Analisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele dumbo kelompok tani pembudidaya ikan lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE

DUMBO KELOMPOK TANI PEMBUDIDAYA IKAN LELE

DESA LENGGANG, KECAMATAN GANTUNG,

BELITUNG TIMUR, BANGKA BELITUNG

SKRIPSI

RINO ARIBOWO H 34104072

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

 

BOGOR


(2)

RINGKASAN

RINO ARIBOWO. Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SITI JAHROH).

Sektor pertambangan di Kabupaten Belitung Timur tidak dapat dijadikan sebagai andalan kehidupan perekonomian masyarakat pada beberapa tahun ke depan karena hasil tambang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Hal tersebut membuat Pemerintah Kabupaten Belitung Timur mempersiapkan mata pencaharian alternatif yang dapat dijadikan andalan untuk masyarakat sektor pertambangan. Budidaya perikanan air tawar menjadi salah satu alternatif karena di Kabupaten Belitung Timur memiliki potensi berupa pekarangan milik masyarakat yang luas. Ada beberapa ikan air tawar yang dicoba untuk dibudidayakan yaitu nila, bawal, patin, betutu, dan lele. Ikan lele menjadi fokus utama untuk dikembangkan karena banyaknya permintaan ikan lele konsumsi segar. Jenis ikan lele yang dikembangkan adalah ikan lele dumbo karena lebih populer dan benihnya mudah didapat. Pemerintah Kabupaten Belitung Timur membuat program untuk pengembangan ikan lele dumbo di Kabupaten Belitung Timur dengan membina beberapa kelompok tani, salah satunya Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang. Kegiatan budidaya yang dijalankan merupakan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo dan sudah berjalan selama setahun. Namun, analisis kelayakan usaha belum pernah dilaksanakan pada kelompok tani tersebut. Analisis kelayakan usaha ini dilaksanakan untuk melihat apakah usaha yang telah dijalankan selama satu tahun tersebut layak dan dapat digunakan sebagai acuan untuk melanjutkan usaha di tahun berikutnya. Analisis kelayakan usaha yang akan dilaksanakan ditinjau dari aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Aspek finansial meliputi analisis kriteria investasi yaitu

Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback

Period (PP).

Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele di daerah penelitian dilihat dari aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, serta aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan; 2) menganalisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan lele dumbo dilihat dari investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost

Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of return (IRR), dan Payback Period (PP);

dan 3) menganalisis switching value usaha pembesaran ikan lele dumbo jika terjadi peningkatan harga pakan dan penurunan produksi output.

Penelitian ini dilakukan pada usaha pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Jenis dan sumber data berasal dari data primer yang diperoleh dari wawancara di lapangan dan data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait dengan penelitian. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan


(3)

kualitatif yaitu menggunakan program Microsoft Excel 2007 yang diinterpretasikan secara deskriptif.

Berdasarkan hasil analisis aspek-aspek nonfinansial, menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan lele dumbo belum layak sepenuhnya karena terdapat kriteria yang belum layak pada aspek teknis. Analisis aspek pasar menunjukkan adanya permintaan ikan lele di Kabupaten Belitung Timur yang belum terpenuhi seluruhnya sehingga peluang pasar masih terbuka. Berdasarkan aspek teknis, usaha tidak mengalami kendala terhadap lokasi karena kemudahan dalam akses pasar, akses bahan baku dan pengawasan. Namun, beberapa hal lain yang menjadi kriteria penilaian kelayakan aspek teknis menyebabkan pengusahaan ikan lele belum layak. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat survival rate yang rendah (64 persen), jumlah benih yang ditebar masih di bawah kapasitas kolam yang ada, dan ketersediaan pakan yang tidak kontinyu. Berdasarkan aspek manajemen meskipun memiliki struktur organisasi yang sederhana, pembagian tugas sudah berjalan dengan lancar. Berdasarkan aspek hukum, Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang merupakan kelompok tani yang dibentuk dan mendapatkan izin dari Kepala Desa Lenggang. Berdasarkan aspek sosial, budaya dan ekonomi usaha ini berdampak positif bagi masyarakat sekitar menjadi alternatif mata pencaharian baru, tidak mengganggu masyarakat sekitar dan tidak bertentangan dengan budaya setempat. Berdasarkan aspek lingkungan, limbah dari usaha pembesaran ikan lele dumbo tidak menyebabkan terganggunya kenyamanan masyarakat sekitar.

Berdasarkan análisis terhadap aspek finansial pada kondisi aktual mendapatkan hasil tidak layak. Hal tersebut disebabkan oleh nilai pada kriteria yang telah ditentukan yaitu Net Present Value (NPV) yang menghasilkan nilai lebih rendah dari nol yaitu minus Rp33.145.024,00, Net B/C ratio hanya menghasilkan nilai sebesar 0,57 atau lebih kecil dari 1 (satu), Internal Rate Return

(IRR) memiliki nilai sebesar -10 persen atau lebih kecil dari tingkat discount rate

yang digunakan yaitu 1,3125 dan tidak menghasilkan pengembalian investasi karena nilai manfaat rata-rata per tahun adalah negatif yaitu minus Rp3.449.195,00. Analisis finansial terhadap kondisi perencanaan pengembangan mendapatkan hasil yang layak menurut kriteria yang ditentukan. Berdasarkan nilai NPV menghasilkan nilai lebih dari nol yaitu Rp87.191.710,00, Net B/C ratio

menghasilkan nilai lebih dari 1 (satu) yaitu 2,47, IRR menghasilkan nilai lebih besar dari tingkat discount rate yaitu 26 persen dan investasi yang dikeluarkan dapat dikembalikan selama 5,51 triwulan berdasarkan perhitungan payback

period. Hasil switching value terhadap parameter kenaikan harga pakan pada

kondisi perencanaan pengembangan menghasilkan nilai sebesar 24,47 persen dan penurunan jumlah produksi sebesar 11,54 persen. Nilai tersebut merupakan batas toleransi perubahan yang mungkin terjadi. Jika perubahan melebihi batas-batas tersebut maka usaha dapat dikatakan tidak layak untuk dilaksanakan. Manfaat bersih tambahan (Incremental Net Benefit) yang diperoleh jika Kelompok Tani mengubah pengusahaan pembesaran ikan lele dari kondisi aktual ke kondisi perencanaan pengembangan adalah Rp129.090.355,00.


(4)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE

DUMBO KELOMPOK TANI PEMBUDIDAYA IKAN LELE

DESA LENGGANG, KECAMATAN GANTUNG,

BELITUNG TIMUR, BANGKA BELITUNG

SKRIPSI

RINO ARIBOWO H 34104072

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

 

BOGOR


(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung

Nama : Rino Aribowo

NRP : H34104072

Disetujui, Pembimbing

Siti Jahroh, Ph.D NIP. 19771126 200812 2001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013

Rino Aribowo H34104072


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungpandan tanggal 27 Juli 1986. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Edi Siswanto dan Ibu Ratnawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 9 Tanjungpandan pada tahun 1998 dan pendidikan tengah pertama diselesaikan di SLTP Negeri 1 Tanjungpandan pada tahun 2001. Pendidikan lanjut menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 1 Tanjungpandan pada tahun 2004. Pada tahun tersebut penulis melanjutkan studinya di Program Studi Diploma III Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2007.

Setelah diwisuda penulis mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan hortikultura bernama Rumah Sayur di Kota Bogor sebagai Leader Penanaman hingga bulan Maret 2008. Kemudian pada bulan April 2008 penulis kembali diterima kerja di Bank Central Asia sebagai Teller hingga Mei 2010 dan memutuskan untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S1 di Institut Pertanian Bogor pada Program Alih Jenis Agribisnis Departemen Agribisnis pada tahun yang sama. Selama masa perkuliahan, penulis juga tercatat sebagai pengurus Faster

(Forum Agribusiness Students Transfer Program) yaitu sebagai Menejer

Kreatifitas periode 2011-2012. Untuk menyelesaikan masa studinya sebagai mahasiswa Program Alih Jenis Agribisnis IPB penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung”, dibimbing oleh Siti Jahroh, Ph.D.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan tuntunan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang dari aspek nonfinansial dan aspek finansial. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca umumnya.

Bogor, Februari 2013

Rino Aribowo H34104072


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Siti Jahroh Ph.D selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu guna membimbing dan mengarahkan penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini hingga menjadi skripsi.

2. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS sebagai dosen penguji utama dan Rahmat

Yanuar SP, MSi sebagai perwakilan dari komisi akademik yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator pada kolokium proposal penelitian penulis yang telah meluangkan waktunya dan memberikan saran demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

4. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku pembimbing akademik beserta staf dosen Departemen Agribisnis atas dukungan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

5. Ayahanda dan Ibunda serta adik-adikku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan moril dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

6. Dinas Perikanan Kabupaten Belitung Timur, Kepala Desa Lenggang atas waktu,

kesempatan, dan informasi yang diberikan.

7. Seluruh anggota Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang yang

telah memberikan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan (Adib Priambudi, Eko Andriyanto dan Hairia) serta

teman-teman Agribisnis angkatan Alih Jenis 1 atas semangat dan sharing selama

penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuannya.

