direhabilitasi di LAPAS dan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pembinaan yang dilakukan di Lapas belum sesuai dengan teori-teori perkembangan remaja,
sering terjadi perilaku kekerasan fisik, pola pembinaan yang dilakukan masih sama dengan narapidana dewasa, waktu petugas untuk mendengarkan keluhan
remaja juga terbatas, kemampuan petugas memahami persoalan masih rendah, dan seringkali remaja masih terlantar banyaknya waktu luang yang tidak di isi dengan
kegiatan berarti.
2.2 Remaja 2.2.1 Pengertian Remaja
Istilah adolescense atau remaja berasal dari kata Latin adolescere kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja yang b
erarti “ tumbuh” atau “ tumbuh menjadi dewasa” Al-Mighwar, 2011. Masa remaja adalah masa transisi dari
kanak-kanak ke dewasa, masa ini hampir selalu merupkan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya Jahja, 2011.
2.2 Batasan karakteristik remaja
Batasan karakteristik remaja menurut Agustiani 2006 yaitu : a. Remaja awal: 12
– 15 tahun
Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak
tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap
Universitas Sumatera Utara
bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dengan teman sebaya.
b. Remaja madya: 15 – 18 tahun
Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah
lebih mampu mengarahkan diri sendiri self-direced. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan
impusivitas dan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain ini penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.
c. Remaja akhir: 18 – 22 tahun
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja beusaha memantapkan tujuan vokasional
dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang
dewasa juga menjadi ciri dari tahap ini.
2.3 Ciri – ciri umum masa remaja
Setiap periode penting selama rentang kehidupan memiliki ciri-ciri terentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya.
Menurut Al-Mighwar 2011 menyatakan ciri – ciri umum masa remaja sebagai
berikut
Universitas Sumatera Utara
a. Masa penting Semua periode dalam rentang kehidupan memeang penting, teapi ada
perbedaan dalam tingkat kepentingannya. Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat
–akibat jangka panjangnya menjadikan perioda remaja lebih penting daripada periode lainnya.
b. Masa transisi Transisi merupakan tahap peralihan dari suatu tahap perkembangan ke
tahap berikutnya. Maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Jika
seseorang anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dia harus meninggalkan segala hal yang bersifat kekanak-kanakan dan mempelajari pola
tingkah laku dan sikap baru. c. Masa perubahan
Perubahan yang terjadi pada masa remaja memang beragam, tetapi ada empat perubahan yang terjadi pada semua remaja:
1 Emosi yang tinggi. Intensitas emosi bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi, sebab pada awal masa remaja, perubahan
emosi terjadi lebih cepat. 2 Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
menimbulkan masalah baru. Dibandingkan dengan masalah yang dihadapi
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya, remaja muda, tampaknya mengalami masalah yang lebih banyak dan sulit diselasaikan.
3 Perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi perubahan minat dan pola tingkah laku. Setelah hampir dewasa, remaja tidak lagi menganggap
penting segala apa yang dianggap penting pada masa anak-anak. 4 Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menghendaki dan
menuntut kebebasan, tetapi sering takut bertanggung jawab akan risikonya dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya.
d. Masa bermasalah Meskipun setiap periode mengalami masalah sendiri, masalah masa
remaja termasuk masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Alasannya, pertama, sebagian masalah yang terjadi selama masa
kanak-kanak diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga mayoritas remaja tidak berpengalaman dalam mengatasinya. Kedua, sebagian remaja
sudah merasa mandiri sehingga menolak bantuan orangtua dan guru-guru. Dia ingin mengatasi masalahnya sendiri.
e. Masa pencarian identitas Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting
bagi remaja daripada individualitas. Contohnya, dalam hal pakaian, berbicara, dan tingkah laku, remaja ingin seperti teman-teman gengnya. Apabila tidak
demikian, ia akan terusir dalam kelompoknya.
Universitas Sumatera Utara
f. Masa munculnya ketakutan Majeres berpendapat, “ Banyak yang berangggapan bahwa popularitas
mempunyai arti yang bernilai dan sayangnya, banyak diantaranya yang bersifat negaif. Persepsi negatif terhadap remaja seperti tidak percaya,
cenderung merusak dan berperilaku merusak, mengindikasikan pentingnya bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Demikian pula, terhadap
kehidupan remaja muda yang cenderung tidak simpatik dan takut bertanggung jawab.
g. Masa yang tidak realistik Pandangan subjektif cenderung mewarnai remaja. Mereka memandangi
diri sendiri dan oranglain berdasarkan keinginannya, dan bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, apalagi dalam cita-cita. Tidak hanya berakibat
bagi dirinya sendiri, bahkan bagi keluarga dan teman-temannya, cita-cita yang realistik ini berakibat pada tingginya emosi yang merupakan ciri awal masa
remaja. h. Masa menuju dewasa
Masa menuju dewasa dimana kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah stereotip usia belasan tahun yang indah di satu sisi, dan harus bersiap-
siap menuju usia dewasa di sisi lainnya. Kegelisahan itu timbul akibat kebimbangan tentang bagaimana meninggalkan masa remaja dan bagaimana
pula memasuki masa dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Mereka mencari-cari sikap yang dipandangnya pantas untuk itu. Bila kurang arahan atau bimbingan, tingkah laku mereka akan ganjil, seperti
berpakaian dan bertingkah laku meniru-niru orang dewasa, merokok, minum- minum keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Penelitian
Berdasarkan uraian pada bab 2, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Komponen konsep diri narapidana remaja :
1. Gambaran diri 2. Ideal diri
3. Harga diri 4. Peran
5. Identitas Diri
Skema 3.1. Kerangka Penelitian
Kerangka konsep diatas menunjukkan bahwa gambaran diri, ideal diri, harga diri, identitas diri, dan peran merupakan komponen konsep diri yang
mempengaruhi konsep diri narapidana remaja. Jika nilai dari komponen konsep diri bernilai baik maka kategori konsep diri remaja tersebut adalah positif. Begitu
pula sebaliknya bila nilai komponen konsep diri bernilai kurang maka kategori konsep diri remaja tersebut bernilai negatif.
Positif
Negatif
21
Universitas Sumatera Utara