commit to user
Prof.  Peter  Mahmud  Marzuki,  yang  mengutip  pendapatnya Philiphus   M.   Hadjon   menjelaskan   metode deduksi   sebagaimana
silogisme  yang  diajarkan  Aristoteles,  penggunaan  metode  deduksi berpangkal  dari  pengajuan  premis  major  pernyataan  yang  bersifat
umum.  Kemudian  diajukan  premis  minor  bersifat  khusus,  dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu kesimpulan atau conclusion
Peter Mahmud  Marzuki,  2007  :  47.  Jadi  yang  dimaksud  dengan pengolahan  bahan  hukum  dengan  cara  deduktif  adalah  menjelaskan
sesuatu  dari  hal-hal   yang   sifatnya  umum,  selanjutnya  menarik kesimpulan dari hal itu yang sifatnya lebih khusus.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk  mempermudah  pemahaman  dalam  pembahasan  dan  untuk memberikan  gambaran  yang  jelas  mengenai  keseluruhan  isi  skripsi,  penulis
menjabarkan dalam bentuk sistematika skripsi sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam  bab  ini,  penulis  menguraikan  tentang  latar belakang
masalah, perumusan
masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode   penelitian  dan sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan bagian pertama tentang kerangka teori yang  berisi  tinjauan  kepustakaan  sebagai  literatur
pendukung dalam  pembahasan masalah
penulisan hukum  ini.  Tinjauan  pustaka  dalam  penulisan  ini
meliputi  tinjauan  tentang  proses  pemeriksaan  sidang, tinjauan tentang pembuktian, tinjauan tentang kesaksian
dan saksi.  Bagian  kedua  adalah  kerangka  pemikiran yang disajikan dalam bentuk narasi maupun bagan.
commit to user
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada  bab  ini  diuraikan  mengenai  hasil  penelitian tentang  nilai  pembuktian  keterangan  saksi  dalam  BAP
kepolisian  yang  dibacakan  di  persidangan  dan keabsahan keterangan saksi dalam BAP kepolisian yang
dibacakan  di  persidangan.  Diuraikan  pula  mengenai pembahasan  yang  dilakukan  terhadap  teori  yang
diperoleh  dari  hasil  penelitian,  kemudian  dianalisis dengan  kajian  pustaka,  rumusan  masalah  dan  tujuan
penelitian.
BAB IV : PENUTUP
Berisi tentang simpulan yang dirumuskan secara singkat dan jelas   menjawab  rumusan  masalah  yang  harus
sinkron dengan pembahasan serta rumusan masalah dan saran  sebagai  alternatif  solusi  atas  masalah  yang
ditemukan.
commit to user
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.  Kerangka Teori 1.
Tinjauan tentang Proses Pemeriksaan Perkara Pidana di Persidangan
Pemeriksaan  perkara  pidana  secara  garis  besar,  terlihat  dalam urut-urutan dibawah ini :
a. Sidang  dinyatakan  dibuka  dan  terbuka  untuk  umum    Pasal  153
ayat  3      KUHAP    Ketentuan  tersebut  merupakan  perwujudan dari
fair  trial,
sehingga  masyarakat  dapat  mengontrol  jalannya persidangan.  Pengecualian  terhadap  ketentuan  tersebut  apabila
memeriksa perkara kesusilaan atau terdakwanya anak-anak. b.
Terdakwa  dipanggil  Pasal 154 ayat1 KUHAP Hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa agar dipanggil
masuk ke ruang sidang. c.
Pembacaan Surat Dakwaan  Pasal 155 ayat 2 KUHAP Pembacaan surat dakwaan dilakukan untuk perkara yang diproses
dengan acara biasa, sedangkan untuk perkara singkat, yang dibaca adalah catatan dakwaan.
d. Keberatan  atau  eksepsi  dari  penasehat  hukum  terdakwa    Pasal
156 ayat 1 KUHAP Isi keberatan tersebut dapat berupa :
1 bahwa pengadilan tidak berwenang memeriksa perkara ;
2 dakwaan tidak dapat diterima
3 dakwaan harus dibatalkan
e. Pendapat penuntut umum Pasal 156 ayat 1 KUHAP
Atas  keberatan  yang  diajukan  oeh  terdakwa  atau  penasehat hukum,  penuntut  umum  diberi  kesempatan  untuk  menyatakan
pendapatnya. f.
Putusan Sela Pasal 156 ayat 2 KUHAP
commit to user
Atas keberatan dan tanggapan tersebut, hakim ketua sidang dapat memutus  dengan  putusan  sela.  Jika  keberatan  diterima,  perkara
tidak  dapat  dilanjutkan.  Sebaliknya  jika  keberatan  ditolak,  maka perkara bisa dilanjutkan.
g. Pemeriksaan materi perkara  alat bukti
Apabila  pemeriksaan  dilanjutkan,  maka  dilakukan  pemeriksaan terhadap  alat-alat  bukti  dan  barang  bukti  pemeriksaan  materi
perkara 1
Alat bukti keterangan saksi 2
Alat bukti keterangan ahli 3
Alat bukti surat 4
Alat bukti petunjuk 5
Alat bukti keterangan terdakwa 6
Barang bukti h.
Penuntut umum membacakan tuntutan
Rekusitor Rekusitor
adalah  surat  yang  memuat  pembuktian  surat  dakwaan berdasarkan  alat-alat  bukti  yang  terungkap  di  persidangan  dan
kesimpulan  penuntut  umum  tentang  kesalahan  terdakwa  disertai dengan tuntutan pidana.
i. Terdakwa  atau  penasehat  hukum  membacakan  pembelaan
Pledoi Pledoi
adalah  tangkisan  terhadap  pembuktian  yang  dibacakan penuntut  umum  dalam  tuntutan  pidana  dan  terdakwa  maupun
penasehat  hukumnya  berusaha  mengajukan  bukti  balik  dari pembuktian  yang  diajukan  penuntut  umum  dimuka  sidang.
