KAJIAN USAHA BENIH IKAN LELE DUMBO DI DESA TULUNGREJO, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI.

(1)

KAJIAN USAHA BENIH IKAN LELE DUMBO DI DESA TULUNGREJO, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI.

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

TERESA SOARES NPM. 0724010003

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

TERESA SOARES NPM. 0724010003

Telah diperhatikan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Managemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal 13 Juni, 2011. Telah disetujui oleh : Pembimbing :

Tim Penguji : 1. Pembimbing Utama 1. Ketua

Dr. Ir. EKO NURHADI, MS Ir. A. RACHMAN W, SU

2. Pembimbing Pendamping 2. Sekretaris

Ir. NURIAH YULIATI, MP Dr. Ir. EKO NURHADI, MS

3. Anggota

Prof. Dr. Ir. H. SYARIF IMAM HIDAYAT, MM

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih atas anugerah, berkat, kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmatNya yang telah di anugrahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “KAJIAN USAHA BENIH IKAN LELE DUMBO DI DESA

TULUNGREJO, KECAMATAN PARE, KABUPATEN KEDIRI ”. Skripsi

penelitian merupakan salah satu Tugas Akhir jurusan Manajemen Agribisnis pada Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam melaksanakan skripsi penelitian mulai dari awal sampai dengan selesainya skripsi penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya atas segala bantuan Kepada pihak – pihak yang telah memberikan dukungannya, baik secara langsung maupun tidak langsung yang sangat bermamfaat bagi penulis. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. EKO NURHADI, MS selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Ir. NURIAH YULIATI, MP selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan hingga dapat terselesaikannya laporan skripsi ini. Dan tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

3. Kepada Bapak dan Ibuku “ Manuel Canizio Soares dan Hermenegilda Das Neves Soares” terima kasih atas doa dan dukungan moril, spiritual dan materialnya untuk penulis.

4. Kakakku “Angelino Soares dan Tobyas Soares” yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Kekasihku Mateus menezes , atas dukungan dan doanya.

6. Teman-teman angkatan 2007 khususnya Davi, Adam, Firman, Rizal, lusiana, Riana, Agustinus, atas dukungan dan masukan-masukannya. 7. Arek-arek khususnya di kontrakan : Mateus, Dila, Nelly, Ikhu, yang selalu

membantu dalam penyusunan Skripsi ini.

Semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tentunya banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun materi, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan, agar penulisan ini dapat memberikan mamfaat bagi pembaca semua dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan skripsi ini.

Surabaya, 13 Juni 2011


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Penelitian Terdahulu ... 5

2.2. Tinjauan Tentang Ikan Lele ... 6

2.3. Bentuk dan Macam Ikan Lele ... 7

2.4. Prospek Bisnis Ikan Lele Dumbo ... 8

2.5. Teori Produksi dan Teori Konsumsi ... 9

2.5.1. Teori Produksi... 9

2.5.2. Teori Konsumen ... 10

2.6. Teori Permintaan dan Teori Penawaran... 11

2.6.1. Teori Permintaan ... 11


(6)

3.2. Hipotesis ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Studi Pendahuluan ... 23

4.2. Penentuan Responden ... 23

4.3. Pengumpulan Data ... 24

4.4. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 24

4.4.1. Definisi Operasional... 24

4.4.2. Kajian Usaha perikanan ... 26

4.5. Metode Analisis Data ... 27

4.5.1 Pengertian Analisis Data ... 27

BAB V KEADAAN UMUN DAERAH ... 34

5.1. Letak Wilayah Desa Tulungrejo ... 34

5.2. Keadaan Sosial Ekonomi Daerah ... 35

5.3. Karakteristik Petani Contoh ... 36

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

6.1. Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo ... 42

6.2. Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ... 51

6.3. Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Benih Ikan Lele Dumbo ... 57


(7)

6.4. Analisis Pengaruh Luas Kolam, Jumlah Produksi Benih Ikan Lele Dumbo, dan Pengalaman Petani Terhadap Pendapatan Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo,

dan Peluang Pasar ... 64

6.5. Peluang Pasar Benih Ikan Lele Dumbo ... 68

6.6. Alternatif Mengatasi Masalah Usaha Benih Ikan Lele Dumbo Di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri ... 69

6.6.1. Masalah Hama Dan Penyakit ... 74

6.6.2. Produksi Sosial Ekonomi ... 78

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

7.1. Kesimpulan ... 86

7.2. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(8)

1. Kurva Permintaan ... 14 2. Kurva Penawaran ... 15 3. Paradigma Pembenihan Ikan Lele Dumbo Skala Rumah Tangga ... 21


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Perhitungan Anova Pengaruh Terhadap Penaksiran Model ... 32

2. Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 35

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010 ... 35

4. Umur petani contoh di desa Tulungrejo tahun 2010 ... 37

5. Tingkat Pendidikan Petani Contoh Desa Tulungrejo tahun 2010 ... 38

6. Luas Lahan Yang Dimiliki Petani Contoh Tahun 2010 ... 39

7. Fasilitas dan Peralatan Untuk Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo ... 45

8. Umur Petani Responden di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 51

9. Luas Kolam Pemilikan Petani Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 52

10.Tingkat Pendidikan Responden Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 53

11.Alasan Petani Membudidaya Benih Ikan Lele Dumbo Di Lihat Dari Pendekatan Secara Sosial Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 54

12.Alasan Petani Membudidaya Benih Ikan Lele Dumbo Dilihat Dari Pendekatan Secara Ekonomi Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 56

13.Macam – Macam Biaya, Biaya Variabel, Biaya Tetap, Total Biaya Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri ... 58


(10)

17.Alternatif Masalah – Masalah Yang Di Hadapi Oleh Usaha Benih Ikan Lele Dumbo Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Biaya Variabel Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 89 2. Biaya Tetap Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 91 3. Total Biaya Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 93 4. Total Penerimaan Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 94 5. Total Pendapatan Terhadap Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di

Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 95 6. Jumlah Luas Kolam, Jumlah Produksi dan Pengalaman Terhadap

Pendapatan di Ds. Tulungrejo Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 96 7. Regresi Usaha Benih Ikan Lele Dumbo. ... 97 8. Kuesioner Untuk Kajian Usaha Benih Ikan Lele Dumbo di Ds. Tulungrejo

Kec. Pare Kab. Kediri Tahun 2011. ... 98 9. Foto Dalam Proses Usaha Pembenihan di Desa Tulungrejo, Kecamatan


(12)

ABSTRAK

Potensi usaha yang dimiliki oleh masing-masing wilayah ternyata memiliki

peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan nilai tambahnya melalui proses

Pengembangan usaha benih ikan lele dumbo yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah mengembangkan usaha air tawar yang telah ada sebelumnya, maupun usaha

yang masih baru. Kajian usaha ini dapat dilakukan baik di perairan umum (sungai,

waduk dan danau), maupun kolam, yang dipengaruhi oleh potensi.

Nilai tambah dari pengolahan beberapa hasil usaha mempunyai prospek yang

cukup baik untuk dikembangkan di perdesaan. Kebijakan dan strategi operasional

yang mendukung ke arah tersebut dalam program revitalisasi pertanian, yakni

agroindustrialisasi perdesaan. Ikan lele dumbo merupakan usaha yang sangat tepat

untuk dikembangkan dalam program ini. Walaupun ada desa lain yang mempunyai

ikan lele dumbo tetepi pula ikan yang dihasilkan oleh usaha lain misalnya ikan

mujair, ikan bandeng, akan tetapi penggunaannya dimasyarakat tidaklah sepopuler

ikan lele dumbo.

Dari perhitungan R/C ratio yang didapatkan sebesar 10.080895782

menunjukan bahwa usaha benih ikan lele dumbo efisien atau menguntunkan karena

nilainya lebih dari 1.

Persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut : Y =

5.422X1 -39294.5X2 + 21524.708X3 dan signifikan : p1 = 0,000, p2 = 0,005, p3 =

0,013. Diperoleh nilai Fhitung sebesar 18.087 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000

artinya ketiga indicator jumlah produksi benih ikan lele dumbo, luas kolam dan

pengalaman usaha benih ikan lele dumbo secara simultan mempengaruhi pendapatan

usaha benih ikan lele dumbo. Diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.676

atau 67.6%. artinya ketiga indicator jumlah produksi benih ikan lele dumbo, luas

kolam dan pengalaman usaha benih ikan lele dumbo mempengaruhi persamaan yang

dihasilkan salah satu pengaruh dari variabel lain yang tidak dipergunakan dalam

persamaan regresi.

Peluang pasar usaha budidaya benih ikan lele dumbo berbagai tempat yang

disuplay sebagai berikut : Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Jombang, Nganjuk,

Madiun, Bojonegoro Lamongan, Sidoarjo, Pacitan, Bangkalan Magelang, Sleman,

Kampung Lele-Boyolali Makassar, Batam. Banyaknya permintaan dari berbagai

tempat ini sebanyak 45.000.000 – 65.000.000 ekor benih ikan lele dumbo maka

petani di Desa Tulungrejo tidak menyediakan benih secara umum karena permintaan

lebih banyak sehingga terjadilah masalah tetapi bisa menyatasinya dengan baik, dan

juga harganya benih ikan lele dumbo pun masih stabil. Secara umum usaha budidaya

benih ikan lele dumbo mempunyai peluang pasar yang cerah. Dengan adanya

peluang pasar yang masih terbuka tersebut maka usaha budidaya benih ikan lele


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Potensi usaha yang dimiliki oleh masing-masing wilayah ternyata memiliki peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan nilai tambahnya melalui proses Pengembanga usaha benih ikan lele dumbo yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengembangkan usaha air tawar yang telah ada sebelumnya, maupun usaha yang masih baru. Kajian usaha ini dapat dilakukan baik di perairan umum (sungai, waduk dan danau), maupun kolam, yang dipengaruhi oleh potensi wilayah yang ada. Kebutuhan ikan lele dumbo bagi masyarakat semakin penting, maka sangat wajar jika dikembangkan oleh kelompok usaha mina jaya. Usaha dibidang usaha air tawar memiliki prospek yang sangat baik karena sampai sekarang ikan konsumsi, baik berupa ikan segar maupun bentuk olahan, masih belum mencukupi kebutuhan konsumen (Murtidjo B. A. 2001), proses pengolahan dan pemasaran.

