Tindakan irigasi pada perawatan saluran akar yang dilakukan oleh dokter gigi umum di kota Medan tahun 2015.

(1)

AKAR YANG DILAKUKAN OLEH DOKTER GIGI

UMUM DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: ONG PUI YUEN NIM: 110600189

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Tahun 2015

Ong Pui Yuen

Tindakan irigasi pada perawatan saluran akar yang dilakukan oleh dokter gigi umum di kota Medan tahun 2015.

x + 45 halaman

Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang endodonti terus meningkat dan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi khususnya terhadap pemilihan bahan irigasi dan teknik irigasi. Dokter gigi perlu untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahan dan teknik irigasi yang digunakan oleh dokter gigi umum pada perawatan saluran akar di kota Medan.

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif yang melibatkan 98 orang dokter gigi umum di kota Medan dan cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah disediakan. Pengolahan data disajikan dengan menggunakan tabel-tabel.

Dari hasil penelitian, NaOCl 2,5% merupakan bahan irigasi yang paling banyak digunakan (93,88%) karena sifat antibakteri, diikuti dengan EDTA (65,31%) karena dapat mengeluarkan smear layer, H2O2 (52,04%) sebagai pelarut jaringan,

CHX (44,90%) karena sifat antibakteri, salin (43,88%) karena sifat toksisitas rendah,

iodine (31,63%) karena sifat antibakteri, dan MTAD (5,10%) sebagai agen antimikroba. Pada pemilihan teknik irigasi perawatan saluran akar, 100% dokter gigi menggunakan teknik irigasi manual karena alat mudah diperoleh. Jenis jarum yang paling banyak digunakan adalah jarum suntik (47,94%) dengan ukuran jarum 25 gauge (44,90%). Kedalaman jarum dalam saluran akar dari panjang kerja yang sering


(3)

dokter gigi menggunakan teknik irigasi dengan bantuan mesin karena alat mudah dipakai, dimana 5,10% dokter gigi menggunakan ultrasonik dan 3,06% dokter gigi menggunakan mesin sonik dalam melakukan tindakan irigasi.


(4)

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 4 Juni 2015

Pembimbing: Tanda tangan

1. Nevi Yanti,drg.,M.Kes ... NIP: 19631127 199203 2 004

2. Fitri Yunita Batubara,drg.,M.DSc ... NIP: 19850626 200912 2 005


(5)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 4 Juni 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Nevi Yanti,drg.,M.Kes

ANGGOTA : 1. Fitri Yunita Batubara,drg.,M.DSc

2. Prof. Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG (K) 3. Darwis Aswal,drg


(6)

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Doa yang tiada terputus dan tulus dari penulis kepada ayahanda Ong Kim Hwa, rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada ibunda Lau Sau Wan, adik Ong Pui Shan, Ong Pui Xiong, dan Ong Pui Xuan atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besar kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Cut Nurliza, drg., M.Kes., selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas keluangan waktu, saran, dukungan, dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Nevi Yanti, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing utama dan tim penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, nasehat, dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Fitri Yunita Batubara,drg.,M.DSc, selaku dosen pembimbing kedua dan tim penguji atas keluangan waktu dan bimbingan, arahan, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Prof. Trimurni Abidin,drg.,M.Kes.,Sp.KG (K), selaku tim penguji atas keluangan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.


(7)

7. Hendry Rusdy, drg. M.Kes., Sp.BM selaku penasehat akademik yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat, dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Sahabat-sahabat penulis Habibi, Ling, Anggi, Ivy, Sukma, Maya, Kiirtana, Tiwi, Alia, Puspa serta teman-teman stambuk 2011 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu, dan masyarakat.

Medan, 4 Juni 2015 Penulis

(Ong Pui Yuen) NIM: 110600189


(8)

Halaman

HALAMAN JUDUL.……….…...

HALAMAN PERSETUJUAN………... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………..

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI.………... vi

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR TABEL.………... ix

DAFTAR LAMPIRAN………... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...…... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 3

1.3 Tujuan Umum………... 3

1.4 Manfaat Penelitian………... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat Ideal Bahan Irigasi………..………...…... 5

2.2 Jenis Bahan Irigasi………..………... 6

2.2.1 Sodium Hipoklorit (NaOCl)………..………... 7

2.2.2 Chlorhexidine Gluconate (CHX)………..………… 8

2.2.3 Enthylenediaminetetraacetic Acid(EDTA)……….. 9

2.2.4Mixture of Tetracycline And Disinfectant (MTAD)…….. 10

2.2.5 Salin………..………... 11

2.2.6 Iodine Potassium Iodide (IKI)... 11

2.2.7 Hidrogen Peroksida... 12

2.3 Teknik Irigasi Saluran Akar………....….…... 12

2.3.1 Teknik Irigasi Secara Manual……….... 13

2.3.1.1 Syringe dan Jarum... 13


(9)

2.3.2.3 Pressure Alternation Devices... .. 19

2.4 Kerangka Konsep………..….………... 21

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian……… 22

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian………...………….. 22

3.3 Populasi dan Sampel………. 22

3.4 Besar Sampel………. 22

3.5 Cara Sampling………... 23

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………... 25

3.7 Cara Pengumpulan Data………... 25

3.8 Pengolahan Data ………..………... 25

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Pemilihan Bahan Irigasi Pada Perawatan Saluran Akar Yang Dilakukan Oleh Dokter Gigi Umum Di Kota Medan... 26

4.2 Pemilihan Teknik Irigasi Pada Perawatan Saluran Akar Yang Dilakukan Oleh Dokter Gigi Umum Di Kota Medan... 32

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pemilihan Bahan Irigasi Pada Perawatan Saluran Akar Yang Dilakukan Oleh Dokter Gigi Umum Di Kota Medan... 35

5.2 Pemilihan Teknik Irigasi Pada Perawatan Saluran Akar Yang Dilakukan Oleh Dokter Gigi Umum Di Kota Medan... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 42

6.2 Saran... 42

DAFTAR PUSTAKA………... 43 LAMPIRAN


(10)

Gambar Halaman

1 Contoh syringe yang tersedia dalam ukuran 20 ml, 10ml, 5ml,

dan 1ml (dari atas ke bawah)... 13

2 Gambar sebenarnya (atas), gambar tiga dimensi (bawah). Jarum A-C (open-ended): (A) Flat, (B) Bevel, (C) Notched. Jarum D-F (closed-ended): (D) Side vented, (E) Double side

vented, (F) Multivented……..………... 14 3 Kedalaman jarum dalam saluran akar: (a)1 mm, (b)2 mm,

(c)3mm, (d)4 mm, (e)5 mm, dari panjang kerja... 15

4 Instrumen Navitip FX® dengan brushes……… 16 5 Instrumen EndoActivator®……… 17 6 (A) EndoActivator dengan tip plastik (biru) yang besar

(B) Tip yang sama sewaktu pergerakan secara sonik... 18

7 Vibringe irigator menghasilkan vibrasi sonik pada syringe dan

jarum…………...… 18 8 Contoh sistem EndoVac. Atas: Kiri-Macrocannula,


(11)

Tabel Halaman

1 Komposisi Jumlah Ukuran Sampel Penelitian……….. 24

2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.…...……...……. 25 3 Pemilihan bahan irigasi NaOCl beserta alasan... 27

4 Pemilihan bahan irigasi CHX beserta alasan... 27

5 Pemilihan bahan irigasi EDTA beserta alasan... 28

6 Pemilihan bahan irigasi MTAD beserta alasan... 29

7 Pemilihan bahan irigasi salin beserta alasan... 29

8 Pemilihan bahan irigasi iodine beserta alasan... 30

9 Pemilihan bahan irigasi H2O2 beserta alasan... 31

10 Pemilihan bahan irigasi secara kombinasi dan bahan irigasi lain... 31

11 Pemilihan teknik irigasi secara manual beserta alasan... 32


(12)

Lampiran

1 Alur pikir

2 Alur penelitian

3 Kuesioner

4 Surat izin melakukan penelitian dari Fakultas Kedokteran Gigi USU

5 Surat persetujuan komisi etik


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini, endodonti merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang berkembang dengan cepat di dalam praktik klinis.1 Perawatan endodontik mencakup semua prosedur klinis yang dirancang untuk mempertahankan gigi secara fungsional dalam lengkung gigi.2

Keberhasilan perawatan saluran akar pada awalnya didasarkan pada fase debridemen, desinfeksi secara menyeluruh dan obturasi. Pada saat ini, keberhasilan perawatan endodontik didasarkan pada prinsip yang lebih luas, yaitu diagnosis dan rencana perawatan, pengetahuan tentang anatomi dan morfologi gigi, debridemen, desinfeksi secara menyeluruh, obturasi, dan restorasi akhir.3

Pada desinfeksi ruang saluran, irigasi memainkan peran penting sebagai

chemomechanical cleansing selama dan sesudah pembersihan dan pembentukan saluran akar. Hal ini karena sisa jaringan pulpa, bakteri, dan debris dentin masih dapat dijumpai dalam saluran akar terutama pada permukaan yang tidak tercapai setelah preparasi mekanik.Tersisanya jaringan yang nekrotik atau vital dalam ruang saluran akar menjadi sumber nutrisi bagi bakteri yang masih hidup. Mikroorganisme yang tersisa atau kolonisasi kembali pada sistem saluran akar setelah perawatan merupakan penyebab utama kegagalan endodontik.4 Pada penelitian yang dilakukan oleh Siqueira et al. (2011) menunjukkan bahwa instrumentasi dengan kombinasi irigasi salin mampu mengeliminasi lebih dari 90% bakteri dalam saluran akar.3

Sifat-sifat bahan irigasi saluran akar memainkan peran penting dalam menyediakan kondisi saluran akar yang ideal untuk perawatan endodontik. Bahan irigasi saluran akar yang ideal harus membunuh bakteri, mampu melarutkan jaringan pulpa nekrotik, memfasilitas saluran akar, non toksik, mencegah pembentukan smear layer, dan tidak mengiritasi jaringan sehat.3 Meskipun banyak jenis bahan irigasi telah diteliti, tidak ada satupun bahan irigasi yang mampu mencapai semua sifat


(14)

tersebut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Gopikrishna dkk (2013) di India, alasan paling penting dalam pemilihan bahan irigasi adalah sifat antibakteri, diikuti sifatnya sebagai pelarut jaringan, biokompatibilitas, substantivitas, dan biaya.4 Hasil penelitian di Amerika Serikat oleh Dutner dkk (2012) juga menunjukkan alasan yang sama dalam pemilihan bahan irigasi.5

