KEBIJAKAN SEKOLAH TENTANG KEGIATAN EKSTRAKULIKULER OLAHRAGA DI SMPN 1 KEBONAGUNG KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN PACITAN.

(1)

KEBIJAKAN SEKOLAH TENTANG KEGIATAN EKSTRAKULIKULER OLAHRAGA DI SMPN 1 KEBONAGUNG KECAMATAN

KEBONAGUNG KABUPATEN PACITAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Septian Indra Agung Pradana NIM 09110244011

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KEBIJAKAN SEKOLAH TENTANG KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMPN 1 KEBONAGUNG KECAMATAN

KEBONAGUNG KABUPATEN PACITAN

Oleh

Septian Indra Agung Pradana NIM 09110244011

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) dasar hukum kebijakan sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler olahraga; (2) bagaimana perencanaan kegiatan ekstrakurikuler olahraga; dan (3) faktor pendukung dan penghambat kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan dengan obyek kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Pengambilan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik keabsahan data dengan triangulasi.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) kebijakan ekstrakurikuler di SMP N 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan visi misi sekolah, dengan dasar hukum UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (2) Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler olahraga sepak bola, basket dan bola voli, dilakukan dengan melibatkan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, guru, pengurus komite sekolah, dan perwakilan dari OSIS, meliputi aspek asesmen, sarana prasarana dan SDM; (3) Faktor pendukung kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMP Negeri 1 Kebonagung antara lain dari sekolah berupa penyediaan sarana prasarana, pelatih dan dukungan dana, dan dari orang tua siswa berupa motivasi dan finansial. Sedangkan faktor penghambat yang ada antara lain: jarak rumah siswa, padatnya kegiatan ulangan dan ujian, geografis, dan cuaca.


(6)

vi MOTTO

“Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran

dan saling menasihati untuk kesabaran” (QS. Al-‘Asr: 1-3)

“Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang

teguh” (Andrew Jackson)

“Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama” (Penulis)

“Selalu bekerja keras, sungguh-sungguh, dan berdoa, niscaya masa depan akan lebih cerah” (Penulis)


(7)

vii

PERSEMBAHAN

Atas berkat rahmat dan karunia Allah SWT, karya kecil ini saya persembahkan untuk :

 Allah SWT yang telah memberikan kehidupan yang bahagia sampai sekarang, saya sangat bersyukur atas segala limpahan rahmat dan hidayahMu.

 Prodi Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Semoga karya ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pendidikan.

 Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Katmono, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Yuni Trihastuti, S.Pd. yang tidak pernah berhenti berdoa dan selalu memberikan dukungan, motivasi, serta perhatian. Saya haturkan terimakasih kepada Bapak Ibu, semoga karya ini bisa menjadikan kebanggaan Agama, Nusa, dan Bangsa.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat, hidayah, dan pertolonganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Kebijakan Sekolah Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga di SMP N 1 Kebonagung Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, pada program studi Kebijakan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari keberhasilan penyusunan skripsi ini atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan ijin penelitian untuk keperluan Tugas Akhir Skripsi.

2. Ketua Prodi Kebijakan Pendidikan, yang telah memberikan pengarahan dan pengesahan dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi.

3. Dr. Siti Irine Astuti D., M.Si. selaku dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Murtamadji, M.Si. selaku dosen Pembimbing II, yang senantiasa berkenan membimbing penulis sampai selesainya skripsi ini.

4. Ibu Arieva Efianingrum, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik, yang senantiasa memberikan motivasi kepada penulis.

5. Bapak/Ibu dosen Prodi Kebijakan Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah mendidik, membimbing, dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.


(9)

ix

6. Bapak Drs. Supangat, MM. selaku kepala SMP N 1 Kebonagung, beserta guru dan karyawan yang telah memberikan ijin penelitian dan menjadi narasumber dalam penelitian ini.

7. Bapak Katmono, S.Pd., M.Pd. dan Ibu Yuni Trihastuti, S.Pd. selaku orang tua penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis.

8. Luthfi Agung Ardhianta calon Sarjana Pertanian, selaku adik penulis yang senantiasa memberikan motivasi, doa, dan bantuannya pada penulis.

9. Teman-teman kelas B Prodi Kebijakan Pendidikan angkatan 2009 semuanya, terimakasih atas bantuan dan kebersamaan kita selama ini. Penulis tidak akan mudah melupakan kebersamaan kita.

10. Semua pihak yang telah ikut serta membantu proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penelitian tugas akhir skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis meminta saran yang bersifat membangun agar dalam penelitian selanjutnya memperoleh hasil yang lebih baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 28 Juli 2016 Peneliti,


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 10

1. Kebijakan Pendidikan ... 10

a. Pengertian Kebijakan Pendidikan ... 10


(11)

xi

c. Pembuatan Kebijakan Pendidikan di Sekolah... 18

2. Ekstrakurikuler ... 20

a. Pengertian Ekstrakurikuler ... 20

b. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 24

c. Ciri-ciri Kegiatan Ekstrakurikuler ... 26

3. Olahraga ... 27

a. Pengertian Olahraga... 27

b. Sejarah Sport Atau Olahraga ... 29

c. Klasifikasi Olahraga ... 31

d. Manfaat Olahraga ... 33

e. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga ... 37

B. Kerangka Pikir ... 39

C. Pertanyaan Penelitian ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 43

B. Setting Penelitian ... 44

C. Sumber Data Penelitian ... 45

D. Instrumen Penelitian ... 45

1. Pedoman Observasi ... 45

2. Pedoman Wawancara ... 46

3. Kajian Dokumentasi ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Observasi ... 48

2. Wawancara ... 48

3. Dokumentasi... 49

F. Teknik Analisis Data ... 49

1. Display Data ... 49


(12)

xii

3. Penarikan Kesimpulan ... 50

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SMPN 1 Kebonagung ... 52

1. Visi dan Misi SMPN 1 Kebonagung ... 52

2. Lokasi dan keadaan SMPN 1 Kebonagung ... 55

3. Sumber Daya yang dimiliki SMP N 1 Kebonagung ... 57

a. Data Peserta Didik ... 57

b. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 59

4. Sarana dan Prasarana ... 61

B. Hasil Penelitian ... 63

1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstrakurikuler ... 63

2. Perencanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga ... 66

3. Organisasi Pengelola Kegiatan Ekstrakurikuler ... 67

4. Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga ... 68

5. Pelatih Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga ... 70

6. Sarana Prasarana Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga ... 70

7. Proses Assesment Peserta Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga ... 72

8. Faktor Pendukung Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga ... 74

9. Faktor Penghambat Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga ... 77

C. Pembahasan ... 78

1. Dasar Hukum Kebijakan Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga di SMP Negeri 1 Kebonagung ... 78

2. Perencanaan Kegiatan Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga di SMP Negeri 1 Kebonagung ... 84

3. Faktor Pendukung Kebijakan Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga di SMP Negeri 1 Kebonagung ... 90

4. Faktor Penghambat Kebijakan Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga di SMP Negeri 1 Kebonagung ... 91


(13)

xiii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah Peserta Didik Tahun 2009-2015... 58

Tabel 4.2. Kelulusan Peserta Ujian Tahun 2009-2015 ... 59

Tabel 4.3. Jumlah Guru SMP N 1 Kebonagung Tahun 2015 ... 59

Tabel 4.4. Tenaga Kependidikan SMP N 1 Kebonagung Tahun 2015 ... 60

Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana SMP N 1 Kebonagung Tahun 2015 ... 62

Tabel 4.6. Jadwal kegiatan esktrakurikuler olahraga SMP N 1 Kebonaggung Tahun pelajaran 2015/2016 ... 69

Tabel 4.7. Pelatih esktrakurikuler olahraga SMP N 1 Kebonaggung Tahun pelajaran 2015/2016 ... 70

Tabel 4.8. Sarana dan Prasarana ekstrakurikuler olahraga SMP N 1 Kebonagung Tahun 2015 ... 71

Tabel 4.9. Jenis kegiatan esktrakurikuler SMP N 1 Kebonaggung Tahun pelajaran 2015/2016 ... 73

Tabel 4.10. Partisipasi kegiatan ekstra olahraga ... 76

Tabel 4.11. Tingkat kehadiran kegiatan ekstra olahraga ... 76

Tabel 4.12. Aspek Perencanaan ekstrakurikuler olahraga ... 85


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir ... 40 Gambar 4.1. Peta Lokasi SMPN 1 Kebonagung ... 52 Gambar 4.2. Papan Nama SMPN 1 Kebonagung ... 55 Gambar 4.1. Struktur organisasi pelaksana kegiatan ekstrakurikuler SMPN 1


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran-1 Kisi–kisi Pedoman Observasi ... 98

Lampiran-2 Kisi–kisi Pedoman Wawancara ... 99

Lampiran-3 Kisi–kisi Pedoman Dokumentasi ... 100

Lampiran-4 Hasil Observasi ... 101

Lampiran-5 Transkrip Hasil Wawancara ... 111

Lampiran-6 Foto Dokumentasi ... 127


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan usaha manusia yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan bangsa dan kemajuan suatu negara. Pendidikan menjadikan bangsa Indonesia akan mengalami kemajuan dan meninggalkan suatu bentuk keterpurukan. Untuk itu pemerintah harus lebih berkosentrasi terhadap pendidikan di Indonesia dan juga harus membuat suatu kebijakan yang mengarahkan pada perkembangan pendidikan di Indonesia.

