PENGARUH PENGGUNAAN JOBSHEET DAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUAT SAKU PASSEPOILLE DI SMK NEGERI 3 KLATEN.

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Bekang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan formal yang sangat berkaitan erat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peranan penggunaan-penggunaan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mendukung proses pembelajaran di SMK erat kaitanya dengan salah satu usaha manusia dalam mempermudah pekerjaannya. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak diaplikasikan dalam industri modern, sehingga SMK sebagai salah satu penghasil sumber daya manusia terdidik dituntut untuk berusaha mengikuti perkembangan ilmu pegetahuan dan teknologi yang ada.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam jurnal Yosephine bahwa latihan pendidikan kejuruan akan lebih efektif apabila pemberian latihan bidang tertentu dapat menimbulkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Melalui latihan berulang akan terbentuk kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga penguasaan materi pembelajaran praktik lebih baik. Penguasaan materi pembelajaran praktik diwujudkan bila guru mempunyai pengalaman praktik

yang relevan dengan bidang yang digelutinya.

(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=80356&val=454&title=) Program studi tata busana SMK Negeri 3 Klaten berusaha meningkatkan kompetensi lulusanya melalui pemberian mata pelajaran produktif (praktek), salah satunya adalah mata pelajaran dasar teknik menjahit. Penyampaian materi dalam proses belajar mengajar,


(2)

2

membutuhkan adanya perangkat pembelajaran yang menunjang proses pembelajaran di sekolah. Salah satu perangkat pembelajaran yang harus disiapkan adalah bahan ajar yang disusun berdasarkan target kompetensi akhir yang ingin dicapai serta kemampuan daya tangkap peserta didik. Pengembangan bahan ajar diperlukan dalam rangka membantu proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMK N 3 Klaten, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran Dasar Teknik Menjahit khususnya pada kompetensi membuat saku passepoille bahwa proses belajar mengajar masih mengalami beberapa kendala dari sisi siswa, guru, sarana prasarana dan suasana pembelajaran. Kendala dari guru yaitu keterbatasan waktu yang tersedia tidak sebanding dengan banyaknya materi yang harus disampaikan kepada siswa. Kendala dari siswa yaitu siswa masih kesulitan dalam memahami dan mendalami materi membuat saku passepoille karena metode ceramah yang digunakan guru dalam menyampaikan materi praktek membuat saku passepoille, yang mana membuat siswa sebagai penerima informasi yang pasif, karena ceramah memiliki sifat yang sangat abstrak dan teoritis sedangkan materi yang disampaikan guru kepada siswa adalah materi praktek, sehingga kurang tepat jika ceramah diterapkan untuk menyampaikan materi praktek. Selain itu, metode ceramah menyebabkan interaksi antar siswa kurang, sehingga guru sulit untuk tetap menjaga agar siswa tetap tertarik dengan materi pelajaran yang mana hal tersebut dapat menyebabkan siswa pasif, pembelajaran menjadi sangat jenuh, siswa kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas, dan kurang termotivasi, dan menyebabkan hasil belajar


(3)

3

siswa kurang maksimal (rendah). Kendala dari sisi sarana dan prasarana yaitu kelengkapan media pembelajaran yang kurang mendukung, yaitu pada ruang kelas yang belum dilengkapi LCD dan keterbatasan jumlah LCD yang ada di sekolah sehingga kurang tepat jika pembelajaran menggunakan media powerpoint atau video, oleh karena itu guru hanya memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia yaitu papan tulis. Penggunaan media papan tulis dalam pembelajaran praktik sudah baik namun masih kurang efektif dan efisien, karena siswa masih kesulitan untuk memahami materi praktek khususnya materi membuat saku passepoille. Pembelajaran praktik membuat saku passepoille menuntut siswa untuk dapat membuat saku passepoille, sedangkan untuk membuat saku passepoille tentunya diperlukan cara-cara atau langkah-langkah pengerjaan yang jelas dan sitematis. Kendala dari sisi suasana pembelajaran yaitu kegiatan pembelajaran masih sederhana serta jadwal pembelajaran praktik membuat saku passepoille pada siang hari. Hal ini ditunjukkan dengan siswa hanya menunggu perintah dari guru untuk mengerjakan tugas praktik sehingga siswa tidak mandiri dan cenderung bergantung pada guru dan membuat siswa kurang berinisiatif dalam mempelajari materi.

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Septi Dwi Dayanti yang berjudul Pengaruh pembelajaran Cooperatif learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pada Pencapaian Kompetensi Membuat Pola Blazer DI SMK N 1 Sewon Bantul membuktikan bahwa terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran dalam menunjang pencapaian hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami perubahan lebih baik setelah penerapan metode pembelajaran


(4)

4

kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Penelitian sebelumnya juga telah dilakukan oleh Tantri Styaningsih dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Gambar Tren APPMI Terhadap Kreatifitas Mendesain Busana Pesta Pada Mata Pelajaran Menggambar Busana Di SMK Diponegoro Depok. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya perubahan hasil belajar siswa yang jauh lebih baik yang ditunjukkan dengan nilai siswa jauh lebih tinggi dan lebih baik pada kelas eksperimen setelah penerapan media pembelajaran dibandingkan dengan kelas kontrol atau kelas yang tidak dikenai perlakuan yang memiliki nilai lebih rendah. Dari hasil penelitian yang ditunjukkan kedua peneliti bahwa media dan metode pembelajaran memiliki pengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa khususnya pada siswa jurusan tata busana. Dari kedua hasil penelitian tersebut dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan untuk mengatasi kendala-kendala yang ada di SMK Negeri 3 Klaten khususnya jurusan tata busana. Usaha untuk menanggulangi kendala-kendala tersebut diatas khususnya pada pembelajaran praktik membuat saku passepoille yaitu penggunaan media pembelajaran jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD).

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien (Yudhi Munadhi,2013:18). Keunggulan media pembelajaran jobsheet untuk membantu peserta didik agar lebih mudah dalam melakukan praktik, mengurangi verbalitas materi yang disampaikan guru, sehingga diharapkan


(5)

5

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Selain itu waktu yang digunakan akan lebih efektif dan tidak terbuang hanya untuk mencatat materi pelajaran yang mempunyai keterbatasan ruang teori, dan dapat digunakan sebagai pegangan pada saat melakukan praktikum. Metode pembelajaran adalah salah satu cara yang digunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Oemar Hamalik,2003). Menurut Agus Suprijono metode pembelajaran yang dapat diterapkan dikelas yaitu metode Student team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Grup investigation, Number Head Together (NHT) dan seterusnya. Penerapan metode Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran, karena pada dasarnya metode tersebut dirancang untuk memotivasi siswa agar saling membantu peserta didik lainnya dalam menguasai suatu keterampilan maupun pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Keunggulan media dan metode pembelajaran diatas, diharapkan mampu mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran praktek membuat saku passepoille di program studi tata busana SMK Negeri 3 Klaten.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, peneliti terdorong untuk

meneliti masalah tersebut diatas dengan mengambil judul “Pengaruh Penggunaan Jobsheet Terhadap Pencapaian Kompetensi Membuat Saku Passepoille Dengan Menggunakan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Di SMK Negeri 3 Klaten” yang memiliki masalah terkait dengan hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran dasar teknik menjahit membuat saku passepoille.


(6)

6 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas terdapat beberapa masalah yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Terbatasnya waktu yang tersedia untuk mata pelajaran Dasar Teknik Menjahit.

2. Metode pembelajaran ceramah (teacher centre) kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran praktik.

3. Siswa kurang mandiri, cepat bosan, pasif, dan tidak termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran praktik membuat saku passepoille. 4. Rata-rata Hasil belajar siswa masih rendah dibandingkan dengan dua

kelas lainya yaitu 75,88 dan belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu minimal 80% dari jumlah siswa dalam satu kelas .

5. Terbatasnya media pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran praktik khususnya mata pelajaran Dasar Teknik Menjahit pada kompetensi membuat saku passepoille.

6. Belum Pernah dilakukan penelitian terkait dengan penerapan media pembelajaran jobhseet dan metode Student Team Achievement Division (STAD) di SMK Negeri 3 Klaten khususnya program keahlian tata busana.

7. Hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa penerapan media pembelajaran dan metode pembelajaran memiliki pengaruh dalam memaksimalkan pencapaian hasil belajar siswa.


(7)

7 C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas banyak ditemukan masalah yang terkait namun agar penelitian ini lebih fokus dan mendalam maka perlu diadakan batasan masalah. Dalam penelitian ini akan dibatasi pada: penggunaan media jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran praktik membuat saku passsepoille. Oleh karena itu penulis melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Jobsheet dan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Pencapaian Kompetensi Membuat Saku Passepoille Di SMK Negeri 3 Klaten. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh penggunaan media jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat ditentukan rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh penggunaan Jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD) terhadap pencapaian kompetensi membuat saku passepoille di SMK Negeri 3 Klaten program keahlian tata busana?

E. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh penggunaan Jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD) terhadap pencapaian kompetensi membuat saku passepoille di SMK Negeri 3 Klaten program keahlian tata busana.

F. Manfaat


(8)

8

a. Siswa mendapat pengalaman yang baru dalam pembelajaran dengan suasana kerjasama kelompok

b. Siswa merasakan variasi belajar sehingga menumbuhkan rasa kemandirian dan tanggung jawab siswa terhadap keberhasilan timnya. 2. Bagi Guru Bidang Studi

Melalui Penelitian ini dalam mengembangkan jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD) untuk memaksimalkan kompetensi siswa dalam pembelajaran membuat saku passepoille. Hal ini menjadi pertimbangan guru, untuk mengembangkan pembelajaran membuat saku passepoille dengan menggunkan pendekatan- pendekatan yang tepat.

3. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

a. Dapat memberikan perbaikan dan efektivitas dalam belajar mengajar b. Memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan jobhseet dan

metode Student Team Achievement Division (STAD) dalam memaksimalkan hasil belajar khususnya mata pelajaran Dasaar Teknik Menjahit kompetensi membuat saku passeopoille di SMK Negeri 3 Klaten. 4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk memaksimalkan kompetensi siswa membuat saku passepoille menggunakan jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD).


(9)

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

Proses pembelajaran unsur belajar memegang peranan penting. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya proses pembelajaran banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Menurut Sugihartono,dkk (2007:74) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan menurut Arief S. Sadiman (2012:1-2) belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat. Salah satu pertanda bahwa orang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Proses belajar megajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (Arief S. Sadiman,2012:11).

Dari pengertian belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses menambah pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan individu maupun dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Bertambahnya pengetahuan seseorang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku baik yang menyangkut sikap, keterampilan,


(10)

10

maupun pengetahuan seseorang yang lebih maju dan terarah dari pada keadaan sebelumnya.

Pembelajaran adalah setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Konsep pembelajaran ini terbagi dalam 3 pengertian yaitu :

a. Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif, yang berarti penularan pengetahuan dari guru kepada murid

b. Pembelajaran dalam pengertian instutisional, yang berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien.

c. Pembelajaran dalam pengertian kualitatif, yaitu upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar siswa (Sugihartono dkk,2007:80-81). Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2004:77) pembelajaran adalah sustu sistem, artinya yaitu suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berintegrasi dan berinteraksi antara satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun komponen-komponen tersebut adalah tujuan pendidikan dan pengajaran, peserta didik atau siswa, tenaga pendidik atau guru, perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media pengajaran, dan evaluasi pengajaran.

Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik secara sengaja untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik dengan berbagai metode agar siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien.


(11)

11

2. Tujuan Belajar

Menurut Nana Sudjana (2010:56), tujuan belajar merupakan komponen utama yang terlebih dahulu dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran merupakan sejumlah hasil belajar yang ditunjukkan peserta didik telah melakukan perubuatan belajar, yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap/pribadi peserta didik. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik (Isjoni,2013:14). Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2004:28) dari pengertian belajar maka jelas tujuan belajar itu prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya. Perbedaan antara tujuan belajar satu dengan lainnya adalah dalam penyampaiannya. Penyampaian dapat menggunakan strategi-strategi belajar yang sesuai dengan tujuan tersebut.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat diartikan bahwa tujuan belajar itu merupakan suatu pedoman dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Tujuan belajar ditentukan bersama antara guru dengan siswa, meskipun dalam kenyataannya guru yang lebih banyak berperan.

Dahulu, istilah tujuan belajar dikenal dengan istilah Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Sedangkan pada saat ini istilah tujuan belajar dikenal dengan nama Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan Indikator. Dalam kurikulum 2013 indikator pembelajaran telah disediakan dalam kurikulum, namun indikator ini harus dikembangkan sendiri oleh guru dari standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) yang telah ada.


(12)

12

3. Faktor-Faktor Pengaruh Prestasi Belajar

Menurut Toeti Soekamto dan Udin S. Winataputra (1997:38) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu :

a. Kemampuan siswa, kemampuan siswa dapat diukur melalui tes awal, interview atau cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.

b. Motivasi, siswa yang memiliki motivasi positif maka siswa akan memperlihatkan minat, memberikan perhatian dan ingin ikut serta dalam pembelajaran, bekerja keras sampai tugas terselesaikan. Cara meningkatkan motivasi dipelajari guru dan diterapkan dalam proses belajar mengajar yang dikelolanya, karena tanpa adanya motivasi, siswa tidak akan berhasil dalam proses belajarnya.

c. Perhatian, didalam proses belajar mengajar perhatian merupakan faktor yang jelas pengaruhnya. Siswa perlu memiliki perhatian yang cukup besar mengenai apa yang disajikan guru sehingga siswa dapat menerima materi pelajaran yang disampaikan guru. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian siswa dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup minat, keadaan fisik, karakteristik pribadi siswa. Sedangkan faktor eksternal mencakup penyajian materi, pemberian rangsangan ingatan, dan sebagainya.

d. Persepsi, merupakan suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan siswa dapat menerima informasi yang diterimanya. Prisip yang perlu diketahui adalah semakin baik persepsi siswa maka akan semakin mudah siswa mengingatnya.


(13)

13

e. Ingatan, merupakan suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi yang diterimanya.

f. Transfer belajar, merupakan pemindahan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan sikap, atau respon lain dari situasi ke situasi lain. Transfer belajar mengandalkan adanya kesamaan antara bidang studi dan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut metode, materi, prosedur kerja dan sikap.

g. Kondisi Belajar, mencakup keterampilan intelektual, strategi kognitif,informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap. Keterampilan intelektual yaitu terkait dengan kecerdasan siswa dalam memecahkan masalah. Strategi kognitif adalah cara-cara untuk mendapatkan informasi yang berupa pengetahuan. Informasi verbal merupakan informasi yang didapatkan melalui orang lain. Keterampilan motorik merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan gerakan otot, dan merupakan salah satu tujuan utama program pengajaran. Pemberian pengarahan secara verbal yang terlalu banyak pada keteampilan motorik akan mengurangi tingkat keterampilan siswa. Sikap adalah keadaan internal seseorang yang dapat mempengaruhi tingkahlakunya terhadap suatu objek atau kejadian di sekitarnya.

4. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟ (Azhar Arsyad,2006:3). Menurut Yudhi Munadi (2013:8) media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya


(14)

14

dapat melakukan proses belajar secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Rusman (2012:162) media pembelajaran merupakan alat yang memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami sesuatu dengan mudah untuk mengingatnya dalam waktu yang lama dibandingkan dengan penyampaian materi pelajaran dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantu atau media pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan oleh Azhar Arsyad (2006:2-3) bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajarmengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran pada khususnya.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas maka pengertian media dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu atau alat yang dapat digunakan untuk memudahkan dalam menyampaikan pesan atau informasi dari sumber ke penerima, agar dapat memahami dan mengingat sesuatu dalam waktu yang lama demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tercapainya tujuan pembelajaran pada khususnya.

Media pembelajaran memiliki peran yang cukup penting dan potensi yang luar biasa dalam menunjang keberhasilan sistem pendidikan formal dalam era globalisasi yang bercirikan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Guru memiliki peran dalam keberhasilan pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Jadi keberhasilan dalam pemanfaatan media pembelajaran di sekolah harus diawali dengan adanya sikap dari guru untuk memanfaatkan media pebelajaran.

