2.2.3 Karakteristik Maloklusi Anterior 2.2.3.1 Gigi Anterior berjejal crowding
Gigi berjejal merupakan suatu keadaan dimana gigi berada diluar susunan gigi yang normal. Kondisi gigi berjejal terkadang akan menjadi masalah bagi
penderitanya karena sangat sulit untuk dibersihkan dengan menyikat gigi.
18,29
Gigi berjejal biasanya terjadi dikarenakan ketidakseimbangan antara ukuran gigi dengan
panjang lengkung gigi.
29
Kategori gigi berjejal berdasarkan tingkat keparahannya adalah gigi berjejal ringan 2-3 mm, gigi berjejal sedang 4-6 mm, gigi berjejal berat 7-10 mm, gigi
berjejal sangat berat 10 mm.
33
Penyebab dari gigi berjejal dapat disebabkan oleh karena adanya gigi berlebih supernumerary teeth, abnormalitas dari bentuk dan
ukuran gigi, premature loss dari gigi desidui.
29
2.2.3.2 Gigi Bercelah diastema
Gigi bercelah diastema merupakan suatu keadaan dimana terdapat ruang diantara kedua gigi. Besarnya ruang antar gigi yang sering ditemukan yaitu antara 1-3
mm. Diastema yang terdapat pada periode gigi permanen dapat terjadi karena beberapa penyebab, seperti ukuran gigi inisisif normal yang berada pada lengkung
gigi yang berukuran normal, ukuran gigi insisif yang kecil tetapi berada pada lengkung gigi yang berukuran normal, ukuran gigi insisif yang kecil tetapi berada
pada lengkung gigi yang besar, posisi gigi insisif yang lebih ke labial terhadap insisif Gambar 3. Gigi berjejal
33
Universitas Sumatera Utara
bawah dengan overjet lebih dari normal, adanya rotasi gigi insisif atas, dan frenulum labial atas yang melekat pada jaringan lunak dan tulang pada daerah diastema.
31
2.2.3.3 Protrusi
Protrusi merupakan suatu kondisi dengan overjet yang lebih dari normal, dimana overjet yang normal yaitu 2-4 mm.
34
Dalam menentukan seberapa maju gigi insisif atas, dapat dilakukan pemeriksaan bibir. Bila dalam kondisi istirahat atau
relaks, bibir tampak maju dengan adanya celah di antara bibir atas dan bawah sebesar 3-4 mm, serta adanya kesulitan saat mengatupkan bibir atas dan bawah, maka dapat
disimpulkan bahwa gigi insisif protrusif.
35
Gambar 4. Gigi bercelah
31
Gambar 5. Protrusi
32
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.4 Gigitan Dalam deepbite
Menurut Graber, deepbite merupakan overbite yang berlebih dengan pengukurannya dilakukan secara vertikal antara insisal maksila dan mandibula dalam
keadaan oklusi sentrik.
36
Overbite yang normal yaitu 2-4 mm.
35
Jenis deepbite dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu incomplete overbite dan complete overbite.
Incomplete overbite yaitu insisal bawah yang gagal beroklusi dengan insisal atas atau gagal beroklusi dengan mukosa palatum. Complete overbite yaitu insisal bawah
berkontak dengan bagian palatal dari insisal atas pada saat oklusi sentrik.Selain itu, deepbite juga bisa diklasifikasikan menjadi dental deepbite dan skeletal deepbite.
Dental deepbite dapat terjadi jika gigi anterior mengalami ekstruksi dan gigi molar mengalami intrusi. Dental deepbite sering dijumpai pada maloklusi Klas II divisi 2.
Sedangkan skeletal deepbite biasanya terjadi karena genetik.
36
2.2.3.5 Gigitan Silang Anterior anterior crossbite