Sebagai dokter gigi, pemahaman tentang jenis bahan irigasi sangat penting sewaktu melakukan perawatan saluran akar. Bahan-bahan irigasi yang digunakan dalam perawatan endodontik, antara lain sodium hipoklorit (NaOCl), chlorhexidine gluconate (CHX), enthylenediaminetetraacetic acid (EDTA), mixture of tetracycline and disinfectant (MTAD), salin, dan sebagainya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa NaOCl merupakan bahan irigasi yang paling sering digunakan oleh dokter gigi dalam perawatan endodontik. Hasil penelitian di India menunjukkan bahwa 92,8% responden menggunakan NaOCl sebagai bahan irigasi primer.4 Selain itu, penelitian di Hong Kong menyatakan bahwa penggunaan NaOCl sebagai bahan irigasi adalah sebanyak 63%.1

Berbagai jenis alat dan teknik irigasi telah diperkenalkan untuk meningkatkan efektivitas dan keamanan dalam penggunaan bahan irigasi. Secara garis besar, teknik irigasi saluran akar terbagi atas dua cara, yaitu secara manual dan bantuan alat (machine assisted irrigation). Alat dan teknik irigasi secara manual yang digunakan dalam perawatan endodontik adalah syringe dan jarum serta brushes. Teknik irigasi secara machine assisted dapat terbagi atas sonik (EndoActivator, Vibringe), ultrasonik dan pressure alternation devices (EndoVac).6 Pada penelitian di India dilaporkan bahwa 47% responden menggunakan ultrasonik aktivasi sewaktu melakukan irigasi.4 Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 48% responden menggunakan ultrasonik aktivasi sedangkan 34% menggunakan teknik irigasi sonik atau subsonik aktivasi sewaktu melakukan irigasi.5

Sebagai dokter gigi, pemahaman tentang penggunaan bahan dan teknik irigasi sangat penting agar dapat memberi pelayanan yang optimal kepada pasien. Sampai saat ini, belum ada data mengenai penggunaan bahan dan teknik irigasi dalam saluran akar oleh dokter gigi umum khususnya di Kota Medan. Maka dari latar belakang


(15)

diatas, peneliti ingin melakukan survei tentang tindakan irigasi pada perawatan saluran akar yang dilakukan oleh dokter gigi umum di Kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:

1. Apakah jenis bahan irigasi saluran akar gigi yang dipilih oleh dokter gigi umum di Kota Medan?

2. Apakah alasan pemilihan bahan irigasi oleh dokter gigi umum di Kota Medan?

3. Apakah teknik irigasi saluran akar gigi yang digunakan oleh dokter gigi umum di Kota Medan?

4. Apakah alasan pemilihan teknik irigasi saluran akar gigi yang digunakan oleh dokter gigi umum di Kota Medan?

1.3 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis bahan irigasi saluran akar gigi yang dipilih oleh dokter gigi umum di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui alasan pemilihan bahan irigasi oleh dokter gigi umum di Kota Medan.

3. Untuk mengetahui teknik irigasi saluran akar gigi yang digunakan oleh dokter gigi umum di Kota Medan.

4. Untuk mengetahui alasan pemilihan teknik irigasi saluran akar gigi yang digunakan oleh dokter gigi umum di Kota Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Mendapatkan data mengenai penggunaan bahan dan teknik irigasi saluran akar gigi oleh dokter gigi umum di Kota Medan.


(16)

2. Menjadi masukan bagi dokter gigi umum dalam penggunaan bahan dan teknik irigasi saluran akar gigi.

3. Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut dengan perkembangan bahan dan teknik irigasi saluran akar gigi.

4. Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut khususnya dalam bidang endodonti.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Keberhasilan perawatan endodontik sangat tergantung pada eliminasi mikroba dan pencegahan infeksi ulang.7 Beberapa studi telah menunjukkan bahwa instrumentasi secara mekanik tidak cukup untuk melakukan desinfeksi saluran akar. Bahan irigasi dibutuhkan untuk mengeliminasi bakteri. Dengan perkembangan waktu, banyak jenis bahan irigasi telah ditemukan untuk tujuan tersebut.3 Selain itu, faktor lain yang juga memainkan peran penting dalam tindakan irigasi adalah sistem penghantaran irigasi ke dalam saluran akar.Terdapat dua faktor yang harus dijadikan pertimbangan sewaktu proses irigasi, yaitu kemampuan sistem penghantaran bahan irigasi untuk mencapai ke semua daerah saluran akar, terutamanya pada sepertiga apikal dan kemampuannya untuk bertindak sebagai debridemen pada daerah yang tidak dapat dicapai dengan instrumentasi secara mekanik, contohnya pada daerah kanal lateral dan isthmus.8

2.1 Sifat Ideal Bahan Irigasi

Desinfeksi secara khemis adalah dasar yang penting untuk keberhasilan suatu perawatan saluran karena dapat mengeliminasi mikroorganisme yang berada di dalam tubulus dentin dan ramifikasi saluran akar. Oleh karena itu, penggunaan bahan irigasi sebagai chemomechanical cleansing sangat penting untuk memastikan desinfeksi yang sempurna. Sifat-sifat ideal bahan irigasi adalah sebagai berikut:3,9

1. Pelumas

Bahan irigasi membantu mengurangi friksi instrumen sewaktu preparasi dan memfasilitas pembuangan dentin.

2. Mengeluarkan sisa debris/ smear layer

Lapisan ini terdiri dari kristal mikro dan partikel debris organik yang menyebar di seluruh dinding saluran akar setelah preparasi.


(18)

3. Pelarut jaringan

Pada daerah yang tidak dapat dimasuki oleh instrumen, bahan irigasi dapat melarutkan atau menghancurkan sisa-sisa jaringan lunak atau keras agar memudahkan pembuangan sisa-sisa jaringan tersebut.

4. Efek antimikroba

Memiliki spektrum antimikroba yang luas dan efektivitas tinggi terhadap mikroorganisme aerobik dan fakultatif.

5. Toksisitas rendah

Bahan irigasi tidak boleh merusak atau mengiritasi jaringan periapikal sehingga menyebabkan rasa sakit yang parah pada pasien.

6. Tegangan permukaan rendah

Hal ini memungkinkan bahan irigasi untuk mengalir ke daerah yang tidak terjangkau.

7. Faktor lain

Faktor lainnya adalah mudah diperoleh, harga yang murah, mudah digunakan, dapat disimpan cukup lama, dan mudah disimpan. Tambahan lain yang juga penting adalah bahan irigasi tidak mudah dinetralisir dalam saluran akar sehingga efektivitasnya dapat dipertahankan.

2.2 Jenis Bahan Irigasi

Terdapat banyak jenis bahan irigasi yang digunakan oleh dokter gigi dalam perawatan endodontik. Bahan irigasi memainkan peran penting dalam desinfeksi ruang saluran akar sehingga dibutuhkan eliminasi pulpa yang merupakan sumber infeksi mikroorganisme. Mikroorganisme merupakan penyebab utama terjadinya pathosis pulpa dan periradikuler. Maka, berbagai jenis bahan irigasi telah disarankan untuk perawatan saluran akar.10


(19)

2.2.1 Sodium Hipoklorit (NaOCl)

Sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,5% diperkenalkan oleh Dakin pada tahun Perang Dunia I. Coolidge kemudian memperkenalkan penggunaan sodium hipoklorit ke dalam bidang endodonti. Sodium hipoklorit merupakan bahan irigasi yang paling populer digunakan oleh dokter gigi. Bahan irigasi ini tersedia dalam berbagai konsentrasi, yaitu 0,5-6%.Konsentrasi sodium hipoklorit yang rendah (0,5-1%) dapat melarutkan jaringan nekrotik. Sodium hipokloritdengan konsentrasi yang lebih tinggi memberi efek pelarut jaringan yang lebih baik, namun melarutkan kedua-dua jaringan nekrotik dan vital dimana bukan efek yang diinginkan. Peningkatan konsentrasi larutan sodium hipoklorit dapat meningkatkan tingkat kelarutan bahan organik dan juga dapat meningkatkan efektivitasnya sebagai agen antibakteri. Pemanasan larutan ini juga memberikan efek yang sama.3

Sodium hipoklorit menunjukkan keseimbangan yang dinamis seperti yang ditunjukkan pada reaksi berikut:

NaOCl + H2O ↔ NaOH + HOCl ↔ Na+ + OH- + H+ + OCl

-Dari reaksi kimia tersebut, sodium hipokloritbertindak sebagai pelarut untuk organik dan fat degrading fatty acids, mengubahnya menjadi garam asam lemak (sabun) dan gliserol (alkohol) yang mengurangi tegangan permukaan pada larutan yang tersisa.10 Pada pH rendah dan netral, klorin bertindak dominan sebagai HOCl, sedangkan pada pH tinggi yaitu pH 9 dan keatas, OCl- adalah dominan. Hypochlorous acid (HOCl) mempunyai efek antibakteri dan mengganggu fungsi vital mikroba yang mengakibatkan kematian sel. Secara jelasnya, NaOCl berfungsi sebagai agen antibakteri dan pelarut jaringan pada saluran akar.7

Meskipun memiliki banyak keunggulan, namun NaOCl juga memiliki kekurangan. Selain baunya yang tidak enak, sodium hipoklorit juga mempunyai kekurangan seperti tidak mampu membuang smear layer secara sempurna dan dapat menimbulkan efek toksik dan iritasi pada jaringan vital di sekitarnya terutamanya pada konsentrasi yang tinggi. Komplikasi yang dapat timbul akibat irigasi NaOCl yang berlebihan atau teknik irigasi yang salah adalah nekrosis pada jaringan dibawah


(20)

foramen apikal. Selain itu, efek toksiknya juga dapat menyebabkan kerusakan pada mata operator akibat kontak direk dengan larutan dan menimbulkan alergi pada pasien.4,10 NaOCl juga tidak dapat digunakan sebagai final rinsing apabila bahan pengisian saluran akar yang digunakan sewaktu obturasi adalah berbasis resin.11 Hal ini karena bonding sealer pada dentin akan diubah dan akan menganggu polimerisasi bahan resin sehingga adaptasi sealer pada dinding saluran akar terganggu.12 Alternatifnya adalah penggunaan EDTA, CHX atau BioPureTM MTAD sebagai final flush.11

2.2.2 Chlorhexidine Gluconate (CHX)

Chlorhexidine gluconate yang dikenal juga sebagai chlorhexidine digluconate

atau chorhexidine. Sejak tahun 1957, CHX telah digunakan sebagai bahan desinfeksi. Selain itu, CHX juga digunakan sebagai bahan irigasi dengan konsentrasi 0,12-2% dalam perawatan endodontik. CHX dengan konsentrasi 2% menunjukkan efek antibakteri yang lebih baik dibanding dengan 0,12% CHX secara in vitro.3 Rumus struktural CHX terdiri dari dua cincin 4-klorofenil yang simetris dan dua kelompok biguanida yang dihubungkan dengan heksametilen pada tengah rantai, seperti yang digambarkan pada rumus kimia di bawah:13

