Hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan motivasi belajar Fisika di kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Emiliana Sarjo, 2016. Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika Di Kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika, motivasi belajar fisika, dan hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui kuisioner dan pengamatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah 56 siswa kelas X.

Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika positif, rata-rata siswa memiliki motivasi belajar fisika yang tinggi, dan adanya korelasi positif antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.

Kata kunci : persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika, motivasi belajar fisika.


(2)

ABSTRACT

Emiliana Sarjo, 2016. The correlation between students’ perception toward learning physics with motivation of physics study at class X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Thesis. Physics Education, Department of Science and Mathematics Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to reveal the student’s perception toward learning physics, student’s learning motivation, and the correlation between students’ perseption toward leraning physics with motivation of physics study.

The types of this research are quantitative descriptive and qualitative descriptive. The data get by the questionnaire and the observation. The research was conducted in April - Mei 2016 at SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. The subject of this research are 56 students of class X.

The results of this research show that the students’ perceptions toward learning physics is positive, an average of students haves high motivation of physics study, and existence correlation between students’ perseption toward leraning physics with motivation of physics study. Keywords: students’ perseption toward leraning physics, motivation of physics study.


(3)

i

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DI KELAS X SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

EMILIANA SARJO NIM: 111424024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Alangkah baik jika kehidupanku bahagia, dan alangkah lebih baik lagi jika kehidupanku membuat orang lain bahagia.

~ ~ ~ ~ ~ A Mintara Sufiyanta ~ ~ ~ ~ ~

Karya ini ku persembahkan untuk : Bapa dan mama tersayang Adik-adikku Erik, Sari, dan Tio Teman-teman pfis’11 USD Terimakasih atas doa dan dukungan selama masa studi


(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 05 Oktober 2016 Penulis


(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Emiliana Sarjo

NIM : 111424024

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DI KELAS X SMA

BOPKRI 2 YOGYAKARTA”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royaliti kepada ssaya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta : 05 Oktober 2016 Yang menyatakan


(9)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika Di SMA BOPKRI 2

Yogyakarta”. Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tulus secara khusus kepada :

1. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc, Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma 3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan JPMIPA

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas


(10)

viii

Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama masa pendidikan. 5. Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan koreksi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

6. Kedua Orangtua saya Donatus Sarjo dan Natalia Jebatu yang telah memberikan doa dan motivasi selama penulis menempuh pendidikan. 7. Adik-adik saya yang tercinta Frederik Sarjo, Maria S. Sarjo, dan Martinus

Sarjo yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama masa kuliah. 8. Sahabat seperjuangan Maria Yuliana Jedo Baon, Martina T. B. Wanga,

dan Naldi Barus, yang selalu menyemangati dan mendoakan serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan wawasannya.

10.Ibu Irene Mustikaningtyas, S.Pd., selaku Guru Fisika Kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah bersedia membantu peneliti dalam melancarkan pengambilan data.

11.Siswa/i kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang telah meluangkan waktu untuk menjadi subyek penelitian bagi penulis.

12.Teman-teman Pendidikan Fisika 2011 atas kebersamaan, semangat, dan rasa persaudaraan untuk berjuang menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(11)

ix

13.Teman saya, Fabiola Lidya Desima, yang telah membantu penulis selama pengambilan data penelitian.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, September 2016


(12)

x ABSTRAK

Emiliana Sarjo, 2016. Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika Di Kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika, motivasi belajar fisika, dan hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui kuisioner dan pengamatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah 56 siswa kelas X.

Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika positif, rata-rata siswa memiliki motivasi belajar fisika yang tinggi, dan adanya korelasi positif antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.

Kata kunci : persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika, motivasi belajar fisika.


(13)

xi

ABSTRACT

Emiliana Sarjo, 2016. The correlation between students’ perception

toward learning physics with motivation of physics study at class X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Thesis. Physics Education, Department of Science and Mathematics Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to reveal the student’s perception toward learning physics, student’s learning motivation, and the correlation between students’ perseption toward leraning physics with motivation of physics study.

The types of this research are quantitative descriptive and qualitative descriptive. The data get by the questionnaire and the observation. The research was conducted in April - Mei 2016 at SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. The subject of this research are 56 students of class X.

The results of this research show that the students’ perceptions toward learning physics is positive, an average of students haves high motivation of physics study, and existence correlation between students’ perseption toward leraning physics with motivation of physics study. Keywords: students’ perseption toward leraning physics, motivation of physics study.


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR GAMBAR ...xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3


(15)

xiii

E. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Persepsi ... 5

1. Pengertian Persepsi ... 6

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Persepsi ... 6

B. Pembelajaran Fisika ... 9

1. Pengertian Pembelajaran Fisika ... 9

2. Unsur Penting dalam Pembelajaran Fisika ... 10

3. Persoalan dalam Pembelajaran Fisika ... 11

C. Guru Fisika yang Profesional ... 12

D. Motivasi Belajar ... 15

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 15

2. Jenis Motivasi ... 16

3. Ciri-ciri Motivasi ... 16

4. Pentingnya Motivasi dalam Belajar ... 17

E. Kerangka Berpikir ... 19

1. Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Design Penelitian ... 21

B. Populasi dan Sampel ... 21


(16)

xiv

D. Metode Pengumpulan Data ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 23

F. Uji coba Kuesioner ... 26

G. Metode Analisis yang Digunakan ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

1. Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika ... 31

2. Motivasi Belajar Fisika ... 34

3. Uji Hipotesis Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika ... 38

B. Pembahasan ... 39

1. Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika ... 39

2. Motivasi Belajar Fisika ... 49

3. Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika ... 57

4. Hasil Observasi ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

A. Kesimpulan ... 61


(17)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN ... 67


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 3.1. Kisi-kisi lembar pengamatan motivasi belajar fisika ... 23

Tabel 3.2. Kisi-kisi persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika ... 24

Tabel 3.3. Kisi-kisi motivasi belajar siswa ... 25

Tabel 3.4. Alternatif jawaban dan skor pada kuesioner ... 28

Tabel 4.1. Skor persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika ... 31

Tabel 4.2. Perhitungan kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika ... 33

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi skor persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika ... 34

Tabel 4.4. Skor motivasi belajar fisika ... 34

Tabel 4.5. Perhitungan kuesioner motivasi belajar fisika ... 36

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi skor motivasi belajar fisika ... 37

Tabel 4.7. Distribusi frekuensi skor tiap item soal persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika ... 40

Tabel 4.8. Skor tiap aspek dalam kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika ... 40

Tabel 4.9. Distribusi frekuensi skor tiap item soal Motivasi belajar fisika ... 50

Tabel 4.10. Skor tiap aspek dalam kuesioner motivasi belajar fisika ... 51


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 1. Histogram skor rata-rata tiap aspek dalam kuesioner persepsi siswa

terhadap pembelajaran fisika ... 41 Gambar 2. Histogram skor rata-rata tiap aspek dalam kuesioner


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses bagi banyak orang untuk belajar dan berlatih. Belajar untuk mengubah suatu pemikiran yang tadinya adalah salah mejadi suatu yang benar. Melalui pendidikan juga, seseorang dapat mengembangkan semua kemampuan yang dimiliki. Menurut Ambarjaya (2012: 7) pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau kelompok untuk dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak mereka pahami.

Djamarah (2005: 2) guru dan anak didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Boleh jadi, di mana ada guru di situ ada anak didik yang ingin belajar dari guru. Sebaliknya, dimana ada anak didik di sana ada guru yang ingin memberikan binaan dan bimbingan kepada anak didik.

Di jaman yang modern ini banyak masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan khususnya dalam kegiatan pembelajaran yang mana siswa kurang maksimal untuk menyerap materi yang diberikan oleh guru sehingga menyebabkan kurangnya motivasi mereka dalam belajar.

