Prosedur Pembuatan Krim Uji Iritasi Organoleptis Sediaan Efek Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

30 Tabel 3.1 Formula krim tabir surya Formula Dasar Krim Menurut Young Formula Modifikasi Basis Krim Blank o F I F II F III F IV Setil Alkohol 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 Asam Stearat 12 12 12 12 12 12 12 Sorbitol Syrup 5 5 5 5 5 5 5 Propilen glikol 3 3 3 3 3 3 3 Pengawet Nipagin q.s 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 TEA 1 1 1 1 1 1 1 Avobenson - - 2 2 2 2 2 Oktil Metoksisinamat - - 5 5 5 5 5 Ekstrak Kulit Manggis - - - 4 6 8 10 Tween 80 - 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 Air Suling Ad 100 77,5 70,5 66,5 64,5 62,5 60,5 Parfum Lavender - 5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes 5 tetes Keterangan: Basis Krim = Dasar Krim Blanko = Avobenson 2 + Basis Krim + OMS 5 F I = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 4 + Basis Krim F II = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 6 + Basis Krim F III = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 8 + Basis Krim F IV = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 10 + Basis Krim

3.4 Prosedur Pembuatan Krim

Basis yang digunakan tipe emulsi minyak dalam air MA. Bahan yang terdapat dalam formula dibagi menjadi 2 kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Timbang masing - masing bahan. Bahan fase minyak asam stearat, setil alkohol, avobenson dilebur dalam cawan penguap di atas penangas air pada temperatur ± 70-75ºC massa pertama, dan fase air sorbitol, propilen glikol, TEA, nipagin 31 dilarutkan dalam air suling yang sudah dipanaskan massa kedua. Kemudian di lumpang lain ekstrak kulit manggis digerus dengan tween 80 hingga homogen massa ketiga. Massa pertama dimasukkan ke dalam mortir yang telah dipanaskan terlebih dahulu lalu masukkan oktil metoksisinamat, kemudian masukkan massa ketiga. Campuran diaduk hingga homogen lalu ditambahkan massa kedua, digerus hingga homogen dan membentuk massa krim, tunggu hingga dingin lalu ditambahkan parfum lavender 5 tetes.

3.5 Evaluasi Sediaan

Evaluasi sediaan meliputi sifat fisik seperti organoleptik, pengamatan homogenitas, penentuan tipe emulsi krim, stabilitas sediaan krim, uji iritasi, serta penentuan nilai SPF krim tabir surya. 3.5.1 Organoleptik Pengamatan dilakukan terhadap warna krim, bau, dan terjadinya pemisahan fase krim.

3.5.2 Pengamatan homogenitas

Masing-masing sediaan krim hasil formulasi diperiksa homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butir-butir kasar Ditjen POM, 1979.

3.5.3 Penentuan tipe emulsi

Tambahkan sedikit metil biru kedalam emulsi krim, jika larut sewaktu diaduk maka emulsi tersebut adalah tipe ma perubahan warna dan jika emulsi mudah diencerkan dengan air maka emulsi tersebut adalah tipe ma, tetapi jika 32 terdispersi dalam fase kontinyu maka emulsi tipe am pengenceran dengan air Ditjen POM, 1985.

3.5.4 Penentuan pH sediaan

Alat pH meter terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH 7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 g sediaan dan dilarutkan dengan air suling dalam beker glass ad 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan. Penentuan pH dilakukan tiga kali pada krim terhadap masing - masing konsentrasi Rawlins, 2003. Nilai pH diamati selama1, 4, 8, dan 12 minggu penyimpanan. Nilai pH penting untuk mengetahui tingkat keasaman dari sediaan agar tidak mengiritasi kulit. Sehingga pH sediaan kosmetik topikal harus sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5 – 6,5 Wasitaatmadja, 1997.

3.5.5 Uji Stabilitas

Pengamatan dilakukan pada saat sediaan selesai dibuat, penyimpanan selama 12 minggu pada temperatur kamar, bagian yang diamati berupa pecah atau tidaknya emulsi, pemisahan fase, perubahan warna dan bau sediaan Ansel, 2005.

3.6 Uji Iritasi

Uji iritasi dilakukan pada 12 orang sukarelawan dengan cara mengoleskan sediaan FIV dengan konsentrasi kulit manggis paling tinggi 10 pada kulit lengan bawah dibiarkan selama 24 jam Baran, 2010; Ditjen POM, 1985; Tranggono dan Latifah, 2007. Diamati reaksi yang terjadi di kulit. 33 3.7 Penentuan Nilai SPF 3.7.1 Penyiapan sampel Sebanyak 1,0 gram sampel ditimbang seksama kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan dengan etanol 96. Larutan disaring dengan kertas saring, 10 mL filtrat pertama dibuang. Sebanyak 5,0 mL aliquot dipipet, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL kemudian diencerkan dengan etanol 96. Sebanyak 5,0 ml larutan aliquot dipipet, dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL kemudian diencerkan dengan etanol 96, lalu diukur serapan menggunakan Spektrofotometer UV-Visible, dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali Dutra, dkk., 2004.

