PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014.

(1)

commit to user

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Oleh: IIN HARIYANI

K1310037

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2015


(2)

commit to user ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Iin Hariyani

NIM : K1310037

Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Matematika

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI SEBAGAI

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS

VIII F SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014” ini

benar-benar merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, April 2015 Yang membuat pernyataan Iin Hariyani


(3)

commit to user iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh: IIN HARIYANI

K1310037

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA April 2015


(4)

commit to user iv


(5)

commit to user v


(6)

commit to user vi

Iin Hariyani. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING

CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP

NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014. Skripsi, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. November 2014.

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis Inkuiri siswa kelas VIII F SMP Negeri 14 Surakarta dan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan kemampuan matematika siswa kelas VIII F SMP Negeri 14 Surakarta melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis Inkuiri

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Aktivitas belajar siswa yang yang diamati menyangkut 4 aspek, yaitu kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan menulis dan kegiatan motorik. Data aktivitas belajar diperoleh dari hasil observasi selama proses pembelajaran, sedangkan untuk data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa diperoleh dari hasil tes akhir siklus. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah setidaknya pada kegiatan visual siswa yang mencapai kategori aktivitas tinggi mencapai 80% dari jumlah siswa di kelas, pada kegiatan lisan siswa yang mencapai kategori aktivitas tinggi mencapai 60% dari jumlah siswa di kelas, pada kegiatan menulis siswa yang mencapai kategori aktivitas tinggi mencapai 75% dari jumlah siswa di kelas, , pada kegiatan motorik siswa yang mencapai kategori aktivitas tinggi mencapai 70% dari jumlah siswa di kelas dan setidaknya 70% dari jumlah total siswa mencapai skor kemampuan pemecahan lebih dari atau sama dengan 7 untuk setiap soal. Dimana skor tersebut diperoleh dari 2 skor maksimal untuk tahap memahami masalah, 4 skor maksimal untuk tahap merencanakan penyelesaian, dan minimal 1 skor untuk tahap melaksanakan rencana penyelesaian.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis inkuiri yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah sebagai berikut: a) Kegiatan Pendahuluan: Guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran. i) Tahap Elicit: Guru menyelidiki kemampuan yang telah dimiliki siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan siswa sebelumnya. ii) Tahap Engage: Guru memberikan permasalahan disertai gambar ilustrasi terkait materi yang akan dipelajari untuk motivasi dan merangsang keingintahuan siswa. Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Guru membagi siswa kedalam kelompok secara heterogen. Guru menyampaikan bahwa akan ada penghargaan bagi siswa yang aktif. b) Kegiatan Inti: iii) Tahap Explore: Guru membagikan LKS dan alat peraga kepada masing-masing kelompok. Guru menjelaskan garis besar prosedur kerja untuk


(7)

commit to user vii

percobaan kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Guru meminta siswa untuk melakukan eksperimen sesuai petunjuk pada LKS kemudian siswa diminta berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas permasalahan yang ada di LKS yang sudah dibagikan. Guru mengawasi jalannya diskusi dan memfasilitasi siswa jika ada kesulitan, memotivasi siswa dan mengingatkan sisa waktu agar siswa bekerja lebih cepat, dan menegur dengan tegas jika ada siswa yang gaduh atau mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran. iv) Tahap Explain: Guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada saat presentasi dibentuk forum diskusi kelas, sehingga terjadi umpan balik dari siswa dalam kelompok lain. Guru mengklarifikasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. v) Tahap Elaborate: Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada LKS, dan selama diskusi berlangsung guru mengawasi, mengontrol jalannya diskusi dan memfasilitasi siswa jika ada kesulitan. Guru meminta perwakilan beberapa kelompok untuk menuliskan jawabannya di papan tulis. Guru bersama dengan siswa membahas jawaban di papan tulis. c) Penutup: vi) Tahap Evaluate: Guru memberikan kuis individu kepada siswa berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari pada hari itu dan meminta agar siswa mengerjakan secara individu. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis individu, lembar jawab siswa dikumpulkan. vii) Tahap Extend: Guru memberikan beberapa contoh permasalahan sehari-sehari yang mengkaitkan konsep lain dengan konsep materi pelajaran pada hari itu. Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif selama proses pembelajaran. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran yang didapat pada hari itu. Kemudian guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang dan meminta siswa untuk mempelajari secara mandiri di rumah.

Berdasarkan hasil observasi, aktivitas belajar untuk setiap aspek pada prasiklus persentase aktivitas belajar pada kegiatan visual yang mencapai kategori aktivitas belajar tinggi sebesar 60% dari seluruh siswa dikelas, setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis inkuiri pada siklus I meningkat menjadi 75%, pada siklus II meningkat menjadi 85%. Pada aspek kegiatan lisan sebesar 25% pada prasiklus meningkat menjadi 47,5% pada siklus I dan meningkat menjadi 65% pada siklus II. Pada kegiatan menulis sebesar 50% pada prasiklus meningkat menjadi 72,5% pada siklus I dan meningkat menjadi 77,5% pada siklus II. Pada kegiatan motorik sebesar 35% pada prasiklus meningkat menjadi 62,5% pada siklus I dan meningkat menjadi 70% pada siklus II. Sedangkan dari hasil tes akhir siklus, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mengalami peningkatan dari prasiklus sebesar 35% dari seluruh siswa dikelas yang memperoleh skor kemampuan pemecahan masalah ≥7 pada setiap soal menjadi 60% pada siklus I meningkat lagi menjadi 75% pada siklus II.

Kata kunci: Learning Cycle 7E, Inkuiri, Learning Cycle 7E Berbasis Inkuiri,


(8)

commit to user viii

Iin Hariyani. Implementation of 7E LEARNING CYCLE Inquiry-based

means to upgrade Mathematics’ learning activity and problem solution

ability of VIII F students SMP NEGERI 14 SURAKARTA 2013/2014. Thesis.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. November 2014.

ABSTRACT

The research aims to describe the learning implementation using 7E Learning Cycle Inquiry-based of VIII F students SMP Negeri 14 Surakarta and to know the learning activity development and problem solution ability which can upgrade the students’ learning activity and problem solution ability in mathematics. The obtained data in this research were the students’ learning activity and problem solution ability in mathematics. Student’s learning activity observed consist of four aspect such as visual activity, verbal, writing, and motor activities. The data of learning activities were obtained from the observation during the learning process, meanwhile the students’ problem solution ability in mathematics were obtained from the result of final tes. The success indicator of this research was the students achieving high activity category reaching 80% of the total students in the class, reaching 60% of the total students in the class on the verbal activity, reaching 75% of the total students in the class on writing activity, reaching 70% of the total students in the class on motor activity, and at least 70% of total students get seven or more score of solving ability in each question. In which, the score obtained from maximal two score in problem understanding, four score in problem solving, and two scores minimum for the solution plan’s implementation.