Pembelaan tidak lepas dari eksistensinya bantuan hukum. j.
Penuntut umum membacakan jawaban atas pembelaan
replik Replik
adalah  jawaban  atas  tanggapan  penuntut  umum  terhadap
pledoi
yang diajukan terdakwa atau penasehat hukumnya.
commit to user
k. Terdakwa atau penasehat hukum membacakan
duplik Duplik
adalah  tanggapan  atas  bantahan  terhadap
replik.
Dalam pelaksanaan  proses  pemeriksaan  perkara  pidana  di  persidangan
terdapat pihak-pihak yang berhubungan, antara lain : 1
Hakim majelistunggal sesuai  dengan  Pasal  1  angka  8  KUHAP,  pengertian  hakim
adalah  pejabat  peradilan  negara  yang  diberi  wewenang  oleh undang-undang untuk mengadili.
2 Jaksapenuntut umum
Dalam Pasal 1 angka 6 huruf a KUHAP disebutkan pengertian dari jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-
undang  ini  untuk  bertindak  sebagai  penuntut  umum  serta melaksanakan  putusan  pengadilan  yang  telah  memperoleh
kekuatan  hukum  tetap.  Sedangkan  penuntut  umum  dijelaskan dalam  Pasal  1  angka  6  huruf  b  yang  berbunyi  :  ”penuntut
umum  adalah  jaksa  yang  diberi  wewenang  oleh  undang- undang  ini  untuk  melakukan  penuntutan  dan  melaksanakan
penetapan hakim. 3
Terdakwa Menurut Pasal 1 angka  15 KUHAP, terdakwa  adalah seorang
tersangka  yang  dituntut,  diperiksa  dan  diadili  di  sidang pengadilan.
4 Penasehat hukum
Pengertian penasehat hukum sesuai Pasal 1 angka 13 KUHAP adalah  seorang  yang  memenuhi  syarat  yang  ditentukan  oleh
atau berdasar undang-undang untuk memberi  bantuan hukum.
commit to user
KUHAP  membedakan  tata  cara  pemeriksaan  perkara  pidana  di sidang pengadilan dibagi dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Proses acara pemeriksaan biasa
Proses ini dimulai hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan  sidang  terbuka  untuk  umum,  kecuali  dalam  perkara
mengenai kesusilaan atau terdakwanya anak-anak Pasal 153 ayat 3  KUHAP  dan  pemeriksaan  itu  dilakukan  secara  lisan  dalam
bahasa Indonesia yang dimengerti oleh terdakwa dan saksi Pasal 152  ayat  2a  KUHAP,  apabila  kedua  ketentuan  tersebut  tidak
terpenuhi  maka  batal  demi  hukum  sesuai  dengan  ketentuan  Pasal 153 ayat 4 KUHAP.
Pihak  yang  dipanggil  pertama  adalah  terdakwa,  apabila terdakwa  tidak  hadir  maka  hakim  ketua  sidang  akan  meneliti
apakah  terdakwa  telah  dipanggil  secara  sah,  apabila  terdakwa tidak  hadir  tanpa  alasan  yang  sah  setelah  dipanggil  secara  sah
untuk  kedua  kalinya,  maka  dihadirkan  dengan  paksa  pada  sidang pertama  berikutnya  sesuai  Pasal  154  ayat  6  KUHAP.  Ketika
terdakwa  hadir  dalam  persidangan,  mula-mula  hakim  ketua menanyakan  identitas  terdakwa  serta  mengingatkan  terdakwa
untuk  memperlihatkan  segala  sesuatu  yang  didengar  dan dilihatnya  dipersidangan  Pasal  155  ayat  1  KUHAP.  Sesudah
itu  hakim  ketua  sidang  mempersilahkan  penuntut  umum  untuk membacakan  surat  dakwaannya.  Setelah  pembacaan  dan
penjelasan  surat  dakwaan  oleh  penuntut  umum,  hakim  harus bertanya  kepada  terdakwa  apakah  dia  benar-benar  memahami
surat dakwaan, kalau terdakwa belum mengerti menurut Pasal 155 ayat  2  huruf  b,  hakim  dapat  memerintahkan  kepada  penuntut
umum  untuk  “memberi  penjelasan”  tentang  hal-hal  yang  belum jelas dan belum dipahami terdakwa   apabila
terdakwa atau
penasehat  hukumnya  menyatakan  keberatan,  penuntut  umum diberi  kesempatan  untuk  menyatakan  pendapatnya,  kemudian
commit to user
hakim  mempertimbangkan  keberatan  tersebut  untuk  selanjutnya mengambil  keputusan  Pasal  156  ayat  1  KUHAP.  Jika
keberatan  itu  diterima  oleh  hakim,  maka  perkara  itu  tidak diperiksa  lebih  lanjut,  dan  untuk  ini  penuntut  umum  dapat
mengajukan  perlawanan  kepada  pengadilan  tinggi  melalui pengadilan  negeri  yang  bersangkutan  sesuai  dengan  Pasal  156
ayat  2  dan  3.  Apabila  keberatan  tidak  diterima  maka  proses persidangan  dilanjutkan  dengan  pemeriksaan  saksi  dan  alat  bukti
yang  ada.  Untuk  keterangan  mengenai  saksi  dan  alat  bukti  akan dipaparkan pada tinjauan selanjutnya.