Chlorhexidine gluconate yang digunakan sebagai bahan irigasi tersedia dalam dua bentuk, yaitu larutan dan gel.15 Ferraz et al. (2013) menunjukkan bahwa 2% CHX dalam sediaan gel mempunyai lebih banyak keuntungan daripada 2% larutan CHX. Gel CHX dapat melubrikasi dinding saluran akar, yaitu mengurangi friksi antara file dan permukaan dentin, memfasilitasi penggunaan instrumen, dan juga mengurangi risiko instrumen patah dalam saluran akar. Selain itu, gel CHX juga dapat mengurangi pembentukan smear layer, dimana hal ini tidak dapat dicapai bila menggunakan larutan CHX.13


(21)

CHX direkomendasikan sebagai bahan irigasi karena mempunyai spektrum antimikroba yang luas, sifat substantivitas, dan sifat toksisitas yang rendah.13,14 CHX sangat efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif serta bakteri anaerobik fakultatif, khususnya Candida albicans. Dalam bentuk larutan, CHX mampu membunuh mikroorganisme dalam waktu sekitar 30 detik, sedangkan dalam bentuk gel, CHX membutuhkan waktu sekitar 22 detik (2% CHX) hingga 2 jam (0,2% CHX). Selain itu, CHX mempunyai kemampuan untuk menyerap ke permukaan bermuatan negatif di mulut (misalnya gigi, mukosa, pelikel, dan bahan restorasi) yang dilepaskan secara perlahan dari tempat penyimpanannya. Hal ini dapat memperpanjang aktivitas antimikroba selama beberapa jam. Proses ini dikenal sebagai substantivitas dan hingga saat ini, sifat ini hanya dimiliki oleh CHX dan tetrasiklin.3,13 Selain itu, CHX dapat digunakan sebagai final rinsing jika bahan obturasi berbasis resin digunakan karena CHX dapat meningkatkan stabilitas bonding antara dentin dengan resin.15

Meskipun CHX memiliki keunggulan dengan toksisitas yang rendah dan tidak memiliki bau, namun CHX tidak mampu untuk melarutkan jaringan organik seperti NaOCl.7 Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, CHX dalam bentuk larutan maupun gel tidak mampu untuk melarutkan jaringan pulpa.13

2.2.3 Enthylenediaminetetraacetic Acid (EDTA)

Enthylenediaminetetraacetic acid diperkenalkan pada tahun 1957 dalam bidang endodonti. EDTA adalah salah satu agen chelating yang melarutkan komponen inorganik pada smear layer dalam sistem saluran akar. EDTA dengan konsentrasi 17% sering digunakan dan dapat membuang smear layer apabila kontak langsung dengan dinding saluran akar dengan waktu kurang dari 1 menit.3 Beberapa penelitian telah menunjukkan larutan EDTA pada konsentrasi yang lebih rendah (10%, 5%, 1%) juga dapat membuang smear layer dengan baik. Oleh karena itu, penggunaan larutan EDTA yang lebih encer mungkin lebih menguntungkan atas pertimbangan biayanya yang tinggi.7 Meskipun EDTA menunjukkan efek antibakteri yang lebih tinggi daripada salin dan 0,5% NaOCl, namun apabila dibanding dengan


(22)

2,5% NaOCl dan 0,2% CHX, EDTA menunjukkan efek antibakteri yang lebih rendah.3

EDTA berperan penting untuk menghilangkan biofilm. Penggunaan NaOCl atau EDTA sebagai irigan tunggal tidak akan menghilangkan semua debris organik dan inorganik. Irigasi dengan kombinasi penggunaan NaOCl dan EDTA secara alternatif lebih efektif dalam menyingkirkan smear layer dan bakteri dalam sistem saluran akar.13 Hal ini karena EDTA bertindak sebagai chelator dengan ion kalsium dan membuang debris yang dihasilkan sewaktu preparasi pada dinding saluran akar sehingga terbukanya tubulus-tubulus dentin dan memberi penetrasi bahan desinfeksi dengan lebih baik.3

2.2.4 Mixture of Tetracycline And Disinfectant (MTAD)

Mixture of tetracycline and disinfectant adalah larutan irigasi yang dikembangkan baru-baru ini. MTAD terdiri dari 3% doxycycline hyclate, 4,25% citric acid dan 0,5% polysorbate-80 (Tween 80) detergent.MTAD adalah bahan irigasi pertama yang mampu membuang smear layer dan bertindak sebagai desinfeksi saluran akar.3

Beberapa studi menunjukkan bahwa efek MTAD dalam pembuangan smear layer adalah karena memiliki komponen doxycycline dan citric acid. Kedua-dua komponen tersebut telah dilaporkan efektif dalam pembuangan smear layer. Selain itu, komponen doxycycline dan tetracycline memberi efek antibakteri pada MTAD dengan spektrum antimikroba yang luas. Tween 80 telah ditambahkan ke dalam MTAD untuk mengurangi tegangan permukaan agar bahan irigasi tersebut dapat penetrasi ke dalam sistem saluran akar dengan lebih efektif.3

Penelitian Torabinejad et al. (2011) menunjukkan bahwa efektivitas MTAD meningkat apabila NaOCl digunakan sebagai bahan irigasi intrakanal pada konsentrasi yang rendah sebelum penggunaan MTAD sebagai final rinse dan MTAD tidak mengubah struktur tubulus dentin secara signifikan. Selain itu, Newberry et al.

(2011) telah melakukan penelitian untuk menentukan efek antimikroba MTAD sebagai final rinse terhadap delapan strain Enterococcus faecalis. Setelah diirigasi


(23)

dengan 1,3% NaOCl, saluran akar dan permukaan luar dipaparkan oleh MTAD selama 5 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MTAD mampu mengeliminasi pertumbuhan tujuh dari delapan strain E. faecalis.16

2.2.5 Salin

Salin juga dapat digunakan dalam perawatan endodontik sebagai bahan irigasi. Dalam konsentrasi isotonik, salin tidak merusak jaringan. Suatu studi menunjukkan bahwa salin dapat membuang debris dari kanal seperti NaOCl. Salin juga bertindak sebagai debridemen dan pelumas. Namun, penggunaan salin sebagai bahan irigasi tunggal tidak direkomendasikan karena salin tidak efektif sebagai agen antimikroba dan tidak dapat melarutkan jaringan organik. Isotonik salin tidak dapat membersihkan kanal secara sempurna. Oleh karena itu, salin seharusnya tidak dijadikan satu-satunya larutan yang digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar melainkan harus digunakan sebagai tambahan untuk desinfeksi secara khemis. Desinfeksi khemis bertindak sebagai desinfektan dan pelarut jaringan, sedangkan salin digunakan sebagai bahan irigasi terakhir pada saluran akar untuk menghilangkan bahan irigasi kimia yang tersisa di kanal setelah persiapan biomekanikal. Keuntungan isotonik salin adalah jika bahan ini ekstrusi dari kanal selama irigasi maka bahan ini tidak mengakibatkan reaksi yang merugikan atau menyebabkan kerusakan pada jaringan karena tekanan osmotik dari salin sama dengan darah. Oleh karena itu, kemungkinan terjadi respon inflamasi akut lebih kecil.16

2.2.6 Iodine Potassium Iodide (IKI)

Iodine potassium iodide adalah bahan desinfeksi saluran akar yang tradisional dan digunakan pada konsentrasi 2-5%. IKI dapat membunuh mikroorganisme dengan spektrum yang luas di dalam saluran akar dan menunjukkan toksisitas yang rendah. Satu studi mengevaluasi aktivitas antibakteri antara kombinasi Ca(OH)2 dengan IKI

atau CHX pada blok dentin gigi sapi yang terinfeksi. Meskipun Ca(OH)2 saja tidak


(24)

dengan IKI atau CHX berefektif dalam desinfeksi dentin. Studi lain menunjukkan bahwa IKI mampu menghilangkan E. faecalis dari dentin gigi sapi apabila digunakan dengan waktu kontak selama 15 menit.3 Kekurangan IKI adalah tidak mempunyai efek sebagai pelarut jaringan dan akan mengubah warna dentin sementum. Selain itu, penggunaan IKI pada pasien yang alergi terhadap iodine harus dipertimbangkan.7

2.2.7 Hidrogen Peroksida

Secara umum, hidrogen peroksida (H2O2) digunakan untuk desinfeksi dan

sterilisasi. Larutan ini jernih, tidak berwarna dan memiliki variasi konsentrasi (1% hingga 30%) yang digunakan dalam kedokteran gigi. Dalam lingkungan, H2O2 aman

digunakan karena dapat diurai menjadi air dan oksigen. Hidrogen peroksida aktif membunuh virus, bakteri, jamur, dan spora. H2O2 mempunyai efek antimikroba yang

lebih kuat terhadap bakteri gram positif dibanding dengan bakteri gram negatif.18 Dalam endodonti, H2O2 sudah lama digunakan karena efek antimikroba.

Moller merekomendasi penggunaan 30% H2O2 sebagai langkah petama dalam

desinfeksi permukaan gigi setelah pembersihan secara mekanik. H2O2 sangat terkenal

dalam membersihkan ruang pulpa dari darah dan sisa-sisa jaringan tetapi juga dapat digunakan dalam irigasi kanal. Siquera et al (2005) menunjukkan bahwa kombinasi NaOCl dan H2O2 tidak lebih efektif bila dibandingkan dengan NaOCl dalam

membunuh bakteri E. Faecalis.18

2.3 Teknik Irigasi Saluran Akar

Dalam bidang endodonti, upaya dilakukan secara terus-menerus untuk mengembangkan teknik irigasi saluran akar yang lebih efektif.6 Efektivitas dan keamanan irigasi sangat tergantung pada cara penghantarannya.9 Teknik irigasi saluran akar terbagi atas dua cara, yaitu secara manual dan machine asissted irrigation.6


(25)

2.3.1 Teknik Irigasi Secara Manual

Teknik irigasi saluran akar secara manual terbagi atas syringe dan jarum serta

brushes. Teknik irigasi yang umumnya digunakan oleh dokter gigi adalah syringe dan jarum karena pemakaiannya yang cukup sederhana.6

2.3.1.1 Syringe dan Jarum

Syringe plastik dalam ukuran yang berbeda (1-20ml) (Gambar 1) sering digunakan dalam tindakan irigasi.7 Syringe dengan volume yang besar dapat menghematkan waktu, namun tekanannya lebih sukar dikontrol serta tidak dapat membersihkan daerah apikal dan saluran akar yang sempit dengan sempurna. Selain itu, tekanan yang berlebihan sewaktu melakukan irigasi harus dihindari agar tidak terjadi ekstrusi ke ruangan periapikal.3 Oleh itu, untuk tujuan keamanan, syringe

dengan volume 1-5ml lebih dianjurkan penggunaannya sewaktu irigasi dilakukan.