Nilai tambah dari pengolahan beberapa hasil usaha mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di perdesaan. Kebijakan dan strategi operasional yang mendukung ke arah tersebut dalam program revitalisasi pertanian, yakni agroindustrialisasi perdesaan. Ikan lele dumbo merupakan usaha yang sangat tepat untuk dikembangkan dalam program ini. Walaupun ada desa lain yang mempunyai ikan lele dumbo tetepi pula ikan yang dihasilkan oleh usaha lain misalnya ikan mujair, ikan bandeng, akan tetapi penggunaannya dimasyarakat


(14)

tidaklah sepopuler ikan lele dumbo. usaha, seperti diketahui merupakan bahan makanan yang diyakini mempunyai rasa yang lezat dan empuk sehingga minat terhadap ikan lele dumbo ini meningkat. Banyaknya peminat tentu harus diimbangi dengan produksi yang mencukupi, sehingga pembudidayaannya harus dilakukan dengan baik (Prihartono E, 2004).

Menurut Dwidjoseputra (1990) ikan merupakan bahan makanan sempurna yang di dalamnya mengandung nilai gizi sangat tinggi sehingga baik untuk dikonsumsi manusia. Oleh karena itu masyarakat melakukan usaha pribadi seperti ikan lele dumbo untuk memproduksi, pemasaran, distribusi dan harga secara terbuka di masyarakat. Laju pertumbuhan produksi dan pemasaran ikan lele dumbo selama ini masih kecil di bandingkan kenaikan konsumsi. Konsumsi ikan lele dumbo di indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat. Di sebabkan oleh pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat, serta semakin banyak industri memerlukan ikan mentah sebagai bahan baku, Kajian industri usaha penghasil ikan berbasis sumberdaya lokal merupakan suatu langkah strategis yang sangat mendesak untuk dilaksanakan. Ikan lele dumbo merupakan ternak yang sangat tepat untuk dikembangkan mengingat usaha tersebut dapat menghasilkan sekaligus satu produk utama yaitu daging dan paling efisien. Hal ini juga sangat sesuai dengan kondisi sekarang dimana banyak terjadi kasus lezat buruk yang untuk pemulihan status lezat tersebut, pemberian ikan lele dumbo nampaknya paling tepat.


(15)

3

1.2. Rumusan Masalah

Objek usaha di Desa Tulungrejo yang paling banyak menghasilkan ikan lele dumbo berasal dari kolam yakni 45.000.000 kg. Produksi ikan lele dumbo tahun 2011 sebanyak 65.000.000 kg. Melihat potensi usaha yang ada di Desa Tulungrejo.

Dalam mendukung kajian usaha khususnya budidaya ikan lele dumbo yang ada di wilayah Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri,

diperlukan data/informasi yang dipakai dalam rencana kajian usaha tersebut. Biaya, produksi, penerimaan, pendapatan. Berdasarkan pernyataan di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis adalah:

1. Apakah budidaya benih ikan lele dumbo layak dikembangkan? 2. Bagaimana peluang pasar dari usaha benih ikan lele dumbo?

3. Bagaimana alternatif mengatasi Masalah usaha benih ikan lele dumbo di Tulungrejo?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah

1. Untuk mengetahui kelayakan usaha benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.

2. Untuk mengetahui peluang pasar benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.

3. Untuk menemukan alternatif mengatasi masalah usaha benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.


(16)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak berikut: 1. Penelitian dan lembaga akademisi; sebagai informasi ilmiah untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Pemerintah/dinas usaha; sebagai pertimbangan dalam penentuan program dan kebijakan dalam pembangunan dan kajian usaha selanjutnya. 3. Petani ikan; sebagai informasi dan pertimbangan dalam melaksanakan usahanya agar lebih berkembang dan maju. Investor/penyedia dana; sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk menginvestasikan modalnya, sehingga rencana bisnis ini dapat terlaksana.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Topik yang dibahas pada. penelitian ini pernah dibahas dan diteliti oleh penelitian lain dangan objek yang berbeda, antara lain adalah :

1. Menurut Effendie (1997), umumnya pertambahan bobot gonad ikan betina

pada saat stadium matang gonad dapat mencapai 10-25 persen dari bobot tubuh dan pada ikan jantan 5-10 persen. Lebih lanjut dikemukakan bahwa semakin rneningkat tingkat kematangan gonad, diameter telur yang ada dalam gonad akan menjadi semakin besar. Pendapat ini diperkuat oleh Deden (2002), bahwa kematangan seksual pada ikan dicirikan oleh perkembangan diameter rata-rata telur dan melalui distribusi penyebaran ukuran telurnya.

2. Menurut Cahyono B, (2000), ikan lele dumbo memiliki beberapa

keunggulan yaitu ikan lele dumbo memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat, ikan lele dumbo juga mudah dibudidayakan, dagingnya cukup tebal serta dari segi harga ikan lele dumbo lebih murah. Sedangkan ikan gurami merupakan komoditi usaha air tawar yang kurang diminati untuk dibudidayakan. Penyebabnya, ikan ini tumbuh sangat lambat. Menurut Singarimbun M. dan Effendi S. (1995) teknik survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.


(18)

3. Menurut Surakhmad W. (1978) adalah penyelidikan (penelitian) yang mengaplikasikan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis (sejarah) suatu masalah. Penerapan teknik historis dari penelitian ini adalah

studi yang bersifat bibliografis yakni dengan membuat ikhtisar, amotasi, atau

pembahasan sistematis terhadap karya ilmiah, dalam bidang tertentu (Surakhmad W, 1978).

2.2. Tinjauan Tentang Ikan Lele

Lele dumbo merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh

memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele dumbo mempunyai beberapa

nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan

pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele

atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali

(Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca

tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish, ikan lele dumbo (Clarias batrachus) pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun

(Chinabut et al. 1991) dengan ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran

berat tubuh 100 sampai 200 gram (Mollah dan Tan 1983; Suyanto 1986). Di Thailand, ikan lele yang hidup di alam memijah pada musim penghujan dari

bulan Mei sampai Oktober (Kumalasanti Inneke, Surjatin dan Primyastanto M. 1999.).


(19)

7

2.3. Bentuk dan Macam Ikan lele

Ikan lele adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar, ikan ini mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licing, agak pipih memanjang seta memiliki sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan ini sebenarnya terdiri atas berbagai jenis (spesies), sedikitnya terdapat 55 spesies (jenis) ikan lele dumbo ini di seluruh dunia. Ikan- ikan marga clarias ini di kenali dari tubuhnya yang licing memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan siripanus yang juga panjang, yang terkadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidak yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan lebar yang terletak di ujung moncong, di lengkapi dengan empat pasang sungut perabah ( barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele dumbo juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangya. Terdapat Sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam pada sirip-sirip dadanya.

Ada 6 macam-macam ikan lele dumbo yang dapat berkembang di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Clarias gariephenus (Burchell, 1822). Disebut sebagai lele dumbo (king

catfisa,). Menyebar luas di Afrika dan Asia, kini diternakkan di Asia tenggara, termasuk di Indonesia.

2. Clarias teysmani (Bleeker, 1857). Dinamakan juga sebagai lele kembang,


(20)

3. Clarias melanoderma (Bleeker 1846). Disebut juga dengan wiru, wais, ikan duri, atau lele hitam. Terdapat di lembab sungai Mekong, Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Filipina.

4. Clarias nieuhofi (valenciennes, 1840). Disebut juga dengan limbat, lembat.

Terdapat di Sumatra, Kalimantan, India, Filipina, Thailand, dan pesisir Kamboja serta kemungkinan disisi pegunungan cardamom di arah sungai Mekong.

5. Clarias loiacanthus (bleeker, 1951). Endemic di Kalimantan barat di aliran

sugai Kapuas.

6. Clarias batrachus (Linnaeus, 1758), disebut, lele kampung, kalang, ikan

maut, ikan pintet. Menyebar di Asia selatan dan Asia tenggara termasuk di Sumatra, Jawa dan Kalimantan, pada clarias batrachus terdapat 3 variasi warna tubuh, yaitu hitam (kelabu), putih dan merah.

2.4. Prospek Bisnis Ikan Lele Dumbo

Menurut Cahyono (2001), prospek kajian usaha di masa mendatang, dapat di lihat dari perkembangan kemajuannya. Peningkatan jumlah penduduk akan membawa akibat yang luas terhadap berbagai sisi kehidupan di alam masyarakat. Jumlah penduduk yang selalu meningkat setiap tahun tidak hanya menuntut peningkatan penyediaan lahan pangan, tetapi juga berdampak meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai sektor riil. Misalkan pembangunan industri, kajian perkotaan dan lain-lain yang mengakibatkan semakin sempitnya lahan


(21)

9

untuk usaha. Hal ini di karena terjadinya pengalihan fungsi lahan tersebut untuk pembangunan sektor riil.

Prospek bisnis ikan lele dumbo sangat menguntungkan (Indrawan, 1987) selain pertumbuhannya cepat dan rasanya enak, kandungan gizinya pun tinggi. Bayangkan, hanya dalam tempo 3 bulan sudah mampu berbobot 300 gram. Keadaannya yang seperti ini tentu sangat menguntungkan bila dibudidayakan secara komersial. Karena itu tak heran bila waktu itu orang berlomba memelihara lele dumbo tak peduli apakah nantinya untung atau rugi, tujuan mereka hanya mencari kepuasan dan lebih mengenal sosok cat fish. Tetapi ternyata banyak usaha yang gagal setiap kali mencoba. Akhirnya kolam yang dibangun dengan biaya tidak sedikit dibiarkan terbengkelai begitu saja.

