricky Putra Globalindo Th. 2005 PT Ricky Putra Globalindo Tbk 8. OS Ijarah PLN I Th. 2006 PT Perusahaan Listrik Negara 9. Sukuk Ijarah Indosat II Th. 2007 PT Indosat Tbk

10. Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker Th. 2007 PT Berlian Laju Tanker Tbk 11. Sukuk Mudharabah I Adhi Th. 2007 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 12. Sukuk Ijarah PLN II Th. 2007 PT Perusahaan Listrik Negara 13. Sukuk Ijarah Indosat III Th. 2008 PT Indosat Tbk

14. Sukuk Mudharabah I Mayora Indah Th. 2008 PT Mayora Indah Tbk 15. Sukuk Ijarah I Summarecon Agung Th. 2008 PT Summarecon Agung Tbk

No Nama Efek Nama Penerbit Efek

16. Sukuk Ijarah Metrodata Electronics I Th. 2008

PT Metrodata Electronics Tbk

17. Sukuk Ijarah Aneka Gas Industri I Th. 2008 PT Aneka Gas Industri 18. Sukuk Subordinasi Mudharabah Bank

Muamalat Th. 2008

PT Bank Syariah Muamalat Indonesia Tbk 19. Sukuk Ijarah Berlian Laju Tanker II Tahun

2009

PT Berlian Laju Tanker Tbk 20. Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II Tahun

2009 Seri A

PT Matahari Putra Prima Tbk

21. Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II Tahun 2009 Seri B


(54)

22. Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 Seri A PT Perusahaan Listrik Negara 23. Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 Seri B PT Perusahaan Listrik Negara

Sumber : Daftar Efek Syariah Bapepam 29 Mei 2007. www.bapepam.go.id

Dalam skripsi ini, penulis hanya membatasi analisis pada perusahaan yang telah menerbitkan obligasi syariah ijarah. Hal ini dikarenakan agar penulis dapat fokus pada pengukuran pengaruh obligasi syariah ijarah terhadap perusahaan penerbit, yang dianggap sebagai skim yang paling cocok untuk diterapkan di Indonesia.

4. Perbandingan Obligasi Syariah (Sukuk) dan Obligasi Konvensional

Dari penjelasan mengenai obligasi dan obligasi syariah sebelumnya, dapat dibuat perbandingan antara kedua instrumen pembiayaan tersebut. Secara sederhana, perbandingan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2-4

Perbandingan Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional

Deskripsi Sukuk Obligasi

Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi Sifat Instrumen Sertifikat

kepemilikan/penyertaan atas suatu aset

Instrumen pengakuan utang

Penghasilan Imbalan, bagi hasil, margin

Bunga kupon, capital gain

Jangka Waktu Pendek-menengah Menengah-panjang


(55)

Price Market price Market price Investor Islami, konvensional Konvensional Penggunaan dana hasil

penerbitan

Harus sesuai yariah Bebas

Dengan substansi yang dimilikinya, obligasi syariah dapat menjadi suatu alternatif pembiayaan yang baik bagi perusahaan. Selain memperoleh dana yang diperlukan, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kinerja sebagai efek positif dari penerbit obligasi syariah ini dan sebagai tanggung jawab terhadap investor.

E. Kinerja Perusahaan dan Pengukurannya.

Dalam bisnis, kinerja disebut dengan performance. Pada dasarnya kinerja merupakan hasil yang dicapai oleh perusahaan atas segala aktivitas yang telah dilakukan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimilikinya.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.740.KMK.001/1989 tanggal 28 Juni 1989, yang dimaksud dengan kinerja adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu, yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan menjadi salah satu fokus utama tiap perusahaan dalam menarik investor agar mau membeli sahamnya. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang memiliki kinerja yang baik, yang menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan keuntungan semaksimal mungkin. Untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai perusahaan dapat dilakukan dengan menilai kinerja perusahaan dalam waktu tertentu. Adapun pihak-pihak yang paling berkepentingan atas penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pemilik perusahaan dalam hal ini investor, para manajer, kreditor, pemerintah dan masyarakat.


(56)

Ada banyak cara untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Teknik analisis yanng dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, antara lain :

1. Comparative Analisys, yaitu dengan membandingkan laporan keuangan perusahaan yang berurutan dari satu periode ke periode berikutnya.

2. Common Size Statement, yaitu teknik analisis untuk mengetahu persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi pembiayaan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.

3. Ratio Analisys, yaitu analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual dan kombinasi antar laporan tersebut. 4. Cash Flow Statement Analisys, yaitu analisis untuk mengetahui sebab-sebab

berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.

