59
Setelah peneliti melakukan observasi untuk mengamati pembelajaran yang sedang berlangsung, selanjutnya peneliti menggunakan wawancara untuk
mengumpulkan data. Menurut Sugiyono 2012: 231 wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang mendalam.
Sedangkan menurut Koentjaraningrat Aris: online wawancara adalah cara yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan informasi dan untuk
berkomunikasi tatap muka. Pedoman wawancara sangat diperlukan oleh para peneliti untuk
memudahkan peneliti dalam mencari data terutama dalam wawancara. Pedoman wawancara yang dibuat terfokus untuk mendiskripsikan terkait penguasaan
kompetensi profesional guru di SD N 2 Sanden.
3. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto 2006: 158 metode dokumentasi adalah menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Dokumentasi digunakan peneliti untuk memperkuat data yang telah diperoleh. Dokumentasi
yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan cara mengambil foto ketika guru sedang melakukan kegiatan pembelajaran, pengumpulan data prestasi siswa serta
foto terkait RPP yang dibuat oleh guru.
G. Teknik Analis Data
60
Dalam melakukan analisis data, analisis dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan mulai sebelum masuk lapangan, saat di lapangan, dan setelah
selesai di lapangan. Menurut Miles dan Huberman Sugiyono, 2014:91 aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan terus menerus sehingga data jenuh.
Analisis data meliputi reduction, data display, dan conclusion drawing Verification. berikut ini model analisis data:
Gambar 3: Komponen Analisis Data 1 Miles dan Huberman, 1992 1.
Reduksi Data Data Reduction
Reduksi data yang dilakukan oleh peneliti bertujuan agar hasil penelitian yang didapatkan lebih fokus. Mereduksi data artinya merangkum. Setelah
mengumpulkan data dari berbagai sumber, dan sudah terkumpul terkait data yang dibutuhkan maka proses selanjutnya adalah mereduksi. Dengan adanya
reduksi data maka informasi yang didapatkan akan lebih jelas dan terarah, karena dalam proses pengumpulan data tentunya banyak sekali data yang
masuk yang diperoleh peneliti yang terkadang menyimpang dari fokus yang
Data Collection
Data Reduction
Conclusions: drawingverifiying
Data Display
61
akan diteliti, maka dari itu penting kiranya mereduksi data yang telah diperoleh.
2. Penyajian Data Data Display
Pendisplayan data bertujuan memudahkan memahami apa yang diteliti. Penyajian data ini bisa dalam bentuk uraian, bagan, hubungan antar
kategori Sugiyono, 2014:95. Peneliti menyajikan data berupa penguasaan kompetensi profesional guru kelas di SD N 2 Sanden.
3. Conclusing Drawing Penarikan Kesimpulan
Setelah data direduksi kemudian disajikan langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari informasi yang telah didapat. Kesimpulan yang
dibuat merupakan hasil dari pengkajian dan telaah data yang telah terkumpul. Kesimpulan bisa sementara apabila belum mendapat sumber bukti kuat dalam
pengumpulan data berikutnya Sugiyono, 2014:99.
H. Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan sangat diperlukan dalam rangka untuk menetapkan keabsahan trustworthiness. Menurut Moloeng dalam Eva Zuniana N 2016:82
keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep validitas dan reabilitas dengan tuntutan pengetahuan, kriteria, dan paradigma
sendiri.
62
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu Lexy J Moleong 2008: 330.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajad kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif Patton dalam Lexy J Moleong 2008: 330. Salah satu contoh triangulasi sumber yaitu melalui hasil wawancara dari kepala
sekolah dan siswa dicocokkan dengan hasil wawancara dari guru kelas.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda
Sugiyono 2015: 383. Data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi atau dokumentasi.
Gambar 4: Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Sugiyono, 2015: 382
wawancara
dokumentasi observasi
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian Kompetensi Profesional guru di SD N 2 Sanden , dapat dibedakan menjadi beberapa indikator sebagai tolok ukur kompetensi profesional
guru atau pendidik. Beberapa indikator yang menjadi tolok ukur kompetensi profesional guru antara lain adalah: 1 Penguasaan landasan kependidikan, 2
Penguasaan konsep dan bahan pelajaran, 3 Penguasaan dalam pembuatan perangkat pembelajaran, 4 Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, 5 Pemanfaatan
teknologi pembelajaran, 6 Kemampuan melaksanakan tugas non-akademik, 7 Kemampuan melakukan penelitian untuk meningkatkan profesionalitas.
1. Penguasaan Landasan Kependidikan
a. Pengimplementasian Tujuan Pendidikan Nasional Dalam Kegiatan
Pembelajaran yang Mencakup Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai
penguasaan landasan kependidikan, semua guru telah melaksanakan landasan kependidikan nasional yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hal ini bisa dilihat dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Aspek kognitif dapat diketahui sepanjang pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu
ketika guru dan siswa melaksanakan kegiatan belajar mengajar atau sering disebut sebagai proses KBM. Aspek afektif dan psikomotorik juga demikian. Aspek
afektif dapat dilihat ketika sebelum masuk kelas yaitu setiap siswa harus berbaris di depan pintu kemudian ketua kelas memimpin baris, sebelum masuk ketua
64
mengecek kebersihan kuku. Selanjutnya sebelum pembelajaran dimulai, baik didampingi oleh guru atau tidak, siswa melaksanakan doa bersama. Dan ketika
guru masuk ketua kelas memimpin untuk hormat kepada guru. Hal itu tidak hanya dilaksanakan di beberapa kelas saja, namun semua kelas juga melaksanakannya.
Dan tidak hanya berlaku ketika pelajaran akan dimulai, namun ketika selesai pelajaran juga ada kebiasaan postitif yang memang sudah ditanamkan dari anak
memasuki bangku sekolah. Selain kebiasaan yang dibina dari kecil yang berupa hormat kepada guru, sebagian kelas melakukan hormat kepada bendera, yang hal
ini ditanamkan sejak kelas satu. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari guru kelas yang menyatakan :
Ibu Srjy: ”Iya, iya heem. Itu ya kebiasaan, jadi tidak semuanya jadi dari kelas satu diarahkan biar anak itu tahu hormat kepada bendera,
lalu pagi jabat tangan sama gurunya, terus pulang. Jadi awal dan pulang, dan saya tanamkan untuk berdoa, sekaligus saya bisa
menghafal doa- doa dan artinya itu loh.” Jumat, 25 Januari
2017 Ibu Ksw: “Iya, di kelas 4 juga sebelum pelajaran dan pulang sekolah hormat
kepada bendera dan guru dan mengucapkan terimakasih. Karena itu sudah pembiasaan.” Selasa,31 Januari 2017.