Setelah pemeriksaan sidang dipandang sudah selesai, maka penuntut  umum  mengajukan  tuntutan  pidana.  Sesudah  itu,
terdakwa  dan  atau  penasehat  hukum  mengajukan  pembelaanya yang dapat dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentuan bahwa
terdakwa  atau  penasehat  hukum  selalu  mendapat  giliran  terakhir. Semua  ini  dilakukan  secara  tertulis  dan  setelah  dibacakan
diserahkan kepada hakim ketua sidang dan turunnya kepada pihak yang  berkepentingan  sesuai  Pasal  182  ayat  1  KUHAP.  Setelah
itu  hakim  ketua  sidang  menyatakan  bahwa  pemeriksaan dinyatakan  ditutup,  dengan  ketentuan  dapat  dibuka  sekali  lagi,
baik  atas  kewenangan  hakim  ketua  sidang  karena  jabatannya, maupun  atas  permintaan  penuntut  umum  atau  terdakwa  atau
penasehat  hukumnya  dengan  memberikan  alasannya  Pasal  182 ayat 2 KUHAP.
b. Proses acara pemeriksaan singkat
Ketentuan  tentang  acara  pemeriksaan  biasa  berlaku  juga bagi  pemeriksaan  singkat,  kecuali  ditentukan  lain.  Hal  tersebut
dapat  dilihat  dalam  Pasal  293  ayat  3  KUHAP  yang  berbunyi  : ”Dalam acara ini berlaku ketentuan dalam Bagian Kesatu, Bagian
Kedua  dan  Bagian  Ketiga  Bab  ini  sepanjang  peraturan  itu  tidak bertentangan dengan ketentuan di bawah ini :
commit to user
a.1    Penuntut  umum  dengan  segera  setelah  terdakwa  di  sidang menjawab segala pertanyaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal  155  ayat  1  memberitahukan  dengan  lisan  dari catatannya  kepada  terdakwa  tentang  tindak  pidana  yang
didakwakan kepadanya dengan menerangkan waktu, tempat dan keadaan pada waktu tindak pidana itu dilakukan;
a.2  Pemberitahuan  ini  dicatat  dalam  berita  acara  sidang  dan merupakan pengganti surat dakwaan;
b.   dalam hal hakim memandang perlu pemeriksaan tambahan, supaya  diadakan  pemeriksaan  tambahan  dalam  waktu
paling  lama  empat  belas  hari  dan  bilamana  dalam  waktu tersebut  penuntut  umum  belum  juga  menyelesaikan
pemeiksaan tambahan, maka hakim memerintahkan perkara itu diajukan ke sidang pengadilan biasa;
c. guna  kepentingan  pembelaan,  maka  atas  permintaan
terdakwa dan atau penasehat hukum, hakim dapat menunda pemeriksaan paling lama tujuh hari;
d.  putusan  tidak  dibuat  secara  khusus,  tetapi  dicatat  dalam berita acara sidang;
e. hakim  memberikan  surat  yang  memuat  amar  putusan
tersebut; f.
isi  surat  tersebut  mempunyai  kekuatan  hukum  yang  sama seperti putusan pengadilan dalam acara biasa”.
Sebagaimana  yang  tercantum  dalam  pasal  203  ayat  1 KUHAP,  hal-hal  yang  diperiksa  menurut  acara  pemeriksaan
singkat  adalah  perkara  kejahatan  atau  pelanggaran  yang  tidak termasuk  ketentuan  Pasal  205  dan  yang  menurut  penuntut  umum
commit to user
pembuktian  serta  penerapan  hukumnya  mudah  dan  sifatnya sederhana.
c. Proses acara pemeriksaan cepat.
Pemeriksaan  dengan  acara  cepat  diatur  dalam  bagian keenam  Bab  XVI  KUHAP.  Istilah  yang  dipakai  HIR  ialah
PERKARA  ROL.  Ketentuan  tentang  acara  pemeriksaan  biasa berlaku pula pada pemeriksaan cepat dengan kekecualian tertentu,
hal ini berdasarkan pasal 210 KUHAP yang menyatakan bahwa ” ketentuan dalam Bagian kesatu, Bagian kedua, dan Bagian ketiga
ini  bab  16  tetap  berlaku  sepanjang  peraturan  itu  tidak bertentangan dengan paragraf ini“.
Pemeriksaan cepat terbagi dalam dua paragraf : 1
acara  pemeriksaan  tindak  pidana  ringan,  termasuk  delik yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling
lama tiga bulan dan atau denda sebanyak – banyaknya tujuh ribu lima ratus dan penghinaan ringan
2 acara  pemeriksaan  pelanggaran  lalu  lintas  jalan,  termasuk
perkara  pelanggaran  tertentu  terhadap  peraturan  perundang – undangan lalu lintas.
Asas-asas  yang  digunakan  dalam  proses  peradilan  pidana adalah sebagai berikut :
a Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya murah;
b Asas praduga tak bersalah
presimtion of innonce
; c
Asas oportunitas d
Asas pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum; e
Asas semua orang diperlakukan sama di depan hakim; f
Asas peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya dan tetap;
g Asas tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan
hukum;
commit to user
h Asas akusator dan inkisitor
accusatoir
dan
inqqusitoir
i Asas pemeriksaan hakim yang langsung dan lisan Andi
hamzah, 1996: 10-24.
