dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi yang menurut Ausubel, sangat abstrak, umum, dan inklusif yang mewadahi apa yang diajarkan
itu. Selain itu logika berpikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Sementara Bruner Hammachek, 1990: 222, mengajukan teori yang
disebut free discovery learning. Gagasan yang melatarbelakangi metode ini adalah “to give students a wide variety of examples of certain facts and information and
to encourage them find, „discover‟, the answer, or the underlying ruler or principle” memberikan pada para siswa variasi contoh yang luas dari fakta-fakta
tertentu dan informasi, serta mendorong mereka untuk mendapatkan, „menemukan‟, jawaban, atau menggarisbawahi aturan atau prinsip. Menurut teori
ini proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menemukan suatu aturan,
termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya. Melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya. Dengan kata
lain, peserta didik dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Untuk memahami konsep kejujuran umpamanya, peserta didik tidak
sekedar menghafal definisi kejujuran, melainkan dengan contoh-contoh kongkrit tentang kejujuran dan dari contoh ini peserta didik dibimbing untuk
mendefinisikan kata kejujuran.
3. Teori Belajar Sibernetik
Teori ini relatif baru dengan teori-teori belajar yang lain, termasuk dengan teori yang telah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, Suciati Prasetya Irawan, 2001: 45 dijelaskan bahwa belajar adalah pengolahan informasi.
Dalam teori sibernetik proses belajar memegang peranan penting, namun yang lebih penting lagi adalah pengolahan sistem informasi. Dengan kata lain, sistem
informasi dipandang sangat memegang peranan penting dalam memudahkan penyampaian materi pembelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik.
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar manapun yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk semua peserta didik,
karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Teori ini sangat relevan dan menjadi landasan pengembangan multimedia yang akan di desain
dalam penelitian ini. Implementasi teori sibernetik dalam pembelajaran telah banyak
dikembangkan, di antaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi. Berdasarkan pendekatan ini, Reigeluth, Bunderson
Merril Asri Budiningsih, 2005: 84 mengembangkan strategi penataan isi atau materi pembelajaran berdasarkan empat hal, yakni : pemilihan selection,
penataan urutan sequencing, rangkuman summary, dan sintesis synthesizing. Menurut mereka : 1 jika isi pelajaran ditata dengan menggunakan dari urutan
umum ke rinci, maka materi pembelajaran pada tingkat umum akan menjadi kerangka untuk mengaitkan isi-isi lain yang lebih rinci. Hal ini sesuai dengan
struktur representasi informasi di dalam long term memory, sehingga akan mempermudah proses penelusuran kembali informasi; 2 jika rangkuman
diintegrasikan ke dalam strategi penataan materi pembelajaran, maka akan
berfungsi untuk menunjukkan kepada pebelajar informasi yang perlu diberi perhatian, di samping itu juga menghemat kapasitas working memory.
Prinsip-prinsip belajar berdasarkan teori belajar yang telah diuraikan di atas, telah teraplikasi dalam pembelajaran dengan multimedia pembelajaran yang
akan dikembangkan dalam penelitian pengembangan ini. Penerapan pada teori behavioristik, terlihat jelas dari pemberian stimulus pada peserta didik user
dalam menggunakan multimedia dengan cara membuka program, memilih menu materi, mengejakan latihan, dsbnya. Sedangkan aplikasi teori belajar kognitif
dalam multimedia pembelajaran yang akan dikembangkan pada perolehan pengetahuan baru yang didesain secara khusus bagi peserta didik. Pengetahuan
lama akan diperkuat oleh pengetahuan baru tersebut sehingga dapat berkesinambungan dan klop.
Aplikasi teori belajar sibernetik dalam multimedia yang akan dikembangkan ini adalah dengan sejalan perkembangan teknologi dan informasi,
peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu IT yang di dapat dengan cara menggunakan multimedia pembelajaran. Serta juga dengan penataan sistem
informasi dari materi yang akan disajikan pada peserta didik, dan dapat di peroleh secara lengkap. Dengan multimedia pembelajaran, peserta didik dapat belajar
sesuai kebutuhan, kecepatan, keluwesan, dan dapat memilih materi yang ingin di peroleh. Serta bisa digunakan secara individual dan dapat dilakukan secara
berulang jika belum memahami pada materi tertentu.
B. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media dan Multimedia Pembelajaran