2.5. Teori Produksi dan Teori Konsumsi 2.5.1. Teori Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan memproses input (factor produksi) menjadi suatu output. Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan teknis, yang di dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi yaitu merupakan suatu persamaan yang menunjukkan hubungan ketergantungan (fungsional) antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan tingkat output yang di hasilkan, (Hidayat S, 2002.)

Ikan Lele dumbo adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer.

Produksi budidaya meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara lain karena luasnya pasar bagi lele dumbo. Lele dumbo disukai konsumen karena


(22)

berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri dan murah. Dari sisi budidaya, lele dumbo relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat. Pengolahan yang paling populer adalah dengan digoreng, dan disajikan sebagai pecel lele. Bentuk pengolahan lain adalah dengan diberi bumbu mangut (mangut lele).

Jika sudah mendapat pemasok lele dumbo, usaha harus memikirkan mengenai pilihan produk. Ikan lele dumbo bisa diolah menjadi bermacam-macam produk karena tidak beraroma amis seperti ikan laut. Sejauh ini, makanan olahan berbahan baku lele dumbo yang beredar di pasar meliputi abon, keripik, es krim, dan nugget. Jika belum punya ide sendiri, usaha bisa memilih salah satu dari sekian banyak jenis makanan olahan lele dumbo.

2.5.2. Teori Konsumen

Konsumen adalah setiap pemakaian atau penggunaan barang atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri atau kepentingan orang lain. Namun secara sederhana dapat diartikan sebagai pengguna barang dan jasa.

Masing-masing konsumen merupakan pribadi unik dimana antara konsumen yang satu dengan yang lain memiliki kebutuhan yang berbeda juga perilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya. Namun, dari perbedaan-perbedaan yang unik tersebut ada satu persamaan yakni setiap saat konsumen akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada saat mengkonsumsi suatu barang ataupun jasa. Tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi barang disebut dengan utilitas.


(23)

11

Selain harga yang Konsumen lele dumbo sangatlah luas. Tidak saja masyarakat perdesaan, namun juga masyarakat perkotaan, seiring daya melemah daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi, lele dumbo semakin di minati, tidak hanya kelas mengah kebawah yang makan diwarung-warung tenda dengan sambal terasi dan lalapan, tetapi telah merambah kekonsumen menengah atas.

Munculnya fenomena pecel lele kian mendongkrak citra lele dimata masyarakat. Makanan khas ini kian digemari, bahkan mampu menggeser makanan khas lainnya, yaitu soto yang sudah dulu digemari terjangkau,warung pecel lele ini banyak ditemui di pinggir-pinggir jalan. bahkan disurabaya, pecel lele menjadi santapan yang digemari mahasiswa, sebagai sumber protein murah, nilai gizi lele termasuk tinggi dan baik untuk kesehatan karena tergolong makanan kandungan lemak yang relatif rendah dan mineral yang relatif tinggi. Dalam setiap 100 gram, kandugan lemak ikan ini hanya 2 (dua) gram, jauh lebih rendah dibanding daging sapi (14 gram), apa bilah daging ayam (25 gram). Selain kaya zat gizi, lele juga menbantu pertumbuhan janin dalam kandungan dan sangat baik bagi jantung karena rendah lemak. kebutuhan atau permintahan terhadap lele tak perna surut bahkan cenderung meningkat setiap tahun produksi yang ada semuanya dapat terserap asal dengan baik.

2.6. Teori Permintaan dan Teori Penawaran 2.6.1. Teori Permintaan

Permintaan terhadap barang dan jasa oleh masyarakat modern memiliki


(24)

Keberagaman permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisik. Kebutuhan biologis dan kebutuhan adat istiadat (budaya). Selera individu konsumen bervariasi dapat mengebabkan oleh karena perbedaan umur, pendidikan, status perkawina dan status sosial, penghasilan, gaya hidup, adat istiadat, dll.selera individu konsumen senantiasa berubah. Kemampuan suatu barang atau jasa memberikan kepuasan kepada konsumen di tentukan oleh mutuh (kualitas) barang atau jasa tersebut. Semakin tinggi kualitas suatu barang atau jasa, semakin tinggi juga kemampun barang atau jasa tersebut memberikan kepuasan kepada konsumen. Konsumen akan memperoleh kepuasan yang tinggi jika ia memperoleh barang dengan harga yang murah, bentuk barang yang menarik, kemasan yang sesuai dengan selera, rasa yang cocok dan mudah di peroleh (kartasapoetra, 1985).

Menurut soedarsono (2000), permintaan suatu barang adalah jumlah barang yang di minta konsumen dengan tingkat harga, tempat dan waktu tertentu. Untuk dapat mengetahui lebih lanjut, mengenai konsep permintaan, maka dapat di pelajari tentang fungsi permintaan. Fungsi permintaan merupakan fungsi yang menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan suatu barang dan semua faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu:

a. Harga barang itu sendiri

Harga suatu barang dan jumlah permintaan barang mempunyai hubungan negatif. Apabila harga suatu barang naik, maka permintaan akan barang


(25)

13

turun. Sebaliknya, jika barang itu turun, maka permintaan barang itu akan naik.

b. Harga barang lain (harga barang substitusi)

Perubahan harga barang lain mengebabkan perubahan permintaan. Barang substitusi merupakan barang pengganti yang mempunyai hubungan positif terhadap permintaan.

c. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan suatu barang, hal tersebut akan terjadi jika masyarakat memiliki daya beli dan jika daya beli masyarakat meningkat maka jumlah yang di minta meningkat pula demikian sebaliknya.

d. Pendapatan perkapita

Jika pendapatan mengalami kenaikkan maka permintaan akan cenderung meningkat, sehingga adanya kenaikan pendapatan menggeser kurva permintaan ke arah kanan dan sebaliknya jika pendapatan menurun menggeser permintaan ke kiri. Naik turunnya harga suatu barang yang di minta, dinyatakan dalam hukum Permintaan yaitu jika harga barang naik maka jumlah barang yang di minta sedikit dan jika harga barang turun maka jumlah barang yang di minta lebih banyak. Hal tersebut dapat di lihat pada gambar di bawah ini:


(26)

Px

Dx

0 Qx

Gambar 1. Kurva Permintaan

Keterangan :

Dx = kurva permintaan barang x Px = harga barang x

Qx = jumlah barang x yang diminta

2.6.2. Teori Penawaran

Penawaran adalah sejumlah barang dan jasa yang ditawarkan untuk dijual kepada konsumen pada suatu pasar, waktu dan harga tertentu. Apabila harga yang bersedia dibayar oleh konsumen lebih tinggi maka produsen akan memproduksi barang dalam jumlah yang lebih besar untuk dijual dipasar, sebaliknya jika harga yang bersedia dibayar konsumen lebih rendah maka produsen tidak akan memproduksi barang terlalu banyak. Jadi perubahan jumlah yang ditawarkan mempunyai arah yang bersamaan dengan perubahan harga atau jika harga naik maka jumlah yang di tawarkan akan meningkat, secara matematis kurva penawaran mempunyai slope (kemiringan) yang positif. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :


(27)

15

Px Sx

0 Qx

Gambar 2. Kurva Penawaran

Keterangan :

Sx = kurva penawaran barang x Px = harga barang x

Qx = jumlah barang x yang ditawarkan

2.7. Teori Harga

Harga merupakan faktor utama dalam suatu perdagangan karena peran harga dalam hal ini sangatlah penting, dengan terbentuknya harga tersebut maka akan timbul suatu hubungan kerjasama di mana yang dapat memberikan suatu keuntungan atau saling menguntungkan antara produsen dan konsumen. Sehingga banyak usaha mengalami kesulitan dimana banyaknya perubahan yang dilakukan oleh usaha demi keberhasilan dan daya saing usaha ikan lele dumbo.

Barang mempunyai harga karena harga barang itu berguna dan jumlahnya terbatas atau langka, harga dalam hal ini terbentuk dari suatu interaksi antara permintaan dan penawaran dari barang atau jasa, sehingga kegunaan dari suatu barang akan menimbulkan suatu permintaan. Dengan kelangkaan suatu barang


(28)

maka akan mendorong berapa orang untuk memanfaatkan kelangkaan atau keterbatasan dari jumlah suatu barang itu dengan cara menjualnya ataupun memproduksinya sehingga dari adanya dua hal tersebut maka timbul penawaran.

Permintaan dan penawaran suatu barang ataupun jasa dalam hal ini merupakan kekuatan-kekuatan pasar, dimana yang dapat membentuk suatu harga pasar dalam pasar bersaing karena harga barang tersebut terbentuk pada saat terjadinya kesesuaian antara penjualan dan pembeli pada tingkat jumlah barang tertentu dengan demikian titik potong antara kurva permintaan dan penawaran akan menunjukan harga dan jumlah barang tertentu yang dijual dan dibeli.


(29)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Pemikiran

Kajian usaha ikan lele dumbo selama ini di tinjau dari perluasan kolam

area mengalami penurunan dan peningkatan sehingga Kejadian ini semuanya

menyebabkan usaha menjadi rugi yang berakibat pengeluaran yang lebih banyak. Sehingga pasokan usaha benih ikan lele dumbo berkurang bahkan sudah ada beberapa usaha benih ikan lele dumbo yang sudah menghindar karena kurangnya permintaan dari konsumen. Ini diakibatkan daya saing tentang harga, Harga merupakan faktor utama dalan suatu perdagangan karena peran harga dalam hal ini sangatlah penting, dengan terbentuknya harga tersebut maka akan timbul suatu hubungan kerjasama di mana yang dapat memberikan suatu keuntungan atau

saling menguntungkan antara produsen dan konsumen. Sehingga banyak usaha

mengalami kesulitan dimana banyaknya perubahan yang dilakukan oleh usaha demi keberhasilan dan daya saing usaha benih ikan lele dumbo.