Dari bukti di atas, dapat diketahui bahwa dari kelas satu guru sudah melakukan pembiasaan positif. Hal ini bertujuan untuk menanamkan sejak dini
pendidikan moral melalui pembiasaan sikap. Hal tersebut juga telah sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti ketika mengamati di kelas satu pada
hari Senin, 30 Januari 2017. Ketika pulang sekolah, anak sebelumnya berdoa yang dibimbing oleh guru, kemudian hormat kepada guru dan mengucapkan terima
kasih yang dipimpin oleh ketua kelas, selanjutnya secara tertib siswa-siswa
65
bersalaman dengan guru. Tidak ada anak yang keluar ruangan sebelum berjabat tangan dengan guru.
Sedangkan untuk aspek psikomotor semua guru telah melaksanakan aspek untuk mengembangkan psikomotor siswa yang dilakukan ketika proses
pembelajaran. Hasil penelitian juga terlihat aspek psikomotor ini melaui kegiatan misalnya ketika pembelajaran di kelas tiga, siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok yang terdiri dari empat siswa kemudian melakukan percobaan terkait benda-benda tenggelam, melayang, dan terapung dengan baskom, air, dan
berbagai benda-benda yang terbuat dari besi, plastik, tanah liat dan lain sebagainya,
kemudian setelah
selesai setiap
kelompok maju
untuk mempresentasikan hasil percobaan tersebut. Secara keseluruhan semua guru telah
menekankan ketiga aspek, walaupun porsi untuk ketiganya memang berbeda. Kognitif atau pengetahuan memiliki porsi lebih besar dibanding dengan kedua
aspek lainnya. Pengembangan ketiga aspek, yang salahsatnya aspek sikap ini tidak hanya berlaku di dalam kelas atau ketika proses pembelajaran, namun juga
teramati di luar proses pembelajaran, misalnya ketika istirahat. Guru selalu menekankan kepada setiap siswa untuk membuang sampah di tempat sampah dan
selalu menekankan untuk peduli terhadap lingkungan sekitar, selain itu interaksi antara siswa dan guru juga terlihat ketika peneliti mewawancarai salah seorang
guru bernama Bapak Wyn, beberapa siswa bermain, dan ketika melewati depan guru, secara otomatis siswa menundukkan kepala lalu bersalaman. Kebiasaan
siswa seperti yang dijelaskan di atas tidak akan pernah terwujud tanpa
66
kontribusidari guru untuk selalu memberikan teladhan dan contoh untuk selalu menghormati orang yang lebih tua.
Menurut keterangan dari kepala sekolah, guru juga sudah menekankan ketiga aspek yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dari hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti, Kepala sekolah mengatakan: ”Iya mbak, sudah. Kan dalam pembelajaran memang dituntut untuk
menguasai tidak hanya kognitif saja ya, tapi juga sikap juga, keterampilan juga iya. Tapi memang porsinya saya mengakui untuk ketiga aspek itu
memang lebih dominan yang kognitif. Tapi untuk keseluruhan semuanya sudah dijalankan, hanya saja porsinya berbeda. Bagaimanapun untuk
menyeimbangkan juga tidak mudah, kognitif lebih banyak dibanding
lainnya.” Senin. 6 Februari 2017.
b. Melakukan Pembelajaran yang Berorientasi Pada Siswa
Setiap pembelajaran yang dilakukan oleh guru selalu berorientasi kepada siswa, semua guru telah melaksanakan aspek tersebut dalam setiap pembelajaran.
Siswa menjadi subyek dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, guru menggunakan berbagai metode
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa, mengaktifkan siswa, serta memfasilitasi kebutuhan siswa terutama dalam belajar. Hasil pengamatan tersebut
juga selaras dengan yang disampikan oleh guru dalam hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas yang menyatakan:
Ibu Ttk: “Iya. Pokoke tetap utamakan siswa. Karena tujuan utama pendidikan kan mendidikan siswa, untuk mengembangkan
kemampuan siswa, jadi ya... siswa yang menjadi pusat dalam pembelajaran, mengutam
akan siswa”. Senin, 6 Februari 2017. Ibu Smrt :”Iya. Tujuan utama ke siswa karena siswa yang merupakan apa
ya.. sasaran yang kita tuju, kalau siswanya masih gojek ramai sendiri, mana tujuan akan masuk, jadi saya ke siswa dulu,
persiapannya terutama pada siswa. Materi bisa masuk kalau siswa itu sudah siap belajar.” Senin, 30 Januari 2017.
67
Di bawah ini adalah beberapa kegiatan dimana guru selalu aktif melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
gambar 5: siswa sedang berdikusi terkait pelajaran.
2. Penguasaan Konsep dan Bahan Pelajaran.
a. Penguasaan Materi Pembelajaran oleh Guru
Salahsatu faktor dalam keberhasilan dalam belajar yaitu ditunjang oleh kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran secara mendalam. Guru yang
mampu menguasai bahan pelajaran secara mendalam akan terlihat dalam menyampikan materi. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, semua guru
sudah menguasai bahan pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran. Salahsatunya terlihat di kelas lima, waktu pembelajaran matematika. Guru mampu
menjelaskan kebingungan siswa. Ketika ada siswa yang mengatakan: Ss
: “Itu bukan belah ketupat, tapi jajar genjang”. Guru
: “Apakah mas Al berganti nama ketika keluar dari kelas ini? Tidak kan? Ketika pelajaran atau ketika istirahat nama mas Al
tetap Al, tidak berubah, ya sama. Bagaimanapun, dimanapun,
68
dan kapan pun posisi bentuk belah ketupat, entah dipasang miring ke kanan atau ke kiri, namanya tetap belah ketupat,
entah itu menempelnya disini atau di luar namanya tidak akan pernah berubah, tetap disebut belah ketupat.