2. Tinjauan Tentang Pembuktian dan Alat Bukti
a. Pengertian Pembuktian
Pembuktian  merupakan  salah  satu  hal  yang  penting  dalam menentukan  kebenaran  atas  dakwaan  yang  didakwakan  kepada
terdakwa  dalam  suatu  persidangan.  Oleh  karena  itu,  pembuktian perlu  diketahui  secara  mendalam.  Dasar  hukum  tentang
pembuktian  dalam  hukum  acara  pidana  mengacu  pada  pasal  183- 189  KUHAP  Kitab  Undang  Undang  Hukum  Acara  Pidana.
Menurut  Yahya  Harahap,  pembuktian  adalah  ketentuan-ketentuan yang  berisi  penggarisan  dan  pedoman  tentang  cara-cara  yang
dibenarkan undang-undang
membuktikan kesalahan
yang didakwakan  kepada  terdakwa.  Pembuktian  juga  merupakan
ketentuan  yang  mengatur  alat-alat  bukti  yang  dibenarkan  oleh undang-undang
dan boleh
dipergunakan hakim
untuk membuktikan  kesalahan  yang  didakwakan  M.  Yahya  Harahap,
2002:273.  Menurut  Darwin  Prints,  yang  dimaksud  pembuktian
adalah  bahwa  benar  suatu  peristiwa  pidana  telah  terjadi  dan terdakwalah
yang salah
melakukannya, sehingga
harus mempertanggungjawabkannya
Darwin Prints,1998:133.
Pembuktian  tidak  lain  berarti  memberi  dasar  dasar  yang  cukup kepada  hakim  untuk  memeriksa  perkara  yang  bersangkutan  guna
kepastian tentang perkara yang diajukan.
Sudikno  berpendapat  bahwa  membuktikan  mengandung tiga  pengertian  yaitu  membuktikan  dalam  arti  logis,  membuktikan
dalam  arti  controversial,  dan  membuktikan  dalam  hukum  atau mempunyai  arti  yuridis  Sudikno  Mertokusumo,  1981:91.
Membuktikan mempunyai pengertian-pengertian :
commit to user
1 Memberi memperlihatkan bukti;
2 Melakukan  sesuatu  sebagai  bukti  kebenaran  melaksanakan
cita-cita  dan sebagainya; 3
Menandakan, menyatakan bahwa sesuatu itu benar; 4
Menyakinkan, menyaksikan. Kebenaran  dalam  perkara  pidana  merupakan  kebenaran
yang  disusun  didapat  dari  jejak,  kesan  dan  refleksi  dari  keadaan dan atau benda yang berdasarkan ilmu pengetahuan dapat berkaitan
dengan  masa  lalu  yang  diduga  menjadi  perbuatan  pidana.  Suatu pembuktian  menurut  hukum  pada  dasarnya  untuk  menentukan
substansi  atau  hakekat  adanya  fakta-fakta  masa  lalu  yang  tidak terang menjadi fakta yang terang.
Menurut  Pasal  184  KUHAP,  alat  bukti  dalam  perkara pidana  bisa  berupa  keterangan  saksi,  keterangan  ahli,  surat,
petunjuk  dan  keterangan  terdakwa.  Hal-hal  yang  sudah  diketahui
umum, tidak perlu dibuktikan lagi.
b. Sistem Pembuktian
Teori sistem pembuktian ada 4  empat  yaitu : 1
Teori  Pembuktian  Berdasarkan  Undang-Undang  Positif Positif Wettwlijks theorie .
Dalam  menilai  kekuatan  pembuktian  alat-alat  bukti yang  ada,  dikenal  bebarapa  sistem  atau  teori  pembuktian.
Pembuktian  yang  didasarkan  selalu  kepada  alat-alat pembuktian  yang  disebut  undang-undang,  disebut  sistem
teori pembuktian berdasarkan undang-undang secara positif. Andi Hamzah, 2008, hal 251 .
Dalam  teori  ini  undang-undang  menentukan  alat bukti  yang dipakai oleh  hakim cara bagaimana hakim dapat
mempergunakannya,  asal  alat-alat  bukti  itu  telah  diapakai secara  yang  ditentukan  oleh  undang-undang,  maka  hakim
harus  dan  berwenang  untuk  menetapkan  terbukti  atau
commit to user
tidaknya  suatu  perkara  yang  diperiksamya.  Walaupun barangkali hakim sendiri belum begitu yakin atas kebenaran
putusannya itu. Sebaliknya  bila  tidak  dipenuhi  persyaratan  tentang
cara-cara  mempergunakan  alat-alat  bukti  itu  sebagaimana ditetapkan undang-undang bahwa putusan itu harus berbunyi
tentang  sesuatu  yang  tidak  dapat  dibuktikan  tersebut Syarifudin Pettanase, 2000, hal 203 .
Teori pembuktian ini ditolak oleh Wirjono Prodjoda koro  untuk  dianut  di  Indonesia,  dan  teori  pembuktian  ini
sekarang  tidak  mendapat  penganut  lagi  karena  teori  ini terlalu  banyak  mengandalkan  kekuatan  pembuktian  yang
disebut oleh undang-undang Andi Hamzah, 2008. hal 251 . 2
Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Belaka. Berhadap-hadapan  secara  berlawanan  dengan  teori
pembuktian  menurut  undang-undang  secara  positif  ialah teori pembuktian menurut keyakinan hakim belaka.
Didasari  bahwa  alat  bukti  berupa  pengakuan terdakwa  sendiripun  tidak  selalu  membuktikan  kebenaran.
Pengakuan  kadang-kadang  tidak  menjamin  terdakwa  benar- benar telah melakukan perbuatan yang didakwakan.