Menurut Sunaryo Sunarto,dkk (2012:4) fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah untuk :


(15)

15

a. memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalis b. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera c. Menghilangkan sikap pasif pada subyek belajar

d. Membangkitkan motivasi pada subyek belajar

Sedangkan menurut Ilham Maulani dalam Yowenus Wenda (2009:43)

fungsi media pembelajaran berbasis cetakan antara lain :

a. Fungsi atensi, yaitu mengarahkan siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang ditampilkan

b. Fungsi motivasi, yaitu mendorong siswa untuk lebih giat belajar c. Fungsi afeksi, yaitu mengugah emosi dan sikap siswa

d. Fungsi kompesatori, yaitu mengakomodasi siswa yang lemah dalam menerima dan memahami pelajaran yang disajikan secara teks atau verbal

e. Fungsi psikomotori, yaitu menggerakkan siswa untuk melakukan suatu kegiatan

f. Fungsi evaluasi, yaitu menilai kemampuan siswa dalam merespon pembelajaran.

Media pembelajaran dalam dunia pendidikan memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyad (2006:12-14) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukanya.

a. Ciri Fiksatif (fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau obyek. Suatu


(16)

16

peristiwa atau obyek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau obyek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

b. Ciri Manipulatif (Manipulatif Property)

Tranformasi suatu kejadian atau obyek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat di sajikan kepada peserta didik dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambulan gambar time-lapse recording.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat diproduksi seberapa kalipun dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang disuatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.

Menurut Kemp dan Dayton dalam Sunaryo Sunarto,dkk (2012:2-3) manfaat media pembelajaran adalah sebagai berikut:


(17)

17

Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam.

b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik

Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan prinsip, konsep, proses atau prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.

c. Proses pembelajran menjadi lebih interaktif

Jika dipilih dan dirancang dengan benar, media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa media,

guru mungkin akan cenderung berbicara “satu arah” kepada siswa.

d. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi

Sering kali terjadi, para guru banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan materi ajar. Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu, jika mereka memanfaatkan media pembelajaran dengan baik.

e. Kualitas belajar mahasiswa dapat ditingkatkan

Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi ajar secara lebih mendalam dan utuh.

f. Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja

Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dimana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa tergantung pada keberadaan guru.


(18)

18

g. Sikap positif terhadap proses belajar dapat ditingkatkan

Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Dan hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa terhadap ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif

Dengan media, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan dan mengurangi verbal (lisan), sehingga guru dapat memberikan perhatian lebih banyak kepada aspek pemberian motivasi, perhatian, bimbingan dan sebagainya.

Lebih dalam dijelaskan oleh Yowenus Wenda (2009:51) beberapa manfaat media pembelajaran khususnya media pembelajaran berbasis cetakan yaitu murid menjadi senang belajar, murid menjadi betah, murid melihat sesuatu yang baru, murid lebi berkonsentrasi, murid mengerti dan akan mengingat lebih banyak, murid sangat aktif, murid suka bertanya dan murid menjadi rajin.

Jenis-jenis media pembelajaran sangat beragam. Menurut Andi Prastowo (2013:40-41) bahan ajar atau media pembelajaran dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu menurut bentuknya dan menurut sifatnya sebagaimana akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Bahan Ajar Menurut Bentuknya

1) Bahan cetak (printed) yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran. Contohnya : handout, modul, foto atau gambar, LKS, maket.


(19)

19

2) Bahan ajar audio yaitu semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar. Contohnya : kaset, radio, piringan hitam, compact disk audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual) yaitu segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial/ Contohnya: video compact disk dan film. 4) Bahan ajar interaktif (interaktive teaching material) yaitu kombinasi dari

dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk dikendalikan suatu perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya : compact disk interactive.

b. Bahan Ajar Menurut Sifatnya

1) Bahan ajar yang berbasiskan cetak, misalnya buku, pamftel, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, chart, handout,dll.

2) Bahan ajar yang berbasiskan teknologi misalnya siaran radio, slide, film, siaran televisi, computer based tutorial dan multimedia.

3) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, misalnya kit sains, lembar observasi, lembar wawancara dan sebagainya.

4) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia(terutama untuk pendidikan jarak jauh) misalnya telepon, handphone, video conferencing dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut Sunaryo Sunarto,dkk (2012:8-10) pengelompokan media pembelajaran adalah sebagai berikut :


(20)

20

Tabel 1. Pengelompokan Media Pembelajaran

No. Macam dan Jenis Alat Pesawat dan perangkat

1. Bahasa - -

2. Alat Bantu Visial Non Proyeksi:

a. Dua Dimensi

b. Tiga dimensi

Papan Tulis

Papan putih & Papan Magnet Papan Flanel

Peta dinding dan poster Flip Chart

Diagram dan ilustrasi Benda sebenarnya & contoh Benda Model

3. Alat Bantu Proyeksi dan Suara:

a. Proyeksi langsung b. Proyeksi diam c. Suara/rekaman

d. Proyeksi gerak- suara Overhead Transparansi Slide film/transparansi Film Strip Radio Tape Cassette Piringan Hitam Film Movie Cassette And Slide Compact Disk (CD)

Computer dan Program Khusuus

OHP

Slide projector Film Strip Projector Radio Tape recorder Cassette recorder Sound system Record Player Movie Projector

Slide Projector and Tape /Cassette recorder (Synchron) VCD Player

LCD Player 4. Alat Bantu cetakan

a. Barang cetakan lepas

b. barang cetakan terjilid

c. Majalah & brosur

d. Dan sejenisnya

Hand Out Jobsheet Eksperiment Sheet Worksheet Information Sheet Diktat Buku Pelajaran Reference Teks book Stensil Duplicator Spiritus Duplicator Photo Copier Heat Copier Offset printer

Alat-alat penggandaan secara profesional dan semi Profesional

Menentukan media pembelajaran yang akan dipakai dalam proses belajar mengajar, pertama-tama seorang guru harus mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristikmedia yang akan dipilihnya. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan media antara lain (Sunaryo Sunarto,dkk,2012:10) :


(21)

21

a. Tujuan instruksional yang ingin dicapai b. Karakteristik siswa

c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual), keadaan latar atau lingkungan, gerak atau diam

d. Ketersediaan sumber setempat

e. Apakah media siap pakai ataukah media rancang f. Kepraktisan dan ketahanan media

g. Efektifitas biaya dalam jangka waktu panjang

5. Jobsheet

Kata jobsheet berasal dari bahasa inggris yaitu job yang berarti pekerjaan atau kegiatan dan sheet yang berarti helaian atau lembar. Jadi jobsheet adalah lembar kerja atau lembar kegiatan yang berisi informasi atau perintah dan petunjuk pengerjaannya. Menurut Sukamto (1988:142) suatu job atau pekerjaan mengacu kepada suatu proyek secara keseluruhan atau sebagaian dari proyek yang secara bulat sudah menghasilkan suatu produksi barang atau jasa. Biasanya pekerjaan dalam konteks pelajaran praktek di sekolah adalah suatu pekerjaan yang merupakan kebulatan kegiatan mengajar (unit of teaching increment) yang biasa terdiri dari dua unit kerja (operation) atau lebih. Jobsheet yang dimaksud tidak menunjukkan secara rinci langkah demi langkah yang harus dilakukan tetapi hanya menyebutkan urutan kerja secara garis besar. Jobsheet dimafaatkan sebagai acuan urutan kerja dengan komponen tujuan,alat, prosedur, dan sebagainya.

Tim MPT (Metodologi Pengajaran Teknik) Bandung dalam Ni Desak Made Sri Adnyawati menjelaskan bahwa jobsheet yang disebut pula lembaran kerja adalah suatu media pendidikan yang dicetak membantu instruktur dalam


(22)

22

pengajaran keterampilan, terutama di dalam laboratorium (work shop), yang berisi pengarahan dan gambar-gambar tentang bagaimana cara untuk membuat

atau menyelesesaikan sesuatu job atau pekerjaan.

(http://pasca.undiksha.ac.id/images/img_item/756.doc.) Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa pembuatan jobsheet ini harus mempertimbangkan beberapa hal berikut, yaitu :

a. Dimulai dari yang sederhana sampai kepada yang sukar b. Pekerjaan dimulai dari yang menarik perhatian peserta didik c. Langkah dari pengerjaan tersebut

d. Ruang lingkup persoalan ditekankan pada keterampilan

e. Pekerjaan yang sering dilakukan peserta didik, lebih baik diajarkan terlebih dahulu

f. Peserta didik memerlukan kesempatan latihan secara keseluruhan dari suatu pekerjaan dari pada sepotong-sepotong.

Jobsheet adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Jobsheet akan memuat paling tidak judul kompetensi dasar apa yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan atau bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan dan laporan yang harus dikerjakan (e-jounal.ikip–veteran.ac.id/ index. php/ gardan/ article/ download/ 103/ 119). Jobsheet disebut pula lembaran lepas yaitu kertas-kertas atau lembaran tersendiri atau satu-satu yang dapat dikapai menjadi media pembelajaran berbasis cetakan. Lembaran lepas atau jobsheet berisi gambar atau foto disamping teks penjelasan (Yowenus Wenda,2009:19).


(23)

23

Pembelajaran menggunakan jobsheet dapat mendorong siswa untuk mengolah sendiri bahan pelajaran atau bersama teman dalam suatu bentuk diskusi. Selain itu, jobsheet memberi kesempatan penuh kepada siswa untuk mengungkapkan kemampuan dan keterampilan serta mendorong dan membimbing siswa berbuat sendiri untuk mengembangkan proses berfikirnya, karena selama proses pembelajaran berlangsung, aktifitas lebih banyak dilakukan siswa sedangkan guru sebagai fasilitator dan pembimbing (http:/eprints.uny.ac.id/ 1975/1/skripsi%20kompplit.pdf).

Jobsheet digunakan oleh praktikan (siswa) saat melakukan praktikum sebagai media pendukung yang dimaksudkan sebagai alat bantu dikalangan sekolah dan dipakai oleh peserta didik. Jobsheet digunakan praktikan pada saat mengerjakan praktek ataupun praktikum agar praktikan lebih mudah untuk mengerjakan apa yang dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang telah ditentukan. Manfaat yang didapatkan apabila menggunakan jobsheet saat kerja praktek atau praktikum adalah membuat lebih memahami, mengerti, dan dapat mengerjakan pekerjaannya dengan benar sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ada didalam jobsheet.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jobsheet adalah media pembelajaran berbasis cetakan berupa lembaran kertas lepas yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga siswa dapat terdorong terlibat dalam proses pembelajaran, dalam hal ini menggunakan lembar-lembar berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas praktek.


(24)

24

Adapun keuntungan pemakaian jobsheet adalah: (a) dapat mengurangi penjelasan yang tidak perlu (b) memungkinkan mengajar satu kelompok yang mengerjakan tugas berbeda (c) dapat membangkitkan kepercayaan diri pada peserta didik untuk membentuk kebiasaan bekerja. (d) merupakan persiapan yang sangat baik bagi peserta didik untuk bekerja di industri sebab sudah terbiasa membaca persiapan. (e) Dapat meningkatkan hasil belajar. (http://pasca.undiksha.ac.id/images/img_item/756.doc).

Jobsheet memiliki beberapa ciri-ciri atau karakteristik tertentu. Karakteristik jobsheet yang baik adalah sebagai berikut:

a. Mudah difahami, yang meliputi penjelasan, petunjuk, dan jenis pekerjaan. b. Mudah dibaca, yang meliputi gambar kerja dan ukuran yang jelas.

c. Mudah dikerjakan, maksudnya praktikan dapat langsung mengerjakan pekerjaannya setelah memahami dan membaca jobsheet.

Dalam pembuatan media jobsheet, juga terdapat kelebihan dan kekurangannya. Menurut Azhar Arsyad (2006:38) kelebihan dan kekurangan media cetakan termasuk didalamnya adalah jobsheet. Kelebihan media berbasis cetakan termasuk jobsheet yaitu:

a. Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Materi pelejaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mamapu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lamban membaca dan memahami. Namun, pada akhirnya semua siswa diharapkan dapat menguasai materi pelajaran itu

b. Di samping dapat mengulangi materi dalam media cetakan, siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis


(25)

25

c. Perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak sudah merupakan hal lumrah, dan ini dapat menambah daya tarik, serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan dalam dua format, verbal dan visual. d. Dapat diproduksi secara ekonomis dan dapat didistribusikan dengan mudah.

Sedangkan keterbatasan media cetakan termasuk jobsheet yaitu: a. Sulit menampilkan gambar gerak dalam halaman media cetakan

b. Biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampilkan gamabar, illustrasi atau foto yang berwarna-warni

c. Proses percetakan media seringkali memakan waktu yang lama

d. Pembagian unit-unit pelajaran dalam media cetakan termasuk jobsheet harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlalu panjang dan dapat membosankan siswa

e. Jika tidak dirawat dengan baik, media cetakan atau jobsheet akan cepat rusak dan hilang.

Membuat teks berbasis cetakan seperti jobsheet memiliki beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan pada saat merancang. Menurut Azhar Arsyad (2006:88-90) terdapat enam elemen yang perlu diperhatikan dalam memnuat teks berbasis cetakan seperti jobsheet yaitu:

a. Konsistensi

1) Penggunaan format dari halaman ke halaman harus konsisten 2) penggunaan jarak spasi harus konsisten

3) Penggunaan benttuk dan ukuran huruf harus konsisten b. Format


(26)

26

2) Tanda-tanda (icon) yang mudah dimengerti bertujuan untuk menekankan hal- hal yang penting atau khusus. Tanda dapat berupa gambar, cetakan tebal, miring atau lainnya

3) pemberian tanda-tanda untuk taktik dan strategi pengajaran yang berbeda

c. Organisasi

1) Selalu menginformasikan siswa mengenai dimana mereka atau sejauh mana mereka dalam teks tersebut

2) Menyusun teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh 3) Isi materi dibuat secara berurutan dan sistematis

4) Kotak-kotak dapat digunakan untuk memisahkan bagian-bagian dari teks.

d. Daya tarik

1) Bagian sampul (cover) depan dengan mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi

2) Perkenalkan setiap bab atau bagian baru dengan cara yang berbeda e. Ukuran

1) Memilih ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, pesan, dan lingkungannya

2) Menggunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul dan isi naskah

3) Menghindari penggunaan huruf kapital utnuk seluruh teks karena dapat membuat proses membaca itu sulit.


(27)

27

f. Ruang (Spasi) kosong

1) Mengguanakan spasi kosong tak berisi gambar atau teks utnuk menambah kontras. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat beristirahat pada titik-titik tertentu

2) Meyesuaikan spasi antar baris untuk meningkatkan tampilan dan tingkat keterbacaan

3) Menambahkan spasi antar paragraf untuk meningkatkan tingkat keterbacaan

Menurut Tim Penyusun Jobsheet Fabrikasi UNY tahun 2007 (http://eprints.uny.ac.id/1975/1/skripsi%20komplit.pdf) jobsheet yang sudah dibuat ada beberapa bagian-bagian yang saling berhubungan dan memperjelas dalam membuat jobsheet diantaranya sebagai berikut:

a. Kompetensi

Kompetensi merupakan kemampuan peserta didik yang dimiliki setelah mendapatkan pembelajaran tentang hasil prakteknya. Kompetensi digunakan untuk mengetahui konsep dasar. Kompetensi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja dengan baik. Hal ini disebabkan pada teori perilaku klasik yang menjelaskan sebab-akibat (kausalitas) dinyatakan sebagai niat, tindakan, dan hasil untuk memodelkan kompetensi sebagai hubungan sebab-akibat.

b. Alat dan Kelengkapanya

Alat merupakan media pendukung yang sangat berperan dalam proses kegiatan praktek. Tanpa ketersediaan alat, maka kegiatan praktek sulit dan bahkan tidak bisa diselenggarakan. Penyediaan peralatan tergantung pada jenis praktek yang akan dilakukan. Adanya alat dan perlengkapan yang


(28)

28

lebih memadai, peserta didik akan cepat memahami maksud dan tujuan yang ada dalam jobsheet.

c. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan tindakan yang dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan beresiko pada peserta didik maupun pada alat itu sendiri saat kegiatan praktek berjalan.

d. Langkah Kerja

Langkah kerja merupakan panduan langkah menjalankan atau mengoperasikan proses praktek dari pembacaan jobsheet. Perlu diketahui bahwa langkah kerja ini dibuat agar peserta didik dapat menjalankan alur pengerjaan dan tidak terjadi kesalahan.

e. Gambar Kerja

Gambar kerja merupakan bagian utama pada jobsheet yang menjelaskan maksud dari jobsheet dan lembaran yang berfungsi sebagai latihan peserta didik dalam mengembangkan kompetensinya. Gambar kerja pada jobsheet dibuat sedemikian rupa, meskipun sederhana, namun jelas. Lebih diarahkan pada pesertadidik dalam membaca dan memahami gambar tersebut sehingga lebih memperlancar kegiatan praktek.

6. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam penerapanya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda (Isjoni,2013:72).


(29)

29

Model pembelajaran menurut Joice dan Weil dalam Isjoni (2013:73) adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberikan petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam penerapanya model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam model pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya dalam mempelajari materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menggunakan struktur tugas dan penghargaan yang berbeda untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Struktur tugas membuat siswa harus bekerja sama dalam kelompok kecil. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa dalam anggota kelompok harus bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Anita lie,2008:23).

Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif menurut Robert E. Slavin (2005:4-8) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran dimana para siswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kooperatif, para siswa diharapkan saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan masing-masing. Cooperative Learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada


(30)

30

struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat efektif antara anggota kelompok.

Agus Suprijono (2009:54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Menurut Isjoni (2013:16) bahwa beberapa ahli menyatakan model pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan saling membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas inteeraksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang disyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terjadap kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan


(31)

31

kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Kesimpulan dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas adalah bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan peserta didik dalam bentuk kelompok heterogen dengan latar belakang ras, etnik, prestasi dan jenis kelamin yang berbeda yang bertujuan agar peserta didik saling membantu atau bekerjasama, berdiskusi dan bertanggung jawab atas anggotanya dalam mempelajari materi pelajaran agar semua anggotanya dapat belajar maksimal.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2013:27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut:

a. Setiap anggota memiliki peran

b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya

d. Guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan

Menurut Agus Suprijono (2009:65) menjelaskan bahwa sintaks pembelajaran kooperatif terdiri dari enam komponen utama yaitu:


(32)

32

Tabel 2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1: Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Gruru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan meotivsi siswa belajar

Fase-2: Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase-3:Mengorganisasikan

siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4: Membimbing Kelompok Bekerja

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas mereka

Fase-5: Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Fase-6 :Memberikan

Penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu maupun kelompok.

Suatu model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar tentunya memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Termasuk model pembelajaran kooperatif tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan.

Menurut Nur Asma‟ (2006:26-27) ada beberapa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif yaitu :

a. Model pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan menjadi lebih aktif yang disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok.

b. Fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif dan lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat

c. Dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi sehingga siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks


(33)

33

d. Dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangaka buruk terhadap teman sebayanya

e. Siswa yang memiliki prestasi baik akan lebih mementingkan kelompoknya, tidak bersifat kompetitif dan tidak memiliki rasa dendam

Kelemahan model pembelajaran kooperatif adalah :

a. Memerlukan alokasi waktu yang relatif yang lebih banyak, terutama kalau belum terbiasa.

b. Kontribusi siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan yang dikarenakan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan

c. Adanya pertentangan kelompok yang memiliki nilai tertinggi dengan kelompok yang memiliki nilai lebih rendah.

Menurut Isjoni (2013:73-74) dalam pembelajaran kooperatif terdapat berbagai macam tipe yang dapat diterapkan, yaitu diantaranya: Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament (TGT), Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume. Dari beberapa model pembelajaran tersebut model yang paling banyak digunakan adalah Student Team Achievement Division Dan Jigsaw.

7. Metode Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

Metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan salah satu model pembelajaran yang banyak digunakan dalam pembelajaran dikelas. Pada


(34)

34

dasarnya model pembelejaran ini dirancang untuk memotivasi siswa agar saling membantu antara peserta didik satu dengan yang lainya dalam menguasai suatu ketrampilan atau pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Metode Student Team Achievement Division (STAD) merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran sehingga tercapai prestasi yang maksimal. Berdasarkan pada keterangan tersebut dapat disimpulkan beberapa kelebihan dari pembelajaran kooperatif learning tipe Student Team Achievement Division (STAD) yaitu dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, Menigkatkan prestasi belajar siswa, meningkatkan kreativitas siswa, mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain, mengurangi kejenuhan dan kebosanan, meyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang lain dan meyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling mengerti.

Metode Student Team Achievement Division (STAD) memiliki beberapa karakteristik yaitu: bahwa setiap anggota kelompok memiliki peranan, terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan masing-masing kelompok, guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (fasilitator dan motivator), dan adanya penghargaan untuk tim yang memiliki skor tertinggi.

Menurut Robert E. Slavin (2005:143-146) komponen Student Team Achievement Division (STAD) terdiri dari lima komponen utama yaitu: a) presentasi kelas; b) tim; c) kuis; d) skor kemajuan individual; e) rekognisi tim.


(35)

35

a. Presentasi kelas

Materi pelajaran pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di kelas. Ini merupakan pegajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar terfokus pada unit Student Team Achievement Division (STAD). Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dan skor-skor kuis mereka membantu skor tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainya. Pada setiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang tebaik untuk membantu setiap anggotanya.


(36)

36

c. Kuis

Menurut Isjoni (2013:75) disebut sebagai tahap tes individu yaitu untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, mengenai materi yang telah dibahas.

d. Skor kemajuan individu

Menurut Isjoni (2013:76) skor individu dihitung berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi setiap kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuanya. Menurut Slavin (2005:159) perhitungan skor individu seperti terlihat dalam tabel berikut :

Tabel 3. Skor Kemajuan Individu

Skor Tes Skor Perkembangan

Individu a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal

b. 10 hingga 1 poin di bawah skor awal c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal

e. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)

5 10 20 30 30

e. Rekognisi tim

Menurut Slavin (2005:160) ada tiga macam tingkatan penghargaan yang didasarkan pada rata-rata skor tim sebagai berikut:

Tabel 4. Tingkatan Penghargaan Rata-rata Skor Tim

Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan 15

16 17

TIM BAIK

TIM SANGAT BAIK TIM SUPER


(37)

37

Kriteria ini merupakan satu rangkaian sehingga untuk menjadi Tim Sangat baik sebagaian besar anggota tim harus memiliki skor diatas skor di atas skor awal mereka, dan untuk menjadi Tim Super sebagian besar anggota tim harus memiliki skor setidaknya sepuluh poin diatas skor dasar mereka. Guru diperbolehkan mengubah kriteria ini jika

menghendaki.

8. Kompetensi Membuat Saku Passepoille

Kata kompetensi biasa diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan tugas/memiliki keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan (Suhaenah Suparno,2001:27). Johnson dalam Suhaenah Suparno (2001:27) kompetensi sebagai perbuatan rasional yang memuaskan untuk memenuhi tujuan dalam kondisi yang diinginkan. Sedangkan menurut Hamzah (2007:78) kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperolaku atau berfikir dalam segala sesuatu dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Berdasarkan pendapat para ahli diatas tentang pengertian kompetensi, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas menginterpretasikan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan untuk membangun pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman serta pembelajaran yang dilakukan.

Pelaksanaan program pendidikan di lembaga Sekolah Menengah Kejuruan, maupun pada lembaga pendidikan kejuruan lainya, pembelajaran pratik, memegang peranan yang sangat penting. Melalui kegiatan pembelajaran praktik, siswa akan dapat menguasai keterampilan kerja


(38)

38

secara optimal. Pembelajaran praktek adalah proses belajar mengajar yang menekankan pada kegiatan mengaplikasikan suatu teori dalm kondisi dan situasi yang terbatas seperti di laboratorium. Berdasarkan kurikulum 2013 mata pelajaran dasar teknik menjahit merupakan salah satu mata pelajaran praktek yang ada di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan program studi tata busana. Mata pelajaran dasar teknik menjahit pada semester 2 terdiri dari 9 kompetensi. Salah satu kompetensi dari mata pelajaran dasar teknik menjahit adalah membuat saku passepoille.

Menurut Nanie Asri (1993:39) saku adalah bagian dari busana (pakaian) yang dapat berfungsi sebagai hiasan pakaian dan juga dapat dipakai untuk menempatkan sesuatu benda. Saku memiliki berbagai macam variasi atau model. Ada dua macam saku menurut letaknya yaitu: Saku luar (saku tempel) dan Saku dalam (saku bobok).

Saku luar adalah saku yang dijahit pada sisi luar pakaian, sehingga bentuknya terlihat, seolah-olah menempel pada pakaian. Saku luar biasanya diterapkan pada kemeja dengan bentuk segi empat atau segi lima. Menurut Nanie Asri (1993:39) hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan saku luar adalah:

a. Arah serat

b. Motif (Misalnya kain garis/ berkotak) c. Variasi / modelnya

Saku dalam (saku bobok) adalah saku yang terletak pada bagian dalam pakaian, bagian luar hanya terlihat lubang atau kelepaknya saja. Saku dalam lebih rumit dan harus memotong bagian busana itu sendiri (Nanie Asri,1993:39). Saku dalam dijahit dari sisi dalam pakaian sehingga tidak


(39)

39

tampak dari luar. Biasanya yang terlihat adalah lajur atau garis yang merupakan tempat untuk memasukkan tangan. Saku dapat dapat dibuat miring, tegak, sudut atau datar. Ada tiga macam saku dalam (bobok) yaitu:

a. Saku passepoille, yaitu saku yang pada bagian lubangnya selesaikan dengan kumai serong/ bahan melebar. Biasanya saku passepoille diterapkan pada blus, kemeja, atau celana.

b. Saku vest, yaitu saku yang memiliki belahan satu lajur pada bagian mulut, dan dapat ditambahkan tutup. Biasanya diterapkan pada jas, kemeja jaket, dan celana.

c. Saku klep, yaitu saku dalam (bobok) yang pada bagian lubangnya

terdapat klep (tutup) yang diarahkan ke bawah

(http://kursusjahityogya.blogspot.com/2013/07/Saku.html).

Menurut Nanie Asri (1993:39) Hal yang harus diperhatikan pada pembuatan saku dalam :

a. Mengguntingya harus berhati-hati, jika tidak akan mengakibatkan kesalahan total.

b. Harus diperhatikan betul-betul bagian mana dari pakaian itu yang akan diberi saku agar letaknya pas (sesuai yang diinginkan).

c. Akan lebbih baik jika yang akan diberi saku digaris atau digambar dan setelah itu dikontrol dahulu.


(40)

40

Adapun langkah-langkah dalam membuat saku passepoille (saku dalam) adalah sebagai berikut (http://youly15blog.wordpress.com/2010/01/04/langkah-langkah-membuat-saku-pasepoile) :

a. Menyiapkan bahan yaitu bahan utama, furing dan fiselin.

b. Menentukan letak saku pada bahan utama. Panjang lubang yang akan dibuat untuk saku passepoille ditentukan dengan besar tangan orang yang memakainya.

c. Membuat kumai serong dengan ukuran panjang dan lebar ditambah kampuh (2cm). Bahan yang digunakan untuk membuat kumai serong sama dengan bahan utama.

d. memotong bahan utama untuk lapisan saku. Untuk lapisan dapat disambung atau ditempel pada kain furing.

e. memotong kain furing sesuai ukuran. Furing harus sewarna dengan bahan utama.

f. Menyambung lapisan pada kain furing.

g. kumai serong diberi tanda jahitan, gunakan kapur jahit atau pensil tetapi yang samar samar saja. tanda tersebut berupa persegi pajang dengan ukuran 1 cm x lebar saku.

h. Menempelkan kumai serong pada bahan utama (bagian baik) dan pada bagian buruk ditempel dengan kain furing.

i. Jahit sesuai tanda, kemudian potong bagian tengahnya namun pada ujung dipotong menyudut membentuk segitiga. Balik kedalam kemudian dirapikan.

j. Jahit ujung saku yaitu pada potongan segitiga. kemudian tindas passepoile dari bagian baik.

k. Jahit furing yang ada lapisannya dengan furing pada bahan utama l. mengobras kampuh agar tidak bertiras.

9. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian merupakan komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sitem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik (Djemari,2008:5).


(41)

41

Menurut Nana Sudjana (2005:3) penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Proses penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik (Djemari,2008:6). Sedangkan menurut Anas Sudijono (2006:4) penilaian berarti menilai sesuatu. Kemudian menilai itu mengandung arti: mengabil keputusan terhadap terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Penilaian dalam dunia pendidikan merupakan suatu tolak ukur keberhasilan dalam proses belajar. Menurut Nana Sudjana (2005:3) penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.

Penilaian hasil belajar dapat diukur melalui tes yang sering disebut dengan tes prestasi belajar. Tes pada hakikatnya menggali insformasi yang dapat digunakan dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes terencana untuk mengungkap performasi maksimal subjek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.

Kesimpulan dari beberapa definisi dari para ahli diatas, maka penilaian hasil belajar peserta didik sekolah menengah kejuruan adalah suatu proses memberikan keputusan berdasarkan atas kriteria tertentu dan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, penilaian terdiri dari terdiri dari penyusunan alat penilaian, langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik.


(42)

42

Penilaian pada Sekolah Menengah Kejuruan dapat dilaksanakan melalui berbagai bentuk antara lain: penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio), dan penilaian diri.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian ini digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran.

10. Pembelajaran Menggunakan Jobsheet dan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Pada Kompetensi Membuat Saku Passepoille

Menurut Robert E. Slavin (2005:147) pembelajaran metode Student Team Achievement Division (STAD) dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Persiapan

1) Guru menyiapkan materi yang akan diberikan kepada siswa

2) Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan lima siswa yang memiliki karakteristik yang berbeda.

3) Menentukan skor nilai dasar yang merupakan nilai rata-rata siswa pada tes yang lalu atau nilai akhir siswa secara individu.

4) Membangun tim yang dimaksudkan agar tidak ada kecanggungan dalam kelompok dan untuk mengenal satu sama lain.

b. Tahapan pembelajaran


(43)

43

2) Guru mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. 3) Guru memberikan tugas individu

c. Evaluasi individu dan penghargaan kelompok

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran, siswa mengerjakan kuis, dan dari sinilah guru memberikan skor individu dan skor tim. Bagi kelompok yang memiliki skor paling tinggi berhak mendapatkan penghargaan.

Berdasarkan uraian langkah pembelajaran tersebut, penerapan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran dasar teknik menjahit membuat saku passepoille di kelas dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Kegiatan pendahuluan 1) Guru mengucap salam

2) Guru mengecek kehadiran siswa

3) Guru memberikan apersepsi pada siswa 4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

5) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil (5 orang) yang bersifat heterogen dan menunjuk satu siswa sebagai ketua pada masing-masing kelompok

6) Guru menjelaskan tujuan pembagian kelompok siswa 7) Guru membagikan jobsheet kepada setiap siswa

8) Guru menyampaikan definisi singkat pelaksanaan pembelajaran dengan media jobsheet menggunakan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)


(44)

44

1) Sebelum pembelajaran dilanjutkan, guru membagikan soal pretest dan siswa mengerjakan soal pretest

2) Guru menjelaskan kualitas/ mutu saku passepoille

3) Guru menjelaskan langkah pembuatan saku passepoille sesuai materi pada jobsheet

4) Guru memberikan tugas kelompok pada siswa yaitu membuat saku passepoille

5) Siswa melakukan diskusi dan kerjasama kelompok dalam mengidentifikasi persiapan alat dan bahan serta langkah pembuatan saku passepoille

6) Bersama guru siswa dibimbing dalam menyiapkan alat dan bahan untuk membuat saku passepoille

7) Guru mendemonstrasikan cara menjahit saku passepoille terhadap perwakilan kelompok/ketua kelompok