3.7.2 Penentuan nilai SPF

Nilai SPF dihitung dengan menggunakan persamaan Mansur dibandingkan persamaan Petro dikarenakan metode Mansur khusus menghitung absorbansi didaerah panjang gelombang UVB yaitu panjang gelombang 290-320 nm, seperti yang kita ketahui bahwa SPF hanya menunjukkan perlindungan terhadap sinar UVB, namun pada saat pengukuran dilakukan hingga panjang gelombang 400 nm. Hal ini dilakukan hanya sebagai informasi tambahan mengenai serapan sampel hingga panjang gelombang tersebut. Spektrum serapan sampel diperoleh dengan menggunakan spektrofotomoter UV-Visible pada panjang gelombang 290-320 nm dengan menggunakan etanol 96 sebagai blanko. Niilai serapan dicatat setiap interval 5 nm dari panjang gelombang 290 sampai 320 nm. Nilai serapan yang diperoleh dikalikan dengan EE × I untuk masing-masing interval. Nilai EE × I tiap interval dapat dilihat pada Lampiran 11. Jumlah EE × I yang diperoleh dikalikan dengan faktor koreksi akhirnya diperoleh nilai SPF dari sampel yang diuji Dutra, dkk., 2004. 34 Keterangan : CF = Faktor Koreksi 10 EE = Spektrum Efek Eritemal I = Spektrum Intensitas dari Matahari Abs = Absorbansi dari sampel Untuk mengetahui adanya perbedaan nilai SPF yang bermakna antar formula dilakukan uji statistik menggunakan metode ANOVA Analysis of Variance dengan program SPSS Statistical Package for the Social Sciences dengan taraf tingkat kepercayaan 95, dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan nilai SPF sediaan. ∑ = 320 290 λ λ λ xAbs xI EE CFx SPF 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Organoleptis Sediaan

Sediaan yang dihasilkan adalah masa setengah padat berwarna kecoklatan, homogen dan mudah dioleskan. Terdapat perbedaan penampilan organoleptis dari setiap formula yang dihasilkan, basis krim dan blanko berwarna putih sedangkan FI - FIV memiliki warna coklat, dimana semakin meningkatnya ekstrak maka warna krim semakin coklat tua Lampiran 7 dan terdapat perbedaan konsistensi kepadatan krim mulai dari basis krim sampai FIV. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya jumlah ekstrak kulit manggis yang ditambahkan pada krim tersebut sehingga meningkatkan kepadatan krim. 4.2 Mutu Fisik Sediaan 4.2.1 Homogenitas sediaan Dari percobaan yang telah dilakukan terhadap ke enam sediaan tabir surya, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran - butiran pada objek gelas Lampiran 7 halaman 55, sehingga dapat dikatakan bahwa semua sediaan tabir surya yang dihasilkan adalah homogen.

4.2.2 Tipe Emulsi sediaan

Menurut Syamsuni 2006, dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi dengan pengenceran fase dimana setiap emulsi diencerkan dengan fase eksternalnya, lalu dengan pengecatan atau pewarnaan misalnya emulsi ditambah larutan metilen biru dapat memberikan warna biru pada tipe emulsi ma, karena metil biru larut dalam air Lampiran 4 halaman 53. Hasil percobaan untuk 36 pengujian tipe emulsi sediaan dengan menggunakan biru metil dan kelarutan dalam air dapat dilihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.1 Tipe emulsi sediaan pada pewarnaan dengan metil biru dan pengenceran dalam air. No Formula Metil Biru Pengenceran dalam air Merata Tidak merata Dapat diencerkan Tidak dapat diencerkan 1 Basis Krim  -  - 2 Blanko  -  - 3 F I  -  - 4 F II  -  - 5 F III  -  - 6 F IV  -  - Keterangan: Basis Krim = Dasar Krim Blanko = Avobenson 2 + Basis Krim + OMS 5 F I = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 4 + Basis Krim F II = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 6 + Basis Krim F III = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 8 + Basis Krim F IV = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 10 + Basis Krim Dari hasil uji tipe emulsi yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 di atas, semua formula krim menunjukkan warna biru dari metil biru yang merata yang menunjukkan bahwa fase luar krim adalah air karena metil biru larut dalam air. Hasil ini dapat membuktikan bahwa sediaan krim yang dibuat mempunyai tipe emulsi ma.