Bogor, Februari 2013

Rino Aribowo H34104072


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan Penelitian ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

1.5.Ruang Lingkup ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1.Karakteristik Ikan Lele Dumbo ... 7

2.2.Penelitian Terdahulu tentang Studi Kelayakan Bisnis ... 9

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 14

3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ... 14

3.1.1.Teori Investasi ... 14

3.1.2.Aspek-aspek Nonfinansial ... 14

3.1.2.1.Aspek Pasar ... 14

3.1.2.2.Aspek Teknis ... 15

3.1.2.3.Aspek Manajemen dan Hukum ... 16

3.1.2.4.Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi ... 16

3.1.2.5.Aspek Lingkungan ... 17

3.1.3.Aspek Finansial ... 18

3.1.4.Analisis Switching Value ... 19

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 20

IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.2.Jenis dan Sumber Data ... 23

4.3.Metode Pengolahan Data ... 23

4.3.1.Analisis Aspek Pasar ... 24

4.3.2.Analisis Aspek Teknis ... 24

4.3.3.Analisis Aspek Manajemen dan Hukum ... 24

4.3.4.Analisis Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi ... 24

4.3.5.Analisis Aspek Lingkungan ... 25

4.3.6.Analisis Kelayakan Finanasial ... 25

4.3.6.1.Net Present Value (NPV) ... 25

4.3.6.2.Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) ... 26

4.3.6.3.Internal Rate of Return (IRR) ... 27

4.3.6.4.Payback Period (PP) ... 27

4.3.7.Analisis Switching Value ... 28

  V GAMBARAN UMUM USAHA ... 29


(11)

5.1.1.Letak dan Keadaan Alam ... 29

5.1.2.Kependudukan ... 30

5.1.3.Prasarana dan Sarana ... 30

5.2.Gambaran Umum Usaha Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 30

VI ANALISIS ASPEK NONFINANSIAL ... 34

6.1.Aspek Pasar ... 34

6.2.Aspek Teknis ... 35

6.3.Aspek Manajemen dan Hukum ... 40

6.4.Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi ... 40

6.5.Aspek Lingkungan ... 41

6.6.Rangkuman Hasil Analisis Kelayakan Aspek-aspek Nonfinansial ... 41

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL ... 44

7.1.Kondisi Aktual ... 44

7.1.1.Arus Pengeluaran (Outflow) ... 46

7.1.1.1.Biaya Investasi ... 46

7.1.1.2.Biaya Operasional ... 48

7.1.2.Arus Penerimaan (Inflow) ... 50

7.1.3.Analisis Kriteria Investasi Kondisi Aktual ... 51

7.2.Kondisi Perencanaan Pengembangan ... 53

7.2.1.Arus Pengeluaran (Outflow) ... 55

7.2.1.1.Biaya Investasi ... 55

7.2.1.2.Biaya Operasional ... 55

7.2.2.Arus Penerimaan (Inflow) ... 56

7.2.3.Analisis Kriteria Investasi Kondisi Perencanaan Pengembangan ... 57

7.2.4.Analisis Switching Value ... 58

7.3. Incremental Net benefit ... 59

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

8.1.Kesimpulan ... 60

8.2.Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

 


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010-2011 ... 2 2. Jumlah Penebaran Benih Ikan Lele pada Kelompok Tani

Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang per Triwulan dengan Kepadatan Kolam 100 ekor per m2 ... 36 3. Rangkuman Hasil Kelayakan Aspek-aspek Nonfinansial

Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 43 4. Rincian Biaya Investasi Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele

Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa

Lenggang Kondisi Aktual ... 47 5. Rincian Biaya Variabel Rata-rata per Triwulan Kondisi Aktual

Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Kelima hingga Triwulan Kedelapan ... 49 6. Rincian Biaya Tetap Kondisi Aktual Pengusahaan Pembesaran

Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 49 7. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Dumbo Kondisi

Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa

Lenggang Triwulan Pertama hingga Triwulan Keempat ... 50 8. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Dumbo Kondisi

Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa

Lenggang Triwulan Kelima hingga Triwulan Kedelapan ... 51 9. Nilai Sisa Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo

Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 51 10.Hasil Analisis Finansial Kondisi Aktual Pembesaran Lele

Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 52 11.Rincian Biaya Variabel Rata-rata Kondisi Perencanaan

Pengembangan Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 56 12.Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Ikan Lele Dumbo Kondisi

Perencanaan Pengembangan selama Umur Usaha pada

Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 57 13.Hasil Analisis Finansial Pembesaran Lele Dumbo Kondisi

Perencanaan Pengembangan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 58


(13)

14.Hasil Analisis Switching Value Pembesaran Lele Dumbo Kondisi Perencanaan Pengembangan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 58

15.Incremental Net Benefit Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo

Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 59


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Operasional Penelitian ... 22 2. Kolam Terpal Milik Kelompok Tani Pembudidaya Ikan

Lele Desa Lenggang ... 33 3. Merek Pakan yang Digunakan oleh Kelompok Tani

Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 38 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele

Desa Lenggang ... 40 5. Barang Investasi yang Digunakan dalam Pembesaran Ikan

Lele Dumbo ... 46

 


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Kabupaten Belitung Timur ... 66 2. Pola Produksi Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo di

Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 67 3. Rincian Biaya Variabel Rata-rata per Triwulan Pengusahaan

Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang Triwulan Pertama hingga Triwulan Keempat ... 68 4. Laporan Rugi Laba Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo

Kondisi Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 69 5. Laporan Rugi Laba Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo

Kondisi Perencanaan Pengembangan Kelompok Tani

Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 70

6. Cashflow Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi

Aktual pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang ... 71

7. Cashflow Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kondisi

Perencanaan Pengembangan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang... 72

8. Switching Value Kenaikan Harga Pakan Kondisi Perencanaan

Pengembangan pada Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang (24,47 persen) ... 73

9. Switching Value Penurunan Produksi Kondisi Perencanaan

Pengembangan pada Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang (11,54 persen) ... 74

10.Incremental Net Benefit per Triwulan pada Pengusahaan

Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang... 75 11.Kuisioner ... 76 


(16)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah Kabupaten Belitung Timur mulai memasukkan perikanan air tawar sebagai salah satu komoditas yang dikembangkan dan sektor yang strategis. Hal tersebut diwujudkan dalam program pengembangan perikanan budidaya yang dijalankan sejak tahun 2007. Program tersebut bertujuan menggerakkan minat masyarakat akan pentingnya kegiatan agribisnis perikanan untuk menyukseskan ketahanan pangan. Sektor perikanan, khususnya perikanan air tawar diharapkan akan terus berkembang menjadi sektor strategis yang ikut berkontribusi dalam pembangunan wilayah Kabupaten Belitung Timur pada masa mendatang.

Beberapa potensi yang menjadi alasan pengembangan sektor perikanan air tawar di Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut. Pertama, sektor pertambangan tidak dapat dijadikan sebagai andalan kehidupan perekonomian masyarakat dalam dua sampai tiga tahun ke depan membuat pemerintah perlu untuk mempersiapkan mata pencaharian alternatif yang dapat dijadikan sebagai andalan bagi masyarakat sektor pertambangan. Hal tersebut dikarenakan hasil tambang (timah) merupakan jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Budidaya perikanan air tawar merupakan salah satu alternatif yang dipersiapkan karena dianggap lebih mudah untuk diterapkan.

Kedua, semakin banyaknya masyarakat pendatang sejak tahun 2008 memantapkan langkah pemerintah untuk mengembangkan pariwisata di Pulau Belitung yang selanjutnya diikuti dengan pengembangan sektor budidaya perikanan. Kedua sektor ini saling terkait karena pariwisata Pulau Belitung mengandalkan keindahan pantai dan hasil perikanan sebagai oleh-oleh bagi turis yang merupakan bagian dari paket wisata tersebut. Selain itu, banyaknya pendatang yang menetap di Pulau Belitung menyebabkan masyarakat yang semakin majemuk yaitu beragam suku dan memiliki pola konsumsi yang berbeda-beda. Penyediaan menu makanan berbahan dasar ikan air tawar sebagai makanan yang popular bagi masyarakat pendatang terutama dari daerah Pulau Jawa adalah salah satu contoh peluang yang harus diambil sehingga membutuhkan ketersediaan ikan air tawar yang kontinyu. Tingkat konsumsi masyarakat Pulau Belitung terhadap ikan secara umum sangat tinggi yaitu mencapai 62 kg per tahun


(17)

jika dibandingkan dengan rata-rata konsumsi ikan nasional yaitu 30 kg per tahun sehingga menuntut tersedianya ikan sebagai sumber protein sepanjang tahun (DKP 2010). Ikan air tawar dapat dijadikan konsumsi alternatif pengganti ikan laut karena ketersediaannya tidak tergantung dengan musim.

Ketiga, rata-rata penduduk Kabupaten Belitung Timur memiliki pekarangan rumah yang luas dan sumber air yang memadai. Kondisi tersebut sangat cocok untuk pengembangan budidaya ikan air tawar dengan sistem kolam permanen dan terpal skala rumah tangga maupun besar.

Beberapa jenis ikan air tawar yang banyak dikembangkan di Kabupaten Belitung Timur adalah nila, lele, patin, betutu dan bawal. Ikan betutu dan ikan patin tidak berkembang di Kabupaten Belitung Timur karena kurang sesuai dengan preferensi masyarakat Kabupaten Belitung Timur, terlihat pada data produksi tahun 2010 yang rendah (Tabel 1). Produksi perikanan budidaya pada tahun 2011 didominasi oleh ikan nila yang diikuti oleh ikan lele dan ikan bawal.

