pembuatan tahu yang terkena heat strain. Pekerja di pembuatan tahu bekerja dengan posisi selalu berdiri sambil mengolah kedelai menjadi tahu, sedangkan di
penggorengan pekerja hanya duduk sambil menunggu tahu yang digoreng hingga masak.
5.3 Gejala Heat Strain
Gejala umum heat strain yang dirasakan antara lain nyeri otot, peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan denyut nadi, kelemahan,
peningkatan suhu kulit, pengeluaran keringat dan penurunan tingkat kesadaran OSHS, 1997. Hasil observasi gejala heat strain berdasarkan tabel 4.3 diketahui
bahwa gejala yang dirasakan oleh pekerja adalah keram otot 13 orang 52, pernapasan 15 orang 60, nadi 21 orang 84, kelemahan 12 orang 48,
kulit 17 orang 68, keringat 16 orang 64 dan tingkat kesadaran 6 orang 24. Pengaruh gejala heat strain di lingkungan kerja dapat mempengaruhi
kesehatan dan memberikan keluhan subyektif pada pekerja. Pekerja yang mengalami keram otot 13 orang 52, pernapasan 15 orang
60, nadi 21 orang 84 bisa disebabkan karena bekerja secara terus menerus dan menyebabkan energi yang keluar dari tubuh sangat banyak sehingga tubuh
mengambil cadangan energi protein dan lemak dalam jaringan otot. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti dengan oksidasi glukosa yang merubah glikogen
menjadi tenaga dan asam laktat. Dengan beban kerja yang terus menerus menyebabkan persediaan oksigen dalam jaringan berkurang sehingga pengeluaran
karbon dioksida terbatas dan asam laktat menumpuk yang akhirnya menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
rasa lelah. Meningkatnya rasa lelah menyebabkan kondisi tubuh menjadi lemas karena berkurangnya energi dari dalam tubuh. Oleh karena itu pekerja harus
banyak minum air putih untuk mengganti cairan tubuh yang keluar. Ditambah lagi dengan pemberian waktu istirahat memberikan kesempatan pada otot untuk
istirahat dan menurunkan kerja otot, sehingga darah yang beredar dapat membawa asam laktat ke hati Almatsier, 2004. Gejala ini dapat ditanggulangi dengan
melakukan intervensi berupa pemberian air minum dan pengaturan waktu istirahat.
Menurut NCDOL 2001, pada saat beban kerja meningkat, kebutuhan tubuh akan oksigen juga akan meningkat. Untuk mengimbangi hal ini jantung
harus berdetak lebih cepat untuk menyediakan oksigen tambahan ke seluruh tubuh. Saat terjadi pembakaran oksigen ke otot dan jaringan lain, kelebihan panas
yang dihasilkan dari proses pembakaran ini harus ditransfer dari inti tubuh ke permukaan tubuh dengan bantuan aliran darah. Pada saat bersamaan, darah harus
memenuhi dua fungsi yang berbeda, yaitu memenuhi kebutuhan oksigen otot untuk mengimbangi beban kerja yang meningkat serta memindahkan darah dari
inti tubuh ke permukaan tubuh untuk menghilangkan kelebihan panas. Kedua aktifitas ini akan meningkatkan kerja jantung sehingga jantung harus berdetak
lebih cepat. Ketika beban kerja semakin tinggi, jantung akan kesulitan dalam memenuhi seluruh kebutuhan tersebut. Hasilnya adalah peningkatan denyut nadi
dan peningkatan suhu inti tubuh diikuti dengan penurunan kemampuan otot yang
mempertahankan tingkat kerja yang tetap tinggi tanpa mengalami kelelahan.
Universitas Sumatera Utara
Pekerja yang mengalami kelemahan 12 orang 48, kulit 17 orang 68, keringat 16 orang 64 dan tingkat kesadaran 6 orang 24 bisa
disebabkan karena terpapar panas yang melebihi Nilai Ambang Batas NAB. Selain itu kelemahan dapat diakibatkan karena faktor usia, jenis kelamin, kondisi
kesehatan, beban kerja, waktu istirahat, dan waktu bekerja, serta keadaan perjalanan yaitu waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja yang seminimal
mungkin dan seaman mungkin berpengaruh terhadap kondisi kesehatan kerja pada umumnya dan kelelahan kerja khususnya Setyawati, 2007.