Menurunya jumlah permintaan benih ikan lele dumbo dikarenakan, hasil perkolam ikan yang merosot dan areal pembibitan/pembenihan yang semakin sempit. Pengaruh lain dari itu juga dipengaruhi oleh sistem yang digunakan, apabila sebelumnya menggunakan sistem keprasan dan cemplongan maka sekarang menggunakan sistem program bongkar kolam ikan lele dumbo. Dimana program sebelumnya tidak memberikan hasil yang optimal dari produksi dari tahun – ketahun, sehingga perlu dilakukan sistem bongkar kolam ikan lele dumbo


(30)

disinilah sering terjadi daya saing antar sistem dalam suatu usaha. Jika usaha sistem dilakukan maka usaha atau kerjasama usaha akan berubah dan tidak menggunakan program sebelumnya.

Banyaknya pengaruh yang ada dalam suatu sistem pembibitan, maka dipengaruhi juga oleh harga ikan lele dumbo yang rendah sehingga banyak petani yang pindah arah ke usaha lain. Dikarenakan dari usaha lain tersebut petani dapat meraih keuntungan yang lebih besar dan dapat dipanen dua kali dalam setahun. Turunnya usaha ikan lele dumbo berakibat pada turunnya produktivitas lahan dan kandungan randemen dalam usaha ikan lele dumbo, sehingga usaha benih ikan lele dumbo melakukan investigasi terhadap permintaan yang semakin rendah. Ini mengakibatkan persaingan antar sistem atau program yang dilakukan dalam usaha benih ikan lele dumbo, apabila usaha menggunakan sistem lama maka hasilnya akan rendah dan berpengaruh pada randemen yang dihasilkan. Menggunakan sistem bongkar kolam sama dengan melakukan usaha secara keseluruahan dari pada penbenihan ikan lele dumbo yang dimaksud adalah pembibitan dilakukan secara keseluruhan. Sehingga mengakibatkan usaha yang dihasilkan semakin tinggi di bandingkan dengan sistem lain yang tidak dilakukan pembongkaran kolam ikan secara keseluruhan dari pada usaha benih ikan lele, sehingga terciptanya daya saing dalam peningkatan randemen dari masing -masing sistem.

Usaha merupakan bagaimana seorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasi sumberdaya yang memiliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan


(31)

19

efisiensi bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (input) yang melebihi masukan (output).

Dalam rangka kajian usaha benih ikan lele dumbo diperlukan adanya sarana produksi antara lain berupa benih ikan lele dumbo itu sendiri. Proses produksi adalah suatu proses budidaya telur ikan lele dumbo menjadi benih ikan lele dumbo yang siap ditebar di tambak. Dimana proses produksinya dilakukan per bak/siklus, dalam 1 (satu) tahun ada 8(delapan) siklus. Benih ikan lele dumbo dapat berasal dari usaha pembenihan ikan skala besar maupun usaha pembenihan skala rumah tangga. Suplai benih ikan secara berkelanjutan diperlukan biaya-biaya untuk memenuhi kebutuhan kajian budidaya ikan lele dumbo sehingga dapat menjadi suatu lapangan usaha tersendiri yang cukup menguntungkan. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya tetap dan biaya tidak tetap, biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh suatu usaha, yang besarnya tetap dan tidak tergantung pada usaha yang dihasilkan. dan biaya tidak tetap adalah biaya terkait secara langsung dengan variasi dalam pengeluaran, semakin besar pengeluaran semakin besar pula biaya variabelnya.

Di wilayah Tulungrejo usaha pembenihan ikan lele dumbo skala rumah tangga pada umumnya menguntungkan secara ekonomi, biasa dilakukan oleh masyarakat, dikarenakan permintaan yang masih tinggi harga yang selalu meningkat, pengusaha yang semakin banyak, produksi yang semakin meningkat. Sehingga usaha tersebut diperkirakan dapat dijadikan peluang usaha masyarakat untuk sumber mata pencaharian.


(32)

Beberapa penyebab menurunya efisiensi dalam usaha ikan lele dumbo antara lain seperti menurunnya produktivitas gula perhektar yang disebabkan oleh: a. Terjadi pergeseran areal kolam dari lahan pekarangan rumah kelahan

kering,

b. Tidak segerah diikuti oleh inovasi dan adopsi teknologi budidaya ikan lele dumbo lahan kering secara memadai, serta

c. Permintaan ikan lele turun. Namun beberapa tahun terakhir, ikan ini menjadi primadona di antara ikan konsumsi air tawar yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Ini disebabkan oleh rasanya yang lezat dan empuk sehingga minat terhadap ikan ini meningkat. Banyaknya peminat tentu harus diimbangi dengan produksi yang mencukupi, sehingga pembudidayaannya harus dilakukan dengan baik (Prihartono E, 2004).


(33)

21

Berdasarkkan teori dan uraian di atas maka skema paradigmanya adalah sebagai berikut :

Gambar 3 : Paradigma Pembenihan Ikan Lele Dumbo Skala Rumah Tangga

Pasar :

1. Suplay

2. Deman

Kajian Usaha benih Ikan Lele Dumbo

Produksi Benih Ikan Lele Dumbo

Kelompok Petani

Harga Benih Ikan Lele Dumbo

Peluang pasar Benih Ikan Lele Dumbo

Peningkatan Pendapatan Benih Ikan Lele Dumbo


(34)

3.2. Hipotesis

Hipotesis yang dapat diambil berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Usaha budidaya benih ikan lele dumbo layak untuk dikembangkan.

2. Variable produksi, luas kolam, pengalaman dan harga berpengaruh


(35)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Studi Pendahuluan

Studi penentuan wilayah Penelitian mengenai pembenihan ikan lele dumbo dilaksanakan di wilayah kajian budidaya ikan di air tawar di mana daerah tersebut banyak petani yang memiliki usaha pembenihan ikan lele dumbo skala rumah tangga, yang mana usaha tersebut memang sangat menguntungkan sehingga perlu di adakan penelitian.

4.2. Penentuan Responden

Populasi yang dimaksud adalah petani binaan yang mempunyai hubungan dengan wilayah kajian budidaya air tawar tidak melakukan kemitraan dengan petani melainkan melakukan pembinaan yang bersifat teknis, bagaimana tata cara pembenihan yang baik. Hubungan kerjasama tersebut mempunyai kebutuhan di dalam usahanya antara lain :

- Informasi tentang pembenihan ikan lele dumbo

- Informasi tentang penanggulangan penyakit

- Informasi tentang penjualan hasil pembenihan, dll.

Penentuan responden dilakukan pada petani-petani yang mempunyai usaha pembenihan ikan lele dumbo skala rumah tangga, yang mempunyai hubungan dengan wilayah kajian budidaya ikan lele dumbo.

Bertitik tolak dari pengertian tersebut dapat ditentukan responden yaitu petani, meliputi : jumlah populasi sebesar 300 orang usaha benih ikan lele dumbo,


(36)

maka sampel yang di ambil 10% dari jumlah populasi yaitu sebesar 30 petani benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo seluruh petani memiliki usaha benih ikan lele dumbo, maka seorang penelitian dapat menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasinya (Fedinand A, 2006).

4.3. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini Data yang diperlukan adalah data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui, wawancara, Sedangkan data sekundar adalah data yang diperoleh dari lingkungan instansi yang ada hubungannya dengan penelitian ini meliputi : Usaha ikan lele

dumbo, lokasi usaha, struktur organisasi usaha dan sebagainya.

4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 4.4.1. Definisi Operasional

Definisi adalah istilah dan pengukuran variabel dalam penelitian adalah:

1. Usaha adalah pengolahan usaha pertanian di sebidang usaha ikan oleh

manusia yang di sebut petani atau usaha. Usaha Budidaya ikan terdiri dari usaha pembenihan dan pembesaran. Sedangkan pada penelitian ini yang dimaksud adalah usaha pembenihan ikan lele dumbo maka budidaya pembenihan ikan lele dumbo adalah budidaya/pemeliharaan ikan mulai dari ukuran benih hingga ukuran yang dijual. Tujuan analisis Regresi linier berganda pada faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo, adalah untuk menentukan factor-faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan pendapatan agribisnis ikan


(37)

25

lele dumbo yang dapat digunakan untuk mendukung penentuan strategi kajian agribisnis ikan lele dumbo di Tulungrejo, kecamatan Pare, kabupaten Kediri.

2. Biaya produksi usahatani adalah keseluruhan biaya yang di keluarkan

dalam kajian ikan lele dumbo yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, di ukur dalam satuan rupiah (Rp).

3. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada

besar kecilnya jumlah produksi yang di hasilkan. Di ukur dalam satuan rupiah (Rp).

4. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya tergantung oleh besar

kecilnya produksi yang dihasilkan . hal ini meliputi biaya variabel tunai seperti biaya bibit, obat, pakan, tenaga kerja, di ukur dalam satuan rupiah(Rp).

5. Biaya pemeliharaan ikan lele dumbo yaitu biaya yang di keluarkan dalam

kepentingan untuk memelihara ikan agar dapat menjadi media tumbuh ikan lele dumbo yang aman dan baik dan di hitung dalam rupiah perbulan.

6. Biaya penyusutan adalah biaya susut alat-alat yang digunakan selama

proses produksi usaha benih ikan lele dumbo sebagai berikut:

n Hb Bp =

Keterangan :

Hb = Harga beli baru


(38)

7. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut (Rp/Musim).

8. Produksi lele dumbo adalah produksi yang di hasilkan petani lele dumbo

pada saat itu dan di hitung satuan rupiah (Kg/Ha).

9. Penerimaan usaha adalah keseluruhan nilai produksi yang di peroleh petani

selama satu musim di ukur dalam satuan rupiah tiap perhektar (Rp/Ha) Penerimaan = Q x P

Dimana : Q = jumlah produksi P = harga jual

10.Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan dengan biaya produksi

selama semusim di ukur dalam satuan rupiah tiap hektar (Rp/Ha) Penerimaan = TR – TC

Dimana : TR = penerimaan (revenue)

TC = biaya produksi (cost)

11.Pengalaman budidaya adalah lamanya petani dalam melakukan kegiatan

budidaya kajian ikan lele dumbo yang di ukur dengan satuan pertahun.

