Klasifikasi tanaman Epidermis Manggis .1 Sejarah singkat

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manggis 2.1.1 Sejarah singkat Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan tropis Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu Jawa Barat, Manggus Lampung, Manggusto Sulawesi Utara, Manggista Sumatera Barat Ristek, 2013.

2.1.2 Klasifikasi tanaman

Berdasarkan surat hasil identifikasi tumbuhan, maka sistematika tumbuhan manggis adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledon Bangsa : Guttifernales Suku : Guttiferae Marga : Garcinia Spesies : Garcinia x mangostana L. Rukmana, 2003. Manggis Garcinia x mangostana L. berasal dari hibridisasi natural dari Garcinia malaccensis and Garcinia hombrioniana. Variasi genetik manggis rendah karena tanaman manggis berkembang biak secara aseksual, sehingga keragaman genetiknya rendah Rukmana, 2003. Salah satu cara yang lazim digunakan untuk 6 meningkatkan keragaman genetik manggis dengan induksi mutasi menggunakan iradiasi sinar gamma Sobir dan Roedhy, 2007. 2.1.3 Uraian tumbuhan 2.1.3.1 Morfologi Bentuk daun lonjong dengan ujung runcing, tepi daun rata, panjang 18 – 20 cm, lebar 8 – 10 cm. Kelopak dan mahkota bunga masing masing berjumlah 4 buah. Warna kelopak bunga hijau, mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan warna merah muda pucat pada bagian pinggir. Jumlah segmen buahnya antara 5 sampai 11 buah, warna kulit buah matang sempurna ungu tua kehitaman Mansyah, 2014.

2.1.3.2 Habitat

Manggis dengan nama latin merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Myanmar, Vietnam dan Kamboja Chaverry, dkk.,2008.

2.1.3.3 Kandungan zat kimia

Kulit buah manggis mengandung sekitar 50 senyawa xanton. Pertama adalah mangostin α-mangostin diisolasi pada tahun 1855. α-mangostin berwarna kuning yang juga dapat diperoleh dari kulit kayu dan getah kering buah manggis. Selain itu, Dragendorff 1930 mengisolasi ß-mangostin, xanton lain yang telah diisolasi dari kulit buah manggis adalah γ-mangostin, gartanin dan 8- deoksigartanin, dll. Xanton yang banyak dipelajari adalah α-mangostin, ß- mangostin, γ-mangostin, Garcinone E, 8-deoksigartanin dan gartanin Chaverry, dkk., 2008. 7 Gambar 2.1 Struktur kimia dari α-mangostin, β-mangostin, gartanin, γ-mangostin, garcinon E, 8-deoksigartanin Chaverry, dkk., 2008.

2.1.3.4 Kegunaan

Kulit buah manggis bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung senyawa fenolpolifenol, epikatekin, dan xanton. Xanton merupakan senyawa organik dan mempunyai banyak turunan di alam. Alfa-mangostin merupakan turunan xanton yang banyak terdapat pada kulit dan buah manggis. Xanton yang terdapat pada kulit buah manggis bersifat antidiabetik, antikanker, antiinflamasi, antibakteri Balitbang, 2012. Xanton juga berfungsi sebagai antioksidan sehingga mampu menstabilkan bahan yang bersifat photounstable seperti avobenson dan dapat mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh radiasi sinar UV Afonso, dkk., 2014. Hal ini karena xanton mempunyai nilai potensial oksidasi yang rendah 8 sehingga lebih mudah mendonorkan elektron dan atom hidrogen pada radikal bebas dibandingkan dengan zat yang dilindunginya avobenson dan oktil metoksisinamat sehingga menjadikan xanton sebagai antioksidan dan reduktor yang kuat Santos, dkk., 2012. Antioksidan banyak digunakan sebagai bahan kosmetik yang mencegah photoaging dan mempunyai efek fotoproteksi, dan mencegah atau mengurangi radikal bebas. Selain itu, xanton mempunyai kemampuan photoprotector karena memiliki gugus kromofor gugus aromatis terkonjugasi yang dapat menyerap sinar UV sehingga elektron tereksitasi dari posisi ground state ke excited state kemudian elektron kembali ke posisi ground state dengan melepaskan energi dalam bentuk panas yang lebih rendah Hogade, dkk., 2010; Schalka dan Vitor., 2011; Kale, dkk., 2011.

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman, atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya Depkes RI, 1979.

