Korelasi komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik dari gaya belajar dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
KORELASI KOMPONEN VISUAL, KOMPONEN AUDITORIAL, DAN KOMPONEN KINESTETIK DARI GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIIIA SMP
KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Lana Sugiarti NIM : 081414070
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
i
KORELASI KOMPONEN VISUAL, KOMPONEN AUDITORIAL, DAN KOMPONEN KINESTETIK DARI GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIIIA SMP
KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/ 2013
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: Lana Sugiarti NIM : 081414070
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan (Matius 6 : 7 – 8)
Dengan penuh syukur, kupersembahkan karyaku kepada : Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang membuat hidupku menjadi luar biasa Bapak dan Ibu tersayang Mas Febry Gae dan Adikku Catharina Almamaterku Terimakasih untuk segala doa, kasih, dan perhatian yang diberikan.
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Batasan Istilah ... 6
(14)
xiii BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoretik ... 10
B. Kerangka Berpikir ... 18
C. Rumusan Hipotesis ... 20
BAA III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 21
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
D. Variabel Penelitian ... 22
E. Metode Pengumpulan Data ... 23
F. Instrumen Penelitian ... 26
G. Validasi Instrumen ... 27
H. Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 34
B. Hasil Uji Coba... 34
C. Data Penelitian... 39
D. Analisis Data... 40
E. Pembahasan... 51
F. Keterbatasan Penelitian... 54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 55
(15)
xiv
DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN ... 58
(16)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi – kisi Instrumen Komponen Visual ... 27
Tabel 3.2 Kisi – kisi Instrumen Komponen Auditorial ... 28
Tabel 3.3 Kisi – kisi Instrumen Komponen Kinestetik ... 28
Tabel 3.4 Uji Normalitas ... 31
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 31
Tabel 3.6 Penolong untuk Menghitung r ... 32
Tabel 4.1 Penolong Korelasi ... 35
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Validitas ... 36
Tabel 4.3 Hasil Tes Gaya Belajar dan Tes Prestasi Belajar Matematika ... 39
Tabel 4.4 Uji Normalitas Komponen Visual dan Prestasi Belajar ... 41
Tabel 4.5 Uji Normalitas Komponen Auditorial dan Prestasi Belajar. 43
(17)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan menjadi nomor satu. Hal ini terbukti dari berbagai program pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan bidang pendidikan. Tanpa pendidikan kita tidak akan mampu bersaing dengan negara – negara lain. Dalam pendidikan kita akan memperoleh berbagai macam ilmu pengetahuan yang selalu baru. Ilmu pengetahuan yang baru tersebut akan membantu kita untuk menghadapi era globalisasi saat ini. Maka dari itu pendidikan sangatlah penting ditanamkan sejak dini. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan manusia produktif yang mampu memajukan bangsanya.
Tujuan pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan ukuran kuantitasnya. Oleh karena itu, ukuran kuantitatif tersebut umumnya didekati dengan capaian prestasi dalam
(18)
belajar. Prestasi belajar itu dapat ditentukan berdasarkan hasil evaluasi belajarnya.
Prestasi belajar yang dicapai siswa adalah hasil dari kegiatan belajarnya. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa pendekatan belajar
(approach to learning), strategi belajar, dan metode belajar adalah faktor – faktor yang menentukan tingkat efisiensi kegiatan belajar dan prestasi belajar siswa. Sering ditemukan dalam praktik bahwa seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) lebih tinggi dari teman – temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama atau lebih rendah dengan yang dicapai oleh teman – temannya itu. Sebaliknya, seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta rata – rata atau sedang dapat mencapai puncak prestasi yang memuaskan. Perbedaan kedua hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh perbedaan dalam hal usaha belajar, gaya belajar dan strategi dalam belajarnya.
Setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda – beda. Gaya belajar siswa pada mata pelajaran matematika juga menentukan hasil/prestasi belajar matematika.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh seorang pelopor di bidang pendidikan yaitu Rita Dunn (Bobby De Porter, 2010 : 110), telah menemukan banyak variabel yang mempengaruhi gaya belajar orang. Ini mencakup faktor – faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sebagian orang, misalnya, dapat belajar paling baik dengan cahaya terang, sedang sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram. Sebagian
(19)
orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada orang yang belajar paling baik secara berkelompok, sedang yang lain lagi memilih adanya figur otoriter seperti orang tua atau guru, yang lain lagi merasa bahwa bekerja sendirilah yang paling efektif bagi mereka. Dalam penelitian para ahli, masing – masing peneliti menggunakan istilah yang berbeda – beda tentang gaya belajar. Tetapi telah disepakati secara umum, adanya dua kategori utama tentang bagaimana orang belajar (Bobby De Porter, 2010 :110). Pertama, bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah (modalitas), dan kedua yaitu cara kita mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominasi otak). Modalitas belajar disebut juga dengan gaya belajar. Gaya belajar di bagi menjadi tiga komponen, yaitu komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik. Pengaruh dari masing – masing gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika pada materi tertentu mungkin berbeda – beda pada setiap siswa.
Prestasi belajar merupakan masalah yang penting dalam dunia pendidikan baik di tingkat dasar, menengah maupun pendidikan tingkat tinggi. Setiap anak didik maupun sekolah yang mengelolanya selalu mengharapkan dan berusaha untuk memperoleh prestasi belajar yang memuaskan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud meneliti apakah prestasi belajar matematika siswa berhubungan dengan gaya belajar siswa. Penelitian selanjutnya diberi judul “Hubungan Komponen
(20)
Visual, Komponen Auditorial, dan Komponen Kinestetik pada Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika di Kalangan Siswa Kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta” dengan mengadakan penelitian pada 29 siswa kelas VIIIA tahun ajaran 2012/2013 di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta.
B. Pembatasan Masalah
Banyak faktor penentu prestasi belajar siswa yaitu faktor internal (dari dalam diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar diri siswa). Faktor internal misalnya kondisi tubuh siswa, tingkat intelegensi, bakat siswa, kemandirian. Sedangkan faktor eksternal misalnya lingkungan sosial, keadaan cuaca, alat – alat belajar, dan lain – lain. Penelitian ini memfokuskan pada faktor yang lain yaitu gaya belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran matematika. Agar cakupan masalah tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi masalah yaitu mengenai hubungan antara komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.
(21)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Adakah hubungan dan berapa besar hubungan komponen visual pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika di kalangan siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta?
2. Adakah hubungan dan berapa besar hubungan komponen auditorial pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika di kalangan siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta?
3. Adakah hubungan dan berapa besar hubungan komponen kinestetik pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika di kalangan siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hal – hal sebagai berikut:
1. Hubungan antara komponen visual pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.
2. Hubungan antara komponen auditorial pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.
3. Hubungan antara komponen kinestetik pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.
(22)
E. Batasan Istilah
1. Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa menyerap informasi dengan mudah. Gaya belajar disebut juga dengan modalitas belajar. Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi – situasi antar pribadi (Bobby De Porter, 2010 : 110).
2. Komponen Visual pada Gaya Belajar
Gaya belajar visual yaitu suatu cara menyerap informasi dengan belajar melalui apa yang mereka lihat. Gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini (Bobbi DePorter, 2010).
3. Komponen Auditorial pada Gaya Belajar
Gaya belajar auditorial yaitu suatu cara menyerap informasi dengan belajar melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol disini (Bobbi De Porter, 2010).
4. Komponen Kinestetik pada Gaya Belajar
Gaya belajar kinestetik yaitu suatu cara menyerap informasi dengan belajar melalui gerak dan sentuhan. Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat.
(23)
Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol disini (Bobbi DePorter, 2010).
5. Prestasi Belajar
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali, 1995:787) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi. Prestasi belajar yang diperoleh dalam wujud angka – angka yang diperoleh dari hasil ujian, ulangan, tugas – tugas merupakan hasil pengukuran dari prestasi belajar. Untuk mengukur tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah digunakan nilai dari hasil tes prestasi belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Korelasi Komponen Visual, Komponen Auditorial, dan Komponen Kinestetik dari Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta”.
(24)
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi siswa tentang gaya belajar sehingga dapat membantu siswa menemukan gaya belajarnya, dan dapat menjadikan gaya belajar tersebut sebagai sarana untuk dapat mendukung proses belajarnya dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya khususnya pada mata pelajaran matematika.
2. Bagi orang tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada orang tua siswa agar lebih memperhatikan anaknya dalam belajar matematika dan memahami gaya belajar anaknya, khususnya ketika berada dalam keluarga dan masyarakat agar tetap mendukung belajar anak.