12.Harga ikan lele dumbo adalah besarnya harga yang telah menjadi

ketentuan pasar (Rp/Kg).

13. R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi

usaha yang di keluarkan dalam budidaya usaha lele dumbo.

4.4.2. Kajian Usaha Perikanan

Kajian usaha yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengembangkan usaha air tawar yang telah ada sebelumnya, maupun usaha yang masih baru.


(39)

27

Kajian usaha ini dapat dilakukan baik di perairan umum (sungai dan danau), maupun kolam, dan usaha di desa Tulungrejo rata-rata memiliki kolam dengan menggunakan sumber air dari sumur dengan kedalaman 10-12meter untuk mendapatkan air yang bagus dan penuh dengan oksigen untuk budidaya pembenihan ikan lele dumbo yang dipengaruhi oleh potensi wilayah yang ada.

4.5. Metode Analisis Data 4.5.1. Pengertian Analisis Data

Analisis untuk mencapai tujuan pertama dan kedua, serta membuktikan hipotesis pertama dan kedua adalah sebagai berikut :

1. Untuk mencapai tujuan pertama dan menguji hipotesis pertama digunakan

analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis finansial dan

menggunakan data harga riil :

a. Analisis biaya usaha adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan oleh

petani yang berupa uang atau natura, meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya biaya usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TC = TVC + TFC Keterangan:

TC = total biaya (Rp) TVC = biaya tidak tetap(Rp) TFC = biaya tetap(Rp)


(40)

b. Analisis penerimaan usaha adalah keseluruhan nilai produksi yang diperoleh petani selama satu musim diukur dalam satuan rupiah perhektar. Untuk menghitung besarnya penerimaan digunakan rumus : TR = Q x P

Keterangan :

Q = jumlah produksi (quality)

P = harga jual(price)

TR = total penerimaan

c. Analisis pendapatan usaha adalah selisih antara total penerimaan dengan

biaya produksi selama semusim diukur dalam satuan rupiah tiap hektar. Dapat dihitung dengan rumus :

Pd = TR – TC Keterangan :

TR = total penerimaan(Rp) TC = total biaya(Rp) Pd = pendapatan(Rp)

Efisiensi kajian agribisnis ikan lele dumbo layak tidaknya usaha tersebut untuk dikembangkan lebih lanjut, maka digunakan R/C ratio maka semakin efisien kajian agribisnis ikan lele dumbo.

Perhitungan R/C ratio didasarkan persamaan sebagai berikut :

TC TR Ratio C

R =

Keterangan :


(41)

29

TC = total biaya kriteria pengujian adalah :

- R/C > 1, usaha efisiensi dan menguntungkan

- R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak merugikan

- R/C < 1, usaha tidak efisiensi dan merugikan

2. Untuk mencapai tujuan kedua dan menguji hipotesis kedua yaitu

menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pada usaha ikan lele dumbo. Dengan menggunakan 2 variabel diantaranya :

a. Sebagai variabel independen adalah jumlah produksi, luas lahan,

pengalaman budidaya ikan, harga ikan.

b. Sebagai variabel dependen adalah pendapatan usaha ikan lele dumbo.

Ada model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

e

X

X

X

Y

=

β

o

+

β

1 1

+

β

2 2

+

β

3 3

+

Keterangan :

Y = pendapatan usaha lele(Rp/Ha) X1 = jumlah produksi(kg)

X2 = luas kolam (m2)

X3 = pengalaman budidaya ikan (th) e = error

Untuk melaksanakan uji t, uji F dan R², maka dapat disusun sebagai berikut :


(42)

a. Uji F

Menguji ketepatan dari model regresi yang digunakan atau menguji variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara keseluruhan digunakan hipotesis sebagai berikut :

o H o =

β

1 =

β

2 =

β

3 =

β

4 =

Artinya tidak ada satupun variabel bebas atau independen (X) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel berkait (Y).

H1 = Paling tidak ada

β

i ≠0.

Artinya minimal ada salah satu variabel bebas atau independen (X) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel berkait (Y). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai F adalah sebagai berikut :

KTG KTR Fhitung =

Keterangan :

KTR = kuadrat total regresi KTG = kuadrat total galat kriteria penguji :

- Fhitung ≤ F tabel maka Ho diterima dan H1ditolak, artinya tidak

terdapat pengaruh nyata dari variabel independen terhadap variabel dependen.


(43)

31

- F hitung > F tabel maka Hoditolak danH1diterima, artinya terdapat pengaruh nyata dari variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi ( 2

R )

Digunakan untuk menghitung persentase pengaruh variabel independen yang diketahui terhadap variabel dependen dan sisanya menjelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

JKT JKR

R2 =

Tabel 1 : Perhitungan Anova Pengaruh Terhadap Penaksiran Model

SK DB JK KT

hitung

F

F

tabel

Regresi P JKR JKR/p KTR/KTG (0,05)

Galat n-p-1 JKG JKG/n-p-1

Total n-1 JKT

Sumber : Data Primer Tahun 2011. Keterangan :

SK = sumber keragaman DB = derajat bebas JK = jumlah kuadrat KT = kuadrat tengah

c. Uji (Uji Parsial)

Untuk mengetahui adanya pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, maka harus diuji dengan uji t atau uji parsial dengan rumus:


(44)

)

(

i

se

i

t

hit

β

β

=

Dimana Se (

β

i) = var

β

i

Keterangan :

i

β

= koefisien regresi masing-masing variable independent

Se (

β

i) = standart error masing-masing koefisien regresi

Hipotesis :

H0 :

β

i = 0 artinya tidak ada pengaruh nyata variabel

independen secara parsial terhadap variabel

dependen.

H0 :

β

i ≠ 0 artinya ada pengaruh nyata variabel independen

secara parsial terhadap variabel dependen. Kaidah pengujian :

- t hitung≤ t tabel (5%, n–k–1) maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terhadap pengaruh nyata secara parsial dan variabel independen terhadap variabel dependen.

- t hitung > t tabel (5%, n–k–1) dant hitung < t tabel (5%, n–k–1) maka H0 ditolak

dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh nyata secara parsial

dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Analisa deskriptif digunakan untuk menjawab tujuan ke tiga, yaitu untuk menentukan alternatif mengatasi masalah kajian


(45)

33

usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo, kecamatan Pare, kabupaten Kediri. Dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu analisis yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti.


(46)

5.1. Letak Wilayah Desa Tulungrejo

Desa Tulungrejo merupakan salah satu desa yang terdapa diwilayah Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur. Luas wilayah Desa Tulungrejo yaitu seluas 38,13 Km persegi atau sekitar 807,019 Ha.

1. Desa Tulungrejo Terdiri Dari 5 Dusun yaitu:

Dusun Gondang, Dusun Kekep, Dusun Gerdu,

Dusun Junggo dan Dusun Wonorejo.

2. Batas Wilayah Desa Tulungrejo :

Sebelah Utara : Desa Sumberbrantas Sebelah Selatan : Desa Punten

Sebelah Barat : Hutan Perum Perhutani BKPH Pujon KPH Malang

Sebelah Timur : Desa Sumbergondo

Untuk lebih jelasnya, lokasi Desa Tulungrejo terlihat pada peta desa yang terletak pada lampiran … Wilayah desa Tulungrejo merupankan dataran rendah dengan ketinggian ± 43 meter diatas permukaan laut, sedangkan suhu udara rata – rata sebesar 23ºC. dengan suhu di desa Tulungrejo tersebut cenderung banyak petani yang berbudidaya ikan lele khususnya lele dumbo. Desa Tulungrejo secara


(47)

35

keseluruhan seluas 128,76 ha, dengan macam tanah yang digunakan tersebut berbeda – beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2

Tabel 2 : Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri Tahun 2010

No Jenis Penggunaan Tanah Luas Tanah (Ha)

1. 2.

Tanah Kas Desa Tanah Bondo Desa

25, 508 8

Total 33,508

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo.

Tabel 2 menunjukkan bahwa tanah di desa Tulungrejo sebanyak 33,508 dan sebagian besar jenis penggunaan tanah di desa Tulungrejo yaitu pada penggunaan tanah kas desa sebesar 25,508 ha,diperuntukan sebagai perkarangan atau pemukiman yang dimana jumlah penduduk di desa Tulungrejo sebesar 8.360 jiwa. Untuk penggunaan tanah bondo desa sebesar 8 ha, hal ini terkait pada mata pencaharian di desa Tulungrejo sebagian besar sebagai petani.

5.2. Keadaan Sosial Ekonomi Daerah

Penduduk di desa Tulungrejo secara keseluruhan berjumlah 8.360 jiwa. Untuk lebih jelasnya keadaan penduduk desa Tulungrejo menurut jenis kelamin dijelaskan kepada table 3.


(48)

Tabel 3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 2010

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)

1. 2.

Laki-Laki Perempuan

4.076 4.284

Total 8.360

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo.

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk desa Tulungrejo sebanyak 8.360 jiwa. Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di desa Tulungrejo cukup tinggi. Sedangkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin hampir sama, namun jumlah penduduk laki-laki sebanyak 4.076 jiwa lebih kecil dari penduduk perempuan yang besarnya 4.284 jiwa.

Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pula terhadap kebutuhan tenaga kerja pria di bidang pertanian yang secara tidak langsung berpengaruh pula terhadap tingkat produksi serta pendapatan petani.

5.3. Karakteristik Petani Contoh

Hasil penelitian terhadap karakteristik petani contoh dilakukan untuk mengetahui latar belakang petani contoh latar belakang petani contoh dapat menunjukkan hal-hal yang menunjang atau menghambat dalam suatu pelaksanaan usaha kajian agribisnis usaha benih ikan lele dumbo. Selain itu juga untuk melihat latar belakang kemampuan dan ketrampilan petani dalam menjalankan usahanya.

