Pandangan Kelompok Tani Mengenai Program Kemitraan Bina Lingkungan

90 PTPN 2 yang dalam tugasnya salah satunya adalah bertanggung jawab terhadap monitoring dan evaluasi Program kemitraan bina lingkungan di Pabrik Gula Kwala Madu.

4.3. Pandangan Kelompok Tani Mengenai Program Kemitraan Bina Lingkungan

Menurut bapak kepala desa Sambirejo, di desanya ada sekitar enam belas kelompok tani yang keseluruhannya merupakan kelompok tani jenis tanaman pangan, hal ini dipertegas karena mengingat ada beberapa lahan yang telah beralih fungsi dari tanaman pangan Padi-padian ke tanaman perkebunan seperti misalnya tanaman kelapa sawit, kakao, tebu dan sebagainya. Areal persawahan yang dialiri oleh pipa saluran irigasi air buangan limbah Pabrik Gula Kwala Madu hanya berjumlah sekitar 12 kelompok tani saja yang areal sawahnya terkena dampak aliran buangan limbah PGKM, bagi kelompok tani yang areal persawahannya tidak dialiri air buangan limbah Pabrik Gula Kwala Madu disebabkkan karena sawah mereka letaknya terlalu jauh dari jalur saluran pipa utama air limbah sehingga karena debit air yang tidak begitu besar ditambah lagi tidak terawatnya bak penampungan air irigasi yang menyebabkan sirkulasi air irigasi tersebut kurang optimal untuk mengaliri saluran irigasi yang letaknya jauh dari saluran pipa utama. Beberapa kelompok tani tersebut ada yang sudah ada sejak tahun 90-an antara lain kelompok tani yang diketuai oleh pak misno dan pak misman. “ Pipa saluran irigasi tersebut merupakan bantuan dari Negara Jepang saat awal pembangunan Pabrik Gula Kwala Madu di Kabupaten Langkat, oleh karena itu tidak mengherankan jika konstruksi saluran pipa irigasi tersebut terbilang sempurna, hanya saja setelah negara kita merdeka, kita lupa untuk merawatnya “ ujar pak misman. Sebelumnya pihak Pabrik Gula Kwala Madu membuang air limbah tersebut ke parit besar milik perkebunan , namun pada pertengahan tahun 90-an ada warga yang merupakan perwakilan dari kelompok tani yang mengusulkan air limbah tersebut agar dialirkan ke 91 persawahan milik penduduk saja, selain hal tersebut pihak Pabrik Gula Kwala Madu mempertimbangkan bahwa usulan warga tersebut ada benarnya, yakni karena pihak Pabrik Gula Kwala Madu merasa pipa saluran utama limbah buatan jepang tersebut sayang jika tidak dimanfaatkan secara optimal. Menurut salah satu ketua kelompok tani yang bernama pak masludi, areal persawahan milik kelompok tani yang diketuainya sering mendapat kendala dalam mendapatkan air irigasi, kendala tersebut berasal dari tidak adanya saluran penghubung dari saluran pipa utama milik PGKM, memang tidak semua petani pemilik areal persawahan bernasib baik, karena saluran cabang tersebut memang dibangun secara acak, jadi sifatnya ‘ untung- untungan ‘ , tidak semua petani bernasib baik, yaitu mendapatkan lahan yang areal persawahannya dilintasi saluran cabang dari saluran pipa utama milik PGKM. Menurut keterangan seorang informan yang merupakan perwakilan dari kelompok tani yakni pak misman, bahwa petani di Desa Sambirejo sangat mengharapkan air irigasi yang melimpah seperti yang dipompa oleh Pabrik Gula Kwala Madu pada sekitar tahun 2003. Menurut pak Kepala Desa Sambirejo Pak Kusnadi selama air yang dipompakan oleh Pabrik Gula Kwala Madu debitnya kecil maka masyarakat hanya bergantung pada frekuensi hujan saja, artinya masyarakat lebih bergantung pada musim, apabila musim hujan tiba masyarakat semakin tertolong, tetapi jika tiba musim panas maka masyarakat pun menjadi khawatir akan terganggunya masa panen. Siklus panen juga ditentukan oleh debit air yang dipompa oleh Pabrik Gula Kwala Madu, dengan kecilnya debit air yang dipompa oleh Pabrik Gula Kwala Madu maka musim panen pun bisa mundur waktunya dan bisa mengganggu waktu musim tanam. Menurut beberapa anggota kelompok tani di Desa Sambirejo, debit air yang dikeluarkan oleh Pabrik Gula Kwala Madu tidak selalu besar, “ kadang kalau waktunya besar ya lumayan, kalau kecil kami kebingungan “. Ujar salah seorang anggota kelompok tani. Penduduk di wilayah Desa Sambirejo juga sudah semakin menyadari pentingnya keberadaan 92 Pabrik Gula Kwala Madu sebagai pihak yang rutin menyuplai air irigasi ke persawahan milik penduduk Desa Sambirejo. Kesadaran penduduk akan pentingnya keberadaan air irigasi yang dipompa oleh Pabrik Gula Kwala Madu tampak dalam pernyataan seorang petani yang bernama Tugimin, yakni seorang pria berusia 45 tahun yang sehari-harinya bekerja sebagai petani tanaman padi yang juga merupakan salah satu anggota kelompok tani. Pak tugimin sempat menyatakan dalam percakapannya dengan peneliti, “ Kami disini sudah terlanjur tergantung pada air irigasi dari PGKM, jadi seandainya stok air irigasi yang biasanya melimpah menjadi sedikit atau bahkan berhenti, maka kami sebagai petani merasa panik, karena kami sudah lama terbiasa dengan adanya bantuan air irigasi dari PGKM “, ujar Pak Tugimin. Beberapa individu yang merupakan anggota dari kelompok tani di Desa Sambirejo pernah berusaha bernegosiasi dengan pihak karyawan Pabrik Gula Kwala Madu perihal air irigasi yang dipompa oleh pihak Pabrik Gula Kwala Madu, hal tersebut disebabkan karena menurut beberapa anggota kelompok tani akhir-akhir ini debit air irigasi yang dipompa oleh pihak Pabrik Gula Kwala Madu semakin kecil dan beberapa individu perwakilan dari kelompok tani pernah menyampaikan aspirasinya di kala ada kesempatan, misalkan saja pak paidi yang juga merupakan salah satu anggota dari kelompok tani yang ada di Desa Sambirejo, beliau mengatakan bahwa beliau pernah menyampaikan keluhan teman-temannya dari kelompok tani setempat terhadap debit air irigasi yang semakin kecil, keluhan tersebut ia sampaikan sewaktu ada momen-momen penting misalnya pada saat kenduri giling di halaman kantor Pabrik Gula Kwala Madu. 93

4.4. Kesadaran Petani Terhadap Hak dan Kewajibannya Bagi Pabrik Gula Kwala