Penguasaan materi mata pelajaran salahsatunya dapat dilihat ketika guru mampu menjelaskan secara logis dan sistemik apa yang menjadi kebingungan
siswa dengan analogi yang sederhana sehingga siswa mampu memahami materi dengan mudah. Hal ini juga senada dengan pernyataan yang disampaikan oleh
Kepala Sekolah: ”Insya Allah. Karena kan sudah guru kelas jadi memang makanan pokoknya
sehari-hari terkait itu dan memang sudah menjadi tanggung jawabnya setiap guru harus menguasai pembelajaran agar tercapai hasil yang maksimal, jadi
ya setiap guru diwajibkan untuk menguasai pelajaran yang akan disampaikan. Dan ini kan mbak, guru sudah bertahun-tahun, berpuluh-puluh
tahun mengajar, jadi tentunya untuk soal materi atau bahan ajar sudah
dianggap bisa dan mampu.” Senin, 6 Februari 2017. Selain itu dari hasil wawancara beberapa siswa dari kelas satu sampai kelas
enam, sebagian besar siswa menyatakan bahwa ketika guru menerangkan materi pelajaran mereka paham apa yang dijelskan oleh guru. Sesuai dengan hasil
wawancara berikut ini: Why, siswa kelas 1
: “Iya, paham.” Senin, 30 Januari 2017. Dm, siswa kelas 2
:” Paham, pernah tidak paham tentang perkalian.” Kamis, 25 Januari 2017.
Dw, siswa kelas 3 : “Selalu paham.” Rabu, 8 Februari 2017.
Gz, siswa kelas 4B : “Iya, paham.” Kamis, 9 Februari 2017.
Ll, siswa kelas 5 : “Paham, selalu paham.” Rabu, 1 Februari 2017.
Arj, siswa kelas 6 : “Ya. Ada yang paham, ada yang tidak tapi
kebanyakan ya paham.” Jumat, 3 Februari 2017. Tts, siswi kelas 4A
: “Iya. Jelas. Pernah engga paham Matematika, awalnya enggak paham terus tanya Bu Guru,
69
dijelaskan lagi terus paham.” Jumat, 10 Februari 2017
Hld, siswa kelas 3B : “Paham.” Senin, 13 Februari 2017
Dari pernyataan siswa di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa paham ketika guru menjelaskan materi. Hal ini menjadi salahsatu parameter
bahwa guru mampu mengusai materi atau bahan pelajaran dengan baik dan mampu menampikan pembelajaran dengan baik sehingga para siswa mampu
memahami materi pelajaran. Hal di atas juga merupakan salah satu bentuk bahwa guru mampu menguasai konsep pembelajaran dengan baik.
Selain hal yang telah dipaparkan di atas, banyak prestasi yang didapat siswa baik akademik maupun non akademik, yang salahsatunya mendapat peringkat
pertama ketika Ujian Nasional 2016 Se- Kecamatan tahun 2016, juara satu lomba aritmatika tingkat nasional, juara satu olimpiade SAINS. Ini merupakan salahsatu
prestasi siswa yang tentunya terjadi berkat bimbingan guru. Kualitas guru terutama dalam penguasaan bahan pelajaran terbukti dari hasil wawancara yang
dilakukan oleh siswa dan juga prestasi-prestasi yang dihasilkan oleh siswa. Selain itu, ketika sekolah mengadakan Try Out pada tanggal 9 Februari, SD N 2 Sanden
menduduki peringkat pertama se Kecamatan Sanden.
b. Melakukan Kegiatan Pembelajaran yang Mengacu pada Rancangan
Pembelajaran.
Salah satu komponen yang penting dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah adanya konsep berkesinambungan antara apa yang diajarkan
dengan tujuan pembelajaran serta kesesuaian dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dijadikan acuan. Kegiatan pembelajaran tidak bisa lepas
70
dari koridor yang telah dirancang dan ditentukan yaitu dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, guru dalam menyampaikan materi kepada siswa sudah berpedoman terhadap RPP, rancangan pembelajaran yang
dibuat guru sudah sesuai ketika pembelajaran dilakukan, guru hanya menambahkan sedikit variasi dalam pembelajaran namun tidak memengaruhi
konten dari RPP yang telah dibuat oleh guru. Hal ini sesuai dengan guru kelas terkait hal di atas.
Bpk Sprdl: ”Eem... jelas untuk RPP adalah langkah persiapan yang dibuat oleh guru, dimana itu adalah langkah persipan yang tertulis maka itu
harus dilaksanakan. Kami bua t sendiri.” Sabtu, 4 Februari 2017.
Bpk Wyn: ”Iya. Ya RPP sebagai patokan. Ya satu semester itu sudah dibuat bersama-sama. Jadi setiap guru satu tema nanti dikumpulkan jadi satu
semester itu.” Rabu, 25 Januari 2017.
3. Penguasaan Penyusunan Perangkat Pembelajaran
a.
Membuat Rancangan Pembelajaran Sesuai dengan SK dan KD
Dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, salahsatu yang menjadi pertimbangan atau patokan guru tentunya Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tidak bisa terlepas dengan rencana pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya, pun
ketika dalam merancang kegiatan pembelajaran juga tidak bisa terlepas dari Standar Kompetensi dan Kopetensi Dasar. Hasil dari dokumentasi yang dilakukan
oleh peneliti ketika mengamati RPP Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran yang telah guru susun, sudah ada kesesuaian antara RPP yang dibuat dengan SK dan
KD yang dijadikan pedoman atau rujukan dalam pembuatan RPP. Ada
71
kesinambungan antara RPP dengan SK dan KD yang dipilih, jadi bisa disimpulkan bahwa guru dalam membuat RPP telah sesuai dengan kaidah dan
aturan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kepala Sekolah yang mengatakan.
”Iya. Sudah membuat silabus dan RPP, ada pelatihan bersama juga. Tentunya setiap pembelajaran membutuhkan RPP agar lebih terstruktur
kegiatan pembelajarannya. Kalau kesesuain dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ya tentu sudah disesuaikan dalam membuat RPP. Karena
akan susah ya kalau belum ada rancangan pembelajaran, jadi guru Insya
Allah selalu menyiapkan terlebih dahulu berupa RPP.” Senin, 30 Januari 2017.
