Lingkungan keluarga dan minat belajar menentukan hasil belajar siswa. Oleh karena itu hubungan lingkungan keluarga dan minat belajar terhadap hasil
belajar IPS akan diuraikan sebagai berikut.
2.1 Hasil Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu aktivitas kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
dilakukan untuk memperoleh pengetahuan baru. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang paling pokok dalam pendidikan di sekolah.
Menurut Slameto 2010:2 belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Djamarah 2011:13 bahwa
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan menurut Syah 2009:68 belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungannya yang bersifat menetap.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar Salah satu tercapainya proses pembelajaran adalah dengan hasil belajar
yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan capaian yang dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan belajar.
Menurut Sudjana 2016:22 hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini karena isi rumusan tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai
siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Rusman dalam Jamil 2014:88 hasil belajar
adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar juga bisa diartikan bila seorang telah belajar
akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom dalam Sudjana
2016:22 yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni: a.
Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
yakni pengetahuan dan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Menurut Sudjana 2016:23 istilah pengetahuan termasuk pula
pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk di ingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh,
nama-nama kota. Dilihat dari segi proses belajar, istilah-istilah tersebut memang perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasainya sebagai dasar bagi pengetahuan
atau pemahaman konsep-konsep lainnya. Pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah namun menjadi prasyarat bagi aspek hasil belajar
berikutnya. Aspek hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan,
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Aspek hasil belajar aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
Aspek hasil belajar analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu
memahami hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Dengan analisis diharapkan seseorang mampu mempunyai pemahaman dan dapat memilah
menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, memahami prosesnya, memahami cara bekerjanya, memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah berkembang
pada seseorang, maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.
Aspek hasil belajar sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian- bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis merupakan salah satu
terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Seseorang yang kreatif sering
menemukan atau menciptakan sesuatu. Dengan kemampuan sintesis, orang menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu.
Aspek hasil belajar evaluasi merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif. Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, dan materi. b.
Ranah afektif Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
responding atau jawaban, penilaian, organisasi, dan internalisasi nilai. Penerimaan yakni semacam kepekaan dalam menerima stimulus dari luar
dalam bentuk masalah, situasi, dan gejala. Dalam aspek ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau rangsangan
dari luar. Responding atau jawaban yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulus yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, dan kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar.
Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai,
latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai.
Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai
yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai dan organisasi sistem nilai.
Internalisasi nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Ranah psikomotoris
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Aspek psikomotoris yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif interpretatif.
Hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor sebenarnya tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain. Seseorang yang berubah
tingkat kognitifnya sebenarnya telah berubah pula sikap dan perilakunya. Carl Rogers dalam Sudjana 2016:31 berpendapat bahwa seseorang yang telah
menguasai tingkat kognitif perilakunya sudah bisa diramalkan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah siswa mempelajari dan mengalami proses belajar yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor. Hasil belajar dapat dilihat melalui penilaian hasil belajar yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang optimal tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar.
Menurut Slameto 2010:54 faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor intern dibedakan menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1. Faktor jasmaniah Faktor jasmani yaitu kondisi fisik individu yang sedang belajar. faktor
jasmaniah terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh. a Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian- bagiannya. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat,
mudah pusing, ngatuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun gangguan-gangguan fungsi alat indera dan tubuhnya. Agar seseorang
dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu memperhatikan ketentuan
tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
b Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau
kurang sempurnanya tubuh. Cacat itu dapat berupa buta, tuli, setengah
tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dll. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat, belajarnya akan terganggu.
2. Faktor psikologis Terdiri atas intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
dan kesiapan. a Intelegensi
Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Namun siswa yang mempunyai intelegensi tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses
yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor di antara faktor yang
lain. Jika faktor lain itu berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat
intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar jika belajar dengan baik. Artinya belajar dengan menerapkan metode yang
efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat memberi
pengaruh yang positif. b Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa maka timbulah kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar.
c Minat Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik
baginya. Bahan pelajaran yang menarik siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
d Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Misalnya orang yang berbakat mengetik akan lebih cepat dapat
mengetik dengan lancar dibandingkan orang lain yang kurang atau tidak berbakat di bidang mengetik.
e Motif Untuk mencapai tujuan perlu berbuat, sedangkan yang menjadi
penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai penggerak. Dalam proses belajar harus diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar
dapat belajar dengan baik atau mempunyai motif untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan belajar.
f Kematangan Kematangan adalah suatu tingkatan dalam pertumbuhan
seseorang di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru. Misalnya tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis dan dengan otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak. Anak
yang sudah matang belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.
g Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan sudah ada kesiapan maka hasil
belajarnya akan lebih baik. 3. Faktor kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan mempengaruhi belajar siswa. Agar siswa dapat belajar dengan baik
haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
b. Faktor Ekstern Adalah faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar. Faktor
ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1. Faktor keluarga Terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.
2. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 3. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar faktor tersebut diantaranya kegiatan siswa dalam masyarakat,
mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
2.1.4 Indikator Hasil Belajar Indikator merupakan karakteristik terhadap apa yang akan diukur.
Menurut Rusman dalam Jamil 2014:88 hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif,
psikomotorik.
Hasil belajar siswa dapat dilihat dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Tipe hasil belajar kognitif lebih sering digunakan guru untuk
mengukur tingkat kemampuan siswa namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di
sekolah. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.
Berdasarkan teori dari Sudjana 2016:30 dapat disimpulkan bahwa indikator hasil belajar afektif adalah religius, jujur, santun, percaya diri, toleransi,
disiplin, kerja keras, gotong royong, komunikatif, dan tanggung jawab. Sedangkan hasil belajar psikomotor menurut Syah 2009: 218 dapat dilihat dari a
kecakapan mengkoordinasikan gerakan mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya, b kefasihan melafalkan atau mengucapkan, c kecakapan membuat
mimik dan gerakan jasmani.
2.2 IPS