Syringe juga harus dipisahkan untuk setiap larutan bahan irigasi untuk mencegah terjadinya reaksi kimia antara larutan tersebut.9

Gambar 1. Contoh syringe yang tersedia dalam ukuran 20ml, 10ml, 5ml, dan 1ml (dari atas ke bawah)7


(26)

Pada saat ini, jarum 25 gauge diganti secara perlahan-lahan oleh jarum yang berukuran lebih kecil, yaitu 27 gauge, 30 gauge, dan 31 gauge jarum dalam penggunaan rutin sewaktu irigasi. Meskipun ukuran jarum yang lebih kecil membantu penghantaran bahan irigasi lebih dekat ke apeks akar, faktor keamanan masih dijadikan perhatian penting. Beberapa modifikasi telah dilakukan pada ujung jarum untuk memfasilitas efektivitas dan mengurangi resiko yang mungkin terjadi.7 Jenis jarum secara umum terdiri dari jarum dengan ujung terbuka (open-ended) dan ujung tertutup (closed-ended). Jarum dengan ujung terbuka terbagi atas flat, bevel, dan notched, sedangkan jarum dengan ujung tertutup terbagi atas side vented, double side vented, dan multivented (Gambar 2).19 Jarum dengan ujung tertutup dapat meningkatkan aktivasi hidrodinamik bahan irigasi dan menghindari ekstrusi bahan irigasi pada apikal. Ketika melakukan irigasi, jarum harus dalam keadaan terbebas di dalam saluran akar. Hal tersebut memungkinkan bahan irigasi untuk refluks dan menyebabkan debris bergerak ke arah koronal serta mencegah terdorongnya bahan irigasi ke jaringan periapeks.6

Gambar 2. Gambar sebenarnya (atas), gambar tiga dimensi (bawah). Jarum A-C (open-ended): (A) Flat, (B) Bevel, (C) Notched. Jarum D-F (closed-ended): (D) Side vented, (E) Double side vented, (F) Multivented.19


(27)

Dengan penggunaan syringe dan jarum, pergantian bahan irigasi yang sebenarnya hanya terbatas pada 1-1,5 mm di bawah ujung jarum. Keberhasilan dalam

chemomechanical debridement sangat tergantung pada volume dan kecepatan bahan irigasi mengalir ke dalam saluran akar. Penempatan yang dekat dengan panjang kerja sangat dibutuhkan untuk memastikan pergantian bahan irigasi. Selain itu, pembersihan saluran akar yang efektif harus dilakukan dengan cara agitasi secara intermiten untuk menghindari akumulasi debris pada daerah apikal saluran akar.3

Faktor yang dapat meningkatkan efisiensi teknik ini adalah mengatur jarak ujung jarum terhadap ujung apeks.6 Pada penelitian yang dilakukan oleh Boutsioukis

et al. (2010) menunjukkan bahwa flow pattern pada apikal saluran akar hampir sama pada posisi jarum yang berbeda dalam saluran akar. Perbedaan yang signifikan adalah jenis ujung jarum yang digunakan. Ujung jarum yang side-vented hanya dapat mencapai pergantian bahan irigasi pada posisi 1 mm dari panjang kerja, sedangkan ujung jarum yang open-ended (flat needle) dapat mencapai pergantian bahan irigasi yang sempurna pada posisi 2 mm dari panjang kerja. Tekanan shear berkurang apabila posisi ujung jarum semakin jauh dari panjang kerja. Selain itu, tekanan pada apikal juga berkurang dengan bertambahnya jarak antara ujung jarum dengan panjang kerja.20

Gambar 3. Kedalaman jarum dalam saluran akar: (a)1 mm, (b)2 mm, (c)3 mm, (d)4 mm, (e)5 mm, dari panjang kerja20


(28)

2.3.1.2 Brushes

Teknik irigasi manual dengan brushes tidak digunakan secara langsung untuk menghantar bahan irigasi ke dalam saluran akar. Teknik ini digunakan sebagai pelengkap untuk debridemen saluran akar atau agitasi bahan irigasi. Penggunaan alat ini secara tidak langsung mempengaruhi perpindahan bahan irigasi di dalam saluran akar. Pada studi dilaporkan adanya peningkatan kebersihan sepertiga koronal dinding saluran akar yang dipreparasi dan agitasi antara jarum Navitip FX dengan brushes

(Gambar 4) dibandingkan tanpa brushes. Namun, perbedaan tingkat kebersihan pada daerah apeks dan sepertiga tengah tidak ada perbedaan secara signifikan.6

Gambar 4. Instrumen Navitip FX® dengan

brushes6

2.3.2 Teknik Irigasi Dengan Bantuan Mesin

Teknik irigasi dengan bantuan mesin merupakan teknik penghantaran bahan irigasi ke dalam saluran akar dengan bantuan mesin.Pada dasarnya, teknik ini terbagi atas sonik, ultrasonik, dan pressure alternation devices.6


(29)

2.3.2.1 Sonik

Alat-alat yang menggunakan sistem penghantaran bahan irigasi secara sonik adalah EndoActivator dan Vibringe. EndoActivator merupakan tipe fasilitator irigasi yang baru (Gambar 5). Alat ini berfungsi atas vibrasi sonik (sampai dengan 10,000 cpm) pada satu tip plastik dalam saluran akar. Sistem ini mempunyai tiga jenis tip yang berbeda dan dapat dipasang pada handpiece secara mudah untuk mengeluarkan vibrasi sonik. EndoActivator tidak menghantarkan irigan baru ke dalam saluran akar tetapi memfasilitas penetrasi bahan irigasi ke dalam saluran akar. Penelitian telah menunjukkan penggunaan EndoActivator dalam memfasilitas penetrasi irigan dan

cleansing secara mekanik sebanding dengan pemakaian jarum yaitu tidak menimbulkan peningkatan risiko ekstrusi pada apeks akar.7 Selain itu, EndoActivator

sangat berefektif dalam membersihkan debris dari lateral kanal, membuang smear layer, dan mengeliminasi biofilm pada saluran akar gigi molar yang melengkung. Namun kekurangan EndoActivator adalah tipnya terlihat secara radiolusen pada Rontgen foto sehingga sulit diidentifikasi jika tersisa dalam saluran akar.6


(30)

Gambar 6. (A) EndoActivator dengan tip plastik (biru) yang besar (B) Tip yang sama sewaktu pergerakan secara sonik7

Vibringe adalah sistem sonik irigasi baru yang menggabungkan vibrasi berbasis baterai (9000 cpm) dengan irigasi saluran akar yang dioperasi secara manual.

Vibringe menggunakan tipe syringe atau jarum yang tradisional dengan memberi aktivasi sonik pada bahan irigasi. Penelitian Rodig et al. (2010) menunjukkan bahwa

vibringe memberi hasil yang lebih bagus daripada penggunaan syringe dalam pembuangan debris pada apikal saluran akar.7,21

Gambar 7. Vibringe irigator menghasilkan vibrasi sonik pada syringe dan jarum7

2.3.2.2 Ultrasonik

Alat ultrasonik telah lama digunakan pada bidang periodonsia sebelum Richman memperkenalkan ultrasonik pada bidang endodonti sebagai debridemen saluran akar. Dibandingkan dengan energi sonik, energi ultrasonik menghasilkan


(31)

frekuensi tinggi namun dengan amplitudo rendah. Filenya didesain untuk osilasi dengan frekuensi ultrasonik antara 25-30 kHz.6 Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membandingkan efektivitas ultrasonik dengan teknik hand-instrumentation

dalam pembersihan saluran akar. Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan ultrasonik memberikan pembersihan saluran akar yang lebih baik dibandingkan dengan hand-instrumentation saja. Analisis pada pergerakan file ultrasonik yang stabil mendukung kepada pembersihan saluran akar. File ultrasonik ini harus bergerak secara bebas tanpa berkontak dengan dinding saluran akar untuk bekerja secara efektif. Beberapa studi telah menyatakan efek ultrasonik dalam mengeliminasi bakteri dan debris dentin pada saluran akar tetapi tidak semua penelitian mendukung pernyataan tersebut. Dengan pemakaian sistem ini, komplikasi yang mungkin terjadi adalah relatif rendah dengan permukaan tip ultrasonik yang halus dan non aktif.7

2.3.2.3 Pressure Alternation Devices

EndoVac merupakan salah satu pendekatan baru. Endovac memiliki tiga komponen utama, yaitu master delivery tip, macrocannula dan microcannula

(Gambar 8). Selain menghantar bahan irigasi melalui jarum, sistem EndoVac

berfungsi berdasarkan tekanan negatif dimana irigan yang ditempatkan pada ruangan pulpa tersedot ke bawah saluran akar dan naik lagi melalui satu jarum tipis dengan desain yang khusus.7 Sewaktu instrumentasi, master delivery tip ditempatkan pada koronal untuk menyediakan bahan irigasi yang baru dan membantu dalam pembuangan debris yang dihantar ke koronal oleh rotary file di dalam saluran akar.

Macrocannula digunakan untuk membuang debris kasar setelah instrumentasi dan digunakan bersamaan dengan master delivery tip. Suatu tekanan negatif terjadi sewaktu master delivery tip menghantar bahan irigasi ke arah apikal, kemudian disedot oleh Macrocannula. Microcannula dimasukkan sesuai panjang kerja untuk mengaspirasi debris halus melalui lubang-lubang kecil pada ujungnya. EndoVac

bekerja pada konfigurasi kanal sekurang-kurangnya size 35 dengan taper 0,04 atau lebih besar.22


(32)

Beberapa penelitian menyatakan bahwa sistem ini menurunkan risiko terjadinya komplikasi pada foramen apikal dibandingkan dengan cara irigasi tradisional. Keuntungan lain daripada pengaliran secara terbalik ini adalah dapat bertindak sebagai pembersih apikal yang bagus dan mempunyai efek antibakteri yang besar apabila digunakan bersama hipoklorit.7

Gambar 8. Contoh sistem EndoVac. Atas: Kiri-Macrocannula, Kanan-Microcannula. Bawah: Kiri-Master delivery tip7


(33)

2.4 Kerangka Konsep

Tindakan irigasi pada perawatan saluran akar

1. Pemilihan jenis bahan irigasi

2. Alasan berdasarkan sifat ideal

3. Pemilihan teknik irigasi


(34)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif yaitu penelitian dengan tujuan mengumpulkan data untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan suatu keadaan secara objektif dan menghasilkan gambaran data dalam bentuk persentase.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Desember tahun 2014 sampai bulan Mei tahun 2015 di Kota Medan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah dokter gigi umum yang praktik di Kota Medan yaitu sebanyak 974 orang (data PDGI 2014).

3.4 Besar Sampel

Penentuan besar sampel berdasarkan estimasi proporsi dengan persepsi mutlak. Perkiraan proporsi berdasarkan hasil penelitian Kaptan di Turki, pada tahun 2012 menunjukkan proporsi dokter gigi umum yang melakukan perawatan saluran akar, yaitu 98,3% .23 Besar sampel dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:24

� = �� −∝/ � − �


(35)

Keterangan

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

α = deviasi baku alfa = 5% = 1,96

p = proporsi dokter gigi umum yang melakukan perawatan saluran akar = 0,983 d = limit dari eror atau presisi absolut (2,5%) = 0,025

N= populasi = 974 orang

Perhitungan:

� = �� −∝/ � − �

� − � + � −∝/ � − �

� = − . ,. , + ,. , . ,. , . ,

� = , ,

� = 93

Berdasarkan perhitungan diperoleh sampel minimal 93 responden. Pada penelitian ini ditentukan besar sampel adalah 98 responden.