Namun beberapa guru belum menggunakan RPP dalam proses
pembelajaran, Namun untuk kelas IV semester dua, guru belum menggunakan RPP dalam pembelajaran. Hal ini terjadi karena guru masih dalam proses
penyesuaian terhadap kurikulum yang baru dan juga belum ada buku panduan yang bisa dijadikan acuan dalam menyusun RPP. Sehingga dalam melaksanakan
pembelajaran, guru berpedoman terhadap SK dan KD. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Kepala Sekolah yang mengatakan:
”Materi kelas satu dan kelas empat kan kurikulum 2013 ya, jadi masih butuh penyesuaian dengan kurikulum yang baru. Tahun 2014 baru diulang
kembali, sedangkan anak harus diajak kreatif, dan kendalanya belum ada buku, jadi guru harus download dulu buku panduan di internet, dan masih
perlu bimbingan juga untuk guru melaksanakan pembelajaran yang berbasis K-
13.” Senin, 6 Februari 2017. Untuk kelas enam sudah tidak menggunakan RPP, hal ini karena untuk
materi kelas enam sudah selesai sejak awal semester dua, sehingga pada semester dua difokuskan dalam pelatihan soal-soal menghadapi Ujian Nasional. Hal ini
juga diutarakan oleh guru kelas enam, yaitu Ibu Ttk. “Iya, tapi untuk kelas enam, karena proses pembelajaran harus sudah
selesai materinya kejar target maka setelah selesai materi kan hanya latihan
72
soal terus menerus untuk melatih anak menghadapi Ujian Nasional sehingga tidak menggunak
an RPP”. Senin, 6 Februari 2017. Namun secara keseluruhan sudah ada sinkronisasi antara RPP yang
dibuat oleh guru dengan SK dan KD yang dijadikan acuan dalam pembuatan rancangan pembelajaran. Di bawah ini adalah salahsatu Rencana
Gambar 6 : salahsatu RPP yang dibuat oleh guru
b. Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran yang Sesuai.
Dalam pemilihan media pembelajaran banyak faktor yang dijadikan acuan guru dalam penggunaan dan mengembangkan media pembelajaran. Penggunaan
media dalam pembelajaran adalah hal yang penting, namun dalam pembelajaran tidak akan menggunakan media secara terus menerus, karena dengan selalu
73
menggunakan media padahal materi atau topik materi mudah dan memang tidak diperlukan media akan membuang waktu dan boros. Ada beberapa pertimbangan
dalam memilih media. Hal ini juga dijelaskan oleh beberapa guru kelas yang menjadi bahan pertimbangan para guru dalam memilih media pembelajaran, yang
diantaranya: Ibu Ttk
: “Sesuaikan dengan materi dan tentunya juga mempertimbangkan lingkungan. Jika materi perlu ada media, dan juga memungkinkan
untuk membuat media semaksimal mungkin menggunakan media”. Senin, 6 februari 2017.
Bpk Sprd : “Yang menjadi pertimbangan adalah hal em.... yang pertama anak yang kedua lingkungan, kemudian ma
teri yang disajikan.” Sabtu, 4 Februari 2017.
Ibu Smrt : ”Ya kesesuaian materi dengan tujuan yang ingin dicapai,
kemudian efektif tidak alat peraga yang saya gunakan kemudian faktor kesesuaian dengan umur. Ada yang globe sudah dikenalkan
di kelas 1, padahal kan kalau globe, siang malam saja ini kalau pergantiannya siswa itu bisa tapi kalo untuk menunjukkan bumi itu
nanti bilang iki kalo nang ngisor gimana Bu? nanti orangnya ndronjong?. Jadi kesesuain umur itu, eh kok kesesuaina umur
penerapannya sesuai harus tahap perkembangan siswa. Kalau di buku itu globe sudah diperkenalkan tapi kalau saya belum, tapi
kalau pergantian siang dan malam ada. Jadi ya sesuai dengan usia
anak dan ketepatan dengan tujuan.” Senin, 30 Januari 2017. Dari beberapa pemaparan oleh guru kelas dalam penggunaan media, ada
beberapa hal yang perlu untuk digaris bawahi dalam penggunaan media. 1
Kesesuaian dengan materi. Apabila terdapat materi yang membutuhkan media, maka guru berusaha untuk menggunakan media dalam proses
pembelajaran. Semua hal ini tentunya merujuk kepada seberapa efektif penggunaan media jika dikaitkan dengan materi. Penggunaan media yang
tidak sesuai dengan materi akan merugikan di berbagai aspek misalnya keefektifan waktu, biaya, dan juga tenaga yang dikeluarkan guru. Dan bisa
74
saja terjadi ketika guru memaksakan untuk menggunakan media padahal tidak sesuai dengan materi siswa tidak paham. Jadi kesesuaian sangatlah penting.
2 Faktor lingkungan dan anak. Lingkungan juga menjadi bahan pertimbangan
dalam memilih media, karena ada beberapa materi yang berhubungan dengan alam sehingga dalam penggunaan media dapat dilakukan dengan
memanfaatkan lingkungan. Selain itu faktor anak lebih spesifiknya terkait umur anak, media yang digunakan seyogyanya juga disesuaikan dengan
kemampuan anak atau tahap perkembangan anak. 3
Keefektifan. Keefektifan penggunaan media sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Media yang efektif akan sangat membantu baik guru
maupun siswa sendiri. Maka keefektifan menjadi hal yang sangat perlu dipertimbangkan.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, guru sudah menggunakan media dalam pembelajaran dengan sesuai, materi-materi yang
diajarkan oleh guru merupakan materi-materi yang membutuhkan media dalam pelaksanaannya. Guru terlihat terampil dalam penggunaan media dan siswa
terlihat antusias ketika guru menggunakan media pembelajaran. Menurut hasil wawancara dengan siswa, dapat diketahui bahwa guru sudah
menggunakan media pembelajaran ketika mengajar, walaupun instensitasnya berbeda-beda dalam setiap kelas.
Sry: “Ya..pakai gambar, video.” Senin, 30 Januari 2017. Ptr: “Iya, sering.” Rabu, 8 Februari 2017.
Gz: “Iya, gambar, foto.” Kamis, 9 Februari 2017. Hnf: “Iya, kadang-kadang.” 1 Februari 2017.
75
Sedangkan menurut kepala sekolah berpendapat bahwa penggunaan media lebih intens ketika kelas lima dan kelas enam.
”Untuk kelas lima dan enam, terutama untuk mata pelajaran IPA ya sering. Karena memang dibutuhkan media yang nyata untuk
mempermudah anak dalam menangkap materi. Harapannya dengan menggunakan media jadi lebih mudah. Namun yang lainnya belum
optimal.” Senin, 6 Februari 2017.
4. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran.
a. Penggunaan Metode Pembelajaran Bervariatif Saat Kegiatan
Pembelajaran Berlangsung
Metode pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan tahap
perkembangan siswa, maka proses pembelajaran akan terserap dengan baik oleh siswa itu sendiri. Metode merupakan kunci dalam kegiatan pembelajaran.