Fisika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat menakutkan bagi siswa, dengan alasan bahwa materi fisika sangat sulit karena banyak


(21)

rumus dan hitungan. Menurut Brooks (1993: 5) dalam Soewandi, dkk. (2008:41) ukuran dan kualitas pembelajaran tidak terletak pada baiknya guru menerangkan, tetapi pada kualitas dan kuantitas belajar siswa, dalam arti seberapa banyak dan seberapa sering siswa terlibat secara aktif. Peran guru yang pokok adalah menciptakan situasi, menyediakan kemudahan, merancang kegiatan, dan membimbing siswa agar mereka lertibat dalam proses belajar secara berkesinambungan.

Oleh karena itu, dari latar belakang di atas, penulis akan meneliti tentang “Hubungan antara Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika Di Kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika? 2. Bagaimanakah motivasi belajar fisika?

3. Adakah hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika?


(22)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimanakah persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah motivasi belajar fisika.

3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.

D. Hipotesis

Berdasarkan judul penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu adanya korelasi positif antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru atau calon guru fisika

Melalui penelitian ini, guru ataupun calon guru fisika dapat memperoleh gambaran bagaimana persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika. Bagaimana pandangan siswa terhadap bahan pelajaran fisika, dan bagaimana cara untuk membangun hubungan atau relasi yang baik antara guru dengan siswa. Dengan demikian, sebagai guru kita dapat meningkatkan dan menciptakan suatu proses pembelajaran fisika yang lebih menarik bagi siswa, sehingga motivasi mereka dalam belajar fisika pun meningkat.


(23)

2. Bagi penulis

Melalui penelitian ini, penulis memperoleh pengetahuan tentang bagaimana seharusnya menjadi seorang guru fisika yang profesional. Bagaimana sikap yang harus ditunjukan oleh seorang guru dalam melakukan proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar didalam pembelajaran fisika sangat menyenangkan dan siswa pun termotivasi untuk belajar fisika.


(24)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi

Seorang guru pastinya menginginkan agar siswanya berhasil dalam belajar. Tidak hanya berhasil dalam ilmu namun juga dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Guru juga diharapkan agar dapat menyesuaikan diri di dalam kegiatan pembelajaran, serta dapat menciptakan situasi belajar yang konduktif bagi siswa. Seorang guru yang berkompeten serta berkepribadian yang baik dapat menarik perhatian siswa. Sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar serta memberikan pandangan yang positif terhadap guru maupun pembelajarannya.

Berbicara mengenai persepsi berarti berbicara mengenai bagaimana pandangan seseorang terhadap sesuatu, baik itu benda hidup maupun benda mati. Walgito (2010: 108-109) menuangkan bahwa apabila yang dipersepsi itu manusia dan yang nonmanusia, maka akan ada kesamaan tetapi juga adanya perbedaan dalam persepsi tersebut. Persamaannya yaitu apabila manusia dipandang sebagai objek benda yang terikat pada waktu dan tempat seperti benda-benda yang lain. Walaupun demikian sebenarnya antara manusia dan nonmanusia itu terdapat perbedaan yang mendasar.

Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bagaimanakah persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika, bagaimanakah motivasi belajar fisika


(25)

siswa, serta hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.

1. Pengertian Persepsi

Menurut Irwanto, dkk (1988: 55) persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Menurut Lunandi (1987:80), persepsi adalah tafsiran dari apa yang kita lihat, dengar, cicipi, baui, raba dengan pancaindra kita. Apa yang ditangkap dengan pancaindra diberi arti. Adapun menurut Khairani (2013:63) persepsi merupakan suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Sarwono (1992:45) mendefinisikan persepsi sebagai sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek-objek.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu pandangan yang merupakan hasil tanggapan dari indera manusia yang kemudian diinterpretasikan sehingga manusia dapat mengenal dan menilai objek-objek.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adanya Persepsi

Karena persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif


(26)

dalam persepsi.. Persepsi itu bersifat individual (Davidoff, 1981; Rogers, 1965) dalam Walgito (2010: 100).

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dalam Khairani (2013:63-65) :

a. Faktor internal yang mempegaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:

1) Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interprestasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

2) Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

3) Minat. Persepsi terhadap sutu obyek bervariasi tergantung terhadap seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. perceptual vigilance merupakan


(27)

kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

4) Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

5) Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertia luas.

6) Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

b. Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah:

1) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk


(28)

ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada giliranya membentuk persepsi.

2) Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

3) Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan sekeklilingnya yang sama, sekali diluar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

5) Motion atau gerakan. Individu akan lebih banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan selama jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

B. Pembelajaran Fisika

1. Pengertian Pembelajaran Fisika

Menurut Arifin (2012 : 10 ) dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar; dan dalam arti luas


(29)

pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.

Pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik (Sani, 2013 : 40). Sedangkan, menurut Wiyani (2014 : 20), pembelajaran adalah proses menjadikan orang agar mau belajar dan mampu (kompeten) belajar melalui berbagai pengalamannya agar tingkah lakunya dapat berubah menjadi lebih baik lagi.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran fisika adalah suatu proses yang dilakukan agar seseorang dapat belajar fisika melalui berbagai pengalamannya sehingga dapat menguasai kompetensi fisika yang diharapkan.

2. Unsur Penting dalam Pembelajaran Fisika

Menurut Wospakrik dalam Mundilarto (2012: 3) fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan memberi pemahaman baik secara kualitatif maupun kuantitatif tentang berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa semua proses fisika


(30)

ternyata dapat dipahami melalui sejumlah hukum alam yang bersifat dasar.

Unsur yang terpenting dalam pembelajaran fisika (Suparno, 2007: 2) adalah : (a) siswa yang belajar, (b) guru yang mengajar, (c) bahan pelajaran, dan (d) hubungan antara guru dan siswa. Maka semua usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika sendiri. Dari pihak guru diharapkan menguasai bahan yang mau diajarkan, mengerti keadaan siswa sehingga dapat mengajar sesuai dengan keadaan dan perkembangan siswa, dapat menyusun bahan sehingga mudah ditangkap siswa.

3. Persoalan dalam Pembelajaran Fisika

Dalam Suparno (2009: 3) beberapa persoalan pendidikan fisika di indonesia adalah sebagai berikut:

a. Materi fisika dianggap sulit oleh siswa karena banyak rumus dan hitungan

b. Banyak siswa mudah merasa loyo dan kurang daya tahan dalam menghadapi bahan fisika yang dianggap sulit dan banyak hitungan c. Guru fisika kurang profesional/menarik/dekat dengan siswa, sehingga

kurang dapat membantu siswa senang belajar fisika dan masih mengajarkan miskonsepsi

d. Sarana sekolah tidak lengkap terutama dengan fasilitas dan sarana pendidikan fisika


(31)

f. Kurikulum fisika masih belum tepat dengan situasi lapangan tempat siswa belajar

C. Guru Fisika yang Profesional

Ada yang mengatakan guru fisika kelihatan keras, galak, diam, mungkin untuk menunjukan bahwa mereka punya wibawa dan biar ditakuti siswa. Tetapi ada yang membantah, bahwa tidak usah galak saja pelajaran fisika sudah menakutkan karena banyak matematika dan rumusnya. Pendekatan pembelajaran fisika yang modern, mengajak agar guru fisika lebih dekat dengan siswa, lebih punya humor, dan dapat komunikasi dengan siswa. Dengan demikian, siswa akan senang dengan fisika dan dapat belajar fisika lebih baik (Suparno, 2009: 136).

Untuk menjadi guru fisika yang sungguh bermutu dan profesional ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dilatih oleh guru terus-menerus antara lain (Trowbridge & Bybee, 1996: 2-5) dalam Suparno (2007: 2-4) :

1. Penguasaan bahan fisika

Guru fisika harus menguasai bahan yang mau diajarkan sehingga tidak menyebabkan miskonsepsi pada siswa. Maka guru fisika harus terus mengembangkan diri dengan mempelajari bahan fisika. Ada baiknya juga mengembangkan bahan yang lebih tinggi setingkat universitas, sehingga dapat mengajarkan dengan lebih luas dan tidak picik. Untuk menunjang hal ini makaguru harus terus belajar dan tidak boleh lekas puas diri. Sekarang ini banyak sumber belajar


(32)

fisika yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan seperti internet, buku-buku baru, seminar, lokakarya, dan bertanya kepada tenaga ahli.