3. Bagi Guru dan Pengelola Sekolah
Hasil belajar ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mendidik siswa dan menemukan kecenderungan siswa dalam menggunakan gaya belajar sehingga dapat merancang pembelajaran yang tepat bagi siswa berdasarkan kecenderungan gaya belajar tersebut. Dari hal ini diharapkan agar guru juga memperhatikan gaya
(25)
belajar masing – masing siswa ketika belajar di sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi untuk penelitian sejenis selanjutnya dan dapat menambah sumber bacaan ilmiah atau referensi kepustakaan.
5. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan merupakan pengetahuan untuk mengetahui gaya belajar dan menemukan cara yang tepat untuk belajar berdasarkan gaya belajar tersebut. Selain itu juga penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui bahwa antara gaya belajar siswa dengan prestasi belajar matematika siswa apakah ada hubungannya atau tidak.
(26)
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teoritik
1. Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa menyerap informasi dengan mudah (Bobby De Porter, 2010). Gaya belajar disebut juga dengan modalitas belajar. Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi – situasi antar pribadi (Bobby De Porter, 2010 : 110). Ketika seseorang menyadari bagaimana dirinya dan orang lain menyerap informasi, maka dapat memudahkan belajar dengan gayanya sendiri.
Setiap orang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru. Mengetahui gaya belajar yang berbeda pada setiap siswa, akan membantu para guru untuk dapat memberikan metode pembelajaran yang tepat dan dapat menyampaikan informasi dengan gaya yang berbeda – beda. Jika seseorang telah mengetahui gaya belajarnya, maka dapat mengambil langkah – langkah penting untuk membantu dirinya agar dapat belajar lebih tepat dan lebih mudah.
Gaya belajar atau modalitas belajar ini terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik. Setiap siswa mempunyai kecenderungan gaya belajar yang
(27)
berbeda – beda. Kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga komponen modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar (Bandler dan Grinder, 1981 dalam Bobby De Potter, 2010) yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. Orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu (Markova, 1992 dalam Bobby De Porter, 2010). Walaupun belajar dengan menggunakan gaya belajar yang berbeda – beda pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya (Bobby De Porter, 2010 : 112).
a. Komponen Visual pada Gaya Belajar
Gaya belajar visual yaitu suatu cara menyerap informasi dengan belajar melalui apa yang mereka lihat. Gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini (Bobbi DePorter, 2010).
Orang – orang yang mempunyai kecenderungan belajar visual mempunyai ciri – ciri antara lain:
a. Teliti
b. Lebih mudah mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar
(28)
c. Mengingat dengan asosiasi visual d. Tidak terganggu oleh keributan
e. Mempunyai masalah/kesulitan untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika ditulis dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya
f. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
g. Kadang – kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan
h. Menyukai gambar – gambar dari pada tulisan – tulisan i. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain j. Lebih suka seni yang lain (rupa, pahat, dll) dari pada musik
b. Komponen Auditorial pada Gaya Belajar
Gaya belajar auditorial yaitu suatu cara menyerap informasi dengan belajar melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol disini (Bobbi De Porter, 2010).
Seseorang yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai berikut:
a. Lebih suka mendengarkan (belajar dari ceramah) dari pada menggambar, melihat gambar, atau menulis
(29)
c. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara (dapat menirukan dan mengingat apa yang dijelaskan)
d. Suka berbicara tetapi tidak suka menulis
e. Lebih menyukai musik dari pada seni yang lain (rupa, pahat, dll)
f. Mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
g. Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan dengan panjang lebar
h. Mempunyai masalah dengan tugas – tugas yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian – bagian hingga sesuai satu sama lain
i. Kurang suka membaca tetapi suka bercerita secara lisan
c. Komponen Kinestetik pada Gaya Belajar
Gaya belajar kinestetik yaitu suatu cara menyerap informasi dengan belajar melalui gerak dan sentuhan. Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol disini (Bobbi DePorter, 2010).
(30)
Seseorang yang sangat kinestetik sering: a. Menanggapi perhatian fisik
b. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka (aktif bergerak)
c. Belajar melalui memanipulasi dan praktik
d. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat sekeliling e. Banyak menggunakan isyarat tubuh
f. Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama
g. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca (aksi gerakan tubuh saat membaca)
h. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
i. Menyukai permainan yang menyibukkan
Jika siswa mempunyai gaya belajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan, maka siswa tidak akan merasa kesulitan dalam mengerjakan soal – soal yang diberikan oleh guru dan dapat mempelajari materi dengan baik sehingga prestasi belajarnya pun akan baik. Itu semua dikarenakan matematika merupakan pelajaran yang sulit dan harus dipelajari dengan sungguh – sungguh dan dalam mempelajari matematika dibutuhkan gaya belajar yang sesuai dalam setiap materi pelajaran matematika.
(31)
2. Prestasi Belajar Matematika
a) Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Menurut W.S. Winkel (1996) belajar merupakan suatu aktivitas mental dan psikis, yang berlangsungnya dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersikap secara relatif konstan dan berbekas.
Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan – perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 1991:120 – 121).
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Lukman Ali, 1995:787) adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan
(32)
oleh guru. Prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes prestasi. Prestasi belajar yang diperoleh dalam wujud angka – angka yang diperoleh dari hasil ujian, ulangan, tugas – tugas merupakan hasil pengukuran dari prestasi belajar. Untuk mengukur tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah digunakan nilai dari hasil tes prestasi belajar siswa. Hal tersebut dilakukan dengan cara memberikan sejumlah soal kepada siswa untuk dikerjakan, lalu hasil nilainya dipakai sebagai hasil penelitian prestasi belajar matematika siswa. Sehingga prestasi belajar matematika dalam hal ini adalah bukti keberhasilan siswa dalam belajar matematika yang diukur menggunakan nilai tes matematika siswa yang diperoleh. b) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991:130) faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari faktor internal (dari dalam diri individu) dan faktor eksternal (dari luar diri individu).
Yang tergolong faktor internal adalah:
1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat maupun yang diperoleh yang terdiri atas:
(33)
Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial (kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah dimiliki).
Faktor non intelektif, yaitu unsur – unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal ialah:
1) Faktor lingkungan sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Faktor – faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
(34)
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Komponen Visual pada Gaya Belajar Visual dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Gaya belajar adalah suatu cara bagaimana siswa menyerap informasi dengan mudah (Bobbi De Porter, 2010). Seseorang yang mempunyai gaya belajar visual akan belajar dengan mudah menggunakan apa saja yang mereka lihat, seperti mengingat dengan gambar.
Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, maka akan lebih mudah mengingat pelajaran matematika pada saat materi pelajaran yang melibatkan gambar – gambar misalnya bangun datar, bangun ruang, dan grafik. Ini akan sangat menguntungkan bagi siswa yang mempunyai gaya belajar visual karena dapat mengingatnya dengan baik. Tetapi dalam sisi lain mungkin kurang menguntungkan untuk siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial dan kinestetik. Hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa.
2. Hubungan Komponen Auditorial pada Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Berdasarkan uraian mengenai gaya belajar di atas, dapat dipahami bahwa gaya belajar memiliki peranan penting dalam proses belajar siswa. Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial, akan mudah menerima dan mengingat informasi dengan belajar melalui apa yang
(35)
mereka dengar. Sebagai contoh, seseorang menyukai belajar sambil mendengarkan musik. Bagi sebagian siswa, belajar sambil mendengarkan musik akan mengganggu konsentrasi. Tetapi bagi siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial hal ini sangat membantu dalam menerima pelajaran. Siswa tipe auditorial suka mendengarkan. Mereka cenderung lebih mudah mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihatnya. Sebagai contoh, pada saat guru menerapkan metode pembelajaran diskusi kelompok, siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial tentu hasilnya akan lebih baik daripada siswa yang mempunyai gaya belajar visual. Oleh karena itu, gaya belajar auditorial juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
3. Hubungan Komponen Kinestetik pada Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Yang dimaksud dengan gara belajar adalah suatu bagaimana siswa menyerap informasi dengan mudah. Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik akan mudah menerima dan menyerap informasi dengan bergerak dan melakukan aktifitas fisik. Sebagai contoh, siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik dalam menghafalkan rumus berbeda dengan siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan auditorial. Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar menghafalkan rumus dengan cara bergerak (Bobby De Porter, 2010), misalnya dengan berjalan, menggerakkan pulpen, mengetuk –
(36)
ngetukkan jari, atau menggoyang – goyangkan kaki. Sehingga dengan tipe belajar dengan penugasan keterampilan dalam kelompok, siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik akan lebih aktif dan hasilnya akan lebih baik daripada siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan auditorial. Sehingga dalam hal ini, gaya belajar matematika siswa akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.