Bertolak pengkal pada pemikiran itulah, maka teori berdasarkan  keyakinan  hakim  belaka  yang  didasarkan
kepada  keyakinan  hati  nuraninya  sendiri  ditetapkan  bahwa terdakwa  telah  melakukan  perbuatan  yag  didakwakan.
Dengan  sistem  ini,  pemidanaan  dimungkinkan  tanpa didasarkan  kepada  alat-alat  bukti  dalam  undang-undang.
Andi Hamzah, 2008, hal 252
commit to user
3 Teori  Pembuktian  Berdasarkan  Keyakinan  Hakim  Atas
Alasan Yang Logis  Laconvivtion Raisonnee . Sistem  atau  teori  yang  disebut  pembuktian  yang
berdasarkan  keyakinan  hakim  sampai  batas  tertentu    la conviction  raisonnee  .  Menurut  teori  ini,  hakim  dapat
memutuskan  seseorang  bersalah  berdasarkan  keyakinannya, keyakinan  yang  didasarkan  kepada  dasar-dasar  pembuktian
disertai dengan suatu kesimpulan yang berlandaskan kepada peraturan-peraturan pembuktian tertentu.
Teori pembuktian ini disebut juga pembuktian bebas karena  hakim  bebas  untuk  menyebut  alasan-alasan
keyakinannya  Vrije  bewijs  theorie   atau  yang  berdasarkan keyakinan  hakim  sampai  batas  tertentu  ini  terpecah  kedua
jurusan.  Pertama,  yang  disebut  diatas,  yaitu  pembuktian berdasar  keyakinan  hakim  atas  alasan  yang  logis
conviction  raisonnee    dan  yang  kedua,  ialah  teori pembuktian  berdasar  undang-undang  secara  negatif
negatief bewijs theorie . Persamaan  antara  keduanya  ialah  keduanya  sama
berdasar  atas  keyakinan  hakim,  artinya  terdakwa  tidak mungkin di pidana tanpa adanya keyakinan hakim bahwa ia
bersalah Andi Hamzah, 2008, hal 253 . 4
Teori  Pembuktian  Berdasarkan  Undang-Undang  Secara Negatif  negative wettelijk .
Menurut  teori  ini  hakim  hanya  boleh  menjatuhkan pidana  apabila  sedikit-dikitnya  alat-alat  bukti  yang  telah  di
tentukan  undang-undang  itu  ada,  ditambah  dengan keyakinan  hakim  yang  didapat  dari  adanya  alat-alat  bukti
itu. Dalam  pasal  183  KUHAP  menyatakan  sebagai
berikut  :  “  hakim  tidak  boleh  menjatuhkan  pidana  kepada
commit to user
seseorang  kecuali  apabila  dengan  sekurang-kurangnya  dua alat  bukti  yang  sah  ia  memperoleh  keyakinan  bahwa  suatu
tindak  pidana  benar-benar  terjadi  dan  bahwa  terdakwalah yang bersalah melakukannya”.
Atas  dasar  ketentuan  pasal  183  KUHAP  ini,  maka dapat  disimpulkan  bahwa  KUHAP  memakai  sistem
pembuktian  menurut  undang-undang  yang  negative.  Ini berarti  bahwa  dalam  hal  pembuktian  harus  dilakukan
penelitian,  apakah  terdakwa  cukup  alasan  yang  didukung oleh alat pembuktian yang ditentukan oleh undang-undang
minimal  dua  alat  bukti    dan  kalau  ia  cukup,  maka  baru dipersoalkan  tentang  ada  atau  tidaknya  keyakinan  hakim
akan kesalahan terdakwa. Teori pembuktian menurut undang-undang negative
tersebut  dapat  disebut  dengan  negative  wettelijk,  istilah  ini berarti  :  wettelijk,  berdasarkan  undang-undang  sedangkan
negative,  maksudnya  adalah  bahwa  walaupun  dalam  suatu perkara terdapat cukup bukti sesuai dengan undang-undang,
maka  hakim  belum  boleh  menjatuhkan  hukuman  sebelum memperoleh keyakinan tentang kesalahan terdakwa.
Dalam  sistem  pembuktian  yang  negative  alat-alat bukti  limitatif  di  tentukan  dalam  undang-undang  dan
bagaimana cara mempergunakannya hakim juga terikat pada ketentuan  undang-undang    Syarifudin  Pettanase,  2000,  hal
205 . Sistem  pembuktian  di  Indonesia  hanya  mengakui  alat-alat
bukti  yang  sah  menurut  undang-undang  yang  dapat  dipergunakan untuk  pembuktian.  Dalam  pembuktian  ini  penuntut  umum
membuat surat dakwaan dan oleh karena itu, ia bertanggung jawab untuk menyusun alat bukti dan pembuktian tentang kebenaran surat
dakwaan  atau  kesalahan  terdakwa,  bukan  sebaliknya  terdakwa
commit to user
yang  harus  membuktikan  bahwa  ia  tidak  bersalah.  Hakim  dalam menjatuhkan putusan akan menilai semua alat bukti yang sah untuk
menyusun  keyakinan  hakim  dengan  mengemukakan  unsur-unsur kejahatan yang didakwakan itu terbukti dengan sah atau tidak, serta
menetapkan pidana apa yang harus dijatuhkan kepadanya setimpal dengan perbuatannya  Martiman Prodjohamijaya, 1983 : 19 .
c. Alat Bukti
Bukti  yaitu  sesuatu  untuk  meyakinkan  kebenaran  suatu dalil  atau  pendirian  atau  dakwaan.  Alat-alat  yang  diperkenankan
untuk  dipakai  membuktikan  dalil-dalil  atau  dalam  perkara  pidana disebut  dakwaan  di  sidang  pengadilan  misalnya  :  keterangan
terdakwa,  keterangan  saksi,  keterangan  ahli,  surat  dan  petunjuk Andi Hamzah, 1996 : 254 .