2. Mengerti tujuan pengajaran fisika

Guru fisika yang baik harus mengerti tujuan dari pengajaran fisika. Dengan mengerti tujuannya, guru dapat mengarahkan siswa kearah tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Misalnya guru perlu mengetahui tujuan umum pengajaran fisika seperti:

a. Kompetensi fisika yang diharapkan dikuasai siswa

b. Tuntutan sekolah atau pemerintah dalam pengajaran fisika c. Tujuan umum pengajaran fisika seperti:

1) Mengerti dan menggunakan metode ilmiah 2) Menguasai pengetahuan fisika (konsep) 3) Menggunakan sikap ilmiah

4) Memenuhi kebutuhan pribadi dan masyarakat 5) Kesadaran akan karir masa depan

3. Guru dapat mengorganisasi pengajaran fisika

Guru fisika yang baik dapat mempersiapkan pengajaran sesuai dengan tujuan. Ia juga mengerti cara mengajarkan bahan itu, dapat memilih alat dan sarana yang digunakan dalam pembelajaran, dapat memilih evaluasi dan latihan yang akan diberikan kepada siswa selama proses pembelajaran. Termasuk dalam perencanaan adalah


(33)

merencanakan berupa waktu yang digunakan dan tugas apa yang harus dilakukan siswa.

4. Mengerti situasi siswa

Pembelajaran fisika akan sungguh mengena pada siswa dan menyenangkan siswa, bila situasi siswa diperhatikan. Maka guru perlu berusaha mengerti keadaan siswa. Beberapa situasi siswa perlu diketahui seperti: konsep awal siswa, pemikiran siswa, konsep yang telah dipunyai, tingkah laku, perkembangan kognitif, mode, dan situasi psikologis siswa dll. Guru perlu mengerti bagaimana siswa menanggapi pembelajarannya, apakah mereka senang, bosan, malas, dll. Dengan mengerti keadaan siswa, guru akan dapat membantu pembelajaran secara lebih kontekstual, sesuai dengan situasi siswa. 5. Guru dapat berkomunikasi dengan siswa

Guru perlu melatih diri berkomunikasi akrab dengan siswa. Hubungan yang akrab dengan siswa perlu dibangun, kemampuan memotivasi, memberikan semangat, menegur, menggerakkan siswa perlu dilatih. Keterampilan untuk mendekati siswa, membantu siswa belajar, dan juga kemampuan mendengarkan apa yang dirasakan dan diinginkan siswa perlu dikembangkan. Kemampuan mengerti kesulitan siswa dalam belajar dan hidup pun perlu ditumbuhkan 6. Guru menguasai berbagai metode

Oleh karena situasi siswa bermacam-macam dan yang dirasakan dapat membantu siswa belajar juga bervariasi, maka menguasai


(34)

metode yang bermacam-macam sangat penting bagi guru fisika sehingga dapat membantu siswa lebih baik dan tepat. Menguasai berbagai metode mengajar dan memilih cara yang diminati siswa, akan membuat siswa menyukai fisika yang diajarkan.

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2007: 73). Selanjutnya, menurut Nanang dan Suhana (2012: 26) motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Adapun menurut Khodijah (2014:157) motivasi belajar adalah dorongan yang menjadi penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dan mencapai suatu tujuan yaitu untuk mencapai prestasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan yang menjadi penggerak bagi siswa agar terlibat penuh dalam kegiatan belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.


(35)

2. Jenis Motivasi

Menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 26-27) motivasi terdiri atas dua yaitu :

a. Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita (Hamzah, 2008: 23).

b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah (reward), kompetisi sehat antar peserta didik, hukuman (punishment), dan sebagainya.

3. Ciri-ciri motivasi

Motivasi seseorang dapat dilihat dari bagaimana usaha yang dilakukannya dalam mencapai atau memenuhi kebutuhannya. Adapun ciri-ciri seseorang termotivasi seperti yang tercantum dalam Rohmah (2012: 249-250) adalah sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).


(36)

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif)

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang itu selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya cukup rasional. Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya (Sardiman, 2007: 84).

4. Pentingnya Motivasi dalam Belajar

Rohmah (2012: 261) proses pembelajaraan merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang individu (jasmanih dan rohani), kegiatan pembelajaran tidak pernah dilakukan tanpa adanya dorongan


(37)

atau motivasi yang kuat dari dalam diri individu ataupun dari luar individu yang mengikuti kegiatan pembelajaran. Imron (1996) mengungkapkan bahwa motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.

Menurut Dalyono (1997: 57) dalam Djamarah (2011: 201) kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 85) motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Menyandarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir; contohnya, setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut; ia kurang berhasil menangkap isi, maka ia terdorong membaca lagi.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; sebagai ilustrasi, jika terbukti


(38)

usaha belajar seorang siswa belum memadai, maka ia berusaha setekun temannya yang belajar dan berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar; sebagai ilustrasi, setelah ia ketahui bahwa dirinya belum belajar secara serius, terbukti banyak bersenda gurau misalnya, maka ia akan mengubah perilaku belajarnya.

d. Membesarkan semangat belajar; sebagai ilustrasi, jika ia telah menghabiskan dana belajar dan masih ada adik yang dibiayai orang tua, maka ia berusaha agar cepat lulus.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.

E. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Siswa Tentang Pembelajaran Fisika dengan Motivasi Belajar Fisika

Menurut Popham dan Baker (1992) dalam Suyanto dan Jihad (2013: 101), pada hakikatnya proses pembelajaran yang efektif terjadi jika guru dapat mengubah kemampuan dan persepsi siswa dari yang sulit mempelajari sesuatu menjadi mudah mempelajarinya.

Guru perlu membangkitkan sikap positif siswa terhadap materi pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa, maka akan tumbuh dan berkembang minat belajar. Dengan demikian, siswa akan mudah


(39)

diberi motivasi, dan pada akhirnya mereka akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan (Suyanto dan Asep Jihad, 2013: 229).

Dengan demikian ketika siswa memiliki persepsi yang baik atau positif terhadap pembelajaran fisika juga mempunyai motivasi dalam belajar fisika, atau sebaliknya siswa yang memiliki persepsi yang negatif, motivasi untuk belajar fisika pun rendah.


(40)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa angka atau skor. Selain itu, untuk memperkuat data yang dihasilkan maka dalam penelitian ini dilakukan observasi. Observasi yang dilakukan adalah observasi secara langsung. Data akan diolah dengan menggunakan korelasi pearson untuk menarik kesimpulan hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.

B. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah siswa/i kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016. Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu siswa/i kelas XA dan kelas XC SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 56 orang.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian : SMA BOPKRI 2 Yogyakarta 2. Waktu Penelitian : April – Mei 2016


(41)

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua yaitu observasi dan kuesioner.

1. Observasi

Margono, (2010:158) mengungkapkan bahwa observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi yang akan dilakukan yaitu observasi secara langsung. Margono (2010: 158-159) melanjutkan bahwa observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi bersama objek yang diselidiki. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimanakah motivasi belajar fisika siswa di kelas. Bagaimana ketertarikan dan kemauan serta keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika.

2. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap data tentang bagaimana persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika, bagaimana motivasi belajar fisika siswa, dan apakah ada hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.


(42)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lembar pengamatan

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati bagaimana situasi pembelajaran fisika dikelas, sikap atau prilaku siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Dengan demikian dari hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan bagaimanakah motivasi belajar fisika.

Arikunto dalam Taniredja dan Mustafidah (2011:48) mengemukakan bahwa dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi . Oleh karena itu, dalam penelitian ini disusun kisi-kisi observasi atau pengamatan motivasi belajar fisika seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Kisi-kisi lembar pengamatan motivasi belajar fisika

Indikator No item soal Jumlah

Ketertarikan siswa mengikuti pembelajaran fisika 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 6 Keaktifan siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar 8, 9, dan 12 3 Kemauan siswa dalam memecahkan masalah dan

soal-soal fisika

7, 10, 11, 13, 14, dan 15

6


(43)

2. Kuesioner

Untuk melengkapi penelitian ini, maka dalam memperoleh data peneliti memberikan kuesioner kepada siswa. Kuesioner tersebut terdiri atas dua bagian yaitu kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dan kuesioner motivasi belajar fisika.

a. Kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika.