Kelemahan terjadi karena ada tekanan panas yang dialami tenaga kerja yang berada ditempat kerja tersebut, hal ini disebabkan oleh panas yang berasal
dari lingkungan kerja seperti panas dari ketel uap dan api untuk penggorengan serta tekanan panas dari sinar matahari yang sangat cepat membuat konsentrasi
tenaga kerja berkurang dan menguras tenaga sehingga memacu timbulnya perasaan kelelahan. Aktifitas kerja yang dilakukan di lingkungan kerja juga
berpengaruh terhadap terjadinya kelemahan. Selama bekerja terjadi pengeluaran keringat yang banyak pada pekerja,
dimana keringat merupakan cairan hipotonik yang terdiri dari air, natrium dan klorida. Penguapan dan pengeluaran keringat dari kulit yang bertujuan untuk
mengatur temperatur tubuh menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah, sehingga menyebabkan kekurangan volume cairan jika asupannya tidak
mencukupi yang akhirnya menggangu curah jantung dan mengurangi arah balik vena ke jantung, keadaan ini disebut dengan hipovolemia. Dari penelitian
Suma’mur 2006 juga menunjukkan telah terjadi penurunan tekanan darah pada
Universitas Sumatera Utara
pekerja yang terpapar tekanan panas dan pemberian air minum dapat memperbaiki
tekanan darah tersebut.
Menurut Megasari dan Juniani 2005, pekerja yang bekerja di lingkungan dengan suhu tinggi, kebutuhan air dan elektrolit sebagai pengganti cairan yang
hilangkeringat perlu mendapat perhatian. Selama bekerja satu hari kurang lebih 8 jam di lingkungan yang terpapar tekanan panas seorang pekerja dapat
kehilangan 1 literjam cairan dan elektrolit dalam keringat. Kehilangan ini harus diganti dengan minum air setiap 15-20 menit sebanyak 250 ml.
Bagian paling beresiko terkena gejala heat strain berdasarkan hasil penelitian adalah bagian pembuatan tahu dibandingkan dengan bagian
penggorengan. Hal ini disebabkan karena banyaknya aktifitas kerja yang dilakukan dan adanya paparan tekanan panas yang dihasilkan dari panas pada saat
proses perebusan. Pekerja harus membiasakan diri untuk minum air secara teratur dan lebih
kepada kebiasaan minum air hanya ketika pekerja merasa haus. Pekerja membutuhkan asupan vitamin C untuk aklimatisasi setelah terpapar panas, dengan
memberikan vitamin C setiap hari sangat baik bagi tubuh yang langsung bekerja dalam lingkungan panas selama 4-8 jam sehari, dengan meningkatnya
pengeluaran keringat dapat meningkatkan laju aliran darah Utami, 2004. Gejala heat strain paling banyak dialami oleh pekerja pembuat tahu
dengan keram otot yaitu 8 orang 47,1 gejala ringan, gejala pernapasan ada 7 orang 41,2 gejala ringan, perubahan denyut nadi 17 orang 100 gejala awal,
kelemahan 6 orang 35,3 gejala awal, kondisi kulit 13 orang 76,5 gejala
Universitas Sumatera Utara
awal, keringat 12 orang 70,6 gejala awal dan kesadaran 5 orang 29,4 gejala awal. Hal ini dikarenakan posisi pekerja selalu berdiri sambil melakukan proses
pengolahan pembuatan tahu. Pekerja terkadang membungkuk untuk menuangkan biji kedelai kedalam mesin penggiling. Ditambah dengan suhu panas yang
dihasilkan dari proses perebusan untuk merebus kedelai dan panas dari matahari, semakin panas cuaca pada hari bekerja maka semkin bertambah suhu di
lingkungan kerja dan semakin panas sehingga membuat pekerja menjadi tidak nyaman dan cepat merasakan lelah.
Universitas Sumatera Utara
57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN