commit to user 12
atau memproses pernyataan yang logis dan hipotesis menuju kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak benar,
cukup diberikan contoh penyangkalannya sehingga pernyataan tersebut menjadi tidak benar.
Pada penelitian ini, jenis soal yang digunakan untuk diajarkan pada siswa dalam latihan memecahkan masalah dan digunakan dalam tes untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah adalah soal mencari problem to find yang jelas well-defined. Perbedaan soal tes yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini dengan soal tes untuk mengukur prestasi belajar adalah bahwa pada soal tes kemampuan
pemecahan masalah menggunakan soal nonrutin sedangkan pada tes prestasi belajar tidak harus menggunakan soal nonrutin. Selain itu pada soal tes
kemampuan pemecahan masalah diberikan petunjuk khusus, bahwa dalam mengerjakan soal agar menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah.
b. Pemecahan Masalah
Krulik dan Rudnik 1995 dalam Lidinilah 2008: 3 mendefinisikan pemecahan masalah sebagai berikut: “It [problem solving] is the mean by
which an individual uses previously acquired knowledge, skill, and understanding to satisfy the demand of an unfamiliar situation”
Dari definisi tersebut pemecahan masalah adalah suatu usaha individu menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya untuk
menemukan solusi dari suatu masalah. Suherman 2001: 83 menyatakan bahwa pemecahan masalah
merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan
memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat
nonrutin.
commit to user 13
Cooney dalam Hudojo 2005: 126 juga menyatakan bahwa mengajarkan penyelesaian masalah kepada peserta didik, memungkinkan peserta didik itu
menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya. Melalui pemecahan masalah, siswa diharapkan memahami proses menyelesaikan masalah
dan menjadi terampil dalam memilih dan mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian,
dan mengorganisasikan ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya.
Branca dalam Sumardyono 2007: 5-6 menyatakan bahwa secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah pemecahan masalah
problem solving dalam pembelajaran matematika, yaitu:
1
Problem solving as a goal Bila pemecahan masalah ditetapkan sebagai tujuan pembelajaran, maka
pembelajaran yang berlangsung tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi matematika. Anggapan
yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah solve problems merupakan “alasan utama”
primary reason belajar matematika.
2
Problem solving as a process Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses
yang dinamis. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi
yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan yang demikian ini sering menjadi fokus
dalam kurikulum matematika.
3
Problem solving as a basic skill Ada banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam matematika.
Beberapa yang dikemukakan antara lain keterampilan berhitung, keterampilan aritmetika, keterampilan logika, dan lainnya. Keterampilan
lain yang baik secara implisit maupun eksplisit sering diungkapkan adalah keterampilan problem solving.
Menurut Polya dalam Suherman dkk 2001: 79, solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah:
commit to user 14
1. Memahami masalah Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak
mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. 2. Merencanakan penyelesaian
Kemampuan melakukan fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa menyelesaikan masalah. Pada umumnya semakin bervariasi pengalaman
mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah.
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau
tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.
4. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan
Melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan dapat
terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.
Pemecahan masalah Polya tersebut dikembangkan lagi oleh Hudojo dan Sutawijaya dalam Hudojo 2005: 134-140 menjadi:
1. Pemahaman terhadap suatu masalah Pemahaman dilakukan dengan mengidentifikasi informasi yang diketahui,
mengidentifikasi apa yang hendak dicari. 2. Perencanaan penyelesaian masalah
Di dalam merencanakan masalah seringkali diperlukan kreativitas. Sejumlah strategi dapat membantu kita merumuskan suatu rencana
penyelesaian suatu masalah. Menurut Wheeler Hudojo, 2005: 137 strategi penyelesaian masalah antara lain sebagai berikut : membuat tabel,
membuat gambar, menduga, mengetes, dan memperbaiki, mencari pola,
commit to user 15
menyatakan kembali
permasalahan, menggunakan
penalaran, menggunakan
variabel, menggunakan
persamaan, mencoba
menyederhanakan permasalahan, menghilangkan situasi yang tidak mungkin, bekerja mundur, menyusun model, menggunakan algoritma,
menggunakan penalaran yang tidak langsung, menggunakan sifat-sifat bilangan, menggunakan kasus atau membagi menjadi bagian-bagian,
memvalidasi semua kemungkinan, menggunakan rumus, menyelesaikan masalah yang equivalen, menggunakan simetri, dan menggunakan
informasi yang diketahui untuk mengembangkan informasi baru. 3. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah
Langkah ini merupakan langkah Polya 1972 yang didefinisikan sebagai menyelesaikan perencanaan penyelesaian atau dengan kata lain
merupakan eksekusi dari rencana penyelesaian yang telah dibuat. 4. Melihat kembali penyelesaian
Langkah Pada langkah ini dilakukan pengecekan ulang terhadap hasil dan rencana pemecahan masalah, memastikan bahwa hasil dari pelaksanaan
rencana yang dilakukan sebelumnya betul-betul menyelesaikan masalah. Langkah ini cukup penting karena ketepatan solusi yang diambil dapat
dikritisi serta dapat dilihat kelemahan dari solusi tersebut, misalnya ketidakkonsistenan atau ambiguitas atau langkah yang kurang tepat.
Terdapat empat komponen untuk melihat kembali suatu penyelesaian, yaitu:
a. Mengecek hasil b. Mengintepretasikan jawaban yang diperoleh
c. Mencari adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama d. Mencari adakah penyelesaian yang lain.
Pada penelitian ini, tahap memeriksa kembali diajarkan kepada siswa dengan adanya pembahasan setiap selesai mengerjakan soal latihan pada
tahap elaborate. Pada saat pembahasan soal latihan, siswa dibiasakan untuk
commit to user 16
mengecek hasil
pekerjaannya dengan
hasil pada pembahasan dan
menginterpretasikan hasil yang diperoleh. Sehingga diharapkan siswa tetap terbiasa mengecek hasil. Namun, pada tes kemampuan pemecahan masalah
tahap memeriksa hasil ini yang dimasukkan dalam indikator penskoran adalah mengintepretasikan jawaban yang diperoleh karena untuk mengecek hasil
yang diperoleh tidak dapat dilihat dari hasil tes tertulis yang dikerjakan oleh siswa.
Pada penelitian ini pengukuran kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mengacu pada tahap-tahap pemecahan masalah, yakni:
memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, menginterpretasikan hasil yang diperoleh. Tahap-tahap
pemecahan masalah ini digunakan sebagai pedoman pemberian skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Jadi, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam penelitian ini merupakan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu
masalah matematika yang langkahnya terdiri dari memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan
menginterpretasikan hasil yang diperoleh.
3. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Inkuiri