Tabel 1. Produksi Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2010-2011

No Jenis Ikan

Produksi Budidaya Ikan (Kg)

Tahun 2010 Tahun 2011

1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total

1 Lele 1.090 2.000 1.700 700 5.490 1.500 900 4.000 2.000 8.400

2 Bawal 310 - - - 310 100 600 3.000 - 3.700

3 Nila 470 2.500 1.100 500 4.570 200 1.100 11.000 2.500 14.800

4 Betutu 20 250 150 - 420 - - - - -

5 Patin 200 100 120 200 620 - - - - - Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung (2012)

Berdasarkan DKP (2012), Pemerintah Kabupaten Belitung Timur memfokuskan ikan lele sebagai ikan air tawar yang akan dikembangkan karena ikan lele sangat mudah dibudidayakan dan Kabupaten Belitung Timur memiliki kondisi alam yang sesuai baik dari habitat dan iklim. Selain itu, pemasaran ikan lele mudah karena sudah banyak warung pecal lele dan rumah makan yang menyediakan masakan berbahan baku ikan lele di Kabupaten Belitung Timur. Munculnya usaha tersebut menuntut ketersediaan bahan baku ikan lele segar. Permintaan ikan lele segar untuk kebutuhan berbagai rumah makan dan warung


(18)

pecal lele di Kabupaten Belitung Timur mencapai kisaran 250 kg per hari1 pada tahun 2010 dan 2011 atau 91.250 kg per tahun. Sedangkan penawaran yang ada hanya berkisar 5.490 kg pada tahun 2010 dan 8.400 kg pada tahun 2011. Hal ini menjadi salah satu peluang bisnis bagi masyarakat Belitung Timur untuk membudidayakan ikan lele, khususnya di pembesaran, yang diharapkan dapat mendorong peningkatan pendapatan masyarakat Kabupaten Belitung Timur. Selama ini warung-warung makan yang menyajikan masakan lele tersebut masih mengimpor ikan lele dari luar daerah seperti Palembang melalui Bangka untuk memenuhi kekurangan pasokan ikan lele ukuran konsumsi.

Pemerintah Kabupaten Belitung Timur telah melaksanakan program pengembangan budidaya ikan lele dengan membina beberapa kelompok tani yang ada di Kabupaten Belitung Timur. Salah satu kelompok tani yang dibina oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur adalah Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang di Kecamatan Gantung. Kelompok tani tersebut merupakan kelompok tani terbesar yang membudidayakan ikan lele di Kabupaten Belitung Timur. Jenis ikan lele yang diusahakan adalah ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo itu sendiri dibudidayakan oleh kelompok tani tersebut karena benihnya mudah didapat dan sudah dikembangkan di Balai Benih Ikan (BBI) Kabupaten Belitung Timur, sedangkan jenis ikan lele lain seperti phyton dan sangkuriang masih susah didapat. Pelaksanaan program yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur adalah dengan memberikan bantuan kepada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang berupa pakan dan benih secara gratis dan telah berjalan selama dua musim panen sejak tahun 20112. Namun, pada musim selanjutnya Pemerintah Kabupaten Belitung Timur telah menghentikan subsidi pakan dan benih kepada Kelompok Tani Pembudidaya Desa Lenggang sehingga menyebabkan adanya biaya baru yang sebelumnya tidak dihitung. Hal tersebut menyebabkan manfaat yang didapat dari hasil usaha tersebut belum tentu sesuai dengan manfaat yang diharapkan.

      

1

Data didapat dari hasil wawancara dengan beberapa pembudidaya ikan lele yang memasok ke berbagai rumah makan dan warung pecal lele di Kabupaten Belitung Timur pada April 2012.

2

Hasil wawancara dengan salah satu staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur. 


(19)

Oleh karena itu, perlu dilakukannya studi kelayakan bisnis untuk meyakinkan bahwa usaha tersebut memberikan manfaat atas investasi yang telah dikeluarkan dengan menggunakan asumsi-asumsi dasar studi kelayakan bisnis sehingga suatu usaha tersebut dapat dikatakan layak. Analisis yang dilakukan berupa analisis finansial dengan beberapa kriteria kelayakan usaha, yaitu Net

Present Value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback

Period (PP) serta melihat hasil switching value yaitu seberapa peka usaha tersebut

terhadap perubahan yang berkaitan dengan manfaat dan biaya. Selain itu, perlu dilakukan juga analisis aspek nonfinansial berupa aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan untuk menyusun alternatif-alternatif demi kemajuan usaha dan memberikan keuntungan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Dalam pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo masih terdapat berbagai kendala baik dari segi input dan output. Faktor input yang dapat mempengaruhi keberhasilan produksi lele dumbo konsumsi adalah harga pakan pabrik yang mahal yaitu mencapai Rp265.000,00 per karung berisi 30 kg. Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang untuk meneruskan usahanya setelah subsidi pakan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur dihentikan. Hal tersebut dapat mempengaruhi jumlah manfaat yang akan diterima apakah akan sesuai dengan yang diharapkan.

Salah satu aspek penting dalam usaha pembesaran ikan lele adalah kegiatan pemasaran. Menurut Rosmawati (2010), aspek tersebut dapat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat, sebab upaya tersebut dapat menentukan hasil distribusi produksi perikanan dari tangan produsen ke konsumen. Pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Belitung Timur saat ini masih didominasi oleh ikan laut. Hal ini menjadi tantangan terbesar bagi pembudidaya ikan lele agar lebih diterima oleh masyarakat di Kabupaten Belitung Timur. Tantangan tersebut terletak pada harga yang ditawarkan relatif hampir menyamai harga ikan laut yang menjadi konsumsi masyarakat Kabupaten


(20)

Belitung Timur sejak lama. Harga lele yang dijual di pasar Kabupaten Belitung Timur mencapai Rp25.000,00 per kg, angka yang cukup besar bila dibandingkan dengan harga lele di pulau Jawa yang hanya mencapai Rp11.000,00 – Rp15.000,00 per kg.

Pada awal melakukan usaha pembesaran ikan lele juga membutuhkan banyak investasi. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang sudah mengeluarkan biaya investasi. Namun, belum pernah dilakukan perhitungan mengenai berapa jumlah biaya yang telah dikeluarkan. Semua biaya yang diperlukan dalam kegiatan usaha baik berjumlah besar ataupun kecil akan diperhitungkan. Untuk itu, dibutuhkan sebuah analisis kelayakan pengusahaan ikan lele dumbo untuk melihat apakah usaha ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Iken Lele Desa Lenggang ini layak untuk dilaksanakan, sehingga pengeluaran biaya investasi yang besar dapat memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, dirumuskan pemasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kelayakan usaha pembesaran ikan lele dumbo di daerah penelitian dilihat dari aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pembesaran ikan lele dumbo dilihat dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost Ratio

(Net B/C Ratio), Internal Rate of return (IRR), dan Payback Period (PP)?

3. Bagaimana pengaruhnya jika terjadi peningkatan harga pakan dan penurunan jumlah produksi pada usaha pembesaran ikan lele dumbo?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kelayakan usaha pembesaran ikan lele dumbo di daerah penelitian dilihat dari aspek nonfinansial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek


(21)

manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan lele dumbo dilihat dari kriteria investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit and Cost

Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of return (IRR), dan Payback Period (PP).

3. Menganalisis switching value pembesaran ikan lele dumbo terkait dengan peningkatan harga pakan dan penurunan jumlah produksi.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Bahan informasi dan bahan rujukan penelitian bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Bahan informasi bagi pihak perbankan atau nonbank mengenai tingkat pengembalian investasi dan kelayakan pengusahaan ikan air tawar, sehingga dapat memberikan daya tarik bagi mereka untuk menanamkan modal pada kegiatan tersebut.

3. Bagi pembudidaya ikan lele, sebagai salah satu rekomendasi untuk pengambilan keputusan dalam mengembangkan usaha yang sedang dijalankan. 4. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Belitung Timur dalam

mengembangkan perikanan budidaya di Kabupaten Belitung Timur.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya dilakukan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Penelitian ini membahas usaha pembesaran ikan lele dumbo. Adapun analisis kelayakan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, sepek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan, sedangkan aspek finansial meliputi

Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio, Internal Rate of Return (IRR), dan

Payback Period (PP). Hasil perhitungan pada aspek finansial menggunakan


(22)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Ikan Lele Dumbo

Ikan lele dumbo merupakan spesies yang diperkenalkan pada tahun 1984. Spesies tersebut merupakan hasil persilangan antara induk betina lele asli Taiwan dan induk pejantan yang berasal dari Afrika. Lele dumbo masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 1986 (Bactiar 2006). Ikan lele merupakan hewan berdarah dingin yang sangat efisien dalam mengonversi energi yang berasal dari pakan menjadi protein (Khairuman & Amri 2006). Hal ini sangat menguntungkan karena dalam budidaya perikanan, pakan merupakan komponen biaya terbesar. Ikan lele dumbo memiliki keunggulan dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.

Lele dumbo termasuk ikan karnivora, namun pada usia benih lebih bersifat omnivora. Lele dumbo memiliki tubuh agak pipih memanjang, agak membulat di bagian depan dan mengecil di bagian ekor, kulitnya tidak memiliki sisik dan berlendir atau licin, kepala berbentuk gepeng dengan batok yang keras, sirip dada dilengkapi dengan patil sebagai alat pertahanan diri namun tidak beracun dan empat buah sungut tepat di ujung kepala sebagai alat peraba (Najiyati 1992)

Kondisi tempat hidup yang ideal bagi lele dumbo adalah air yang mempunyai pH 6,5-9,0 dan bersuhu 24-26 °C. Air yang memiliki kandungan oksigen yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya, sebaliknya penurunan kandungan oksigen secara tiba-tiba, dapat menyebabkan kematiannya. Oleh karena itu, ikan lele dumbo akan banyak dijumpai di tempat-tempat beraliran air tidak terlalu deras (Najiyati 1992).