Kuesioner ini terdiri atas empat aspek, yaitu pengetahuan akan pembelajaran fisika, bahan pelajaran fisika, guru fisika, dan hubungan guru dengan siswa. Indikator pada tiap aspek di atas ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Kisi-kisi persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika

Aspek Indikator No item soal Jumlah

Pengetahuan akan

pembelajaran fisika

Pengetahuan siswa tentang pembelajaran fisika

1, 2, 3, dan 4 4

Pengalaman siswa mengikuti pembelajaran fisika

5, 6, 7, dan 8 4

Bahan pelajaran fisika

Pengetahuan siswa tentang fisika 9 dan 10 2 Relevansi dari pembelajaran fisika

dalam kehidupan sehari-hari

11, 12, 13, dan 14 4

Partisipasi siswa dalam belajar fisika di kelas


(44)

Aspek Indikator No item soal Jumlah

Kesulitan materi fisika 18, 19, 20 dan 21 4

Guru fisika

Guru menguasai bahan fisika 22, 23, 24, dan 25 4 Guru mengerti tujuan pengajaran fisika 26, 27, dan 28 3 Guru dapat mengorganisasi pengajaran

fisika

29, 30, dan 31 3

Guru menguasai berbagai metode pengajaran

32, 33, dan 34 3

Hubungan guru dengan siswa

Guru mengerti situasi siswa 35, 36, dan 37 3 Guru dapat berkomunikasi dengan

siswa

38, 39, dan 40 3

Jumlah item soal 40

b. Kuesioner motivasi belajar fisika

Kuesioner ini terdiri atas dua aspek, yaitu kemauan untuk belajar fisika dan cara mengatasi kesulitan belajar. Indikator dari dua aspek diatas ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Kisi-kisi motivasi belajar fisika

Aspek Indikator No item soal Jumlah

Kemauan untuk belajar fisika

Senang mengikuti pelajaran fisika 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 6 Tekun menghadapi tugas fisika 7, 8, 9, 10, 11, dan

12


(45)

Aspek Indikator No item soal Jumlah

Menunjukkan minat dalam bermacam-macam masalah fisika

13, 14, 15, 16, dan 17

5

Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

18, 19, 20, dan 21 4

Cara mengatasi kesulitan belajar

Lebih senang bekerja mandiri 22, 23, 24, dan 25 4 Senang mencari dan memecahkan

masalah soal-soal fisika

26, 27, 28, 29, dan 30

5

Jumlah item soal 30

F. Uji Coba Kuesioner

Uji coba kuesioner ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengetahui sejauh mana instrumen yang telah dibuat sudah dapat digunakan untuk penelitian yang sesungguhnya. Responden dalam uji coba kuesioner ini berjumlah 15 orang.

Hasil uji coba dari kuesioner ini, terdapat beberapa item soal yang diubah. Hal ini disebabkan karena, selama masa pengujian kuesioner beberapa item soal yang diubah kurang memberikan arti atau makna yang mudah untuk dimengerti oleh responden, atau dengan kata lain bahasa yang digunakan kurang dipamahi oleh responden. Sehingga saat digunakan pada penelitian yang sesungguhnya, pernyataan-pernyataan yang tertera dalam kuesioner sesuai dengan apa yang dialami oleh responden.


(46)

Setelah dilaksanakannya uji coba kuisioner, terdapat beberapa item soal yang harus diubah, dalam arti bahasa yang digunakan harus lebih singkat dan lebih sederhana, sehingga lebih mudah untuk dipahami oleh responden. Untuk kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika terdapat beberapa item soal yang merupakan perubahan dari hasil uji coba kuisioner yaitu item soal nomor 3, 5, 7, 9, 18, 27, 33, dan 34. Sedangkan untuk kuesioner motivasi belajar fisika yaitu item soal nomor 13, 14, 15, 23, 27, dan 28. Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini sudah diuji coba dan sudah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing.

G. Metode Analisis Data yang Digunakan

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif untuk pengelolaan data hasil kuesioner dan analisis deskriptif kualitatif untuk pengelolaan data hasil observasi atau pengamatan.

1. Analisis data untuk hasil kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas dua yaitu kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dan kuesioner motivasi belajar fisika.

a. Analisis data persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dan motivasi belajar fisika

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Pertanyaan positif mengandung arti bahwa pernyataannya sesuai dengan yang dialami oleh siswa, sedangkan


(47)

pertanyaan negatif mengandung arti bahwa pernyataannya tidak sesuai dengan yang dialami oleh siswa. Kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika berjumlah 40 peryataaan yang terdiri dari 26 pernyataan positif dan 14 pernyataan negatif. Sedangkan pada kuesioner motivasi belajar fisika berjumlah 30 pernyataan yang terdiri dari 19 pernyataan positif dan 11 pernyatan negatif. Pernyatan-pernyataan tersebut kemudian dinilai oleh siswa dengan memilih empat alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan siswa, dan kemudian diberi skor. Alternatif jawaban dan skor yang diberikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.4. Alternatif jawaban dan skor pada kuesioner

Alternatif jawaban Skor pernyataan positif Skor pernyataan negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Data yang diperoleh dari kuesioner kemudian dianalisis untuk mengetahui bagaimanakah persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dan bagaimana motivasi belajar fisika. Cara yang dilakukan yaitu menjumlahkan skor pada setiap item soal.


(48)

Kategori sifat persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dibagi atas empat bagian yaitu sangat negatif, negatif, positif, dan sangat positif. Sedangkan kategori tingkat motivasi belajar fisika dibagi atas lima bagian yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

b. Analisis data hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika

Untuk mencari hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika digunakan rumus koefisien korelasi pearson (Suparno, 2011: 58-60).

1. Koefisien korelasi pearson

r

xy

=

̅ ̅ √ ̅ ̅

2. Setelah menghitung koefisien korelasi sampel, maka untuk mengetahui apakah sudah signifikan digunakan :

a. Ho : = 0 (hipotesis nol) b. Hi : ≠ 0 (hipotesis alternatif) c. level Signifikan α = 0.05

d. Df = derajat kebebasan = N – 2 (N = jumlah pasangan)

e. (koefisien critical) dicari dari tabel korelasi dan ( ) dengan rumus perhitungan diatas.


(49)

f. (koefisien korelasi perhitungan) jatuh dalam daerah rejeksi. Maka hipotesis nol ditolak. Bila tidak maka diterima.

Bila

/

/ > /

/

maka signifikan.

2. Analisis data untuk hasil observasi

Data diambil dengan cara mengamati secara langsung proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan melihat seberapa besar persentasi pada masing-masing pernyataan pada lembar pengamatan, sehingga dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bagaimanakah motivasi belajar fisika siswa.

Persentase untuk setiap pernyataan dibagi atas empat kategori yaitu < 25 %, 25 % - 50 %, 50 % - 75 %, dan > 75 %.


(50)

31 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 56 siswa yang diambil dari kelas XA dan XC dari total siswa kelas X yaitu 163 orang yang terdiri dari enam kelas di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Pengambilan kelas ini dilakukan secara acak, hal ini disebabkan karena pembagian kelas untuk kelas X dilakukan secara acak yang berarti bahwa pembagian kelas tidak berdasar pada nilai Ujian Nasional siswa. Kuesioner disebarkan ke siswa pada awal bulan Mei 2016. Berikut akan di bahas data hasil penelitian yang diperoleh dari kuesioner yaitu persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dan motivasi belajar fisika.

1. Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika

Berikut merupakan hasil skor untuk data persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika seperti pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1. Skor persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika

Responden Skor

1 107

2 122

Responden Skor

3 113


(51)

Responden Skor

5 107

6 108

7 135

8 117

9 120

10 128

11 124

12 130

13 125

14 104

15 103

16 109

17 109

18 110

19 126

20 115

21 120

22 119

23 115

24 115

25 108

Responden Skor

26 129

27 114

28 105

29 117

30 118

31 117

32 120

33 121

34 115

35 108

36 104

37 118

38 107

39 103

40 102

41 129

42 112

43 141

44 122

45 124


(52)

Responden Skor

47 113

48 113

49 113

50 130

51 121

Responden Skor

52 124

53 123

54 107

55 112

56 136

Data perhitungan distribusi frekuensi dari kuesioner pada persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika (lampiran 5) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2. Perhitungan kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika

Di bawah ini merupakan tabel distribusi frekuensi skor persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika:

No. Deskripsi Nilai

1. Skor maksimal 160

2. Skor terendah 102

3. Skor tertinggi 141


(53)

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi skor persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika

Skor persepsi Frekuensi

102 – 108 13

109 – 115 14

116 – 122 14

123 -129 9

130 – 136 5

137 – 143 1

Jumlah 56

Skor rata-rata kuesioner yang diberikan oleh siswa untuk persepsi terhadap pembelajaran fisika yaitu 117,125, terlihat bahwa banyaknya siswa yang memberikan skor dari skor rata-rata sampai skor tertinggi lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memberikan skor di bawah skor rata-rata yaitu 27 responden dari total responden yaitu 56 orang.

2. Motivasi Belajar Fisika

Berikut merupakan hasil skor untuk data motivasi belajar siswa seperti pada tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4. Skor motivasi belajar fisika

Responden Skor

1 57

2 90

Responden Skor

3 78


(54)

Responden Skor

5 73

6 74

7 106

8 68

9 90

10 89

11 72

12 97

13 79

14 83

15 68

16 79

17 70

18 68

19 96

20 79

21 69

22 70

23 78

24 74

25 62

Responden Skor

26 81

27 82

28 86

29 84

30 87

31 78

32 84

33 87

34 79

35 72

36 67

37 69

38 73

39 71

40 62

41 70

42 75

43 105

44 100

45 101


(55)

Responden Skor

47 75

48 78

49 78

50 88

51 78

52 84

Responden Skor

53 85

54 80

55 74

56 108

Data perhitungan distribusi frekuensi dari kuesioner pada motivasi belajar fisika (lampiran 6) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5. Perhitungan kuesioner motivasi belajar fisika

No. Deskripsi Nilai

1. Skor maksimal 120

2. Skor terendah 57

3. Skor tertinggi 108

4. Mean 80,375

Di bawah ini merupakan tabel distribusi frekuensi skor motivasi belajar fisika:


(56)

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi skor motivasi belajar fisika

Skor motivasi Frekuensi

57-64 3

65-72 12

73-80 18

81-88 12

89-96 4

97-104 3

105-111 4

Jumlah 56

Berdasarkan skor rata-rata kuesioner yang diberikan oleh siswa untuk motivasi belajar fisika yaitu 80,375, terlihat bahwa frekuensi skor yang berada pada kelas interval skor rata-rata adalah 18, yang berarti bahwa banyaknya siswa yang memberikan skor yang menghampiri atau sama dengan skor rata-rata adalah 18 orang. Frekuensi skor di atas skor rata-rata berdasarkan kelas interval yaitu 23, yang berarti bahwa banyaknya siswa yang memberikan skor di atas skor rata-rata adalah 23 orang. Sedangkan frekuensi skor di bawah skor rata-rata berdasarkan kelas interval yaitu 15, yang berarti bahwa banyaknya siswa yang memberikan skor di bawah skor rata-rata adalah 15 orang.


(57)

3. Uji Hipotesis

a. Rumusan hipotesis

H0 = Tidak terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa

terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika H1 = Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa

terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika b. Pengujian hipotesis

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi (lampiran 9) menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika memiliki hubungan yang positif. Berikut merupakan hasil perhitungan: H0 di terima jika rxy < 0

H1 di terima jika rxy > 0

Taraf signifikan ( ) = 0.05 df = N-2 (N= 56)

rhitung = 0,729

rtabel = 0,273

Dari hasil di atas ditemukan rxy(hitung) > 0 yang berarti

bahwa H1 diterima yaitu adanya hubungan yang positif antara

persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika. Berdasarkan hasil perhitungan dari koefisien korelasi pearson diperoleh koefisien korelasi rxy > koefisien korelasi dari


(58)

yang sangat kuat, karena koefisien korelasinya 0,729. Menurut Taniredja dan Hidayati (2011:32) koefisien korelasi 0,70 ke atas adalah hubungan atau korelasi positif yang sangat kuat.

B. Pembahasan

Berikut akan dibahas bagaimanakah persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika, bagaimanakah motivasi belajar fisika, serta bagaimanakah hubungan antara persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dengan motivasi belajar fisika.

1. Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Fisika

Persepsi siswa kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta terhadap pembelajaran fisika secara garis besar memiliki persepsi yang baik atau positif terhadap pembelajaran fisika.

Untuk mengetahui bagaimanakah persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika, dapat dilihat dari empat aspek yaitu: pengetahuan akan pembelajaran fisika, bahan pelajaran fisika, guru fisika, dan hubungan antara guru dengan siswa. Jumlah skor untuk masing-masing item soal yaitu 224. (skor untuk tiap item soal pada lampiran 7)

Dari hasil penskoran dapat dibuat persentase jawaban dari masing-masing aspek. Persentase jawaban masing-masing aspek dihitung dengan membagikan rata-rata skor setiap aspek dengan jumlah skor untuk setiap item soal dan dikalikan 100%.


(59)

Distribusi frekuensi skor untuk masing-masing aspek persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dapat dilihat pada tabel 4.7. dibawah ini:

Tabel 4.7. Distribusi frekuensi skor tiap item soal persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika

Interval skor Persentase (%) Sifat persepsi

0 – 56 0 - 25 Sangat negatif

57 – 112 26 – 50 Negatif

112 – 168 51 – 75 Positif 169 – 224 76 - 100 Sangat positif

Berikut merupakan skor pada tiap aspek persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dalam kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.8. dibawah ini:

Tabel 4.8. Skor tiap aspek dalam kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika

Aspek Skor rata-rata Persentase (%) Sifat persepsi

Pengetahuan akan pembelajaran fisika

164,5 73,43 Positif

Bahan pelajaran fisika

156,15 69,71 Positif


(60)

73,43 69,71 75,96 74,48 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 Pengetahuan akan pembelajaran fisika Bahan pelajaran fisika

Guru fisika Hubungan guru dengan siswa P er se ntas e (% ) Aspek persepsi

Aspek Skor rata-rata Persentase (%) Sifat persepsi

Hubungan guru dengan siswa

166,83 74,48 Positif

Rata-rata 164,4 73,4 % Positif

Untuk lebih jelas data di atas dapat disajikan dalam histogram di bawah ini:

Gambar 1. Histogram skor rata-rata tiap aspek dalam kuesioner persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika.

Dari histogram di atas telihat bahwa persepsi siswa terhadap pembelajran fisika secara umum memiliki persepsi yang positif. Pada aspek guru fisika siswa memiliki persepsi yang sangat positif, kemudian untuk persepsi siswa terhadap hubungan guru dengan siswa, persepsi terhadap pengetahuan akan pembelajaran fisika, dan persepsi terhadap bahan pelajaran fisika adalah positif. Dari keempat aspek ini, persepsi


(61)

siswa terhadap bahan pelajaran fisika lebih rendah dari ketiga aspek lainnya.

Berikut akan dijelaskan secara terperinci persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika pada setiap pernyataan item soal dari kuesioner dilihat dari keempat aspek di atas:

a. Persepsi siswa terhadap pengetahuan akan pembelajaran fisika Indikator dalam aspek pengetahuan akan pembelajaran fisika ini terdiri atas dua yaitu pengetahuan siswa tentang pembelajaran fisika dan pengalaman siswa mengikuti pembelajaran fisika. Pada indikator pengetahuan siswa akan pembelajaran fisika itu sendiri, siswa merasa bahwa pembelajaran fisika ternyata menyenangkan (73,6 %), sehingga dapat meningkatkan semangat mereka untuk belajar tentang fisika (65,6 %). Mereka tidak merasakan bahwa pembelajaran fisika sangat membosankan karena sarana dan prasarana untuk kegiatan pembelajarannya tidak lengkap (69,2 %). Adapun hal lain yang mendukung adalah kurikulum dalam pembelajaran fisika sesuai dengan tempat siswa belajar (73,2 %).

Untuk indikator pengalaman siswa mengikuti pembelajaran fisika, siswa merasa bahwa pembelajaran fisika sangat penting bagi mereka (74,5 %), karena melalui pembelajaran fisika rasa keigintahuan mereka akan suatu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari meningkat (74,5 %). Mereka tidak beranggapan bahwa


(62)

pembelajaran fisika tidak menambah pengetahuan mereka akan peristiwa/gejala dalam kehidupan sehari-hari (74,1 %). Adapun hal positif yang mereka peroleh yaitu pembelajaran fisika mengajarkan mereka untuk lebih teliti dalam mengerjakan sesuatu (82,6 %).

Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata siswa memiliki persepsi yang positif pada aspek pengetahuan akan pembelajaran fisika yaitu sebesar 73,43% positif. Siswa merasa bahwa melalui pembelajaran fisika mengajarkan mereka untuk lebih teliti dalam mengerjakan sesuatu. Jadi, berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki persepsi yang positif terhadap pengetahuan akan pembelajaran fisika yang ada di sekolahnya. b. Persepsi siswa terhadap bahan pelajaran fisika

Untuk aspek bahan pelajaran fisika hampir seluruh siswa memiliki persepsi yang positif. Aspek ini terdiri atas empat indikator. Untuk indikator pengetahuan siswa tentang fisika, siswa mengetahui bahwa fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala/peristiwa alam (64,7 %). Mereka juga tidak menganggap bahwa fisika hanya dapat dipelajari oleh orang-orang yang pintar saja karena banyak rumus dan hitungan (74,1 %). Pada indikator relevansi dari pembelajaran fisika dalam kehidupan sehari-hari, siswa merasa bahwa banyak fenomena alam yang dapat dijelaskan oleh fisika (67,4 %), mereka tidak merasa bahwa fisika yang mereka pelajari di sekolah tidak ada kaitannya dengan kehidupan di alam (76,8 %), melainkan


(63)

mereka menganggap bahwa ternyata dalam kehidupan sehari-hari juga ilmu fisika sangat berkaitan dengan ilmu lain (71,4 %). Selain itu, berdasarkan apa yang mereka alami di sekolah mereka tidak merasa bahwa fisika yang dipelajari di sekolah tidak ada kaitannya dengan bidang lain (69,2 %). Pada indikator partisipasi siswa dalam belajar fisika di kelas, siswa merasa semangat jika disuruh menyelesaikan soal fisika di depan kelas (63,9 %). Ketika pelajaran sedang berlangsung siswa memperhatikan sungguh-sungguh pelajaran fisika di kelas (72,3 %), sehingga tidak membuat mereka untuk tidak aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas (80,3 %). Pada indikator kesulitan materi fisika, pemahaman siswa tentang materi fisika akan meningkat dengan sering mengerjakan soal (79,4 %). Meskipun hanya beberapa siswa mengerti dan memahami semua materi fisika yang dipelajari jika dengan sering mengerjakan soal (58 %). Hal tersebut tidak membuat sebagian besar siswa untuk tidak mencoba mempelajari materi fisika yang mereka anggap sulit untuk dipelajari (71,4 %), sehingga tidak menimbulkan suatu pandangan bahwa materi fisika akan mudah dipelajari jika tidak ada rumus dan hitungan (71,4 %).

Beberapa hal di atas juga memberikan suatu pandangan bahwa ternyata pelajaran fisika itu bukan merupakan pelajaran yang menakutkan untuk dipelajari. Pelajaran fisika tidak hanya dipelajari


(64)

oleh orang-orang yang pintar saja, tetapi melalui pelajaran fisika kita dapat mempelajari gejala/peristiwa di alam.

Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata siswa memiliki persepsi yang positif pada aspek bahan pelajaran fisika yaitu sebesar 69,71 %% positif. Melalaui pembelajaran fisika, siswa mengetahui bahwa materi fisika yang dipelajari di sekolahnya ada kaitanya dengan kehidupan di alam. Mereka sangat aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, dan pemahaman mereka tentang materi fisika meningkat dengan sering mengerjakan soal-soal latihan. Jadi, berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki persepsi yang positif terhadap bahan pelajaran fisika yang ada di sekolahnya.

c. Persepsi siswa terhadap guru fisika

Indikator pada aspek ini terdiri atas empat. Pada indikator guru menguasai bahan fisika, siswa menganggap bahwa guru fisika di sekolah mereka sangat menguasai ilmu fisika (86,6 %), hal ini dapat dibuktikan dengan guru selalu berbicara lancar ketika menjelaskan materi pelajaran walaupun tanpa menggunakan buku atau catatan (83,9 %). Hanya sedikit siswa yang memiliki pandangan bahwa saat mengajar di kelas guru selalu terpaku pada buku atau catatan (73,2%), hal ini dibuktikan dengan bagaimana guru fisika di sekolah mereka sangat baik dalam menjelaskan konsep-konsep fisika (82,1%).


(65)

Pada indikator guru mengerti tujuan pengajaran fisika, sebelum memulai pelajaran guru memberitahukan kepada siswa tujuan dari pembelajaran yang akan dipelajari (74,5 %), selain itu guru sangat baik dalam mengarahkan siswa dalam belajar (77,2 %). Latihan soal yang diberikan kepada siswa sesuai dengan yang telah dipelajari dalam materi pembelajaran fisika (77,7 %).

Pada indikator guru dapat mengorganisasi pengajaran fisika, guru fisika di sekolah mereka sangat tepat waktu (73,2 %), walaupun sebagian siswa merasakan bahwa guru menggunakan hampir seluruh waktu hanya untuk menjelaskan materi pelajaran saja (61,6 %), tetapi guru selalu memberikan tugas kepada siswa dengan alokasi waktu yang tepat (71,8 %).

Pada indikator guru menguasai berbagai metode pengajaran, pelajaran fisika selalu diajarkan dengan baik (66 %). Berdasarkan yang dialami siswa, guru selalu menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan materi yang akan dipelajari (77,2 %), sehingga mereka memandang bahwa guru fisika di sekolahnya sangat menguasai metode pembelajaran (82,1 %).

Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata siswa memiliki persepsi yang positif pada aspek guru fisika yaitu sebesar 75,96 % positif. Mereka merasakan bahwa guru fisika di sekolahnya menguasai ilmu fisika, sangat baik dalam menjelaskan konsep-konsep fisika, sangat baik dalam mengarahkan siswa dalam belajar. Guru


(66)

fisika mengerti dengan tujuan dari pembelajaran fisika dan menguasai metode pembelajaran fisika. Jadi, berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki persepsi yang positif terhadap guru fisika yang ada di sekolahnya.

d. Persepsi siswa terhadap hubungan guru dengan siswa

Aspek hubungan guru dengan siswa memiliki dua indikator, yaitu guru mengerti situasi siswa dan guru dapat berkomunikasi dengan siswa. Pada indikator guru mengerti situasi siswa, berdasarkan apa yang dirasakan oleh siswa, guru selalu memberikan perhatian kepada semua siswa tanpa adanya diskriminasi (79,4 %). Dalam kegiatan pembelajaran, siswa tidak merasakan bahwa guru tidak pernah memberikan semangat kepada siswa sebelum maupun sesudah pelajaran (74,5 %), sehingga ketika siswa sudah mulai bosan atau malas untuk mengikuti pelajaran, guru dengan antusias akan menceritakan hal-hal yang lucu (64,5 %).