Keefektifan proses pembelajaran salahsatunya juga ditentukan dengan metode apa yang digunakan oleh guru dalam mengajar siswa. Ketika guru
menggunakan berbagai metode pembelajaran yang variatif, antuasias siswa meningkat. Maka dari itu, guru harus mampu melihat kebutuhan anak dalam
rangka pembelajaran dan juga mampu mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran yang ada agar anak dapat mengembangkan pengetahuan yang sesuai
dengan harapan. Menurut hasil observasi yang dilakukan peneliti semua guru telah
menggunakan metode pembelajaran yang variatif mulai dari ceramah, tanya- jawab, diskusi, eksperimen, dan penugasan. Hal tersebut juga selaras dengan hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Semua guru telah menggunakan berbagai metode pembelajaran. Diantara banyak metode yang digunakan guru,
76
metode ceramah merupakan metode pokok yang digunakan oleh guru dalam melakukan pembelajaran.
Ibu Smdrt: ”Kalau metode pokok ceramah mbak kalo di kelas 1, tapi selain ceramah dibantu oleh banyak banget, seperti yang saya terapkan
tadi emm.. ceramah, pengamatan, tanya-jawab, penugasan. Kami memberikan tugas atau PR. Jadi paling tidak ada empat atau lebih
dari tiga. Tapi yang pokok ceramah.” Senin, 30 Januari 2017. Ibu Ttk: “Yang jelas ceramah, kemudian juga ada eskperimen misalnya
membuat pelangi, membuat rangkaian seri, tentang tata surya. Selain itu ada juga tanya jawab, diskusi”. Senin, 6 Februari
2017.
Selain ceramah, biasanya guru banyak menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA karena materi untuk Sekolah Dasar masih erat kaitannya
dengan lingkungan sekitar sehingga metode eksperimen dianggap paling cocok oleh guru dalam proses pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan beberapa pendapat
siswa yang menyatakan bahwa pelajaran IPA biasanya guru mengadakan kegiatan di luar ruangan di luar kelas selama kegiatan tersebut dapat diakomodasi guru.
Kegiatan di luar kelas untuk mata pelajaran IPA ini biasanya melakukan pengamatan dan melakukan percobaan atau eksperimen. Berikut ini merupakan
jawaban siswa ketika diwawancara oleh peneliti. Ll
: “Biasanya diskusi, eksperimen IPA tentang tumbuhan, ciri-ciri daun.” Rabu, 1 Februari 2017.
To : “Iya. Pernah ngamati di luar kelas terus biasanya menggambar
IPA, belajar kelompok juga.” Senin, 13 Februari 2017. Tti
: “Iya, diskusi, ceramah, membacakan hasil diskusi, kaya pembiasan cahaya praktik di luar kelas. Jumat, 10 Februari 2017.
Banyak sekali variasi dalam penggunaan metode pembelajaran. Pembelajaran yang baik tidak sekedar ceramah saja namun juga menggunakan
bernagai metode pembelajaran juga diuraikan oleh siswa sebagai beikut:
77
Hnf : “nerangin di depan, diskusi, mengamati benda, tanya-jawab,
emm... maju di depan kelas nyocokin.” Rabu, 1 Februari 2017. Ptr
: “Menjelaskan di depan kelas, berkelompok, keliling, tanya- ja
wab.” Rabu, 8 Februari 2017. Nvl
:” Biasanya nerangin di depan kelas, diskusi, tanya-jawab.” Jumat, 3 Februari 2017.
Selain hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa, peneliti juga melakukan wawancara dengan kepala sekolah terkait metode apa saja yang
biasanya guru gunakan dalam proses pembelajaran, hal ini untuk memperkuat dari hasil wawancara dengan guru. Kepala sekolah di SD N 2 Sanden sering
melakukan keliling kelas untuk melihat proses pembelajaan di dalam kelas ketika berlangsung, sehingga tentunya kepala sekolah mengetahui metode apa saja yang
digunakan guru dalam mengajar. Menurut pemaparan dari kepala sekolah, guru menggunakan variasi metode dalam proses pembelajaran. Namun tetap ada
metode yang pokok yang digunakan oleh guru yaitu ceramah. Berikut ini merupakan pendapat dari Kepala Sekolah:
”Iya mbak. Biasanya ya ada ceramah juga iya, tugas, terus apa itu melakukan penelitian itu, emmm... eksperimen terus membuat produk juga,
tanya jawab sudah pasti. Ya... guru sudah melaksanakan berbagai metode dalam mengajar. Tapi tetap ada yang paling pokok dalam menggunakan
metode, misalnya ceramah harus selalu ada. Secara keseluruhan guru sudah menerapkan berbagai metode yang mendukung dalam rangka memudahkan
anak dalam memahami materi.” Senin, 6 februari 2017. Baik guru maupun kepala sekolah menyadari bahwa dalam melakukan
kegiatan pembelajaran ceramah merupakan metode yang tidak bisa ditinggalkan, sehingga para guru walaupun menggunakan banyak metode, beberapa guru
menganggap metode ceramah merupakan metode yang tidak bisa ditinggalkan. Tentunya dalam pembelajaran guru mendapatkan hambatan, salahsatunya
mengenai implementasi metode yang digunakan guru. Beberapa kesulitan guru
78
dalam mengimplementasikan metode tersebut adalah: siswa mudah bosan jika hanya menggunakan metode ceramah, sehingga guru menggunakan berbagai
metode, jika guru tidak memahami metode yang digunakan maka implementasi akan susuah terhambat. Hal ini sesuai dengan pendapat guru kelas yang
mengatakan: Ibu Ksw ”Kalau metode ceramah itu masalahnya anak bosen, jadi
paling baik itu diselang-seling ada metode diskusi. Jadi kurikulum 2013 ini kan anak kan mbak yang menentukan, bukan guru yang ngajar. Anak-anak
menemukan sendiri.” Selasa, 31 Januari 2017. Ibu Ttk: “Kalau guru pandangannya tidak luas, maka untuk
mengimplementasikan metode tersebut agak susah. Apalagi ada anak yang malas, maka guru harus mampu mengarahkan siswa untuk tetap bisa
mengikuti pelajaran.” Senin, 6 Februari 2017.
b. Pengelolaan Kelas Ketika Pembelajaran Berlangsung
Indikator untuk menjadi guru profesional salahsatunya terkait pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu mengenai kemampuan guru dalam mengelola kelas
ketika pembelajaran berlangsung. Kemampuan guru dalam mengelola kelas tidak akan terlepas dari tanggung jawab guru sebagai pendidik. Tuntutan profesionalitas
tidak hanya sekedar terkait kemampuan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran atau penguasaan materi secara mendalam, namun jauh dari itu tugas
guru juga dilihat bagaimana efektifitas pegelolaan kelas itu sendiri. Sehingga hal pokok seperti yang tercantum di atas tidak bisa dikesampingkan.
Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti selama beberapa kali, semua guru mampu mengelola kelas ketika pembelajaran berlangsung. Guru mampu
membuat pembelajaran berjalan secara kondusif, walaupun ada siswa yang susah untuk fokus terhadap materi pelajaran atau siswa ramai sendiri, guru mempunyai
cara tersendiri untuk menangani siswa-siswa tersebut. Misalnya selalu bertanya
79
apakah pekerjaan sudah selesai dan mengontrol lebih ketat bagi siswa-siswa dalam kategori “istimewa” di mata guru. Karena selama satu semester lebih guru
menghadapi siswa-siswanya sehingga guru tahu setiap kepribadian siswa dan bagaimana cara penanganannya. Namun juga perlu digasrisbawahi, bahwa guru
akan membiarkan siswa tidak memperingatkan ketika siswa siswa ramai dalam konteks membahas materi pelajaran. Misalnya saja ketika melakukan eksperimen
atau percobaan. Guru dapat mengelola kelas dengan baik juga didasari oleh beberapa faktor,
misalnya guru telah mengetahui karakakteristik setiap siswa, guru mengetahui kebutuhan siswa sehingga penanganan dalam kelas bisa baik. Hal ini sesuai
dengan hasil waancara yang peneliti lakukan kepada guru. Ibu Ynt: ”Ya Insya Allah, kan menjadi guru harus menyelidiki psikologi
anak, saya bisa meneriman anak 2 bulan. Jadi anak ini karakternya ini, kemudian mid semester pertama baru tahu terus dilanjut setelah
mid semester anak tahu kekurangan apa. Maka mid semester sangat dibutuhkan anak sampai dimana pemaha
mannya.” Kamis, 16 Februari 2017.
Seringkali siswa tidak dapat fokus terhadap pelajaran. Ini merupakan salahsatu hambatan ataupun kesulitan yang dialami guru. Maka dari itu, cara
untuk mengembalikan kefokusan siswa agar kembali fokus terhadap materi yang diajarkan dengan cara memanggil siswa tersebut kemudian memberikan
pertanyaan kepada siswa, hal ini sebagai pancingan terutama di kelas satu, dimana anak-anak kelas satu untuk duduk tenang memperhatikan tidaklah mudah,
sehingga kerap sekali guru melempar pertanyaan kepada beberapa siswa yang kefokusannya sudah mulai hilang. Hal ini juga senada yang dikatakan oleh guru
kelas satu Ibu Smrt yang menyatakan
80
”Ya pertama saya panggil namanya yang kedua saya beri pertanyaan untuk mengetahui umpan balik, iya to, tadi saya bicara apa atau
menanyakan apa, kan geragapan anak yang tidak memperhatikan. Itu semua agar anak fokus untuk pelajaran, kosentrasi itu memang diperlukan.
Hehehe.” Senin, 30 Januari 2017. Selain itu, menurut hasil wawancara dengan siswa, ketika ada salahsatu
temannya yang tidak mau memperhatikan atau ramai sendiri maka guru juga tidak tinggal diam, dan tetap meneruskan pembelajaran, namun guru juga menasihati
siswa-siswa. Seperti pernyataan siswa di bawah ini. Hld: “Ya dikasih tahu kalau tidak boleh ramai. Dikasih pertanyaan kadang.”
Senin, 13 Februari 2017. Arj: “Biasanya kalau ada yang ramai disuruh membaca, yang tidak
memperhatikan juga disuruh membaca.” Jumat, 3 Februari 2017. Dw: “Dinasehati terus disuruh diam. Engga pernah marah kalau ramai.
Cuma dipanggil namanya biar fokus lagi.” Rabu, 8 Februari 2017.
c. Melakukan Evaluasi Akhir
Guru telah melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menangkap materi pembelajaran. Evaluasi ini ada yang dilakukan hari itu juga ada
menunggu sampai satu KD selesai baru guru melakukan evaluasi. Biasanya kegiatan evaluasi ini sering disebut sebagai ulangan harian ketika dilakukan
setelah selesai semua materi dalam satu KD. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, setiap selesai pembelajaran guru melakukan evaluasi baik lisan
maupun tertulis, hanya ada satu guru yang tidak melakukan evaluasi karena waktunya tidak mencukupi, sehingga guru tidak melakukan evaluasi. Hal ini
diperkuat dengan pendapat guru yang menyatakan: Ibu Smrt guru kelas 1: ”Setiap akhir pembelajaran dan juga seminggu
sekali, kalau tematik itu seminggu sekali, setiap hari Sabtu dan ini kan bukan hari sabtu jadi masih pembelajaran. Biasanya lisan atau
seperti yang saya tulis ini, lisan juga untuk penilaian, kemudian
81
nanti terus saya nilai atau ada tindak lanjut juga kayak PR.” Senin, 30 Januari 2017.
Ibu Ttk wali kelas 6: “Iya mbak. Nanti sudah ada programnya. Sudah dirancang dalam RPP, biasanya berupa ulangan harian atau
evaluasi berbentuk lisan di akhir pembelajaran”. Senin, 6
Februari 2017. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh siswa kelas 1 dan kelas 6
yaitu: Why siswa kelas 1: “Iya.” Jumat, 3 Februari 2017.
Nvl siswa kelas 6: ”Iya. Biasanya soal evaluasi abis diterangin. Biasanya soal paling banyak 50, tapi kadang ada 20, 25, 40.” Jumat, 3 Februari
2017.