C. Rumusan Hipotesis
Dari yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan yang signifikan antara komponen visual pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.
2. Ada hubungan yang signifikan antara komponen auditorial pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.
3. Ada hubungan yang signifikan antara komponen kinestetik pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.
(37)
21
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif, dimana penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang diamati sebagaimana adanya dan data dikuantifikasi untuk memudahkan analisis. Penelitian ini juga merupakan penelitian korelasi karena bermaksud untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinetetik pada gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah himpunan siswa – siswi kelas VIII SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 57 siswa.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan sampel kelas VIIIA sebanyak 29 siswa.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta 2. Waktu Penelitian
(38)
Variabel adalah konstruk yang sifat-sifat sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu kontinum. Berdasarkan hubungannya, variabel dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain (Iqbal 2008:13).
Penelitian ini menggunakan empat variabel yaitu tiga variabel bebas dan satu variabel terikat yaitu:
1. Variabel Bebas (X) X1 : Komponen visual
X2 : Komponen auditorial
X3 : Komponen kinestetik
2. Variabel Terikat (Y)
Y : Prestasi belajar matematika siswa
Definisi masing – masing variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Variabel Komponen Visual
Gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini (Bobbi DePorter: 2010).
2. Variabel Komponen Auditorial
Gaya belajar ini mengakses segala jenis bunyi dan kata yang diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol disini (Bobbi DePorter: 2010).
(39)
Gaya belajar ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol disini (Bobbi DePorter: 2010).
4. Variabel Prestasi Belajar Matematika
Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan belajar yang dicapai dalam hasil nilai matematika yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal – soal tes prestasi belajar.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Bentuk Data
Penelitian ini menggunakan bentuk data dalam skor yang diperoleh dari kuesioner gaya belajar dan skor yang diperoleh dari hasil tes prestasi belajar matematika siswa.
2. Sumber Data a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Iqbal 2008:19). Dalam penelitian ini data primer adalah data kuesioner gaya belajar dan hasil prestasi belajar matematika siswa.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada (Iqbal 2008:19). Data sekunder dalam penelitian ini tidak ada karena pengambilan datanya semua menggunakan data primer.
(40)
3. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kuisioner/Angket
Teknik pengumpulan data dengan daftar sejumlah pertanyaan ataupun pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk diisi sesuai dengan keadaan siswa yang sebenarnya. Penulis menggunakan cara ini untuk mendapatkan data atau informasi yang berkaitan dengan gaya belajar dan prestasi belajar matematika siswa.
Ada satu angket dalam penelitian ini yaitu: a). Angket gaya belajar
Angket lingkungan belajar ini terdiri dari 30 butir pernyataan. Dari 30 butir pernyataan tersebut, terdapat 10 butir pernyataan tentang komponen visual, 10 butir pernyataan tentang komponen auditorial, dan 10 butir pernyataan tentang komponen kinestetik. Dalam angket gaya belajar ini, nomor 1 sampai dengan 10 adalah pernyataan komponen visual, nomor 11 sampai 20 adalah pernyataan komponen auditorial, dan nomor 21 sampai 30 adalah peryataan komponen kinestetik. Angket ini diadaptasi dari buku Bobby De Porter. Angket gaya belajar siswa ini meliputi beberapa indikator yaitu: 1) Visual
Indikatornya yaitu: 1. Teliti
2. Mengingat dengan gambar
(41)
menangkap detail
5. Perhatiannya tidak mudah terpecah 2) Auditorial
Indikatornya yaitu:
1. Perhatiannya mudah terpecah 2. Belajar dengan cara mendengarkan
3. Meggerakkan bibir/bersuara saat membaca 4. Berdialog secara internal dan eksternal 3) Kinestetik
Indikatornya yaitu: 1. Banyak bergerak
2. Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik
3. Mengingat sambil berjalan dan melihat
Pilihan jawaban dalam angket gaya belajar siswa terdiri atas dua alternatif jawaban yaitu ya dan tidak. Bagi siswa yang menjawab ya, maka akan mendapatkan skor 1, dan bagi siswa yang menjawab dengan jawaban tidak maka akan mendapat skor 0. Dari angket ini, dapat diketahui kecenderungan gaya belajar siswa.
b. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto, 2006:150). Dalam penelitan ini penulis menggunakan satu macam tes, yaitu:
(42)
Tes Prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Arikunto 2006:151). Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengetahui kemampuan prestasi belajar matematika. c. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara terhadap yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi. Wawancara ini digunakan peneliti untuk mendalami hasil penelitian ini serta untuk menghitung validitas angket gaya belajar. Wawancara dilakukan terhadap 6 siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta yang diambil dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dua siswa dengan skor angket yang tinggi pada komponen visual b. Dua siswa dengan skor angket yang tinggi pada komponen auditorial c. Dua siswa dengan skor angket yang tinggi pada komponen kinestetik
Dalam wawancara ini ditanyakan beberapa hal yang menyangkut tentang gaya belajar yang mereka pakai dalam mempelajari materi matematika (Lampiran E). Jika hasil jawaban angket dan jawaban wawancaranya banyak yang sesuai, maka angket dianggap valid.
F. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner atau angket untuk memperoleh informasi tentang gaya belajar matematika siswa. Angket gaya belajar yang digunakan diadaptasi dari buku Bobby De Porter. Gaya belajar yang ingin diketahui melalui kuisioner ini adalah tiga komponen gaya belajar yaitu
(43)
berdasarkan bentuk pernyataannya yang digunakan adalah angket tertutup yaitu angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban sehingga pengisi tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih (Arikunto 1991:25).
Pada penelitian ini, menggunakan skala untuk mengukur sikap yaitu skala
guttman. Skala yang digunakan menggunakan dua alternatif pilihan yaitu “ya” dan “tidak”.
2. Tes Prestasi
Untuk memperoleh informasi tentang hasil prestasi belajar matematika siswa, penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa tes prestasi.
G. Validasi Instrumen
1. Validasi instrumen kuesioner/angket a. Validitas
Analisis validitas yang digunakan yaitu dengan melakukan wawancara kepada sejumlah siswa untuk mencocokkan jawaban pada kuesioner dengan jawaban wawancara. Soal dianggap valid jika jawaban siswa pada kuesioner sama dengan jawaban siswa pada saat di wawancara (konsisten) atau tingkat kesesuaiannya tinggi.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Komponen Visual
Variabel Indikator Butir Soal Jumlah
Positif Negatif
Gaya Belajar Visual
Teliti 1 - 1
Mengingat dengan gambar 4, 6 - 2 Lebih suka membaca dari pada
dibacakan 2 - 1
Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh, dan menangkap detail
3, 8 - 2
Perhatiannya tidak mudah
terpecah 5, 7, 9, 10 - 4
(44)
Variabel Indikator Butir Soal Jumlah
Positif Negatif
Gaya Belajar Auditorial
Perhatiannya mudah terpecah 15, 18 - 2 Belajar dengan cara
mendengarkan 12, 16, 17 - 3
Menggerakkan bibir/bersuara saat
membaca 13, 14 - 2
Berdialog secara internal dan
eksternal 11, 19, 20 - 3
Jumlah 10
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Komponen Kinestetik
Variabel Indikator Butir Soal Jumlah
Positif Negatif
Gaya Belajar Kinestetik
Banyak bergerak 23, 24, 25,
26, 30 - 5
Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik
22 - 1
Mengingat sambil berjalan dan melihat
21, 27, 28,
29 - 4
Jumlah 10
2. Validasi instrumen tes prestasi belajar matematika a. Validitas tes prestasi belajar matematika
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto; 2006 : 168). Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, dan sebaliknya intrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Langkah – langkah untuk menguji kevalidan suatu soal dengan cara: 1) Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan yang positif antara skor per item dengan
(45)
skor (r ≠ 0)
2) Menentukan nilai α 3) Menentukan daerah kritik
H0 ditolak jika rhitung > rtabel
4) Nilai rhitung
r = n XiYi−( Xi)( Yi) n( X2
i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2
5) Kesimpulan
H0 ditolak jika rhitung > rtabel dan dapat disimpulkan bahwa soal valid.
