Masjid Agung Roma – Italia

MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 54

3.6.3. Masjid Agung Roma – Italia

Luas lahan : 29.915 meter persegi Luas Bangunan : 19.708 meter persegi Islamic Center : 19.592 meter persegi Bangunan tambahan : 3.116 meter persegi Dana Pembangunan : 15 Milyar Lira Italia Kapasitas Ruang Sholat Utama : 2000 Jemaah Kapasitas Ruang Sholat khusus wanita : 500 jema‟ah Kapasitas Ruang Konfrensi : 400 tempat duduk Kapasitas Raung Banquet : 250 orang Kapasitas Ruang Mushola : 150 jemaah Masjid Agung Roma berada di utara kota Roma. Berjarak sekitar 5 kilometer dari inti kota yang paling bersejarah di kota Roma. Berada di distrik Parioli yang merupakan kawasan bangunan bangunan apartemen hunian menengah ke atas yang dibangun diantara tahun 1950 hingga 1970-an. Letak persisnya berada di ujung taman Villa Ada Park yang luas yang terdiri dari gunung Monte Antenne yang sangat lekat dengan legenda masa lalu terkait dengan sejarah pendirian kota Roma. Sebagaimana disebutkan dalam laporan ahir arsitek sekaligus konsultan pembangunan Masjid Agung Roma, Sami Maosawi untuk Aga Khan Award for Architecture pada tanggal 6 Januari 1998, pembangunan Masjid Agung Roma merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi muslim Roma begitupun bagi para pembangunnya, mengingat signifikansi sejarah kota Roma hingga menyangkut masalah sosial dan politik Gambar 3.23. Masjid Agung Roma dari Udara Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 55 disana, menjadikan pembangunan masjid ini menyita begitu banyak perhatian dari berbagai pihak baik yang pro maupun konta. Keseluruhan proses pembangunan masjid ini bahkan memakan waktu begitu lama hingga mencapai 20 tahun, sejak pertama digulirkan tahun 1975 sampai ahirnya benar benar berdiri di tahun 1995 lalu. Sampai sampai proses perencanaan, pembangunan hingga peresmian masjid ini menjadi salah satu bangunan yang paling banyak menyita publikasi dunia di abad ke 20. Di tahun 1975, atas nama pemerintah Italia, dewan kota Roma menghibahkan lahan seluas 30 ribu meter persegi bagi pembangunan Masjid dan Pusat kebudayaan Islam kota Roma. Lahan tersebut berlokasi di kaki gunung Antenne berbatasan dengan jalur kereta api di salah satu sisi lahannya dan ruas jalan Via G Pezzana di sisi lain nya. Di tahun yang sama Dewan direktur Pusat Kebudayaan Islam menyelenggarakan Kompetisi Internasional bekerjasama dengan dewan juri yang memiliki pengalaman internasional terkait Arsitektur dan budaya Islam. Dari 42 peserta kompetisi tersebut terpilih hasil rancangan Arsitek Irak Sami Mousawi dan Firma Arsitek milik Paolo Porotgeshi Vittorio Gigliotti. Dewan Direktur kemudian meminta kedua firma Arsitek tersebut untuk bekerjasama merancang merancang proyek pembangunan Masjid Agung dan Pusat Kebudayan Islam Roma. Hasil rancangan kedua firma arsitek kawakan tersebut disetujui oleh Dewan Direktur Pusat Kebudayaan Islam pada bulan Oktober 1976. Di bulan Februari 1979 rancangan ahir masjid tersebut disetujui oleh dewan kota Roma dengan berbagai perubahan termasuk mengurangi luasan ruang sholat utama, mengurangi Gambar 3.24. Interior Masjid Agung Roma Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 56 ukuran kubah utama yang ahirnya dibuat sebuah kubah utama yang dikelilingi rangkaian kubah kubah kecil. Keseluruhan dokumentasi tender proyek pembangunan sudah diselesaikan oleh dua firma tersebut dan seyogyanya proses pembangunan dimulai pada bulan Juli 1979 namun kemudian dibatalkan karena berbagai alasan sosial dan politik. Pengajuan ulang kepada dewan kota dilakukan lagi pada tahun 1983 dengan lagi lagi berbagai revisi rancangan termasuk pengurangan tinggi menara dan ahirnya disetujui oleh dewan kota Roma. Proses pembangunan mulai dilaksanakan pada 11 Desember 1984 ditandai dengan upacara peletakan batu pertama oleh Presiden Italia saat itu, Alessandro Pertini. Kontrak pembangunan diserahkan kepada kontraktor di kota Roma, Fortunato Federici. Paolo Portoghessivittorio Gigliotti ditunjuk ulang sebagai pengawas pelaksanaan pembangunan sedangkan Sami Maosawi bertindak sebagai konsultan. Keseluruhan proses pembangunan selesai dilaksanakan pada bulan Januari 1995. Keseluruhan proyek pembangunan tersebut menghabiskan dana sebesar L 59 Milyar Lira Italia atau sekitar L 3 juta Lira untuk setiap meter perseginya. Hasil rancangan akhir Pusat Kebudayaan Islam tersebut terdiri dari sebuah komplek bangunan le ngkap dengan Masjid Jami‟ yang di rancang berdiri sepanjang sisi ruas jalan Via G. Pezzana dengan daya tampung 2500 jemaah. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas lengkap sebagai Pusat Kebudayaan Islam termasuk didalamnya ruang sholat kecil untuk keperluan sehari hari, perpustakaan berisikan buku buku Islam, auditorium berkapasitas 400 tempat duduk, ruang pameran, ruang resepsi, ruang konfrensi serta ruang administrasi. Gambar 3.25. Kubah utama Masjid Agung Roma Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 57 Keseluruhan Fasilitas Pusat Kebudayaan Islam ini dibangun berupa bangunan gedung memanjang dua lajur di belakang bangunan masjid menghasilkan garis latar horizontal antara masjid Gunung Monte Antenne. Dua garis tersebut kemudian menumpuk untuk mengakomodir sisi sisi lengkungan kubah dan bangunan masjid, dan di lengkapi dengan halaman tengah diantara keduanya. Sisa lahannya yang luas di gunakan sebagai lahan parkir dan area taman yang kemudian juga ditanami dengan 100 batang pohon Pinus Roma yang di budidayakan dewan kota Roma dari Gunung Monte Antenne. Berbagai teknik pengerjaan bangunan di aplikan dalam pembangunan komplek Masjid Agung ini termasuk terknik teknik yang biasa digunakan dalam pembangunan Mausoleom Romawi dan bagian dari Antonio da Sangello di Istana Farnese dan Oratorio di S. Filippo O Neri oleh Borromini, teknik ini dipilih karena keterikatan sejararahnya dengan kota Roma, begitu pula dengan tampilan elegan nya. Garis garis tegas melintang pada jendela dan atap atap yang mengerucut melengkapi intergrasi kontekstual keseluruhan komplek pusat kebudayaan Islam ini. Bangunan masjid yang menjadi focal point dari komplek ini dibangun berdenah segi empat sebagai sebuah aula besar dengan kubah utama, dengan beberapa lorong dan pekarangan luar yang digunakan sebagai penghubung antara ruang sholat utama dengan aktivitas kebudayaan di sekitarnya. Dalam sebuah simposium tentang arsitektural Italia terkini yang diselenggarakan di London pada tahun 1991, Potoghesi menjelaskan konsep tak biasa yang dipakainya dalam merancanga pilar pilar di Masjid Agung Roma. Gambar 3.26. Sistem pencahayaan alami di dalam masjid agung Roma Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 58 Portoghesi merasa bahwa tak ada simbol lain yang teramat kuat untuk dapat mengekspresikan integritas keberagaman Islam selain menyimbolkannya dalam bentuk batang pohon, dahan, cabang serta dedaunan pepohonan. Sebagaimana islam yang ada di berbagai negara di belahan bumi manapun dengan segala macam keberagamannya namun tetap satu sebagai satu kesatuan. Gambar 3.27. Interior Masjid Agung Roma – Italia Gambar 3.28. Simbolik pepohonan dengan rangkaian batang dan ranting benar benar tercermin dalam interior Masjid Agung Roma Gambar 3.29. Rangkaian interior di bawah kubah utama Masjid Agung Roma Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 59 Rangkaian pilar di dalam Masjid Agung Roma ini seolah olah sebagai deretan pohon pohon kurma dengan pelepah pelepahnya yang menjulur lalu daun daunnya yang kemudian membentuk sebuah kanopi melindungi bagian bawahnya dari sinar matahari. Rangkuman dedaunan yang membetuk kanopi tersebut menyatu menjadi sebuah kubah besar yang kemudian di bangun dengan teknik yang sama dengan pembangunan sebuah teknik pembangunan gedung gedung zaman Romawi Kuno. Beberapa penulis bahkan mengasosiasikan rancangan pilar pilar di masjid ini sebagai tangan tangan yang sedang menengadah ke atas. Bila diperhatikan dengan seksama sisi atas pilar pilar tersebut memang terkesan seperti dua belah tangan yang sedang menengadah ke atas layaknya doa tangan hamba yang sedang berdoa. Gambar 3.30. Bentuk atas pilar di masjid Agung Roma sebagai simbolisasi tangan hamda Allah yang sedang menengadah Universitas Sumatera Utara MASJID RAYA JOHOR – ARSITEKTUR ISLAM INDRA KESUMA – 090406031 60

BAB IV ANALISA

4.1. Analisa Fisik Analisa Tapak dan Bangunan 4.1.1. Analisa Lokasi Tapak