Menurut hasil wawancara kepala sekolah, Kepala Sekolah menyatakan: “Iya, pasti. Karena untuk mengetahui pemahaman anak terkait
pelajaran yang pernah disampaikan, jadi untuk mengevaluasi juga siapa anak yang sudah mampu, dan anak yang belum mampu. Tapi teknik dan tata
cara pelaksanaan juga berbeda setiap guru, jadi untuk pelaksanaan menjadi kewenangan guru dalam melakukan evaluasi tersebut. Tapi, kalau evaluasi
ya pasti ada
mbak.”Senin, 6 Februari 2017.
d. Mengetahui Kebutuhan Anak Didik yang Berkaitan dengan Kegiatan
Pembelajaran
Menurut hasil observasi, semua guru mengetahui apa yang siswa butuhkan dalam rangka pembelajaran. Guru mengetahui siswa yang masih perlu
mendapatkan bimbingan dan mana yang dalam menangkap materi sudah jelas. Misalnya saja seperti kasus yang ada di kelas satu, dimana salahsatu siswa
mengalami gangguan dalam pendengaran, sehingga guru harus lebih intens membimbing siswa tersebut dengan cara memberikan jam tambahan pada siswa
yang bersangkutan setelah selesai jam pelajaran sekolah. Hal ini dikatakan oleh wali kelas satu:
82
Ibu Smrt: ”Itu ada anak yang pendengarannya kurang, katanya itu cacatnya sejak lahir, kan bulan Agustus ada imunisasi, dari pihak puskesmas
bilang harus rutin ke puskesmas. Terus saya bilang ke orangtuanya, dan orangtuanya sudah menyadari. Sampai teman-temannya itu
bilang ingus kok lewat telinga, maka saya suruh untuk menutup kapas tapi samapi sekarang belum. Saya suruh duduk di depan
tidak mau, saya suruh maju tidak mau, pokoknya maunya duduk di belakang. Kalau dipaksa malah nangis, jadi engga mau nulis.
Aduhh. Ya saya pokoknya mau masuk sekolah dulu. Targetnya mau masuk sekolah dulu. Nilainya masih banyak yang di bawah
KKM itu. Kalau menyalin sudah bisa, kalau membaca belum karena belum hafal huruf. Dari hasil ulangan lha kok malah
semakin di bawah KKM, maka saya harus memberikan bimbingan sampai dia itu setidak-tidaknya setingkat dengan KKM, ya
mungkin soalnya lebih mudah daripada yang dikerjakan oleh teman-teman. Itu sama dengan yang lainnya, kalau hasil ulangan
masih kurang saya berikan jam tambahan.” Senin, 30 Januari 2017.
Selain hal di atas, dari hasil observasi, guru akan lebih memberikan
penekanan kepada siswa yang masih butuh bimbingan apalagi untuk kelas enam. Guru selalu meyakinkan satu per satu siswa bahwa setiap soal yang mereka
kerjakan sudah bisa dipahami dengan baik. Guru selalu menganalisis hasil pekerjaan siswa sehingga guru mengetahui materi apa saja yang menjadi
kelemahan siswa sehingga guru bisa meningkatkan hasil belajar siswa setelah mengetahui materi yang perlu ditekankan lagi.
Selain itu, waktu di kelas lima ada siswa yang tangannya luka karena mengalami kecelakaan, maka dari itu guru membolehkan siswa untuk membawa
gadget agar lebih mudah ketika menulis. Hal tersebut merupakan salahsatu indikator bahwa guru mengetahui kebutuhan siswanya.
Hal di atas juga sesuai dengan hasil wawancara dari Kepala Sekolah yang menyatakan:
83
“ Ya sebetulnya pasti mbak. Iya tapi ada satu atau dua kurang pasti ya, karena anak sebanyak itu, jadi ada satu atau dua yang guru tidak bisa detail tahu.”
Senin, 6 Februari 2017.
5. Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran.
a. Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran Komputer, LCD
Dalam kegiatan pembelajaran, tidak semua guru menggunakan teknologi pembelajaran. Ada dua guru yang belum pernah menggunakan laptop dalam
kegiatan pembelajaran yaitu di kelas 3A dan 4B. Keterbatasannya guru dalam menggunakan teknologi dalam pembelajaran
bukan karena ketidakmauan guru, namun ada beberapa faktor yang memengaruhi, diantaranya: faktor usia, tidak semua kelas ada fasilitas LCD. LCD hanya terdapat
pada kelas enam selain itu kemampuan guru dalam mengoperasikan laptop yang terbatas.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa. Guru kelas lima dan guru kelas enam sering menggunakan laptop atau LCD ketika
pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan salahsatu siswa kelas lima dan yang menyatakan:
Nvl siswa kelas 6: “Ya, pakai. Biasanya kalau semester dua udah mau mendekati ujian biar tambah paham.” Jumat, 3 Februari 2017.
Hnf siswa kelas 5: “Kalau biasanya pak Pardal pakai laptop tapi tidak untuk anak-
anak, jadi buat diri sendiri.” Rabu, 1 Februari 2017. Untuk beberapa guru selain kelas lima dan enam, guru menggunakan laptop
dalam pembelajaran walaupun intensitasnya rendah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan siswa yang menyatakan:
Ltf kelas 2: “Pernah, tapi jarang.” Kamis, 26 Januari 2017. Tti kelas 4a: “Iya, tapi jarang.” Jumat, 10 Februari 2017.
84
6. Kemampuan Dalam Melaksanakan Tugas Non-Akademik.
a. Pelaksanaan Tugas Administrasi Sekolah
Selain tugas akademik, guru juga melakukan tugas non-akademik, diantaranya membuat SKP Sasaran Kerja Pegawai, hal ini sesuai pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti pada minggu kedua bulan Januari. Selain adanya SKP salahsatu guru juga mengurus tabungan siswa. SD N 2 Sanden bekerjasama
dengan salahstau bank di Bantul membuat program tabungan siswa yang pengelolaannya melibatkan guru.
Gambar 7: Bentuk buku tabungan siswa. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan guru di SD N 2 Sanden terkait
pengelolaan administrasi. Bpk Sprdl : “Ya, BP penilaian, membuat kerja tahunan, silabus, data anak.”
Sabtu, 4 Februari 2017. Ibu Ynt : ”Harus to mbak, kewajiban guru. Biasanya kendalanya soal
waktu.” Kamis, 16 Februari 2017.
85
Hal tersebut juga didukung dari hasil wawnacara dengan Kepala Sekolah yang menyatakan:
“ Iya. Misalnya SKP Sasaran Kerja Pegawai itu. SKP itu sebenarnya tugas untuk saya, saya menilai bagaimana kinerja guru,
contohnya sertifikasi. Tetapi saya melibatkan guru, untuk mengumpulkan data.