3.5 Cara Sampling

Cara sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan penggolongan lokasi di kota Medan yaitu lingkar dalam dan lingkar luar. Jumlah sampel yang diambil di lingkar dalam dan lingkar luar adalah sama karena sampel yang dibutuhkan mempunyai ciri tertentu sehingga sampel tidak dipilih secara acak daripada populasi dan tidak diambil secara proposional berdasarkan jumlah kecamatan di lingkar dalam dan lingkar luar. Oleh karena itu, jumlah sampel yang diambil dari lingkar dalam dan lingkar luar adalah sama, yaitu


(36)

masing-masing 49 orang (Tabel 1) berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang ditetapkan.

Kriteria Inklusi:

1. Dokter gigi umum yang praktik di Kota Medan. 2. Dokter gigi yang melakukan perawatan saluran akar. 3. Dokter gigi yang bersedia mengisi kuesioner.

Kriteria Eksklusi:

1. Dokter gigi yang tidak praktik.

2. Dokter gigi yang menolak mengisi kuesioner.

3. Staf pengajar dan PPDGS di Departemen Konservasi Gigi FKG USU.

Tabel 1. Komposisi jumlah ukuran sampel penelitian

Pembagian Jumlah sampel

Lingkar dalam 49

Lingkar luar 49

Total 98

Keterangan:

Lingkar dalam = Terdiri dari 7 kecamatan di Kota Medan yaitu kecamatan Medan Polonia, Medan Maimun, Medan Baru, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, dan Medan Kota.

Lingkar luar = Terdiri dari 14 kecamatan di Kota Medan yaitu kecamatan Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan, Medan Tuntungan, dan Medan Selayang.


(37)

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian dan definisi operasional dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 2. Variabel penelitian dan definisi operasional

No Variabel Definisi operasional Cara ukur Skala pengukuran

Alat ukur

1. Tindakan irigasi pada perawatan saluran akar

1. Pemilihan jenis bahan irigasi dan alasan pemilihan berdasarkan sifat bahan irigasi 2. Pemilihan teknik

irigasi dan alasan pemilihan teknik irigasi Berdasarkan atas jawaban yang diisi langsung oleh responden dan dilanjutkan dengan pengkodean.

Nominal Kuesioner

3.7 Cara Pengumpulan Data

Peneliti memperoleh data dari PDGI cabang Kota Medan berupa jumlah dokter gigi umum yang praktik di Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunjungi responden dan data dicatat pada kuesioner yang telah disediakan. Kuesioner yang diajukan terdiri atas dua bagian pertanyaan, yaitu pertanyaan mengenai identitas responden dan pertanyaan mengenai tindakan irigasi pada perawatan saluran akar oleh dokter gigi umum. Pada bagian pertama, nama dan alamat praktik responden dicatat. Pada bagian kedua, responden akan ditanya tentang pemilihan jenis bahan irigasi, alasan pemilihan bahan tersebut berdasarkan sifatnya, teknik irigasi yang digunakan dan alasan pemilihan teknik irigasi.

3.8 Pengolahan Data

Data yang terkumpul dilanjutkan dengan pengkodean. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel yang menunjukkan persentase pada hasil.


(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2015 di kota Medan. Setelah memperoleh surat persetujuan komisi etik, sebanyak 120 kuesioner disebarkan dan kuesioner yang dikembalikan kepada peneliti sebanyak 98 kuesioner.

Penyebaran kuesioner ini dilakukan berdasarkan lingkar dalam dan lingkar luar di kota Medan. Jumlah sampel yang diperoleh di lingkar dalam dan lingkar luar adalah sama, yaitu masing-masing 49 orang. Hal ini disesuaikan dengan komposisi jumlah ukuran sampel penelitian dalam metode penelitian.

Pada hasil penelitian, diperoleh 4,08% (n=4) dokter gigi hanya melakukan perawatan saluran akar pada gigi dengan saluran akar tunggal dan 2,04% (n=2) dokter gigi hanya melakukan perawatan saluran akar pada gigi dengan saluran akar ganda. Terdapat 93,88% (n=92) dokter gigi melakukan perawatan saluran akar pada gigi dengan saluran akar tunggal dan ganda.

4.1 Pemilihan Bahan Irigasi Pada Perawatan Saluran Akar Yang Dilakukan Oleh Dokter Gigi Umum Di Kota Medan

Hasil penelitian mengenai pemilihan bahan irigasi pada perawatan saluran akar yang dilakukan oleh dokter gigi umum di kota Medan dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah.


(39)

Tabel 3. Pemilihan bahan irigasi NaOCl beserta alasan

No. Bahan Irigasi Total

1 NaOCl 92

(93,88%) Alasan

a. sifat antibakteri 49

(50%)

b. pelarut jaringan 30

(30,61%)

c. pelumas 1

(1,02%)

d. toksisitas rendah 1

(1,02%)

e. mengeluarkan smear layer 11

(11,22%)

f. lain-lain 0

(0%)

Hasil penelitian diperoleh data 93,88% dokter gigi menggunakan NaOCl dengan konsentrasi 2,5%. Alasan yang paling penting dalam pemilihan NaOCl oleh dokter gigi adalah sifat antibakteri (50%).

Tabel 4. Pemilihan bahan irigasi CHX beserta alasan

No. Bahan Irigasi Total

1 CHX 44

(44,90%) Alasan

a. sifat antibakteri 37

(37,76%)

b. pelarut jaringan 0

(0%)

c. pelumas 0

(0%)

d. toksisitas rendah 4

(4,08%)

e. mengeluarkan smear layer 2

(2,04%)

f. lain-lain 1


(40)

Hasil penelitian diperoleh data 44,90% dokter gigi menggunakan CHX. Alasan yang paling penting dalam pemilihan CHX oleh dokter gigi adalah sifat antibakteri (37,76%).

Tabel 5. Pemilihan bahan irigasi EDTA beserta alasan

No. Bahan Irigasi Total

1 EDTA 64

(65,31%) Alasan

a. sifat antibakteri 1

(1,02%)

b. pelarut jaringan 9

(9,18%)

c. pelumas 25

(25,51%)

d. toksisitas rendah 0

(0%)

e. mengeluarkan smear layer 29

(29,59%)

f. lain-lain 0

(0%)

Hasil penelitian diperoleh data 65,31% dokter gigi menggunakan EDTA. Alasan yang paling penting dalam pemilihan EDTA oleh dokter gigi adalah untuk mengeluarkan smear layer (29,59%).


(41)

Tabel 6. Pemilihan bahan irigasi MTAD beserta alasan

No. Bahan Irigasi Total

1 MTAD 5

(5,10%) Alasan

a. sifat antibakteri 2

(2,04%)

b. pelarut jaringan 1

(1,02%)

c. pelumas 1

(1,02%)

d. toksisitas rendah 0

(0%)

e. mengeluarkan smear layer 1

(1,02%)

f. lain-lain 0

(0%)

Hasil penelitian diperoleh data 5,10% dokter gigi menggunakan MTAD. Alasan yang paling penting dalam pemilihan MTAD oleh dokter gigi adalah sifat antibakteri (2,04%).

Tabel 7. Pemilihan bahan irigasi salin beserta alasan

No. Bahan Irigasi Total

1 Salin 43

(43,88%) Alasan

a. sifat antibakteri 1

(1,02%)

b. pelarut jaringan 5

(5,10%)

c. pelumas 7

(7,14%)

d. toksisitas rendah 14

(14,29%)

e. mengeluarkan smear layer 5

(5,10%)

f. lain-lain 11


(42)

Hasil penelitian diperoleh data 43,88% dokter gigi menggunakan salin. Alasan yang paling penting dalam pemilihan salin oleh dokter gigi adalah toksisitas rendah (14,29%).

Tabel 8. Pemilihan bahan irigasi iodine beserta alasan

No. Bahan Irigasi Total

1 Iodine 31

(31,63%) Alasan

a. sifat antibakteri 27

(27,55%)

b. pelarut jaringan 0

(0%)

c. pelumas 1

(1,02%)

d. toksisitas rendah 2

(2,04%)

e. mengeluarkan smear layer 0

(0%)

f. lain-lain 1

(1,02%)

Hasil penelitian diperoleh data 31,63% dokter gigi menggunakan iodine. Alasan yang paling penting dalam pemilihan iodine oleh dokter gigi adalah sifat antibakteri (27,55%).


(43)

Tabel 9. Pemilihan bahan irigasi H2O2 beserta alasan

No. Bahan Irigasi Total

1 H2O2 51

(52,04%) Alasan

a. sifat antibakteri 15

(15,31%)

b. pelarut jaringan 20

(20,41%)

c. pelumas 0

(0%)

d. toksisitas rendah 2

(2,04%)

e. mengeluarkan smear layer 10

(10,20%)

f. lain-lain 4

(4,08%)

Hasil penelitian diperoleh data 52,04% dokter gigi menggunakan H2O2.

Alasan yang paling penting dalam pemilihan H2O2 oleh dokter gigi adalah bertindak

sebagai pelarut jaringan (20,41%).

Tabel 10. Pemilihan bahan irigasi secara kombinasi dan bahan irigasi lain

No. Bahan Irigasi Total

1 Kombinasi 64

(65,31%)

2 Lain-lain 2

(2,04%)

Sebanyak 65,31% dokter gigi menggunakan kombinasi bahan irigasi sewaktu melakukan tindakan irigasi. Kombinasi bahan irigasi yang digunakan oleh dokter gigi adalah NaOCl + EDTA (40,82%) dan NaOCl + H2O2 (24,49%). Selain itu, diperoleh


(44)

4.2 Pemilihan Teknik Irigasi Pada Perawatan Saluran Akar Yang Dilakukan Oleh Dokter Gigi Umum Di Kota Medan

Hasil penelitian mengenai pemilihan teknik irigasi pada perawatan saluran akar yang dilakukan oleh dokter gigi umum di kota Medan dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah.