Perkembangan pendidikan di Indonesia ditentukan oleh kebijakan pendidikan yang berkelanjutan. Pendidikan berkelanjutan diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Perspektif yang dicari adalah yang bersifat jangka panjang yang merupakan visi bangsa yang akan diwujudkan oleh Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Visi bangsa yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi: “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk


(18)

2

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social”. Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 tersebut telah secara sangat jelas menyebutkan bahwa Pemerintah NKRI mempunyai kewajiban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa pada hakekatnya adalah memajukan pendidikan.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menunjukkan upaya untuk mewujudkan kecerdasan kehidupan bangsa. Keberadaan kedua Undang-Undang tersebut diharapkan mampu menjamin pemerataan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan, sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. (http://ririniest.wordpress.com/2010/07/06/pendidikan-berkelanjutan/)

Kebijakan yang berkelanjutan dalam dunia pendidikan di Indonesia akan mewujudkan SDM yang berwawasan luas dan berkualitas yang bermuara pada kemajuan suatu bangsa. SDM yang berkualitas hanya dapat diwujudkan melalui pendidikan jasmani dan rohani yang bermutu. Pendidikan jasmani hakikatnya merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu baik secara jasmani dan rohani.

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan


(19)

3

sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Sehingga pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting dan utama untuk kemajuan suatu bangsa (Arie Asnaldi, 2008).

Pendidikan jasmani memiliki peran penting dalam pengembangan individu sebagai manusia seutuhnya. Hal itu untuk mendukung berkembang-nya fungsi fisiologis organ tubuh, sistem susunan syaraf, sistem endokrin dan sistem lainnya.Semuanya itu ditentukan oleh adanya fungsi spesialisasi dan spesifikasi sel sebagai penyusun organ tubuh.

Pengembangan pendidikan jasmani dilakukan melalui olahraga, yang akan mendukung kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani ditentukan oleh kondisi tubuh, umur, dan pelatihan. Berolahraga mempunyai banyak tujuan seperti rekreasi, membina kesehatan, dan meningkatkan kesegaran jasmani, serta menuju prestasi puncak olahraga.

Olahraga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohani. Gerak manusia menurut teknik tertentu dalam pelaksanaannya ada unsur bermain, ada rasa senang, dilakukan waktu luang, aktivitas dipilih (sukarela), kepuasan dalam proses, jika tidak dilaksanakan ada sanksi dan nilai positif.

Kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh relevansi kemenangan dan prestasi optimal. Serta suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan. Namun demikian


(20)

4

kebijakan pendidikan tentang olahraga belum berjalan secara optimal dibanyak sekolah.

Kebijakan pendidikan olahraga di sekolah diharapkan dapat menunjang berbagai aktivitas siswa dalam proses menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa. Potensi diri dapat dioptimalkan secara harmonis antara lain pada aspek: (1) kemampuan intelektual; (2) kemampuan sosial, dan (3) kemampuan emosional. Dengan demikian olahraga di sekolah memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin.Kegiatan olahraga diselenggarakan oleh sekolah melalui kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga mengalami penurunan minat di berbagai sekolah. Penurunan minat siswa terhadap olahraga diduga disebabkan oleh beberapa faktor seperti, adanya kecenderungan siswa lebih mengutamakan prestasi akademiknya dibanding dengan prestasi non-akademiknya seperti olahraga. Hal ini mengakibatkan kegiatan ekstrakurikuler bukan menjadi kegiatan utama pilihan siswa. Ada juga kecenderungan siswa lebih memilih mengikuti kegiatan olahraga di luar lingkup sekolah seperti lebih senang mengikuti club-club sepakbola, bola volly, maupun bulu tangkis yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka.

Banyak cara dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengatasi problem tersebut, seperti: (1) menumbuhkan kesadaran dan kemauan para siswa untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah; (2) meningkatkan pembibitan dan pembinaan olahraga agar siswa dapat menyalurkan minat dan bakat mereka dan menjadikan siswa lebih berprestasi dalam bidang olahraga; (3) meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana untuk


(21)

5

mendukung para siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah.

Namun demikian tidak banyak sekolah mengalami problem penurunan minat dan bakat siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Sehingga tidak semua sekolah menjadikan kegiatan ekstrakurikuler sebagai kegiatan unggulan.Salah satu sekolah yang mengembangkan kegiatan ini adalah SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.

Di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam rangka menggali dan menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa. Ada berbagai jenis kegiatan ekstrakurikuler yang ada, antara lain: pramuka, PMR, KIR, musik (band dan musik tradisional/gamelan), upacara bendera, tari, PKS, jurnalistik, dan olahraga.

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga diadakan oleh pihak sekolah selain untuk menunjang proses belajar mengajar khususnya pendidikan jasmani juga untuk mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga terdiri dari beberapa cabang olahraga, diantaranya, sepak bola, basket dan bola voli (putra dan putri). Dari ketiga ekstrakurikuler tersebut siswa bisa memilih ekstrakurikuler olahraga yang diinginkan sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa.

Dari berbagai permasalahan yang ada dalam penerapan ekstra-kurikuler olahraga di sekolah, maka dari fenomena diatas peneliti tertarik melakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan.


(22)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Belum dilakukan identifikasi kebijakan program ekstrakurikuler olahraga yang dibuat oleh sekolah.

2. Belum diidentifikasi faktor pendukung kegiatan ekstrakurikuler olahraga. 3. Belum diidentifikasi faktor penghambat kegiatan ekstrakurikuler

olahraga.

C. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, agar pembahasan menjadi lebih fokus dan dengan mempertimbangkan segala keterbatasan yang ada, maka permasalahan diatas dibatasi dan difokuskan pada kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa dasar hukum kebijakan sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan?

2. Bagaimana perencanaan kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan?


(23)

7

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan?

E. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui:

1. Dasar hukum kebijakan sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.

2. Bagaimana perencanaan kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.

3. Faktor pendukung dan penghambat kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu, sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan, serta informasi dan referensi terkait kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.


(24)

8 2. Secara Praktis

a. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bacaan sehingga dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam mengangkat dan menambah pengetahuan kita.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan memberikan informasi ilmiah mengenai kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakulikuker olahraga serta menambah pengalaman langsung terjun kelapangan sehingga bisa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kuliah dan dapat diterapkan di lapangan.

c. Bagi Peneliti lain

Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakulikuker olahraga.

d. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat guna mengetahui peningkatan kegiatan ekstrakurikuler olahraga serta dalam menggunakan sarana prasarana olahraga dan media pembelajaran lainnya.

e. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini sangat berguna bagi siswa untuk terus mengembangkan minat dan bakat mereka terhadap ekstra-kurikuler olahraga dan meminimalisir problem terkait dengan olahraga.


(25)

9 f. Bagi Sekolah

Hasil penelitiandapat digunakan sebagai masukan kepada pihak sekolah agar selalu mengembangkan ekstrakurikuler olahraga dan dapat dijadikan program tindak lanjut dalam pengembangan dan mengatasi problem ektrakurikuler olahraga.

g. Bagi Institusi Universitas Negeri Yogyakarta

Sebagai referensi dan masukan serta sebagai tambahan pengetahuan mengenai kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga.


(26)

10

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan tentang kajian teori yang terkait dengan masalah yang akan diteliti yaitu kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstra-kurikuler olahraga.

