Faktor risiko Penatalaksanaan Konstipasi

pemeriksaan colok dubur tidak teraba adanya distensi rektum oleh massa feses. 2. Pemeriksaan barium enema untuk mencari penyebab organik seperti morbus Hirschsprung dan obstruksi usus. 3. Biopsi hisap rektum untuk melihat ada tidaknya ganglion pada mukosa rectum secara histopatologis untuk memastikan adanya penyakit Hirschsprung. 4. Pemeriksaan manometri untuk menilai motilitas kolon. 5. Pemeriksaan lain-lain untuk mencari penyebab organik lain. Konstipasi fungsional ditegakkan berdasarkan kriteria RomeIII dimana pada bayi dan anak kurang dari 4 tahun gejala dipenuhi minimal 1 bulan sebelum diagnosis dan pada usia 4-18 tahun dipenuhi minimal 2 bulan sebelum diagnosis.

2.1.6. Faktor risiko

1 Pengenalan dini faktor-faktor risiko pencetus konstipasi dapat membantu kita untuk mencegah konstipasi itu sendiri.Pengembangan faktor-faktor risiko yang dapat mencetus konstipasi mencakup berbagai segi studi penelitian. Richmond dkk menjelaskan bahwa beberapa faktor risiko konstipasi yang ada, dikumpulkan dan dinilai melalui kuesioner untuk kemudian dikalkulasikan skor masing-masing, yang bertujuan untuk Universitas Sumatera Utara menilai derajat risiko seseorang menderita konstipasi. 20 Gambar 2.1. Faktor-faktor risiko konstipasi pada anak Faktor risiko konstipasi pada anak dapat dilihat pada gambar 2.1. Tatalaksana konstipasi fungsional meliputi faktor farmakologi dan non farmakologi. Penanganan lebih awal dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan total dari gejala konstipasi fungsional. 20

2.1.7. Penatalaksanaan

3 Sistematik review dari 14 studi prospektif pada tahun 2009 didapatkan hasil bahwa onset konstipasi antara usia 1 sampai 4 tahun tidak berhubungan penyembuhan, sedangkan onset pada usia 4 tahun Universitas Sumatera Utara atau lebih memiliki hubungan yang baik pada penyembuhan konstipasi. 21 Tatalaksana konstipasi fungsional meliputi evakuasi feses dan terapi rumatan. 1. Evakuasi feses 1,3,5 Bila terdapat skibala harus dilakukan evakuasi dulu sebelum terapi rumatan.Evakuasi feses dapat dilakukan dengan obat oral atau rektal.North American Society of Pediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition NASPGHAN lebih menganjurkan evakuasi per oral dibandingkan per rektal karena lebih bersifat invasif dan traumatik bagi pasien. 1 Program evakuasi feses biasanya dilakukan selama 2-5 hari sampai terjadi evakuasi feses secara lengkapsempurna. 1,5 Tabel 2.2. Obat yang digunakan untuk evakuasi feses. Obat-obatan yang biasa digunakan untuk evakuasi feses dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini. Obat Usia Dosis Evakuasi feses per rektal Gliserin supositoria Bayi dan anak Fosfat enema 2 tahun Tidak dianjurkan ≥ 2 tahun 6 mlkgbb sampai 135 ml 2 kali perhari Evakuasi feses per oral Polietilen glikol PEG 25mlkgbbjam dengan NGT Susu magnesium 2mlkgbb 2 kalihari Minyak mineral 15-30mltahun usia, max 240 ml 1 Laktulosa atau sorbitol 3mlkgbb 2 kalihari Universitas Sumatera Utara 2. Terapi rumatan Segera setelah berhasil melakukan evakuasi feses, terapi ditujukan untuk mencegah kekambuhan. Terapi rumatan meliputi intervensi diet, modifikasi perilaku dan pemberian laksansia. 1,3,5 Terapi rumatan mungkin diperlukan selama beberapa bulan. Bila defekasi telah normal, terapi rumatan dapat dikurangi untuk kemudian dihentikan. 5 Tabel 2.3. Laksansia untuk pengobatan konstipasi pada anak. Obat dan dosis yang disarankan untuk laksansia yang biasa digunakan dapat dilihat pada tabel 2.3. Jenis laksansia Dosis Pembentuk massa 1 • Psillium Usiatahun + 5 gram Lubrikans • Minyak mineral 1-3 mlkghari Laksansia Osmotik • Laktulosa 1-3 mlkghari • Ekstrak Barley malt 2-10 ml240 ml jus atau susu • Sorbitol 1-3 mlkghari • Magnesium hidroksida 1-3 mlkghari dari 400mg5ml • Polietilen glikol 3350 1-2 gkghari • Polietilen glikol larutan elektrolit 25-100 mlkg tiap 6 jam. Maks 4L Stimulan • Senna 2,5-7,5 mlhariusia 2-6 thn dan 5- 15mlhr usia 6-12 thn • Bisakodil 0,3 mgkghari. Maks 10 mg Enema • Fosfat enema 6 mlkg. Maks 135 ml. Hindari pada bayi Universitas Sumatera Utara Laktulosa merupakan salah satu jenis laksansia osmotik yang bekerja dengan meningkatkan peristaltik usus akibat pengaruh daya osmotiknya, laktulosa juga aman dan dapat diberikan jangka panjang.

2.2. Probiotik