b. Reliabilitas tes prestasi belajar matematika
Suatu instrumen yang reliabel dan dapat dipercaya maka akan menghasilkan data yang dipercaya juga. Dalam penelitian ini, digunakan Rumus Alpha untuk menghitung reliabilitas soal (Arikunto, 2006 : 196).
r11 =
−1 1−
� 2 �2
Dengan keterangan: k = banyaknya soal r11 = relibilitas instrumen
�2 = jumlah varians butir
�2 = varians total
Kategori :
0,91 – 1,00 : sangat tinggi 0,71 – 0,90 : tinggi
(46)
0,21 – 0,40 : rendah < 0,20 : sangat rendah
H. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui korelasi komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik dari gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa, maka dilakukan beberapa teknik analisis data. Teknik analisis data yang dilakukan yaitu meliputi:
1. Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Langkah-langkah Uji Kolmogorov-Smirnov (Husaini dan Purnomo, 2008 : 315) adalah sebagai berikut :
1) Merumuskan H0 dan H1
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data berdistribusi tidak normal
2) Hipotesis statistik H0 : F X = F0(X)
H1 : F X ≠F0 (X)
3) Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05) 4) Menentukan daerah kritik : �ℎ � ≥ � � 5) Menentukan nilai statistik uji D:
(47)
ii. Hitung frekuensi untuk setiap pengamatan Xi yang berbeda
iii. Hitung frekuensi kumulatif relatif
SN (Xi) = � (�)
ℎ iv. Hitung Zi = � −��
v. Tentukan F0 (Xi) = P (Z ˂ Zi)
vi. Buat tabel berikut ini:
Tabel 3.4 Uji Normalitas
Xi F (Xi) SN (Xi) Zi F0 (Xi) ��− � (�) �� � − 1 − � (�)
vii. Menentukan Dmax
D = ( �� � − � � , �� � − 1 − �0 �
6) Membuat Kesimpulan
HOditerima bila �ℎ � ˂ �∝ dan disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
2. Koefisien Korelasi
Koefisien koelasi berguna untuk mengukur besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi Pearson (Arikunto, 2006 : 274). Korelasi Pearson dilambangkan (r).
Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199
0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat Rendah Rendah
Cukup Kuat Sangat Kuat
(48)
Persyaratan yang harus dipenuhi jika menggunakan korelasi Pearson adalah :
1) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang berdistribusi normal 2) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang linier
3) Variabel yang dihubungkan mempunyai data yang dipilah secara acak (random)
4) Variabel yang dihubungkan mempunyai pasangan sama dari subjek yang sama pula
5) Variabel yang dihubungkan mempunyai data interval atau rasio
Langkah – langkah menghitung korelasi Pearson :
Tabel 3.6 Penolong untuk menghitung r
No. Xi Yi X2i Y2i Xi Yi
Σ Xi Σ Yi ΣX2i ΣY2i Σ Xi Yi
Korelasi Pearson dapat dihitung dengan rumus :
r = n XiYi−( Xi)( Yi)
n( X2
i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2
Menentukan besarnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y dengan rumus koefisien determinasi 2 .
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Langkah – langkah pengujiannya: a. Merumuskan hipotesis
(49)
b. Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05) c. Menentukan nilai statistik uji D:
t = −2
1− 2
d. Menentukan daerah kritik H0 ditolak jika t˂ − �
2
atau > ∝
2 e. Membuat kesimpulan
Tolak H0 jika t ˂ − �
2
atau > ∝
2
dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
(50)
34
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian diadakan di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta dan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013. Kuisioner gaya belajar dan tes prestasi belajar matematika diberikan pada hari Kamis, 29 November 2012 pukul 09.30 di kelas VIIIB dan pada hari Selasa, 11 Desember 2012 pukul 10.15 di kelas VIIIA.
Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII A dan sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII A.
B. Hasil Uji Coba
Sebelum angket tes prestasi belajar matematika siswa diberikan kepada siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam, dilakukan uji coba terhadap instrumen tersebut. 1. Uji coba tes prestasi belajar matematika siswa
Uji coba tes prestasi belajar matematika siswa dilaksanakan di kelas VIIIB SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada hari Selasa, 13 November 2012 pukul 08.30 – 10.15 dengan hasil sebagai berikut :
a. Validitas
Tes prestasi sebelum digunakan harus diujicobakan terlebih dahulu dan dilihat kevalidannya. Validitas instrumen diukur setelah diadakan uji coba terhadap instrumen penelitian.
(51)
1. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan antara skor per item dengan jumlah skor (r = 0)
H1 : Terdapat hubungan antara skor per item dengan jumlah skor (r ≠ 0) 2. Taraf signifikansi α : 0,05
3. Menentukan daerah kritik
Dengan n = 28 dan α = 0,05 nilai rtabel = 0,374 H0 ditolak jika rhitung > 0,374
4. Perhitungan nilai rxy
Tabel 4.1 Penolong korelasi
Soal Σ X Σ Y Σ XY Σ X2 Σ Y2 rxy
1 90 1307 4438 374 63053 0,569
2 100 1307 4868 426 63053 0,533
3 95 1307 4602 391 63053 0,447
4 65 1307 3136 185 63053 0,386
5 34 1307 1519 52 63053 -0,459
6 55 1307 2655 141 63053 0,337
7 79 1307 3857 283 63053 0,483
8 96 1307 4709 414 63053 0,547
9 49 1307 2354 117 63053 0,264
10 46 1307 2045 116 63053 -0,356
11 40 1307 1933 94 63053 0,239
12 70 1307 3409 206 63053 0,562
13 81 1307 3945 283 63053 0,520
14 47 1307 2214 101 63053 0,094
15 33 1307 1615 69 63053 0,301
16 69 1307 3347 203 63053 0,486
17 83 1307 4039 295 63053 0,520
18 69 1307 3239 217 63053 0,058
19 61 1307 3009 181 63053 0,515
20 45 1307 2120 95 63053 0,090
5. Kesimpulan
(52)
2 0,533 Valid
3 0,447 Valid
4 0,386 Valid
5 -0,459 Tidak Valid
6 0,337 Tidak Valid
7 0,483 Valid
8 0,547 Valid
9 0,264 Tidak Valid
10 -0,356 Tidak Valid
11 0,239 Tidak Valid
12 0,562 Valid
13 0,520 Valid
14 0,094 Tidak Valid
15 0,301 Tidak Valid
16 0,486 Valid
17 0,520 Valid
18 0,058 Tidak Valid
19 0,515 Valid
20 0,090 Tidak Valid
Untuk soal no 6, 9, 11, dan 15 masuk dalam kriteria tidak valid, kemudian peneliti mengkonsultasikan ke dosen sebagai pembimbing skripsi dan guru mata pelajaran matematika di tempat penelitian skripsi. Dengan melihat hasil tersebut diputuskan untuk memperbaiki ke empat soal tersebut, dan untuk soal no 5, 10, 14, 18, dan 20 masuk ke dalam kriteria tidak valid juga tetapi diputuskan untuk mengganti soal tersebut karena diduga terlalu sulit.
