2.2.1 Sodium Hipoklorit NaOCl
Sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,5 diperkenalkan oleh Dakin pada tahun Perang Dunia I. Coolidge kemudian memperkenalkan penggunaan sodium
hipoklorit ke dalam bidang endodonti. Sodium hipoklorit merupakan bahan irigasi yang paling populer digunakan oleh dokter gigi. Bahan irigasi ini tersedia dalam
berbagai konsentrasi, yaitu 0,5-6. Konsentrasi sodium hipoklorit yang rendah 0,5-
1 dapat melarutkan jaringan nekrotik. Sodium hipoklorit dengan konsentrasi yang lebih tinggi memberi efek pelarut jaringan yang lebih baik, namun melarutkan kedua-
dua jaringan nekrotik dan vital dimana bukan efek yang diinginkan. Peningkatan konsentrasi larutan sodium hipoklorit dapat meningkatkan tingkat kelarutan bahan
organik dan juga dapat meningkatkan efektivitasnya sebagai agen antibakteri. Pemanasan larutan ini juga memberikan efek yang sama.
3
Sodium hipoklorit menunjukkan keseimbangan yang dinamis seperti yang ditunjukkan pada reaksi berikut:
NaOCl + H
2
O ↔ NaOH + HOCl ↔ Na
+
+ OH
-
+ H
+
+ OCl
-
Dari reaksi kimia tersebut, sodium hipoklorit bertindak sebagai pelarut untuk organik dan fat degrading fatty acids, mengubahnya menjadi garam asam lemak sabun dan
gliserol alkohol yang mengurangi tegangan permukaan pada larutan yang tersisa.
10
Pada pH rendah dan netral, klorin bertindak dominan sebagai HOCl, sedangkan pada pH tinggi yaitu pH 9 dan keatas, OCl
-
adalah dominan. Hypochlorous acid HOCl mempunyai efek antibakteri dan mengganggu fungsi vital mikroba yang
mengakibatkan kematian sel. Secara jelasnya, NaOCl berfungsi sebagai agen
antibakteri dan pelarut jaringan pada saluran akar.
7
Meskipun memiliki banyak keunggulan, namun NaOCl juga memiliki kekurangan. Selain baunya yang tidak enak, sodium hipoklorit juga mempunyai
kekurangan seperti tidak mampu membuang smear layer secara sempurna dan dapat menimbulkan efek toksik dan iritasi pada jaringan vital di sekitarnya terutamanya
pada konsentrasi yang tinggi. Komplikasi yang dapat timbul akibat irigasi NaOCl yang berlebihan atau teknik irigasi yang salah adalah nekrosis pada jaringan dibawah
Universitas Sumatera Utara
foramen apikal. Selain itu, efek toksiknya juga dapat menyebabkan kerusakan pada mata operator akibat kontak direk dengan larutan dan menimbulkan alergi pada
pasien.
4,10
NaOCl juga tidak dapat digunakan sebagai final rinsing apabila bahan pengisian saluran akar yang digunakan sewaktu obturasi adalah berbasis resin.
11
Hal ini karena bonding sealer pada dentin akan diubah dan akan menganggu polimerisasi
bahan resin sehingga adaptasi sealer pada dinding saluran akar terganggu.
12
Alternatifnya adalah penggunaan EDTA, CHX atau BioPure
TM
MTAD sebagai final flush.
11
2.2.2 Chlorhexidine Gluconate CHX