The result of this research conclude that the implementation of learning process using 7E Learning Cycle inquiry-based increasing the students learning activity and problem solving ability in mathematics are as follows: a) Introduction Activity: Teacher says greeting, checks the students attendance, then delivers the learning objective. i) Elicit phase: Teacher observes the students’ knowledge by giving questions related to the students’ previous study. ii) Engage phase: Teacher gives problem with its illustration related to the material will be learned to motivate and stimulate students’ curiosity. Teacher informs the plan of learning activities will be done. Teacher divides the students into a group heterogeneously. Teacher conveys that there will be an appreciation for students who are active in the learning activity and urge students to participate actively. b) Core Activity: iii) Explore phase: Teacher distributes worksheets and props to each group. Teacher explains the outline procedure for experimental work then provide opportunity to students to ask if it was less clear. Teacher asks the students to conduct the experiment as the given instruction in worksheet then discuss it in a group to solve the problem in the worksheet. Teacher supervises the discussion and facilitates the students if there are difficulties, motivates the student and reminds the time left so the students have to work more quickly. Teacher also reprimands the rowdy student who bother the learning activity distinctly. iv) Explain phase: Teacher asks a representation from group to present the discussion result in front of the class. The presentation formed as class discussion forum so the other


(9)

commit to user ix

groups can give feedback. Teacher clarifies the discussion results that has been presented. v) Elaborate phase: Teacher asks student to answer the question in worksheet. Teacher supervises, controls, and facilitates the students’ discussion. Teacher asks a representation from some groups to write their answer on the board. Then teacher and students discuss the answer on the board together. c) Closing: vi) Evaluate phase: Teacher gives an individual quiz related with learned material to student and asks them to do it individually. Then the students collect the answer after finishing their work. vii) Extend Phase: Teacher gives some sample of everyday problems which connecting the concept of learned material to the other concept. Teacher gives appreciation to students who are active during learning process. Teacher and students summarize the learned course. Then teacher informs the student about the following material will be learned and asks them to study it independently at home.

Based on the observation result, learning activities’ pre-cycle percentage of each aspects on visual activity reaching the category of high learning activity for 60% of total students in class. The learning activity on cycle I increased to 75% after 7E Learning Cycle inquiry-based applied, then increased to 85% on cycle II. In verbal activity aspect the pre-cycle of 25% increase to 47,5% on cycle I and increase to 70% on cycle II. In writing activity, the 50% on pre-cycle increased to 72.5% on cycle I and increased to 77.5% on cycle II. The pre-cycle 35% of motor ability increased to 2.5% on cycle I and increased to 70% on cycle II. Meanwhile, the result of the final test cycle indicates that students’ mathematical problem solving ability in pre-cycle 35% of total students in class who get score more than seven in problem solving ability on each questions increased to 60% on cycle I and increased to 75% on cycle II.

Keywords: 7E Learning Cycle, Inquiry, 7E Learning Cycle inquiry-based,


(10)

commit to user x

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubah

keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du: 11)

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh sesuatu selain apa yang telah diusahakan”

(Qs. An Najm 39)

“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuan orang tersebut” (QS. Al Baqarah: 286)

“ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”


(11)

commit to user xi

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:

 “Ayah dan Ibuku”

Terima kasih karena telah memberikan segalanya untukku. Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih saying tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian. Tiada kasih saying yang seindah dan seabadi

kasih sayangmu.

 “Kakakku”

Kehadiran kakak yang menjadi penyemangat untukku dan memberikan warna dalam hidupku. Terima kasih atas dukungan dan dan doa yang selalu kakak berikan untukku.

 “Dosen Program Studi Pendidikan Matematika”

Terimakasih telah banyak memberikan nasihat, ilmu, bimbingan, dan dukungan

 “Siswa kelas VIII F SMP Negeri 14 Surakarta”

Terima kasih telah membantu memperlancar jalannya penelitian

 “Teman-teman Pendidikan Matematika UNS 2010”

Terima kasih telah melewatkan waktu bersama-sama, saling mendukung dan saling memberi semangat dalam segala hal..kalian luar biasa..

 “Teman-teman Kost Birru”


(12)

commit to user xii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan nikmat berupa ilmu, inspirasi, dan kemudahan dalam berbagai hal sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBASIS INKUIRI

SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN AJARAN

2013/2014”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah member izin dalam proses penyusunan skripsi.

2. Sukarmin, S.Pd., M.Pd., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Budi Usodo, M.Pd. selaku Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan penelitian hingga penyusunan skripsi.

4. Dhidhi Pambudi, S.Si, M.Cs. selaku pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan penelitian hingga penyusunan skripsi.


(13)

commit to user xiii

5. Ira Kurniawati, S.Si, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan, pengarahan, dan doa.

6. Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah banyak memberikan nasihat, ilmu, bimbingan, dan dukungan.

7. Bapak Rubono Setiawan, S.Si, M.Si. selaku dosen Pendidikan Matematika FKIP UNS yang telah memvalidasi instrumen penelititian yang digunakan peneliti selama penelitian.

8. Dr. Ratna Purwaningtyastuti, M.Pd. selaku Kepala SMP Negeri 14 Surakarta yang telah member izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Yahya Irine, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika kelas VIII F SMP Negeri 14 Surakarta yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan memvalidasi instrumen penelititian yang digunakan peneliti selama penelitian.

10.Ibu Tri Unggul, M.Pd selaku guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 14 Surakarta telah memvalidasi instrumen penelititian yang digunakan peneliti selama penelitian.

11.Seluruh siswa kelas VIII F SMP Negeri 14 Surakarta, terima kasih atas kerjasamanya selama penelitian.

12.Para observer yang telah membantu dalam kegiatan selama penelitian.

13.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Tidak ada yang dapat penulis berikan selain doa semoga amal kebaikan semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini mendapat balasan yang sempurna dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena penulis yakin bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.