Petani yang diambil sebagai responden adalah petani yang mengusahakan benih ikan lele dumbo pada lahan milik sendiri dan pada lahan sewa. Gambaran tentang karakteristik petani contoh dapat dilihat berdasarkan umur petani,


(49)

37

pendidikan petani, luas lahan, jumlah ikan lele dumbo, umur ikan lele dumbo dan pakan ikan lele dumbo.

1) Umur Petani

Umur petani merupakan factor yang menentukan kemampuan fisik petani untuk belajar dan berpikir. Demikian pula dalam hal pengambilan keputusan sehubungan dengan usaha yang dilakukan. Pada umumnya umur petani yang lebih tua akan mempunyai kemampuan mengelola usahanya lebih baik dibandingkan petani yang masih mudah. Hal ini dikarenakan petani yang tua lebih berpengalaman dalam usahanya. Akan tetapi biasanya petani yang tua sudah dalam menerima hal-hal yang baru (inovasi baru). Lain halnya dengan petani yang mudah, mereka mampu bekerja lebih lama dan mau menerima hal-hal baru. Untuk lebih jelasnya tentang umur petani contoh, dapat dilihat pada table 4 berikut ini.

Tabel 4 : Umur Petani Contoh di Desa Tulungrejo Tahun 2010

No Umur Petani Contoh

(Tahun ) Jumlah (Jiwa) 1. 2. 3. 4.

20 – 30 30 – 40 40 – 50 >50

4 6 13

7

Jumlah 30

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan petani yang sudah matang dan menunjukkan tingkat pengalaman usaha kajian agribisnis ikan lele


(50)

dumbo cukup lama. Usia petani contoh yang produktif cukup tinggi, hal ini merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang kajian agribisnis tersebut, karena petani masih aktif dalam usaha mencari pengetahuan dan teknologi yang diharapkan berpengaruh pada keuntungan atau pendapatan yang bisa diperoleh petani ikan lele dumbo di desa Tulungrejo.

2) Pendidikan Petani

Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam penerapan teknologi baru, faktor pendidikan sangat berpengaruh dalam menentukan tingkat pengelolaan usaha. Dengan pendidikan maka tingkat ketrampilan dan pengetahuan dapat meningkat kearah yang lebih baik.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani Contoh Desa Tulungrejo Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa)

1. 2. 3. 4.

Tamat SD Tamat SLTP

Tamat SLTA

Tamat Perguruan Tinggi

- 6 15

9

Jumlah 30

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani contoh di desa Tulungrejo sudah cukup tinggi, tamatan SLTA sebanyak 15 jiwa dan tamatan perguruan tingginya 9 jiwa, ari keseluruhan petani contoh sebanyak 30 jiwa. Meskipun demikian, para petani contoh di desa Tulungrejo terus mencari


(51)

39

informasi atau pengetahuan yang lebih supaya dapat menunjang usaha kajian usaha ikan lele dumbo di desa Tulungrejo lebih maju.

3) Luas Kolam

Luas kolam di suatu wilayah pada hakekatnya merupakan wujud dari penggunaan Kolam tertentu, oleh karena itu dengan luas kolam yang sangat besar maka nilai penggunaan kolam disuatu daerah akan meningkat. Begitu juga luas kolam yang dimiliki oleh petani contoh di desa Tulungrejo. Untuk lebih jelasnya tentang luas kolam yang dimiliki petani, dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Luas Kolam Yang Dimiliki Petani Contoh Tahun 2010

No Luas Kolam(m2) Jumlah (jiwa)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 82 100 122 132 188 206 260 11 7 4 4 1 2 1

Jumlah 30

Sumber : Kantor Kecamatan Desa Tulungrejo

Tabel 6 menunjukkan bahwa luas kolam yang dimiliki oleh petani contoh berbeda-beda, sebagian besar petani contoh pada perkembangan usaha ikan lele dumbo di desa Tulungrejo kecamatan Pare kabupaten Kediri mempunyai luas


(52)

kolam sebesar 82 m2 dengan jumlah petani 11 jiwa, hal ini disebabkan karena modal yang dimiliki petani masih kecil.

Apabila modal yang dimiliki petani besar, maka kemungkinan semakin luas pula kolam yang dimiliki petani untuk kajian usaha ikan lele dumbo. Dengan banyaknya ikan yang ada, maka akan menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi.

4) Umur Ikan Lele Dumbo

Ikan lele dumbo yang dibudidayakan oleh petani di desa Tulungrejo sudah dalam bentuk bibit dengan ukuran 4 – 8 cm, yang merupakan benih bagus, diukur dari ujung sampai ekor. Benih tersebut ditempatkan pada kolam pendederan.

Ukuran benih harus sama saat diletakkan di kolam, setiap 1 m2 hanya boleh di isi

antara 30 – 45 ekor.

Kolam pendederan merupakan kolam yang digunakan untuk memelihara benih ikan lele dumbo sampai umur 3 – 5 bulan. Setelah itu ukuran ikan lele dumbo bisa mencapai 50 – 100 gram dan kemudian bisa dimasukkan ke dalam kolam pembesaran, ikan lele dumbo mencapai dewasa setelah berumur 7 -10 bulan dengan kisaran berat 200 – 500 gram perekor.

5) Pakan Ikan Lele Dumbo

Pemberian pakan ikan lele dumbo dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pakan ikan lele dumbo berupa pelet, namun ada juga petani yang memberikan makanan tambahan berupa dedak (bekatul), bungkil kacang, bungkil kelapa, sisa –sisa makanan, daun –daun, cincangan bekicot dan lain – lain yang dianggap banyak kandungan proteinnya.


(53)

41

Pemberian pakan berupa pelet diperoleh petani desa Tulungrejo dari hasil kerjasama dengan pabrik pakan ikan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas dan memperkecil biaya pakan ikan lele dumbo. Selain itu jenis pakan lain sebagai selingan antara lain usus ayam, bangkai ayam atau burung yang belum busuk. Semua bentuk pakan selingan harus direbus atau dibakar lebih dulu agar mikroorganisme penyabab penyakit dapat terbasmi. Pemberian tidak boleh secara utuh, melainkan harus dicincang sebesar pelet. Pemberian juga jangan berlebihan tetapi diperhatikan sebagaimana jumlah pemberian yang semestinya. Misalnya pakan selingan jumlahnya cukup sebaiknya digiling untuk kemudian dicampur bekatul dengan perbandingan 1:3.


(54)

6.1. Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo

Lokasi budidaya benih ikan lele dumbo secara umum tersebar di berbagai kondisi daerah. Indikatornya antara lain adalah untuk usaha pembenihan ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan pare, Kabupaten Kediri, jumlah petani yang budidaya pembenih ikan lele dumbo sebanyak 95% dan petani yang budidaya ikan lele konsumsi sekitar 5%. Dengan jumlah produksi benih ikan lele dumbo adalah sebanyak 3628rean dan 8233kg dari total produksi benih ikan lele dumbo di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.

Budidaya ikan lele dumbo sangat mudah karena mempunyai adaptasi yang cukup tinggi dan dimana pemeliharaannya hanya terletak pada keuletan dan kerajinan petani dalam memberi pakan dan pengaturan pengairan dalam kolam yaitu pengontrolan PH air dan tingkat oksigen yang dikandung dalam air yang

dapat diatur melalui pemasukan dan pengeluaran air.

Alasan utama sebagian besar masyarakat melakukan usaha budidaya benih ikan lele dumbo antara lain adalah kesulitan untuk mengatasi penyakit karena mengobati melalui air untuk usaha benih ikan lele dumbo, serta petani memberi pakan yang bergeser pada bahan pakan lain yang sehat, aman dan tidak berdampak negatif terhadap benih ikan lele dumbo menjadi stimulan bagi peningkatan permintaan benih ikan lele dumbo.


(55)

43

1. Lokasi Usaha.

Pemilihan lokasi yang tepat untuk usaha pembenihan ikan lele dumbo merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan ikan lele dumbo secara menguntungkan, meskipun sebenarnya tidak ada persyaratan yang rumit dalam pemilihan lokasi usaha pembenihan ikan lele dumbo ini. Hal ini karena secara umum ikan lele dumbo termasuk ikan yang bisa hidup di sembarang tempat, meski demikian dalam budidayanya pemilihan lokasi yang tepat harus diperhatikan.

Syarat – syarat lokasi yang tepat harus dipenuhi agar proses usaha pembenihan ikan lele dumbo dapat berlangsung dan berproduksi adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan kolam(persiapan kolam) adalah kolam pemijahan dan ukuran

kolam untuk pemijahan = 2x4m, ketinggian kolam ± 60 – 80cm dan berupa kegunakan sistem buang air bawah(C-pond), kondisi kolam dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari kuman, virus, bakteri (sterilkan kolam dengan larutan disinfektan dan dikeringkan dengan panas matahari ± 2 hari), aliran air masuk berseberangan dengan air yang keluar dan isi air dengan ketinggian ± 20cm pada kolam.

b. Di lokasi tersebut tersedia air dalam kualitas dan kuantitas yang

mencukupi. Walaupun ikan lele dumbo dapat hidup dalam air yang keruh, kualitas air sangat mengdukung pertumbuhan ikan lele dumbo. Oleh karena itu, air yang digunakan untuk kolam budidaya ikan lele dumbo adalah air sumur kedalaman 10m, dan harus banyak mengandung mineral,


(56)

zat hara, serta tidak tercemar oleh racun atau limbah-limbah rumah tangga dan industri. Air yang baik untuk pertumbuhan ikan lele dumbo adalah air bersih yang berasal dari sungai, air hujan dan air sumur. Kualitas air yang baik untuk budidaya pembenihan ikan lele dumbo haruslah memenuhi syarat variabel-variabel fisika, kimia dan biologi yang baik, meliputi kejernihan air serta berbagai kandungan mineral di dalamnya.

Berikut ini kondisi optimal air untuk budidaya pembenihan ikan lele dumbo:

1. Suhu minimum 20°C, suhu maksimum 30°C dan suhu optimum 24–

27°C.