Dalam menjalankan usaha pembesaran lele dumbo tidak harus dilakukan dalam skala besar dengan lahan yang luas, namun dapat pula dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang sempit dengan modal yang relatif terjangkau. Pembesaran ikan lele dapat dilakukan di dalam kolam tembok, kolam tanah dan kolam terpal. Kolam tembok memiliki kelebihan tahan terhadap kebocoran dari hewan perusak seperti kepiting, tahan terhadap tekanan air dan mudah dalam mengontrol ikan lele dumbo dari serangan hama jika dibandingkan dengan kolam tanah, namun penyediaan pakan alaminya lebih sedikit dan penguraian alami sulit. Kedua kolam tersebut membutuhkan investasi yang relatif besar, waktu yang


(23)

cukup lama dan lahan yang luas serta bersifat permanen dalam pembangunan konstruksinya. Penggunaan kolam terpal sebagai media pembesaran ikan lele dumbo merupakan solusi pemanfaatan lahan dengan pembuatan konstruksi kolam relatif cepat, kemudahan dalam pembuatannya, modal kecil dan fleksibel atau mudah dibongkar pasang (Hendriana 2010). Kolam terpal juga cocok untuk pembudidaya pemula.

Pertumbuhan ikan lele dumbo merupakan hal yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan dari kegiatan usaha budidaya yaitu profit. Semakin cepat pertumbuhan ikan lele maka semakin cepat pula pemanenan hasil yang artinya akan terjadi perputaran uang yang semakin cepat dan akan didapat profit yang sebanding pula (Bactiar 2006). Hal ini diasumsikan jika ikan lele dumbo dipanen sebanyak tiga kali dalam setahun, dengan pertumbuhan ikan yang semakin cepat dapat dipanen sebanyak empat kali dalam setahun. Dengan demikian, akan diperoleh pendapatan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan panen yang hanya tiga kali setahun. Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan, kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit serta faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas (Huet 1971).

Kelangsungan hidup ikan lele juga menentukan dalam pencapaian profit. Menurut Bachtiar (2006), tingkat kelangsungan hidup ikan adalah jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan rumus jumlah ikan yang hidup di akhir pemeliharaan dibagi dengan jumlah ikan tebar awal dikali dengan 100 persen. Menurut Gustav (1998), nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata yang baik berkisar antara 73-86 persen yang ditentukan oleh kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan kepadatan. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat keberlangsungan hidup ikan lele dumbo, maka akan


(24)

semakin tinggi pula pendapatan atau profit yang didapatkan oleh pembudidaya ikan lele dumbo.

2.2. Penelitian Terdahulu tentang Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina et al. 2009). Beberapa hal yang dipertimbangkan untuk menentukan suatu kegiatan investasi budidaya perikanan layak atau tidak dilaksanakan dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu aspek nonfinansial dan aspek finansial. Aspek nonfinansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, serta aspek lingkungan. Aspek finansial merupakan pengkajian jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan kegiatan bisnis.

Aspek pasar merupakan aspek terpenting dan pertama yang harus dikaji sebelum memulai suatu bisnis karena berhubungan dengan permintaan dan penawaran. Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran akan memberikan keuntungan bagi para pebisnis. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2011), yang menyimpulkan bahwa pengusahaan pembesaran lele sangkuriang di Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat layak diusahakan karena dilihat dari dua sisi yaitu permintaan dan penawaran dimana sisi permintaan akan ikan lele konsumsi lebih tinggi daripada sisi penawaran. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Rachmani (2012), yang menyimpulkan jumlah permintaan ikan lele phyton di Kota Bekasi yang tidak diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang yang cukup besar untuk pengusahaan ikan lele Phyton. Dua penelitian tersebut mengindikasikan bahwa adanya ketidakseimbangan permintaan dan penawaran di berbagai lokasi memberikan peluang untuk dapat dilaksanakannya suatu bisnis perikanan. Lestari (2011) menambahkan bahwa kelayakan aspek pasar juga ditentukan oleh program pemasaran dan harga yang sesuai dengan pasar. Sedangkan Sutrisno (2012) menambahkan komponen market share dalam menentukan kelayakan aspek pasar yang menunjukkan seberapa luas pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan.


(25)

terhadap proyeksi penawaran industri. Jika market share perusahaan bernilai positif atau lebih besar dari nol, maka perusahaan memiliki kesempatan untuk memperluas market share-nya, sehingga dapat dikatakan layak.

Menurut Rachmani (2012), aspek teknis dikatakan layak jika seluruh atau hampir seluruh kegiatan teknis budidaya ikan lele phyton mulai dari pemilihan lokasi, pemeliharaan dan pemanenan telah berjalan dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Rosmawati (2010) dan Sembiring (2011), bahwa pengusahaan ikan lele dikatakan layak secara teknis apabila dalam menjalankan usaha berdasarkan lokasi usaha dan luas produksinya tidak ada hambatan. Hambatan tersebut dapat berupa modal usaha, ketersediaan benih lele dan pakan, ketersediaan air, suplai tenaga kerja, fasilitas transportasi, iklim dan keadaan tanah, sikap masyarakat, rencana pengembangan usaha serta hukum dan peraturan yang berlaku.

Aspek manajemen dan hukum pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan struktur yang ada serta bentuk badan usaha dan jaminan-jaminan yang bisa digunakan untuk melakukan pinjaman berupa akta, sertifikat dan surat penting lainnya. Rachmani (2012), Rosmawati (2010) dan Sembiring (2011), menyimpulkan perusahaan dan kelompok tani yang diteliti tetap layak untuk dilaksanakan meskipun belum memiliki struktur manajemen yang formal layaknya sebuah perusahaan dan pembagian kerja yang sederhana yaitu pemilik usaha bertindak sebagai pengawas atau ditambah kegiatan lain seperti pengontrol kegiatan serta melakukan kegiatan produksi, sedangkan pekerja bertugas membantu pemilik pengusahaan ikan lele tersebut.

Suatu usaha juga diharapkan berdampak sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan masyarakat sekitar dijalankannya usaha sehingga perlu dianalisis seberapa besar usaha yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial masyarakat dan seberapa besar usaha tersebut mampu memberikan peluang lapangan pekerjaan serta menambah pendapatan masyarakat sekitar usaha tersebut. Rosmawati (2010), Sembiring (2011), menyimpulkan analisisnya terhadap aspek sosial dan lingkungan pada pengusahaan pembesaran ikan lele dapat meningkatkan pendapatan dan kehidupan yang sejahtera, terutama bagi kelompok tani yang melakukan bisnis tersebut serta masyarakat sekitar yang diuntungkan


(26)

dengan adanya lapangan pekerjaan yang baru. Pengusahaan ikan lele tersebut tidak memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar sehingga sikap masyarakat terbuka dan mendukung, maka dapat dikatakan secara sosial dan lingkungan, usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Rachmani (2012), menambahkan aspek ekonomi dan budaya dalam penelitiannya bahwa secara ekonomi dan budaya pengusahaan ikan lele tersebut menjadi layak karena tidak bertentangan dengan budaya yang berkembang di masyarakat sekitar dilaksanakannya proyek serta menambah pendapatan bagi daerah Bekasi Utara.

Aspek lain yang paling penting untuk dikaji adalah aspek finansial (keuangan) karena berhubungan langsung dengan jumlah dana yang diperuntukkan untuk investasi dalam menjalankan suatu usaha dan pada dasarnya studi kelayakan bertujuan untuk menentukan kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Ada beberapa kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value

(NPV), Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of return (IRR),

dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009).

Rachmani (2012), Rosmawati (2010) dan Sembiring (2011) mendapatkan hasil penilaian terhadap NPV pada rencana pengembangan usaha pembesaran ikan lele yaitu masing-masing pembesaran ikan lele phyton, lele dumbo dan lele sangkuriang sebesar Rp91.124.213,50; Rp207.900.872,59; Rp108.004.579,00. Nilai-nilai tersebut merupakan hasil pengurangan penerimaan (penjualan dan nilai sisa investasi) dengan pengeluaran (biaya investasi dan biaya operasional) yang telah didiskon social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor dan dikatakan layak untuk dijalankan karena memiliki nilai lebih dari nol.

Nilai Net B/C Ratio yang didapat pada pengembangan pembesaran ikan lele dumbo, ikan lele phyton dan ikan lele sangkuriang yaitu masing-masing sebesar 2,90; 2,26; dan 3,34. Ketiga jenis pengusahaan pembesaran ikan lele tersebut layak untuk diusahakan karena memberikan manfaat sebesar masing masing 2,90 satuan; 2,26 satuan; dan 2,68 satuan terhadap satu satuan biaya yang dikeluarkan (Rachmani 2012, Rosmawati 2010, dan Sembiring 2011).

Rachmani (2012), Rosmawati (2010), dan Sembiring (2011), menyimpulkan pengembangan pembesaran ikan lele phyton, ikan lele dumbo, dan ikan lele sangkuriang layak untuk diusahakan karena memiliki nilai IRR yang


(27)

lebih besar dari discount rate (DR). Nilai IRR yang didapatkan oleh masing-masing pengembangan pembesaran ikan lele yaitu 34,71 persen, 36 persen, dan 43,52 persen, sedangkan discount rate masing-masing adalah 12 persen, 7 persen, dan 7 persen.

