Korelasi prestasi belajar pendidikan agama islam dengan ketaatan beribadah siswa kelas Viii di SMP Negeri 1 Cireudeu Ciputat

(1)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN

KETAATAN BERIBADAH SISWA

KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 CIPUTAT

Skripsi Ini

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)

Oleh :

DWI NURUL MUSLIMAH NIM : 202011000931

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Rosyada, MA Yudhi Munadi, M.Ag

NIP : 150 202 339 NIP : 150 289 434

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

U I N SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1427 H / 2006 M


(2)

AGAMA ISLAM DENGAN KETAATAN BERIBADAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGRI 1 CIRENDEU CIPUTAT telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 20 November 2006 Sidang Munaqasyah

Dekan/Ketua Merangkap Anggota, Pudek 1/Sekretaris Merangkap Anggota,

Prof. Dr. Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fachrurrozi, M.A

NIP : 150 202 339 NIP : 150 202 343 Anggota :

Penguji I Penguji II

Drs. E Kusnadi Drs. Abdul Fatah Wibisono, M.Ag

NIP : 150 062 572 NIP : 150 236 009

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

U I N SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1427 H / 2006 M


(3)

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan anugrah dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhamad SAW, keluarga, sahabat serta kepada seluruh penerus perjuangannya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (SI) Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak begitu saja dapat diselesaikan melainkan dengan bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan mendalam kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus pembimbing skripsi saya yang telah memberikan khazanah keilmuwannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

3. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag, pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

mengadakan penelitian di SMP N I Ciputat dalam rangka penyusunan skripsi ini. 5. Segenap Pimpinan dan jajaran Staf Pengajar yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Pimpinan dan Staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah membesarkan dan memberikan dukungan materi maupun materil serta motivasi kepada penulis dalam do’a dan kasih sayang yang tiada tara hingga saat ini.

8. Kakakku Ahadiyah Ika Wati beserta suami yaitu Ahmad Tadfi’ul Amin yang telah memotivasi, mencurahkan perhatian dan memberikan saran-saran kepada penulis dengan penuh keikhlasan.

9. Teman-temanku Jurusan Pendidikan Agama Islam (kelas A) angkatan 2002, terkhusus untuk sahabatku Ita Yunita dan Ade Mahmud serta teman-teman seperjuangan pada Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMPN I Ciputat, terima kasih atas segala persahabatan dan perhatian yang terjalin di antara kita. 10.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta perhatian yang luar biasa.


(5)

Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.

Jakarta, November 2006


(6)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Pembatasan Masalah ... 9

3. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan Ketaatan Beribadah ... 12

1. Pengertian, Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam... 12


(7)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ... 19

e. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 26

f. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 30

2. Ketaatan Beribadah ... 34

a. Pengertian Ketaatan Beribadah ... 34

b. Urgensi Ketaatan Beribadah ... 37

c. Indikator Ketaatan Beribadah ... 39

B. Kerangka Berfikir ... 40

C. Hipotesa ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Variabel Penelitian ... 43

B. Populasi dan Sampel ... 46

C. Teknik Pengumpulan Data ... 47

D. Teknik Analisa Data ... 48

1. Prosentase ... 49

2. Korelasi ... 50

a. Tabel Kerja ... 50

b. Mencari angka indeks korelasi ‘r’ ... 50

c. Memberikan interpretasi ... 51


(8)

1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 1 Ciputat ... 53

2. Jumlah Siswa dan Sarana Prasarana yang ada ... 54

a. Jumlah Siswa ... 54

b. Jumlah Sarana Prasarana ... 55

B. Deskripsi Data ... 56

C. Ulasan ... 75

BAB V PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81


(9)

3.3 Matriks Populasi dan Sampel 4.1 Keadaan Siswa

4.2 Keadaan Sarana dan Prasarana 4.3 Melaksanakan shalat wajib 5X sehari 4.4 Selesai shalat, berdo’a atau berdzikir 4.5 Shalat tepat waktu

4.6 Meninggalkan shalat

4.7 Melaksanakan puasa di bulan Ramadhan 4.8 Melaksanakan puasa Ramadhan selama 30 hari

4.9 Melaksanakan puasa Ramadhan karena paksaan orang tua 4.10 Mendengarkan ceramah agama menjelang berbuka puasa 4.11 Melaksanakan shalat sunah