2. Kandungan oksigen minimum 3 ppm.

3. Kandungan karbon dioksida (CO²)di bawah 15 ppm, NH3 di bawah

0,005 ppm, NO2 sekitar 0,25 ppm dan NO³ sekitar 250 ppm.

4. Tingkat derajat keasaman :

- Dari konsentrasi Ion hydrogen, menunjukan bahwa air (H2O) akan bereaksi menjadi asam atau basa.

- Skala pH berderet dari 0-14, dan pH 7 adalah netral, pH akan turun (keasamanan meningkat) bila konsentrasi CO2 meningkat dengan pH terlalu rendah,air akan bersifat asam


(57)

45

2. Bahan Baku.

Input yang digunakan untuk kegiatan usaha pembenihan ikan lele dumbo yang utama adalah Induk ikan lele dumbo. Disamping itu juga membutuhkan berbagai jenis pakan seperti: pelet dan sisa-sisa makanan rumah tangga dan pakan benih adalah Cacing sutra, Pakan udang tepung, pelet yang paling kecil(direndam)dll. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan usaha benih ikan lele dumbo diperlukan peralatan penunjang dan sarana produksi utama budidaya benih ikan lele dumbo. Adapun fasilitas produksi dan jenis peralatan yang digunakan dalam satu unit usaha budidaya pembenihan ikan lele dumbo dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 : Fasilitas dan Peralatan Untuk Budidaya Benih Ikan Lele Dumbo.

No Nama Fasilitas dan Peralatan Jumlah

1. Pompa air(sanyu) 1 unit

2. Jaring Ikan

5 buah

3. Untuk mengukur (bak)ukuran 1-10cm benih ikan lele

dunbo 10 buah

4. Jala 3 buah

5. Drum 4 buah

6. Ember besar 4 buah

7. Timbangan 1 unit


(58)

3. Tenaga Kerja.

Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembenihan ikan lele dumbo ini relatif tidak terlalu banyak. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan relatif banyak hanya pada saat pembangunan kolam beserta fasilitas pendukungnya. Tenaga kerja untuk kegiatan budidaya ini dalam operasionalnya hanya membutuhkan 1–2 orang pekerja untuk satu unit usaha yang dilakukan secara kontinyu sepanjang tahun. Para pekerja ini umumnya dibayar secara harian/mingguan/bulanan. Pekerja antara lain melaksanakan kegiatan membeli pakan, memberikan pakan ikan lele dumbo, melakukan pembersihan, memanen serta menjaga keamanan.

Keberhasilan usaha budidaya lele dumbo sangat ditentukan oleh kejujuran dan kedisiplinan karyawan atau pelaksana kerja sehari-hari. Kontrol yang ketat merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kebocoran-kebocoran yang berakibat pada pembengkakan pada biaya operasional. Pada usaha benih ikan lele dumbo kebocoran yang sering terjadi adalah pada penggunaan pakan. Pemberian pakan yang berlebihan selain akan menyebabkan pembengkakan biaya operasional juga akan menurunkan produktivitas dan menurunkan kualitas perairan.

4. Teknologi Pembenihan.

1. Pengelolaan Induk Lele Dumbo.

Induk ikan lele dumbo yang akan digunakan dalam kegiatan proses produksi harus tidak berasal dari satu keturunan dan memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan pada morfologi, fekunditas, daya


(59)

47

tetas telur, pertumbuhan dan sintasannya. Karakteristik tersebut dapat diperoleh ketika dilakukan kegiatan produksi induk dengan proses seleksi yang ketat.

Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele dumbo antara lain: umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm. Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat 0,5 – 0,75 kg dan panjang standar 30 – 35 cm.

Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata dan dengan perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan.

Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan diperlukan banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan betina dapat berimbang. Induk lele dumbo sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam bak tembok dengan padat tabar 5 ekor/m2 dapat dengan air mengalir ataupun air diam. Pakan yang diberikan berupa pakan komersial dengan kandungan protein diatas 25% dengan jumlah pakan sebanyak 2 – 3 % dari bobot biomasa dan frekuensi pemberian 3 kali per hari.

2. Pemijahan dan Pemeliharaan Larva.

Pemijahan ikan lele dumbo dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan


(60)

dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkan secara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan.

Pemijahan alami dan semi alami menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan 1 : 1 baik jumlah ataupun berat. Bila induk betina atau jantan lebih berat dibanding lawannya, dapat digunakan perbandingan jumlah 1 : 2 yang dilakukan secara bertahap. Misalnya, induk betina berat 2 kg/ekor dapat dipasangkan dengan 2 ekor induk jantan berat 1 kg/ekor. Pada saat pemijahan, dipasangkan induk betina dan jantan masing-masing 1 ekor. Setelah sekitar setengah telur keluar atau induk jantan sudah kelelahan, dilakukan penggantian induk jantan dengan induk yang baru. Wadah pemijahan dapat berupa bak plastik atau tembok dengan ukuran 2 x 1 m dengan ketinggian air 15 – 25 cm. Kakaban untuk meletakkan telur disimpan di dasar kolam.

Pemijahan buatan menggunakan induk betina dan jantan dengan perbandingan berat 3 : 0,7 (telur dari 3 kg induk betina dapat dibuahi dengan sperma dari jantan berat 0,7 kg).

Pemijahan semi alami dan buatan dilakukan dengan melakukan penyuntikan terhadap induk betina menggunakan ekstrak pituitari/hipofisa atau hormon perangsang (misalnya ovaprim, ovatide, LHRH atau yang lainnya). Ekstrak hipofisa dapat berasal dari ikan lele atau ikan mas sebagai donor.


(61)

49

Penyuntikan dengan ekstrak hipofisa dilakukan dengan dosis 1 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan lele) atau 2 kg donor/kg induk (bila menggunakan donor ikan mas). Penyuntikan menggunakan ovaprim atau ovatide dilakukan dengan dosis 0,2 ml/kg induk.

Penyuntikan dilakukan satu kali secara intra muscular yaitu pada bagian punggung ikan. Rentang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi telur 10 – 14 jam tergantung pada suhu inkubasi induk. Prosedur pemijahan buatan meliputi: Pemeriksaan ovulasi telur pada induk betina, Pengambilan kantung sperma pada ikan jantan, Pengenceran sperma pada larutan fisiologis (NaCl 0,9%) dengan perbandingan 1 : 50 – 100 Pengurutan induk betina untuk mengeluarkan telur, Pencampuran telur dan sperma secara merata untuk meningkatkan pembuahan (fertilisasi), Penebaran telur yang sudah terbuahi secara merata pada tahap penetasan.

Penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan kandungan oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi.

Telur lele dumbo menetas 30 – 36 jam setelah pembuahan pada suhu 22 – 25 °C. Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung telur (yolksack) yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva sehingga tidak perlu diberi pakan. Penetasan telur dan penyerapan yolksack akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pemeliharaan larva dilakukan dalam


(62)

penetasan. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva umur 4 – 5 hari atau ketika larva sudah dapat berenang dan berwarna hitam.

3. Pendederan I dan Pendederan II

Benih ikan lele dapat dipelihara dalam bak plastik, bak tembok atau kolam pendederan. Pakan yang diberikan berupa cacing Tubifex, pakan udang tepung, pelet atau pakan buatan dengan dosis 10 – 15% bobot biomass.

5. Proses Produksi

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan hasil persilangan ikan

lele lokal yang berasal dari Afrika dengan lele lokal dari Taiwan. Ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia oleh sebuah perusahan swasta pada tahun 1985. Ciri khas dari ikan ini adalah sirip dadanya yang dilengkapi sirip keras dan runcing yang disebut patil. Patil ini berguna sebagai senjata dan alat bantu untuk

bergerak. Selain itu juga ada alat yang disebut aboresent yang bentuknya

berlipat-lipat penuh dengan pembuluh darah. Dengan alat tersebut ikan ini mampu mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga dapat hidup dalam waktu yang cukup lama pada lumpur lembab bahkan tanpa air sama sekali.

Ikan lele mempunyai sifat aktif pada malam hari (noctural). Hal ini berarti bahwa ikan lele dumbo akan lebih aktif jika diberi makan pada malam hari. Pemberian pakan yang tepat, baik frekuensi ataupun jumlahnya akan lebih mengefisienkan biaya yang diperlukan. Dengan memahami sifat biologi ikan tersebut, maka pada akhirnya hanya budidaya yang paling efisien yang akan


(63)

51

6.2. Karaktiristik Sosial Ekonomi Responden

Karakteristik merupakan sifat – sifat yang dimiliki manusia yang membedakan seseorang dengan yang lain. Pada penelitian ini pembahasan karakteristik dari petani meliputi : umur, luas lahan yang dimiliki dan pendidikan petani. Umur seseorang akan mempengaruhi kecakapan serta cara dalam melakukan usahataninya. Selain itu umur petani juga dapat mempengaruhi petani dalam penerimaan inovasi baru. Petani yang masih muda dengan tenaga yang lebih kuat akan lebih giat dalam mengelola usahataninya. Umur petani berbeda – beda, untuk lebih jelasnya keadaan petani dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 8. Umur Petani Responden di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare,

Kabupaten Kediri.

No Umur petani Jumlah petani

(jiwa)

Prosentase (%)

1. 20 – 30 3 14.7

2. 31 – 40 5 26.7

3. 41 – 50 11 29.3

4. 51 – 60 11 29.3

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa petani sebagian besar berusia lanjut atau usia yang tidak produktif. Hal ini di sebabkan karena para pemuda di desa Tulungrejo sebagian besar masih sekolah dan migrasi ke kota untuk bekerja di non pertania. Meskipun demikian dari segi ketrampilan dan pengalaman petani berusia lanjut cukup baik, lebih banyak dan lebih matang dalam berusahatani, sedangkan yang muda lebih mudah menerima pengetahuan.