Masa pembayaran investasi (payback period) yang telah ditanamkan pada pengembangan usaha ikan lele phyton, ikan lele dumbo, dan ikan lele sangkuriang masing-masing adalah 3,78; 1,40; dan 4,87 (Rachmani 2012, Rosmawati 2010, dan Sembiring 2011). Ketiga jenis pengembangan usaha tersebut layak untuk dilaksanakan jika ditinjau dari payback period karena masa pengembalian investasinya tidak melebihi umur usaha. Nilai payback period dipengaruhi oleh besarnya investasi yang dikeluarkan dan rata-rata laba bersih yang diterima. Jika diasumsikan rata-rata laba bersih per tahun pada setiap jenis pengembangan usaha sama, maka semakin tinggi investasi semakin tinggi pula angka payback period

atau semakin lama masa pengembalian investasi tersebut, begitu juga sebaliknya. Rachmani (2012), melakukan analisis switching value dari sisi input yaitu terhadap keseluruhan biaya variabel. Nilai yang dihasilkan adalah sebesar 14,53 persen yang artinya apabila terjadi kenaikan biaya variabel lebih 14,53 persen, usaha tersebut menjadi tidak layak dilaksanakan karena menyebabkan NPV kurang dari nol atau nilai Net B/C Ratio kurang dari satu. Analisis switching value

dapat juga dilakukan pada sisi output misalnya penurunan harga jual produk. Rachmani (2012) juga melakukan analisis switching value penurunan harga produk pada pembesaran ikan lele phyton dengan hasil sebesar 7,83 persen. Artinya, penurunan harga produk tidak boleh melebihi 7,83 persen karena akan menyebabkan nilai NPV kurang dari nol dan Net B/C Ratio kurang dari satu sehingga usaha dapat dikatakan tidak layak.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, persamaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada kriteria analisis kelayakan usaha yaitu menggunakan analisis data seperti NPV, Net B/C Ratio, IRR, Payback Period dan analisis switching value. Kriteria-kriteria tersebut diperlukan pada penelitian ini karena usaha yang menjadi objek studi kasus terdapat investasi berupa kolam dan peralatan. Selain itu, ada beberapa biaya yang belum diperhitungkan dalam menghitung manfaat oleh pengusaha budidaya, yaitu


(28)

pakan dan benih yang merupakan biaya operasional terbesar sehingga manfaat yang didapat belum tentu sesuai dengan manfaat yang sebenarnya mereka dapatkan. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh biaya operasional. Perbedaan penelitian ini terletak pada tempat yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tempat ini menghasilkan asumsi-asumsi dasar yang berbeda dalam membantu menganalisis kelayakan bisnis. Sebagai contoh, harga output pada berbagai tempat di pulau Jawa, khususnya pada penelitian terdahulu berkisar antara Rp10.000,00-Rp13.000,00 pada tahun 2010-2012 yang berbeda dua kali lipat dengan harga yang berlaku di Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2012 yaitu Rp25.000,00. Narasumber penelitian ini merupakan petani lele pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur yang melakukan pengusahaan pembesaran ikan lele. Modal awal yang ditanamkan dalam pengusahaan ikan lele adalah modal sendiri. Data diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel dan interpretasi data secara deskriptif untuk melihat apakah investasi usaha ini nantinya akan layak untuk dilaksanakan.


(29)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Investasi

Studi kelayakan bisnis adalah untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaat dan menentukan usaha-usaha yang mempunyai keuntungan yang layak (Gittinger 1986). Studi kelayakan bisnis dapat juga dikatakan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar 1997). Jadi, studi kelayakan bisnis muncul karena adanya investasi dalam jangka waktu tertentu. Investasi merupakan salah satu biaya yang dikeluarkan dan merupakan salah satu penentu panjangnya umur usaha. Untuk itu, diperlukan perhitungan agar suatu kegiatan usaha dapat dikatakan layak yaitu dengan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi antara lain Nilai Bersih Sekarang (Net

Present Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net Benefit and Cost Ratio) Tingkat

Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return) dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period). Kriteria investasi tersebut merupakan analisis kelayakan yang ditinjau dari aspek finansial. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan adalah aspek nonfinansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek lingkungan dan sosial (Gittinger 1986). Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu aspek dan aspek lainnya, sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi.

3.1.2. Aspek-aspek Nonfinansial 3.1.2.1.Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan kutub pertama yang harus dianalisis dalam suatu lingkungan usaha karena tidak ada usaha yang berhasil tanpa ada permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh usaha tersebut (Umar 2009). Menurut para ahli, pasar merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga faktor utama menunjang terjadinya pasar, yaitu


(30)

orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya (Umar 2009). Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang:

1. Permintaan secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai yang diperkirakan besar proyeksinya.

2. Penawaran dari dalam negeri dan impor serta bagaimana perkembanganya di masa lalu dan perkiraan di masa yang akan datang dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya.

3. Harga, dengan melakukan perbandingan antara barang-barang impor dan barang-barang yang diproduksi di dalam negeri serta bagaimana kecenderungan perubahan harga dan polanya.

4. Program pemasaran yang mencakup strategi pemasaran.

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan serta berapa market share

yang dapat dikuasai perusahaan.

3.1.2.2.Aspek Teknis

Penilaian aspek kelayakan teknis merupakan langkah selanjutnya yang harus dilakukan sebelum memutuskan untuk memulai atau mengembangkan suatu usaha. Gittinger (1986) mendefinisikan aspek teknis sebagai suatu aspek yang berkenaan dengan penyediaan input dan output berupa barang dan jasa. Analisis ini akan menguji berbagai hubungan-hubungan teknis yang berkaitan dengan rencana atau program kerja jangka panjang dan jangka pendek. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga dapat diketahui rancangan awal perkiraan biaya investasi dan eksploitasi yang akan dikeluarkan nantinya.

Menurut Nurmalina et al. (2009) aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai beberapa hal tentang:

1. Lokasi proyek yaitu tempat usaha dilaksanakan dengan mempertimbangkan lokasi pabrik maupun bukan pabrik.

2. Penetapan skala usaha operasi untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis.


(31)

3. Pemilihan mesin dan peralatan utama serta peralatan penunjang lainnya. 4. Layout tempat usaha yang dipilih yaitu bagaimana penempatan bangunan dan

fasilitas lainnya untuk menunjang kelancaran kegiatan proyek.

5. Ketepatan teknologi yang dipakai dengan mempertimbangkan kemampuan atau penerimaan masyarakat.

3.1.2.3.Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen mencakup hal-hal yang bersifat kualitatif sehingga terdapat kesulitan untuk dievaluasi namun dapat menentukan rancangan dan pelaksanaan usaha yang baik. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek manajemen yang dipelajari di studi kelayakan berupa manajemen dalam masa pembangunan dan manajemen dalam masa operasi. Manajemen dalam masa pembangunan mempelajari tentang siapa yang akan melaksanakan suatu usaha, bagaimana jadwal penyelesaian usaha, dan siapa yang akan melaksanakan studi aspek-aspek kelayakan bisnis. Manajemen dalam operasi mempelajari tentang bentuk organisasi yang dipilih beserta struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dan siapa yang termasuk direksi dan tenaga-tenaga inti.

Penilaian aspek hukum dalam studi kelayakan sangat penting karena berhubungan dengan perizinan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum membangun suatu usaha. Menurut Nurmalina et al. (2009), hal yang akan dipelajari dalam aspek hukum ini adalah bentuk badan usaha yang akan digunakan terkait dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya serta mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila menggunakan sumber dana bisnis (modal) berupa pinjaman yaitu berbagai akta, sertifikat maupun dokumen pendukung lainnya.

3.1.2.4.Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi

Kekurangpekaan perusahaan terhadap aspek sosial secara tidak langsung dapat memicu ancaman keberlangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang sehingga perlu dianalisis secara cermat implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan. Menurut Gittinger (1986), penciptaan tenaga kerja


(32)

merupakan masalah yang paling dekat terkait dengan pendistribusian pendapatan di dalam masyarakat. Banyak pihak-pihak dari pemerintah menekankan adanya pertumbuhan pada daerah-daerah tertentu tempat dijalankannya suatu usaha. Menurut Nurmalina et al. (2009), aspek sosial juga mempelajari tentang manfaat yang mungkin akan dialami masyarakat atas pengorbanan sosial yang telah dilakukan dengan adanya pembangunan suatu bisnis di lokasi sekitar tempat tinggal mereka, misalnya kelancaran lalu lintas, semakin ramainya daerah tersebut, adanya penerangan listrik, telepon dan sarana lainnya.

Aspek-aspek ekonomi suatu usaha membutuhkan pengetahuan mengenai kontribusi nyata yang akan diberikan oleh suatu usaha terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan serta seberapa besar kontribusinya terhadap penentuan sumber-sumber daya yang diperlukan (Gittinger, 1986). Menurut Umar (1997), aspek-aspek ekonomi yang direncanakan dapat ditinjau dari sisi rencana pembangunan nasional dan sisi distribusi nilai tambah. Analisis manfaat usaha dalam rencana pembangunan nasional dimaksudkan agar usaha yang dilakukan dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat, menggunakan sumberdaya lokal, menumbuhkan industri lain, turut menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri sesuai dengan kemampuan dan menambah pendapatan nasional. Proyek yang akan dibangun hendaknya memiliki nilai tambah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan berbagai pihak yang terlibat dalam suatu proyek tersebut.

3.1.2.5.Aspek Lingkungan

Kegiatan investasi harus mempertimbangkan masalah dampak lingkungan yang merugikan karena pertimbangan tersebut dapat menunjang keberlangsungan suatu usaha (Nurmalina et al. 2009). Pertimbangan tersebut membutuhkan suatu analisis yang bertujuan untuk menentukan apakah bisnis yang akan dilaksanakan memberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan hidup. Menurut Umar (1997), ada dua alasan pokok untuk melaksanakan analisis lingkungan pada studi kelayakan yaitu:


(33)

1. Pemerintah telah membuat undang-undang dan peraturan tentang lingkungan hidup sehingga para pemilik usaha dituntut memperhatikan dampak lingkungan akibat dilaksanakannya sebuah usaha.

2. Terjadinya perubahan lingkungan secara perlahan-lahan akibat usaha manusia dalam pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraannya dengan aktivitas-aktivitas ekonomi yang melebihi ambang batas.