b. Reliabilitas
Soal yang sudah dihitung validitasnya kemudian dihitung reliabilitasnya agar diketahui soal tersebut konsisten atau tidak. Reliabilitas tes prestasi belajar matematika siswa dihitung menggunakan Rumus Alpha sebagai berikut :
r11 = −1 1− � 2
�2 Dengan k = 20 dan α = 0,05
(53)
�2 = 2−
� �
Dengan N = 28 dan α = 0,05 �12 =
374−90 2 28 28 =
374−8100 28 28 =
374−289,28 28 =
84,72
28 = 3,026
�22 =
426−100 2 28 28 =
426−10000 28 28 =
426−357,14 28 =
68,86
28 = 2,459
�32 =
391−95 2 28 28 =
391−9025 28 28 =
391−322,32 28 =
68,68
28 = 2,453
�42 =
185−65 2 28 28 =
185−4225 28 28 =
185−150,89 28 =
34,11
28 = 1,218
�52 = 52−34 2
28 28 =
52−1156 28 28 =
52−41,28 28 =
10,72
28 = 0,383
�62 =
141−55 2 28 28 =
141−3025 28 28 =
141−108,03 28 =
32,97
28 = 1,177
�72 =
283−79 2 28 28 =
283−6241 28 28 =
283−222,89 28 =
60,11
28 = 2,147
�82 =
414−96 2 28 28 =
414−9216 28 28 =
414−329,14 28 =
84,86
28 = 3,031
�92 =
117−49 2 28 28 =
117−2401 28 28 =
117−85,75 28 =
31,25
28 = 1,116
�102 =
116−46 2 28 28 =
116−2116 28 28 =
116−75,57 28 =
40,43
28 = 1,444
�112 = 94−40 2
28 28 =
94−1600 28 28 =
94−57,14 28 =
36,86
28 = 1,316
�122 =
206−70 2 28 28 =
206−4900 28 28 =
206−175 28 =
31
28 = 1,107
�132 =
283−81 2 28 28 =
283−6561 28 28 =
283−234,32 28 =
48,68
28 = 1,738
�142 =
101−47 2 28 28 =
101−2209 28 28 =
101−78,89 28 =
22,11
(54)
�162 =
203−69 2 28 28 =
203−4761 28 28 =
203−170,03 28 =
32,97
28 = 1,177
�172 =
295−83 2 28 28 =
295−6889 28 28 =
295−246,03 28 =
48,97
28 = 1,749
�182 =
217−69 2 28 28 =
217−4761 28 28 =
217−170,03 28 =
46,97
28 = 1,677
�192 =
181−61 2 28 28 =
181−3721 28 28 =
181−132,89 28 =
48,11
28 = 1,718
�202 = 95−45 2
28 28 =
95−2025 28 28 =
95−72,32 28 =
22,68
28 = 0,810 � 2 = �
12+ �22 + �32+ … +�202
= 3,026 + 2,459 + 2,453 + 1,218 + 0,383 + 1,177 + 2,147 + 3,031 + 1,116 + 1,444 + 1,316 + 1,107 + 1,738 + 0,789 + 1,075 + 1,177 + 1,749 + 1,677 + 1,718 + 0,810
= 31,61
�2 = 2−
2
� �
= 63053− 1307 2
28 28
= 63053− 1708249
28 28
= 63053−61008 ,893 28 = 2044 ,107
28 = 73,004
r11 = −1 1− � 2
� 2 = 20
20−1 1− 31,61 73,004
(55)
= 20
19 × 0,567 = 0,597
Reliabilitas tersebut sedang. Jadi soal – soal tersebut dapat digunakan untuk mengambil data penelitian sesungguhnya.
C. Data Penelitian
Hasil tes gaya belajar dan tes prestasi belajar matematika dari 29 siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Tes Gaya Belajar dan Tes Prestasi Belajar Matematika kelas VIIIA No.
Absen
Komponen Gaya Belajar Tes Prestasi
Matematika
Visual Auditorial Kinestetik
1 8 5 9 45
2 8 3 6 30
3 7 5 3 72
4 8 5 4 45
5 6 6 5 85
6 7 4 2 28
7 4 8 5 86
8 9 3 6 55
9 6 4 7 38
10 8 6 4 21
11 7 7 6 63
12 7 5 5 28
13 6 8 3 83
14 6 6 4 51
15 5 4 4 23
16 7 6 3 82
17 8 2 5 34
18 7 5 7 50
19 6 4 8 26
20 6 8 4 81
21 9 5 6 62
22 8 3 5 39
23 8 4 6 58
24 8 5 5 55
25 6 4 3 52
26 6 6 4 45
27 6 4 7 41
28 6 6 4 52
(56)
Setelah melalui proses uji coba dan pelaksanaan penelitian, maka dilakukan pengolahan data dari data yang telah diperoleh. Untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan langkah – langkah :
1. Uji Normalitas
Analisis data statistik parametrik harus memenuhi asumsi normalitas. Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
a. Uji normalitas komponen visual
Langkah – langkah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov: 1) Merumuskan H0 dan H1
H0 : data berdistribusi normal H1 : data berdistribusi tidak normal 2) Hipotesis statistik
H0 : F X = F0(X) H1 : F X ≠F0 (X)
3) Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05) 4) Menentukan daerah kritik : �ℎ � ≥ � � 5) Menentukan nilai statistik uji D:
i. Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar ii. Hitung frekuensi untuk setiap pengamatan Xi yang berbeda
iii. Hitung frekuensi kumulatif relatif
SN (Xi) = �
(�)
ℎ
iv. Hitung Zi = � −��
(57)
Xi F (Xi) SN (Xi) Zi F0 (Xi) ��− � (�) �� � − 1 − � (�) 13 1 0,03 -1,53 0,0630 0,0300 0,0600 18 1 0,07 -1,28 0,1003 0,0300 0,0700 20 1 0,10 -1,18 0,1190 0,0200 0,0500 21 2 0,16 -1,13 0,1292 0,0260 0,0300 22 1 0,21 -1,08 0,1401 0,0668 0,0151 23 1 0,24 -1,03 0,1515 0,0899 0,0554 26 1 0,28 -0,88 0,1894 0,0865 0,0520 31 1 0,31 -0,63 0,2643 0,0460 0,0116 32 1 0,34 -0,58 0,2810 0,0638 0,0293 35 1 0,38 -0,43 0,3336 0,0457 0,0112 37 2 0,43 -0,32 0,3745 0,0565 0,0048 39 1 0,48 -0,22 0,4129 0,0699 0,0181 43 1 0,52 -0,02 0,4920 0,0252 0,0100 45 1 0,55 0,08 0,5319 0,0198 0,0100 46 3 0,62 0,13 0,5517 0,0690 0,0000 47 1 0,69 0,18 0,5714 0,1183 0,0493 50 1 0,72 0,33 0,6293 0,0948 0,0604 53 1 0,76 0,48 0,6844 0,0742 0,0397 56 1 0,79 0,63 0,7357 0,0574 0,0229 65 1 0,83 1,09 0,8621 0,0300 0,0700 75 2 0,88 1,59 0,9441 0,0600 0,1200 77 1 0,93 1,69 0,9545 0,0235 0,0800 79 1 0,97 1,79 0,9633 0,0022 0,0300 82 1 1,00 1,94 0,9738 0,0262 0,0100
n = 29
= 1260
= = 1260
29 = 43,45 − 2 = 11433,17
2 = − 2 = 11433 ,17
29 = 394,25 = 2 = 19,86
vii. Menentukan Dmax
D = ( �� � − � � , �� � − 1 − �0 �
(58)
= 1,36 29+29 29 × 29 = 1,36 × 0,2626 = 0,3571
6) Membuat Kesimpulan
HO diterima karena �ℎ � ˂ �∝ dimana 0,1200 ˂ 0,3571 sehingga disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
b. Uji normalitas komponen auditorial
Langkah – langkah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov: 1) Merumuskan H0 dan H1
H0 : data berdistribusi normal H1 : data berdistribusi tidak normal 2) Hipotesis statistik
H0 : F X = F0(X) H1 : F X ≠F0 (X)
3) Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05) 4) Menentukan daerah kritik : �ℎ � ≥ � � 5) Menentukan nilai statistik uji D:
i. Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar ii. Hitung frekuensi untuk setiap pengamatan Xi yang berbeda
iii. Hitung frekuensi kumulatif relatif
SN (Xi) = �
(�)
(59)
v. Tentukan F0 (Xi) = P (Z ˂ Zi)
vi. Buat tabel berikut ini:
Tabel 4.5 Uji Normalitas Komponen Auditorial dan Prestasi Belajar
Xi F (Xi) SN (Xi) Zi F0 (Xi) ��− � (�) �� � − 1 − � (�) 15 1 0,03 -1,64 0,0505 0,0200 0,0500