Pada indikator guru dapat berkomunikasi dengan siswa, siswa merasakan bahwa melalui pembelajaran fisika hubungan antara guru dengan siswa semakin akrab (69,6 %), dimana selama mengikuti pembelajaran fisika, guru tidak mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa (74,5 %). Dalam kegiatan pembelajaran juga, tidak pernah terjadi dimana ketika siswa memberikan pendapat, guru tidak pernah mengamati dan mendengarkan dengan baik (83,9%).


(67)

Beberapa pernyataan diatas juga memberikan suatu pandangan bahwa guru yang mampu membangun komunikasi yang baik dengan siswa dapat mempengaruhi suatu pandangan yang baik pula oleh siswa. Siswa dapat menganggap bahwa guru adalah teman yang baik dalam belajar. Sehingga, dapat menghapus suatu pandangan yang selama ini yaitu bahwa seorang guru fisika adalah guru yang menakutkan, dan tak jarang mengakibatkan kebanyakan siswa juga tidak menyukai pembelajaran fisika.

Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata siswa memiliki persepsi yang positif pada aspek hubungan guru dengan siswa yaitu sebesar 73,43% positif. Relasi yang dibangun antara guru dengan siswa begitu akrab, guru memberikan perhatian yang sama kepada semua siswanya. Sehingga pembelajaran fisika menjadi lebih menyenangkan baik bagi guru maupun bagi siswa. Jadi, berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki persepsi yang positif terhadap hubungan guru dengan siswa yang ada di sekolahnya.

Persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dapat simpulkan dari keempat aspek di atas. Berdasarkan hasil perhitungan skor untuk masing-masing item soal dari keempat aspek di atas, secara umum siswa mempunyai pandangan yang positif. Persepsi siswa terhadap pengetahuan akan pembelajaran fisika itu sendiri sebesar 73,43 % bersifat positif, bahan pelajaran fisika sebesar 69,71%


(68)

bersifat positif, persepsi siswa terhadap guru fisika sebesar 75,96 % memiliki persepsi yang sangat positif, dan hubungan guru dengan siswa sebesar 74,48 % memiliki persepsi yang positif.

Persepsi siswa terhadap bahan pelajaran fisika persentasenya lebih rendah dibandingkan dengan ketiga aspek lainnya. Hal ini menunjukan bahwa kurikulum bahan pelajaran fisika yang digunakan dibuat lebih kontekstual sesuai dengan situasi lapangan tempat siswa belajar. Menggunakan metode pembelajaran yang tepat, mengaplikasikan pembelajaran fisika kedalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa tertarik untuk belajar fisika. Dalam kegiatan pembelajaran diutamakan agar siswa lebih banyak aktif dibandingkan dengan gurunya. Pemecahan masalah-masalah fisika dan pemberian latihan soal perlu ditingkatkan.

Rata-rata persentase persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika dari keempat aspek di atas adalah sebesar 73,4 % adalah positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta memiliki persepsi yang positif terhadap pembelajaran fisika di sekolahnya.

2. Motivasi Belajar Fisika

Secara garis besar siswa kelas X SMA BOPKRI 2 Yogyakarta memiliki motivasi dalam belajar fisika. Untuk mengetahui bagaimanakah motivasi belajar siswa dalam pelajaran fisika, dapat dilihat dari dua aspek yaitu: kemauan untuk belajar fisika dan cara mengatasi


(69)

kesulitan belajar. Jumlah skor untuk masing-masing item soal yaitu 224. (skor untuk tiap item soal pada lampiran 8).

Dari hasil penskoran dapat dibuat persentase jawaban dari masing-masing aspek. Persentase jawaban masing-masing aspek dihitung dengan membagikan rata-rata skor setiap aspek dengan jumlah skor untuk setiap item soal dan dikalikan 100%.

Distribusi frekuensi skor untuk masing-masing aspek motivasi belajar fisika dapat dilihat pada tabel 4.9. di bawah ini:

Tabel 4.9. Distribusi frekuensi skor tiap item soal motivasi belajar fisika

Interval skor Persentase (%) Sifat persepsi

0 – 45 0 – 20 Sangat rendah 46 – 91 21 – 40 Rendah 192 – 137 41 – 60 Sedang 138 – 183 61 – 80 Tinggi 184 – 229 81 - 100 Sangat tinggi

Berikut merupakan skor tiap aspek motivasi yang diberikan siswa dalam kuesioner dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut:


(70)

Tabel 4.10. Skor tiap aspek dalam kuesioner motivasi belajar fisika

Aspek Skor rata-rata Persentase (%) Tingkat motivasi

Kemauan untuk belajar fisika

154 68,75 Tinggi

Cara mengatasi kesulitan belajar

140,78 62,84 Tinggi

Rata-rata 147,39 65, 8 % Tinggi

Untuk lebih jelas data di atas dapat disajikan dalam histogram berikut:

Gambar 2. Histogram skor rata-rata tiap aspek dalam kuesioner motivasi belajar fisika

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa rata-rata siswa memiliki motivasi yang tinggi pada aspek kemauan untuk belajar fisika dan cara mengatasi kesulitan belajar. Meskipun persentase kemauan

68,75 62,84 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70

Kemauan untuk belajar fisika Cara mengatasi kesulitan belajar P er se ntas e (% ) Aspek motivasi


(71)

untuk belajar fisika lebih tinggi dibandingkan dengan cara mengatasi kesulitan belajar fisika.

Berikut akan dijelaskan secara terperinci motivasi belajar fisika pada setiap pernyataan item soal dari kuesioner dilihat dari kedua aspek di atas:

a. Kemauan Untuk Belajar Fisika

Pada aspek kemauan untuk belajar fisika secara garis besar siswa memiliki motivasi tinggi dalam belajar fisika. Hal ini dapat dilihat dari empat indikator yaitu senang mengikuti pelajaran fisika, tekun menghadapi tugas fisika, menunjukan minat dalam bermacam-macam masalah fisika, dan tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.

Pada indikator senang mengikuti pelajaran fisika, sebagian besar siswa tidak pernah bolos pelajaran fisika (83 %), mereka mengikuti pelajaran fisika dengan sungguh-sungguh di kelas (74,5 %). Hal tersebut menyebabkan siswa berkonsentrasi saat belajar, sehingga siswa sungguh-sungguh memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru di kelas (72,7 %). Namun hal tersebut tidak membuat siswa merasa bahwa, mereka memiliki daya ingat yang tinggi, jadi mereka tidak perlu belajarr fisika (80,8 %). Saat pelajaran berlangsung mereka juga aktif sehingga tidak mempunyai waktu untuk memikirkan hal yang lain ketika mengikuti pelajaran fisika di kelas (56,7 %). Walaupun


(72)

demikian tidak membuat mereka merasa senang jika guru fisika tidak hadir di kelas (57,6 %).

Pada indikator tekun menghadapi tugas fisika, tidak banyak siswa yang sering mengerjakan tugas lain ketika mengikuti pelajaran fisika di kelas (76,3 %), siswa juga selalu mengerjakan PR yang diberikan guru (75 %). Siswa meluangkan waktu yang banyak untuk belajar fisika dibandingkan dengan pelajaran yang lain (54,6 %), sehingga membuat siswa selalu mengerjakan tugas fisika dengan sungguh-sungguh (70,9 %). Karena hal tersebut mereka akan memilih untuk mengerjakan tugas fisika dibandingkan dengan menonton acara-acara yang ada di televisi (61,6 %). Pernyataan ini dapat dilihat dimana hanya sedikit siswa merasa malas untuk mengerjakan tugas fisika, jadi mereka biasanya meminta hasil pekerjaan teman mereka (67,4 %).

