Problem Based Learning PBL Realistik Matematika

memfasilitasi para siswa dengan berbagai kegiatan sehingga para siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna. PBL dimulai dengan asumsi bahwa pembelajaran merupakan proses yang aktif, kolaboratif, terintegrasi, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kontekstual. PBM ditandai juga oleh pendekatan yang berpusat pada siswa students- centered, guru sebagai fasilitator, dan soal terbuka open- ended question atau kurang terstruktur ill-structured yang digunakan sebagai rangsangan awal untuk belajar.

a. Problem Based Learning PBL

Soal terbuka maksudnya adalah soal yang memiliki banyak solusi dan karenanya siswa perlu mengkaji banyak metode sebelum memutuskan jawaban tertentu. Masalah yang kurang terstruktur akan mendorong siswa untuk melakukan investivigasi, melakukan diskusi, dan mendapat pengalaman memecahkan masalah. Dengan PBL , pembelajaran menjadi lebih realistik untuk menciptakan pembelajaran yang menekankan dunia nyata, keterampilan berfikir tingkat tinggi, belajar lintas disiplin, belajar independen, keterampilan kerja kelompok dan berkomunikasi melalui suasana pembelajaran berbasis masalah. Selain menekankan learning by doing, PBL membuat siswa sadar akan informasi apa yang telah diketahui pada masalah yang dihadapi, informasi apa yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan tersebut, dan strategi apa yang akan digunakan untuk memperlancar pemecahan masalah. Mengartikulasikan pikiran-pikiran tersebut akan membantu siswa menjadi pemecah masalah problem solver dan siswa yang mengetahui apa yang harus dilakukan self- directed yang lebih efektif. Tujuan dari PBL adalah untuk memfasilitasi siswa agar: 1. Berpikir kritis dan analitis , 2. Mencari dan memanfaat sumber belajar yang berasal dari lingkungan sekitar, 3. Menggunakan pengetahuan secara efektif, dan , 4. Mengembangkan pengetahuan dan strategi untuk permasalahan selanjutnya.

b. Realistik Matematika

Benda-benda konkrit dimanipulasi oleh siswa dalam kerangka menunjang usaha siswa dalam proses matematisasi konkret ke abstrak. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat mengkontruksi dan menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri. Diperlukan kegiatan refleksi terhadap aktivitas sosial sehingga dapat terjadi pemaduan dan penguatan hubungan antar pokok bahasan dalam struktur pemahaman matematika. Menurut Hans Freudental dalam Sugiman 2007 matematika merupakan aktivitas insani human activities dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian ketika siswa melakukan kegiatan belajar matematika maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi. Terdapat dua macam matematisasi, yaitu: 1 matematisasi horisontal dan 2 matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal berproses dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol matematika. Proses terjadi pada siswa ketika ia dihadapkan pada problematika yang kehidupan situasi nyata. Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri; misalnya: penemuan strategi menyelesaiakn soal, mengkaitkan hubungan antar konsep-konsep matematis atau menerapkan rumustemuan rumus. Pendidikan Matematika Realistik PMR mendasarkan aktivitas pembelajaran matematika berdasarkan tahap perkembangan siswa, yang dapat dianalogikan dengan fenomena gunung es iceberg seperti pada gambar di atas. Ilmu matematika formal yang nampak dari diri siswa merupakan puncak dari gunung es. Meskipun ilmu abstrak tersebut terlihat sangat sedikit, ilmu tersebut dibangun oleh kaki- 28 kaki gunung es yang sangat besar dan banyak tetapi tidak terlihat. Jika pondasi gunung es rapuh maka puncaknya akan mudah roboh. Begitu pula dengan ilmu matematika yang dibangun oleh siswa. Jika dasar-dasar ilmu matematika informal siswa tidak kokoh maka ilmu formalnya juga akan mudah dilupakan atau hilang. Aktivitas pembelajaran matematika dalam PMR dapat divisualisasikan dengan empat model yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan matematika formal. Perpindahan dari matematika konkret ke matematika formal dapat dideskripsikan sebagai berikut. Penerapan metode realistik dalam pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dapat dilihat sebagai berikut: Skema Pengembangan Pembelajaran Berbasis Etnomatematika Rita, 2015 Mengkomunikasikan presentasi Mengasosiasi matematika Mencoba membuat sketsa bangun geometri Menanya mengenai candi prambanan dan hubungannya dengan matematika Mengamati secara langsung prasasti Candi Prambanan

c. Metode Saintifik