19 1 0,07 -1,42 0,0778 0,0100 0,0400 22 1 0,10 -1,26 0,1038 0,0000 0,0300 23 1 0,14 -1,21 0,1131 0,0248 0,0100 24 1 0,17 -1,15 0,1251 0,0473 0,0128 27 1 0,21 -0,99 0,1611 0,0458 0,0113 28 1 0,24 -0,94 0,1736 0,0678 0,0333 32 1 0,28 -0,72 0,2358 0,0401 0,0056 34 1 0,31 -0,62 0,2676 0,0427 0,0083 36 1 0,34 -0,51 0,3050 0,0398 0,0053 37 1 0,38 -0,45 0,3264 0,0529 0,0184 39 1 0,41 -0,35 0,3632 0,0506 0,0161 40 2 0,47 -0,29 0,3859 0,0796 0,0279 45 2 0,53 -0,02 0,4920 0,0425 0,0265 46 1 0,59 0,03 0,5120 0,0742 0,0225 48 1 0,62 0,14 0,5557 0,0650 0,0305 50 1 0,66 0,25 0,5987 0,0565 0,0220 52 1 0,69 0,36 0,6406 0,0491 0,0146 54 1 0,72 0,46 0,6772 0,0469 0,0125 56 1 0,76 0,57 0,7157 0,0429 0,0084 57 1 0,79 0,63 0,7357 0,0574 0,0229 67 1 0,83 1,16 0,8770 0,0500 0,0800 73 1 0,86 1,49 0,9319 0,0700 0,1000 75 1 0,90 1,60 0,9452 0,0500 0,0800 76 1 0,93 1,65 0,9505 0,0200 0,0500 78 1 0,97 1,76 0,9608 0,0047 0,0300 79 1 1,00 1,81 0,9649 0,0351 0,0006
n = 29
= 1317
= = 1317
29 = 45,42
− 2 = 9963,03
2 = − 2 = 9963,03
29 = 343,55 = 2 = 18,54
(60)
D = ( �� � − � � , �� � − 1 − �0 �
� = (0,0796 , 0,1000) = 0,1000
�∝ = 1,36 1+ 2
1 2
= 1,36 29+29 29 × 29 = 1,36 × 0,2626 = 0,3571
6) Membuat Kesimpulan
HO diterima karena �ℎ � ˂ �∝ dimana 0,1000 ˂ 0,3571 sehingga disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
c. Uji normalitas komponen kinestetik
Langkah – langkah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov: 1) Merumuskan H0 dan H1
H0 : data berdistribusi normal H1 : data berdistribusi tidak normal 2) Hipotesis statistik
H0 : F X = F0(X) H1 : F X ≠F0 (X)
3) Menentukan taraf signifikansi (α = 0,05) 4) Menentukan daerah kritik : �ℎ � ≥ � � 5) Menentukan nilai statistik uji D:
i. Urutkan data dari yang terkecil sampai yang terbesar ii. Hitung frekuensi untuk setiap pengamatan Xi yang berbeda
(61)
SN (Xi) = ℎ
iv. Hitung Zi = � −��
v. Tentukan F0 (Xi) = P (Z ˂ Zi)
vi. Buat tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Uji Normalitas Komponen Kinestetik dan Prestasi Belajar
vii. Menentukan Dmax
D = ( �� � − � � , �� � − 1 − �0 � D = maksimum (0,0987 , 0,1200) = 0,1200
�∝ = 1,36 1+ 2
1 2
= 1,36 29+29 29 × 29
Xi F (Xi) SN (Xi) Zi F0 (Xi) ��− � (�) �� � − 1 − � (�) 17 1 0,03 -1,43 0,0764 0,0400 0,0700
18 1 0,07 -1,38 0,0838 0,0100 0,0500 19 1 0,10 -1,33 0,0918 0,0116 0,0200 23 1 0,14 -1,13 0,1292 0,0087 0,0300 24 1 0,17 -1,08 0,1401 0,0323 0,0000 26 1 0,21 -0,98 0,1635 0,0434 0,0089 27 1 0,24 -0,93 0,1762 0,0652 0,0307 29 1 0,28 -0,82 0,2061 0,0698 0,0353 31 1 0,31 -0,72 0,2358 0,0745 0,0401 34 2 0,36 -0,57 0,2843 0,0778 0,0260 36 1 0,41 -0,47 0,3192 0,0946 0,0429 41 2 0,47 -0,22 0,4129 0,0526 0,0009 43 1 0,52 -0,12 0,4522 0,0650 0,0133 47 1 0,55 0,08 0,4681 0,0836 0,0491 48 1 0,59 0,13 0,5517 0,0345 0,0000 49 2 0,64 0,18 0,5714 0,0665 0,0148 50 1 0,69 0,23 0,5910 0,0987 0,0469 52 1 0,72 0,33 0,6293 0,0948 0,0604 56 1 0,76 0,53 0,7019 0,0567 0,0222 57 1 0,79 0,58 0,7190 0,0741 0,0396 69 1 0,83 1,18 0,8810 0,0500 0,0900 77 1 0,86 1,59 0,9441 0,0800 0,1200 79 1 0,90 1,69 0,9545 0,0600 0,0900 80 2 0,95 1,74 0,9591 0,0100 0,0600 81 1 1,00 1,79 0,9633 0,0367 0,0200
(62)
= 0,3571 6) Membuat Kesimpulan
HO diterima karena �ℎ � ˂ �∝ dimana 0,1200 ˂ 0,3571 sehingga disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Koefisien Korelasi
Untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson (Husaini dan Purnomo, 2006 : 201).
Komponen Visual dan Prestasi Belajar Matematika
Dengan melihat tabel (Lampiran B.1) maka :
rXY =
n XiYi−( Xi)( Yi) n( X2
i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2
= 29 10001 − 202 (1462)
29 1450 −(202)2 29 84730 −(1462)2
= −5295
1246 319726 = −5295
19959,58 =−0,265
(63)
Dengan melihat tabel (Lampiran B.2) maka :
rXY = n XiYi−( Xi)( Yi) n( X2
i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2
= 29 7874 − 145 (1462)
29 791 −(145)2 29 84730 −(1462)2
= 16356
1914 319726
= 16356
24738,14 = 0,661
Menentukan besarnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:
��= 2× 100% = 0,6612× 100% = 43,692%
Artinya : hubungan komponen auditorial dengan prestasi belajar hanya sekitar 43,692% dan selebihnya 56,308% ditentukan oleh faktor lain.
Komponen Kinestetik dan Prestasi Belajar Matematika
Dengan melihat tabel (Lampiran B.3) maka :
rXY =
n XiYi−( Xi)( Yi) n( X2
i)−( Xi)2 n( Y2i)−( Yi)2
= 29 7114 − 145 (1462)
29 799 −(145)2 29 84730 −(1462)2
= −5684
(64)
=−0,217
3. Uji Hipotesis Koefisien Korelasi
Uji koefisien korelasi digunakan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan antar variabel.Uji koefisien korelasi linier sederhana menggunakan uji korelasi Pearson (r).
Komponen Visual dan Prestasi Belajar Matematika
1. Merumuskan hipotesis
H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen visual dengan prestasi belajar matematika
H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara komponen visual dengan prestasi belajar matematika
2. Hipotesis statistik H0 : ρ = 0
H1 : ρ≠ 0 3. Ambil α = 0,05
4. Menentukan nilai � = ∝
2
= 0,025
0,025 = 2,045
5. Menentukan wilayah kritik :
Tolak H0 bila ℎ � > 2,045 atau ℎ � < −2,045
6. Menguji signifikan untuk sampel kecil (n < 30) menggunakan uji t
ℎ � = 1−−22= −0,265 27
(65)
Terima H0 karena ℎ � > � atau −1,428 > −2,045 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen visual dengan prestasi belajar matematika.
Komponen Auditorial dan Prestasi Belajar Matematika
1. Merumuskan hipotesis
H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen auditorial dengan prestasi belajar matematika
H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara komponen auditorial dengan prestasi belajar matematika
2. Hipotesis statistik H0 : ρ = 0
H1 : ρ≠ 0 3. Ambil α = 0,05
4. Menentukan nilai � = ∝
2
= 0,025
0,025 = 2,045
5. Menentukan wilayah kritik :
Tolak H0 bila ℎ � > 2,045 atau ℎ � < −2,045
6. Menguji signifikan untuk sampel kecil (n < 30) menggunakan uji t
ℎ � = 1−−22= 0,661 27
(66)
Tolak H0 karena ℎ � > � atau 4,577 > 2,045 dan dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komponen auditorial dengan prestasi belajar matematika.
Komponen Kinestetik dan Prestasi Belajar Matematika
1. Merumuskan hipotesis
H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen kinestetik dengan prestasi belajar matematika
H1 : terdapat hubungan yang signifikan antara komponen kinestetik dengan prestasi belajar matematika
2. Hipotesis statistik H0 : ρ = 0
H1 : ρ≠ 0 3. Ambil α = 0,05
4. Menentukan nilai � = ∝
2
= 0,025
0,025 = 2,045
5. Menentukan wilayah kritik :
Tolak H0 bila ℎ � > 2,045 atau ℎ � < −2,045
6. Menguji signifikan untuk sampel besar (n < 30) menggunakan uji t
ℎ � = 1−−22= −0,217 27
(67)
Terima H0 karena ℎ � > � atau −1,156 > −2,045 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen kinestetik dengan prestasi belajar matematika.