Alat bukti yang sah adalah alat-alat yang ada hubungannya dengan  suatu  tindak  pidana,  dimana  alat-alat  tersebut  dapat
dipergunakan  sebagai  bahan  pembuktian  guna  menimbulkan keyakinan  bagi  hakim  atas  kebenaran  adanya  suatu  tindak  pidana
yang  telah  dilakukan  oleh  terdakwa.  Adapun  alat-alat  bukti  yang sah menurut Pasal 184 1 KUHAP adalah :
1 Keterangan saksi
Keterangan  saksi  dianggap  sebagai  alat  bukti tercantum  dalam  Pasal  184  ayat  1  huruf  a,  sedangkan
keterangan lebih rinci mengenai keterangan saksi dijelaskan pada Pasal 185 KUHAP. Poin penting dalam pasal tersebut
adalah  keterangan  seorang  saksi  saja  tidak  cukup  untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan
yang  didakwakan  kepadanya.  Jadi  dalam  hal  ini  harus  ada lebih  dari  satu  saksi  atau  dapat  pula  satu  saksi  yang
didukung oleh alat bukti yang sah lainnya.
commit to user
2 Keterangan Ahli
Keterangan  Ahli  adalah  keterangan  yang  diberikan oleh  seseorang  yang  memiliki  keahlian  khusus  tentang
suatu  hal  yang  diperlukan  untuk  memperjelas  perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Sama halnya dengan
seorang  ”saksi”,  menurut  hukum,  seorang  saksi  ahli  yang dipanggil di depan pengadilan memiliki kewajiban untuk :
a Menghadap    atau    datang  ke  persidangan,  setelah
dipanggil dengan patut menurut hukum b
Bersumpah  atau  mengucapkan  janji  sebelum mengemukakan  keterangan  dapat  menolak  tetapi
akan dikenai ketentuan khusus c
Memberi  keterangan  yang  benar  Bila  seorang  saksi ahli tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka  dia
dapat dikenai sanksi berupa membayar segala biaya yang  telah  dikeluarkan  dan  kerugian  yang  telah
terjadi.  Akan  tetapi  seorang  ahli  dapat  tidak menghadiri  persidangan  jika  memiliki  alasan  yang
sah. Bila  seorang  saksi  ahli  tidak  dapat  memenuhi
kewajibannya,  maka  dia  dapat  dikenai  sanksi  berupa membayar  segala  biaya  yang  telah  dikeluarkan  dan
kerugian yang telah terjadi.  Akan tetapi seorang ahli dapat tidak  menghadiri  persidangan  jika  memiliki  alasan  yang
sah. Menurut  Pasal  180  KUHAP,  keterangan  seorang
ahli  dapat  saja  ditolak  untuk  menjernihkan  duduk persoalan. Baik oleh hakim ketua sidang maupun terdakwa
penasehat  hukum.  Terhadap  kondisi  ini,  hakim  dapat memerintahkan  melakukan  penelitian  ulang  oleh  instansi
commit to user
semula  dengan  komposisi  personil  yang  berbeda,  serta instansi  lain  yang  memiliki  kewenangan.  Kekuatan
keterangan ahli ini bersifat bebas dan tidak mengikat hakim untuk  menggunakannya  apabila  bertentangan  dengan
keyakinan hakim.
Dalam hal
ini, hakim
masih membutuhkan alat bukti lain untuk mendapatkan kebenaran
yang sesungguhnya. 3
Surat Dalam  Pasal  187  KUHAP,  yaitu  dimaksud  surat
sebagaimana  tersebut  pada  Pasal  184  ayat  1  huruf  c KUHAP, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan
sumpah, adalah : a
berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat  oleh  pejabat  umum  yang  berwenang  atau
yang  dibuat  di  hadapannya, yang  memuat
keterangan  tentang  kejadian  atau  keadaan  yang didengar,  dilihat  atau  yang  dialaminya  sendiri,
disertai  dengan  alasan  yang  jelas  dan  tegas  tentang keterangannya itu;
b surat  yang  dibuat  menurut  ketentuan  peraturan
perundang-undangan  atau  surat  yang  dibuat  oleh pejabat  mengenai  hal  yang  termasuk  dalam  tata
laksana  yang menjadi tanggung jawabnya dan  yang diperuntukkan  bagi  pembuktian  sesuatu  hal  atau
sesuatu keadaan; c
surat  keterangan  dari  seorang  ahli  yang  memuat pendapat
berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu  hal  atau  sesuatu  keadaan  yang  diminta
secara resmi dari padanya;
commit to user
d surat  lain  yang  hanya  dapat  berlaku  jika  ada
hubungannya  dengan  isi  dari  alat  pembuktian  yang lain.
Pemeriksaan surat
di persidangan
langsung dikaitkan dengan pemeriksaan saksi-saksi dan pemeriksaan
terdakwa.  Pada  saat  pemeriksaan  saksi,  dinyatakan mengenai  surat-surat  yang  ada  keterkaitan  dengan  saksi
yang  bersangkutan  kepada  terdakwa  pada  saat  memeriksa terdakwa Leden Marpaung, 1992: 395.