(64)

Tingginya prosentase tenaga kerja yang lanjut akan berpengaruh dengan penggunaan tenaga kerja yang di butuhkan dalam usahataninya, karena tenaga kerja yang berusia mudah mempunyai tenaga yang lebih kuat atau lebih sehat dari pada yang berusia lanjut, sehingga dalam pelaksanaan usahataninya lebih giat.

Selain itu kepemilikan luas kolam juga merupakan modal bagi usaha benih ikan lele dumbo akan menjalankan usahanya, karena besar kecilnya luas kolam yang di miliki petani akan mempengaruhi besar kecilnya produksi yang dihasilkan waktu panen dan penggunaan tenaga kerja dalam usahanya. Luas lahan yang di miliki petani di desa Tulungrejo beranaka ragam. Untuk lebih jelasnya luas pemilikan kolam petani dapat di lihat pada tabel berukut ini :

Tabel 9. Luas kolam Pemilikan Petani Di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

No Lusa kolam(m²) Jumlah Petani

(Jiwa)

Prosentase (%)

1. 82 11 30.4

2. 100 7 43.3

3. 188 9 16.3

4. 260 3 10

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2011

Berdasarkan tabel di atas bahwa banyak petani yang memiliki luas kolam di bawah 0.50 ha atau 82m², luas kolam petani akan mempengaruhi pada penggunaan tenaga kerja usahanya.

Pendidikan juga berpengaruh terhadap kemampuan dalam pengambilan keputusan usahanya, karena dengan pendidikan yang dimiliki pada petani akan


(65)

53

mempengaruhi tingkat pengetahuan, cara berfikir serta penting sebagai dasar untuk pengambilan berkeputusan usahanya serta melihat kemampuan petani untuk mengkoordinasikan faktor –faktor produksi usahataninya. Untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan petani harus mendapatkan pendidikan, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan formal diperoleh dari bangku sekolah, sedangkan yang pendidikan non formal diperoleh dari penyuluh – penyuluh petani lapangan dan ada yang diperoleh waktu mengikuti seminar di balai desa, penyuluhan dan seminar ini membicarakan tentang masalah pertanian yang dihadapi oleh petani di desa Tulungrejo selain itu dalam pertemuan tersebut juga digunakan sebagai tukar pengalaman antara petani yang satu dengan petani lainnya tentang usahataninya, untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan petani di desa Tulungrejo dapat dilihat pada tabel berukut ini :

Tabel 10. Tingkat Pendidikan Responden Di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.

No Tingkat Pendidikan Jumlah petani

(jiwa)

Prosentase (%)

1. Tamat SD 3 8

2. Tamat SLTP 5 20

3. Tamat SLTA 15 46.7

4. Perguruan Tinggi 7 25.3

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2011

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui sebagian besar petani berpendidikan hanya tamat SLTA yaitu sebesar 46.7% atau 15 orang petani, meskipun pada kenyataan yang terbanyak adalah pendidikan formal menengah,


(1)

Alternatif dari masalah ekonomi di atas adalah Pinjaman yang harus diketahui oleh petani usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo sebagai modal awal untuk membuka usaha budidaya benih ikan lele dumbo dengan cara meminjam atau di kredit di bank, tetapi petani masih kurang pengalaman untuk usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo, maka dari 23 populasi relatif sedang. Maka dari itu petani usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo harus di tingkatkan usaha ini dan bias menghasilkan keuntungannya.

Alternatif dari masalah ekonomi di atas adalah membuat kolam, indukkan peralatan yang harus di persiapkan atau laksanakan oleh petani usaha benih ikan lele dumbo dan dengan modal awal yang sudah di pinjam oleh bank (kredit) untuk membayar tenaga penbuatan kolam, mempersiapkan induk, alat –alat yang untuk budidaya benih ikan lele dumbo dan pakan ikan lele dumbo yang di budidayakan oleh petani usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo, sehingga dari 12 populasi relatif sedang. Maka dari itu petani usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo harus di targetkan usaha benih ikan lele dumbo akan meningkatkan dengan baik.

Kegiatan budidaya benih ikan lele dumbo secara langsung memberikan keuntungan secara ekonomis yang dapat dinikmati oleh masyarakat, antara lain:

1. Penyerapan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi adanya pengangguran.

2. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bagi pemerintah daerah setempat.


(2)

3. Meningkatkan pendapatan masyarakat baik petani pembudidaya ikan lele secara langsung maupun pelaku usaha yang terlibat secara tidak langsung seperti pedagang pengentas ikan, usaha pemancingan, rumah makan khas ikan serta para penyedia jasa yang berkaitan dengan adanya usaha budidaya ikan lele ini.

Secara umum usaha budidaya benih ikan lele dumbo sebagai suatu kegiatan produksi tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitarnya. Salah satu pencemaran yang mungkin timbul adalah pencemaran udara (bau). Namun hal ini tidak membahayakan bagi kesehatan serta masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi tersebut mengingat hampir seluruh masyarakat sekitar lokasi usaha melakukan usaha budidaya serupa.

Limbah yang lain adalah berupa sampah ikutan dari pembelian bahan-bahan sarana produksi antara lain berupa bekas kemasan pupuk organik maupun anorganik, serta botol-botol plastik bekas obat-obatan. Namun demikian jumlah limbah bekas kemasan ini tidak terlalu banyak dan masih dapat dikelola dengan cara dijual kepada pemulung barang bekas atau dipakai sendiri untuk keperluan lain.

Adapun untuk jenis limbah yang lain adalah limbah cair yaitu berupa limbah bekas air kolam yang dikuras kemudian beberapa pembudidaya membuangnya ke sungai. Namun jenis limbah cair ini pun baik secara fisik, kimiawi maupun biologi tidak berbahaya bagi lingkungan, disamping frekuensinya yang sangat jarang.


(3)

1. Usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri layak. Dari perhitungan nilai R/C ratio yang didapatkan sebesar 10.18796 menunjukan bahwa usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo efisien atau menguntungkan karena nilainya lebih dari 1. 2. Secara umum usaha benih ikan lele dumbo mempunyai peluang pasar

yang baik. Sehingga usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri semakin meningkat maka benih ikan lele dumbo laku dijual karena permintaan lebih banyak membeli benih ikan lele dumbo sebanyak 45.000.000 – 65.000.000 ekor benih.

3. Alternatif mengatasi masalah sebagai berikut : - Hama, seperti : burung, katak, dan ular.

Cara untuk mengetasi burung, katak, dan ular yaitu, diatas kolam di tutup dengan bambo sehingga benih ikan tidak dimangsa oleh burung, katak, dan ular.

- Penyakit, parasite adalah virus bakteri dan jenis udang renik. Cara untuk mengetasi penyakit yaitu, air yang sudah kotor, dibuang, kolam dicuci dengan bersih terus diganti dengan air bersih dan di tuangkan obat – obatan yang disediakan ke dalam kolan yang sudah terisi air sehingga tidak terjadinya penyakit.


(4)

- Penyediaan benih ikan lele dumbo karena permintaan membutuhkan benih ikan lele dumbo yang berbeda ukurannya, maka petani sudah memberitahu bahwa permintaan lebih dulu memesan sehingga petani bisa menyediakan benih ikan lele dumbo yang berbeda ukuran.

7.2. Saran

1. Usaha benih ikan lele dumbo yang saat ini dikembangkan akan lebih baik apabila kebersamaan petani agar dapat memenuhi permintaan tersebut. Hal ini karena secara ekonomi akan lebih menguntungkan dan dalam pemanfaatan pakan lebih efisien, dan obat – obatan yang mengatasi penyakit lebih efisien. Maka dengannya kebersatuan petani usaha benih ikan lele dumbo sehingga tidak terjadi kerugian pada saat mengatasi masalah. Selain itu pembudidaya akan mempunyai keuntungan yang lebih baik.

2. Untuk lebih meningkatkan efisiensi, produktivitas serta kualitas hasil usaha benih ikan lele dumbo, pembudidaya perlu lebih ditingkatkan kesadaran, pengetahuan, serta pemahamannya terhadap teknologi. Disamping itu juga selalu ditingkatkan kemampuan manajerialnya termasuk pula akses terhadap sumber-sumber permodalan yang mudah dan murah, diversifikasi komoditas produk olahan/pasca panen, penguasaan terhadap pasar serta promosi.


(5)

sehingga penyusunan kebijakan /perencanaan, pengawasan yang berpihak kepada petani untuk mengembangkan usaha benih ikan lele dumbo di desa Tulungrejo Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar (Ikan Gurame, Ikan Nila dan Ikan

Mas). Kanisius. Yogyakarta.

Cahyono B, 2001. Budidaya Ikan Di Perairan Umum. Kanisius. Yogyakarta. Deden, 2002, usaha penbenihan ikan hias air tawar. PT. Penyebar swadaya

jakarta.

Ferdinand A. 2006. Metode Penelitian Manajemen. AGF BOOKS. Seripustaka Canci . Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Hidayat S. I, 2002, Manajemen Agribisnis I, Program Pasca sarjana Magister Manajemen Agribisnis, UPN ”Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Kartasapoetra, 1985, Manajemen Agribisnis, PT. Bina Aksara, Jakarta.

Kumalasanti I. S dan Primyastanto M. 1999. Analisis Evaluasi proyek Usaha Ikan Gurami (Osphronemus gourami) di CV. Semi Desa Kecubung Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk Jawa Timur.

Murtidjo B. A. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.

Prihartono E, 2004. Permasalahan Gurami dan Solusinya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Primyastanto M. 2003. Evaluasi Proyek Dari Teori Ke Praktek (Studi Pembesaran

Ikan Gurame). PT. Danar Wijaya – Brawijaya University Press. Malang.

Rahardi F, Kristiawati R dan Nazaruddin. 2000. Agribisnis Usaha. Penebar Swadaya. Jakarta.

Singarimbun M dan Efendi S. 1995. Metodologi Penelitian Survey. LP3E. Jakarta. Surakhmad W. 1978. Dasar dan Tehnik Research. Pengantar Metodologi Ilmiah.

Penerbit Tarsito. Bandung.