Surakarta, April 2015 Penulis


(14)

commit to user xiv

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERNYATAAN ...

i ii

HALAMAN PENGAJUAN SKRIPSI... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... x

HALAMAN PERSEMBAHAN ... xi

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Teori... 8

1. Aktivitas Belajar... 8

2. Pemecahan Masalah Matematika... 10

a. Masalah dalam Matematika... 10

b. Pemecahan Masalah Matematika... 12

3. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Inkuiri... 16

a. Model Pembelajaran... 16


(15)

commit to user xv

c. Inkuiri... 20

d. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Inkuiri... 20

4. Tinjauan Materi Prisma dan Limas………. 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan... 28

C. Kerangka Berpikir... 29

D. Hipotesis Tindakan... 30

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 1. Tempat Penelitian... 2. Waktu Penelitian... 31 30 30 B. Subyek Penelitian ... 32

C. Data dan Sumber Data... 32

D. Teknik Pengumpulan Data... 35

E. Validitas Data... 36

F. Analisis Data ... 37

G. Indikator Kinerja/Keberhasilan ... 41

H. Prosedur Penelitian... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Hasil Pengembangan Instrumen ... 46

B. Deskripsi Lokasi Penelitian... C. Deskripsi Permasalahan di Kelas... D. Deskripsi Kondisi Awal... 47 47 49 E. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus... 51

F. Pembahasan Hasil Tindakan Antar Siklus ... 93

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 103

A. Simpulan ... 103

B. Implikasi... 105

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN


(16)

commit to user xvi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Pedoman Kualifikasi Hasil Observasi ... 38 Tabel 3.2. Pedoman Bobot Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah ... 40 Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 40 Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 49 Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus

... 50 Tabel 4.3. Skor Capaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Sebelum Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Inkuiri ... 51 Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Terhadap Aktivitas Belajar Siswa pada

Siklus I ... 66 Tabel 4.5. Skor Capaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada

Siklus I ... 67 Tabel 4.7. Hasil Refleksi Siklus I untuk Perbaikan Siklus II ... 75 Tabel 4.8. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II... 86 Tabel 4.9. Skor Capaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada

Siklus II ... 87 Tabel 4.10. Peningkatan Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa pada Pra

Siklus dan Siklus I ... 93 Tabel 4.11. Peningkatan Tiap Aspek Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I

dan Siklus II ... 94 Tabel 4.12. Perbandingan Capaian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah

Siswa pada Hasil Pra Siklus dan Siklus I ... 97 Tabel 4.13. Perbandingan Capaian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah


(17)

commit to user xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Tahapan Perubahan Model Learning Cycle 5E Menjadi 7E ... 18 Gambar 3.1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 45 Gambar 4.1. Histogram Aktivitas Belajar Siswa Kategori Tinggi pada Pra

Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 94 Gambar 4.2. Peningkatan Capaian Skor Kemampuan Pemecahan Masalah


(18)

commit to user xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... L-1 Lampiran 2 RPP Siklus I Pertemuan I ... L-3 Lampiran 3 RPP Siklus I Pertemuan 2 ... L-10 Lampiran 4 LKS Pertemuan I Siklus I ... L-17 Lampiran 5 Kuis Pertemuan I Siklus I ... L-24 Lampiran 6 Kunci Jawaban Kuis Pertemuan 1 Siklus I ... L-25 Lampiran 7 LKS Pertemuan 2 Siklus I ... L-26 Lampiran 8 Kuis Pertemuan 2 Siklus I ... L-32 Lampiran 9 Kunci Jawaban Kuis Pertemuan 2 Siklus I ... L-33 Lampiran 10 RPP Siklus II Pertemuan 1 ... L-34 Lampiran 11 RPP Siklus II Pertemuan 2 ... L-41 Lampiran 12 LKS Pertemuan I Siklus II ... L-48 Lampiran 13 Kuis Pertemuan I Siklus II ... L-53 Lampiran 14 Kunci Jawaban Kuis Pertemuan I Siklus II ... L-54 Lampiran 15 LKS Pertemuan 2 Siklus II ... L-55 Lampiran 16 Kuis Pertemuan 2 Siklus II ... L-60 Lampiran 17 Kunci Jawaban Kuis Pertemuan II Siklus II ... L-61 Lampiran 18 Pedoman Observasi Proses Pembelajaran ... L-62 Lampiran 19 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Matematika dengan Model Pembelajaran Learning Cycle

7E Berbasis Inkuiri ... L-63 Lampiran 20 Validasi Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... L-66 Lampiran 21 Hasil Validasi Lembar Observasi Proses Pembelajaran .... L-74 Lampiran 22 Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus .... L-75 Lampiran 23 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus ... L-70 Lampiran 24 Pedoman Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus ... L-76 Lampiran 25 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus... L-80 Lampiran 26 Validasi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... L-84 Lampiran 27 Hasil Validasi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa L-92


(19)

commit to user xix

Lampiran 28 Kisi-kisi Tes Unit Pra Siklus ... L-93 Lampiran 29 Soal Tes Unit Pra Siklus ... L-94 Lampiran 30 Kunci Jawaban Tes Unit Pra Siklus ... L-95 Lampiran 31 Lembar Validasi Tes Unit Pra Siklus ... L-98 Lampiran 32 Hasil Validasi Tes Unit Pra Siklus ... L-104 Lampiran 33 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah ... L-105 Lampiran 34 Kisi-kisi Tes Unit Siklus I ... L-106 Lampiran 35 Soal Tes Unit Siklus I ... L-107 Lampiran 36 Kunci Jawaban Tes Unit Siklus I ... L-108 Lampiran 37 Lembar Validasi Tes Unit Siklus I ... L-110 Lampiran 38 Hasil Validasi Tes Unit Siklus I ... L-116 Lampiran 39 Kisi-kisi Te Unit Siklus II ... L-117 Lampiran 40 Soal Tes Unit Siklus II ... L-118 Lampiran 41 Kunci Jawaban Tes Unit Siklus II ... L-119 Lampiran 42 Lembar Validasi Tes Unit Siklus II ... L-121 Lampiran 43 Hasil Validasi Tes Unit Siklus II ... L-127 Lampiran 44 Catatan Lapangan Pra Siklus ... L-128 Lampiran 45 Daftar Hadir Siswa Pada Pra Siklus ... L-130 Lampiran 46 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus ... L-131 Lampiran 47 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada

Pra Siklus ... L-138 Lampiran 48 Daftar Hadir Siswa Pada Siklus I ... L-140 Lampiran 49 Daftar Kelompok Siklus I ... L-141 Lampiran 50 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Sikuls I ... L-142 Lampiran 51 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada

Siklus I ... L-159 Lampiran 52 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... L-161 Lampiran 53 Daftar Hadir Siswa Pada Siklus II ... L-175 Lampiran 54 Daftar Kelompok Siklus I ... L-176 Lampiran 55 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Sikuls II ... L-177


(20)

commit to user xx

Lampiran 56 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada

Siklus II ... L-194 Lampiran 57 Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... L-196 Lampiran 58 Penghargaan Siklus II ... L-210 Lampiran 59 Gambar Pelaksanaan Kegiatan ... L-211 Lampiran 60 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa


(21)

commit to user 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar

Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris “activity” yang artinya kegiatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 17) “aktivitas berarti keaktifan, kegiatan, atau kesibukan”. Segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi, baik fisik maupun non-fisik merupakan suatu aktivitas.

Menurut Winkel (2007:59) “Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap”. Sedangkan menurut Budiningsih (2005:58), “Belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari”. Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, serta nilai-nilai dan sikap.