4 Petunjuk
Pengaturan  tentang  alat  bukti  petunjuk  terdapat dalam Pasal 188 KUHAP, yang berbunyi :
a Petunjuk  adalah  perbuatan,  kejadian  atau  keadaan,
yang karena  persesuaiannnya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu
sendiri,  menandakan  bahwa  telah  terjadi  suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
b Petunjuk  sebagaimana  dimaksud  dalam  ayat  1
hanya dapat diperoleh dari : 1
keterangan saksi; 2
surat; 3
keterangan terdakwa. c
Penilaian  atas  kekuatan  pembuktian  dari  suatu petunjuk  dalam  setiap  keadaan  tertentu  dilakukan
oleh  hakim  dengan  arif  lagi  bijaksana,  setelah  ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh kecermatan
dan keseksamaaan berdasarkan hati nuraninya.
commit to user
5 Keterangan terdakwa
Keterangan terdakwa sebagai alat bukti diatur dalam
Pasal 189 KUHAP,  yang berbunyi sebagai berikut :
a Keterangan  terdakwa  ialah  apa  yang  terdakwa
nyatakan  di  sidang  tentang  perbuatan  yang  ia lakukan  atau  yang  ia  ketahui  sendiri  atau  alami
sendiri.
b Keterangan  terdakwa  yang  diberikan  di  luar  sidang
dapat digunakan untuk membantu menemukan bukti di  sidang,  asalkan  keterangan  itu  didukung  oleh
suatu  alat  bukti  yang  sah  sepanjang  mengenai  hal
yang didakwakan kepadanya.
c Keterangan  terdakwa  hanya  dapat  digunakan
terhadap dirinya sendiri.
d Keterangan  terdakwa  saja  tidak  cukup  untuk
membuktikan  bahwa  ia  bersalah  melakukan perbuatan  yang  didakwakan  kepadanya,  melainkan
harus disertai dengan alat bukti yang lain.
3. Tinjauan Tentang Saksi dan Kesaksian
a Pengertian Saksi dan Kesaksian
Pengertian  saksi  dalam  Pasal  1  butir  26  KUHAP  adalah orang  yang memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan  dan  peradilan  tentang  suatu  perkara  pidana  yang  ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Sedangkan pada
butir  27  dijelaskan  tentang  arti  keterangan  saksi  adalah  salah  satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi
mengenai  suatu  peristiwa  pidana  yang  ia  dengar  sendiri,  ia  lihat sendiri,  dan  ia  alami  sendiri  dengan  menyebut  alasan  dari
pengetahuannya  itu.  Dari  pengertian  diatas  dapat  ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur dari keterangan saksi adalah :
commit to user
1 Keterangan dari orang saksi;
2 Mengenai suatu peristiwa pidana;
3 Peristiwa  yang  ia  dengar  sendiri,  ia  lihat  sendiri,  dan  ia
alami sendiri. Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  memberikan  pengertian
saksi  adalah  orang  yang  terlibat  dianggap  mengetahui  terjadinya tindak  pidana,  kejahatan  atau  suatu  peristiwa.  Keterangan  yang
didengar  atau  diperoleh  dari  orang  lain
testimonium de
auditu
bukanlah  suatu  kesaksian.  Terhadap  keterangan  saksi,  hakim menilai
kebenarannya dengan
menyesuaikan keterangan-
keterangan  saksi  satu  dengan  yang  lainnya,  keterangan  saksi dengan alat bukti yang sah yang ada.
Jenis saksi dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1
Saksi
A Charge
yakni  saksi  dalam  perkara  pidana  yang dipilih  dan  diajukan
oleh
penuntut  umum  dikarenakan kesaksiannya memberatkan terdakwa
2 Saksi
A de
Charge
yaitu  saksi  yang  dipilih  atau  ditunjuk oleh penuntut umum, terdakwa atau penasehat hukum yang
sifatnya meringankan terdakwa.
b Syarat-syarat Memberi Kesaksian
Syarat sahnya suatu kesaksian dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1 Syarat materiil
Syarat  ini  diatur  dalam  Pasal  1  butir  27  KUHAP yang  menyebutkan  keterangan  saksi  adalah  salah  satu  alat
bukti  dalam  perkara  pidana  yang  berupa  keterangan  dari saksi  mengenai  suatu  peristiwa  pidana  yang  ia  dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. Oleh sebab itu keterangan yang berasal dari orang lain atau
testimonium de auditu
tidak  dapat  disebut  sebagai  kesaksian  dan  sebagai
commit to user
alat  bukti.  Menurut  M  Amin  yang  dikutip  oleh  A  Karim Nasution.
Kesaksian  de  auditu  adalah  keterangan  tentang kenyataan mengenai hal  yang didengar, dilihat atau
diakui  bukan  oleh  saksi  sendiri,  akan  tetapi  oleh orang
lain kepadanya
mengenai kenyataan-
kenyataan  dan  hal  yang  didengar,  dilihat  atau dialami sendiri orang tersebut  A  Karim Nasution,
1976 : 55 .
Selain  itu  seorang  saksi  harus  dapat  menyebutkan alasan dari kesaksiannya itu Pasal 1 butir 27 KUHAP.
2 Syarat formil
a Keterangan saksi harus diberikan dibawah sumpah.
