Analisis pemahaman kosep vektor pada siswa Kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Natalis Emanuel Koli Soge (091424035). Analisis Pemahaman Konsep Vektor pada Siswa Kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor; dan (2) pemahaman konsep siswa tiap sub konsep vektor.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20-24 September 2016 di SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta berjumlah 50 siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada penelitian ini digunakan teknik Certanty of Response Index (CRI) untuk mengidentifikasi pemahaman siswa. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik pilihan ganda sebanyak 25 butir soal dan 1 butir soal esai yang dilengkapi indeks keyakinan siswa terhadap jawaban tes. Untuk mempertegas jawaban siswa dilakukan wawancara.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 22,08%); (2) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep mendefenisikan vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 28,40%); (3) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menguraikan komponen-komponen vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 11,30%); (4) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara geometri berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 29,20% dan 22%); (5) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara aanalisis berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 23,25%); (6) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menghitung perkalian titik dan perkalian silang vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 11%).

Kata Kunci: pemahaman konsep, pemahaman konsep vektor, Certanty of Response Index (CRI).


(2)

ABSTRACT

Soge, N.E.K. 2016. The student’s comprehension analysis of vektor concept on students class X SMA BOPKRI I Yogyakarta. Physics Education Studies Program, Department of Mathematics and Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aimed to figure out: (1) student’s comprehension on vektor material; and (2) student’s comprehension in each sub concept of it.

This research was conducted on 20-24th September 2016 where its subjects were students class X in SMA BOPKRI 1 Yogyakarta in number of fifty. The method used was a descriptive method. In addition, Certainty of Response Index (CRI) was used to identify if the materials were understandable. As much as 25 lists of multiple choices and an essay question completing by student’s index of confidence were a diagnostic test supporting its identification. Besides, an interview had been conducted to make sure students’ answer.

The results showed: (1) students were in the low category in case of vektor concept understanding (in range 0-30%, the percentage was in 22,08%); (2) students’ understanding in each sub concept of vektor defined the low category (in range 0-30%, the percentage was in 28,40); (3) students’ understanding on sub concept of analysing vektor’s components was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 11,30%); (4) students’ understanding especially on adding and reducing number of vektor by geometry was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 29,20% and 22%); (5) students’ understanding on adding and reducing number of vektor by analysis was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 23,25%); (6) students’ understanding on sub concept of calculating point-multiplication and cross-multiplication vektor was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 11%).

Keywords: conceptual understanding, vektor concept, certainty of response index (CRI).


(3)

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP VEKTOR PADA SISWA KELAS X SMA BOPKRI 1 YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh :

NATALIS EMANUEL KOLI SOGE NIM : 091424035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

ii


(5)

(6)

(7)

v


(8)

vi ABSTRAK

Natalis Emanuel Koli Soge (091424035). Analisis Pemahaman Konsep Vektor pada Siswa Kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor; dan (2) pemahaman konsep siswa tiap sub konsep vektor.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20-24 September 2016 di SMA Bopkri 1 Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta berjumlah 50 siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pada penelitian ini digunakan teknik Certanty of Response Index (CRI) untuk mengidentifikasi pemahaman siswa. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan tes diagnostik pilihan ganda sebanyak 25 butir soal dan 1 butir soal esai yang dilengkapi indeks keyakinan siswa terhadap jawaban tes. Untuk mempertegas jawaban siswa dilakukan wawancara.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) pemahaman konsep siswa terhadap materi vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 22,08%); (2) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep mendefenisikan vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 28,40%); (3) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menguraikan komponen-komponen vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 11,30%); (4) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara geometri berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 29,20% dan 22%); (5) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara aanalisis berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 23,25%); (6) pemahaman konsep siswa terhadap sub konsep menghitung perkalian titik dan perkalian silang vektor berada pada kategori rendah (persentase tingkat pemahaman berada pada rentang 0-30% yaitu sebesar 11%).

Kata Kunci: pemahaman konsep, pemahaman konsep vektor, Certanty of Response Index (CRI).


(9)

vii ABSTRACT

Soge, N.E.K. 2016. The student’s comprehension analysis of vektor concept on students class X SMA BOPKRI I Yogyakarta. Physics Education Studies Program, Department of Mathematics and Sciences, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aimed to figure out: (1) student’s comprehension on vektor

material; and (2) student’s comprehension in each sub concept of it.

This research was conducted on 20-24th September 2016 where its subjects were students class X in SMA BOPKRI 1 Yogyakarta in number of fifty. The method used was a descriptive method. In addition, Certainty of Response Index (CRI) was used to identify if the materials were understandable. As much as 25 lists of multiple choices and an essay question completing by student’s index of confidence were a diagnostic test supporting its identification. Besides, an

interview had been conducted to make sure students’ answer.

The results showed: (1) students were in the low category in case of vektor concept understanding (in range 0-30%, the percentage was in 22,08%); (2)

students’ understanding in each sub concept of vektor defined the low category (in range 0-30%, the percentage was in 28,40); (3) students’ understanding on sub concept of analysing vektor’s components was in low category (in range 0-30%,

the percentage was in 11,30%); (4) students’ understanding especially on adding

and reducing number of vektor by geometry was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 29,20% and 22%); (5) students’ understanding on adding and reducing number of vektor by analysis was in low category (in range 0-30%,

the percentage was in 23,25%); (6) students’ understanding on sub concept of

calculating point-multiplication and cross-multiplication vektor was in low category (in range 0-30%, the percentage was in 11%).

Keywords: conceptual understanding, vektor concept, certainty of response index (CRI).


(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hadiratkan kepada Bapa di Surga atas segala rahmat dan bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik semua proses dari awal sampai akhir dalam penyusunan skripsi ini, baik penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul Analisis Pemahaman Konsep vektor pada Siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapakan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik dalam hal material, saran dan dukungan, sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. Penulis secara khusus mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed. Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar saat memberi bimbingan, saran dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Andar Rujito, M.H selaku Kepala Sekolah SMA Bopkri 1 Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan memperkenankan penulis untuk melakukan penelitian di SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

3. Bapak Andy Setiawan selaku guru mata pelajaran fisika kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam melakukan


(11)

ix

penelitian di SMA Bopkri 1 Yogyakarta sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian.

4. Semua teman-teman kelas X MIPA 3 dan MIPA 4 SMA Bopkri 1 Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berpikir dan mengerjakan soal test; terlebih untuk teman-teman yang bersedia untuk

diwawancarai, “kalian semua keren!!”.

5. Segenap staf karyawan Sekretariat JPMIPA atas segala bantuan dan informasi yang telah diberikan.

6. Segenap dosen yang telah memberikan ilmu selama penulis melakukan studi di Universitas Satana Dharma.

7. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma dan semua dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berguna demi penyempurnaan skripsi ini.

8. Bapa Ignasius Nasu Soge, Mama Theresia Bali Tukan, dan semua keluarga di Boru atas segala dukungan baik material, doa, semangat, saran dan kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis.

9. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2009 atas kebersamaan dan

dukungannya selama masa perkuliahan, “kalian luar biasa”.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu terimakasih atas segala bantuan, dukungan dan bimbingan yang telah diberikan. Terima kasih teman.


(12)

x

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis


(13)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIError! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4


(14)

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Hakekat fisika ... 6

B. Pemahaman, konsep dan pemahaman konsep ... 7

C. Vektor ... 9

D. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian... 23

B. Setting Penelitian ... 23

C. Data Penelitian ... 24

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 24

E. Uji Coba Instrumen penelitian ... 27

F. Data Hasil Uji Coba ... 29

G. Teknik Analisis Data... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Pelaksanaan Penelitian ... 34

B. Hasil Penelitian ... 35

1. Hasil tes diagnostik ... 35

2. Hasil wawancara ... 36


(15)

xiii

1. Analisis hasil penelitian Pemahaman konsep siswa kelas X MIPA pada materi vektor dengan menggunakan CRI. ... 64 2. Analisis hasil penelitian Pemahaman konsep siswa kelas X MIPA pada tiap sub vektor dengan menggunakan CRI. ... 66 a. Mendefenisikan vektor ... 67 b. Menguraikan komponen-komponen vektor ... 70 c. Menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara geometri ... 73 d. Menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara analisis

... 81 e. Menghitung hasil perkalian vektor dengan perkalian silang dan perkalian titik ... 85 D. Pembahasan... 88 1. Pemahaman konsep siswa kelas X MIPA pada materi vektor ... 88 2. Pemahaman konsep siswa kelas X MIPA pada tiap sub konsep vektor dengan menggunakan CRI. ... 89

a. Mendefenisikan vektor ... 89 b. Menguraikan komponen-komponen vektor. ... 91 c. Menjumlahkan dan mengurangkan vektor secara geometri. .... 92 d. Menjumlahkan dan mengurangkan vektor secara analisis. ... 95


(16)

xiv

e. Menghitung hasil perkalian vektor dengan perkalian silang dan

perkalian titik. ... 97

E. Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Besaran fisika ... 10

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Soal Tes ... 25

Tabel 3. 2 Tabel kisi-kisi wawancara ... 26

Tabel 3. 3 Kriteria soal ... 28

Tabel 3. 4 Tingkat Kesukaran Soal ... 29

Tabel 3. 5 Tingkat kesukaran soal setelah diuji cobakan ... 29

Tabel 3. 6 Kisi-Kisi Instrumen Soal Setelah Divalidasi ... 30

Tabel 3. 7 Kriteria Penilaian Soal ... 32

Tabel 3. 8 Ketentuan berdasarkan jawaban dan kriteria CRI ... 32

Tabel 3. 9 Persentase Tingkat Pemahaman ... 33

Tabel 4.1 Tabel Proses Pelaksanaan Penelitian ... 34

Tabel 4.2 Persentase Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Soal Pilihan Ganda . 35 Tabel 4.3 Persentase Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Soal Essai ... 36

Tabel 4.4 Data Hasil Wawancara Soal Pilihan Ganda Terhadap 10 Orang Siswa 37 Tabel 4.5 Data Hasil Wawancara Soal Essai Terhadap 10 Orang Siswa... 58

Tabel 4.6 Rerata Persentase Pemahaman Konsep Siswa Soal Pilihan Ganda ... 65

Tabel 4.7 Tabel Persentase Jumlah Siswa Berdasarkan Skor ... 66

Tabel 4.8 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Dalam Sub Konsep Mendefenisikan Vektor ... 67

Tabel 4.9 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Dalam Sub Konsep Menguraikan Komponen-Komponen Vektor ... 70


(18)

xvi

Tabel 4.10 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Pilihan Ganda Dalam Sub Konsep Menjumlahkan Dan Mengurangkan Vektor Dengan Cara Geometri ... 73 Tabel 4.11 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Essai Dalam Sub Konsep Menjumlahkan Dan Mengurangkan Vektor Dengan Cara Geometri ... 76 Tabel 4.12 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Dalam Sub Konsep Menjumlahkan Dan Mengurangkan Vektor Dengan Cara Analisis ... 81 Tabel 4.13 Distribusi Pemahaman Konsep Siswa Pada Butir Soal Dalam Sub Konsep Menghitung Hasil Perkalian Vektor Dengan Perkalian Silang Dan Perkalian Titik ... 85


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 107

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 108

Lampiran 3 Lembar Jawaban Siswa ... 120

Lampiran 4 Uji Kesukaran Soal Tes Pilihan Ganda ... 135

Lampiran 5 Uji Kesukaran Soal Tes esai ... 136

Lampiran 6 Data Penelitian ... 137

Lampiran 7 Frekuensi Siswa Berdasarkan Kategori Pemahaman ... 143

Lampiran 8 Persentase Tiap Nomor Soal Berdasarkan Kategori Pemahaman . 144 Lampiran 9 Frekuensi Untuk Soal Essai ... 145

Lampiran 10 Persentase Untuk Soal Essai ... 145


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang masa. Pendidikan menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat karena pendidikan dapat mempengaruhi dan mengubah pola pikir seseorang untuk selalu melakukan perbaikan dalam segala aspek kehidupan ke arah peningkatan kualitas diri sesuai harapan pelaku pendidikan. Pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidikan yang berkualitas dan demokratis (Mastuhu, 2004 dalam Syafaruddin, 2008:6).

Salah satu pelajaran di bidang pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan IPTEK adalah fisika. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang alam dan seisinya serta perubahan - perubahan yang terjadi di dalamnya. Fisika diberikan sejak tingkat SMP dan SMA. Fisika merupakan ilmu empiris, sehingga langkah penyelesaian soal fisikanya harus memahami konsep dari materinya. Sebagaimana ciri dari ilmu sains, bahwa sains merupakan pemahaman konsep akan alam sehingga dalam fisika tidak lengkap rasanya mempelajari fisika jika yang mampu dipelajari hanya pemahaman hitung-hitungan rumusnya tanpa memahami makna atau konsep dari materi fisika tersebut. Keberhasilan siswa dalam mempelajari materi fisika tidak hanya ditentukan oleh seberapa pandai siswa tersebut mengerjakan


(21)

soal-soal fisika, tetapi juga ditentukan oleh seberapa maksimal siswa tersebut memahami konsep dari materi fisika yang sedang mereka pelajari. Namun, dalam pelaksanaan proses pembelajaran tidak luput dari permasalahan-permasalahan yang ditemui ketika melakukan proses tersebut. Kesulitan yang banyak dihadapi oleh sebagian besar siswa adalah dalam menginterpretasikan berbagi konsep dan prinsip fisika. Sedangkan dalam mempelajari fisika hal utama yang di butuhkan adalah pemahaman konsep. Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat Widodo (2006:6) yaitu langkah awal yang paling tepat untuk mempelajari fisika adalah memahami konsepnya terlebih dahulu. Konsep-konsep pembelajaran tersusun secara sistematis. Sehingga diperlukan penguasaan konsep dalam setiap materi pelajaran sebelum melanjutkan ke materi selanjutnya. Konsep yang lebih awal diajarkan akan menjadi dasar bagi pengembangan konsep-konsep selanjutnya. Jika konsep dasar yang diajarkan belum dikuasai dengan baik, maka akan berpengaruh pada penguasaan– penguasaan konsep selanjutnya. Hal tersebut dapat mengakibatkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika.

Salah satu Pokok bahasan mata pelajaran Fisika kelas X pada semester 1 adalah pokok bahasan besaran, satuan dan pengukuran. Didalam pokok bahasan tersebut, terdapat materi vektor. Materi ini tergolong sulit karena pada waktu SMP materi tersebut tidak dijelaskan secara mendalam pada siswa. Materi ini meliputi pelukisan vektor, penjumlahan dan pengurangan vektor, serta penentuan resultan vektor


(22)

yang dimana dalam pembahasan masalah tersebut tidak lepas dari pemahaman konsep. Oleh karena itu, penguasaan konsep vektor merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan pada materi vektor. Jika siswa belum mampu menguasai konsep vektor, maka siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan persoalan pada materi vektor.

Sehubungan dengan hal diatas, maka dilakukan analisis pemahaman konsep siswa dalam mempelajari fisika materi vektor untuk mengevaluasi hasil dari pembelajaran dengan judul “Analisis Pemahaman Konsep Vektor pada Siswa Kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa kelas X pada materi vektor dengan menggunakan CRI?

2. Bagaimanakah pemahaman siswa pada tiap sub konsep vektor dengan menggunakan CRI?

C. Pembatasan Masalah

Supaya rumusan masalah yang diteliti tidak menjadi luas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:


(23)

1. Peneliti hanya menganalisis pemahaman konsep siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada materi vektor dengan menggunakan CRI.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis pemahaman konsep siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada materi vektor.

2. Untuk mengetahui persentase pemahaman konsep siswa kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada tiap sub konsep vektor.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Guru dapat mengetahui pemahaman konsep siswa pada materi vektor.

2. Peneliti yaitu sebagai referensi untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran kemampuan siswa SMA kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta pada materi vektor.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini yaitu: BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.


(24)

Pada bab ini, peneliti menyajikan teori-teori yang berhubungan dan mendukung pembahasan-pembahasan penelitian ini. Teori-teori tersebut yaitu hakekat fisika, pemahaman, konsep serta pemahaman konsep, vektor, CRI (Certainty of Respon Index), kajian penelitian yang relevan. BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan jenis penelitian, setting penelitian (tempat penelitian, waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian), data penelitian, metode dan instrument pengumpulan data, teknik analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian secara keseluruhan, data hasil ujicoba, dan analisis hasil uji coba.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan tentang deskripsi pelaksanaan penelitian, data hasil penelitian, analisis data penelitian, pembahasan hasil analisis data, dan keterbatasan penelitian.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini, peneliti menyajikan berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.


(25)

6 BAB II

LANDASAN TEORI A. Hakekat fisika

Suparno (2009: 75-76) mengemukakan hakekat fisika sebagai berikut:

1. IPA, termasuk di dalamnya Fisika, bukan hanya berisi tentang pengetahuan, melainkan juga proses penemuan.

2. Fisika mendasari perkembangan teknologi dan juga konsep hidup harmonis dengan alam.

3. Beberapa alasan mengapa Fisika perlu diajarkan di SMA/MA sebagai mata pelajaran tersendiri, antara lain sebagai berikut:

a. Fisika mampu menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

b. Memberikan bekal pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan yang diperlukan di perguruan tinggi dan pengembangan ilmu serta teknologi.

c. Pelajaran Fisika perlu dilaksanakan secara inkuiri ilmiah agar menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah dalam hidup.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam, perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya, serta pengalaman disekitar kita.


(26)

B. Pemahaman, konsep dan pemahaman konsep 1. Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar dalam suatu hal. Pemahaman merupakan proses perbuatan, cara memahami (KBBI,1990). Sementara itu, menurut Anas Sudijono (1996:50) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti, mengetahui atau memahami sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Siswa dikatakan paham jika mampu memberikan penjelasan atau uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan (Sudijono, 1996: 50).

2. Konsep

Konsep memiliki pengertian berbeda dari tiap ahli. Berikut beberapa pengertian konsep menurut ahli dalam Santyasa ( 2006:9):

a. Menurut Breg

Konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir.

b. Menurut Rosser Dahar (1989)

konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan,


(27)

atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.

Kemampuan membangun konsep terjadi apabila seseorang mempunyai kemampuan memberikan respon terhadap stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik. Berikut adalah ciri-ciri konsep yang dikemukakan oleh Dahar, dalam (Santyasa, 2006:10-11), antara lain:

a. Konsep timbul dari hasil pengalaman manusia dengan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta, konsep merupakan suatu generalisasi dari fakta-fakta tersebut.

b. Hasil berpikir abstrak manusia dari fakta-fakta tersebut; c. Suatu konsep dapat dianggap kurang tepat disebabkan

timbulnya fakta-fakta baru, sehingga konsep dapat mengalami suatu perubahan (bersifat tentatif).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep adalah abstraksi dari ciri-ciri sesuatu untuk mempermudah komunikasi antara manusia serta mampu mendorong manusia untuk berpikir.

3. Pemahaman konsep

Satu tujuan belajar mengajar adalah usaha agar siswa memahami konsep. Beberapa indikator yang menunjukan pemahaman seseorang akan suatu konsep menurut Budi (2009:114) antara lain:


(28)

a. Dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri;

b. Dapat menjelaskan makna dari konsep bersangkutan kepada orang lain;

c. Dapat menganalisis hubungan antar konsep dalam suatu hukum;

d. Dapat menerapkan suatu konsep untuk:

1) Menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam khusus;

2) Untuk memecahkan masalah fisika baik secara teoritis maupun secara praktis;

3) Mempredikisi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi. e. Dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan lebih

cepat;

f. Dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan;

g. Dapat membedakan konsepsi yang benar dengan konsepsi yang salah, dan dapat membuat peta konsep dari konsep-konsep yang ada dalam suatu pokok bahasan.

C. Vektor

Menurut Sunardi dan Zenab (2014:26), besaran-besaran fisika dibedakan menjadi dua yaitu besaran skalar dan besaran vektor.


(29)

Tabel 2. 1 Besaran fisika Besaran fisika Definisi Contoh Besaran skalar Hanya mempunyai

besar atau nilai tanpa mempunyai arah.

Semua besaran pokok, jarak, laju, usaha, energi, daya, massa jenis, luas, volume, tekanan, muatan listrik, potensial listrik, dan lain-lain.

Besaran vektor Besaran yang

mempunyai besar dan arah

Perpindahan, kecepatan, gaya, impuls, momentum, momen gaya, medan listrik, medan magnet, dan lain-lain.

1. Menotasikan Vektor

Besaran vektor dituliskan dalam huruf bercetak tebal dan huruf miringnya digunakan untuk menyatakan nilai skalar (besar vektor tersebut). Contoh, vektor A dituliskan dengan A dan besarnya dituliskan dengan A. selain itu, digunakan juga tanda pembeda untuk menuliskan vektor seperti anak panah diatas lambang vektor tersebut. Contoh, vektor A dituliskan dengan ⃗⃗ dan besarnya ditulis | |. Menurut Kanginan (2013:44), untuk buku cetakan lambing vektor juga dapat ditulis dengan menggunakan huruf kecil (bukan kapital) yang dicetak tebal, misalnya a.

2. Menjumlakan dan Mengurangkan vektor

Pada dasarnya dua buah vektor misalkan A dan B dapat dijumlahkan. Hasil penjumlahan dari sejumlah vektor disebuut vektor resultan. Contoh, penjumlahan dua vektor dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:


(30)

A + B = R

Penjumlahan vektor berbeda dengan penjumlahan bilangan skalar, tetapi penjumlahan vektor juga memenuhi hukum komutatif penjumlahan dan hukum asosiatif penjumlahan.

Hukum komutatif penjumlahan: A + B = B + A

Hukum asosiatif penjumlahan: A + (B + C) = (A + B) + C

Sedangkan, pengurangan vektor adalah penjumlahan vektor dengan mendefenisikan vektor negatif sebagai vektor lain yang sama besar tetapi arahnya berlawanan. Contoh: A – B = A + (-B)

Penjumlahan dan pengurangan vektor dapat dilakukan dengan cara geometri dan analisis.

a. Cara geometri

Dengan menggunakan metode jajargenjang dan metode polygon (segitiga).

Gambar 2.1 Cara jajargenjang dalam melakukan penjumlahan vektor


(31)

Gambar 2.2 Cara polygon dalam menjumlahkan vektor

Gambar 2.3 Pengurangan vektor dengan cara geometri

b. Cara analisis

Dari gambar dibawah ini, sudut yang dibentuk oleh dua

buah vektor tersebut adalah α dan sudut antar vektor resultan (R) dengan vektor a adalah β

Gambar 2.4 Menentukan resultan dua buah vektor secara analitis

Berdasarkan gambar diatas, besar vektor R dapat diperoleh dengan menerapkan aturan cosines pada segitiga sebagai berikut:


(32)

Untuk penjumlahan

Untuk pengurangan

dengan R adalah besar vektor resultan ⃗⃗ , A adalah besar vektor A, B adalah besar vektor B, dan adalah sudut apit antara ⃗⃗ dan ⃗ .

Misalkan, sudut β merupakan sudut yang dibentuk antara

R dan A , maka dengan menggunakan aturan sinus pada segitiga, akan diperoleh :

3. Menguraikan komponen-komponen vektor


(33)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat bahwa vektor A mempunyai komponen kearah sumbu-X, yaitu Ax dan mempunyai komponen kearah sumbu-Y, yaitu Ay. besarnya masing-masing komponen vektor A tersebut adalah:

,

,

Sementara itu, arah vektor A tersebut memenuhi , dengan adalah sudut yang dibentuk oleh vektor A dengan sumbu-X positif.

Vektor Satuan (Unit Vektor)

Vektor satuan (unit vektor) merupakan suatu vektor yang besarnya sama dengan 1 (satu) dan tidak mempunyai satuan serta berfungsi untuk menunjukan suatu arah dalam ruang. Sebuah vektor yang terletak di dalam ruang tiga memiliki komponen-komponen terhadap sumbu x, sumbu y dan sumbu z, seperti gambar di bawah ini.


(34)

Pada gambar di atas, tampak bahwa vektor satuan i menunjukkan arah sumbu x positif, vektor satuan j menunjukkan arah sumbu y positif, dan vektor satuan y menunjukan arah sumbu z positif. Kita dapat menyatakan hubungan antara vektor komponen dan komponennya masing-masing, sebagai berikut:

Fx = Fx ̂ Fy = Fy ̂ Fz = Fz ̂

Kita dapat menulis vektor F dalam komponen-komponennya sebagai berikut:

F = Fx ̂ + Fy ̂ + Fz ̂

Sedangkan besar vektor F dapat dihitung dengan menentukan komponen-komponen vektor yang saling tegak lurus satu sama lain dengan persamaan:

F = √(Fx2 + Fy2 + Fz2)

Misalnya terdapat dua vektor pada ruang tiga dimensi yakni A dan B, maka jika dinyatakan dalam komponen-komponennya, sebagaimana tampak di bawah :

A = Ax ̂ + Ay ̂ + Az ̂ B = Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂

Besar resultan penjumlahan dua buah vektor dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:


(35)

R = (Ax ̂ + Ay ̂ + Az ̂) + (Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂) R = (Ax + Bx) ̂ + (Ay + By) ̂ + (Az + Bz) ̂

Besar resultan pengurangan dua buah vektor dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

R = A – B

R = (Ax ̂ + Ay ̂+ Az ̂) – (Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂) R = (Ax– Bx) ̂ + (Ay– By) ̂ + (Az – Bz) ̂

Vektor Posisi (Vektor Kedudukan)

Vektor posisi (r) atau vektor kedudukan adalah posisi atau kedudukan suatu benda pada bidang datar maupun ruang yang dapat dinyatakan dalam sebuah vektor pada saat tertentu. Vektor posisi dalam dua dimensi dapat dituliskan sebagai berikut:

r = x ̂ + y ̂

sedangkan untuk vektor posisi dalam ruang (tiga dimensi) dapat dituliskan sebagi berikut:

r = x ̂ + y ̂ + z ̂

dengan: x, y , z menyatakan komponen (nilai/besar) vektor, dan ̂, ̂,

̂ menyatakan arah vektor.

4. Mengalikan Vektor

Mengalikan dua buah vektor menghasilkan hasil skalar atau hasil vektor. Hasil skalar biasanya dikenal sebagai hasil perkalian titik


(36)

(dot product), sedangkan hasil vektor dikenal sebagai hasil perkalian silang (cross product).

1) Hasil Perkalian Titik

Secara umum, perkalian vektor A dan B menghasilkan hasil skalar dapat dinyatakan sebagai berikut:

dengan adalah sudut antara A dan B

Untuk memudahkan perhitungan perkalian titik dua vektor, perlu dipahami terlebih dahulu sifat-sifat perkalian titik sesama vektor satuan. Perkalian titik antara dua vektor satuan akan bernilai satu jika kedua vektor tersebut sejenis dan bernilai nol jika tidak sejenis.

̂∙ ̂ = ̂∙ ̂ = ̂∙ ̂ = (1)(1) cos 0° = 1

̂∙ ̂ = ̂∙ ̂ = ̂∙ ̂ = (1)(1) cos 90°= 0

Sudut antara vektor satuan ̂ dan ̂adalah 0˚ maka ( ̂)( ̂) cos 0° = 1, sedangkan sudut antara vektor satuan ̂ dan ̂ adalah 90˚ maka ( ̂)( ̂) cos 90° = 0. Ketentuan ini memenuhi sifat perkalian titik sesama vektor.

Berdasarkan sifat-sifat perkalian titik antara vektor satuan, maka perkalian titik antara vektor A dan vektor B dapat diperoleh sebagai berikut;


(37)

A B = (Ax ̂ + Ay ̂ + Az ̂) ∙ (Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂) = AxBx + AyBy + AzBz

2) Hasil Perkalian Silang

Secara umum, hasil perkalian vektor A dan B yang menghasilkan hasil vektor dapat dinyatakan dengan C = A × B, dengan C merupakan vektor baru yang besarnya adalah sebagai berikut.

| | dengan, Ɵ adalah sudut antara A dan B

Arah dari vektor C ini tegak lurus dengan bidang yang dibentuk oleh dua vektor tersebut. Di mana arahnya adalah sesuai dengan aturan tangan kanan di mana ujung vektor A menuju ujung vektor B searah dengan lipatan empat jari sedangkan jempol menunjukkan arah vektor C (lihat gambar di bawah).


(38)

Pada perkalian silang vektor ini tidak berlaku sifat komutatif, jadi A×B ≠ B×A. Akan tetapi berlaku sifat anti -komutatif, yaitu A×B= -B×A. Artinya besar vektor B×A memiliki besar yang sama dengan vektor A×B namun arahnya berlawanan.

Untuk menentukan nilai resultan vektor dan persamaan perkalian vektor, dapat digunakan sifat-sifat perkalian silang sesama vektor satuan:

1. Perkalian silang antara dua vektor satuan yang sama besar dan searah bernilai nol. Misalnya, ̂ x ̂ = 0, ̂ x ̂ = 0, dan ̂ x ̂ = 0.

2. Perkalian antara dua vektor satuan yang berbeda akan bernilai positif jika searah jarum jam, dan bernilai negatif jika berlawanan arah dengan jarum jam.

̂ × ̂ = ̂, ̂ × ̂ = ̂, ̂ × ̂ = ̂, ̂ × ̂ = - ̂, ̂ × ̂ = - ̂, ̂ × ̂ = - ̂

Berdasarkan sifat-sifat perkalian silang antara vektor satuan tersebut, maka perkalian silang antara dua vektor A dan B dapat diperoleh sebagai berikut:


(39)

A×B = (Ax ̂ + Ay ̂ + Az ̂)×(Bx ̂ + By ̂ + Bz ̂)

= (AyBz - AzBy) ̂ - (AxBz - AzBx) ̂ + (AxBy - AyBx) ̂

Untuk mempermudah dalam mengingat rumus di atas bisa menggunakan metode determinan seperti berikut ini:

A×B = ̂ AyBz + ̂ AzBx + ̂ AxBy - ̂ AyBx - ̂ AzBy - ̂ AxBz

= (AyBz - AzBy) ̂ - (AxBz - AzBx) ̂ + (AxBy - AyBx) ̂

D. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yolanda, Syuhendri dan Andriani pada tahun 2015 mengenai pemahaman konsep siswa SMA kelas X pada materi suhu dan kalor di SMA se-Kecamatan Ilir Barat I Palembang, dapat disimpulkan bahwa: (1) Pemahaman konsep siswa materi suhu dan kalor dinilai masih rendah, hal ini dibuktikan dengan diperolehnya skor pemahaman konsep rata-rata siswa sebesar 45,28%. Analisa lanjutan didapatkan bahwa tingkat pemahaman konsep siswa terdiri dari paham konsep sebanyak 45,28%, kurang pengetahuan sebanyak 0%, dan miskonsepsi sebanyak 54,72%. (2) Terdapat miskonsepsi pada seluruh konsep yang diujikan materi suhu dan kalor, miskonsepsi yang tertinggi banyak terjadi pada konsep


(40)

perubahan fase sebanyak 83%, miskonsepsinya meliputi siswa beranggapan bahwa saat terjadi perubahan wujud juga terjadi perubahansuhu,kemiringangrafikantarasuhudanwaktutidakdipengaruhi kalor jenis, fase zat padat dan cair yaitu saat terjadi perubahan suhu, saat terjadi dua fase zat (padat dan cair) ditunjukan saat air menguap. (3) Tingkat miskonsepsi yang dialami siswa pada konsep pemuaian zat sebanyak 32%, konsep perubahan pertambahan panjang terhadap perubahan suhu sebanyak 44%, sifat anomali air sebanyak 45%, perubahan fase sebanyak 83%, laju masukan panas terhadap perubahan suhu 53%, suhu yang dibagi sama rata sebanyak 52% dan hubungan kapasitas kalor dengan perubahan suhu sebanyak 82%.

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh M”rifa, Kamaludin dan Fihrin mengenai analisis pemahaman konsep gerak lurus pada siswa SMA Negeri di kota Palu menyimpulkan bahwa siswa SMAN di kota palu yang memahami konsep 23,90%, yang tidak memahami konsep 42,71% dan mengalami miskonsepsi 33.39%

3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pujianto, nurjannah, dan Darmadi mengenai Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus menyimpulkan bahwa hasil rerata presentase konsepsi siswa kelas X SMA Negeri 6 Palu untuk konsep kinematika gerak lurus adalah sebesar 50,00% mengarah ke miskonsepsi dan siswa dengan pemahaman konsep yang baik hanya sebesar 21,67%. Sedangkan siswa yang menjawab benar dengan menebak dan memiliki


(41)

kurang pengetahuan masing-masing sebesar 10,42% dan 17,50%. Hasil wawancara diketahui bahwa siswa lebih banyak memiliki konsepsi yang tidak benar ketika menganalisa suatu kasus, khususnya tentang materi kinematika gerak lurus. Salah satu faktor penyebab konsepsi siswa adalah pengalaman sehari-hari.


(42)

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Herdiansyah (2010 :9), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian, misalnya pelaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya. Penelitian kualitatif lebih tertarik pada proses daripada hasil dan srategi kualitatif menekankan bagaimana harapan-harapan diterjemahkan dalam kegiatan-kegiatan, prosedur dan interaksi setiap hari (Suparno, 2010:154). B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Bopkri 1 Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari Agustus - September 2016

3. Subyek dan Obyek Penelitian a. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas X di SMA Bopkri 1 Yogyakarta.


(43)

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah pemahaman konsep vektor.

C. Data Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data pemahaman konsep vektor siswa berupa data kualitatif yang diperoleh dari jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada materi vektor serta hasil wawancara.

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode tes diagnostik, wawancara dan dokumentasi

a. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang telah disampaikan meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan (Jihad&Haris, 2013:67). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk melihat pemahaman siswa pada materi vektor.

b. Wawancara

Wawancara pada penelitian kualitatif ini menggunakan bentuk wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan


(44)

datanya, pedoman wawancara yang digunakan berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2010:197). c. Dokumentasi

Pengumpulan data-data lewat pengumpulan benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, notulen catatan harian, daftar nilai dan foto-foto, dll (Suparno, 2010:64).

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Soal Tes

Instrumen penelitian berupa tes pilihan berganda dan essai. Soal tes diambil berdasarkan pada indikator yang ingin dicapai pada materi materi vektor, soal tes pilihan berganda berjumlah 25 buah dan essai berjumlah 1 soal. Berikut ini kisi-kisi soal tes yang digunakan:

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Soal Tes Materi

Pokok

Kompetensi

Dasar Indikator

Nomor Soal Jumlah soal Besaran dan satuan Melakukan penjumlahan dan perkalian dua buah vektor Mendefenisikan vektor 1, 2, 17, 21, 24 5 Menguraikan komponen komponen vektor 13, 23, 10 3 Menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara geometri

3, 4, 5, 9, 25 dan 26 (soal esai) 6 Menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara analisis

6, 7, 8, 11, 12, 14, 15, 22

8


(45)

Materi Pokok

Kompetensi

Dasar Indikator

Nomor Soal Jumlah soal vektor dengan perkalian silang dan perkalian titik

19, 20

b. Pedoman wawancara

Wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berupa garis besar permasalahan. Garis besar permasalahan tersebut berupa bagaimana langkah-langkah yang digunakan siswa untuk memperoleh jawabannya.

Siswa yang di wawancarai adalah sepuluh (10) orang perwakilan dari siswa dan dipilih secara acak. Berikut ini kisi- kisi wawancara yang digunakan:

Tabel 3. 2 Tabel kisi-kisi wawancara

No. Soal Wawancara Nomor

soal

1

 Apakah anda bisa membedakan besaran skalar dan besaran vektor beserta contoh-contohnya?

 Bagaimana anda menjawab soal nomor 1 dan 2?

1 dan 2

2

 Bagaimana Anda menjawab soal nomor 3 Dan 4?

 Apakah anda bisa menyebutkan metode untuk menjumlahkan dua buah vektor atau lebih dan bisa membedakannya?

3 dan 4

3  Apakah anda memahami gambar yang

ditampilkan pada soal? 5 dan 25

4

 Apakah anda paham cara menjumlahkan dan mengurangkan 2 buah vektor atau lebih dengan cara analisis dan yang disertai dengan sudut apitnya?

 Bagaimana cara anda menyelesaikan soal tersebut?

6, 7, 8, 11, 12, 14, 15 dan 22


(46)

No. Soal Wawancara Nomor soal

 Apakah anda yakin atau ragu-ragu atau tidak yakin dengan jawaban anda?

5

 Apakah anda paham cara menghitung hasil perkalian dua buah vektor dengan cara perkalian silang atau titik?

16, 18, 19 dan

20 6  Apakah anda dapat menentukan

komponen-komponen vektor?

13, 23 dan 10 7

 Apakah anda dapat mendefenisiskan vektor?

 Bagaimana anda menjawab soal tersebut?

9, 17, 21 dan 24

8

 Apakah anda dapat memvisualisasikan soal tersebut kedalam bentuk gambar?

 Bagaimana cara anda menghitung perpindahan atau resultannya?

26

E. Uji Coba Instrumen penelitian 1. Tingkat Kesukaran Soal

Kriteria soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar (Arikunto, 1990 :209). Sukar atau mudahnya soal ditunjukkan dengan indeks kesukaran (difficulty index). Tingkat kesukaran (TK) masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus (Arikunto, 2010:208) :

,

dengan P adalah angka indek kesukaran item, B adalah banyaknya siswa yang menjawab benar, dan JS adalah jumlah peserta tes.

Kriteria interpretasi menurut sudjana (dalam Jihad & Haris, 2013:183):


(47)

Tabel 3. 3 Kriteria soal TK

Tingkat Kesukaran

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

2. Validitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data juga valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Seperti yang dijelaskan oleh Azwar (1987:173) bahwa validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Suryabrata (2000:41) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitastes yang bersangkutan. Menurut Matondang (2009:89) konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaitu


(48)

validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas empiris atau validitas kriteria. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji validasi konstruk yang dilakukan oleh pakar dalam bidang fisika.

F. Data Hasil Uji Coba 1. Tingkat Kesukaran

Sebelum instrumen diuji, peneliti mengkategorikan tingkat kesukaran soal sebagai berikut:

Tabel 3. 4 Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat Kesukaran Nomor Soal Jumlah

Mudah 1,2,3,4,17,21,24,25 8

Sedang 5,6,7,9,10,11,14,22,23,26 10 Sukar 8,12,13,15,16,18,19,20 8 Instrumen penelitian kemudian diuji cobakan kepada 10 orang responden pada tanggal 14 Agustus 2016, sehingga tingkat kesukaran soal setelah diuji cobakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 5 Tingkat kesukaran soal setelah diuji cobakan Tingkat Kesukaran Nomor Soal Jumlah

Mudah 1,2,3,4,5,11,13,21, 7

Sedang 6,7,8,12,15,17,18,22,24,25,26 11

Sukar 9,10,14,16,19,20,23 8

2. Uji Validasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen berupa soal tes pilihan berganda dan soal essai. Untuk memvalidasi instrumen penelitian, peneliti menggunakan uji validitas konstruk (construct validity). Proses validasi konstruk sebuah instrumen dilakukan melalui penelaahan atau justifikasi pakar atau melalui penilaian sekelompok


(49)

panel yang terdiri dari orang-orang yang menguasai substansi atau konten dari variabel yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, validasi konstruk dilakukan oleh salah satu Dosen Fisika Sanata Dharma dan salah satu guru fisika SMA. Setelah dilakukan uji validasi konstruk, kisi-kisi instrumen yang disusun oleh peneliti tidak mengalami perubahan.

Tabel 3. 6 Kisi-Kisi Instrumen Soal Setelah Divalidasi Materi

Pokok

Kompetensi

Dasar Indikator

Nomor Soal Jumlah soal Besaran dan satuan Melakukan penjumlahan dan perkalian dua buah vektor Mendefenisikan vektor

1, 2, 17,

21, 24 5 Menguraikan

komponen

komponen vektor

13, 23,

10 3

Menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara geometri

3, 4, 5, 9, 25 dan 26 (soal esai) 6 Menjumlahkan dan mengurangkan vektor dengan cara analisis

6, 7, 8, 11, 12, 14, 15, 22

8 Mengalikan dua

vektor dengan perkalian silang dan perkalian titik

16, 18, 19, 20

4

G. Teknik Analisis Data

Data utama dalam penelitian ini adalah data hasil pemahaman konsep vektor. Data ini diperoleh dengan cara pemberian tes berupa pilihan ganda dengan menggunakan lembar jawaban model Certanty of response index (CRI) kepada sampel.

Teknik CRI (Certainty of Respon Index) merupakan salah satu teknik untuk mengetahui pemahaman konsep siswa. dalam penelitian


(50)

pemahaman konsep fisika yang dimaksud adalah konsep vektor. Teknik CRI merupakan teknik yang sederhana dan efektif untuk mengukur pemahaman. Teknik CRI (Certainty of Respon Index) bisa digunakan untuk membedakan siswa yang tahu konsep, siswa yang tidak tahu konsep, dan yang siswa mengalami miskonsepsi. Teknik ini menggunakan soal tes pilihan berganda yang disertai dengan indeks keyakinan (CRI). Nilai CRI yang rendah menunjukan adanya penebakan sedangkan nilai yang tinggi menunjukan responden memiliki tingkat kepercayan diri (Confidence) yang tinggi terhadap jawabannya. Dalam keadaan ini, jika jawaban responden benar, artinya tingkat keyakinan tinggi akan kebenaran konsepnya telah teruji (justified) dengan baik (Murni, 2013:206). Akan tetapi, jika jawaban responden salah, hal terebut menjadi suatu indikator terjadinya miskonsepsi (Murni, 2013:206).

Tes diagnostik CRI bisa digunakan untuk mengetahui miskonsepsi siswa secara efisien, namun tidak bisa mengungkap proses penalaran siswa dan penyebab terjadinya. Alasan inilah yang menyebabkan beberapa ahli tertarik untuk menggunakan kombinasi tes diagnostik beralasan dengan wawancara (two-tier diagnostik) untuk mengidentifikasi miskonsepsi.

Pada instrumen CRI ini siswa diberikan gambaran mengenai tingkat keyakinan responden terhadap jawaban yang dipilihnya. Pilihan tingkat keyakinan lebih dimodifikasi menjadi lebih sederhana dari skala 6 menjadi skala 3, yaitu: yakin, ragu-ragu dan tidak yakin.


(51)

Data yang diperoleh dari hasil tes diagnostik CRI. Jawaban siswa dinilai dengan criteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 3. 7 Kriteria Penilaian Soal

Bentuk Soal Nilai Keterangan

Pilihan ganda 1 Jika jawaban benar 0 Jika jawaban salah Jawaban siswa dianalisis dengan menggunakan model CRI. Merujuk pada jawaban yang benar dan yang salah dari siswa dan merujuk pada klasifikasi CRI. Bentuk matriks jawaban siswa dan pengkategoriannya disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. 8 Ketentuan berdasarkan jawaban dan kriteria CRI Kriteria

Jawaban

Kriteria CRI

Yakin Ragu-ragu Tidak Yakin Jawaban

benar Paham Kurang Paham

Tidak Paham / Menebak Jawaban

salah Miskonsepsi Kurang Paham

Tidak Paham / Menebak Jawaban siswa berdasarkan kategori CRI dipersentasikan berdasarkan kelompok kategori paham, miskonsepsi, dan tidak paham, dihitung dengan menggunakan rumus menurut (Sudijono,2009:43):

,

dengan P adalah angka persentasi (% kelompok), f adalah jumlah siswa pada setiap kelompok, dan n adalah jumlah sampel.

Sedangkan persentase tingkat pemahaman dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:


(52)

Tabel 3. 9 Persentase Tingkat Pemahaman Persentase Kategori

0 – 30% Rendah

31% - 60% Sedang


(53)

34 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Bopkri I Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 pada bulan Agustus – September 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas X MIPA SMA Bopkri I Yogyakarta dengan jumlah siswa 130 orang dan sampel berjumlah 50 orang siswa terdiri dari: siswa kelas X MIPA 3 berjumlah 25 orang siswa dan kelas X MIPA 4 berjumlah 25 orang siswa.

Proses pelaksanaan penelitian ini akan disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4. 1 Tabel Proses Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan Hari/Tanggal

1 Menyerahkan surat ijin penelitian di

SMA Bopkri 1 Yogyakarta 16 Agustus 2016 2

Mendapatkan informasi dari pihak sekolah bahwa bisa melakukan

penelitian di SMA Bopkri 1 Yogyakarta

23 Agustus 2016 3 Menjelaskan tujuan penelitian ke Pak

Andi selaku guru mata pelajaran fisika 24 Agustus 2016 4 Konsultasi instrumen penelitian

bersama Pak Andi Setiawan 30 Agustus 2016 5

Mendapatkan informasi dari Pak Andi bahwa materi vektor telah selesai diajarkan

19 September 2016 6 Melakukan pengambilan data di kelas X

MIPA 3 20 September 2016

7 Melakukan pengambilan data di kelas X

MIPA 4 21 September 2016

8 Mewawancarai 3 orang siswa 24 September 2016 9 Wawancara ulang untuk 10 orang siswa 14 - 16 Oktober 2016


(54)

Kegiatan wawancara ulang dilakukan selama tiga hari. Hal ini dikarenakan waktu melakukan wawancara setelah siswa/i selesai melakukan kegiatan belajar di sekolah. Wawancara dilakukan di 2 tempat yaitu di sekolah dan di warung makan. Hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan dengan kegiatan siswa/i yang pada saat itu mengerjakan tugas kelompok di warung makan tersebut.

B. Hasil Penelitian

1. Hasil tes diagnostik

Berikut disajikan tabel persentase jumlah siswa yang menyelesaikan soal tes. Soal tes berupa soal tes pilihan ganda dengan jumlah butir soal sebanyak 25 dan soal essai sebanyak 1 butir.

Tabel 4. 2 Persentase Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Soal Pilihan Ganda

Nomor soal

Persentase jumlah siswa yang menjawab benar

(%)

1 82

2 76

3 60

4 84

5 70

6 82

7 48

8 70

9 58

10 28

11 28

12 38

13 20

14 44

15 40

16 14

17 22


(55)

Nomor soal

Persentase jumlah siswa yang menjawab benar

(%)

19 10

20 38

21 34

22 42

23 22

24 8

25 20

Tabel 4. 3 Persentase Jumlah Siswa Yang Menjawab Benar Soal Essai

Nomor soal

Persentase jumlah siswa yang menjawab benar

(%)

26 34

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa persentase jumlah siswa paling banyak menjawab benar adalah pada soal nomor 4 dengan persentase jumlah siswa sebesar 84%, sedangkan persentase jumlah siswa paling sedikit menjawab benar adalah pada nomor 24 dengan persentase jumlah siswa sebesar 8%.

Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa persentase jumlah siswa yang menjawab benar untuk soal essai sebesar 34%.

2. Hasil wawancara

Wawancara dilaksanakan untuk mendukung hasil penelitian. Wawancara ini dilakukan setelah peneliti mengoreksi seluruh jawaban siswa dan memperoleh hasil persentase jawaban siswa yang benar pada setiap butir soal. Wawancara dalam penelitian ini hanya difokuskan pada soal yang persentase jawaban siswa yang benar paling banyak


(56)

dan paling sedikit untuk setiap sub konsepnya. Berikut disajikan tabel hasil wawancara dengan 10 orang siswa.

Tabel 4. 4 Data Hasil Wawancara Soal Pilihan Ganda Terhadap 10 Orang Siswa

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara 1.

mendefinisi kan vektor

1 1 (KP) Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab C mas

Itu kamu jawabnya gimana, nebak atau kamu emang tau jawabannya Gak mas, saya tu bingung antara pilihan C atau E

2 (MS)

Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab D mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar saja sedangkan skalar memiliki besar dan arah?

iya mas

coba kamu baca buku ini

(siswa mengambil dan membaca defenisi besaran skalar dan vektor) Wah, berarti saya salah dong mas, kebalik ya..hehehe

3 (P) Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar memiliki besar saja?

iya mas

8 (KP) Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab C mas

Itu kamu yakin apa gak?

Saya bingung mas, antara C atau D

Coba kamu baca buku ini, liat bedanya besaran skalar dan besaran vektor

(siswa mengambil dan membaca buku)


(57)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara Hehhe. Yang E mas.

25 (P) Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar memiliki besar saja?

iya mas 26

(MS)

Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab D mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin ga yakin mas

kok bisa? Coba kmu lihat di kolom tingkat keyakinanmu itu, kamu centang yang mana?

Saya centang di kolom yakin mas berarti kmu yakin dengan jawabanmu yang D yaitu besaran vektor itu memiliki besar saja sedangkan skalar memiliki besar dan arah?

iya mas

coba kamu baca paragraf yang ini (sambil memberikan buku yang berisi defenisi besaran vektor dan besaran skalar)

(siswa mengambil dan membaca defenisi besaran skalar dan vektor dan membandingkan dengan jawabannya)

Hahaha,.. saya salah ya mas? Menurut kamu gimana?

Jawabannya E mas. Maaf mas saya salah

34 (P) Dek, nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar memiliki besar saja?

iya mas. Vektor punya besar dan arah, kalo skalar cuman punya


(58)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara besar saja.

35 (Mn)

Nomor 1 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar memiliki besar saja?

iya mas

39 (P) Coba kamu perhatikan jawaban nomor 1 mu. Menurut kamu, kamu benar atau salah?

Iya mas. Benar mas Kamu yakin? Yakin mas

Kenapa kamu segitu yakin?

Yakin mas. Besaran vektor itu punya besar dan arah kalo skalar hanya besar saja tidak punya arah 40 (P) Dek, nomor 1 kamu jawab apa?

Saya jawab E mas Itu kamu yakin apa gak? yakin mas

berarti besaran vektor itu memiliki besar dan arah sedangkan skalar memiliki besar saja?

iya mas

24 1 (Mn) Dek, coba kamu lihat soal nomor 24 kamu jawab apa, dan tingkat keyakinanmu gimana?

Saya jawab D mas.

Terus tingkat keyakinanmu? tidak yakin mas

kenapa kamu tidak yakin dengan jawabanmu?

Setahu saya itu pilihannya benar semua mas

Kalau menurut kamu semuanya benar, kenapa kamu gak jawab yakin aja pada tingkat keyakinanmu?

Saya bingung mas makanya saya jawab tidak yakin


(59)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

kenapa kamu memilih jawaban D? Gak tau mas kenapa milih D. sepintas aja milih D

Dengan cara menebak?

Iya mas. Mau gimana lagi. Mau nyontek teman ada masnya ma pa Andi yang jaga. Hehehe

2 (KP) Coba kita ke soal nomor 24. Menurutmu, jawabanmu gimana? Maksudnya mas?

Kamu jawab apa trus tingkat keyakinanmu?

Jawab C mas ma ragu-ragu

Kamu ragu dengan jawaban yang mana?

Sama yang B mas Kenapa kamu ragu? Bingung aja mas

Apa yang kamu bingungkan? Vektor kan biasanya ditulis dengan huruf besar trus ada tanda panahnya

Maksudnya huruf besar? Huruf kapital?

Iya mas. Huruf kapital

Kamu pernah baca buku matematika atau fisika yang ada cara penulisan vektor selain menggunakan huruf kapital? Belum mas

Kalau kamu punya waktu buat baca, coba kmu cek lagi ya. Hehe Iya mas

3 (MS)

Nomor 24 kamu jawab apa? Saya jawab C mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Yakin mas

Kenapa kamu yakin dengan jawabanmu?

Yakin aja mas. Karna penulisan vektor tidak pernah memakai huruf kecil. biasanya yang kapital

Begini, coba kamu bandingkan jawabanmu yang C dengan


(60)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

jawaban B (A). bagaimana menurutmu?

Menurut saya kalo gak kapital berarti tebal

Kan jawaban B gak ditebalin. Gimana tu?

Tapi kan dia kapital mas. Jadi dia benar mas

8 (KP) Nomor 24 kamu jawab apa? Saya jawab E mas

Terus untuk tingkat keyakinanmu? Saya ragu-ragu mas

Kenapa kamu ragu?

Bingung aja. Gak terlalu ngerti mas. Yang saya tahu ada tanda panah diatasnya mas. Selain itu gak ngerti mas

25 (KP)

Kamu jawab apa nomor 24? Saya salah mas

Memangnya kamu jawab apa? A mas. Yang bener yang mana mas?

Menurut kamu yang mana?

Gak tau mas kalo tau pasti bener mas jawabanku. Hehe

26 (MS)

Nomor 24 kamu jawab apa? Saya jawab A mas. Kok salah ya? Iya menurut kamu kenapa?

Kenapa mas? Bukannya penulisannya seperti itu ya mas? Memang salah satu penulisan vektor memang seperti itu

Kok salah mas?

Coba kamu baca soalnya ulang Hahaha.. gak lihat mas kalo ada kecualinya. Kurang cermat mas. Hehehe

34 (KP)

Nomor 24 kamu jawab apa? A mas.

Kalo tingkat keyakinanmu? Ragu-ragu mas

Kenapa kamu ragu-ragu? Bingung mas


(61)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara Gk tau mas. Ya bingung aja

Bingung Ddngan pilihan jawabannya ato gimana?

Pokoknya bingung aja mas. Hehehe

Jawabannya ato soalnya?

Jawabannya mas. Hampir sama semua.

Jawabnnya beda semua lho itu. Gini aja kalo misalkan kamu milih, kamu pilih jawaban yang mana selain jawabanmu skrg ni?

Saya milih B mas Kenapa B?

Kemarin kan bingungnya antara A ato B itu mas. Hehehe

35 (KP)

Nomor 24 gimana? Jawaab apa? Jawab E mas

Kenapa E? Bisa jelaskan kenapa kamu pilih E?

Saya salah baca soal mas kemarin tu

39 (MS)

Nomor 24 kamu jawab apa? Jawab D mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Yakin mas

Kenapa kamu yakin dengan jawabanmu itu?

Karna itu bukan tanda panah mas. Itu kan cuman strep gtu aja bukan tanda panah

Jadi menurut kamu, harus pake tanda panah ya? Kalo strep gitu salah ya?

Iya mas 40

(MS)

Nomor 24 kamu jawab apa? Jawab E mas.

Kenapa kamu jawab E? Tingkat keyakinanmu gimana?

Kemarin saya salah baca soalnya mas.

2.

Menguraik an

10 1 (Mn) Untuk nomor 10, kamu jawab apa? Nomor 10 saya tidak kerjakan mas Kenapa kamu tidak


(62)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

komponen-komponen vektor.

mengerjakannya?

Karna saya tidak tau mas 2 (Mn) Nomor 10 kamu jawab apa dek?

Jawab A mas.

Klo tingkat keyakinanmu gimana? Tidak yakin mas

Kenapa? Gak ngerti mas

3 (KP) Nomor 10 kmu jawab apa? A mas

Tingat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa kamu ragu?

Ya ragu aja mas dengan jawabnnya

Kamu dapat jawaban itu hasil hitungan kah?

Iya mas. Saya sudah hitung saya dapat hasilnya itu mas

Kamu ngitungnya gimana?

Kalo komponen di sumbu-y pke sin kan mas?

Iya pake sin. Trus gimana? Jadinya kan

Iya. Terus?

Sepertinya saya salah ngitung mas

Coba kamu jelaskan cara ngitungnya gimana

20 x =10. Saya bingung di nya itu

mas.bingung ngitungnya klo ada akarnya. Saya lihat di jawaban ada 10 jdi saya pilih yang A mas.

8 (KP) Nomor 10 kmu jawabnya apa? Jawab C mas

Kamu yakin dgn jawabanmu? Sebenarnya saya ragu mas

Kamu ngitungnya gimana? Boleh share?

Pake rumus komponen itu mas Rumus yang mana yang kmu pakai?

Yang itu mas

Iya.. terus gimana lgi?


(63)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

saya milih jawaban itu

Kok bisa kmu milih jawaban itu?

Saya jumlahkan nya mas makanya saya pilih jawaban itu mas

25 (KP)

Nomor 10 kmu jawab apa? Jawab A mas

Yakinkah dgn jawaban itu? Gk begitu yakin sih mas

Klo kmu gk begitu yakin, kenapa milih jawaban itu?

Coba kalo gak pake akar mas, pasti ku bisa mas

Mmngnya kalo gak pake akar, cara kamu ngerjainnya gimana?

Pake F sin mas Sin atau cos ?

Sin mas. Kan itu di sumbu-y 26

(Mn)

Nomor 10 kamu jawab apa? Aku gak jawab mas

Kenapa gak jawab? Gak ngerti mas

34 (P) Nomor 10 kamu jawab apa? Saya jawab D mas

Yakin dengan jawabanmu dek? Yakin mas

Kamu tau cara ngerjainnya? Tau mas

35 (Mn)

Nomor 10 kamu jawab apa? Jawab B mas

Yakinkah dengan jawabanmu? Gak yakin mas

Terus kamu jawab itu, kamu ngitung terlebih dahulu?