Dari uraian diatas dapat diambil pengertian aktivitas belajar adalah Kegiatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian pada proses pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bersentuhan dengan objek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Dalam belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Menurut Piaget dalam Nasution (2000: 89) menyatakan


(22)

commit to user

bahwa seorang anak berpikir sepanjang ia berbuat. Agar anak berpikir sendiri ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah. Paul B. Diedrich dalam Sardiman A. M. (2003:101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa antara lain dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral activities,misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening activities misalnya mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities contohnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activitiesmisalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor activities yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities, sebagai contoh menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities sebagai contoh menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Klasifikasi aktivitas yang diuraikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa bermacam-macam. Apabila berbagai macam aktivitas tersebut dapat diciptakan dalam proses pembelajaran, maka prestasi belajar yang diperoleh juga akan lebih optimal. Aktivitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif. Pada penelitian ini, tidak semua jenis aktivitas diatas digunakan dalam penelitian ini dikarenakan tidak semua jenis aktivitas di atas dapat dilihat dari hasil pengamatan saat pembelajaran berlangsung, seperti


(23)

commit to user

misalnya aktivitas mental dan aktivitas emosional. Sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada penelitian ini meliputi:

1. Kegiatan Visual

a. Siswa memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru.

b. Siswa memperhatikan proses percobaan menggunakan alat peraga dengan seksama.

c. Siswa memperhatikan pendapat/tanggapan yang disampaikan teman. 2. Kegiatan Lisan

a. Siswa mengajukan pertanyaan terkait materi pelajaran kepada guru.

b. Siswa menyampaikan pendapat/tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh guru.

c. Siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam memecahkan permasalahan yang terdapat pada LKS.

d. Siswa bertanya atau menyampaikan pendapat/tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh teman.

3. Kegiatan Menulis

a. Siswa mengerjakan kuis secara mandiri

b. Siswa menuliskan hasil diskusi dari permasalahan pada LKS. 4. Kegiatan Motorik

a. Siswa melakukan percobaan dengan menggunakan alat peraga sesuai petunjuk pada LKS.

b. Siswa mengkonstruksi gambar/membuat sketsa dari permasalahan yang diberikan.

2. Pemecahan Masalah Matematika a. Masalah dalam Matematika

Krulik dan Rudnik (1995) dalam Lidinilah (2008: 2) mendefinisikan masalah secara formal sebagai berikut: “A problem is a situation, quantitatif or otherwise, that confront an individual or group of individual, that requires


(24)

commit to user

resolution, and for wich the individual sees no apparent or obvius means or path

to obtaining a solution.”

Definisi tersebut menjelaskan bahwa masalah adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak memiliki cara yang langsung dapat menentukan solusinya.

Cooney (dalam Shadiq, 2004: 10) mengatakan bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah apabila didalamnya memuat tantangan (challenge) yang tidak dapat diselesaikan dengan prosedur rutin (routine procedure).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masalah adalah suatu situasi menantang yang harus diselesaikan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak mempunyai aturan atau hukum tertentu yang langsung dapat menemukan solusinya.Jadi, termuatnya “tantangan” serta “belum diketahuinya prosedur rutin” pada suatu persoalan akan menentukan terkategorikan tidaknya suatu persoalanmenjadi “masalah”.

Dalam pembelajaran matematika, masalah dapat disajikan dalam bentuk soal tidak rutin yang berupa soal cerita, penggambaran penomena atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Masalah tersebut kemudian disebut masalah matematika karena mengandung konsep matematika.

Sukirman (2005: 4) menyatakan bahwa masalah matematika dapat diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu:

1) Masalah mencari (problem to find), yaitu mencari, menentukan, atau mendapat nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang ditanyakan atau dicari (unknown), syarat-syarat yang memenuhi soal (condition), dan data atau informasi yang diberikan merupakan bagian penting atau pokok dari sebuah soal mencari dan harus dipahami serta dikenali dengan baik pada saat memecahkan masalah.

2) Masalah membuktikan (problem to prove), yaitu untuk menentukan apakah suatu pertanyaan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri dari hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan membuat


(25)

commit to user

atau memproses pernyataan yang logis dan hipotesis menuju kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak benar, cukup diberikan contoh penyangkalannya sehingga pernyataan tersebut menjadi tidak benar.

Pada penelitian ini, jenis soal yang digunakan untuk diajarkan pada siswa dalam latihan memecahkan masalah dan digunakan dalam tes untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah adalah soal mencari (problem to find) yang jelas (well-defined). Perbedaan soal tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini dengan soal tes untuk mengukur prestasi belajar adalah bahwa pada soal tes kemampuan pemecahan masalah menggunakan soal nonrutin sedangkan pada tes prestasi belajar tidak harus menggunakan soal nonrutin. Selain itu pada soal tes kemampuan pemecahan masalah diberikan petunjuk khusus, bahwa dalam mengerjakan soal agar menggunakan langkah-langkah pemecahan masalah.

b. Pemecahan Masalah

Krulik dan Rudnik (1995) dalam Lidinilah (2008: 3) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai berikut: “It [problem solving] is the mean by which an individual uses previously acquired knowledge, skill, and

understanding to satisfy the demand of an unfamiliar situation”

Dari definisi tersebut pemecahan masalah adalah suatu usaha individu menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya untuk menemukan solusi dari suatu masalah.

Suherman (2001: 83) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat nonrutin.


(26)

commit to user

Cooney dalam Hudojo (2005: 126) juga menyatakan bahwa mengajarkan penyelesaian masalah kepada peserta didik, memungkinkan peserta didik itu menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya. Melalui pemecahan masalah, siswa diharapkan memahami proses menyelesaikan masalah dan menjadi terampil dalam memilih dan mengidentifikasikan kondisi dan konsep yang relevan, mencari generalisasi, merumuskan rencana penyelesaian, dan mengorganisasikan ketrampilan yang telah dimiliki sebelumnya.

Branca dalam Sumardyono (2007: 5-6) menyatakan bahwa secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi istilah pemecahan masalah (problem solving)dalam pembelajaran matematika, yaitu:

1) Problem solving as a goal

Bila pemecahan masalah ditetapkan sebagai tujuan pembelajaran, maka pembelajaran yang berlangsung tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar matematika.

2) Problem solving as a process

Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan yang demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum matematika.

3) Problem solving as a basic skill

Ada banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam matematika. Beberapa yang dikemukakan antara lain keterampilan berhitung, keterampilan aritmetika, keterampilan logika, dan lainnya. Keterampilan lain yang baik secara implisit maupun eksplisit sering diungkapkan adalah keterampilanproblem solving.

Menurut Polya dalam Suherman dkk (2001: 79), solusi soal pemecahan masalah memuat empat langkah:


(27)

commit to user 1. Memahami masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

2. Merencanakan penyelesaian

Kemampuan melakukan fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa menyelesaikan masalah. Pada umumnya semakin bervariasi pengalaman mereka, ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian suatu masalah.