E. Pembahasan
Dari pengamatan data kuantitatif yang berupa skor komponen visual, skor komponen auditorial, skor komponen kinestetik, dan skor tes prestasi belajar siswa, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Data angket komponen visual, komponen auditorial, komponen kinestetik dengan tes prestasi belajar matematika berdistribusi normal.
a. Berdasarkan perhitungan, skor angket komponen visual dengan skor tes prestasi belajar matematika diperoleh nilai D maksimum = 0,1200 dan Dtabel = 0,3571 karena D maksimum kurang dari Dtabel tidak masuk daerah kritik dan disimpulkan bahwa angket komponen visual dengan tes prestasi belajar matematika berdistribusi normal.
b. Berdasarkan perhitungan, skor angket komponen auditorial dengan skor tes prestasi belajar matematika diperoleh nilai D maksimum = 0,1000 dan Dtabel = 0,3571 karena D maksimum kurang dari Dtabel tidak masuk daerah kritik dan disimpulkan bahwa angket komponen auditorial dengan tes prestasi belajar berdistribusi normal.
c. Berdasarkan perhitungan, skor angket komponen kinestetik dengan skor tes prestasi belajar matematika diperoleh nilai D maksimum = 0,1200 dan Dtabel = 0,3571 karena D maksimum kurang dari Dtabel tidak masuk daerah kritik
(68)
belajar matematika berdistribusi normal.
2. Hubungan antara komponen visual, komponen auditorial, dan komponen kinestetik dengan prestasi belajar matematika
a. Hubungan antara komponen visual dengan prestasi belajar matematika
Dalam penelitian ini, tidak diperoleh hubungan yang signifikan antara tes komponen visual dengan tes prestasi matematika. Ini berarti komponen visual tidak menjadi satu – satunya penentu keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar matematika siswa. Faktor – faktor yang mempengaruhi tes komponen visual memperoleh hubungan yang negatif dengan tes prestasi matematika dimungkinkan karena pada materi faktorisasi aljabar jarang ditemui soal menggunakan gambar, sehingga siswa yang mempunyai kecenderungan menggunakan gaya belajar pada komponen visual kesulitan untuk mengerjakan soal – soal yang diberikan pada materi faktorisasi aljabar. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperti faktor internal dan eksternal juga mempengaruhi hasil tes belajar siswa. Hal ini dikarenakan kondisi siswa yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda – beda dan kepribadian siswa yang berbeda – beda. Selain hal itu dapat juga dikarenakan kesalahan peneliti dalam mengambil data penelitian, misalnya kesalahan kunci jawaban tes prestasi dan instrumen pengambilan data yang digunakan belum tepat. Hal lain yang dapat mempengaruhi hasil penelitian misalnya dalam mengisi angket siswa kurang serius dan dalam mengerjakan tes prestasi belajar siswa kurang serius mengerjakannya sehingga hasil tes prestasi yang diperoleh rendah.
(69)
Dalam penelitian ini, diperoleh hubungan yang signifikan antara tes komponen auditorial dengan tes prestasi matematika. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,661. Koefisien determinasi 2 = (0,661)2 = 0,43692 berarti bahwa besarnya sumbangan tes komponen auditorial hanya sebesar 43,692 % sedangkan 56,308 % disebabkan oleh faktor lain. Ini berarti komponen auditorial tidak menjadi satu – satunya penentu keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar matematika siswa.
c. Hubungan antara komponen kinestetik dengan prestasi belajar matematika Dalam penelitian ini, tidak diperoleh hubungan yang signifikan antara tes komponen kinestetik dengan tes prestasi matematika. Ini berarti komponen kinestetik tidak menjadi satu-satunya penentu keberhasilan siswa dalam pencapaian prestasi belajar matematika siswa. Faktor – faktor yang mempengaruhi tes komponen kinestetik memperoleh hubungan yang negatif dengan tes prestasi matematika dimungkinkan karena pada materi faktorisasi aljabar jarang ditemui soal menggunakan aktifitas fisik, sehingga siswa yang mempunyai kecenderungan menggunakan gaya belajar pada komponen kinestetik kesulitan untuk mengerjakan soal – soal yang diberikan pada materi faktorisasi aljabar. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar seperti faktor internal dan eksternal juga mempengaruhi hasil tes belajar siswa. Hal ini dimungkinkan karena kondisi siswa yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda – beda dan kepribadian siswa yang berbeda – beda. Selain hal itu dapat juga dikarenakan kesalahan peneliti dalam mengambil data penelitian, misalnya kesalahan kunci jawaban tes prestasi dan instrumen pengambilan data yang digunakan belum tepat. Hal lain yang dapat
(70)
serius dan dalam mengerjakan tes prestasi belajar siswa kurang serius mengerjakannya sehingga hasil tes prestasi yang diperoleh rendah.
F. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam mengambil data dalam penelitian.
1. Penelitian bersifat kuantitatif murni sehingga yang dapat disimpulkan hanya besar hubungan gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik dengan prestasi belajar matematika.
2. Masih terdapat faktor lain yang belum disertakan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal lainnya.
3. Hasil penelitian hanya terbatas pada kelas VIII dimana penelitian ini dilakukan yaitu di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta kelas VIIIA Semester I tahun ajaran 2012/2013.
(71)
55
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen visual dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara komponen auditorial dengan prestasi belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Koefisien korelasinya sebesar 0,661. 3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara komponen kinestetik dengan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIIIA SMP Kanisius Gayam Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan analisa data penulis dapat memberikan saran dengan harapan dapat bermanfaat.
1. Komponen visual dan komponen kinestetik tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar matematika, diharapkan guru matematika mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa, sehingga dalam proses pembelajaran, guru akan lebih kreatif dalam penyampaian materi sehingga siswa menjadi lebih memahami materi pelajaran sesuai dengan kecenderungan gaya belajar siswa.
(72)
belajar matematika, diharapkan pihak sekolah lebih memperhatikan kemajuan siswa, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar dengan gaya belajar masing – masing siswa.
3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya yang masih ada hubungan dengan penelitian ini, untuk melakukan penelitian dengan sampel yang lebih besar supaya mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
4. Penelitian ini hanya meneliti pada tiga komponen gaya belajar saja, untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya bisa meneliti faktor – faktor lainnya yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
(73)
57
Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bobbi De Porter & Mike Hernacki. 2010. Quantum Learning. Bandung : PT Mizan Pustaka. Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah Singer – Nourie. 2010. Quantum Teaching. Bandung :
PT Mizan Pustaka.
Djarwanto. (1989). Statistik Nonparametrik Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Gie, The Liang. 1979. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Gordon Dryden & Dr. Jeannette Vos. 2004. Revolusi Cara Belajar (bagian 2). Bandung : PT
Mizan Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Husaini Usman . 2008. Pengantar Statistika. Jakarta : PT.Bumi Aksara.
Husnaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2006. Pengantar Statistik. Yogyakarta : Bumi Aksara.
Iqbal Hasan. 2008. Analisis Data degan Statistik. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Muhibbin Syah. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nana Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Surapranata, Sumarna. 2009. Bandung. 2009. Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Winkle, W. S. (2004). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Wono Setyo Budi. 2007. Matematika untuk SMP Kelas VIII Semester 1 Jilid 2A. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
(74)
58
(75)
Lampiran A.1 Hasil Skor Uji Coba No
Siswa
Skor Butir Soal
Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 1 3 1 3 2 3 3 4 3 4 1 4 3 3 1 2 2 1 2 2 48
2 1 2 2 4 1 2 2 3 3 4 2 3 2 2 2 3 1 3 2 3 47
3 5 5 5 2 1 3 1 5 1 1 0 3 4 1 0 4 5 4 5 1 56
4 2 2 1 2 2 2 3 2 4 3 2 2 1 2 1 3 1 2 3 2 42
5 2 5 5 2 1 1 2 4 1 1 1 3 4 1 0 1 4 1 1 1 41
6 5 5 3 2 1 1 2 4 1 0 0 3 4 1 1 1 4 4 2 2 46
7 5 5 3 2 1 1 4 5 1 1 1 1 4 1 3 3 4 4 5 2 56
8 5 5 5 2 1 2 2 4 1 2 3 1 0 4 1 3 2 2 3 1 49
9 1 2 3 2 2 2 4 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 43
10 5 5 5 2 1 1 2 5 2 1 2 3 4 1 1 3 4 1 2 1 51
11 5 5 5 2 0 1 2 5 0 2 0 2 4 1 1 1 3 4 5 1 49
12 1 3 2 2 2 2 4 1 2 3 1 4 2 3 3 2 3 2 1 3 46
13 5 5 5 2 1 1 2 5 2 0 0 3 4 1 0 1 4 4 1 1 47
14 1 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 1 3 37
15 5 5 5 2 1 1 2 5 1 0 2 3 1 2 0 1 1 4 1 0 42
16 5 4 5 2 0 4 2 5 1 1 1 2 4 1 1 2 5 1 1 1 48
17 2 1 2 2 2 3 1 1 1 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 1 42
18 3 1 1 2 2 3 4 1 2 1 2 3 2 2 2 4 2 3 3 1 44
19 1 2 3 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 37
20 2 1 4 2 1 1 5 5 1 1 1 1 4 0 0 2 4 1 1 1 38
(76)
22 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 2 1 3 2 2 4 1 1 2 3 39
23 3 5 5 2 1 0 5 5 2 0 0 3 4 1 0 3 3 4 1 1 48
24 5 5 3 2 1 2 5 5 1 1 1 3 4 1 1 1 3 1 1 1 47
25 5 5 5 2 1 2 5 5 1 1 1 3 4 1 0 4 5 4 1 1 56
26 5 5 5 2 0 5 5 5 5 0 5 5 5 3 4 4 4 0 5 3 75
27 2 3 3 2 1 1 0 1 3 2 4 0 2 2 1 1 2 3 2 1 36
(77)
Lampiran A.2 Validitas Item Soal
Dengan menggunakan rumus r = n XY−( X)( Y)
n X2 −( X)2 n Y2 −( Y)2
diperoleh
validitas sebagai berikut: Soal no. 1
r 1 = 28 4438 − 90 (1307)
28 374 −(90)2 28 63053 −(1307)2
= 124264 −(117630)
10472−8100 57235
= 6634
11651,670 = 0,569
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,569 maka soal ini valid.