4.12 Melaksanakan puasa sunah

4.13 Shalat Tarawih di Bulan Ramadhan 4.14 Puasa Senin dan Kamis

4.15 Mengikuti Kegiatan Mengaji 4.16 Mengaji/Tadarus seusai shalat

4.17 Meluangkan waktu untuk mengaji/tadarus 4.18 Saat mengaji qur’an ada yang membimbing 4.19 Membaya zakat fitrah

4.20 Memberi sisa uang jajan kepada peminta-minta 4.21 Menyisihkan uang untuk beramal

4.22 Menyumbang untuk korban bencana 4.23 Tabel perhitungan variabel X dan Y

4.24 Tabel perhitungan variabel X dan Y menggunakan SPSS 12 Table Correlations

4.25 Descriptive Statistic 4.26 Case Processing Summary


(10)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam merupakan bagian terpenting, sebab berkenaan dengan aspek-aspek kepribadian siswa karena untuk mentransformasi kedalam sikap keagamaan siswa bukan hanya tanggung jawab guru sekolah, tapi juga adalah tanggung jawab orang tua yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.

Kebijakan pemerintah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah-sekolah, kaitannya dengan jam pembelajaran yang tersedia baik dari mulai sekolah tingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi, hanya

disediakan waktu pembelajaran yang sangat sedikit. Kurikulum pendidikan yang selalu berubah-ubah ini juga sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan

pendidikan di negara ini.

Bagaimana mungkin dengan waktu yang sangat sedikit tersebut, target dari pelajaran pendidikan agama dimana salah satu tujan pelajaran tersebut adalah memberikan kemampuan dasar kepada siswa tentang agama dalam

mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, akan dengan mudah tercapai.

Oleh karenanya, untuk mencapai target dan tujuan pendidikan, perlu adanya sistem pendidikan agama yang terpadu, yaitu yang memperhatikan segala


(11)

unsur yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan tersebut. Prestasi belajar pendidikan agama Islam yang diperoleh siswa adalah karena ia taat dalam beribadah atau siswa taat beribadah sehingga prestasi belajarnya bagus.

Ketaatan beribadah siswa adalah keteraturan dan kesungguhan seorang siswa dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Perintah tersebut meliputi pelaksanaan shalat lima waktu dan shalat-shalat sunnah lainnya, puasa di bulan ramadhan dan puasa sunnah, pembiasaan

berinfak/shadaqah, berbakti kepada kedua orang tua, dan kesungguhan dalam belajar. Sementara larangan Allah dapat berupa larangan berjudi, berzina, berkata bohong dan keji, dan lain-lainnya.

SMP Negeri 1 Ciputat sebagai bagian dari lembaga pendidikan formal di Indonesia, selalu berusaha mendidik dan mengarahkan seluruh peserta didiknya menjadi manusia yang bertakwa dan berprestasi. Bahkan bertakwa dan berprestasi merupakan dua kata yang menjadi jargon dan tujuan dari setiap lembaga

pendidikan di Indonesia. Namun demikian jargon tersebut tidak mudah untuk diwujudkan, tidak semudah membalikkan kedua tangan.

Upaya mencapai prestasi dan ketakwaan siswa diwujudkan dalam bentuk berbagai kegiatan pembelajaran baik yang bersifat intra kurikuler, ko kurikuler, maupun ekstra kurikuler. Untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal dilakukan kegiatan pembelajaran yang dibimbing oleh guru-guru yang memiliki kompetensi di bidangnya. Sementara untuk mencapai ketakwaan siswa, di


(12)

samping mereka belajar agama di kelas, juga ada beberapa kegiatan yang diharapkan dapat menunjang kompetensi ketakwaan mereka. Namun demikian nampaknya hingga saat ini tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai

Manusia adalah makhluk individu juga sebagai makhluk sosial merupakan dua peran yang harus dijalankan dalam mengarungi alam kehidupannya. Dalam hubungannya sebagai makhluk sosial terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat dipisahkan dari individu lain, dalam hidup dan kehidupannya di dunia ini, manusia itu serba terhubung dengan manusia lain dan saling tergantung dengan sesamanya. Kebersamaan hidup di antara sesama manusia akan berlangsung di dalam bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi.1 Sebagaimana Firman Allah SWT :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang

paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di

antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

(Q.S. Al-Hujurat 49 : 13 )

1

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-11, h. 1


(13)

Dengan demikian, kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu di sengaja maupun tidak disengaja. Dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, interaksi edukatif perlu dibedakan dari bentuk interaksi yang lain. Dalam arti yang lebih spesifik pada bidang pengajaran, di kenal adanya istilah interaksi belajar-mengajar. Dengan kata lain, apa yang dinamakan interaksi edukatif, secara khusus adalah sebagai interaksi belajar-mengajar.2

Sesungguhnya pendidikan adalah masalah penting yang aktual sepanjang zaman. Karena pendidikan, manusia menjadi maju. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia mampu mengolah alam yang dikaruniakan Allah SWT Kepada manusia. Islam mewajibkan setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu. Manusia dianjurkan untuk belajar sejak dari buaian sampai ke liang lahad.3 Rasulullah SAW bersabda :

ﺔ ْﺴ و

ْﺴ

آ

ﺔﻀْﺮ

ْ ْا

)

ﺴ ﻮىرﺎ ا

اور

(

“Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap orang Islam, laki-laki atupun

perempuan” (H.R. Bukhari dan Muslim)

2

Ibid., h. 1

3

Zakiah Daradjat,Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV Ruhama, 1994), cet. Ke-1, h. 1


(14)

ﺪْ ﺎى ا

ﺪْﻬْ ا

ْ ْااﻮ ْﻃا

)

ا

اور

ﺮ اﺪ

(

“ Tuntutlah ilmu itu sejak dari ayunan sampai ke liang lahad (mulai dari

kecil sampai mati).” (H.R. Ibn. Abd. Bar) 4

Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, maka sejak itu timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan pengembangan kebudayaan melalui pendidikan. Maka itu dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi demi generasi sejalan dengan tuntutan kemajuan masyarakatnya.5

Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam dilaksanakan secara informal. Sistem pendidikan Islam secara informal ini, terutama yang berjalan dalam lingkungan keluarga sudah diakui keampuhannya dalam menanamkan sendi-sendi agama dalam jiwa anak-anak. Anak-anak dididik dengan ajaran-ajaran agama sejak kecil dalam keluarganya. Mereka dibiasakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan dengan didahului membaca Basmallah. Mereka dilatih membaca Al-Qur’an, melakukan sholat dengan berjamaah, berpuasa di bulan Ramadhan, dan lain-lain.6

Usaha-usaha pendidikan agama di masyarakat, yang saat ini di kenal dengan pendidikan non-formal, ternyata mampu menyediakan kondisi yang sangat baik dalam menunjang keberhasilan pendidikan Islam dan memberi

4

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), cet. Ke-3, h. 6

5

M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), cet. Ke-5, h. 1

6

Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), cet. Ke-6, h. 211


(15)

motivasi yang kuat bagi umat Islam untuk menyelenggarakan pendidikan agama yang lebih baik dan lebih sempurna.7

Apabila proses belajar itu diselenggarakan secara formal di sekolah-sekolah, tidak lain ini dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Interaksi yang terjadi selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, yang antara lain terdiri atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran dan berbagai sumber belajar dan fasilitas.8

Pendidikan Islam diartikan sebagai upaya sadar yang dilakukan oleh mereka yang memilki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang dimiliki anak agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana hakikat kejadiannya. Jadi, dalam pengertian ini, pendidikan Islam tidak dibatasi oleh institusi ( kelembagaaan ) ataupun pada lapangan pendidikan tertentu. Pendidikan Islam diartikan dalam ruang lingkup yang luas.

Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi pengaruh dimaksud, sangat tergantung berbagai faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab, pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih

7

Ibid., h. 211

8

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke-3, h. 1


(16)

dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.9

Sekolah harus menjadi sumber kebaikan, menjadi sumber akhlak yang mulia, menjadi tempat untuk kesucian dan kesempurnaan. Sekolah yang tak mencapai kesempurnaan dari segi ilmiah, amal perbuatan, jasmani, akal, akhlak, kemasyarakatan, kerohanian dan perasaan, berarti belum menunaikan kewajibannya terhadap pendidikan dan pengajaran. Pendidikan sekolah harus berusaha mendidik siswa-siswinya supaya sampai kepada kesempurnaan perseorangan dan kesempurnaan masyarakat seluruhnya. Ia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mementingkan masyarakat seluruhnya. Seseorang belum dapat dikatakan tinggi akhlaknya, kecuali bila ia melupakan kepentingan dirinya untuk kebaikan masyarakat. Dengan demikian, ia menjadi anggota yang hidup dalam masyarakat.10

Tujuan pengajaran agama dan akhlak adalah menanamkan perasaan keagamaan dan akhlak yang mulia dalam dada anak didik, sehingga mereka menjadi orang yang beragama dengan arti kata yang sebenarnya serta berakhlak yang mulia. Untuk mencapai tujuan itu haruslah pengajaran agama dan akhlak itu diberikan dengan sungguh-sungguh, bukan saja dalam jam pelajarannya, bahkan juga di luar jam pelajaran itu.11

Falsafah mengajak kita kepada kependidikan yang bersifat menyeluruh yang dilandasi oleh iman, karena kita menghendaki pendidikan keagamaan yang berdasarkan keimanan. Karena kita yakin bahwa sesungguhnya iman yang benar itu menjadi dasar bagi setiap pendidikan yang benar, karena iman yang benar memimpin kita kearah akhlak mulia. Akhlak mulia memimpin kita kearah usaha

9

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), cet. Ke-5, h. 220

10

Muhammad Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1990), cet. Ke-3, h. 31-32

11


(17)

mendalami hakikat dan menuntut ilmu yang benar, sedangkan ilmu yang benar memimpin kita kearah amal soleh.12

Orang yang beribadat kepada Allah adalah orang yang disayangi-Nya. Kepada umat manusia, diturunkan suatu ajaran melalui Rasul-Nya secara berturut dan beruntun, mulai dari Rasul pertama, Adam A.S. sampai kepada Rasul terakhir, Muhammad SAW. Ajaran yang telah disempurnakan melalui Rasul ini bernama Syari’at Islam yang terkumpul dalam suatu kitab yang bernama Al-Qur’an, dan yang telah dijelaskan oleh Rasulullah dengan sabda-Nya, dengan perbuatannya dan pengakuannya, seterusnya dikembangkan oleh para pengikutnya yang sudah memiliki kemampuan untuk berijtihad. Manusia adalah makhluk Allah. Ia dan alam semesta bukan terjadi sendirinya, tetapi dijadikan oleh Allah. Allah menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya. Untuk ini Ia memerintahkan supaya manusia itu beribadat kepada-Nya13. Firman-Nya :

ْﻻْاو

ْا

ْ ﺎ و

نْوﺪ ْ

ﻻإ

)

(

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S. Adz-Dzariyat 51 : 56 )

Fenomena tersebut menarik untuk dikaji lebih sehingga penulis tergerak menelitinya dengan judul “KORELASI PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KETAATAN BERIBADAH SISWA KELAS

VIII DI SMP NEGERI 1 CIRENDEU CIPUTAT”

12

Fadhil Al-Djamali, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1988), cet. Ke-1, h. 44

13


(18)

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Prestasi belajar agama dan ketaatan beribadah merupakan dua variabel yang saling berkorelasi. Secara teoritis, siswa yang berprestasi tinggi dalam mata pelajaran agama seharusnya ketaatan beribadahanya menjadi tinggi, sebagai efek dari prestasinya tersebut. Demikian pula siswa yang taat beribadah seharusnya prestasi belajar agamanaya tinggi, sebab ketaatan beribadah akan berimplikasi kepada prestasi belajar agama. Namun demikian, prestasi belajar dan ketaatan beragama juga dipengaruhi oleh variabel-variabel lain seperti motivasi, perhatian orang tua, disiplin, kepemimpinan kepala sekolah, kompetensi guru, pergaulan, dan lain sebagainya, sehingga jika dicoba diadakan pemetaan terhadap variabel-variabel tersebut, dapat diidentifikasi sebagai berikut:

a) Ada atau tidaknya pengaruh kepemimpinan kepala sakolah, cara mengajar guru di sekolah, keteladanan orang tua, dan pergaulan siswa terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan Ketaatan beribadah. b) Seberapa besar motivasi dalam diri siswa untuk mencapai prestasi belajar dan taat dalam beribadah. c) Bagaimana peran orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar dan ketaatan beribadah. d) Bagaimana pergaulan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar dan ketaatan beribadah.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkaan identifikasi masalah diketahui bahwa ketaatan beribadah seorang siswa secara teoritis sangat dipengaruhi dan berkorelasi dengan banyak variabel, ini berarti bahwa tumbuh dan berkembangnya ketaatan beribadah seorang siswa bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri dan bukan pula muncul dengan sendirinya atau terserah pada takdir (given).

Mengingat keterabatasan peneliti dalam hal waktu, tenaga, kemampuan akademik, dan biaya, maka walaupun banyak variabel yang berkorelasi dengan ketaatan beribadah siswa, penelitian ini hanya dibatasi pada satu variabel yang berkorelasi dengan ketaatan beribadah siswa, yaitu variabel prestasi belajar, sehingga penelitian ini hanya dibatasi pada hubungan antara prestasi belajar dengan ketaatan beribadah siswa.

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini hanya dibatasi pada prestasi belajar mata pelajaran pendidikan agama. Prestasi belajar siswa maksudnya kemampuan siswa dalam memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah, kemampuan tersebut dibuktikan dengan perolehan nilai yang baik dari hasil belajar siswa, dalam hal ini siswa yang menjadi subyek penelitian adalah yang memperoleh nilai 8 atau lebih diraportnya pada semester II. Sementara ketaatan beribadah hanya dibatasi pada ibadah shalat, puasa, dan shadaqah dengan alasan bahwa manusia yang taat menjalankan sholat, puasa dan membayar zakat, tentunya ia akan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT, serta akan menimbulkan keuntungan yang berlipat ganda bagi manusia itu sendiri. Namun bukan berarti ibadah yang lain tidak demikian, pengabdian manusia tidaklah untuk kepentingan Allah, karena Allah tidak menghajatkan kepada yang lain. Pengabdian dimaksudkan untuk mengembalikan manusia kepada asal penciptanya yaitu fitrah atau kesuciannya dan agar kehidupan di dunia ini di ridoi oleh Allah SWT.

3. Perumusan Masalah

Bertitik tolak pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah prestasi belajar Pendidikan Agama Islam berkorelasi secara positif dengan ketaatan beribadah siswa di SMP Negeri 1 Cirendeu Ciputat ?


(19)

1. Untuk megetahui secara objektif kegiatan belajar mengajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Cirendeu Ciputat.

2. Untuk mengetahui seberapa besar korelasi antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan ketaatan beribadah siswa khususnya kelas VIII di SMP Negeri 1 Cirendeu Ciputat.

D. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak terkait untuk memberikan sumbangan yang berarti bagi khazanah intelektual Islam khususnya bidang pendidikan.

2. Dapat dijadikan literatur tambahan bagi mereka yang membutuhkan informasi berkaitan dengan bahasan dimaksud.


(20)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan Ketaatan Beribadah

1. Pengertian, Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Belajar

Belajar dalam pengertian umum adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Hal ini disebabkan karena manusia bersifat dinamis dan terbuka terhadap berbagai bentuk perubahan yang dapat terjadi pada dirinya dan pada lingkungannya, maka proses belajar selalu terjadi tanpa henti dalam kehidupan manusia.14

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penugasan materi ilmu

pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini, ada pengertian bahwa belajar adalah ‘penambahan pengetahuan’.

Selanjutnya, ada yang mendefinisikan: “belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.15

Dalam pengertian yang lebih spesifik, belajar dapat didefinisikan sebagai akuisisi atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki program terencana, tujuan instruktusional yang konkrit, dan diikuti oleh semua siswa sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan dinamis.16

Belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan perilaku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.17

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya

14

Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), cet. Ke-2, h. 164

15

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet. Ke-11, h. 20-21

16

Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Pendidikan, 1997), cet. Ke- 9, h. 55

17

Ahmad Mudzakir, et al., Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, h. 34


(21)

perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya.18

Sehubungan dengan uraian diatas, maka kegiatan belajar itu cenderung diketahui sebagai suatu proses psikologis, terjadi di dalam diri seseorang. Oleh karena itu, sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Dalam hal ini secara global ada tiga teori yakni, teori Ilmu Jiwa Daya, Ilmu Jiwa Gestalt dan Ilmu Jiwa Asosiasi.

1) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya oleh Salz dan Walff

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari bermacam-macam daya. Masing-masing daya dapat dilatih dalam rangka untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya itu, dapat digunakan berbagai cara atau bahan. Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal kata-kata atau angka, dan istilah asing. Begitu pula dengan daya-daya yang lain. Yang penting dalam hal ini bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan pembentukan dari daya-daya itu. Kalau sudah demikian, maka seseorang yang belajar itu akan berhasil.

2) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt

Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian/unsur. Sebab keberadaan keseluruhan itu juga lebih dulu. Sehingga dalam kegiatan belajar, bermula pada suatu pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan menyeluruh. Dalam mempersoalkan belajar, Koffka berpendapat bahwa hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu berlaku/bisa diterapkan dalam kegiatan belajar. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa belajar itu pada pokoknya yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yakni mendapatkan respons yang tepat. Karena penemuan respons yang tepat tergantung pada kesediaan diri si subjek belajar dengan segala panca indranya. Dalam kegiatan pengamatan keterlibatan semua panca indra itu sangat diperlukan. Menurut teori ini memang mudah atau sukarnya suatu pemecahan masalah itu tergantung pada pengamatan.

3) Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi a) Teori Konektionisme dari Thorndike

Menurut Thorndike, dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara kesan panca indra (sense impresion) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action). Asosiasi yang demikian itu dinamakan

‘connecting’. Dengan kata lain, belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan terjadi suatu hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respons itu akan menjadi terbiasa, otomatis.

b) Teori Conditioning dari Pavlov

Secara eksplisit dapat dikonklusikan bahwa suatu proses perubahan terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response) yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara otomatis (alami). Pengamat teori ini mengatakan bahwa: “setiap tingkah laku manusia, juga tidak lain adalah hasil dari conditioning yakni hasil dari latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat/perangsang-perangsang tertentu yang dialaminya didalam kehidupannya”.

Dalam praktek kehidupan sehari-hari pola seperti itu banyak terjadi. Seseorang akan melakukan sesuatu kebiasaan karena adanya sesuatu tanda. Misalnya anak sekolah mendengar lonceng, kemudian berkumpul; tentara akan mengerjakan atau melakukan segala sesuatu gerakan karena aba-aba dari komandannya; permainan sepak bola akan berhenti kalau mendengar bunyi pluit.

18

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke-3, h. 1


(22)

Teori ini menganggap bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis (alami), bahwa hal ini sekaligus merupakan suatu kelemahan juga, dari pada teori ini. Ini dapat dikatakan karena teori ini menghiraukan keaktifan dan penentu pribadi dalam peranan latihan/kebiasaan terlalu menonjol. 4) Teori Konstruktivisme oleh Von Glasersfeld

Menurut pandangan teori ini, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang.

Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka proses mengajar, bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke subjek belajar/siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan subjek belajar merekonstruksi sendiri pengetahuannya. Mengajar adalah bentuk partisipasi dengan subjek belajar dalam membentuk pengetahuan, dan membuat makna, mencari kejelasan dan menentukan justifikasi. Karena itu guru dalam hal ini berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu optimalisasi belajar siswa.19

Dari beberapa teori belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa:

a. Belajar merupakan pelatihan daya-daya yang dimiliki setiap individu sesuai fungsinya seperti daya ingat, hafal ataupun menghitung agar keberhasilan dalam belajar mudah diperoleh.