A. Kajian Teori

1. Kebijakan Pendidikan

a. Pengertian Kebijakan Pendidikan

Kebijakan akan muncul jika dilatarbelakangi oleh suatu permasalahan termasuk didalamnya adalah masalah kebijakan pendidikan. Permasalahan dalam pendidikan menyangkut banyak pokok permasalahan. Menurut Suryati Sidharto (1989: 202), masalah yang dihadapi Bangsa Indonesia mencangkup lima pokok permasalahan, yaitu: masalah pemerataan pendidikan, masalah daya tamping pendidikan, masalah relevansi pendidikan, masalah kualitas pendidikan, dan masalah efisiensi dan efektifitas pendidikan.

Carter (2003: 117), mengungkapkan kebijakan pendidikan (education policy) merupakan suatu pertimbangan (judgement) yang didasarkan atas sistem nilai (values) dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional. Pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk mengoperasikan pendidikan yang bersifat lembaga, artinya pendidikan diselenggarakan secara formal pada suatu pendidikan disemua jenis dan jenjang pendidikan.


(27)

11

Sementara itu, La Ode Supardi (2008: 20), mengungkapkan bahwa pada dasarnya kebijakan pendidikan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di masyarakat dan mampu mewujudkan manusia-manusia yang dapat membangun dirinya sendiri dan memberikan konstribusi bagi kepentingan masyarakat umum dan kebijakan pendidikan seyogyanya dapat menumbuh kembangkan sumberdaya manusia secara menyeluruh, terpadu pada berbagai bidang.

H. A. R. Tilaar & Riant Nugroho (2008: 140), menyatakan bahwa kebijakan pendidikan adalah keseluruhan dari proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan dalam rangka unutk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu tertentu.

Lebih lanjut H. A. R. Tilaar & Riant Nugroho (2008: 16), menyebutkan konsep mengenai kebijakan merupakan suatu kata benda hasil dari deliberasi mengenai tindakan (behavior) dari seseorang atau kelompok pakar mengenai rambu-rambu tindakan dari seseorang atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Suatu kebijakan diambil dan diputuskan biasanya dilatarbelakangi oleh adanya masalah. Masalah biasanya muncul ketika ada deskripansi antara cita-cita (das sollen) dengan dunia nyata


(28)

12

mengurangi kesenjangan (descripancy) atau mendekatkan antara dua cita dengan dunia nyata tersebut (Arif Rohman, 2009: 107-109).

Menurut Arif Rohman (2009, 107), istilah kebijakan pendidikan banyak dikonotasikan dengan istilah perencanaan pendidikan (educational planning), rencana induk tentang pendidikan

(master plan of education), pengaturan pendidikan (educational regulation), kebijakan tentang pendidikan (policy of education), serta istilah lain yang senada dengan istilah tersebut. Kebijakan pendidikan (educational policy) merupakan keputusan pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program serta rencana-rencana tertentu dalam penyelenggaraan pendidikan.

Secara teoritik, suatu kebijakan pendidikan dirumuskan berdasarkan diri pada landasan pemikiran yang lebih ilmiah empirik.Kajian ini menggunakan pola pedekatan yang beragam sesuai dengan faham teori dianut oleh masing-masing penentu kebijakan. Dalam kajian ini, paling tidak ada dua pendekatan yang dapat direkomendasi-kan kepada para penentu berwenang dalam merumuskan suatu kebijakan pendidikan.


(29)

13

Dua pendekatan dalam perumusan kebijakan pendidikan tersebut :

a. Social Demand Approach

Social Demand Approach merupakan suatu pendekatan dalam

perumusan kebijakan pendidikan yang mendasarkan atas aspirasi atau segala tuntutan dan kehendak masyarakat. Dalam social demand approach disini, partisipasi masyarakat merupakan hal yang penting. Partisaipasi masyarakat dari seluruh lapisan terjadi baik dalam proses perumusan maupun implementasi kebijakan pendidikan. Akan tetapi sebenarnya dalam pendekatan ini tidak semata-mata merespon tuntutan masyarakat setelah kebijakan pendidikan diimplementasikan.

Model pendekatan ini lebih demokratis sesuai dengan aspirasi dan tuntutan masyarakat. Artinya suatu kebijakan baru dapat dirumuskan apabila ada tuntutan dari masyarakat terlebih dahulu. Dengan demikian, para pejabat berwenang hanya menunggu dan selalu menunggu. Namun dari sisi positif, model pendekatan ini lebih demokratis sesuai dengan aspirasi dan tuntutan masyarakat dan pada saat kebijakan tersebut diimplementasikan akan selalu mendapat dukungan dari masyarakat, sehingga keberhasilan pelaksanaaya akan tinggi dan resiko kegagalanya akan rendah.

b. Man-Power Approach

Man-Power Approach menitikberatkan pada


(30)

14

sumber daya manusia (human recources) yang mewadahi masyarakat. Keberhasilan man-power approach tergantung pada kemampuan dari diri seseorang pemimpin dari sudut pandang pengambil kebijakan.

Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinanya juga harus sebagai yang visioner. Ia tidak hanya sekedar menjalankan tugas-tugas rutin dan ritual dalam memipin masyarakatnya, akan tetapi ia bisa melihat jauh ke depan cita-cita yang akan dicapai masyarakatnya serta cara-cara untuk mencapainya. Dengan kemampuan visioner dari sang pemimpin yang mampu melihat jauh ke depan cita-cita yang akan menjadi tujuan masyarakatnya, maka sang pemimpin tersebut bisa membuat langkah-langkah antisipasi dan adaptasi dalam mengarahkan masyarakat sesuai dengan arah yang benar, tanpa harus terlebih dahulu menunggu adanya tuntutan dari anggota-anggota masyarakatnya.

b. Proses Kebijakan Pendidikan

Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang akan dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik dalam hal ini termasuk kebijakan pendidikan. Dalam Sudiyono (2007: 50), berikut adalah tahap-tahap kebijakan menurut William Dunn :


(31)

15 1) Tahap Penyusunan Agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda.Sebelumnya masalah-masalah ini ber-kompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk kedalam agenda kebijakan para perumus kebijakan. Pada tahap ini masalah mungkin tidak disentuh sama sekali, sementara masalah masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

2) Tahap Formulasi Kebijakan

Masalah yang masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijkan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

3) Tahap Adopsi Kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijkan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu alternatif


(32)

16

kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif dalam hal ini guru, konsesnsus antara direktur lembaga dalam hal ini adalah kepala sekolah.

4) Tahap Implementasi Kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain akan ditentang oleh pelaksana.

5) Tahap Evaluasi Kebijakan

Pada tahap ini, kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah. Kebijakan pada dasarnya untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat pendidikan. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan tersebut telah meraih dampak yang diinginkan.

Salah satu tahap dalam proses pembuatan kebijakan pendidikan adalah tahap perumusan kebijakan. Perumusan atau pembuatan kebijakan merupakan kegiatan penyusun dan


(33)

17

megembangkan serangkaian kegiatan yang perlu diambil untuk memecahkan masalah. Adapun tahap-tahap perumusan kebijakan adalah sebagai berikut :

a) Tahap Perumusan Masalah

Mengenali dan merumuskan masalah merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Guna merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah-masalah pendidikan harus dikenali dan diidentifikasi dengan baik pula. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk memecahkan masalah yang ada dalam dunia pendidikan.

b) Tahap Agenda Kebijakan

Tidak semua masalah masuk ke dalam agenda kebijakan. Masalah-masalah tersebut saling berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya masalah-masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk ke dalam agenda kebijakan. Suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan harus memenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya apakah masalah tersebut memiliki dampak yang besar bagi dunia pendidikan sehingga menumbuhkan penanganan yang harus segera dilakukan. Masalah tersebut selanjutnya akan dibahas oleh para perumus kebijakan. Masalah-masalah tersebut dibahas berdasarkan tingkat urgensinya untuk segera diselesaikan.


(34)

18

c) Tahap Pemilihan Alternatif Kebijakan untuk Memecahkan Masalah

Setelah masalah-masalah tersebut didefinisikan dengan baik dan para perumus kebijakan sepakat untuk memasukkan masalah tersebut ke dalam agenda kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan masalah. Di sini para perumus kebijakan akan berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan kebijakan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Dalam kondisi seperti ini, maka pilihan-pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan negosiasi yang terjadi antara aktor yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.

d) Tahap Penetapan Kebijakan

Sabagai salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan diambil sebagai cara untuk memecahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam pembentukan kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga mempunyai kekuatan hokum yang mengikat. Alternatif kebijakan yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok kepentingan yang terlibat dalam pembentukan kebijakan tersebut.


(35)

19

c. Pembuatan Kebijakan Pendidikan di Sekolah

Sekolah, sebagai sebuah organisasi juga memerlukan sistem manajemen yang baik. Dengan demikian aktivitas di lingkungan sekolah juga tidak lepas dari kegiatan-kegiatan pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan yang baik yang dilakukan sendiri oleh kepala sekolah, para guru, maupun yang dilakukan bersama-sama antara guru dan kepala sekolah.

Dalam membuat kebijakan pendidikan di lembaga, dalam hal ini adalah sekolah, kepala sekolah tidak dapat menentukan sendiri. Oleh karena itu penting adanya keterlibatan guru dalam proses pembuatan atau perumusan kebijakan pendidikan di sekolah. Guru dan sekolah merupakan dua kosakata yang terkait sangat erat. Guru melakukan tugas profesionalnya kebanyakan di lingkungan sekolah. Sekolah menjadi ladang pengabdian guru untuk menunaikan tugas dan fungsi guru.

Di lingkungan sekolah, kepala sekolah yang mampu melibatkan guru dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan akan dapat menghasilkan keputusan yang lebih berkualitas, sehingga dapat memberi pengaruh yang sangat positif terhadap berbagai pemecahan suatu masalah. Selain itu juga mengantarkan guru tumbuh dalam jabatan, dan pada giliranya menimbulkan dampak positif bagi kemajuan sekolah. Sebaliknya kepala sekolah yang tidak melibatkan guru dalam proses tersebut, berarti kurang memikirkan kemajuan sekolah secara lebih luas, karena dipandang kurang dapat membangun motivasi kerja dan rasa kerjasama antar sesame warga sekolah, dan kurang dapat membimbing


(36)

20

para guru untuk tumbuh berkembang dalam karir mereka (Isjoni, 2006: 42).

Seorang guru di sekolah saat ini juga tidak hanya sebatas dala proses belajar-megajar saja. Akan tetapi, guru juga memiliki peran dan fungsi lain seperti melakukan pengelolaan sekolah demi peningkatan mutu sekolah. Dalam peningkatan mutu sekolah inilah guru diharapkan dapat semakin meningkatkan partisipasinya misalnya dalam proses pembuatan kebijakan pendidikan. Keterlibatan guru dalam pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan pendidikan di sekolah tidak dapat diabaikan begitu saja. Hal ini dikarenakan guru merupakan komponen penting, guru merupakan ujung tombak dan tiang penyangga bagi sekolah.

2. Ekstrakurikuler

a. Pengertian Ekstrakurikuler

Banyak cara untuk menyalurkan minat dan bakat para siswa, salah satunya dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Sekolah yang mengadakan ekstrakurikuler adalah sekolah yang memberikan kesempatan kepada siswanya untuk lebih meningkatkan prestasi dibidangnya.

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan penguasaan bahan kajian dan pelajaran dengan alokasi waktu yang diatur secara tersendiri berdasarkan pada kebutuhan. Kegiatan ekstrakurikuler dapat berupa pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaitan dengan program kurikuler atau


(37)

21

kunjunagn studi ke tempat-tempat tertentu yang berkaitan dengan esensi materi pelajaran tertentu (Depdiknas, 2003: 16).

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggara-kan di luar jam pelajaran yang tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan yang berkaiatan dengan program ekstrakurikuler (Depdikbud, 1993: 15).

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kegiatan diartikan sebagai akivitas, keaktifan : usaha yang sangat giat (Poerwodarminto, 2002). Ekstrakurikuler dalam kamus besar bahasa Indonesia mempunyai arti kegiatan yang bersangkutan di luar kurikulum atau di luar susunan rencana pelajaran (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989). Secara sederhana istilah kegiatan ekstrakurikuler mengandung pengertian yang menunjukan segala macam, aktifitas di sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran.

Ekstrakurikuler adalah suatu program yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan, di mana hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dalam program yang telah ditentukan dalam jam-jam pelajaran sekolah, dapat diberikan pada jam-jam di luar sekolah (Sarifudin, 1982:33).

Moh Uzer dan Lilis Setiawati (1993: 22), bahwa ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam


(38)

22

pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi.

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar jam mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan atau potensi bakat dan minat melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga pendidik yang berkemampuan dan berwenang di sekolah dan madrasah (Faidilah Kurniawan dan Trihadi Karyono, 2010: 3).

Kemudian menurut Sahertian (1987: 83), kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk pada waktu libur) yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

Selanjutnya menurut Yuda M. Saputra (1995: 5), ekstra-kurikuler dimasudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh kelompok siswa, misalnya olahraga, kesenian, berbagai keterampilan dan kepramukaan diselenggarakan di sekolah di luar jam pelajaran sekolah.

Pendapat lain tentang ekstrakurikuler dikemukakan oleh Suryosubroto (1997: 271), bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan


(39)

23

kegiatan tambahan di luar struktur program dilaksanakan di luar jam pelajaran agar bisa memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan siswa.

Menurut SK Dirjen Dikdasmen Nomor 226/C/Kep/O/1992 yang dikutip oleh Nasichin (1997: 4), ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur sekolah, baik dari sekolah ataupun di luar sekolah, dengan tujuan untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengenal antara berbagai pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya.

Menurut Nasichin (1997: 4-5), peran utama ekstrakurikuler sebagai berikut :

1. Untuk memperdalam dan memperluas pengetauan siswa. 2. Untuk melengkapi upaya pembinaan, pemantapan, dan

pembentukan nilai-nilai kepribadian siswa.

3. Disamping berorganisasi pada mata pelajaran mata pelajaran yang diprogramkan dan usaha pemantapan serta pembentukan kepribadian siswa.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) dengan maksud untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Kegiatan ini juga dapat menambah kemampuan dan keterampilan dalam mengikuti permainan olahraga, mampu


(40)

24

menanamkan sikap mental, karateristik sebagai seorang siswa serta dapat meraih prestasi baik di dalam kelas maupun di luar kelas melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh sekolah.

b. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ini menjadi salah satu unsur penting dalam membangun kepribadian siswa. Seperti yang tersebut dalam tujuan pelaksanaan ekstrakurikuler di sekolah menurut Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1987) sebagai berikut :

1. Kegiatan ekstrakurikuler harus meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotor.

2. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif. 3. Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan

satu pelajaran dengan pelajaran lainnya.

Kegiatan dari ekstrakurikuler ini sendiri dapat berbentuk kegiatan pada seni, olahraga, pengembangan kepribadian, dan kegiatan lain yang bertujuan positif untuk kemajuan dari siswa-siswi itu sendiri. Pengembangan kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari pengembangan institusi sekolah. Kegiatan ektrakurikuler sendiri bertujuan untuk mengembangkan bakat, kepribadian, prestasi dan kreativitas siswa dalam rangka mengembangkan pendidikan siswa seutuhnya. Secara khusus kegiatan ekstrakurikuler bertujuan untuk:

a. Menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa didik untuk mengembangkan potensi, bakat dan kemampuannya


(41)

25

secara optimal, sehingga mereka dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya. b. Memandu (artinya mengidentifikasi dan membina) dan

memupuk (artinya mengembangkan dan meningkatkan) potensi-potensi yang ada dalam diri siswa.

c. Pengembangan aspek afektif (nilai moral dan sosial) dan psikomotor (ketrampilan) untuk menyeimbangkan aspek kognitif siswa.

d. Membantu siswa dalam pengembangan minatnya, juga membantu siswa mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan rasa tanggung jawabnya sebagai seorang manusia yang mandiri (karena dilakukan diluar jam pelajaran).

Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang terkoordinasi terarah dan terpadu dengan kegiatan lain di sekolah, guna menunjang pencapaian tujuan kurikulum.

Dari tujuan kegiatan ekstrakurikuler di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ikut andil dalam menciptakan tingkat kecerdasan siswa. Kegiatan ini bukan termasuk materi pelajaran yang terpisah dari materi pelajaran lainnya, bahwa dapat dilaksanakan di sela-sela penyampaian materi pelajaran, mengingat kegiatan tersebut merupakan bagian penting dari kurikulum sekolah.


(42)

26

c. Ciri-ciri Kegiatan Ekstrakurikuler

Sarifudin (1982: 45), menyebutkan ciri-ciri kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut :

1. Merupakan bentuk kegiatan yang berkaitan atau berhubungan langsung dengan kurikulum sekolah, artinya mempunyai pengaruh terhadap pencapaian tujuan kurikulum,

2. Diberikan di luar jam pelajaran dan diawasi oleh guru yang bertanggung jawab tentang bidang pelajaran tersebut,

3. Mempunyai subyek yang sama atau sasaran yang sama, yaitu anak didik. Melalui ekstrakurikuler dibina satu kesatuan individu yang utuh fisik dan psikis,

4. Ekstrakurikuler pelaksanaannya berbeda dalam cara dan sifat pelaksanaan dari kurikuler,

5. Ekstrakurikuler dapat berupa olahraga, kesenian, pramuka, darmawisata, dan rekreasi, dan beberapa macam kegiatan yang dapat berpengaruh terhadap kesempurnaan proses dan keberhasilan proses belajar mengajar.

Dari beberapa ciri-ciri ekstrakurikuler yang dikemukakan oleh Sarifudin di atas maka peneliti dapat meyimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler mempunyai ciri-ciri sebagi berikut :

a. Diselenggarakan di luar pembelajaran formal,

b. Diberikan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa, c. Diberikan untuk upaya pembinaan manusia seutuhnya.


(43)

27

3. Olahraga

a. Pengertian Olahraga

Pendidikan jasmani tidak bisa dipisahkan dari olahraga karena merupakan bagian dan saling mempegaruhi satu sama lainya. Olahraga cukup mendominasi muatan kurikulum pendidikan jasmani pada semua tingkatan persekolahan. Demikian juga dalam praktiknya olahraga ini juga sangat digemari baik oleh guru maupun oleh siswanya.

Olahraga berasal dari dua suku kata, yaitu olah dan raga, yang berarti memasak atau memanipulasi raga dengan tujuan membuat raga menjadi matang (Ateng, 1993).Olahraga digunakan untuk segala kegiatan fisik, yang dapat dilakukan di darat, air, maupun di udara.

Kemal dan Supandi mengungkapkan beberapa definisi olahraga ditinjau dari kata asalnya (1990), yaitu (1) disport/disportare, yaitu bergerak dari suatu tempat ke tempat lain (menghindarkan diri). Olahraga adalah suatu permulaan dari dan menimbulkan keinginan orang untuk menghindarkan diri atau melibatkan diri dalam kesenagan (rekreasi). (2) field sport, mula-mula dikenal di Inggris abad ke-18. Kegiatanya dilakukan oleh para bangsawan/aristokrat, terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menembak dan berburu pada waktu senggang. (3) despoter, berarti membuang lelah (bahasa Perancis), (4) Sport, sebagai pemuasan atau hobi (ensiklopedia Jerman). (5) Olahraga, latihan gerak badan untuk menguatkan badan, seperti, berenang, bermain bola, dan sebagainya.


(44)

28

Olahraga adalah usaha mengolah, melatih raga/tubuh manusia untuk menjadi sehat dan kuat.Harsono (1988) mengemukakan bahwa olahraga pada hakikatnya adalah “the big muscle activities”. Hampir

sama dengan pendapat Kemal dan Supandi (1990) yang menjelaskan bahwa olahraga pada hakikatnya “aktivitas otot besar yang menggunakan energi tertentu untuk menigkatkan kualitas hidup”.

Ateng (1993) mengungkapkan bahwa “ciri-ciri hakiki olahraga adalah: (1) aktivitas fisik, (2) permainan, (3) pertandingan. Ketiganya dipanyungi semangat fair play/sportif”.Satu-satunya ciri hakiki olahraga yang tertinggal utuh adalah pertandingan.Definisi lain dari olahraga antara lain menurut Rusli Lutan (1997) yang mengungkapkan bahwa olahraga adalah ”perluasan dari bermain”. Menpora RI mengungkapkan bahwa olahraga adalah memperoleh rekreasi, kemenangan, dan prestasi optimal (Menpora RI dalam Husdarta, 2010: 145-146).

Sementara itu menurut Nurul (2011), olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup).Seperti halnya makan, olahraga merupakan kebutuhan hidup yang sifatnya periodik, artinya olahraga sebagai alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak dapat ditinggalkan.

Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan sosial. Struktur


(45)

anatomis-29

anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan kecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul pada siswa yang aktif mengikuti kegiatan Penjas-Or daripada siswa-siswa yang tidak aktif mengikuti Penjas-Or.

Selanjutnya menurut Engkos Kosasih (1985: 9), olahraga adalah suatu usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmaniah maupun rokhaniah pada tiap manusia.

Berdasar beberapa definisi olahraga diatas dapat disimpulkan bahwa olahraga merupakan usaha mengolah, melatih raga/tubuh manusia untuk menjadi sehat dan kuat. Olahraga digunakan untuk segala jenis kegiatan fisik dan dapat dilakukan di darat, air, maupun udara serta dapat memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup).

b. Sejarah Sport atau Olahraga

Perkataan “sport” berasal sari bahasa Latin “disportae” atau

“deportae” di dalam bahasa Italia menjadi “diporte” yang artinya

penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Dapatlah dikatakan bahwa sport ialah kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah. (Engkos Kosasih, 1985: 3).


(46)

30

 Sejarah Olimpiade Kuno

Olahraga untuk pertama kalinya diselenggarakan dalam pesta Olimpiade yang dilangsungkan pada tahun 776 sebelum Nabi Isa, sebagai penghormatan kepada dewa Yunani ZEUS. Pesta tersebut dinamakan Olympic karena pesta olahraga itu dilangsungkan di kota Olympia, di tepi sungai Alphecis Yunani, merupakan gagasan seorang tokoh olahraga waktu itu Herodatus.

Setelah beberapa kali diadakanya Olimpiade Kuno, maka pada tahun 394 Emperor dari Roma yang bernama Theodosius Akbar yang berkuasa pada waktu itu menghentikan pertandingan dan melarangya untuk diadakan lagi. Hal ini dilakukan karena timbulnya keributan yang berlarut-larut sampai terjadi pembakaran stadion dan gedung-gedung yang ditempati oleh orang Yunani yang dilakukan oleh orang-orang Romawi.

 Sejarah Olimpiade Modern

Dalam bulan Juni 1894 seorang sarjana Perancis ahli sejarah dan pendidikan bernama Baron Piere de Coubertin (lahir di Paris tanggal 1 Januari 1863) mengundang wakil-wakil dari beberapa negara untuk berkumpul merundingkan pembentukan kembali permainan Olimpiade dalam gaya baru. Sebagai penghormatan Olimpiade pertama dilakukan pada tahun 1896 di Athena (Yunani) negara asal permainan itu diselenggara-kan.Pengurus Olimpiade ialah International Olympic Committe


(47)

31

c. Klasifikasi Olahraga

Menurut Husdarta, (2010: 148-149), istilah olahraga tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Olahraga Pendidikan

Ketika seseorang atau sekelompok orang melakukan olahraga dengan tujuan untuk pendidikan maka semua aktivitas gerak diarahkan untuk memenuhi tuntutan tujuan-tujuan pendidi-kan. Olahraga yang bertujuan untuk pendidikan ini identik dengan aktivitas pendidikan jasmani yaitu cabang-cabang olahraga sebagai media pendidikan. Jadi olahraga pendidikan adalah aktivitas olahraga yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan.

2) Olahraga Rekreasi

Olahraga rekreasi adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang sehingga pelaku memperoleh kepuasan secara emosional seperti kesenagan, kegembiraan, kebahagiaan, serta memperoleh kepuasan secara fisik-fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan secara menyeluruh. Rekreasi merupakan kegiatan positif yang dilakukan pada waktu senggang dengan sungguh-sungguh dengan bertujuan untuk mencapai kepuasan. Aktivitas rekreasi dibagi atas dua golongan besar, yaitu rekreasi aktif secara fisik dan pasif secara fisik.


(48)

32 3) Olahraga Prestasi

Olahraga prestasi adalah kegitan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi potimal pada cabang-cabang olahraga merupakan olahraga prestasi. Para olahragawan atau atlet yang menekuni cabang-cabang olahraga dengan tujuan untuk mencapai prestasi baik pada tingkat daerah, nasional, maupun internasional, disyaratkan memiliki kebugaran dan harus memiliki keterampilan pada cabang olahraga yang lebih baik dibandingkan dengan rata-rata not-atlet.

4) Olahraga Rehabilitasi/Kesehatan

Suatu kegiatan olahraga yang betujuan untuk pengobatan atau penyembuhan biasanyadikelola oleh tim medis dan hanya untuk kelompok tertentu seperti penderita penyakit jantung koroner, penderita asma, penyembuhan setelah cedera, dan penderita penyakit lainya yang dianjurkan oleh dokter. Oleh karena itu, olahraga rehabilitasi berkembang di pusat-pusat rehabilitasi dan di rumah sakit.