3.1.3. Aspek Finansial

Analisis aspek finansial adalah suatu analisis usaha yang dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya pada suatu usaha. Analisis finansial memiliki arti penting dalam memperhitungkan intensif bagi orang-orang yang turut serta dalam menyukseskan pelaksanaan usaha. Analisis finansial membatasi manfaat dan pengorbanan hanya dilihat dari sudut pandang perusahaan (Husnan & Muhammad 2000). Bila biaya dan manfaat sudah diidentifikasi, dihitung dan dinilai, maka hasil analisis sudah dapat menentukan apakah usaha tersebut dapat diterima atau ditolak.

Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah dengan menggunakan metode cashflow analysis (Gittinger 1986). Menurut Nurmalina et al. (2010), cashflow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan asal sumber-sumber kas dan bagaimana penggunaannya. Beberapa kriteria yang dipakai dalam penilaian kelayakan adalah Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value), Rasio Manfaat Biaya Bersih (Net

Benefit and Cost Ratio) Tingkat Pengembalian Investasi (Internal Rate of Return)

dan Masa Pengembalian Investasi (Payback Period).

1) Net Present Value (NPV)

Menurut Nurmalina et al. (2009), suatu usaha dinyatakan layak jika seluruh manfaat yang diterimanya melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Net Present

Value adalah selisih dari total present value manfaat dengan total present value

biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu usaha dikatakan layak jika jumlah NPV lebih besar dari nol (NPV>0) yang


(34)

menunjukkan bahwa jumlah seluruh manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Apabila NPV lebih kecil dari nol (NPV<0) maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. Nilai yang dihasilkan oleh perhitugan NPV adalah dalam satuan mata uang.

2) Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Nurmalina et al (2009), kelayakan usaha juga dinilai dari seberapa besar pengembalian usaha terhadap investasi yang ditanamkan. Hal ini ditunjukkan dengan mengukur besaran Internal Rate of Return (IRR). IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol dan dapat menunjukkan seberapa besar pengembalian usaha terhadap investasi yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari opportunity

cost of capital (OCC) atau discount rate (DR).

3) Net Benefit-Cost Ratio

Net benefit-cost ratio (Net B/C Ratio) adalah rasio antara manfaat bersih

yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu usaha dapat dikatakan layak jika Net B/C Ratio lebih besar dari satu dan tidak layak jika Net B/C lebih kecil dari satu (Nurmalina et al. 2009).

4) Payback Period

Analisis payback period (PP) merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui berapa lama pengembalian investasi yang ditanamkan. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu usaha untuk dijalankan karena modal dapat dipakai untuk kegiatan lain (Husnan & Muhammad 2000). Usaha yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur bisnis (PP < umur bisnis).

3.1.4. Analisis Switching Value

Pengujian analisis switching value dilakukan hingga mencapai tingkat maksimum, dimana usaha dapat dilaksanakan dengan menentukan berapa besarnya proporsi manfaat yang akan turun akibat manfaat bersih sekarang menjadi nol (NPV=0). Nilai NPV sama dengan nol akan membuat IRR menjadi


(35)

sama dengan tingkat discount rate yang ditentukan (IRR=DR) dan Net B/C Ratio

menjadi sama dengan satu (Net B/C=1).

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Penelitian mengenai analisis kelayakan pengusahaan pembesaran ikan lele diawali dengan adanya permintaan ikan lele ukuran konsumsi untuk para pedagang pecal lele sejak tahun 2010 dan 20113 di Kabupaten Belitung Timur. Hal ini sejalan juga dengan adanya program pemerintah Kabupaten Belitung Timur untuk mengembangkan budidaya perikanan air tawar sebagai suatu usaha alternatif pasca timah. Kabupaten Belitung Timur merupakan salah satu wilayah yang memiliki banyak potensi untuk pengembangan ikan lele diantaranya adanya lahan yang tak termanfaatkan berupa lubang galian bekas pertambangan timah dan pekarangan rumah serta kondisi alam yang cocok untuk jenis ikan lele.

Pemerintah Kabupaten Belitung Timur telah melaksanakan program pengembangan budidaya ikan lele dengan membina beberapa kelompok tani, salah satunya adalah Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang. Program tersebut berjalan selama enam bulan dengan dua kali panen. Program tersebut dijalankan dengan memberikan pakan dan benih gratis untuk memacu kelompok tani tersebut untuk melakukan kegiatan usaha. Pada triwulan berikutnya subsidi pakan dan benih dihentikan sehingga akan menambah biaya yang harus dikeluarkan. Selain itu, Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang juga masih memiliki pengetahuan yang sedikit mengenai budidaya ikan lele yang praktis dan efisien sehingga dapat mempengaruhi jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka pentingnya melakukan analisis kelayakan pengusahaan ikan lele ini adalah untuk melihat apakah pengusahaan ikan lele ini layak atau tidak untuk dilaksanakan serta apakah pengusahaan ikan lele tersebut dapat mengembangkan skala usahanya di masa mendatang. Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek baik aspek nonfinansial maupun aspek finansial untuk menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari pengusahaan ikan lele yang dilaksanakan.

Aspek-      

3

Data ini didapat dari hasil wawancara dengan beberapa staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur pada April 2012. 


(36)

aspek yang diteliti dalam pengusahaan pembesaran ikan lele ini adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi, aspek lingkungan, serta aspek finansial.

Perhitungan aspek finansial menggunakan kriteria investasi yang digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha yang dilaksanakan. Kriteria investasi yang digunakan dalam perhitungan aspek finansial diantaranya NPV, Net B/C Ratio, IRR, dan Payback Period (PP). Selain perhitungan kriteria investasi, juga digunakan analisis switching value untuk mengetahui tingkat kepekaan kegiatan pengusahan ikan lele terhadap keadaan yang berubah-ubah. Dari hasil perhitungan aspek finansial, maka dapat diketahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh petani dalam melakukan kegiatan pembesaran ikan lele. Alur pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.


(37)

Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian

• Adanya permintaan/konsumsi ikan lele

• Program pengembangan budidaya ikan air tawar oleh Pemerintah Kabupaten Belitung Timur

• Potensi untuk pengembangan ikan lele di Belitung Timur

• Kondisi alam yang sesuai

• Secara teknis mudah dibudidayakan

• Pertumbuhan ikan yang relatif cepat

Pengusahaan pembesaran ikan lele

Permasalahan yang dihadapi dalam introduksi pembesaran ikan lele:

1. Adanya permintaan ikan konsumsi yang meningkat, tetapi hasil produksi belum mencukupi.

2. Terbatasnya benih berkualitas.

3. Harga pakan ikan cenderung meningkat. 4. Kurangnya keterampilan secara teknis

Analisis Kelayakan Usaha

Analisis Nonfinansial a. Aspek pasar b. Aspek teknis

c. Aspek manajemen dan hukum d. Aspek sosial, budaya dan ekonomi e. Aspek lingkungan

Analisis Kelayakan Finansial a. Analisis NPV b. Analisis Net B/C c. Analisis IRR

d. Analisis Payback Period Switching Value

Layak Tidak Layak

Baik untuk diusahakan karena dapat memberikan keuntungan bagi para petani yang berinvestasi dalam usaha tersebut Hasil dievaluasi kembali untuk mencari

penyebab yang membuat hasil analisis menjadi tidak layak.


(38)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Pembudidaya Ikan lele Desa Lenggang yang terletak di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Gantung merupakan sentra produksi yang membudidayakan ikan lele dumbo. Lama penelitian ini adalah 10 bulan sejak bulan Maret 2012 hingga Desember 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemilik pengusahaan ikan lele dumbo. Data primer yang didapat mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan selama umur usaha yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari pengusahaan ikan lele.

Data sekunder yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Timur serta Badan Pusat Statistik (BPS).

4.3. Metode Pengolahan Data

Penelitian ini dilakukan dengan cara studi kasus (case study). Subyek penelitian berupa kelompok yaitu Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang yang beranggotakan 17 orang. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status individu yang kemudian sifat-sifat tersebut dijadikan sebagai hal yang bersifat umum (Nazir 2003).

Satuan kasus penelitian ini adalah pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Bangka Belitung. Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang dikumpulkan, diolah menggunakan program


(39)

komputer Microsoft Excel dan disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani yang mencakup biaya investasi dan biaya operasional serta penerimaan dari hasil penjualan ikan lele. Data kualitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif meliputi hasil analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manejemen dan hukum, aspek sosial, budaya dan ekonomi serta aspek lingkungan.

4.3.1. Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar yaitu bagaimana permintaan ikan lele dumbo di pasar, harga output yang dihasilkan yaitu ikan lele ukuran konsumsi serta strategi pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang.

4.3.2. Analisis Aspek teknis

Analisis aspek teknis yaitu bagaimana teknis proses produksi yang dilaksanakan pada kegiatan pembesaran ikan lele dumbo, gambaran umum pengusahaan pembesaran ikan lele, lokasi pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo, ketersediaan input dan output serta kapasitas produksi dan teknologi yang dipakai oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang.

4.3.3. Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Pengkajian aspek manajemen dan hukum didasarkan pada struktur pengelola usaha, spesifikasi keahlian dan tanggung jawab pihak yang terlibat dalam usaha dan pelaksanaan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo di lapangan. Aspek hukum yang dikaji adalah bagaimana jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila menggunakan sumber dana berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin.

4.3.4. Analisis Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi

Analisis aspek sosial, budaya dan ekonomi dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh berjalannya kegiatan


(40)

pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang terhadap masyarakat sekitar maupun kelompok tani itu sendiri.

4.3.5. Analisis Aspek Lingkungan

Analisis aspek lingkungan yaitu menganalisis dampak lingkungan yang terjadi akibat berjalannya pengusahaan ikan lele dumbo yang dilakukan oleh Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang.