Tabel 11. Pemilihan teknik irigasi secara manual beserta alasan

No. Teknik Irigasi Total

1 Manual 98

(100%) Alasan

a. alat mudah didapat 59

(60,20%)

b. alat mudah dipakai 24

(24,49%)

c. menghemat waktu irigasi 4

(4,08%)

d. lebih aman dipakai 7

(7,14%)

e. lain-lain 4

(4,08%) Jenis jarum

a. jarum suntik 46

(46,94%)

b. jarun dengan open-ended 15

(15,31%)

c. jarum dengan closed-ended 37

(37,76%) Ukuran jarum

a. 25 gauge 44

(44,90%)

b. 26 gauge 2

(2,04%)

c. 27 gauge 7

(7,14%)

d. 30 gauge 37

(37,76%)

e. 31 gauge 6

(6,12%)

f. lain-lain 2


(45)

Kedalaman jarum

a. 1 mm 35

(35,71%)

b. 2 mm 27

(27,55%)

c. 3 mm 7

(7,14%)

d. 4 mm 15

(15,31%)

e. 5 mm 14

(14,29%) Ukuran syringe

a. 1 ml 3

(3,06%)

b. 2 ml 14

(14,29%)

c. 3 ml 61

(62,24%)

d. 4 ml 2

(2,04%)

e. 5 ml 18

(18,37%)

f. lain-lain 0

(0%)

Pada hasil penelitian, diperoleh data 100% dokter gigi menggunakan teknik irigasi secara manual. Alasan yang paling banyak dipilih oleh dokter gigi dalam penggunaan teknik irigasi secara manual adalah alat mudah didapat (60,20%). Jenis jarum yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi adalah jarum suntik (46,94%) dengan ukuran jarum sebesar 25 gauge (44,90%). Kedalaman jarum dalam saluran akar dari panjang kerja yang banyak digunakan oleh dokter gigi adalah 1 mm (35,71%). Selain itu, ukuran syringe yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi adalah 3 ml (62,24%).


(46)

Tabel 12. Pemilihan teknik irigasi dengan bantuan mesin beserta alasan

No. Teknik Irigasi Total

1 Bantuan mesin 8

(8,16%) Jenis mesin

a. sonik

(EndoActivator, vibringe)

3 (3,06%)

b. ultrasonik 5

(5,10%)

c. Pressure alternation devices (EndoVac) 0

(0%) Alasan

a. alat mudah didapat 0

(0%)

b. alat mudah dipakai 4

(4,08%)

c. menghemat waktu irigasi 2

(2,04%)

d. lebih aman dipakai 0

(0%)

e. lain-lain 2

(2,04%)

Pada hasil penelitian, hanya 8,16% dokter gigi menggunakan teknik irigasi dengan bantuan mesin. Sebanyak 5,10% dokter gigi menggunakan bantuan mesin ultrasonik, sedangkan 3,06% dokter gigi menggunakan bantuan mesin sonik dalam tindakan irigasi. Alasan pemilihan teknik irigasi dengan bantuan mesin oleh dokter gigi adalah alat mudah dipakai dengan (4,08%).


(47)

BAB 5 PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, responden didominasi oleh dokter gigi berusia di bawah 35 tahun, sedangkan jumlah responden dengan usia di atas 35 tahun lebih sedikit karena dokter gigi pada golongan usia ini sudah jarang melakukan perawatan saluran akar. Jadi, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan dokter gigi sesuai dengan dasar teori karena kebanyakan responden merupakan golongan yang belum lama menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Kedokteran Gigi.

Dalam proses pengumpulan data, peneliti tidak dapat mewawancarai dokter gigi secara langsung. Keterbatasan waktu responden dengan jumlah pasien yang banyak menyebabkan responden terkadang memilih kuesioner untuk ditinggal dalam beberapa waktu agar mereka dapat mengisinya sehingga ada kemungkinan tidak dapat memberi gambaran yang sebenarnya mengenai bahan irigasi saluran akar yang digunakan oleh dokter gigi umum di kota Medan. Hal ini karena ada kemungkinan terjadi salah persepsi dalam penggunaan bahan irigasi oleh responden pada perawatan saluran akar dengan bahan irigasi yang tersedia di praktek.

5.1 Pemilihan Bahan Irigasi Pada Perawatan Saluran Akar Yang Dilakukan Oleh Dokter Gigi Umum Di Kota Medan

Pada hasil penelitian, diperoleh 4,08% (n=4) dokter gigi hanya melakukan perawatan saluran akar pada gigi dengan saluran akar tunggal dan 2,04% (n=2) dokter gigi hanya melakukan perawatan saluran akar pada gigi dengan saluran akar ganda. Terdapat 93,88% (n=92) dokter gigi melakukan perawatan saluran akar pada gigi dengan saluran akar tunggal dan ganda. Hal ini dapat menunjukkan bahwa kebanyakan dokter gigi umum tetap melakukan perawatan saluran akar pada pasien tanpa memilih kasus.

Hasil penelitian mengenai pemilihan bahan irigasi pada perawatan saluran akar diperoleh data 93,88% dokter gigi menggunakan NaOCl dengan konsentrasi


(48)

2,5%, dimana 47,96% dari lingkar dalam dan 45,92% dari lingkar luar. Pada penelitian yang dilakukan oleh Marion dkk (2012) menunjukkan bahwa NaOCl dengan konsentrasi 2,5% lebih sesuai digunakan pada perawatan saluran akar karena dapat memberi efek antibakteri dan melarutkan jaringan. Selain itu, NaOCl dengan konsentrasi 2,5% memberi efek toksisitas yang lebih rendah berbanding dengan konsentrasi 5%.25 Data pada pemilihan bahan irigasi diikuti dengan EDTA (65,31%), H2O2 (52,04%), CHX (44,90%), salin (43,88%), iodine (31,63%), dan MTAD

(5,10%). Penelitian Dutner (2012) di Amerika Serikat juga menunjukkan hasil yang sama. NaOCl merupakan pilihan yang paling tinggi bagi dokter gigi dalam melakukan tindakan irigasi dengan data diperoleh 97%. Datanya diikuti dengan penggunaan EDTA (80%), CHX (56%), MTAD (16%), dan salin (11%).5

Pada hasil penelitian (Tabel 3), alasan paling penting bagi dokter gigi dalam pemilihan NaOCl adalah sifat antibakteri (50%), diikuti dengan alasan sebagai pelarut jaringan (30,61%), dapat mengeluarkan smear layer (11,22%), toksisitas rendah (1,02%), dan sebagai pelumas (1,02%). Pada penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Dutner (2012) menunjukkan hasil yang sama, yaitu sifat antibakteri NaOCl merupakan alasan yang paling penting bagi dokter gigi dalam tindakan irigasi.5 Sodium hipoklorit bertindak sebagai pelarut untuk organik dan fat degrading fatty acids, mengubahnya menjadi garam asam lemak (sabun) dan gliserol (alkohol) yang mengurangi tegangan permukaan pada larutan yang tersisa.10 Pada pH rendah dan netral, klorin bertindak dominan sebagai HOCl, sedangkan pada pH tinggi yaitu pH 9 dan keatas, OCl- adalah dominan. Hypochlorous acid (HOCl) mempunyai efek antibakteri dan mengganggu fungsi vital mikroba yang mengakibatkan kematian sel.7 Kemampuan NaOCl dalam melarutkan jaringan organik adalah proposional dengan konsentrasinya, yaitu dari 0,5%-5,25%.25 Pengetahuan dokter gigi sesuai dengan dasar teori yang menyatakan NaOCl berfungsi sebagai agen antibakteri dan pelarut jaringan pada saluran akar.

Dalam pemilihan bahan irigasi EDTA (65,31%), 36,73% responden dari lingkar dalam dan 28,57% responden dari lingkar luar. Alasan paling penting adalah untuk mengeluarkan smear layer (29,59%), diikuti sebagai pelumas (25,51%), pelarut


(49)

jaringan (9,18%), dan sifat antibakteri (1,02%) (Tabel 5). Alasan dari hasil tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa EDTA dengan konsentrasi 17% dapat membuang smear layer apabila kontak langsung dengan dinding saluran akar. Namun, EDTA tidak mempunyai sifat antibakteri yang tinggi. EDTA bertindak sebagai

chelator dengan ion kalsium dan membuang debris yang dihasilkan sewaktu preparasi pada dinding saluran akar sehingga terbukanya tubulus-tubulus dentin dan memberi penetrasi bahan desinfeksi dengan lebih baik.3

Dalam pemilihan bahan irigasi H2O2 (52,04%), 25,51% responden dari

lingkar dalam dan 26,53% responden dari lingkar luar. Pada hasil penelitian (Tabel 9), alasan yang diberikan oleh dokter gigi dalam penggunaan H2O2 sebagai bahan irigasi

adalah sifatnya sebagai pelarut jaringan (20,41%), diikuti dengan sifat antibakteri (15,31%), mengeluarkan smear layer (10,20%), dan toksisitas rendah (2,04%). Hasil ini menunjukkan bahwa lebih banyak dokter gigi berpendapat bahwa H2O2 dapat

melarutkan jaringan. Sebaliknya, H2O2 aktif membunuh virus, bakteri, jamur, dan

spora. H2O2 juga mempunyai efek antimikroba yang lebih kuat terhadap bakteri gram

positif dibanding dengan bakteri gram negatif. Dalam lingkungan, H2O2 aman

digunakan karena dapat diurai menjadi air dan oksigen.18

Dalam pemilihan bahan irigasi CHX (44,90%), 28,57% responden dari lingkar dalam dan 16,33% responden dari lingkar luar. Alasan paling penting bagi dokter gigi dalam pemilihan CHX (Tabel 4) sebagai bahan irigasi adalah sifat antibakteri (37,76%), diikuti dengan toksisitas rendah (4,08%), dan dapat mengeluarkan smear layer (2,04%). Beberapa dokter gigi menyatakan bahwa CHX tidak memiliki bau yang kuat. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan dokter gigi sesuai dengan dasar teori, yaitu CHX mempunyai spektrum antimikroba yang luas. CHX sangat efektif terhadap bakteri gram positif dan gram negatif serta bakteri anaerobik fakultatif, khususnya Candida albicans. Selain itu, CHX mempunyai sifat toksisitas yang rendah dan dapat mengurangi pembentukan smear layer dalam bentuk gel.13

Dalam pemilihan bahan irigasi salin (43,88%), 28,57% responden dari lingkar dalam dan 15,31% responden dari lingkar luar. 14,29% dokter gigi memberi alasan


(50)

bahwa toksisitas salin rendah. Datanya diikuti dengan salin bertindak sebagai pembilas antar bahan irigasi lain (11,22%) dan sebagai pelumas (7,14%). Sebanyak 5,10% dokter gigi memberi alasan bahwa salin dapat mengeluarkan smear layer dan sebagai pelarut jaringan (Tabel 7). Hasil ini menunjukkan bahwa kebanyakan dokter gigi mengetahui sifat salin, yaitu salin bersifat isotonik, bertindak sebagai pelumas, dan bahan irigasi yang menghilangkan bahan irigasi kimia yang tersisa di saluran akar. Keuntungan isotonik salin adalah jika bahan ini ekstrusi dari kanal selama irigasi maka bahan ini tidak mengakibatkan reaksi yang merugikan atau menyebabkan kerusakan pada jaringan karena tekanan osmotik dari salin sama dengan darah. Namun, terdapat beberapa orang dokter gigi mempunyai tanggapan yang salah mengenai sifat salin sebagai pelarut jaringan. Sebaliknya, salin tidak dapat melarutkan jaringan organik dan hanya membuang debris dari saluran akar. Oleh karena itu, salin seharusnya tidak dijadikan satu-satunya larutan yang digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar melainkan harus digunakan sebagai tambahan untuk desinfeksi secara khemis.16