Berdasarkan beberapa klasifikasi olahraga diatas, maka dapat disimpulkan bahwa olahraga pendidikan merupakan aktivitas olahraga yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan.Olahraga rekreasi merupakan suatu kegiatan olahraga yang dilakukan pada waktu senggang sehingga pelaku memperoleh kepuasan secara emosional seperti kesenagan,


(49)

33

kegembiraan, kebahagiaan, serta memperoleh kepuasan secara fisik-fisiologis seperti terpeliharanya kesehatan secara menyeluruh.

Olahraga prestasi merupakan kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi potimal pada cabang-cabang olahraga merupakan olahraga prestasi. Suatu kegiatan olahraga yang betujuan untuk pengobatan atau penyembuhan biasanya dikelola oleh tim medis dan hanya untuk kelompok tertentu seperti penderita penyakit jantung koroner, penderita asma, penyembuhan setelah cedera, dan penderita penyakit lainya yang dianjurkan oleh dokter.

d. Manfaat Olahraga

Menurut Nurul (2011), olahraga merupakan suatu gerakan olah tubuh yang memberikan efek pada tubuh secara keseluruhan. Olahraga membantu merangsang otot-otot dan bagian tubuh lainnya untuk bergerak.Pentingnya olahraga bagi tubuh dapat diilustrasikan seperti mesin yang tidak pernah digunakan/digerakkan. Lambat laun, bagian-bagian dari mesin akan rusak karena tidak terlatih untuk terus bergerak/bekerja. Demikian pula tubuh, jika kurang gerak, tubuh akan menjadi bermasalah dan tidak sehat. Dengan berolahraga, tidak hanya otot-otot yang terlatih, sirkulasi darah dan oksigen dalam tubuh pun menjadi lancar sehingga metabolisme tubuh menjadi optimal.

Tubuh akan terasa segar dan otak sebagai pusat saraf pun akan bekerja menjadi lebih baik. Adapun manfaat olahraga bagi tubuh kita antara lain :


(50)

34 1) Memperbaiki percayaan diri

Umumnya semakin mahir seseorang dalam suatu jenis aktivitas, maka kepercayaan diri pun akan meningkat. Bahkan suatu riset membuktikan bahwa remaja yang aktif berolahraga merasa lebih percaya diri dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak melakukan kegiatan serupa.

2) Mengurangi resiko stres

Olahraga dapat mengurangi kegelisahan. Bahkan lebih jauh lagi, bisa membantu kita mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat meningkatkan kemampuan jantung dan membuat anda lebih cepat mengatasi stres. Aktivitas seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, dan lari merupakan cara terbaik mengurangi stres.

3) Meningkatkan kemampuan sel otak

Latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan kesehatan mental. Karena olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak. Para ahli percaya bahwa hal-hal ini dapat mendorong reaksi fisik dan mental yang lebih baik.

4) Membantu menunda proses penuaan dini

Riset membuktikan bahwa latihan sederhana seperti jalan kaki secara teratur dapat membantu mengurangi penurunan mental pada wanita di atas 65 tahun. Semakin sering dan lama mereka melakukannya makan penurunan mental kian lambat.Kabarnya, banyak orang merasakan manfaat aktivitas itu setelah sembilan


(51)

35

minggu melakukannya secara teratur tiga kali seminggu. Latihan ini tidak harus dilakukan dalam intensitas tinggi. Cukup berupa jalan kaki di sekitar rumah.

5) Menurunkan kolesterol

Pertambahan usia menjadi salah satu faktor naiknya kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunnya kadar kolesterol baik (HDL). Cara terbaik untuk menjaga agar kadar LDL tetap rendah adalah dengan mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh. Sementara itu, untuk meningkatakan kadar HDL, lakukanlah olahraga. Fakta tersebut didukung oleh penelitian di Denmark pada tahun 2007 terhadap 835 pria yang rutin berolahraga.Kadar kolesterol baik para responden diketahui selalu tinggi.

6) Menurunkan trigliserida

Trigliserida merupakan lemak dalam darah. Kadar trigliserida yang tinggi menjadi penyebab tingginya risiko penyakit jantung. 7) Menurunkan tekanan darah

Studi yang dipublikasikan tahun 2007 oleh para peneliti dari University of Minnesota menyebutkan aktivitas fisik yang dilakukan secara reguler efektif menurunkan tekanan darah.

8) Meningkatkan daya ingat

Para pakar menegaskan olahraga termasuk kegiatan yang penting agar fungsi otak maksimal. Olahraga bisa meningkatkan asupan oksigen dalam darah dan merangsang produksi senyawa kimia di otak yang bermanfaat mempertajam daya ingat.


(52)

36 9) Mengurangi Inflamasi

Olahraga secara rutin efektif mengurangi kadar protein C-reaktif, yang menunjukkan kadar inflamasi (peradangan). Mengapa hal ini penting? Ini karena timbunan kolesterol yang menyebabkan plak di pembuluh darah bisa pecah dan menyebabkan peradangan. Akibatnya adalah serangan jantung.

10) Menurunkan risiko diabetes

The Diabetes Prevention Program menemukan bahwa

olahraga dan program penurunan berat badan yang dilakukan selama 3 tahun mampu mengurangi risiko diabetes hingga 58 persen.

11) Menguatkan tulang

Berlatih angkat beban, keseimbangan, atau jalan kaki merupakan jenis-jenis latihan yang bisa kita lakukan untuk me-ngurangi resiko tulang keropos.

12) Menjaga berat badan

Kalau ingin langsing, ya olahraga, dong.Ini merupakan nasihat klise yang selalu didengungkan orang. Faktanya memang demikian. Salah satu studi mengenai manfaat olahraga menunjukkan, pria yang aktif secara fisik memiliki lingkar pinggang yang lebih kecil dibanding dengan orang yang malas berolahraga.

13) Panjang umur

Sebuah penelitian yang dilakukan di tahun 2004 di Finlandia terhadap 15.853 pria berusia 30-59 tahun selama 20 tahun menemukan, mereka yang aktif secara fisik lebih sedikit yang


(53)

37

terkena penyakit jantung dan meninggal duniaselama periode penelitian berlangsung.

e. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga memberikan manfaat bagi para siswa, diantaranya :

1. Membantu pertumbuhan dan perkembangan organik.

Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, baik volume, bobot, dan jumlah sel yang bersifat irreversible (tidak dapat kembali ke asal). Sedangkan perkembangan adalah perubahan atau diferensiasi sel menuju keadaan yang lebih dewasa. Aktivitas yang bersemangat, teratur serta terus menerus sangat penting untuk mempertebal lapisan persendian, memperkuat pengikat ke tulang, serta pengikat tulang-tulang dalam tubuh. Sehingga kemampuan paru-paru, jantung dan saluran darah dalam menyuplai oksigen ke jaringan-jaringan.

Memperkokoh dan memperkuat tulang serta memelihara jaringan-jaringan lemak tubuh, mengurangi komposisi lemak tubuh serta dapat mengendalikan obesitas karena pengeluaran energi tubuh meningkat. Selain itu juga dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan sel-sel agar berkembang secara optimal dengan melakukan aktivitas fisik tersebut.

2. Keterampilan Neomusculer / Motorik

Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot,


(54)

38

dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar sedangkan motorik halus adalah gerakan tubuh dengan menggunakan otot-otot halus.

3. Perkembangan intelektual

Olahraga juga bermanfaat untuk perkembangan intelektual. Olahraga juga memberikan kesempatan kepada anak untuk bergetrak mengekspresikan dirinya. Meneriakan suara sesuai dengan gerakan yang dilakukan. Mengaktifkan fungsi kognitif melalui peran simbolik, pengembangan bahasa, dan penggunaan simbol-simbol di awal usia muda, dan mengembangkan kemampuan belajar strategis, membuat keputusan, mengintegrasi-kan informasi, dan memecahkan masalah-masalah pada perkembangan usia selanjutnya.