4.3.6. Analisis Aspek Finanasial

Analisis yang diperhitungkan dalam aspek finansial meliputi biaya-biaya yang harus dikeluarkan serta keuntungan yang diperoleh dari hasil penjualan produk berdasarkan skala usaha dan teknologi yang digunakan. Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan selama satu periode. Menurut Kadariah et al. (1999), salah satu metode yang dipakai dalam melihat kelayakan dari sisi finansial adalah dengan metode

cashflow. Beberapa kriteria yang dipakai adalah nilai bersih sekarang (Net Present

Value), rasio manfaat biaya bersih (Net Benefit and Cost Ratio), tingkat

pengembalian investasi (Internal Rate of Return) dan masa pengembalian investasi (Payback Period).

4.3.6.1.Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan selisih antara total present value manfaat

dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan yang dihasilkan oleh perhitungan NPV secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

1

Keterangan:

Bt = Manfaat pada periode ke-t Ct = Biaya pada periode ke-t


(41)

t = Periode kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, 3, …. n) i = Tingkat suku bunga (Discount Rate)

= Discount Factor (DF) pada periode ke-t

Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:

• NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan layak dan dapat dilaksanakan.

• NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan atau merugi dan proyek sebaiknya tidak dilaksanakan.

• NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial Opportunity Cost faktor produksi normal atau proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

4.3.6.2.Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C Ratio) merupakan perbandingan

antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun/periode keuntungan bersih positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Nurmalina et al. 2009).

Net B/C Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap tahun/periode

biaya yang telah dikeluarkan selama umur usaha. Rumus untuk menghitung Net

B/C Ratio adalah sebagai berikut:

Net B/C =

∑ ∑

Keterangan:

Bt = Manfaat pada periode ke-t Ct = Biaya pada periode ke-t t = Periode

i = Tingkat suku bunga (Discount Rate)

= Discount Factor (DF) pada periode ke-t

(Untuk Bt – Ct > 0) (Untuk Bt – Ct < 0)


(42)

Kriteria yang berlaku:

ƒ Net B/C > 1, artinya usaha layak untuk dilaksanakan.

ƒ Net B/C < 1, artinya usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

4.3.6.3.Internal Rate of Return (IRR)

Kelayakan bisnis juga dinilai dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan yang ditunjukkan dengan mengukur Internal

Rate of Return (IRR) (Nurmalina et al. 2009). IRR merupakan tingkat discount

rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Suatu bisnis dikatakan layak

apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital yang umumnya dihitung dengan menggunakan metode interpolasi di antara tingkat discount rate

yang lebih rendah (menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al. 2009). Rumus untuk menghitung IRR adalah:

Keterangan:

i’ = Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV > 0 i’’ = Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV < 0

NPV+ = NPV positif = NPV negatif

Kriteria yang berlaku:

IRR > i, maka usaha layak untuk dilaksanakan. IRR < i, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan.

4.3.6.4.Payback Period (PP)

Analisis Payback Period (PP) merupakan analisis suatu jangka waktu (periode) kembalinya seluruh investasi kapital yang ditanamkan mulai dari permulaan usaha sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan sehingga


(43)

mencapai jumlah keseluruhan investasi kapital yang ditanamkan dengan menggunakan aliran kas (Gittinger 1986). Rumus untuk menghitung Payback

Period adalah sebagai berikut:

1

Dimana:

I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

4.3.7. Analisis Switching Value

Analisis switching value (nilai pengganti) yaitu perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow

(penurunan harga output atau penurunan produksi) atau perubahan komponen

outflow (peningkatan harga input atau penigkatan biaya produksi) yang masih

dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak (Nurmalina et al. 2009). Perhitungan ini didasarkan pada besar perubahan yang terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV = 0).


(44)

V GAMBARAN UMUM USAHA

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam

Kabupaten Belitung Timur merupakan hasil pemekaran wilayah Kabupaten Belitung yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 2004 dengan Kota Manggar sebagai Ibu kotanya. Kabupaten Belitung Timur terletak antara 107°45’ BT sampai 108°18’ BT dan 02°30’ LS sampai 03°15’ LS serta masih terletak satu daratan dengan Kabupaten Belitung yaitu di pulau Belitung.

Adapun batas-batas Administrasi Wilayah Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut:

1) Batas Utara : Laut Cina Selatan, 2) Batas Timur : Selat Karimata, 3) Batas Selatan : Laut Jawa,

4) Batas Barat : Kabupaten Belitung.

Kabupaten Belitung Timur terdiri dari tujuh kecamatan dan 30 desa dengan luas seluruh mencapai 250.691 ha atau 2.506,91 km2. Kabupaten Belitung Timur memiliki iklim topis dan basah yang dengan variasi hujan bulanan pada tahun 2004 antara 0 mm sampai 867,5 mm, dengan jumlah hari hujan antara 0 sampai 27 hari setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember dan temperatur udara antara 21,5°C sampai 32,9°C, kelembaban udara antara 77 persen sampai 93 persen, dan tekanan udara antara 1009,4 mb sampai 1011,5 mb.

Kecamatan Gantung merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Belitung Timur yang terletak di sebelah selatan dan berbatasan langsung dengan Kota Manggar, Ibu Kota Kabupaten Belitung Timur serta memiliki luas 54.630 ha atau 21,79 persen dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Belitung Timur. Secara geografis Kecamatan Gantung merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 0-500 meter di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Kampit dan Kota Manggar, sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Badau dan Kecamatan Dendang, serta sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Dendang dan Laut Jawa. Kecamatan


(45)

Gantung dibagi menjadi tujuh desa antara lain Desa Gantung, Desa Lintang, Desa Jangkar Asam, Desa Lenggang, Desa Renggiang dan Desa Selinsing.

Lokasi penelitian analisis kelayakan pengusahaan pembesaran ikan lele dumbo adalah Desa Lenggang yang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur dengan luas wilayah 3.800 ha. Desa Lenggang merupakan salah satu daerah sentra pertanian dan perkebunan dengan kisaran luas lahan pertanian 30,54 ha dan perkebunan 221,78 ha. Akses jalan yang menghubungkan antara Desa Lenggang dengan desa lainnya serta kecamatan lainnya sangat mudah dengan kondisi yang sangat baik sehingga memungkinkan untuk pengiriman produk ke berbagai kecamatan di Pulau Belitung dengan sangat cepat.

5.1.2. Kependudukan

Penduduk Kecamatan Gantung berjumlah 23.092 jiwa dengan komposisi laki-laki dan perempuan masing-masing 11.921 jiwa dan 11.171 jiwa. Sedangkan komposisi jumlah penduduk Desa Lenggang berdasarkan jenis kelamin adalah 1.943 laki-laki dan 1.961 perempuan (BPS 2011).

5.1.3. Prasarana dan Sarana

Prasarana dan sarana yang ada di Kecamatan Gantung terdiri atas prasarana dan sarana transportasi, komunikasi, air bersih, irigasi, pemerintahan, peribadatan, kesehatan, pendidikan, olahraga, kesenian, pariwisata, kemananan dan perdagangan. Prasarana dan sarana tersebut memegang peranan penting dalam memperlancar kegiatan pembangunan di Kecamatan Gantung karena dapat mempermudah penduduk dalam melakukan kegiatan sehari-harinya, serta dapat menunjang kegiatan usaha dalam bidang perikanan khususnya pengusahaan pembesaran ikan lele.

5.2. Gambaran Umum Usaha Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang

Pada umumnya, sebelum mengenal dan melakukan usaha di bidang perikanan, penduduk Kecamatan Gantung sudah terbiasa dengan kegiatan pertanian, perkebunan dan pertambangan. Pada tahun 2007 pemerintah Kabupaten


(46)

Belitung Timur mulai memperkenalkan kegiatan budidaya ikan air tawar sebagai mata pencaharian alternatif bagi masyarakat dengan alasan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di masyarakat berupa lahan pekarangan yang luas. Namun, program tersebut dijalankan dengan membina beberapa kelompok tani di beberapa kecamatan di Kabupaten Belitung Timur. Salah satu kelompok tani yang dibina adalah kelompok tani yang ada di Kecamatan Gantung. Pembinaan tersebut diawali oleh inisiatif Kepala Desa Lenggang untuk mencari pekerjaan sampingan yang memungkinkan bisa menjadi mata pencaharian utama masyarakat Desa Lenggang sebagai pengganti mata pencaharian sektor pertambangan dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Kepala Desa Lenggang mengundang Dinas Kelautan dan Perikanan dengan mengadakan pelatihan budidaya ikan lele dengan kolam terpal karena dinilai lebih mudah dalam pelaksanaannya. Kemudian masyarakat tertarik untuk berbudidaya ikan lele karena adanya potensi terutama lahan milik sendiri yang berada di sekitar lingkungan rumah yang luas, modal yang digunakan untuk investasi kecil dan pasar yang dituju sudah jelas karena adanya jaminan dari pemerintah. Selain itu, usaha tersebut tidak menyita waktu bagi pembudidaya yang sudah memiliki kegiatan lain sebagai kegiatan utama karena pemeliharaan ikan lele hanya terfokus pada pagi hari dan sore hari. Kemudian dibentuk suatu kelompok tani yaitu Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang.