Dalam pemilihan bahan irigasi iodine (31,63%), 13,27% responden dari lingkar dalam dan 18,37% responden dari lingkar luar. Alasan yang diberikan oleh dokter gigi adalah sifat antibakteri (27,55%), toksisitas rendah (2,04%), dan sebagai pelumas (1,02%) (Tabel 8). Pengetahuan dokter gigi terhadap iodine sesuai dengan dasar teori yang menyatakan bahwa iodine dapat membunuh mikroorganisme dengan spektrum yang luas di dalam saluran akar dan mempunyai toksisitas yang rendah. Satu studi menunjukkan bahwa iodine mampu menghilangkan E. faecalis dari dentin gigi sapi apabila digunakan dengan waktu kontak selama 15 menit.3 Namun kekurangan iodine adalah tidak mempunyai efek sebagai pelarut jaringan.7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan MTAD oleh dokter gigi adalah sedikit, yaitu hanya 5,10%, dimana 3,06% responden dari lingkar dalam dan 2,04% responden dari lingkar luar (Tabel 6). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa dokter gigi mengetahui sifat bahan irigasi tersebut, yaitu sifat antibakteri (2,04%) dan kemampuannya dalam membuang smear layer (1,02%).Beberapa studi menunjukkan bahwa efek MTAD dalam pembuangan smear layer adalah karena


(51)

memiliki komponen doxycycline dan citric acid. Kedua-dua komponen tersebut telah dilaporkan efektif dalam pembuangan smear layer. Selain itu, komponen doxycycline

dan tetracycline memberi efek antibakteri pada MTAD dengan spektrum antimikroba yang luas. Tween 80 telah ditambahkan ke dalam MTAD untuk mengurangi tegangan permukaan agar bahan irigasi tersebut dapat penetrasi ke dalam sistem saluran akar dengan lebih efektif.3 Alasan kebanyakan dokter gigi tidak memilih MTAD karena biayanya yang mahal. Selain itu, MTAD adalah bahan irigasi yang dikembangkan baru-baru ini sehingga banyak dokter gigi belum mengenai tentang bahan irigasi tersebut.

Sebanyak 65,31% dokter gigi menggunakan kombinasi bahan irigasi dalam tindakan irigasi. Jumlah responden dari lingkar luar dan lingkar dalam yang memilih kombinasi bahan irigasi adalah sama, yaitu masing-masing 32,65% (Tabel 10). Kombinasi bahan irigasi yang banyak digunakan oleh dokter gigi adalah NaOCl + EDTA (40,82%) dan NaOCl + H2O2 (24,49%). Alasan penggunaan kombinasi bahan

tersebut adalah untuk mencapai pembersihan saluran akar yang maksimal karena tidak ada satupun bahan irigasi yang memenuhi semua kriteria bahan irigasi yang ideal. Penelitian Rhodes (2006) menunjukkan bahwa penggunaan NaOCl atau EDTA sebagai irigan tunggal tidak akan menghilangkan semua debris organik dan inorganik. Irigasi dengan kombinasi penggunaan NaOCl dan EDTA secara alternatif lebih efektif dalam menyingkirkan smear layer dan bakteri dalam sistem saluran akar.13 Selain itu, diperoleh data 2,04% dokter gigi dari lingkar dalam (Tabel 10) menggunakan alkohol dalam tindakan irigasi. Dari hasil ini menunjukkan bahwa dokter gigi mempunyai pemahaman yang salah dalam pemilihan alkohol sebagai bahan irigasi.

5.2 Pemilihan Teknik Irigasi Pada Perawatan Saluran Akar Yang Dilakukan Oleh Dokter Gigi Umum Di Kota Medan

Hasil penelitian mengenai pemilihan teknik irigasi pada perawatan saluran, diperoleh 100% dokter gigi menggunakan teknik irigasi secara manual (Tabel 11). Alasan yang paling banyak dipilih oleh dokter gigi dalam penggunaan teknik irigasi


(52)

secara manual adalah alat mudah didapat (60,20%). Jenis jarum yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi adalah jarum suntik (47,94%) dengan ukuran jarum sebesar 25 gauge (44,90%). Pada saat ini, jarum 25 gauge diganti secara perlahan-lahan oleh jarum yang berukuran lebih kecil, yaitu 27 gauge, 30 gauge, dan 31 gauge jarum dalam penggunaan rutin sewaktu irigasi. Meskipun ukuran jarum yang lebih kecil membantu penghantaran bahan irigasi lebih dekat ke apeks akar, faktor keamanan masih dijadikan perhatian penting.7 Pada penelitian yang dilakukan oleh Boutsioukis et al. (2010), modifikasi telah dilakukan pada ujung jarum untuk meningkatkan efektivitas dan mengurangi resiko yang mungkin terjadi. Jarum yang dimaksudkan adalah jarum dengan open-ended dan closed-ended. Jarum dengan ujung tertutup dapat meningkatkan aktivasi hidrodinamik bahan irigasi dan menghindari ekstrusi bahan irigasi pada apikal.19 Pada hasil penelitian dapat dilihat bahwa dokter gigi di kota Medan masih banyak menggunakan jarum suntik sewaktu melakukan irigasi, dimana penggunaan jarum dengan open-ended dan closed-ended

masing-masing mendapat data sebanyak 15,31% dan 37,76%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kaptan (2012) di Turki, diperoleh penggunaan jarum dengan closed-ended pada tindakan irigasi adalah sedikit, dimana dari 602 responden, hanya 10,50% responden yang menggunakannya dalam tindakan irigasi. Hal ini karena biaya jarum dengan closed-ended mahal sehingga tidak banyak dokter gigi menggunakannya.23

Kedalaman jarum dalam saluran akar dari panjang kerja yang sering digunakan oleh dokter gigi adalah 1 mm (35,71%) (Tabel 12). Dengan penggunaan

syringe dan jarum, pergantian bahan irigasi yang sebenarnya hanya terbatas pada 1-1,5 mm di bawah ujung jarum. Oleh karena itu, penempatan yang dekat dengan panjang kerja sangat dibutuhkan untuk memastikan pergantian bahan irigasi dan mencapai pembersihan yang optimal.3 Pada penelitian Boutsioukis et al. (2010) menunjukkan bahwa flow pattern pada apikal saluran akar hampir sama pada posisi jarum yang berbeda dalam saluran akar. Perbedaan yang signifikan adalah jenis ujung jarum yang digunakan. Ujung jarum dengan closed-ended hanya dapat mencapai pergantian bahan irigasi pada posisi 1 mm dari panjang kerja, sedangkan ujung jarum dengan open-ended dapat mencapai pergantian bahan irigasi yang sempurna pada


(53)

posisi 2 mm dari panjang kerja.19 Oleh karena itu, kedalaman jarum dalam saluran akar dari panjang kerja amat tergantung pada jenis jarum yang digunakan oleh dokter gigi. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran syringe yang sering digunakan oleh dokter gigi adalah 3 ml (62,24%). Syringe dengan volume yang besar dapat menghematkan waktu, namun tekanannya lebih sukar dikontrol serta tidak dapat membersihkan daerah apikal dan saluran akar yang sempit dengan sempurna. Selain itu, tekanan yang berlebihan sewaktu melakukan irigasi harus dihindari agar tidak terjadi ekstrusi ke ruangan periapikal.3 Oleh karena itu, untuk tujuan keamanan,

syringe dengan volume 1-5 ml lebih dianjurkan penggunaannya sewaktu irigasi dilakukan.9

Pada hasil penelitian, diperoleh 8,16% dokter gigi dari lingkar dalam menggunakan teknik irigasi dengan bantuan mesin (Tabel 12). Sebanyak 5,10% dokter gigi menggunakan mesin ultrasonik, sedangkan 3,06% dokter gigi menggunakan mesin sonik dalam tindakan irigasi. Alasan penggunaan teknik irigasi dengan bantuan mesin adalah alat mudah dipakai (4,08%) dan menghemat waktu serta mencapai pembersihan saluran akar dengan lebih efektif (2,04%). Teknik irigasi dengan bantuan mesin tidak banyak digunakan oleh dokter gigi di kota Medan karena biaya alat yang mahal. Pada penelitian Gopikrishna di India (2013), 85% dokter gigi menggunakan teknik irigasi dengan bantuan mesin, dimana 47% dokter gigi menggunakan teknik irigasi dengan ultrasonik, 17% dokter gigi menggunakan

manual dynamic activation (MDA) dan aktivasi K-file, 19% dokter gigi menggunakan aktivasi sonik, dan 2% dokter gigi menggunakan pressure alternation devices. Hal ini karena penggunaan teknik irigasi dengan bantuan mesin dapat meningkatkan efisiensi bahan irigasi dalam pembersihan sampai ke sepertiga apikal saluran akar.4


(1)

No. Pemilihan jenis bahan irigasi dan alasannya (3)

NaOCl Alasan CHX Alasan EDTA Alasan MTAD Alasan Salin Alasan Iodine Alasan H2O2 Alasan Kombinasi Lain-lain

1 0 0 1 C 0 1 D 1 A 1 E 0 0

2 1 C 0 0 0 1 E 0 1 B 1 0

3 1 E 0 0 0 1 D 0 1 B 1 0

4 1 A 1 D 1 C 0 0 0 1 B 1 0

5 1 A 1 A 1 E 1 A 1 E 0 1 E 0 0

6 1 A 1 A 0 0 0 0 0 1 0

7 1 B 0 0 0 0 0 0 0 0

8 1 A 0 1 C 0 0 0 0 0 0

9 1 B 1 A 1 C 0 1 D 0 1 B 1 0

10 1 A 1 A 1 E 0 1 C 0 0 1 0

11 1 A 1 A 0 0 0 0 0 0 0

12 1 A 0 0 0 1 F 0 0 0 0

13 1 A 1 A 1 B 0 1 B 0 1 A 1 0

14 1 A 0 0 0 1 B 1 A 0 1 0

15 1 A 0 0 0 1 B 1 A 0 1 0

16 1 B 1 A 1 E 0 0 0 1 E 1 0

17 1 B 1 A 1 E 0 0 0 0 1 1

18 1 B 1 A 1 E 0 1 C 0 0 1 1

19 1 A 1 A 1 B 0 1 F 0 0 1 0

20 1 B 1 A 1 E 0 1 D 1 A 1 A 1 0

21 1 B 1 A 1 E 0 1 F 0 0 1 0

22 1 B 1 A 1 E 0 1 F 0 0 1 0

23 1 A 1 A 1 E 0 1 F 0 0 1 0

24 1 A 1 A 1 B 0 1 F 0 0 1 0

25 1 A 0 1 B 0 0 1 D 0 1 0

26 1 A 0 1 B 1 C 1 D 1 A 1 A 1 0

27 1 A 1 A 0 0 1 A 1 A 1 B 1 0

28 1 B 0 1 E 0 0 0 0 1 0

29 1 A 0 1 B 0 1 D 0 1 B 0 0

30 1 A 1 A 1 C 0 1 D 0 1 A 1 0

31 1 E 1 A 1 C 0 1 F 0 1 A 1 0

32 1 B 1 A 1 E 0 1 F 0 1 A 1 0

33 1 B 1 A 1 C 0 1 D 0 0 1 0

34 1 A 1 A 1 E 0 0 0 0 1 0

35 1 B 1 A 1 C 0 1 E 0 0 1 0

36 1 B 1 A 1 E 0 1 F 0 1 F 0 0

37 1 A 0 0 0 0 0 0 0 0

38 1 E 0 1 E 0 0 1 A 1 A 0 0

39 0 1 D 0 0 0 1 F 0 0 0

40 1 A 0 1 E 0 0 0 1 A 1 0

41 1 A 0 1 C 0 0 0 1 F 1 0

42 1 A 0 1 B 0 0 0 1 E 0 0

43 1 A 1 A 0 0 0 1 A 1 A 0 0

44 1 A 0 1 E 0 1 F 0 0 1 0

45 1 A 0 1 C 0 0 1 A 1 B 0 0

46 1 A 0 1 C 0 0 1 A 1 B 0 0

47 1 A 0 1 E 0 0 0 0 1 0

48 1 A 1 A 0 0 0 0 1 B 0 0

49 1 A 1 E 1 E 1 A 1 C 1 A 1 D 0 0

50 1 B 0 1 E 0 0 0 0 1 0

51 1 B 0 1 E 0 0 0 0 1 0


(2)