3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana

Jika rencana penyelesaian masalah telah dibuat, baik secara tertulis atau tidak, selanjutnya dilakukan penyelesaian masalah sesuai dengan rencana yang dianggap paling tepat.

4. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan

Melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan mulai dari fase pertama sampai fase ketiga. Dengan cara seperti ini maka berbagai kesalahan dapat terkoreksi kembali sehingga siswa dapat sampai pada jawaban yang benar sesuai dengan masalah yang diberikan.

Pemecahan masalah Polya tersebut dikembangkan lagi oleh Hudojo dan Sutawijaya dalam Hudojo (2005: 134-140) menjadi:

1. Pemahaman terhadap suatu masalah

Pemahaman dilakukan dengan mengidentifikasi informasi yang diketahui, mengidentifikasi apa yang hendak dicari.

2. Perencanaan penyelesaian masalah

Di dalam merencanakan masalah seringkali diperlukan kreativitas. Sejumlah strategi dapat membantu kita merumuskan suatu rencana penyelesaian suatu masalah. Menurut Wheeler (Hudojo, 2005: 137) strategi penyelesaian masalah antara lain sebagai berikut : membuat tabel, membuat gambar, menduga, mengetes, dan memperbaiki, mencari pola,


(28)

commit to user

menyatakan kembali permasalahan, menggunakan penalaran, menggunakan variabel, menggunakan persamaan, mencoba menyederhanakan permasalahan, menghilangkan situasi yang tidak mungkin, bekerja mundur, menyusun model, menggunakan algoritma, menggunakan penalaran yang tidak langsung, menggunakan sifat-sifat bilangan, menggunakan kasus atau membagi menjadi bagian-bagian, memvalidasi semua kemungkinan, menggunakan rumus, menyelesaikan masalah yang equivalen, menggunakan simetri, dan menggunakan informasi yang diketahui untuk mengembangkan informasi baru.

3. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah

Langkah ini merupakan langkah Polya (1972) yang didefinisikan sebagai menyelesaikan perencanaan penyelesaian atau dengan kata lain merupakan eksekusi dari rencana penyelesaian yang telah dibuat.

4. Melihat kembali penyelesaian

Langkah Pada langkah ini dilakukan pengecekan ulang terhadap hasil dan rencana pemecahan masalah, memastikan bahwa hasil dari pelaksanaan rencana yang dilakukan sebelumnya betul-betul menyelesaikan masalah. Langkah ini cukup penting karena ketepatan solusi yang diambil dapat dikritisi serta dapat dilihat kelemahan dari solusi tersebut, misalnya ketidakkonsistenan atau ambiguitas atau langkah yang kurang tepat. Terdapat empat komponen untuk melihat kembali suatu penyelesaian, yaitu:

a. Mengecek hasil

b. Mengintepretasikan jawaban yang diperoleh

c. Mencari adakah cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama d. Mencari adakah penyelesaian yang lain.

Pada penelitian ini, tahap memeriksa kembali diajarkan kepada siswa dengan adanya pembahasan setiap selesai mengerjakan soal latihan (pada tahap elaborate). Pada saat pembahasan soal latihan, siswa dibiasakan untuk


(29)

commit to user

mengecek hasil pekerjaannya dengan hasil pada pembahasan dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh. Sehingga diharapkan siswa tetap terbiasa mengecek hasil. Namun, pada tes kemampuan pemecahan masalah tahap memeriksa hasil ini yang dimasukkan dalam indikator penskoran adalah mengintepretasikan jawaban yang diperoleh karena untuk mengecek hasil yang diperoleh tidak dapat dilihat dari hasil tes tertulis yang dikerjakan oleh siswa.

Pada penelitian ini pengukuran kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mengacu pada tahap-tahap pemecahan masalah, yakni: memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, menginterpretasikan hasil yang diperoleh. Tahap-tahap pemecahan masalah ini digunakan sebagai pedoman pemberian skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Jadi, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam penelitian ini merupakan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah matematika yang langkahnya terdiri dari memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh.

3. Model PembelajaranLearning Cycle 7EBerbasis Inkuiri

a. Model Pembelajaran

Menurut Arends (1998), model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Menurut Arends (1998: 226), model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada suatu strategi, metode atau prosedur. Model


(30)

commit to user

Pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu : (1) rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar; (3) tingkah laku mengajar dan belajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Menurut Joyce, Weil, dan Shower (1992: 4), model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pengajaran tatap muka di kelas atau tutorial dan untuk membentuk perangkat pembelajaran, misalnya buku, film, program komputer, dan kurikulum. Joyce (1992) berpendapat, model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran serta untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

b. Model PembelajaranLearning Cycle 7E

Menurut Soebagio, dkk (2001: 50) Learning Cycle merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa menemukan konsep sendiri atau memantapkan konsep yang dipelajari, mencegah terjadinya kesalahan konsep, dan memberikan peluang kepada siswa untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari pada situasi baru. Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007: 115-116) mengemukakan bahwa teori konstruktivisme memandang bahwa belajar merupakan suatu proses membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap


(31)

commit to user

untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siklus belajar (Learning Cycle) merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap yaitu Eksplorasi (exploration), Pengenalan konsep (concept introduction), dan Penerapan konsep (concept application). Pada proses selanjutnya, tiga siklus tersebut mengalami pengembangan menjadi lima tahap (Lorsbach, 2002) yang terdiri atas tahap (a) pembangkitan minat (engagement), (b) eksplorasi (exploration), (c) penjelasan (explanation), (d) elaborasi (elaboration/extention), dan (e) evaluasi (evaluation). Pada proses selanjutya Eisenkraf (2003: 57) mengembangkan siklus belajar menjadi tujuh tahap. Tujuh dari model pembelajaran Learning Cycle 7E adalah menekankan pada pentingnya memperoleh pemahaman konsep sebelumnya atau transfer konsep. Dalam model ini, guru tidak lagi mengabaikan pengetahuan awal siswa dalam proses pembelajaran. Perubahan model siklus Learning Cycle 5E menjadi 7E ditunjukkan seperti gambar 2.1.


(32)

commit to user Elicit Engage

Engage

Explore Explore

Explain Explain

Elaborate Elaborate

Evaluate Evaluate

Extend

Gambar 2.1. Tahapan perubahan ModelLearning Cycle 5EMenjadi 7E Perbedaan tahapan model pembelajaranlearning cycle 5edenganlearning cycle 7e ini terletak pada adanya tahapan elicit dan extend pada model learning cycle 7e yang tidak ada pada tahapan learning cycle 5e. Tahapan elicit ini merupakan perluasan dari tahap engage pada tahap learning cycle 5e. Pada tahap elicit ini siswa diingatkan kembali tentang pengetahuan sebelumnya yang nantinya berguna untuk mnyusun konsep baru yang akan dipelajari. Sedangkan tahap extend merupakan perluasan dari tahapan evaluate. Pada tahap extend ini pengetahuan siswa mengenai konsep yang baru saja mereka pelajari dikaitkan dengan konsep lain.