Pada saat ini usaha tersebut masih bersifat sampingan karena usaha tersebut masih tergolong baru. Namun pada saatnya nanti petani atau penambang yang tergabung dalam kelompok tani tersebut ingin beralih untuk melakukan kegiatan budidaya ikan lele menjadi usaha yang bersifat utama dikarenakan kegiatan usaha budidaya ikan lele lebih cepat menghasilkan uang apabila dibandingkan dengan kegiatan menanam tanaman pertanian dan perkebunan. Namun kegiatan budidaya ikan lele lebih lambat dibandingkan dengan kegiatan pertambangan timah. Risiko yang tinggi pada kegiatan pertambangan timah adalah menjadi salah satu alasan keinginan untuk berpindah pada kegiatan budidaya ikan karena lebih mudah dan bisa dilakukan di pekarangan rumah yaitu dengan sistem kolam terpal.


(47)

Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang dapat lebih mudah mendapatkan informasi mengenai dunia perikanan baik cara budidaya dan pemasarannya karena adanya pembinaan dan pendampingan yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan serta alat telekomunikasi yang mendukung sudah masuk ke desa. Kendala khusus yang masih dihadapi adalah masalah teknis, namun dengan adanya penyuluhan dan pelatihan yang telah dilakukan dalam beberapa waktu, kelompok tani tersebut mulai menguasai teknik pemeliharaan ikan lele dengan baik. Selain itu, kelompok tani tersebut juga mendapat bantuan dari pemerintah berupa pakan dan benih, serta didukung oleh keadaan alam yang potensial dalam melakukan kegiatan budidaya.

Sumber air yang digunakan pembudidaya ikan lele di Desa Lenggang adalah air sumur yang dihisap dan dialirkan ke kolam terpal yang dibangun di pekarangan rumah. Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang menggunakan kolam terpal untuk tempat pembesaran karena lebih mudah dan murah dibandingkan dengan membangun kolam semen atau kolam tanah. Hal tersebut berhubungan erat dengan jumlah investasi yang akan dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan usaha. Selain itu, penggunaan kolam terpal sebagai media pembesaran ikan lele sangat praktis dan cocok untuk pembudidaya pemula dan sesuai dengan kondisi masyarakat di Kabupaten Belitung Timur atau Desa Lenggang khususnya yang masih baru menggeluti usaha tersebut.

Kegiatan pengusahaan ikan lele berjalan lancar pada musim pertama dan kedua atau saat awal pembentukan dan mulai menghadapi kendala pada triwulan ketiga. Para anggota kelompok tani merasa kegiatan usaha yang dijalankan tidak menguntungkan lagi. Salah satu penyebabnya adalah bantuan benih dan pakan sudah tidak lagi diberikan. Benih yang digunakan pada musim berikutnya dianggap memiliki kualitas yang rendah sehingga hasil yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Selain itu, pasokan input benih berkurang sehingga banyak kolam terpal yang kosong. Hal tersebut menyebabkan beberapa anggota kelompok tani yang aktif menurun dari jumlah keseluruhan 23 orang menjadi 17 orang. Namun, pada triwulan keempat, ada peningkatan jumlah input yang diusahakan oleh anggota kelompok tani sehingga terjadi peningkatan produksi. Rencana untuk triwulan berikutnya adalah peningkatan jumlah input untuk


(48)

mengoptim dalam kel memberik anggota K pada gamb

Gambar 2

malkan pen ompok tani kan penerim Kelompok T

bar 2.

2. Kolam T Lenggang

nggunaan ko i tersebut d maan yang d

Tani Pembu

Terpal Milik g

olam yang an perbaika diinginkan. udidaya Ika

k Kelompo

dimiliki ol an teknik bu

Gambar ko an Lele De

ok Tani Pem

leh masing-udidaya aga olam terpal esa Lengga

mbudidaya

-masing an ar hasil pro l milik beb ang dapat d

Ikan Lele ggota oduksi berapa dilihat


(1)

Lampiran 10. Incremental Net Benefit pada Pengusahaan Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang

Triwulan

Benefit Cost Net benefit

Incremental Net

Benefit DF=1,3125% PV/Triwulan

Kondisi Aktual Perencanaan Kondisi Pengembangan

Kondisi Aktual Perencanaan Kondisi Pengembangan

Kondisi Aktual Perencanaan Kondisi Pengembangan

0 - - 60.033.000 60.033.000 (60.033.000) (60.033.000) - 1 0

1 65.545.000 128.401.786 56.335.656 110.904.085 9.209.344 17.497.700 8.288.356 0,987 8.180.981 2 37.218.500 128.401.786 44.723.138 110.904.085 (7.504.638) 17.497.700 25.002.338 0,974 24.874.348 3 29.864.363 128.401.786 40.313.138 110.904.085 (10.448.775) 17.497.700 27.946.475 0,962 26.874.348 4 92.510.375 128.401.786 80.165.759 110.904.085 12.344.616 17.497.700 5.153.085 0,949 4.891.197 5 56.284.559 128.401.786 54.461.884 110.904.085 1.822.675 17.497.700 15.675.025 0,937 14.495.395 6 56.284.559 128.401.786 54.461.884 110.904.085 1.822.675 17.497.700 15.675.025 0,925 14.495.395 7 56.284.559 128.401.786 54.461.884 110.904.085 1.822.675 17.497.700 15.675.025 0,913 14.307.608 8 74.383.559 146.500.786 54.461.884 110.904.085 19.921.675 35.596.700 15.675.025 0,901 14.122.253 Total 468.375.475 1.045.313.286 499.418.228 947.265.684 (31.042.753) 98.047.602 129.090.355 121.916.154


(2)

Lampiran 11. Kuisioner

Daftar pertanyaan ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi “Analisis Kelayakan Usaha Pembesaran Ikan Lele Dumbo Kelompok Tani Pembudidaya Ikan Lele Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Bangka Belitung” oleh Rino Aribowo (H34104072). Mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR PERTANYAAN PENGUSAHAAN IKAN LELE

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Umur :

4. Alamat :

5. Jumlah Tanggungan Keluarga : 6. Pendidikan Terakhir : 7. Tgl/Bln/Thn Memulai Usaha :

8. Luas Lahan :

9. Luas Bangunan :

10. Apakah kegiatan pengusahaan ikan lele merupakan mata pencaharian utama: Ya/Tidak

11. Jika tidak, apa mata pencaharian utamanya :

B. Produksi

a) Persiapan Kolam

No Uraian Kegiatan Keterangan 1 Lama Pengeringan

2 Lama Pembersihan Kolam 3

4 5


(3)

b) Pengisian Air

No Uraian Kegiatan Keterangan 1 Asal air

2 Tinggi awal air kolam 3 Lama air didiamkan 4 Lama Pengisian Air 5

6

c) Penebaran benih

No Uraian Keterangan

1 Cara Mendapatkan Benih 2 Ukuran benih

3 Jumlah benih yang ditebar 4 Kemampuan Hidup Benih 5 Lama Penebaran Benih 6

d) Pemberian Pakan

No Uraian Keterangan

1 Jenis pakan

2 Takaran Pemberian Pakan

3 Banyaknya pemberian pakan dalam sehari

4 Lama Pemberian Pakan

5

e) Pemeliharaan/Perawatan Kolam

No Uraian Keterangan

1 Pemeriksaan Kondisi Air

2 Pemeriksaan Keadaan kolam

3 Lama Pemeriksaan/perawatan

4

f) Pengendalian Hama dan Penyakit

No Uraian Keterangan

1 Jenis Pengendalian 2 Obat-obatan yang dipakai 3 Dosis Obat-obatan 4


(4)

g) Panen

No Uraian Keterangan

1 Ukuran Panen

2 Lama Panen

3 Proses panen

C. Pemasaran

1. Bagaimana sistem pemasarannya?

2. Berapa kali ikan lele dipasarkan dalam seminggu? 3. Di mana saja daerah pemsaran lele?

4. Bagaimana mencari pasar untuk pemsaran ikan lele berukuran konsumsi? 5. Apakah ada standar produk yang dihasilkan? Jika ada apa saja standarnya? 6. Siapa yang menentukan standar produk tersebut?

7. Bagaimana cara menentukan harga jual ikan lele ukuran konsumsi tersebut? 8. Apakah ada kenaikan/penurunan harga jual setiap bulannya?

9. Pada kondisi yang bagaimana kenaikan/penurunan harga jual terjadi? 10.Bagaimana sistem pembayaran yang dilakukan?

D. Keuangan

1. Apa saja biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha pembesaran ikan lele? 2. Apa saja biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan lele? 3. Apa saja biaya yang dikeluarkan untuk sekali produksi dalam usaha

pembesaran ikan lele?

4. Berapa upah/gaji yang diberikan untuk setiap tenaga kerja?

5. Apakah ada santunan hari besar untuk setiap tenaga kerja? Berapa jumlah santunan yang diberikan?

E. Sumberdaya Manusia

1. Bagaimana sistem tenaga kerja dalam pengusahaan ikan lele ini? a) Tenaga kerja tetap/bulanan b) Tenaga kerja harian

2. Berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk usaha pembesaran ikan lele?

3. Bagaimana pembagian kerja untuk setiap tenaga kerja? 4. Apa hak dan kewajiban untuk setiap tenaga kerja?


(5)

5. Bagaimana jam kerja untuk setiap tenaga kerja?

6. Bagaimana proses perekrutan tenaga kerja yang diterapkan pada usaha pembesaran ikan lele?

7. Pelatihan dan pendidikan seperti apa yang diberikan untuk tenaga kerja dalam usaha pembesaran ikan lele?

F. Rincian Kebutuhan Biaya Pengusahaan Ikan Lele a) Biaya Investasi

No Uraian Jumlah Harga (Rp)

Nilai (Rp) Umur Ekonomis 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10

b) Biaya Tetap

No Uraian Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) 1

2 3 4 5 6 7 8


(6)

c) Biaya Variabel

No Uraian Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10

G. Rincian Penerimaan Pengusahaan Ikan Lele No Jumlah Produksi

(Kg)

Harga (Rp/Kg) Total Penerimaan (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10