Gak mas

Terus dapat itu darimana? Nebak aja mas

39 (P) Kalo nomor 10, kamu jawab apa? Jawab D mas

Kamu tau cara ngitungnya pake rumus apa?

Iya mas

Yakin kah dengan jawabanmu? Iya mas


(64)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara (KP) A mas

Yakinkah dengan jawabanmu? Gak terlalu yakin mas

Kamu tau cara ngitungnya pake rumus apa?

Tau mas. Tpi dah malas kalo ada akar-akarnya. Malas buat ngitung Kmu ngitungnya pke rumus yang mana untuk soal ini?

Sumbu-y ya? Klo sumbu-y pake F sin θ mas

13 1 (Mn) Kalo nomor 13, kmu jawab apa? Sama mas. Gk ngisi juga

Gak sempat ngerjain ato gimana? Gak ngerti mas

2 (Mn) Kalo nomor 13? Kamu jawab apa? B mas. Sama dengan yang tdi. Gk ngerti juga

3 (MS)

Kalo soal nomor 13, kamu jawab apa?

Jawab D mas

Yakin kah dengan jawabanmu? Iya mas. Saya yakin

Kenapa kamu yakin? Sudah ngitung kah?

Sudah mas

Terus dapat hasil sesuai dengan jawabanmu?

Iya mas.

Gimana ngitungnya?

Waah lupa e mas. Oret-oretannya dah ilang

Mungkin kmu masih ingat caranya walaupun cuman sedikit?

Lupa e mas. Hehhe

8 (KP) Nomor 13 kamu jawab apa? Jawab C mas

Terus tingkat keyakinan mu gimana?

Saya jawab ragu-ragu mas Kamu ngitungnya gimana? Lupa mas gimana ngitungnya. Kamu dapat hasilnya begitu atau hasil tebakan?


(65)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara Saya lupa mas

25 (KP)

Nomor 13 kamu jawab apa? B mas

Kamu pilih itu kenapa? Saya pilih ini karna ini mas

26 (P) Nomor 13 kamu jawab apa? Jawab A mas

Kmu yakin dgn jawabanmu? Yakin mas

Kamu ngerjainnya gimana? Pake F cos dengan F sin mas F cos itu untuk komponen di sumbu mana?

Kalo cos untuk sumbu x mas 34 (P) Nomor 13 kamu jawab apa?

Jawab A mas

Kmu yakin dgn jawabanmu? Yakin mas

Kamu ngerjainnya gimana? Pake F cos dengan F sin mas F cos itu untuk komponen di sumbu mana?

Kalo cos untuk sumbu x mas. Kalo sin itu untuk sumbu-y sama kaya nomor 10

35 (KP)

Nomor 13 kamu jawab apa? Jawab C mas

Terus tingkat keyakinan mu gimana?

Ragu-ragu mas

Kamu ngitungnya gimana? Pake sin cos itu mas

Sin cos yang mana? Yang F sin θ tu mas

Trus kenapa jawabanmu itu? Susah mas ngitungnya 39

(MS)

Nomor 13 kmu jawabnya gimana? Pake rumus komponen itu mas


(66)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara Trus kamu jawab apa? Jawab B mas

Yakin kah? Iya. Yakin mas Dapat hasilnya itu? Iya mas

40 (KP)

Nomor 13 kamu jawab apa? Jawab B mas

Terus tingkat keyakinan mu gimana?

Saya jawab ragu-ragu mas Kamu ngitungnya gimana? Lupa mas gimana ngitungnya. Mungkin kamu masih ingat sedikit? Gak mas 3. menjumlah kan dan mengurang kan vektor dengan cara geometri.

4 1 (P) Soal nomor 4 kamu jawab apa? B mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Bukan hasil menebak? Bukan mas

2 (P) Soal nomor 4 kamu jawab apa? B mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Bukan hasil menebak? Ya gaklah mas

3 (MS)

Soal nomor 4 kmu jawab apa? Jawab C mas

Yakinkah? Yakin mas

Jadi itu metode polygon? Iya mas

8 (MS)

Kamu jawab apa nomor 4? A mas

Yakinkah?

Waktu itu yakin mas.. hahaha Jadi itu metode jajargenjang? Waktu itu yakinnya itu mas Terus sekarang?

Ya tidaklah mas. Salah tu mas. Hahaa


(67)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara (KP) Jawab B mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa ragu-ragu?

Kemaren bingung dengan yang polygon mas. Hehehee

26 (P) Kamu jawab apa nomor 4? Jawab B mas

Yakinkah? Sangat yakin mas 34

(KP)

Nomor 4 kamu jawab apa? Jawab B mas

Yakin, ragu ato tidak yakin? Ragu mas

Kenapa ragu?

Sebenarnya yakin mas. Tapi takut salah jadi ragu mas

35 (KP)

Nomor 4 kamu jawab apa? Jawab A mas

Kenapa pilih itu?

Bingung aja mas. Bingung antara segitiga ato jajargenjang

39 (P) Kamu jawab apa nomor 4? Jawab B mas

Yakinkah? Yakin mas 40

(MS)

Nomor 4 kamu jawab apa? Jawab A mas

Yakin kah itu?

Kemarin yakinnya itu mas. Ternyata segitiga ya?

25 1 (KP) Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab C mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa kamu ragu-ragu?

Karena aku bingung antara A ato C. bingung resultannya yang mana mas

2 (Mn) Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab E mas

Yakin kah? Gak mas


(68)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

Ku gak tau mas jadi ku nebak aja 3 (P) Nomor 25 kamu jawab apa?

Jawab C mas Yakin kah? Yakin mas

Kenapa kamu pilih jawaban A? Karena setahu saya, resultannya itu F2

8 (KP) Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab B mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa kamu pilih jawaban B? Ya ku milih aja mas. Gak tau resultannya yang mana

25 (KP)

Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab A mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa kamu pilih jawaban A? Karena saya bingung milih antara A ato B. jadi kemarin itu q lebih milih A mas

26 (MS)

Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab A mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Yakin mas

Kenapa kamu pilih jawaban A? Karena aku ingatnya rumus phytagoras mas jadi F3 = F1 + F2 34

(KP)

Nomor 25 kamu jawab apa? Jawab A mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Aku ngisinya ragu-ragu mas Kenapa kamu pilih jawaban A? Karena aku mikirnya F3 itu sisi miringnya. Jadi ku pikir F3 itu = F1 +F2

35 (Mn)

Nomor 25 kamu jawab apa?

Waduh.. kalo yang itu ku gak ngerti mas

Trus jawabanmu itu gimana? ya nebak aja mas


(69)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara (KP) Jawab C mas

Tingkat keyakinanmu gimana? Ragu-ragu mas

Kenapa ragu?

Ya ragu aja mas dgn jawabanku 40

(Mn)

Trus klo nomor 25 jawab apa? Jawab A mas

Kenapa pilih A? Gak tau mas Kenapa gak tau? Gak ngerti mas 4. menjumlah kan dan mengurang kan vektor dengan cara analisis.

6 1 (KP) Nomor 6 kmu jawab apa dek? Jawab C mas

Terus tingkat keyakinanmu gimana?

Ragu-ragu mas

Kenapa kamu ragu? Memangnya kamu ngerjainnya gimana?

Saya jumlahkan biasa mas. Saya takutnya itu jawaban jebakan mas 2 (P) Nomor 6 kamu jawab apa?

C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas 3 (P) Nomor 6 kamu jawab apa?

C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas 8 (KP) Nomor 6 kamu jawab apa?

C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Gak yakin mas. Saya ragu-ragu Kenapa kamu ragu-ragu?

Saya bingung mas jawaban C ato E

Memangnya kamu ngitungnya gimana?

Jumlahkan seperti biasa mas. Yang i dengan i, j dengan j, k juga dengan k


(70)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

Caramu itu bener lo. Tpi kenapa kamu ragu dengan itu?

Aku tu gak ngerti jumlahin min dengan positif itu. Seringnya keliru mas

25 (KP)

Nomor 6 kamu jawab apa? Jawab C mas

Yakinkah dengan jawaban C? Awalnya yakin mas. Terus waktu lihat jawaban temen saya jadi ragu mas.

Lho kenapa ragu?

Karena jawaban temen juga ragu mas

26 (P) Nomor 6 kamu jawab apa? C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas 34 (P) Nomor 6 kamu jawab apa?

C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas 35

(KP)

Nomor 6 kamu jawab apa? C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Trus kenapa kamu centang ragu-ragu di tingkat keyakinanmu itu? Cara kamu ngerjainnya gimana? Ya dijumlahkan seperti biasa mas. Gak tau mas. Mungkin waktu itu aku bingung mas

39 (P) Nomor 6 kamu jawab apa? C mas

Yakinkah dengan jawaban itu? Yakin mas

Cara kamu ngerjainnya gimana? Itu kan tinggal dijumlahin aja mas 40

(Mn)

Nomor 6 kamu jawab apa? C mas


(71)

Indikator Nomor

soal Siswa Wawancara

Yakinkah dengan jawaban itu? Ga mask yakin

Kenapa gak yakin? Bener lho itu Gak tau klo bener. Tebak aja sih itu. Soalnya ku gak tau ngerjainnya mas

11 1 (KP) Trus klo nomor 11 kmu jawab apa?

Saya jawab C mas

Kamu yakinkah dengan jawabanmu itu

Saya ragu mas

Kamu ngitung gimana?