. 4. Perkembangan emosional dan sosial

Pendidikan jasmani berguna bagi perkembangan pribadi dan sosial yang menuntutupaya individu dan interaksi dengan yang lain. Perolehan nilai-nilai sosial yang diinginkan seperti kerjasama, komitmen, kepemimpinan, kejujuran, serta tanggung jawab dan toleransi perlu diajarkan melalui partisipasi dalam pengajaran berbasis aktivitas. Menyukai aktivitas fisik akan meningkatkan kepercayaan diri dan kesadaran sosial.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga tersebut. Sehingga kedepanya dapat


(55)

39

berjalan lebih baik lagi dalam rangka peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan nasional agar menjadi lebih baik dan menjadikan para siswa sehat jasmani dan rohani. Dalam uraian kerangka berfikir diatas dapat digambarkan bagan kerangka berfikir sebagai berikut :

B. Kerangka Pikir

Kebijakan tentang kegiatan ekstrakurikuler ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama dan atas sampai akademik dan universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, minat, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah. Sebagai bagian dari pendidikan maka kebijakan mengenai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah merupakan bagian dari kebijakan departemen pendidikan nasional yang sebelum era reformasi disebut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Kegiatan ekstrakurikuler tersebut dilakukan dengan berlandaskan pada Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor: 0461/U/1964 dan Surat Keputusan (SK) Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Nomor :226/C/Kep/O/1992. Dinyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan disamping jalur Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), latihan kepemimpinan dan wawasan wiyatamandala.

Untuk mendukung terlaksananya program ekstrakurikuler di lembaga sekolah diperlukan adanya berbagai petunjuk dan pedoman, baik menyangkut materi


(56)

40

maupun kegiatannya serta sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan ekstrakurikuler olahraga dengan harapan agar program ekstrakurikuler olahraga dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang digariskan. Agar pelaksanaan program ekstrakurikuler mencapai hasil baik dalam mendukung program kurikuler maupun dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai kepribadian, maka perlu diusahakan adanya informasi yang jelas mengenai arti, tujuan dan hasil yang diharapkan, peranan dan hambatan-hambatan yang ada selama ini dengan informasi yang jelas diharapkan para kepala sekolah, guru, siswa, serta pihak-pihak yang terkait dapat membantu dan melaksanakan ekstrakurikuler sesuai dengan tujuan dan bermanfaat bagi para siswa.

Bagan Kerangka Berfikir :

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berfikir

Kebijakan

Dasar Hukum

Organisasi Sekolah

Perencanaan Program Ekstrakurikuler Olahraga

Assesmen Sarana Prsarana SDM

Program Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga

Sepak Bola Basket Bola Voli

Siswa menjadi sehat jasmani dan rohani

Faktor Penghambat Faktor


(57)

41

Kebijakan ekstrakurikuler olahraga memiliki tujuan akhir agar siswa menjadi sehat jasmani dan rohani.Kebijakan ini merujuk pada regulasi sebagai dasar hukum.Pelaksanaannya dilakukan dengan membentuk organisasi pelaksana agar kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang diprogramkan dapat dilaksanakan dengan baik.

Sebelum program dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan perencanaan melalui asesmen pada siswa, penyediaan sarana prasarana, dan SDM pelaksana.Pelaksanaan program ekstrakurikuler olahraga sepak bola, basket dan bola voli memiliki faktor pendukung dan penghambat.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai dasar untuk menggali lebih dalam mengenai kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Adapun pertanyaan penelitian tersebut adalah :

1. Apa dasar hukum yang digunakan sebagai rujukan kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan?

2. Bagaimana organisasi pelaksana kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan? 3. Bagaimana perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler olahraga di

SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan? 4. Bagaimana pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler olahraga di


(58)

42

5. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan?

6. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan?


(59)

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian dimulai dari pendekatan penelitian, setting penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik keabsahan data.

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian diskriptif kualitatif.

Pendekatan deskriptif kualitatif adalah penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti dan informan. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya. (Sukmadinata, 2006: 94).

Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berkenaan dengan angka-angka tetapi berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan.Peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan, menguraikan, dan menggambarkan


(60)

44

bagaimana kebijakansekolah tentangkegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.Teknik kualitatif dipakai sebagai pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga dari perspektif lembaga.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Tahap-tahap yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Tahap Pengumpulan Data Awal

Melakukan observasi awal untuk mengetahui tempat, aktifitas di lingkungan SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, dan wawancara formal pada obyek yang akan diteliti.

2. Tahap Penyusunan Proposal

Dalam tahap ini dilakukan penyusunan proposal dari data-data yang telah dikumpulkan melalui tahap penyusunan data awal.

3. Tahap Pengumpulan Data dan Analisis Data

Dalam tahapan ini dilakukan pengumpulan terhadap data-data yang sudah didapat dan menganalisa data untuk pengorganisasian data, interpretasi data, penyimpulan data.

4. Tahap Penyusunan Laporan

Tahapan ini dilakukan untuk menyusun seluruh data dari hasil penelitian yang didapat dan selanjutnya disusun sebagai laporan pelaksanaan penelitian.


(61)

45

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah individu, tempat, atau peristiwa yang menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian diperlukan sebagai pemberi keterangan mengenai informasi-informasi atau data-data yang menjadi sasaran penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit.Peneliti diposisikan sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan sekaligus peneliti menjadi pelapor hasil penelitian. Instrument penelitian yang dimaksudkan di sini sebagai pedoman dalam proese pengumpulan data, dilakukan dengan membuat kisi–kisi pedoman observasi, wawancara, dan kajian dokumentasi. Adapun kisi–kisi pedoman observasi, wawancara, dan kajian dokumentasi yaitu sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan dengan baik di lapangan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yang diamati antara lain :

a. Keadaan umum SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.

b. Interaksi Kepala Sekolah, Guru, Siswa, dan Warga Sekolah yang lain.

c. Sikap dan perilaku Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa saat di lingkungan Sekolah.


(62)

46

d. Kelengkapan sarana dan prasarana Sekolah.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini digunakan sebagai acuan dalam melakukan wawancara. Wawancara dilakukan guna mengetahui implementasi kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Kisi–kisi pedoman wawancara ditujukan kepada Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa yang meliputi :

a. Dasar hukum kebijakan sekolah dalam pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah.

b. Organisasi pelaksana kegiatan ekstrakurikuler olahraga. c. Perencanaan kegiatan ekstrakurikuler olahraga.

d. Asesmen kegiatan ekstrakurikuler olahraga.

e. Sarana prasarana kegiatan ekstrakurikuler olahraga. f. SDM kegiatan ekstrakurikuler olahraga.

g. Faktor-faktor yang mendukung dalam pelaksanaan kebijakan kegiatan ekstrakurikuler olahraga.

h. Faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan kebijakan kegiatan ekstrakurikuler olahraga.

i. Upaya untuk mengatasi faktor penghambat dalam pelaksanaan kebijakan kegiatan ekstrakurikuler olahraga.

3. Pedoman Kajian Dokumentasi

Pedoman kajian dokumen digunakan agar peneliti dapat melakukan kajian dokumen sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yang


(63)

47

dikaji berupa buku dan arsip untuk memperoleh data mengenai kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Pedoman kajian dokumenter sebut meliputi :

a. Buku

1) Pengertian Kebijakan Pendidikan. 2) Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler. 3) Pengertian Olahraga.

4) Praktek Kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Pertama. b. Arsip

1) Data profil Sekolah. 2) Visi dan Misi Sekolah.

3) Kebijakan sekolah terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler olahraga.

c. Program dan Peraturan Sekolah

1) Program-progam ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan.

2) Pelaksanaan kebijakan sekolah tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan dalam kebijakan yang tertulis ataupun tidak.

E. Teknik Pengumpulan Data

Mengumpulkan data merupakan pekerjaan penting dalam penelitian, ada beberapa macam metode pengumpulan data yang digunakan dalam suatu


(64)

48

penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi (pengamatan), interview (wawancara), dan dokumentasi.

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi atau pengamatan adalah suatu usaha untuk mendapatkan gambaran suatu peristiwa secara kasar. Peneliti menggunakan metode pengamatan partisipatif dalam penelitian ini. Pengamatan partisipatif merupakan metode pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan langsung tehadap objek, gejala atau tertentu. Pengamatan dalam hal ini menggunakan semua indra, tidak hanya indra visual saja. Sedangkan partisipasi menunjukkan bahwa peneliti ikut terlibat atau melibatkan diri dalam obyek atau kegiatan yang sedang diteliti.

2. Wawancara

Dalam pelaksanaan pengumpulan data dilapangan, penelitian ini menggunakan metode wawancara terpimpin atau terstruktur. Menurut Moleong (2006: 190), wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanyajawab dan tatap mukadengan menggunakan alat yang disebut panduan wawancara (Moh. Natsir, 1988: 234).