55 1 E 1 A 1 C 0 0 1 A 0 1 0

56 1 A 0 0 0 0 0 1 E 1 0

57 1 B 0 0 0 1 C 0 0 0 0

58 1 A 1 A 1 E 0 0 0 0 1 0

59 1 B 0 1 E 0 1 C 0 1 A 1 0

60 1 B 0 1 E 0 1 C 0 1 A 1 0

61 1 A 0 1 C 0 1 B 1 A 1 B 0 0

62 1 A 0 0 0 0 1 A 1 D 0 0

63 1 B 0 0 0 0 1 A 1 B 0 0

64 1 B 0 1 E 0 0 0 1 E 1 0

65 1 B 0 1 A 0 0 0 0 1 0

66 1 B 1 D 1 E 0 1 D 0 0 1 0

67 1 E 0 1 C 0 0 0 0 1 0

68 1 A 0 0 0 0 0 0 0 0

69 1 B 0 0 0 1 F 0 0 1 0

70 1 B 0 0 0 0 0 0 0 0

71 1 A 0 1 E 0 1 D 0 1 A 1 0

72 0 0 0 0 0 0 1 E 1 0

73 1 A 0 1 B 0 0 0 0 1 0

74 1 E 1 A 1 C 0 0 0 1 E 1 0

75 1 A 0 1 E 0 0 0 0 1 0

76 1 D 0 0 0 0 1 A 1 B 1 0

77 1 B 0 0 0 0 1 A 1 B 1 0

78 1 A 0 0 0 0 1 A 1 B 1 0

79 1 B 0 0 0 1 C 0 0 0 0

80 1 E 1 A 0 1 B 0 0 1 E 0 0

81 1 E 1 A 1 C 0 1 B 0 1 A 0 0

82 1 B 0 0 0 0 0 1 A 1 0

83 1 A 0 0 0 0 0 0 0 0

84 0 0 0 0 0 1 D 1 B 0 0

85 0 1 D 0 0 1 D 1 A 1 B 0 0

86 1 A 0 1 C 0 0 0 1 B 0 0

87 1 A 0 1 C 0 0 1 C 1 F 0 0

88 1 B 0 1 E 0 1 D 1 A 1 B 1 0

89 1 A 1 A 1 C 0 0 1 A 0 1 0

90 1 E 0 0 0 0 0 0 1 0

91 1 A 1 A 0 0 0 0 0 0 0

92 1 A 0 1 C 0 0 0 0 0 0

93 1 A 0 0 0 0 1 A 1 A 1 0

94 1 A 0 1 B 0 1 D 0 0 0 0

95 0 1 A 0 0 0 0 1 E 1 0

96 1 B 1 A 1 C 0 1 E 1 A 1 B 1 0

97 1 B 1 A 1 C 0 1 E 1 A 1 B 1 0


(3)

No.

Pemilihan teknik irigasi dan alasannya (4) Manual

(4a)

Alasan Jenis jarum Ukuran jarum Kedalaman jarum Ukuran syringe Bantuan mesin (4b)

Jenis mesin Alasan

1 1 A A E C E 0

2 1 B C A D B 0

3 1 A C A A B 0

4 1 A B A A E 0

5 1 E C A A C 1 B C

6 1 A A C A C 0

7 1 A C A E E 0

8 1 B C D B C 0

9 1 A C D B D 0

10 1 A C D B C 0

11 1 A C D B E 0

12 1 A C D A C 0

13 1 D B A E B 0

14 1 B C D B C 0

15 1 B C D B C 0

16 1 D C D A C 0

17 1 E C D A C 0

18 1 A C D B C 1 A E

19 1 A C D B C 0

20 1 A A E B C 1 B B

21 1 A B D B C 0

22 1 E C E A E 1 B C

23 1 B C E B E 0

24 1 B C E B E 0

25 1 A A B E C 0

26 1 A C D B C 0

27 1 A A D E B 0

28 1 A A A E C 0

29 1 D C A A E 0

30 1 A A C C C 0

31 1 D A C A C 0

32 1 A A C A C 0

33 1 B A A B C 0

34 1 A C D A C 1 B B

35 1 E C D A C 0

36 1 A C A A C 1 B B

37 1 B A A E C 0

38 1 A B D D B 0

39 1 A B D A C 0

40 1 A B A D C 0

41 1 D A C E C 0

42 1 A B A B C 0

43 1 B A A C C 0

44 1 A C D A C 1 A E

45 1 A A E C C 0

46 1 B A D D C 0

47 1 A A A D B 0


(4)

50 1 B A A A C 0

51 1 A C D A C 0

52 1 A A A D B 0

53 1 A A A A B 0

54 1 A A A A B 0

55 1 A A A B B 0

56 1 A C D D E 0

57 1 A A A A C 0

58 1 A A A E A 0

59 1 A A A A C 0

60 1 A A A A C 0

61 1 B B D B B 0

62 1 A A D E B 0

63 1 B A D E C 0

64 1 D A A E A 0

65 1 A A F A C 0

66 1 A C D B C 0

67 1 A A F D C 0

68 1 A A A A A 0

69 1 A B D A E 0

70 1 B A A E C 0

71 1 B A A B C 0

72 1 B C A D B 1 A B

73 1 A A D D E 0

74 1 B B D A C 0

75 1 A A A B C 0

76 1 D A A C C 0

77 1 A A A B C 0

78 1 B A A C C 0

79 1 A C D D E 0

80 1 A A A E C 0

81 1 C B D B C 0

82 1 B C D A E 0

83 1 B A A D C 0

84 1 A A A E E 0

85 1 A A A B C 0

86 1 A C A A E 0

87 1 A A A A C 0

88 1 C C B B C 0

89 1 A C D B E 0

90 1 A C A A C 0

91 1 B C A B D 0

92 1 B C D B C 0

93 1 B A A C C 0

94 1 B B D D C 0

95 1 A A A A C 0

96 1 C B C A C 0

97 1 C B C A C 0


(5)

Raw Data Survei

Keterangan tabel

No.

Kode

Deskripsi

Jumlah

1

Lokasi

A

Lingkar dalam kota Medan

49

B

Lingkar luar kota Medan

49

2

Perawatan saluran akar pada

gigi dengan saluran akar

Tunggal

1

Ya

96

0

Tidak

2

Ganda

1

Ya

94

0

Tidak

4

3

Pemilihan jenis bahan irigasi

NaOCl

1

Ya

92

0

Tidak

6

Alasan

A

Sifat antibakteri

49

B

Pelarut jaringan

30

C

Pelumas

1

D

Toksisitas rendah

1

E

Mengeluarkan

smear layer

11

F

Lain-lain

-

CHX

1

Ya

44

0

Tidak

54

Alasan

A

Sifat antibakteri

37

B

Pelarut jaringan

-

C

Pelumas

-

D

Toksisitas rendah

4

E

Mengeluarkan

smear layer

2

F

Lain-lain

1

EDTA

1

Ya

64

0

Tidak

34

Alasan

A

Sifat antibakteri

1

B

Pelarut jaringan

9

C

Pelumas

25

D

Toksisitas rendah

-

E

Mengeluarkan

smear layer

29

F

Lain-lain

-

MTAD

1

Ya

5

0

Tidak

93

Alasan

A

Sifat antibakteri

2

B

Pelarut jaringan

1

C

Pelumas

1

D

Toksisitas rendah

-

E

Mengeluarkan

smear layer

1

F

Lain-lain

-

Salin

1

Ya

43

0

Tidak

55

Alasan

A

Sifat antibakteri

1

B

Pelarut jaringan

5

C

Pelumas

7

D

Toksisitas rendah

14

E

Mengeluarkan

smear layer

5

F

Lain-lain

11

Iodine

1

Ya

31

0

Tidak

67

Alasan

A

Sifat antibakteri

27

B

Pelarut jaringan

-

C

Pelumas

1

D

Toksisitas rendah

2

E

Mengeluarkan

smear layer

-


(6)

H

2

O

2

1

Ya

51

0

Tidak

47

Alasan

A

Sifat antibakteri

15

B

Pelarut jaringan

20

C

Pelumas

-

D

Toksisitas rendah

2

E

Mengeluarkan

smear layer

10

F

Lain-lain

4

Kombinasi

1

Ya

64

0

Tidak

34

Lain-lain

1

Ya

2

0

Tidak

96

4

Pemilihan teknik irigasi

4a

Manual

1

Ya

98

0

Tidak

-

Alasan

A

Alat mudah didapat

59

B

Alat mudah dipakai

24

C

Menghemat waktu irigasi

4

D

Lebih aman dipakai

7

E

Lain-lain

4

Jenis jarum

A

Jarum suntik

46

B

Jarum dengan

oprn-ended

15

C

Jarum dengan

closed-ended

37

Ukuran jarum

A

25 gauge

44

B

26 gauge

2

C

27 gauge

7

D

30 gauge

37

E

31 gauge

6

F

Lain-lain

2

Kedalaman jarum

A

1 mm

35

B

2 mm

27

C

3 mm

7

D

4 mm

15

E

5 mm

14

Ukuran syringe

A

1 ml

3

B

2 ml

14

C

3 ml

61

D

4 ml

2

E

5 ml

18

F

Lain-lain

-

4b

Bantuan mesin

1

Ya

8

0

Tidak

90

Jenis mesin

A

Sonik (contoh:

EndoActivator, vibringe

)

3

B

Ultrasonik

5

C

Pressure alternation devices

(contoh:

EndoVac

)

-

D

Lain-lain

-

Alasan

A

Alat mudah didapat

-

B

Alat mudah dipakai

4

C

Menghemat waktu irigasi

2

D

Lebih aman dipakai

-