5. Valuation (Penilaian), yaitu analisis yang mengacu pada estimasi nilai intrinsik sebuah perusahaan.

Banyak teknik yang digunakan dalam menganalisis data laporan keuangan untuk memberikan signifikansi yang dapat dibandingkan dari laporan keuangan yang disajikan. Namun tidak satupun teknik yang lebih baik dari yang lainnya. Tiap situasi yang dihadapi oleh analis investasi berbeda, dan jawaban yang diperlukan biasanya diperoleh hanya melalui pengujian tertutup dari interrelationship data-data yang diberikan.

Salah satu alat pengukur yang cukup baik adalah dengan menggunakan rasio-rasio kinerja operasi (operating performance) (Jain dan Kini, 1994). Namun tidak semua rasio kinerja operasi dapat digunakan terkait dengan pengukuran pengaruh penerbitan obligasi


(57)

syariah ijarah. Untuk mengukur pengaruh penerbitan obligasi yariah ijarah terhadap kinerja perusahaan, penulis menggunakan tiga rasio sebagai variabel kinerja, yaitu Current Ratio, Asset Turn Over, dan Return on Asset (ROA).

Pemilihan tiga rasio ini didasarkan pada kuatnya hubungan antara rasio-rasio tersebut dengan penerbitan obligasi syariah ijarah, dimana dana yang diperoleh dari penerbitan akan digunakan untuk memperoleh atau membeli aset untuk operasi perusahaan dan menghasilkan pendapatan. Sehingga dapat disimpulkan rasio yang berhubungan erat dengan penerbitan obligasi syariah ijarah adalah rasio yang dihitung dari akun-akun aset dan hutang. Berikut penjelasan mengenai keempat rasio tersebut.

1. Rasio Likuiditas

Current Ratio

Adalah perbandingan antara current asset dan current liabilities. Secara rumus, dapat ditulis :

s Liabilitie Current

Asset Current Ratio

Current

Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajiban dengan aset yang dimilikinya. Dalam penelitiannya, Meythi (2007) mengatakan, current ratio dapat menunjukkan tingkat keamanan kewajiban jangka pendek. Semakin besar nilai rasio ini, semakin baik kinerja perusahaan. Dana obligasi syariah di Indonesia sebagian besar digunakan untuk membiayai operasi perusahaan dengan membeli aset-aset yang diperlukan.


(58)

Oleh karena itu, variabel current ratio ini dipengaruhi oleh penerbit obligasi syariah ijarah. Hipotesis yang dapat dimunculkan untuk rasio ini adalah dengan diterbitkannya obligasi syariah ijarah, nilai current ratio perusahaan menjadi semakin tinggi karena penambahan nilai current asset dan penurunan nilai current liabilities.

2. Rasio Aktivitas

Asset TurnOver

Rasio ini dirumuskan sebagai :

Asset Total Average

Sales Net TurnOver

Asset

Total asset turnover merupakan rasio penjualan bersih terhadap total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertenam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue (Riyanto, 1998:334)

Penurunan penjualan dan peningkatan total aset akan mempengaruhi rasio ini. Perputaran total aset yang meningkat menunjukkan pemakaian aset yang efisien, sehingga dapat juga dikatakan bahwa semakin tinggi perputaran aktiva, semakin efisien penggunaan aktiva tersebut (Gitman, 2000).

Dana yang diperoleh dari obligasi syariah ijarah yang digunakan untuk membiayai sewa aset diharapkan dapat meningkatkan jumlah aset rata-rata yang pada akhirnya akan meningkatkan penjualan bersih perusahaan. Dari penjelasan tersebut dapat dibuat hipotesis bahwa dengan adanya dana dari obligasi syariah, nilai asset turnover akan semakin meningkat karena adanya peningkatan nilai aset rata-rata akibat efisiensi penggunaan aset.


(59)

Return on Asset (ROA)

Return on Asset merupakan perbandingan antara pendapatan bersih dengan total aset rata-rata. Dalam Kieso (2001), ROA dapat dirumuskan dalam :

Asset Total

Income Net

ROA

Rasio ini menggambarkan seberapa besar profitabilitas aset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin besar nilai ROA-nya, maka perusahaan dapat memaksimalkan penggunaan aset yang dimilikinya.

Shapiro dan Balbier dalam Mythi (2005) mengatakan rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa baik perusahaan menggunakan sumber daya produktifnya. Dari penelitian yang dilakukan Mythi (2005), didapatkan kesimpulan bahwa untuk semua rasio keuangan, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Debt Ratio, Equity to Total Asset, Equity to Total Liabilities, Equity to Fixed Asset, Profit ability Margin, Retun on Asset, Return on Equity, Inventory TurnOver, Fixed Asset TurnOver, dan Total Asset TurnOver menunjukkan bahwa ROA adalah yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan pendapatan yang stabil dan pengelolaan aset secara efektif dan efisien akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk tumbuh.