Gak ngerti e mas ngitungnya gimana. Dah lupa mas

Trus dapat hasilnya itu? Sepertinya itu mas

Trus takut jawaban jebakan lagi? Nggak mas

2 (KP) Kalo Nomor 11 kamu jawab apa? D mas

Kamu yakinkah dengan jawabanmu itu

Saya ragu mas

Kamu ngitung gimana?

Saya lihat ada 45onya jdi saya milih itu

Sempat gak coba-coba buat menyelesaikan soal itu?

Sempet mas tpi gk dapat hasilnya 3

(MS)

Kalo Nomor 11 kamu jawab apa? C mas

Kamu yakinkah dengan jawabanmu itu

Saya yakin mas

Kamu ngitung gimana? Lupa mas caranya gimana

Tapi kamu yakin menemukan jawaban itu?

Iya mas. Tapi lupa kemarin ngitungnya gimana

8 (KP) Kalo Nomor 11 kamu jawab apa? E mas


(1)

141

kelas no No. soal 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Inisial b/s cri b/s cri b/s cri b/s cri b/s cri b/s cri b/s cri b/s cri b/s cri b/s cri

X MIPA

4

26 E. S 0 T 0 T 1 Y 0 T 1 Y 1 Y 1 Y 1 T 0 R 0 R 27 A. P 0 Y 0 T 0 T 1 Y 0 T 0 Y 1 Y 0 Y 0 Y 1 Y 28 A. U.A 0 R 0 R 1 R 1 Y 0 R 0 Y 0 R 0 Y 0 Y 0 Y 29 A.A.A 0 R 0 R 1 R 1 R 0 R 0 R 0 R 1 R 0 R 0 R

30 G.O 1 R 0 R 0 R 1 Y 0 R 0 R 0 R 1 R 0 R 0 R

31 A.H 1 Y 1 T 0 R 0 Y 0 T 1 T 0 T 0 T 0 R 0 R

32 A.E 1 Y 0 T 1 R 1 Y 1 R 0 T 1 Y 1 Y 1 R 0 R

33 F.H.W 1 Y 0 R 1 Y 1 Y 0 R 0 R 1 R 0 R 0 R 1 R

34 F 0 T 0 T 1 Y 1 Y 1 T 0 R 0 R 0 T 0 R 0 R

35 A.R.A 1 R 1 T 0 R 0 R 0 T 0 R 0 R 0 T 0 T 0 T 36 A.P.P 1 R 0 R 1 R 1 Y 1 Y 1 R 1 R 1 Y 0 R 0 R 37 Y.P.R 1 Y 1 Y 1 Y 1 Y 1 Y 1 R 1 Y 1 Y 1 R 1 Y

38 J.L 0 R 0 R 0 T 0 R 0 R 0 R 0 T 0 R 0 T 0 R

39 Y.N.H 0 T 0 Y 0 Y 1 Y 0 R 0 R 0 R 1 Y 0 Y 1 R 40 T.A 1 Y 0 R 0 R 1 T 0 T 1 R 0 R 1 T 0 T 0 Y

41 F2 0 R 1 R 0 R 1 R 0 R 0 R 0 R 0 R 1 R 0 R

42 V.C.T 1 T 1 T 0 T 0 R 0 T 0 T 0 T 0 T 0 R 1 T 43 E.K 0 R 0 R 0 R 0 Y 0 Y 0 Y 0 R 1 R 0 Y 1 Y 44 G.C 1 T 0 T 0 T 0 T 0 T 0 Y 1 T 0 T 0 T 0 T 45 A.A 0 T 0 T 0 T 0 T 0 T 0 T 1 Y 0 T 0 T 0 T 46 E.A.N 1 Y 0 T 0 T 0 T 0 T 0 Y 0 Y 1 Y 0 T 0 R 47 B.E.S 0 R 0 T 0 R 0 R 0 T 0 R 0 R 0 T 0 R 1 R 48 C.L 0 T 1 T 0 T 0 T 1 R 1 T 0 T 0 T 0 Y 0 T 49 E.D 1 Y 1 T 0 T 0 R 1 T 0 T 0 T 0 T 0 R 1 T


(2)

142

kelas no No. soal 21 22 23 24 25 26 Total Benar PG

Inisial b/s cri b/s cri b/s cri b/s cri b/s cri b/s Cri

X MIPA 4

26 E. S 0 T 1 Y 1 Y 0 Y 0 Y 0 T 13

27 A. P 0 Y 1 Y 0 Y 0 T 1 R 1 T 10

28 A. U.A 0 Y 0 Y 0 R 0 Y 0 Y 0 Y 9

29 A.A.A 1 R 1 Y 0 Y 1 R 0 R 1 Y 11

30 G.O 1 R 0 R 1 Y 0 R 1 Y 1 R 11

31 A.H 1 Y 0 R 1 T 0 R 0 R 1 Y 12

32 A.E 1 Y 1 Y 0 T 0 R 1 R 0 T 19

33 F.H.W 0 R 1 Y 0 Y 0 Y 0 Y 1 Y 12

34 F 1 Y 1 R 1 Y 0 R 0 R 0 T 14

35 A.R.A 1 R 0 T 0 R 0 R 0 T 1 Y 8

36 A.P.P 1 R 1 Y 1 Y 0 R 1 R 1 Y 19

37 Y.P.R 1 Y 1 Y 1 T 0 Y 0 Y 1 Y 21

38 J.L 0 Y 1 Y 0 R 0 Y 0 R 1 R 6

39 Y.N.H 1 Y 1 Y 0 Y 0 Y 1 R 0 R 15

40 T.A 0 T 0 T 0 R 0 Y 0 T 0 Y 10

41 F2 0 Y 0 R 0 R 0 R 0 R 0 T 10

42 V.C.T 0 T 1 T 1 R 0 T 1 T 0 T 12

43 E.K 0 Y 0 R 1 R 0 Y 0 R 0 T 12

44 G.C 0 T 0 T 0 T 0 R 0 T 1 Y 7

45 A.A 0 T 0 T 0 T 0 T 0 T 0 T 7

46 E.A.N 1 Y 0 R 0 T 0 R 0 Y 1 Y 9

47 B.E.S 0 Y 1 Y 0 R 0 R 0 R 1 Y 6

48 C.L 0 Y 1 Y 0 T 1 T 0 Y 1 Y 10

49 E.D 1 Y 1 Y 0 Y 1 Y 0 R 1 Y 15


(3)

143 Lampiran 7 Frekuensi Siswa Berdasarkan Kategori Pemahaman

Kategori NOMOR SOAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Paham 24 27 12 26 12 23 14 13 21 8 8 5 5 9 6

Miskonsepsi 3 3 2 3 2 3 6 2 6 4 3 1 5 3 2

Kurang Paham 22 18 29 18 27 18 17 16 20 22 24 22 23 20 22

Menebak 1 2 7 3 9 6 13 19 3 16 15 22 17 18 20

Jumlah 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

Kategori NOMOR SOAL

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Paham 2 7 11 2 7 11 15 4 2 2

Miskonsepsi 7 2 3 7 4 9 2 6 13 8

Kurang Paham 25 24 14 29 27 18 16 17 25 29

Menebak 16 17 22 12 12 12 17 23 10 11


(4)

144 Lampiran 8 Persentase Tiap Nomor Soal Berdasarkan Kategori Pemahaman

Kategori Persentase Tiap Nomor Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Paham 48 54 24 52 24 46 28 26 42 16 16 10 10 18 12

Miskonsepsi 6 6 4 6 4 6 12 4 12 8 6 2 10 6 4

Kurang Paham

44 36 58 36 54 36 34 32 40 44 48 44 46 40 44

Menebak 2 4 14 6 18 12 26 38 6 32 30 44 34 36 40

Jumlah 100 100 100 10

0 10

0 10

0 10

0 100 100 100 100 100 100 100 100

Kategori Persentase Tiap Nomor Soal

16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Paham 4 14 22 4 14 22 30 8 4 4

Miskonsepsi 14 4 6 14 8 18 4 12 26 16

Kurang Paham 50 48 28 58 54 36 32 34 50 58

Menebak 32 34 44 24 24 24 34 46 20 22


(5)

145 Lampiran 9 Frekuensi Untuk Soal Essai

Kategori Penilaian Jumlah Siswa

Tidak 23

Gambar 9

Gambar+Keterangan 7

Penyelesaian 11

Jumlah 50

Lampiran 10 Persentase Untuk Soal Essai

Kategori Penilaian Persentase (%)

Tidak 46

Gambar 18

Gambar+Keterangan 14

Penyelesaian 22


(6)

Dokumen yang terkait

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Analisis Reduplikasi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Karangpandan.

0 2 12

Pemahaman dan miskonsepsi siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati.

13 79 182

Hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan motivasi belajar Fisika di kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

1 7 132

Analisis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal identitas trigonometri pada siswa kelas X-E SMA Bopkri 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2014/2015.

2 17 245

Penerapan metode observasi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi vertebrata di Kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

0 1 203

Pemahaman dan miskonsepsi siswa kelas X MIA mengenai penjumlahan vektor di SMA Negeri 1 Seyegan dan SMA Negeri 1 Mlati

11 42 180

Penerapan metode observasi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi vertebrata di Kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

0 1 201

DESKRIPSI PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS XI MIA SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA.

0 2 87

PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN WACANA EKSPOSISI ANTARA SISWA KELAS X JURUSAN AKUNTANSI DENGAN SISWA KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK BOPKRI I YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20062007

0 1 116

PERSEPSI PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA, SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA, DAN SMA BOPKRI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA TERHADAP LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL SELAMA TAHUN AJARAN 20092010

0 0 125