4.2.3 pH sediaan

Nilai pH penting untuk mengetahui tingkat keasaman dari sediaan agar tidak mengiritasi kulit sehingga pH sediaan kosmetik topikal harus sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5 – 6,5 Wasitaatmadja, 1997. Jika krim memiliki pH yang terlalu basa maka dapat menyebabkan kulit menjadi bersisik sedangkan jika 37 pH terlalu asam maka menyebabkan iritasi kulit Setiawan, 2010; Wasitaatmadja, 1997. Derajat keasaman pH sediaan ditentukan dengan mengggunakan pH meter dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 56. Tabel 4.2 Nilai pH sediaan selama 1 minggu hingga penyimpanan selama 12 minggu. Waktu Minggu Formula Basis Krim Blanko F I F II F III F IV 1 6,4 6,43 6,26 6,1 6,06 6,0 4 5,96 6,0 5,7 5,66 5,6 5,56 8 5,83 5,9 5,66 5,6 5,56 5,53 12 5,83 5,86 5,5 5,33 5,2 5,1 Keterangan: Basis Krim = Dasar Krim Blanko = Avobenson 2 + Basis Krim + OMS 5 F I = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 4 + Basis Krim F II = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 6 + Basis Krim F III = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 8 + Basis Krim F IV = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 10 + Basis Krim Gambar 4.1 Grafik pengukuran pH selama 12 minggu pada suhu kamar 1 2 3 4 5 6 7 1 4 8 12 pH Waktu Minggu Basis Krim Blanko F I F II F III F IV 38 Derajat ke asaman pH sediaan selama 1 minggu berbeda dengan pH setelah 12 minggu. Setelah pengamatan 12 minggu, pH masing-masing formula lebih rendah di bandingkan setelah pembuatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi hidrolisis polifenol sehingga polifenol terlepas dari glikosidanya dan terdapat dalam bentuk bebas yang lebih asam Setiawan, 2010. Nilai pH sediaan masih termasuk ke dalam kisaran 4,5 – 6,5. Hal ini menandakan sediaan krim memenuhi syarat dan masih aman digunakan untuk kulit.

4.2.4 Stabilitas sediaan

Stabilitas krim rusak jika terganggu sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi adanya penambahan salah satu fase secara berlebihan. Pecahnya emulsi atau koalesensi adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Bersifat irreversible tidak dapat diperbaiki kembali, disebabkan oleh pengaruh fisika seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, dan pengadukan, atau pengaruh biologis seperti fermentasi jamur atau bakteri, dan pengaruh kimia seperti perubahan pH, penambahan alkohol Syamsuni, 2006. Perubahan bau dapat disebabkan karena pengaruh kimia maupun biologis. Oksidasi oleh oksigen yang ada di udara terhadap lemak atau minyak merupakan salah satu reaksi kimia yang sering menyebabkan perubahan bau atau ketengikan. Sedangkan perubahan bau pada krim karena pengaruh biologis oleh mikroba maupun jamur Setiawan, 2010. Hasil pengamatan uji stabilitas yang dapat dilihat pada Tabel 4.3. 39 Tabel 4.3 Stabilitas formula krim tabir surya selama masa penyimpanan 12 minggu. No. Formula Waktu Minggu 1 4 8 12 X Y Z X Y Z X Y Z X Y Z 1 Basis Krim - - - - - - - - - - - - 2 Blanko - - - - - - - - - - - - 3 F I - - - - - - - - - - - - 4 F II - - - - - - - - - - - - 5 F III - - - - - - - - - - - - 6 F IV - - - - - - - - - - - - Keterangan: Basis Krim = Dasar Krim Blanko = Avobenson 2 + Basis Krim + OMS 5 F I = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 4 + Basis Krim F II = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 6 + Basis Krim F III = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 8 + Basis Krim F IV = Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 10 + Basis Krim X = Perubahan Warna Y = Perubahan Bau Z = Pecahnya Emulsi - = Tidak Terjadi Perubahan Berdasarkan data yang diperoleh dan dapat dilihat bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 12 minggu memberikan hasil yang baik yaitu tidak mengalami perubahan warna, bau, dan juga pemisahan fase sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan krim stabil. Selama masa penyimpanan, sediaan tidak menunjukkan adanya perubahan. Karena pada formula mengandung nipagin sebagai pengawet yang melindungi dari pengaruh biologis oleh mikroba atau jamur Rowe, dkk., 2009; Setiawan, 2010. 40

4.3 Efek Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Penggunaan kosmetika mengandung bahan yang mengiritasi kulit dapat menyebabkan reaksi iritasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya reaksi iritasi tersebut maka dilakukan uji iritasi terhadap kulit. Uji tempel adalah uji iritasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sediaan uji itu menimbulkan iritasi atau tidak Ditjen POM, 1985. Konsumen yang akan menggunakan kosmetika baru dapat melakukan pengujian ini. Jika dibiarkan selama 24 - 48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan maka kosmetika tersebut aman digunakan Wasitaatmadja, 1997. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.4 Pengaruh iritasi krim terhadap kulit sukarelawan Formula FIV Krim Avobenson 2 + OMS 5 + Ekstrak Kulit Manggis 10 Sukarelawan I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII Reaksi Kulit Keterangan: Tidak ada reaksi Eritema + Eritema dan papula ++ Eritema, papula dan gelembung vesikula +++ Edema dan gelembung ++++ Dari hasil pengujian iritasi didapatkan bahwa krim formula IV tidak menimbulkan reaksi iritasi sehingga aman digunakan. 41

4.4 Nilai SPF Sun Protection Factor Sediaan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Nilai SPF Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson dan Oktil Metoksisinamat

2 25 87

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 15

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 2

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 4

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 21

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 5

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 38

Pengaruh Penambahan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Nilai SPF Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson dan Oktil Metoksisinamat

0 0 16

Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Oktil Metoksisinamat Dan Avobenson

1 1 47

Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Oktil Metoksisinamat Dan Avobenson

0 0 14