Untuk indikator menunjukan minat dalam bermacam-macam masalah fisika, ternyata sebagian siswa senang bertanya kepada guru tentang materi fisika walaupun di luar jam pelajaran (61,6 %). Adapun hal lain yaitu selama kegiatan belajar mengajar siswa akan bertanya kepada teman ataupun guru jika siswa tidak memahami materi fisika yang sedang siswa pelajari (79,9 %). Selain itu, siswa tertarik untuk membaca atau mendengarkan masalah-masalah mengenai fisika (68,7 %), hal ini membuat siswa termotivasi dimana jika ada seminar tentang masalah-masalah fisika siswa selalu


(73)

tertarik untuk mengikutinya (56,7 %). Masih ada juga siswa yang senang terlibat dalam Karya Ilmiah Remaja yang membahas tentang masalah-masalah fisika (56,7 %).

Indikator berikut yaitu tidak mudah melepaskan hal yang diyakini. Dalam indikator ini, siswa yakin bahwa dengan belajar fisika siswa akan memperoleh bekal pengetahuan untuk masa depannya (75,9 %). Hal ini pun cukup membuat siswa yakin ingin menjadi seorang ahli fisika (57,6 %). Hampir seluruh siswa merasa yakin dengan sering mengerjakan soal-soal akan memudahkan mereka ketika mengikuti ujian (83,4 %). Sehingga mereka tidak berpikir bahwa fisika tidak membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari (70,9 %).

Beberapa pernyataan di atas menunjukan bahwa siswa mempunyai kemauan untuk belajar fisika, dan merasa bahwa fisika mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dimana, mereka sungguh mengikuti pelajaran fisika di kelas, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, dan tertarik dengan berbagai masalah fisika.

Berdasarkan data yang diperoleh, rata-rata siswa memiliki tingkat motivasi yang tinggi pada aspek kemauan untuk belajar fisika yaitu sebesar 68,75 %. Siswa terlihat tidak pernah bolos ketika pelajaran fisika. Siswa merasa yakin jika sering mengerjakan soal-soal akan mempermudahkan mereka ketika mengikuti ujian. Ketika


(1)

108

Aspek Item soal Skor Persentase (%) tingkat motivasi Rata-rata 154 68,75 Tinggi

Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

22 139 62 Tinggi

23 119 51,3 Sedang

24 158 70,5 Tinggi

25 121 54 Sedang

26 140 62,5 Tinggi

27 141 62,9 Tinggi

28 176 78,5 Tinggi

29 145 64,7 Tinggi

30 128 57,1 Sedang


(2)

109 Lampiran 9

Perhitungan untuk mencari nilai mean dan standar deviasi dan koefisien korelasi

Ket :

xi = skor persepsi siswa terhadap pembelajaran fisika

yi = skor motivasi belajar siswa

Responden ̅ - ̅ ̅ ̅ - ̅ ̅ ̅ ̅

1.

107

117,125 -10,125 102,515

57

80,375 -23,375 546,390 236,672 2.

122

117,125 4,875 23,765

90

80,375 9,625 92,640 46,922 3.

113

117,125 -4,125 17,015

78

80,375 -2,375 5,640 9,797 4.

136

117,125 18,875 356,265

108

80,375 27,625 763,140 521,422 5.

107

117,125 -10,125 102,515

73

80,375 -7,375 54,390 74,672 6.

108

117,125 -9,125 83,265

74

80,375 -6,375 40,640 58,172 7.

135

117,125 17,875 319,515

106

80,375 25,625 656,640 458,047 8.

117

117,125 -0,125 0,015

68

80,375 -12,375 153,140 1,547 9.

120

117,125 2,875 8,265

90

80,375 9,625 92,640 27,672 10.

128

117,125 10,875 118,265

89

80,375 8,625 74,390 93,797 11.

124

117,125 6,875 47,265

72

80,375 -8,375 70,140 -57,578 12.

130

117,125 12,875 165,765

97

80,375 16,625 276,390 214,047 13.

125

117,125 7,875 62,015

79

80,375 -1,375 1,890 -10,828 14.

104

117,125 -13,125 172,265

83

80,375 2,625 6,890 -34,453 15.

103

117,125 -14,125 199,515

68

80,375 -12,375 153,140 174,797 16.

109

117,125 -8,125 66,015

79

80,375 -1,375 1,890 11,172


(3)

110

Responden ̅ - ̅ ̅ ̅ - ̅ ̅ ̅ ̅

17.

109

117,125 -8,125 66,015

70

80,375 -10,375 107,640 84,297 18.

110

117,125 -7,125 50,765

68

80,375 -12,375 153,140 88,172 19.

126

117,125 8,875 78,765

96

80,375 15,625 244,140 138,672 20.

115

117,125 -2,125 4,515

79

80,375 -1,375 1,890 2,922 21.

120

117,125 2,875 8,265

69

80,375 -11,375 129,390 -32,703 22.

119

117,125 1,875 3,515

70

80,375 -10,375 107,640 -19,453 23.

115

117,125 -2,125 4,515

78

80,375 -2,375 5,640 5,047 24.

115

117,125 -2,125 4,515

74

80,375 -6,375 40,640 13,547 25.

108

117,125 -9,125 83,265

62

80,375 -18,375 337,640 167,672 26.

129

117,125 11,875 141,015

81

80,375 0,625 0,390 7,422 27.

114

117,125 -3,125 9,765

82

80,375 1,625 2,640 -5,078 28.

105

117,125 -12,125 147,015

86

80,375 5,625 31,640 -68,203 29.

117

117,125 -0,125 0,015

84

80,375 3,625 13,140 -0,453 30.

118

117,125 0,875 0,765

87

80,375 6,625 43,890 5,797 31.

117

117,125 -0,125 0,015

78

80,375 -2,375 5,640 0,297 32.

120

117,125 2,875 8,265

84

80,375 3,625 13,140 10,422 33.

121

117,125 3,875 15,015

87

80,375 6,625 43,890 25,672 34.

115

117,125 -2,125 4,515

79

80,375 -1,375 1,890 2,922 35.

108

117,125 -9,125 83,265

72

80,375 -8,375 70,140 76,422 36.

104

117,125 -13,125 172,265

67

80,375 -13,375 178,890 175,547 37.

118

117,125 0,875 0,765

69

80,375 -11,375 129,390 -9,953 38.

107

117,125 -10,125 102,515

73

80,375 -7,375 54,390 74,672


(4)

111

Responden ̅ - ̅ ̅ ̅ - ̅ ̅ ̅ ̅

39.

103

117,125 -14,125 199,515

71

80,375 -9,375 87,890 132,422 40.

102

117,125 -15,125 228,765

62

80,375 -18,375 337,640 277,922 41.

129

117,125 11,875 141,015

70

80,375 -10,375 107,640 -123,203 42.

112

117,125 -5,125 26,265

75

80,375 -5,375 28,890 27,547 43.

141

117,125 23,875 570,015

105

80,375 24,625 606,390 587,922 44.

122

117,125 4,875 23,765

100

80,375 19,625 385,140 95,672 45.

124

117,125 6,875 47,265

101

80,375 20,625 425,390 141,797 46.

116

117,125 -1,125 1,265

83

80,375 2,625 6,890 -2,953 47.

113

117,125 -4,125 17,015

75

80,375 -5,375 28,890 22,172 48.

113

117,125 -4,125 17,015

78

80,375 -2,375 5,640 9,797 49.

113

117,125 -4,125 17,015

78

80,375 -2,375 5,640 9,797 50.

130

117,125 12,875 165,765

88

80,375 7,625 58,140 98,172 51.

121

117,125 3,875 15,015

78

80,375 -2,375 5,640 -9,203 52.

124

117,125 6,875 47,265

84

80,375 3,625 13,140 24,922 53.

123

117,125 5,875 34,515

85

80,375 4,625 21,390 27,172 54.

107

117,125 -10,125 102,515

80

80,375 -0,375 0,140 3,797 55.

112

117,125 -5,125 26,265

74

80,375 -6,375 40,640 32,672 56.

136

117,125 18,875 356,265

108

80,375 27,625 763,140 521,422

Jumlah 4870,09 7635,09 4447,382

Koefisien korelasi :

r

xy

=

̅ ̅


(5)

113

r

xy

=

r

xy

=

r

xy

=

r

xy

=

0,729


(6)