Menurut Eisenkraft (2003:58-59) tahapan-tahapan model pembelajaran Learning Cycle 7Edapat dijelaskan sebagai berikut:


(33)

commit to user a. Elicit(mendatangkan pengetahuan awal siswa)

Fase ini untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa serta menimbulkan kepenasaran tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Fase ini dimulai dengan pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari dengan mengambil contoh yang mudah diketahui siswa seperti kejadian sehari-hari yang secara umum memang terjadi.

b. Engage(ide, rencana pembelajaran dan pengalaman)

Fase dimana siswa dan guru akan saling memberikan informasi dan pengalaman tentang pertanyaan-pertanyaan awal tadi, memberitahukan siswa tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Fase ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan mengembangkan rasa keingintahuan siswa.

c. Explore(menyelidiki)

Fase yang membawa siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang akan dipelajari. Siswa dapat mengobservasi, bertanya, dan menyelidiki konsep dari bahan-bahan pembelajaran yang telah disediakan sebelumnya.

d. Explain(menjelaskan)

Fase yang didalamnya berisi ajakan terhadap siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan ketika fase eksplorasi. Kemudian dari definisi dan konsep yang telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan definisi yang lebih formal.


(34)

commit to user

Fase yang bertujuan untuk membawa siswa menerapkan simbol-simbol, definisi-definisi, konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.

f. Evaluate(menilai)

Fase evaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada fase ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian formal dan informal. Guru diharapkan secara terus menerus dapat mengobservasi dan memperhatikan siswa terhadap kemampuan dan keterampilannya untuk menilai tingkat pengetahuan dan atau kemampuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.

g. Extend(memperluas)

Fase yang bertujuan untuk berfikir, mencari menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini dapat merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari. Pada penelitian ini tahapan extend dilaksanakan dengan cara memberikan permasalahan yang memuat konsep yang dipelajari dikaitkan dengan konsep lain, kemudian diberikan pembahasan tentang bagaimana memecahkan permasalahan tersebut.

Beberapa keuntungan di terapkannya model pembelajaranLearning Cycle adalah:

1. Pembelajaran bersifatstudent centered.

2. Informasi baru dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan

pemecahan masalah.

4. Proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena mengutamakan pengalaman nyata.


(35)

commit to user 6. Membentuk siswa yang aktif, kritis, dan kreatif.

c. Inkuiri

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaituinquiry, yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

Menurut Trowbridge & Bybee dalam Widowati (2007: 21) Inkuiri adalah proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut.

Menurut Douglas Liewellyin, inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran dimana siswa melibatkan diri mereka dalam proses penyelidikan, merumuskan pertanyaan dan memecahkan masalah, kegiatan seperti ini untuk mengasah keterampilan mereka agar hasil belajar siswa menjadi lebih baik. (http://www.mcps.kl2.md.us/science/unstr/ingdescript.htm)

Menurut Piaget dalam Mulyasa (2005: 108-109) menyatakan bahwa inkuiri merupakan teknik yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Inkuiri sebagai teknik pengajaran mengandung arti bahwa dalam proses kegiatan mengajar berlangsung harus dapat mendorong dan dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam belajar.


(36)

commit to user

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah meliputi kegiatan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi dalam pembelajaran inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan masalah yang diberikan guru.

d. PembelajaranLearning Cycle 7EBerbasis Inkuiri

Pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis inkuiri merupakan pembelajaran matematika yang menggunakan tahap-tahap model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan berdasarkan pada aktivitas inkuiri dalam pelaksanaannya. Penerapan model Learning Cycle 7E dalam suatu proses pembelajaran dapat ditunjang melalui kegiatan inkuiri karena sesuai dengan model Learning Cycle 7E yang mendorong siswa untuk menemukan konsep secara mandiri. Adapun tahap-tahap Learning Cycle 7E berbasis inkuiri yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Elicit(mendatangkan pengetahuan awal siswa)

Guru menyelidiki kemampuan yang telah dimiliki siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan siswa sebelumnya yang merangsang siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa. 2) Engage(ide, rencana pembelajaran, pengalaman)

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, menginformasikan rencana pembelajaran yang akan dilakukan, dan berusaha membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari yang dilakukan memberikan pertanyaan menantang yang terkait materi yang akan dipelajari dengan tujuan agar siswa termotivasi untuk lebih semangat, lebih serius belajar matematika, dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran.

3) Explore(menyelidiki)

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, mereka melakukan eksplorasi untuk menemukan konsep/prinsip yang akan digunakan sebagai


(37)

commit to user

bekal dalam pemilihan ide/strategi untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, siswa melakukan eksperimen dengan alat dan bahan serta prosedur (langkah-langkah) yang mengarahkan pada pemahaman dan penemuan konsep/prinsip yang diharapkan.

Pelaksanaan tahap ini dilakukan dengan berbantuan alat peraga matematika dan LKS (Lembar Kegiatan Siswa). Alat peraga matematika yang digunakan dapat membantu siswa untuk menemukan rumus luas permukaan dan volume limas dan prisma. LKS yang digunakan berisi penjelasan tentang prosedur kegiatan yang harus dilakukan pada alat peraga untuk menemukan rumus luas permukaan dan volume limas dan prisma dan beberapa soal latihan. Selama kegiatan ini siswa mengamati, mengumpulkan data, menganalisis dan menarik kesimpulan atau merumuskan teori.

4) Explain(menjelaskan)

Siswa mengkomunikasikan hasil eksplorasi dengan bahasa mereka sendiri dengan cara mempresentasikan hasil diskusinya. Pada bagian ini siswa diberi kesempatan untuk tanya jawab.

5) Elaborate(menerapkan)

Siswa berdiskusi mengerjakan permasalahan atau soal latihan yang ada di LKS bersama anggota kelompok. Siswa dituntut menerapkan hasil yang diperoleh pada tahap explore untuk digunakan dalam memecahkan permasalahan pada tahap ini. Guru bertugas membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Guru bertugas membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

6) Evaluate(menilai)

Siswa diberi soal kuis untuk diselesaikan secara individu. Soal kuis digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan.


(38)

commit to user 7) Extend(memperluas)

Guru memberikan contoh permasalahan tentang penerapan konsep yang telah dipelajari kaitannya dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari, kemudian membahasnya.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis inkuiri yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

a. Guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran.

Tahap Elicit

b. Guru menyelidiki kemampuan yang telah dimiliki siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan siswa sebelumnya terkait dengan materi yang akan dipelajari.