Terus apa lagi ya, ada membuat program pembelajaran.” Senin, 6 Februari 2017.
b. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan Konseling ini dilaksanakan oleh semua guru. Guru kelas selain sebagai pendidik dalam hal melakukan proses pembelajaran untuk siswa
juga sebagai fasilitator dalam rangka pembinaan siswa yang membutuhkan bantuan. Guru kelas memegang fungsi ganda. Semua guru kelas di SD N 2
Sanden mempunyai peran dan tanggung jawab untuk membimbing dan melakukan konseling ketika ada masalah atau anak memerlukan bantuan. Hal ini
selaras dengan pernyataan beberapa guru yang menyatakan: Bpk Wyn: ”Ya, pernah. Untuk biasanya untuk anak yang bandel, yang suka
menganggu teman. Pembelajarannya jadi kurang nyaman karena itu loh.” Rabu, 25 Januari 2017.
Ib u Ksw: ”Iya, pernah, iya, selalu. Dilakukan di dalam kelas atau pas
istirahat terus saya penggil sendiri.” Selasa, 31 Januari 2017. Ibu Ynt: ”Iya sering bagi anak-anak yang bermasalah dengan belajar,
kesehatan, dengan orang tua. Bagi anak-anak yang berkebutuhan lain. Saya sering ketemu dengan orang tua jadi kangsen dengan
wali.” Kamis, 16 Februari 2017. Selain itu menurut pendapat dari kepala sekolah, menyatakan bahwa:
Ibu Swnt: ”Iya, dan biasanya guru kelas mengadakan sendiri. Inisiatif biasanya mbak, biasanya bimbingan ini terkait masalah anak.
Nanti kalau sekiranya guru kelas sudah tidak mampu maka menjadi tanggun jawab bersama. Biasanya saya meminta tolong
Pak Wi untuk mengatasi juga, karena beliau kan guru yang disegani oleh anak-anak, dipatuhi oleh anak-anak, jadi saya sering
meminta bantuan kepada beliau ketika ada anak, terutama anak
86
yang bermasalah ya untuk dibimbing oleh Pak Wi. Dulu kan pernah ya ada kasus kelas enam, dipoyoki diejek karena dia
paling tua di kelas, pernah tidak naik kelas jadi sering dipoyoki sama teman-temannya. Terus ketika itu saya melihat terus
berusaha menenangkan. Akhirnya saya pisah anaknya itu, saya suruh dia menunggu di ruang kepala sekolah, terus saya balik lagi
ke kelas enam untuk menenagkan, untuk memberi nasihat, saya bilang ke anak-
anak “Sesama teman apa boleh seperti itu?Apakah baik? Dia juga teman kamu, tidak sepantasnya kalian
memperlakukan dia seperti itu. Mereka juga bilang nggeh Bu, nggeh Bu, karena masih anak-anak ya mbak, apalagi yang laki-
laki, nggeh Bu, nggeh Bu terus kalau dinasehati. Hehehe. Terus saya balik ke ruang kepala sekolah untuk menasihati anak yang
bersangkutan, harus lebih dewasa karena dia paling tua di kelas. Tidak perlu berkecil hati, tidak perlu dimasukkan hati kata-kata
dari temenmu itu. Kalau ada apa-apa, misalnya dipoyoki lagi tidak perlu melawan, langsung cari Ibu, atau guru kelas lainnya. Pasti
Bapak dan Ibu guru siap membantu. Ya seperti itu mbak, terus saya suruh balik ke kelas lagi. Ya namanya masih anak-anak jadi
wajar. Senin, 6 Februari 2017.
Bimbingan dan Konseling ini tidak hanya sekedar menangani masalah atau keluhan siswa, namun juga keluhan bagi orang tuas atau wali siswa. Sekolah
menyedikan ruang untuk para orang tua maupun wali siswa untuk melakukan sharing terkait dengan siswa dan lain-lain. Selain itu guru juga melakukan home
visit atau kunjungan ke rumah-rumah siswa sebagai salah satu program sekolah. Di SD N 2 Sanden juga menerapkan konseling sebaya untuk kelas satu sampai
kelas enam. Namun konseling ini khusus menangani kesehatan, seperti bagaimana mandi yang benar, menggosok gigi yang baik, mencuci tangan yang baik dan lain-
lain. Berikut merupakan catatan dari sekolah mengenai pelaksaan bimbingan dan konseling yang dilakukan di SD N 2 Sanden.
87
Gambar 8: Catatan Konseling SD N 2 Sanden.
7. Kemampuan Melakukan Penelitian untuk Meningkatkan Profesionalitas
a. Melakukan Penelitian Ilmiah atau Membuat Jurnal Ilmiah untuk
Menunjang Kemampuan Profesional
Tidak semua guru pernah atau telah melakukan penelitian ilmiah atau membuat jurnal. Hal ini juga dilandasi oleh beberapa faktor. Salahsatunya waktu
88
kerja para guru yang sudah mau habis karena hanya menunggu beberapa tahun saja, banyak guru akan pensiun sehingga ketika akan melakukan penelitian
banyak yang menjadi pertimbangan terutama terkait waktu, tenaga, dan pikiran. Hal ini diperkuat dengan pendapat kepala sekolah yang menyatakan:
”Untuk penelitian ilmiah bagi yang sepuh tidak ya mbak. Karena memang faktor usia juga dan saya merasa kasihan kalau sudah sepuh harus
dioso-oso untuk melakukan hal itu, jadi kalau guru yang muda-muda itu yang saya selalu dorong untuk terus mengembangkan kemampuannnya
karena masa depannya masih panjang, kayak Ibu guru kelas satu itu. Itu kan guru muda, jadi kalau ada apa-apa saya yang terus mendorong beliau agar
istilahnya aktif gitu.” Senin, 6 Februari 2017. Dari pemaparan kepala sekolah seperti yang disampaikan di atas, dapat
diketahui bahwa guru yang melakukan penelitian baru satu orang guru sedangkan guru yang lainnya tidak atau belum melakukan penelitian seperti PTK atau
membuat jurnal ilmiah yang dikarenakan masa kerja yang mulai habis dan sudah tua. Hanya terdapat satu guru yang pernah melakukan penelitian ilmiah yaitu PTK
pada tahun 2016, yaitu Ibu Smrt wali kelas satu. Berikut ini merupakan salahsatu dokumen hasil penelitian yang dilakukan oleh guru kelas satu, Ibu Smrt.
89
Gambar9: Penelitian yang Dilakukan Salahsatu Guru di SD N 2 Sanden.
B. Pembahasan