Dana yang dihasilkan dari penerbitan obligasi syariah akan dimanfaatkan untuk operasi perusahaan. Pada obligasi syariah ijarah, telah jelas kegiatan yang akan dibiayai dengan dana tersebut. Dari pengetahuan tersebut penulis membuat suatu hipotesis bahwa dengan adanya obligasi yariah ijarah, perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dan efisiensi dari aset-aset yang dimiliki atau diperoleh dari dana obligasi syariah ijarah yang dapat dicerminkan dari peningkatan nilai ROA.


(1)

a Setelah < Sebelum b Setelah > Sebelum c Setelah = Sebelum

Negative Differences atau selisih antara sesudah dan sebelum yang bernilai negatif ada satu data.

Positif Differences atau selisih antara sesudah dan sebelum yang bernilai positif, dalam artian angka sesudah lebih besar dari sebelum ada dua data. Jumlah ranking yang positif adalah 5 sedang mean rank adalah 5/2 atau 2.5.

Ties atau data sesudah dan sebelum yang bernilai sama. Dari data tidak ada yang bernilai sama.

Tabel 4.12

Test Statistics(b)

Setelah - Sebelum

Z -1.069(a)

Asymp. Sig. (2-tailed) .285 a Based on negative ranks.

b Wilcoxon Signed Ranks Test

Hasil pengujian pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai thitung = -1.069. Dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel (untuk tingkat kepercayaan sebesar 5%) didapat nilai ttabel sebesar ±1,96. Oleh karena itu, jika thitung ≤ ttabel (1,96) maka dapat dikatakan tidak terdapat perbedaan Times-Interest-Earned sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan sig. (2-tailed) dengan α, jika sig. (2-tailed) ≥ 0.05 maka dikatakan tidak terdapat perbedaan Times-Interest-Earned yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa hipotesis dalam penelitian ini tidak menunjukkan adanya perbedaan Times-Interest-Earned atas penerbitan obligasi syariah ijarah. (Ho diterima)


(2)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap keempat rasio tersebut

menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini mungkin disebabkan karena masih

kecilnya porsi obligasi syariah itu sendiri sebagai sumber pendanaan perusahaan, inilah

yang menyebabkan hasilnya tidak signifikan. Faktor lain adalah masih sedikitnya


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Penelitian mengenai analisis perbedaan kinerja perusahaan Go Public sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah di Indonesia menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

a. Tidak ada beda signifikan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap current ratio (CR).

b. Tidak ada beda signifikan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap Total Asset Turn Over (TATO).

c. Tidak ada beda signifikan sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap Return On Asset (ROA).

d. Tidak ada beda signifikan antara sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap Time-Interest-Earned (TIE).

B. Saran

Penelitian di atas adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja antara sebelum dan setelah penerbitan obligasi syariah. Periode waktu dan sampel merupakan unsur penting untuk menentukan data tersebut valid dan reliable atau tidak. Pada penelitian ini periode waktu masih pendek dan sampel yang digunakan juga sedikit. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya harus menggunakan periode waktu yang lebih


(4)

panjang dan dengan sampel yang lebih banyak agar lebih valid dan reliable dalam melihat pengaruh penerbitan obligasi syariah ijarah terhadap kinerja perusahaan emiten.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Achsien, Iggi H. 2000. Investasi syariah di Pasar Modal, Menggagas Konsep dan Praktek Manajemen Portfolio Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Achsien, Iggi H. Mengenal Obligasi Syariah. Artikel Kompas Cyber Media: Rabu, 04 Juni 2003

Al Quran

Anis Baridwan, dalam diskusi “Perkembangan Obligasi Syariah” yang disampaikan pada diskusi bulanan MES, Ged. Bapepam, 2003

Brigham & Houston, 2006. Fundamentals of Financial Management. Jakarta: Salemba Empat

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2002

Harahap, Sofyan Syafri, 2001. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Cetakan Ketiga,

PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Huda, Nurul, Mustafa Edwin N. 2007. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana

Pontjowinoto, Iwan. 2003. Prinsip Pasar Modal Syariah: Pandangan Praktisi, Jakarta: Modal Publication.

Santoso, Singgih, 2005. Menggunakan SPSS untuk Statistik Non Parametrik, Jakarta: PT Elex Media Komputindo,.


(6)

Usmani, Muhammad Imran. Fixed Income Securities, Shari’s Perspective. Paper Prepared for the lind SBP International Conference on “Fixed Income Market Development in Emerging” on 19 December 2006 at State Bank of Pakistan, Karachi http://niriah.com Diakses oleh Tengku Indra Pramana Putra Pada Tanggal 19 Desember

2009 jam 20.00

http://Bapepam.go.id Diakses oleh Tengku Indra Pramana Putra Pada Tanggal 19 Desember 2009 jam 20.00

http://www.mui.or.id Diakses oleh Tengku Indra Pramana Putra Pada Tanggal 19 Desember 2009 jam 20.00

http://republika.co.id Diakses oleh Tengku Indra Pramana Putra Pada Tanggal 19 Desember 2009 jam 20.00