Dalam Pasal 160 ayat 3 KUHAP disebutkan : “Sebelum
memberi keterangan,
saksi wajib
mengucapkan  sumpah  atau  janji  menurut  cara agamanya  masing-masing,  bahwa  ia  akan  memberikan
keterangan  yang  sebenarnya  dan  tidak  lain  daripada yang sebenarnya”.
b Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan
Pada  Pasal  185  ayat  1  KUHP  menentukan bahwa  keterangan  saksi  sebagai  alat  bukti  ialah  apa
yang  saksi  nyatakan  di  sidang  pengadilan.  Maksudnya adalah  keterangan  saksi  yang  diberikan  di  sidang
pengadilan saja yang merupakan alat bukti yang sah. Syarat  formil  lain  untuk  menjadi  seorang  saksi
adalah  seorang  saksi  telah  mencapai  usia  dewasa  yang telah  mencapai  usia  15  tahun  atau  lebih  atau  sudah
menikah.  Sedangkan  orang  yang  belum  mencapai  usia 15  tahun  atau  belum  menikah  dapat  memberikan
keterangan  tanpa  disumpah  dan  dianggap  sebagai keterangan biasa Pasal 171 butir a KUHAP.
commit to user
Dalam Pasal 168 KUHAP diatur mengenai pengecualian menjadi saksi, yaitu : “ Kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang ini, maka tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi :
1 Keluarga  sedarah  atau  semenda  dalam  garis  lurus  ke  atas
atau  ke  bawah  sampai  derajat  ketiga  dari  terdakwa  atau yang bersama sama sebagai terdakwa.
2 saudara  dari  terdakwa  atau  yang  bersama-sama  sebagai
terdakwa,  saudara  ibu  atau  saudara  bapak,  juga  mereka yang  mempunyai  hubungan  karena  perkawinan  dari  anak-
anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga 3
suami  atau  isteri  terdakwa  meskipun  sudah  bercerai  atau bersama-sama sebagai terdakwa,
Sedangkan pada Pasal 170 KUHAP disebutkan : 1
Mereka  yang  karena  pekerjaan,  harkat  martabat  atau jabatannya  diwajibkan  menyimpan  rahasia,  dapat  minta
dibebaskan  dari  kewajiban  untuk  member  keterangan sebagai  saksi,  yaitu  tentang  hal  yang  dipercayakan  kepada
mereka. 2
Hakim  menentukan  sah  atau  tidaknya  segala  alasan  untuk permintaan tersebut.
Sesuai  dengan  penjelasan  Pasal  170  ayat  1  KUHAP, pekerjaan  atau  jabatan  yang  menentukan  adanya  kewajiban  untuk
menyimpan rahasia ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan  penjelasan  Pasal  170  ayat  2  KUHAP  ditentukan  jika  tidak
ada  ketentuan  peraturan  perundang-undangan  yang  mengatur tentang  jabatan  atau  pekerjaan  yang  dimaksud,  maka  seperti  yang
ditentukan oleh ayat ini, hakim yang menentukan sah atau tidaknya alasan yang dikemukakan untuk mendapat kebebasan itu.
commit to user
Pengecualian  mutlak  terdapat  dalam  Pasal  171  KUHAP, yang berbunyi :
“Yang  boleh  diperiksa  untuk  memberi  keterangan  tanpa sumpah ialah :
1 anak  yang  umurnya  belum  cukup  lima  belas  tahun  dan
belumpernah kawin; 2
orang  sakit  ingatan  atau  sakit  jiwa  meskipun  kadang- kadang ingatannya baik kembali”.
Pihak  yang  tercantum  dalam  Pasal  171  KUHAP  tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan secara sempurna dalam hukum
pidana sehingga mereka  tidak diambil sumpah dalam memberikan keterangan.  Keterangan  yang  mereka  berikan  hanya  sebagai
petunjuk.
commit to user
H. Kerangka Pemikiran
Bagan 1 Kerangka Pemikiran Proses  pembuktian  perkara  pidana  adalah  untuk  mencari  tahu  benar
atau  tidaknya  telah  terjadi  peristiwa  pidana  dan  mencari  tahu  apakah  benar terdakwa yang bersalah. Pembuktian yang dimaksud harus dilakukan di sidang
pengadilan  untuk  menguji  kebenaran  dan  isi  surat  dakwaan  yang  dibuat  oleh penuntut  umum  berdasarkan  alat  bukti  yang  sah  menurut  undang-undang.
Proses pemeriksaan perkara pidana di persidangan
Pembuktian
Pemeriksaan Alat Bukti
Pemeriksaan saksi
Saksi tidak hadir di persidangan dan keterangan saksi dalam BAP tidak disumpah
Keterangan saksi dalam BAP dibacakan di persidangan
Keabsahan Keterangan saksi tersebut Nilai Pembuktian keterangan saksi tersebut
commit to user
Sesuai  Pasal  184  ayat  1  KUHAP  salah  satu  alat  bukti  yang  sah  adalah keterangan saksi.
Penjelasan Pasal 159 ayat 2 KUHAP, memberikan keterangan sebagai saksi  dalam  pemeriksaan  perkara  pidana  di  sidang  pengadilan  adalah
kewajiban  bagi  setiap  orang.  Kewajiban  hukum
legal obligation
bagi  setiap orang  untuk  menjadi  saksi  dalam  perkara  pidana  dibarengi  kehadiran  saksi
untuk hadir di persidangan untuk dimintai keterangan berdasarkan apa yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.
Dalam kasus tertentu saksi  yang diminta untuk  memberi keterangan di persidangan tidak dapat hadir dipersidangan karena berbagai alasan. Dan dalam
kasus ini saksi tidak dapat hadir dalam persidangan dan keterangan saksi dalam BAP  kepolisian  tidak  disumpah  tetapi  dalam  persidangan  keterangan  saksi
dalam  BAP  kepolisian  tersebut  dibacakan  di  persidangan.  Dalam  hal  ini bagaimanakah keabsahan dan nilai pembuktian keterangan saksi tersebut.
commit to user
33
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Nilai  Pembuktian  Keterangan  Saksi  dalam  BAP  Kepolisian  yang