Tingkat pendidikan mempengaruhi dan memiliki hubungan yang erat dengan prevalensi hipertensi, meskipun demikian hal tersebut juga dipengaruhi
oleh perbedaan pola diet dan BMI Elliot and Black, 2007. Tingkat pendidikan, komunikasi dan informasi, kebudayaan, dan pengalaman pribadi seseorang akan
mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Dengan mendapatkan infomasi yang benar, diharapkan kelompok lansia mendapat bekal pengetahuan
yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan risiko penyakit degeneratif terutama hipertensi dan penyakit kardiovaskular
Notoatmodjo, 2003.
D. Pengukuran Tekanan Darah
Pengukuran tekanan
darah umumnya
dilakukan dengan
sphygmomanometer. Pengukuran tekanan darah yang akurat sangat penting dalam penegakan diagnosis hipertensi. Guideline The American Heart Association
mengemukakan bahwa pengukuran tekanan darah harus dilakukan dengan prosedur yang benar, meliputi posisi duduk pasien, ukuran cuff atau manset yang
sesuai dengan lingkar lengan pasien, dan meminimalisir adanya faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengukuran tekanan darah, seperti merokok, konsumsi
alkohol ataupun kafein. Standarisasi prosedur sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pengukuran tekanan darah yang valid Drawz, Abdalla, and
Rahman, 2012. Sphygmomanometer terdiri atas rubber bag, cuff atau manset yang
dihubungkan dengan bola pemompa, dan manometer yang pembacaannya dalam skala mmHg Marshall, 2003.
Sphygmomanometer digital merupakan
sphygmomanometer yang secara otomatis menampilkan pengukuran tekanan
darah secara digital Gibson, Shah, and Umberger, 2014. Sphygmomanometer digital dalam penggunaannya tidak memerlukan
stetoskop untuk mendengarkan Korotkoff sounds. Manset atau cuff yang digunakan dalam
sphygmomanometer digital memiliki mikrofon yang
dihubungkan dengan mikroprosesor dan mempunyai sensor tekanan otomatis. Sphygmomanometer digital mengukur tekanan arteri yang kemudian diproses
secara matematik untuk mendapatkan pengukuran sistolik maupun diastolik, yang kemudian ditampilkan pada panel digital Masterton and Hurley, 2015.
E. Landasan Teori
Hipertensi merupakan kondisi tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau
tekanan diastolik ≥90 mmHg Mancia, et al., 2013. Tingginya tekanan darah
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, gaya hidup, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan. Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko
untuk penyakit jantung koroner, penyakit ginjal,
stroke, dan penyakit kardiovaskuler WHO, 2015.
Kesadaran penderita hipertensi mempengaruhi prevalensi hipertensi dan tingkat keberhasilan pengobatan. Pengendalian tekanan darah pada penderita
hipertensi sangatlah penting, pasien harus menjaga pola hidup dan melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin Musinguzi and Nuwaha, 2013.
Pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi dapat dilakukan dengan melakukan terapi farmakologi maupun non farmakologi. Terapi
farmakologi dilakukan dengan menggunakan obat antihipertensi secara teratur,
Ram, 2014, sedangkan terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan olahraga teratur, diet terstruktur, konsumsi makanan yang terjaga dan menjaga berat badan
Houston, 2011. Penelitian ini mengevaluasi
faktor usia dan faktor tingkat pendidikan pada responden dengan usia 40-75 tahun di Kecamatan Kalasan, Sleman. Faktor
usia dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah.
Peningkatan risiko hipertensi umumnya bertambah seiring dengan pertambahan usia Khosravi
et al.,2010. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka tingkat pengetahuannya semain tinggi,
sehingga semakin sadar terhadap penyakit hipertensi Ike, Aniebue, and Aniebue, 2010. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al., 2013 di China membagi
tingkat pendidikan menjadi 2 kategori, yakni ≤SMP dan SMP, pembagian
tersebut apabila diterapkan di Indonesia masih cukup relevan.
F. Hipotesis