Tahap Engage

c. Guru memberikan permasalahan terkait materi yang akan dipelajari untuk motivasi dan merangsang keingintahuan siswa.

d. Guru menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu akan ada kegiatan eksperimen, pemberian tugas berupa LKS yang harus dikerjakan secara diskusi kelompok, dan pemberian soal kuis di akhir pembelajaran yang dikerjakan secara individu.

2. Kegiatan Inti Tahap Explore

e. Guru mengorganisasikan siswa ke dalam beberapa kelompok.

f. Guru membagikan LKS dan alat peraga kepada masing-masing kelompok. g. Guru menjelaskan garis besar prosedur kerja untuk percobaan sebagai


(39)

commit to user

h. Guru meminta siswa untuk melakukan eksperimen sesuai petunjuk pada LKS kemudian siswa diminta berdiskusi dalam kelompoknya untuk membahas permasalahan yang ada di LKS yang sudah dibagikan. Pada kegiatan ini siswa mengamati, mengumpulkan data, menganalisis, dan menyimpulkan hasil.

i. guru mengawasi jalannya diskusi dan memfasilitasi siswa jika ada kesulitan

Tahap Explain

j. Guru meminta perwakilan dari kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada saat presentasi dibentuk forum diskusi kelas, sehingga terjadi umpan balik dari siswa dalam kelompok lain. Pada saat ini guru dituntut untuk bisa memancing siswa agar bisa aktif untuk bertanya atau berpendapat.

k. Guru mengklarifikasi hasil diskusi yang telah dipresentasikan. Tahap Elaborate

l. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada LKS.

m. Guru meminta perwakilan beberapa kelompok untuk menuliskan jawabannya di papan tulis.

n. Guru bersama dengan siswa membahas jawaban di papan tulis.

o. Guru meminta semua siswa mengumpulkan LKS yang sudah mereka kerjakan.

3. Penutup

Tahap Evaluate

p. Guru memberikan kuis individu kepada siswa berkaitan dengan materi yang sudah dipelajari pada hari itu dan meminta agar siswa mengerjakan secara individu. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis individu, lembar jawab siswa dikumpulkan.


(40)

commit to user

q. guru memberikan beberapa contoh permasalahan sehari-sehari yang dikaitkan dengan konsep materi pelajaran pada hari itu.

r. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran yang didapat pada hari itu. Kemudian guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang dan meminta siswa untuk mempelajari secara mandiri di rumah.

4. Tinjauan Materi Prisma dan Limas a. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang alas danbidang atas berhadap-hadapan yang kongruen dan sejajar serta bidang-bidang tegak yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar.

Sedangkan pengertian prisma beraturan adalah prisma tegak yang bidang alas dan bidang atasnya berbentuk segi banyak beraturan, sedangkan panjang rusuk tegaknya disebut tinggi prisma tegak tersebut.

1) Luas Permukaan Prisma

Gambar (a) menunjukkan prisma tegak segitiga ABC.DEF, sedangkan Gambar (b) menunjukkan jaring-jaring prisma tersebut. Kita dapat menemukan rumus luas permukaan prisma dari jaring-jaring prisma tersebut.

Luas permukaan prisma

= luas ∆DEF + luas ∆ABC + luas □ BADE + luas □ ACFD + luas□ CBEF


(41)

commit to user

= (2 x luas∆ABC) + (AB x BE) + (AC x AD) + (CB x CF) = (2 x luas∆ABC) + [(AB + AC + CB) x AD]

= (2 x luas alas) + (keliling∆ABC x tinggi) = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)

Dengan demikian, secara umum rumus luas permukaan prisma sebagai berikut.

2) Volume Prisma

b. Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi banyak (sebagai alas) dan beberapa sisi segitiga yang bertemu pada satu titik puncak.

Sedangkan pengertian limas beraturan adalah limas yang alasnya berbentuk segi banyak beraturan, dan sisi tegaknya berbentuk segitiga-segitiga yang kongruen.

1) Luas Permukaan Limas

Perhatikan Gambar di atas. Gambar (a) menunjukkan limas segi empat T.ABCD dengan alas berbentuk persegi panjang.

Adapun Gambar (b) menunjukkan jaring-jaring limas segiempat tersebut. Seperti menentukan luas permukaan prisma, kita dapat menentukan luas permukaan limas dengan mencari luas jaring-jaring limas tersebut.

Volume Prisma = Luas alas tinggi


(42)

commit to user Luas permukaan limas

= luas persegi ABCD + luas ∆ TAB + luas ∆ TBC + luas ∆TCD + luas ∆TAD

= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

Jadi, secara umum rumus luas permukaan limas sebagai berikut.

2) Volume Limas

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Apriyani (2010) diperoleh hasil bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP N 2 Sanden kelas VIII mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5e. Karena pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5e untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbasis inkuiri untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh U. Kulsum (2011) yang diperoleh hasil bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri Welahan mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7e. Karena pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7e untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbasis inkuiri untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak


(43)

commit to user

Penelitian yang dilakukan Chakkrapan Piraksa, Chokchai Yuengyong, Wimol Sumranwanich dalam penelitiannya dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle 7e pada siswa tingkat 10 di Muang, Khonkaen, Thailand dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi gaya dan gerak. Karena pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7e untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi gaya dan gerak pada mata pelajaran fisika, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbasis inkuiri untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas masalah yang timbul. Pada kondisi awal siswa kelas VIII F, aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat teacher centered dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga dalam kegiatan pembelajaran masih sering ditemukan siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, dan enggan bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan. Kemudian ketika siswa diberikan soal, kebanyakan dari siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, mereka hanya menunggu jawaban guru kemudian menyalinnya. Kemungkinan rendahnya kemampuan pemecahan matematika siswa kelas VIII F ini dipengaruhi oleh rendahnya aktivitas belajar siswa pada kelas tersebut. Selama ini pembelajaran di kelas VIII F kurang melibatkan siswa aktif dalam suatu kegiatan untuk memperoleh pengalaman guna mengembangkan pengetahuan dan pemahaman untuk bekal siswa dalam memecahkan masalah. Oleh karenanya, perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran agar aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan matematika siswa meningkat. Berdasarkan fakta dilapangan


(44)

commit to user

bahwa guru masih menggunakan model konvensional dimana pembelajaran masih berpusat pada guru, maka dapat diidentifikasi bahwa permasalahan yang menjadi fokus kerja peneliti adalah bahwa guru belum menemukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan matematika siswa. Sejalan dengan hal ini diharapkan adanya model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan matematika siswa.

Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan matematika siswa, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar agar memperoleh pengalaman guna mengembangkan pengetahuan dan pemahaman yang dapat digunakan sebagai bekal dalam memecahkan masalah. Salah satu model pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif, mengembangkan pengetahuannya siswa adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E. Dalam model pembelajaran Learning Cycle 7E berlandaskan bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sehingga siswa dituntut untuk aktif. Untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan model tersebut diperlukan proses inkuiri yang diawali dengan kegiatan pengamatan dalam upaya untk memahami suatu konsep. Kegiatan yang terdiri dari kegiatan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan ini dapat menunjang pelaksanaan model pembelajaranLearning Cycle 7Edimana siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri.

Oleh karenanya melalui model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis inkuiri diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan matematika siswa. Hal ini juga didukung dari beberapa penelitian yang relevan diantaranya oleh Apriyani,U. Kulsum, dan Chakkrapan Piraksa dkk.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang masih harus diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh. Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka pemikiran maka peneliti


(45)

commit to user

merumuskan hipotesis yaitu bahwa melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII F SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2013/2014.


(1)

commit to user

q. guru memberikan beberapa contoh permasalahan sehari-sehari yang dikaitkan dengan konsep materi pelajaran pada hari itu.

r. Guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran yang didapat pada hari itu. Kemudian guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang dan meminta siswa untuk mempelajari secara mandiri di rumah.

4. Tinjauan Materi Prisma dan Limas a. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang alas danbidang atas berhadap-hadapan yang kongruen dan sejajar serta bidang-bidang tegak yang berpotongan menurut rusuk-rusuk yang sejajar.

Sedangkan pengertian prisma beraturan adalah prisma tegak yang bidang alas dan bidang atasnya berbentuk segi banyak beraturan, sedangkan panjang rusuk tegaknya disebut tinggi prisma tegak tersebut.

1) Luas Permukaan Prisma

Gambar (a) menunjukkan prisma tegak segitiga ABC.DEF, sedangkan Gambar (b) menunjukkan jaring-jaring prisma tersebut. Kita dapat menemukan rumus luas permukaan prisma dari jaring-jaring prisma tersebut.

Luas permukaan prisma

= luas ∆DEF + luas ∆ABC + luas □ BADE + luas □ ACFD + luas□ CBEF


(2)

= (2 x luas∆ABC) + (AB x BE) + (AC x AD) + (CB x CF) = (2 x luas∆ABC) + [(AB + AC + CB) x AD]

= (2 x luas alas) + (keliling∆ABC x tinggi) = (2 x luas alas) + (keliling alas x tinggi)

Dengan demikian, secara umum rumus luas permukaan prisma sebagai berikut.

2) Volume Prisma

b. Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi banyak (sebagai alas) dan beberapa sisi segitiga yang bertemu pada satu titik puncak.

Sedangkan pengertian limas beraturan adalah limas yang alasnya berbentuk segi banyak beraturan, dan sisi tegaknya berbentuk segitiga-segitiga yang kongruen.

1) Luas Permukaan Limas

Perhatikan Gambar di atas. Gambar (a) menunjukkan limas segi empat T.ABCD dengan alas berbentuk persegi panjang.

Adapun Gambar (b) menunjukkan jaring-jaring limas segiempat tersebut. Seperti menentukan luas permukaan prisma, kita dapat menentukan luas permukaan limas dengan mencari luas jaring-jaring limas tersebut.

Volume Prisma = Luas alas tinggi


(3)

commit to user

Luas permukaan limas

= luas persegi ABCD + luas ∆ TAB + luas ∆ TBC + luas ∆TCD + luas ∆TAD

= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

Jadi, secara umum rumus luas permukaan limas sebagai berikut.

2) Volume Limas

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Apriyani (2010) diperoleh hasil bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP N 2 Sanden kelas VIII mengalami peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 5e. Karena pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5e untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbasis inkuiri untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh U. Kulsum (2011) yang diperoleh hasil bahwa

keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri Welahan mengalami

peningkatan setelah diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 7e. Karena pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7e untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbasis inkuiri untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak


(4)

Penelitian yang dilakukan Chakkrapan Piraksa, Chokchai Yuengyong, Wimol Sumranwanich dalam penelitiannya dengan menerapkan model pembelajaran

learning cycle 7e pada siswa tingkat 10 di Muang, Khonkaen, Thailand dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi gaya dan gerak. Karena pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7e

untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi gaya dan gerak pada mata pelajaran fisika, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbasis inkuiri untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat disusun suatu kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas masalah yang timbul. Pada kondisi awal siswa kelas VIII F, aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran yang dilakukan guru masih bersifat teacher centered dan kurang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga dalam kegiatan pembelajaran masih sering ditemukan siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, dan enggan bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan. Kemudian ketika siswa diberikan soal, kebanyakan dari siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan, mereka hanya menunggu jawaban guru kemudian menyalinnya. Kemungkinan rendahnya kemampuan pemecahan matematika siswa kelas VIII F ini dipengaruhi oleh rendahnya aktivitas belajar siswa pada kelas tersebut. Selama ini pembelajaran di kelas VIII F kurang melibatkan siswa aktif dalam suatu kegiatan untuk memperoleh pengalaman guna mengembangkan pengetahuan dan pemahaman untuk bekal siswa dalam memecahkan masalah. Oleh karenanya, perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran agar aktivitas belajar dan


(5)

commit to user

bahwa guru masih menggunakan model konvensional dimana pembelajaran masih berpusat pada guru, maka dapat diidentifikasi bahwa permasalahan yang menjadi fokus kerja peneliti adalah bahwa guru belum menemukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan matematika siswa. Sejalan dengan hal ini diharapkan adanya model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan matematika siswa.

Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan matematika siswa, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan belajar agar memperoleh pengalaman guna mengembangkan pengetahuan dan pemahaman yang dapat digunakan sebagai bekal dalam memecahkan masalah. Salah satu model pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif, mengembangkan pengetahuannya siswa adalah model pembelajaran

Learning Cycle 7E. Dalam model pembelajaran Learning Cycle 7E berlandaskan

bahwa pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa sehingga siswa dituntut untuk aktif. Untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan model tersebut diperlukan proses inkuiri yang diawali dengan kegiatan pengamatan dalam upaya untk memahami suatu konsep. Kegiatan yang terdiri dari kegiatan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan ini dapat menunjang pelaksanaan model pembelajaranLearning Cycle 7Edimana siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri.

Oleh karenanya melalui model pembelajaran Learning Cycle 7E berbasis inkuiri diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan pemecahan matematika siswa. Hal ini juga didukung dari beberapa penelitian yang relevan diantaranya oleh Apriyani,U. Kulsum, dan Chakkrapan Piraksa dkk.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang masih harus diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh. Berdasarkan landasan teori, hasil penelitian yang relevan, dan kerangka pemikiran maka peneliti


(6)

merumuskan hipotesis yaitu bahwa melalui penerapan model pembelajaran Learning

Cycle 7E berbasis inkuiri dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII F SMP Negeri 14 Surakarta tahun ajaran 2013/2014.