2.3 Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu proses penyarian simplisia nabati atau hewani dengan cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari langsung sehingga didapatkan hasil berupa ekstrak kering, kental atau cair. Terdapat beberapa macam 9 metode ekstraksi, diantaranya adalah maserasi, perkolasi dan lain-lain Depkes RI, 1979. 1. Maserasi Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarutpenyari yang cocok dengan adanya pengadukan pada temperatur ruangan kamar dan terlindung dari cahaya matahari dan dilakukan selama 5 hari Depkes RI, 1979. 2. Perkolasi Perkolasi adalah penyarian yang dilakukan dengan merendam simplisia dengan cairan penyari dalam bejana tertutup selama 3 jam lalu simplisia tersebut dipindahkan ke perkolator dan dituangi dengan penyari serta diamkan selama 24 jam. Kemudian buka tutup perkolator dan atur tetesan perkolat dengan kecepatan 1 mlmenit, penyari ditambahkan terus menerus hingga perkolat menjadi bening atau tidak berwarna dan perkolat terakhir yang diuapkan tidak meninggalkan sisa Depkes RI, 1979.

2.4 Kulit

Kulit merupakan suatu lapisan yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan tersebut melalui pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang mati, respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar UV matahari, sebagai perasa dan peraba, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar Tranggono dan Latifah, 10 2007. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m 2 dengan berat kira-kira 15 berat badan Wasitaatmadja, 1997.\ Menurut Polo 1998, kulit terdiri dari beberapa lapisan diantaranya: - Epidermis - Dermis atau korium Lapisan epidermis dan dermis disebut kutis atau integumen - Hipodermis atau Subkutis Gambar 2.2 Struktur Anatomi Kulit Manusia Polo, 1998.

2.4.1 Epidermis

Epidermis merupakan lapisan kulit paling luar. Epidermis memiliki ketebalan berbeda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 mm misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan paling tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut Tranggono dan Latifah, 2007. 11 Epidermis terbagi menjadi lima lapisan, yaitu: 1. Stratum corneum lapisan tanduk Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin protein yang tidak larut dalam air. Secara alami, sel-sel yang mati di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan lapisan ini dilapisi oleh lapisan pelindung yang lembab, tipis, dan bersifat asam disebut mantel asam kulit Tranggono dan Latifah, 2007. Umumnya, pH fisiologis mantel asam kulit berkisar antara 4,5-6,5. Mantel asam kulit memiliki fungsi yang cukup penting bagi perlindungan kulit sehingga disebut “the first line barrier of the skin” perlindungan kulit yang pertama. Mantel asam kulit memiliki tiga fungsi pokok, yaitu: 1 Sebagai penyangga buffer untuk menetralisir bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit. 2 Dengan sifat asamnya, dapat membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang berbahaya bagi kulit. 3 Dengan sifat lembabnya, dapat mencegah kekeringan kulit Tranggono dan Latifah, 2007. 2. Stratum lucidum Lapisan ini terletak tepat di bawah stratum corneum. Lapisan ini mengandung eleidin, dan tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki Tranggono dan Latifah, 2007. 3. Stratum granulosum Lapisan ini tersusun atas sel-sel keratinosit berbentuk poligonal, berbutir kasar. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Lapisan ini juga tampak jelas pada telapak tangan dan kaki Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997. 12 4. Stratum spinosum lapisan malphigi Lapisan ini memiliki sel berbentuk kubus dan seperti berduri, dan berbentuk oval. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan kulit semakin berbentuk gepeng. Setiap sel berisi filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Di antara sel sel stratum spinosum terdapat sel Langerhans yang mempunyai peran penting dalam sistem imun tubuh Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997. 5. Stratum germinativum lapisan basal atau membran basalis Lapisan ini merupakan lapisan terbawah epidermis. Di dalamnya terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan melalui dendrit diberikan kepada sel-sel keratinosit. Satu sel melanin untuk sekitar 36 sel keratinosit disebut unit melanin epidermal Tranggono dan Latifah, 2007.

2.4.2 Dermis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penambahan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Nilai SPF Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson dan Oktil Metoksisinamat

2 25 87

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 15

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 2

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 4

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 21

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 5

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

0 0 38

Pengaruh Penambahan Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Nilai SPF Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson dan Oktil Metoksisinamat

0 0 16

Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Oktil Metoksisinamat Dan Avobenson

1 1 47

Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun Pepaya (Carica Papaya L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Oktil Metoksisinamat Dan Avobenson

0 0 14