8) Siswa bersama kelompoknya secara mandiri menyelesaikan tugas membuat saku passepoille

9) Guru mengawasi kepada setiap kelompok siswa dalam menyelesaikan tugas membuat saku passepoille

c. Kegiatan penutup

1) Guru memberi kesimpulan tentang materi pembuatan saku passepoille 2) Guru mengevaluasi ketercapaian materi pembelajaran

3) Guru memberikan skor peningkatan untuk masing-masing kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang mengerjakan tugas dengan baik dan memiliki poin tertinggi


(45)

45

4) Guru memberi umpan balik terhadap tugas / kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa

5) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division ini adalah satu kesatuan yang tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri dan harus dilakukan secara sistematis. Hal ini agar hasil dari

pembelajaran tersebut tercapai.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Ery Wahyu Jannati (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Berbantuan Media Power Point untuk Meningkatkan kompetensi Memberi Bantuan Untuk Pelanggan Internal Dan Eksternal Di Smk Pelita

Buana Sewon”. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas mengacu metode Kemmis dan taggart. Instrumen penelitian menggunakan lembar obsevasi tes yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kompetensi siswa. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif. Sampel yang digunakan yaitu seluruh siswa tata busana SMK Pelita Buana Sewon bantul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan kompetensi siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan media power point.

2. Septi Dwi Dayanti (2011) dengan judul Pengaruh Pembelajaran Cooperatif Learning tipe Student Team Acvhievement Division (STAD) Pada Pencapaian Kompetensi Membuat Pola Blazer Di SMK N 1 Sewon Bantul. Tujuan dari


(46)

46

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pencapaian kompetensi membuat pola blazeer dan untuk mengetahui pendapat siswa tentang penerapan metode STAD. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik random sampling dan diperoleh 72 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan lembar observasi, dan angket. Instrumen penelitiannya menggunakan lembar penilaian unjuk kerja dan angket. Teknik analisis data menggunakan Statistik deskriptif.

3. Tantri Styaningsih (2012) dengan judul Pengaruh Penggunaan Media Gambar Tren Mode APPMI Terhadap Kreatifitas Mendesain Busana Pesta Pada Mata Pelajaran Menggambar Busana Di SMK Diponegoro Depok. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kreatifitas menggambar sebelum dan sesudah penerapan media gambar tren mode APPMI dan untuk mengetahui pengaruh media gambar tren mode APPMI. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian One grup pretest-posstest. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh, sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan tes kreatifitas menggambar. Teknik analisis datanya menggunakan statistik deskriptif.

Lebih jelasnya persamaan dan perbedaan penelitian ini apat dilihat pada tabel berikut ini :


(47)

47

Tabel 5. Penelitian Yang Relevan

Uraian \ Penelitian Septi

D.D Ery W. J. Tantri S. Wafi‟a h Y. Tujuan Mengetahui pencapaian kompetensi siswa

sebelum penerapan metode STAD dan media pembelajaran jobsheet

√ √ √

Mengetahui pencapaian kompetensi siswa sesudah penerapan metode STAD dan media pembelajaran jobsheet

√ √ √

Mengetahui pengaruh media jobsheet dan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

√ √ √

Metode Peneliti

an

PTK √

Quasi Eksperimen √ √ √

Sampel Random Sampling √

Purposive sampling √

Sampling jenuh √ √

Metode pengum pulan

data

Tes obyektif √ √

Lembar observasi sikap √

Lembar penilaian unjuk kerja √ √ √

Angket √

Analisis data

Statistik deskriptif √ √ √ √

deskriptif

C. Kerangka Pikir

Pencapaian kompetensi merupakan salah satu tujuan belajar yang harus dicapai oleh setiap siswa dalam proses belajar. Kompetensi yang diukur yaitu meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pencapaian ketiga aspek tersebut diatas sangat dipengaruhi oleh pembelajaran selama di sekolah. Guru memiliki peran utama dalam proses pembelajaran.

Mata pelajaran dasar teknik menjahit pada materi membuat saku passepoille merupakan pembelajaran produktif, sehingga diperlukan latihan-latihan atau praktik secara langsung dalam proses pembelajarannya. Membuat saku passepoille merupakan salah satu materi yang sulit dan siswa dituntut untuk dapat mencapai kompetensi yang ditetapkan yaitu dapat membuat saku passepoille dengan tepat. Apabila cara penyampaian materi yang kurang tepat akan menimbulkan kebosanan yang menyebabkan siswa menjadi pasif sehingga


(48)

48

materi membuat saku passepoille sulit untuk dipahami oleh siswa. Salah satu upaya untuk mendorong siswa mencapai kompetensi yang ditetapkan adalah dengan menerapkan metode dan penggunaan media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran jobsheet dan metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) merupakan suatu variasi strategi pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran praktik.

Beberapa pandangan yang diperoleh dari kajian yang telah dikemukakan di atas, media pembelajaran jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD) yang diterapkan dalam pembelajaran membuat saku passopoille cukup efektif apabila diterapkan pembelajaran praktik. Media pembelajaran jobsheet memuat materi pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga mampu menjembatani penyampaian materi kepada siswa dengan mudah, karena dalam media pembelajaran jobsheet terdapat penjelasan materi, langkah kerja atau langkah pembuatan yang disertai gambar cara membuat saku passepoille, serta terdapat tujuan belajar yang harus dicapai siswa. Tidak hanya itu media jobsheet dilengkapi cara menjaga diri pada saat pembelajaran praktik (K3). Media pembelajaran jobsheet dapat mendorong siswa untuk belajar secara mandiri sehingga siswa dapat belajar dimanapun dan kapan pun. Jobsheet dapat menyeragamkan materi yang disampaikan kepada siswa, dan dapat mengurangi verbalitas guru dalam menyampaikan materi sehingga secara tidak langsung mendidik siswa untuk mandiri dalam mendalami materi pelajaran serta dapat membiasakan siswa bekerja secara tertib dan sesuai prosedur seperti di dunia industri.

Guru memiliki peranan utama di dalam proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung dari segi strategi


(49)

49

pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mana siswa belajar dalam satu kelompok heterogen dan bertanggungjawab terhadap kelompoknya. Langkah pembelajaran metode Student Team Achievement Division (STAD) yaitu: 1) penyampaian tujuan dan motivasi 2) pembagian kelompook 3) presentasi dari guru 4) kerja tim 5) kuis 6 ) penghargaan prestasi tim. Manfaat penenerapan metode Staudent Team Achievement Division (STAD) yaitu siswa menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran, mengembangkan komunikasi dan kretifitas belajar siswa. Pencapaian kompetensi membuat saku passepoille menggunakan media jobsheet dan metode Staudent Team Achievement Division (STAD) dapat memberikan dampak positif dalam kegiatan pembelajaran yaitu dapat memaksimalkan hasil belajar siswa kelas X busana 2. Lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka dibawah ini:

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir siswa pasif dan kurang

termotivasi, cepat bosan.

Penggunaan media pembelajaran jobsheet Penerapan metode STAD suasana pembelajaran yang

monoton

hasil belajar siswa rendah dibandingkan kelas yang

lainya

media yang digunakan, tidak menarik perhatian siswa

Alokasi waktu yang tidak sebanding dengan materi

yang akan disampaikan

Pencapaian kompetensi hasil belajar lebih baik


(50)

50 D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi siswa membuat saku passepoille sebelum menggunakan jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD) di SMK Negeri 3 Klaten progra keahlian tata busana?

2. Bagaimana kompetensi siswa membuat saku passepoille sesudah menggunakan jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD) di SMK Negeri 3 Klaten progra keahlian tata busana?

E. Hipotesis Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (1995:71) hipotesis didefinisikan sebagai alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh penelitian bagi problematika yang diajukan dalam penelitian. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukan itu maka hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.

Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai ada tidaknya pengaruh penggunaan jobsheet dan Student Team Achievement Division (STAD) terhadap pencapaian kompetensi membuat saku passepoille di SMK N 3 KLATEN hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh pada penggunaan jobsheet dan metode Student Team Achievement Division (STAD) terhadap pencapaian kompetensi membuat saku passepoille di SMK N 3 KLATEN.


