Analisa Bangunan  Analisa Bentuk

MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 86 - Kebutuhan Parkir 1. Roda Empat Berdasarkan buku “Sistem Bangunan Bertingkat”, standar parkir untuk bangunan peribadatan, satu mobil dihitung tiap 100 m² luas lantai bruto, maka: Kapasitas parkir mobil = 10.728,96 m² : 100 m² = 107,2 = 110 mobil Standar tiap mobil adalah 12,5 m², maka: Luas pelayanan parkir = 110 x 12,5 m² = 1.375 m² Sirkulasi 20 = 275 m² Total = 1.650 m²

2. Roda Dua

Kebutuhan luas parkir roda dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa pengguna yang menggunakan kendaraan Roda Dua adalah 150 dari total jemaah dengan standar parkiran roda dua 2m² kendaraan. Maka: Luas kebutuhan parkir roda dua = 150 x 7.660 jemaah = 153 x 2 m² = 306 m² Sirkulasi 20 = 61,2 m² Total = 367,2 m² Jadi, luas total bangunan dan area parkir adalah, Luas area bangunan 10.728,96 m² Area parkir roda empat 1.650 m² Area parkir roda dua 367,2 m² Total area bangunan dan parkir 12.746,16 m²

4.2.5. Analisa Bangunan  Analisa Bentuk

Analisa bentuk bangunan adalah suatu penganalisaan terhadap karakter maupun visualisasi yang akan ditampilkan pada bangunan. Bentuk merupakan penghubung ruang Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 87 dalam dengan lingkungan luar bangunan. Bentuk terdiri atas elemen-elemen seperti ukuran, warna, tekstur, posisi, orientasi, dan massa. Semua elemen ini bertujuan untuk mewujudkan citra dan tampilan bentuk bangunan. Jenis bentuk yang dapat diterapkan dalam rancangan, sebagai berikut : a. Segitiga, bentuk yang dapat menunjukkan stabilitas. Apabila terletak pada salah satu sisinya, segitiga merupakan bentuk yang sangat stabil. Jika diletakkkan berdiri pada salah satu sudutnya, dapat menjadi seimbang bila terletak dalam posisi yang tepat pada suatu keseimbangan, atau menjadi tidak stabil dan cenderung jatuh ke salah satu sisinya. b. Bujur sangkar, bentuk yang menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah tertentu. Bentuk- bentuk segi empat lainnya dapat dianggap sebagai variasi dari bentuk bujur sangkar. Seperti segitiga, bujur sangkar bila berdiri pada salah satu sisinya tampak stabil dan dinamis bila berdiri pada salah satu sudutnya. c. Lingkaran, bentuk yang terpusat. Berarah ke dalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya. Penempatan sebuah lingkaran pada suatu bidang akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros. Menempatkan garis lurus atau bentuk-bentuk bersudut lainnya atau unsur menurut arah kelilingnya, dapat menimbulkan perasaan gerak putar yang kuat. Kriteria tampilan bentuk bangunan sebagai berikut : a. Landmark, menciptakan tampilan baru dalam lingkungan tapak. b. Filosofi. c. Tema. d. Wujud karakter yang mengundang, sederhana, jujur, dan kuat. Kriteria Bentuk Dasar Bangunan Kesesuain Bentuk Site Baik Baik Kurang Baik Orientasi Bangunan Baik, Orientasi Jelas Baik, Orientasi ke Segala Arah Tidak Jelas Tabel 4.12. Analisa Bentuk Bangunan Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 88 Efesiensi Ruang Efesien Kurang Efesien Tidak Efesien Efesiensi Struktur dan Konstruksi Bangunan Lebih Mudah Cukup Sulit Mudah Kesan yang Ingin Dicapai Baik Baik Kurang Baik Ekonomi Bangunan Lebih Hemat Hemat Tidak Ekonomis KELUARAN: Berdasarkan faktor-faktor di ata, maka bentukan yang di ambil adalah persegi. Hal ini juga sesuai dengan optimalisasi denah sehingga mengurangi ruang kosong yang tidak berguna.  Orientasi dan View Dalam perencanaan Masjid ini, sudut pandang terhadap penampilan bangunan sangat penting. Hal ini akan mempengaruhi penampilan kemampuan komunikasi dengan pengunjung. Penentuan sudut dipengaruhi oleh : • Jarak pandang pengunjung • Jarak antar bangunan dan bentukan massa • Lokasi tapak perencanaan • Aktifitas yang berlaku dalam bangunan • Bentuk yang ingin disampaikan.  Sirkulasi dan Penzoningan - Sirkulasi Sirkulasi adalah suatu pencapaian yang dilakukan manusia untuk mencapai fungsi-fungsi yang diinginkan di dalam bangunan. Ditinjau dari sistem bangunan, sirkulasi dibedakan atas sirkulasi horizontal dan vertikal. Sirkulasi horizontal dilakukan di dalam satu lantai sedangkan yang vertikal dilakukan untuk mencapai dari lantai ke lantai lainnya. Sirkulasi horizontal yang digunakan pada Masjid yaitu sirkulasi radial, karena pengunjung dapat menyebar ke berbagai massa bangunan dengan adanya satu titik kumpul. Sedangkan sirkulasi vertikal yang digunakan adalah tangga. Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 89 Objek Gambar Keterangan H O R I Z O N T A L Linear Semua jalan pada dasarnya linear. Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama untuk satu sederet ruang-ruang. Di samping itu jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, berbentuk putaran loop. Radial Konfigurasi radial memiliki jalan yang lurus yang berkembang dari atau berhenti pada sebuah pusat, titik bersama. Sebuah konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal yang menerus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah. H O R I Z O N T A L Grid Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan- kawasan ruang segi empat. Jaringan Suatu konfigurasi jaringan terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu di dalam ruangan. Tabel 4.13. Analisa Sirkulasi di Dalam Site Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 90 V E R T I K A L Tangga a. Pencapaian terbatas b. Waktu tempuh relatif lama c. Alternatif pencapaian pada saat darurat d. Memerlukan tenaga

4.2.4 Analisa Teknologi  Struktur dan Konstruksi