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data berupa kata-kata yang tidak terungkap dalam observasi. Dengan metode wawancara akan diperoleh data mengenai kebijakan sekolah


(65)

49

tentang kegiatan ekstrakurikuler olahraga di SMPN 1 Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten, Pacitan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian kualitatif merupakan alat pengumpul data yang mendukung data utama. Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan untuk memperkuat data yang diperoleh dari lapangan, yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip, buku tentang pendapat, teori dan hukum. Dokumentasi dilakukan untuk mendukung kelengkapan data dari hasil pengamatan dan hasil dari wawancara.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan teknikanalis data deskriptif kualitatif, artinya data-data yang diperoleh dalam penelitian ini dilaporkan apa adanya kemudian diambil kesimpulan.

Proses analisis data cenderung menggunakan model analisis interaktifdari Milles dan Huberman yang terdiri dari komponen pengumpulan data atau deskripsi data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Sutopo, 1988: 34).

1. Display Data

Data yang diperoleh di lapangan berupa uraian deskriptif yang panjang dan sukar dipahami disajikan secara sederhana, lengkap, jelas, dan singkat tapi kebutuhannya terjamin untuk memudahkan peneliti dalam memahami gambaran dan hubungannya terhadapa aspek-aspek yang diteliti.Data hasil


(66)

50

observasi, wawancara dan dokumentasi didisplay agar mudah dibaca dan dianalisis.

2. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan disajikan dalam laporan secara sistematik yang mudah dibaca atau dipahami baik sebagai keseluruhan maupun bagian-bagiannya dalam kontek sebagai satu kesatuan yang pokok sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas.Laporan tersebut dirangkum, dipilah–pilah hal yang pokok, difokuskan pada hal–hal penting untuk dicari polanya.Data yang tidak relevan disingkirkan dan data yang relevan disusun sebagai persiapan analisis data.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahapan dimana peneliti harus memaknai data yang terkumpul kemudian dibuat dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang diteliti. Data tersebut dibandingkan dan dihubungkan dengan yang lainnya, sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul tahapan selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap keabsahan data dengan menggunakan teknik trianggulasi data. Tujuan dari trianggulasi data ini adalah untuk mengetahui sejauh mana temuan–temuan lapangan benar-benar representatif. Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi dengan sumber.

Menurut Moleong (2000: 178), teknik trianggulasi sumber data adalah peneliti mengutamakan, cross-recheck antarsum berinformasi satu dengan


(67)

51

lainnya. Proses triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan data dari berbagai sumber data, yaitu data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan demikian tujuan akhir dari triangulasi adalah dapat membandingkan informasi tepat dan akurat, yang diperoleh dari beberapa pihak agar data benar dan dapat dipertanggungjawabkan.


(68)

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil SMP N 1 Kebonagung

SMP Negeri 1 Kebonagung berdiri tanggal 1 Juli 1982, sesuai dengan SK Menteri Pendidikan Nasional No. 0299/0/1982 tanggal 9 Oktober 1982.SMP Negeri 1 Kebonagung terletak di Jl. Raya Kebonagung, Desa Purwoasri, Kec. Kebonagung, Kab. Pacitan atau sekiar 5 km dari ibukota Pacitan.

Sumber: http://smpn1kebonagung.blogspot.co.id/

Gambar 4.1

Peta Lokasi SMP N 1 Kebonagung

1. Visi dan Misi SMP N 1 Kebonagung

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kebonagung merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar atau layanan pendidikan yang berwawasan mutu dan keunggulan baik itu dalam penyelenggaraan kegiatan akademik maupun ekstrakurikulernya dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia


(69)

53

Indonesia seutuhnya dengan mengedepankan prestasi dan budaya bangsa Indonesia yang dilandasi iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan dokumentasi yang ada, rumusan Visi dari SMP N 1 Kebonagung adalah “Unggul dalam Mutu, Santun dalam Laku, Aktif, Kreatif, dan Inovatif, Bedasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dengan berbagai indikator–indikatornya sebagai berikut :

a. Unggul dalam perolehan NEM b. Unggul dalam kualitas pembelajaran c. Unggul dalam olahraga

d. Unggul dalam kesenian e. Unggul dalam kepribadian f. Unggul dalam kreativitas

g. Unggul dalam kebersihan lingkungan h. Unggul dalam aktivitas keagamaan

Sedangkan untuk Misi SMP N 1 Kebonagung yaitu :

a. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan ke jenjang Pendidikan Menengah

b. Mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari

c. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggaan nasional, dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa

d. Mengembangkan ketrampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep pembelajaran dan menumbuhkan nilai dan sikap ilmiah.


(70)

54

Dalam mewujudkan Visi dan Misi, SMP N 1 Kebonagung mempunyai arah dan tujuan yang terbagi sebagai berikut :

a. Memenuhi akan pendidikan yang bermutu dengan menghasilkan prestasi akademik, non akademik, dan ketrampilan yang dapat untuk bekal di masyarakat.

b. Memenuhi akan sikap yang santun dan budi pekerti yang luhur c. Memenuhi akan sistem pendidikan yang aktif, kreatif, dan inovatif.

Berdasarkan Visi dan Misi sekolah serta kondisi saat ini, maka untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan, sekolah merencankan program kegiatan sebagai berikut :

1) Program jangka panjang

(1) Mempertahankan kualitas pembelajaran yang ideal (2) Pengadaan aula

(3) Pengadaan rumah penjaga malam 2) Program jangka menengah

(1) Peningkatan kualitas pembelajaran menjadi ideal (2) Peningkataan layanan perpustakaan secara maksimal (3) Pembuatan lapangan basket

(4) Pengadaan Laboratorium Bahasa dan perlengkapannya. 3) Program jangka pendek

(1) Peningkatan kwalitaas pembelajaran (2) Peningkatan layanan perpustakaan

(3) Pengadaan laboratorium komputer beserta perlengkapannya (4) Peningkatan kegiatan ektrakurikuler


(71)

55

2. Lokasi dan keadaan SMP N 1 Kebonagung

SMP Negeri 1 Kebonagung merupakan salah satu sekolah yang ditunjuk Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (Dit.PLP) sebagai rintisan pengembangan Sekolah Standar Nasional (SSN) di Kabupaten Pacitan. SSN diharapkan dapat menjadi contoh wujud nyata dari sekolah yang dimaksudkan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan menjadi acuan atau rujukan bagi sekolah lain dalam mengembangkan diri, sesuai dengan Standar Nasional.

Gambar 4.2

Papan Nama SMP N 1 Kebonagung

SMP N 1 Kebonagung merupakan Rintisan Sekolah Standar Nasional (SSN) yang mempunyai luas awal bangunan yaitu 3.468.000 dan luas tanah mencapai 13.912 m².Surat izin bangunan No. 640/294/411.2.1992.SMP Negeri 1 Kebonagung merupakan salah satu unit sekolah yang terletak di jalan raya Kebonagung, Kecamatan


(72)

56

Kebonagung. Secara geografis posisi sekolah terletak di belahan timur kabupaten Pacitan.

Di depan SMP N 1 Kebonagung, yang tepatnya di seberang jalan terdapat Kantor Koramil (Komando Rayon Militer) untuk Wilayah Rayon Militer Kecamatan Kebonagung yang sehari – harinya digunakan oleh DanRamil dan jajaranya untuk berkantor dan menjaga kestabilitas dan keamanan wilayah Pacitan khususnya Kecamatan Kebonagung itu sendiri. Kemudian untuk sebelah kiri dan kanan terdapat rumah–rumah penduduk dan areal persawahan yang membentang sangat luas, baik itu dibagian selatan, timur, maupun barat.

Jika dilihat dari depan atau tepatnya dari pintu gerbang, SMP N 1 Kebonagung terlihat sangat megah dan luas yang menjulang dari sisi utara sampai sisi sebelah selatan yang mempunyai areal halaman yang cukup lumayan luas juga. Halaman tersebut biasanya digunakan acara – acara resmi seperti memperingati HUT Sekolah, Upacara Bendera, atau juga digunakan untuk kegiatan para siswa seperti latihan Marching band dll. Dengan mempunyai areal yang cukup luas para siswa dapat memanfaatkannya sebagai lahan atau media untuk menunjang kegiatan luar kelas seperti Ekstrakurikuler yang mereka minati.

Letak SMP N 1 Kebonagung yang sangat strategis berada di pinggir jalan raya Nasional atau biasa disebut Jalur Lintas Selatan (JLS) yang menghubungkan antara Kota Pacitan dengan Kab. Trenggalek


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)