(1)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir ... 49 Gambar 2. Kategorisasi Ketuntasan Kompetensi Membuat Saku

Passepoille Sebelum Treatment ... 77 Gambar 3. Kategorisasi Ketuntasan Kompetensi Membuat Saku

Passepoille Sesudah Treatment ... 78 Gambar 4. Perbandingan Nilai Pretest-Posttest Kompetensi membuat


(2)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1

1.1 Silabus 1.2 RPP 1.3 Jobsheet

1.4 Lembar Observasi Sikap 1.5 Lembar Penilaian Unjuk Kerja 1.6 Lembar Soal Tes & Kunci Jawaban 2. Lampiran 2

2.1 Uji Validitas 2.2 Uji Reliabilitas 3. Lampiran 3

3.1 Daftar Nama & Presensi Siswa 3.2 Daftar Pembagian Kelompok

3.3 Hasil Observasi Sikap Sebelum Treatment 3.4 Hasil Tes Kognitif Sebelum Treatment 3.5 Hasil Unjuk Kerja Sebelum Treatment 3.6 Hasil Observasi Sikap SesudahTreatment 3.7 Hasil Tes Kognitif Sesudah Treatment 3.8 Hasil Unjuk Kerja Sesudah Treatment 3.9 Hasil Nilai Sebelum Treatment

3.10 Hasil Nilai SesudahTreatment 4. Lampiran 4

4.1 Permohonan Ijin Penelitian

4.2 Surat Keterangan Ijin dari SETDA

4.3 Surat Keterangan Ijin dari Dinas Perijinan 4.4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penenlitian 5. Lampiran 5


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono. (2009). Cooperative Learning:Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anas Sudijono. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada

Anita Lie. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Arief S. Sadiman,dkk. (2003). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan & Pemanfaatanya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Azhar Arsyad. (2006). Media Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Emy Budiastuti. Modul Penilaian Non Tes. diakses dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Emy%20Budiastuti ,%20M.Pd./Modul%20PENILAIAN%20NON%20TES.pdf. diakses tanggal rabu/24/09/2014 pukul 08:03

I Gusti Bagus Mahendra Destiyanto. (2012). Pengaruh Penggunaan Jobsheet Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Diklat Praktik Las Dasar Di SMK Negeri 2 Klaten. Laporan Penelitian IKIP Yogyakarta Jam 7:28 WIB Isjoni. (2013). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi

Peserta didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kusaeri & Suprananto.(2012).Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

M. Aris Abdillah. (2013). Kelengkapan Jobsheet Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Kelistrikan Otomotif Pada Siswa. Diakses dari : e-jounal.ikip–veteran.ac.id/ index. php/ gardan/ article/ download/ 103/ 119. Diakses tanggal 20/10/2014 jam 08:32 WIB

Margono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Nanie Asri. (1993). Teknologi Busana.Yogyakarta. Yogyakarta. FPTK. IKIP

Nana Sudjana & Ibrahim. (2001). Penelitian Dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo


(4)

Ni Desak Made Sri Adnyawati. (2004). Peningkatan Keterampilan Proses Dan Hasil Pembelajaran Dekorasi Kue Melalui Metode Demonstrasi Dan Media Job Sheet Mahasiswa Jurusan Pkk Ikip Negeri Singaraja. Jurnal pendidikan dan pengajaranIKIP Negeri Singaraja (Nomor 1 tahun 37). Hlm. 159. Diakses Dari Http://Pasca.Undiksha.Ac.Id/Images/Img_Item/756.Doc. Pada Tanggal 20-10-2014. jam 06:00 WIB

Nur Asma. (2006). Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan Nasional.

Oemar Hamalik. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Oemar Hamalik. (1983). Metoda Belajar Dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung:Tarsito.

Robert E. Slavin. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. (Alih bahasa: Narulita Yusron). Bandung: Nusa Media

Rusman. (2013). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung. Alfabeta.

Sri Damenta H. Sembiring. (2012). Perbedaan Hasil Belajar Menjahit Kerah Kemeja Pria Yang Menggunakan Jobsheet Media Cetak Dengan Jobsheet Media Visual Pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 10 Medan T.a 2011/2012. Diakses dari http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Undergraduate-22001/22578. pada tanggal 03 maret 2013.

Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan prndekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukamto.(1988).Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi kejuruan.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sunaryo Sunarto, dkk.(2012). Media Pembelajaran Teknologi dan Kejuruan. Yogyakarta.UNY

Tim Tugas Akhir Skripsi FT UNY. (2013). Pedoman Penyusunan Tugas Akhir skripsi. Yogyakarta: UNY

Yosephine Flori Setiarini. (2009). Pembelajaran Praktikum Pada Program Keahlian Busana Di Smk Daerah Istimewa Yogyakarta. jurnal Cakrawala pendidikan (nomor 28 tahun 1) hlm. 76. diakses dari


(5)

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=80356&val=454&title= pada tanggal 30/10/2014 pukul 12:30 WIB

Yowenus Wenda. (2009). Media Pembelajaran Berbasis Cetakan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta. Randa’s Family Press.

Yudhi Munadi. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta: REFERENSI (GP Press Grup)

Zainal Arifin. (2013). Evaluasi Pembelajaran (Prinsip,Teknik,Prosedur). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

__________. (2009). Seri Profesional Pengolahan Data Statistik Dengan SPSS 16.0. Jakarta: Salemba Infotek


(6)

PENGARUH PENGGUNAAN JOBSHEET DAN METODE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI

MEMBUAT SAKU PASSEPOILLE DI SMK NEGERI 3 KLATEN

Oleh:

Wafi’ah Yuniarti

NIM.10513241038 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pencapaian kompetensi membuat saku passepoille sebelum menggunakan jobsheet dan metode STAD 2) pencapaian kompetensi membuat saku passepoille sesudah menggunakan jobsheet dan metode STAD 3) pengaruh penggunaan jobsheet dan metode STAD terhadap pencapaan kompetensi membuat saku passepoille di SMK Negeri 3 Klaten.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian one group pretest-posttest. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X tata busana sebanyak 76 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling purposive diperoleh sampel sebanyak 25 siswa kelas X busana 2. Teknik pengumpulan data menggunakan tes objektif, observasi sikap, dan penilaian unjuk kerja. Uji validitas instrumen menggunakan validitas internal dan validitas eksternal. Reliabilitas instrumen lembar tes menggunakan rumus KR-20, lembar observasi sikap menggunakan rumus Alpha Cronbach dan penilaian unjuk kerja menggunakan inter-rater-agreement. Uji normalitas data menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov. Uji homogenitas menggunakan uji F.Teknik analisis data menggunakan uji t .

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa:1) pencapaian kompetensi membuat saku passepoille sebelum menggunakan jobsheet dan metode STAD yaitu 76% siswa dalam kategori tuntas, 2) pencapaian kompetensi membuat saku passepoille setelah menggunakan jobsheet dan metode STAD yaitu 100% siswa dalam kategori tuntas, 3) terdapat pengaruh penggunaan jobsheet dan metode STAD terhadap pencapaian kompetensi membuat saku passepoille kelas X busana 2 SMK Negeri 3 Klaten, hal ini ditunjukkan dengan besarnya rata-rata nilai pretest 75,88 dan rata-rata nilai posttest 83,92, juga pada hasil uji-t menunjukkan bahwa =13,460> =2,064.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

The effectiveness of using student teams achievement division (stad) technique in teaching direct and indirect speech of statement (A quasi experimental study at the eleventh grade of Jam'iyyah Islamiyyah Islamic Senior high scholl Cege)

3 5 90

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Antara Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan TGT (Penelitian Kuasi EKsperimen di SMAN 1 Bekasi))

0 42 0

Applying Student Teams Achievement Division (STAD) Technique to Improve Students’ Reading Comprehension in Discussion Text. (A Classroom Action Research in the Third Grade of SMA Fatahillah Jakarta)

5 42 142

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUAT SAKU VEST SISWA KELAS X SMK NEGERI 2 JEPARA.

5 47 231

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI PEMBUATAN SAKU PASSEPOILLE SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 PENGASIH.

2 3 248

PENGARUH METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUAT AKSESORIS BROS PADA KELAS VII DI SMPN 1 CANDIMULYO MAGELANG.

0 0 15