Soal no. 2
r 2 = 28 4868 − 100 (1307)
28 426 −(100)2 28 63053 −(1307)2
= 136304 −(130700)
11928−10000 57235
= 5604
10504,717 = 0,533
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,533 maka soal ini valid.
Soal no.3
r 3 = 28 4602 − 95 (1307)
(78)
= 128856 −(124165)
10948−9025 57235
= 4691
10491,086 = 0,477
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,477 maka soal ini valid.
Soal no.4
r 4 = 28 3136 − 65 (1307)
28 185 −(65)2 28 63053 −(1307)2
= 87808 −(84955)
5180−4225 57235
= 2853
7393,201 = 0,386
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,386 maka soal ini valid.
Soal no.5
r 5 = 28 1519 − 34 (1307)
28 52 −(34)2 28 63053 −(1307)2
= 42532 −(44438)
1456−1156 57235
= −1906
4143,730 = −0,459
(79)
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah - 0,459 maka soal ini tidak valid.
Soal no.6
r 6 = 28 2655 − 55 (1307)
28 141 −(55)2 28 63053 −(1307)2
= 74340 −(71885)
3948−3025 57235
= 2455
7268,281 = 0,337
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,337 maka soal ini tidak valid.
Soal no.7
r 7 = 28 3857 − 79 (1307)
28 283 −(79)2 28 63053 −(1307)2
= 107996 −(103253)
7924−6241 57235
= 4743
9814,606 = 0,483
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,483 maka soal ini valid.
(80)
Soal no.8
r 8 = 28 4709 − 96 (1307)
28 414 −(96)2 28 63053 −(1307)2
= 131852 −(125472)
11592−9216 57235
= 6380
11661,490 = 0,547
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,547 maka soal ini valid.
Soal no.9
r 9 = 28 2354 − 49 (1307)
28 117 −(49)2 28 63053 −(1307)2
= 65912 −(64043)
3276−2401 57235
= 1869
7076766 = 0,264
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,264 maka soal ini tidak valid.
Soal no.10
r 10 = 28 2045 − 46 (1307)
28 116 −(46)2 28 63053 −(1307)2
= 57260 −(60122)
3248−2116 57235
= −2862
(81)
= −0,356
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah - 0,356 maka soal ini tidak valid.
Soal no.11
r 11 = 28 1933 − 40 (1307)
28 94 −(40)2 28 63053 −(1307)2
= 54124 −(52280)
2632−1600 57235
= 1844
7685,474 = 0,239
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,239 maka soal ini tidak valid.
Soal no.12
r 12 = 28 3409 − 70 (1307)
28 206 −(70)2 28 63053 −(1307)2
= 95452 −(91490)
5768−4900 57235
= 3962
7048,402 = 0,562
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,562 maka soal ini valid.
(82)
Soal no.13
r 13 = 28 3945 − 81 (1307)
28 283 −(81)2 28 63053 −(1307)2
= 110460 −(105867)
7924−6561 57235
= 4593
8832,401 = 0,520
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,520 maka soal ini valid.
Soal no.14
r 14 = 28 2214 − 47 (1307)
28 101 −(47)2 28 63053 −(1307)2
= 61992 −(61429)
2828−2209 57235
= 563
5952,181 = 0,0945
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,0945 maka soal ini tidak valid.
Soal no.15
r 15 = 28 1615 − 33 (1307)
28 69 −(33)2 28 63053 −(1307)2
= 45220 −(43131)
1932−1089 57235
= 2089
(83)
= 0,301
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,301 maka soal ini tidak valid.
Soal no.16
r 16 = 28 3347 − 69 (1307)
28 203 −(69)2 28 63053 −(1307)2
= 93716 −(90183)
5684−4761 57235
= 3533
7268,280 = 0,486
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,486 maka soal ini valid.
Soal no.17
r 17 = 28 4039 − 83 (1307)
28 295 −(83)2 28 63053 −(1307)2
= 113092 −(108481)
8260−6889 57235
= 4611
8858,283 = 0,520
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,520 maka soal ini valid.
(84)
Soal no.18
r 18 = 28 3239 − 69 (1307)
28 217 −(69)2 28 63053 −(1307)2
= 90692 −(90183)
6076−4761 57235
= 509
8675,484 = 0,0586
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,0586 maka soal ini tidak valid.
Soal no.19
r 19 = 28 3009 − 61 (1307)
28 181 −(61)2 28 63053 −(1307)2
= 84252 −(79727)
5068−3721 57235
= 4525
8780,406 = 0,515
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,515 maka soal ini valid.
Soal no.20
r 20 = 28 2120 − 45 (1307)
28 95 −(45)2 28 63053 −(1307)2
= 59360 −(58815)
2660−2025 57235
= 545
(85)
= 0,0904
Berdasarkan tabel r produk moment dengan taraf signifikansi 5% dan N = 28 maka didapat r tabel = 0,374. Karena r hitung untuk soal no 1 adalah 0,0904 maka soal ini tidak valid.
(86)
Lampiran B.1 Grafik Hubungan Komponen Visual dengan Prestasi Belajar Skor Komponen
Visual (X1)
Skor Prestasi Belajar
(Y)
X1Y � Y2
8 45 360 64 2025
8 30 240 64 900
7 72 504 49 5184
8 45 360 64 2025
6 85 510 36 7225
7 28 196 49 784
4 86 344 16 7396
9 55 495 81 3025
6 38 228 36 1444
8 21 168 64 441
7 63 441 49 3969
7 28 196 49 784
6 83 498 36 6889
6 51 306 36 2601
5 23 115 25 529
7 82 574 49 6724
8 34 272 64 1156
7 50 350 49 2500
6 26 156 36 676
6 81 486 36 6561
9 62 558 81 3844
8 39 312 64 1521
8 58 464 64 3364
8 55 440 64 3025
6 52 312 36 2704
6 45 270 36 2025
6 41 246 36 1681
6 52 312 36 2704
9 32 288 81 1024
(87)
Keterangan:
Dari grafik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi skor komponen visual yang diperoleh, maka semakin rendah skor prestasi belajar yang diperoleh.
y = -4,249x + 80,01 R² = 0,070
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0 2 4 6 8 10
sk
or
p
re
stasi
b
elajar
skor komponen visual
Grafik Hubungan Komponen Visual dengan Prestasi Belajar
(1)
18. Tidak Tidak Sesuai
19. Tidak Tidak Sesuai
20. Ya Ya Sesuai
21. Tidak Tidak Sesuai
22. Tidak Tidak Sesuai
23. Ya Ya Sesuai
24. Tidak Tidak Sesuai
25. Ya Ya Sesuai
26. Ya Ya Sesuai
27. Ya Ya Sesuai
28. Ya Ya Sesuai
29. Ya Ya Sesuai
(2)
129
(3)
(4)
131
(5)
(6)