b. Belajar merupakan pelatihan pada panca indra dalam mengembangkan kemampuannya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Antara komponen yang satu dengan yang lainnya harus saling berhubungan agar proses belajar individu mudah difahami dan direalisasikan dalam kehidupannya

c. Belajar merupakan suatu usaha seseorang dengan menggunakan potensi yang dimilikinya untuk mengadakan perubahan baik fisik, mental, juga tingkah laku yang harus didukung oleh lingkungannya. Belajar juga merupakan sebuah proses mengubah kebiasaan dari hal yang buruk menjadi baik, mengubah sikap dan mental seseorang, yang terpokok bahwa belajar sebagai proses menambah pengetahuan dalam berbagai ilmu dan pengetahuan.

b. Pengertian Prestasi

Prestasi secara sederhana dan umum dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat diraih oleh seseorang, keberhasilan dalam meraih sesuatu tersebut dapat diukur dalam bentuk indikator-indikator yang diverbalkan sesuai dengan hal yang diraihnya. Dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya”.20

Prestasi didefinisikan apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini

19

Sardiman A.M., Interaksi Belajar Mengajar,op cit, h. 30-38

20

Department Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), cet. Ke-7, h. 787


(23)

menunjukkan bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa.21

Prestasi yang dimaksudkan penulis adalah prestasi siswa yang melaksanakan kegiatan belajar di dalam kelas, oleh karenaya prestasi yang di maksud merupakan hasil dari proses kegiatan belajar-mengajar yang direncanakan dan diharapkan, baik oleh individu, guru, maupun lingkungannya. Prestasi tersebut bisa dilihat melalui hasil tes berupa angka-angka yang terlihat dalam raport yang terbentuk dari kegiatan-kegiatan afektif, kognitif dan psikomotorik maupun perubahan-perubahan positif dari siswa yang melaksanakan kegiatan belajar tersebut dalam kehidupannya.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut W.S. Winkel dalam Psikologi Pengajaran, “hasil belajar yang diraih oleh seseorang selama dan sesudah ia mengalami proses belajar. Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses belajar”.22

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.23

Prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah diraih oleh seorang siswa dalam belajarnya atau selama dan sesudah ia mengalami proses belajar, atau dapat juga dikatakan hasil perkembangan berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, keyakinan dan lain-lain yang diperolehnya melalui belajar.

Salah satu konsep yang pernah dirumuskan para ahli mengatakan bahwa keberhasilan dalam prestasi belajar sangatlah dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersumber dari dalam diri siswa sendiri (internal) maupun yang bersumber dari luar diri individu (eksternal).

Yang dimaksud dengan prestasi belajar oleh penulis, merupakan keberhasilan siswa yang dicapai melalui proses belajar mengajar, adapun keberhasilan tersebut dapat dilihat dengan bertambahnya pengetahuan pada diri siswa baik melalui nilai-nilai tes yang tertuang pada nilai raport siswa dari kegiatan-kegiatan afektif, kognitif dan psikomotorik setelah ia melakukan pendidikan selama satu semester, maupun perubahan pada cara ia berifkir dan bersikap kearah positif serta bermanfaat bagi orang lain dalam kehidupannya sehari-hari.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Faktor yang mempengaruhi prestasi seseorang yang datang dari individu dirinya (internal) ada yang bersifat fisik, yaitu panca indra dan kondisi fisik secara umum, dan ada pula yang bersifat psikologis, meliputi minat, motivasi dan intelegensi. Sebagai contoh, seorang yang berusia 5 tahun tidak akan sama prestasi belajarnya dengan anak yang berusia 7 tahun, begitupun dengan anak yang dilahirkan memiliki panca indra yang normal tidak akan sama prestasi yang diraihnya dengan anak yang cacat panca indranya.

Selanjutnya, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang datang dari luar diri individunya (eksternal), ada yang bersifat fisik seperti tempat belajar, sarana belajar, perlengkapan belajar, materi pelajaran, kondisi lingkungan belajar dan lainnya. Sedangkan yang bersifat sosial seperti dukungan dari lingkungan baik keluarga maupun masyarakat, serta pengaruh budaya dimana individu siswa itu tinggal.

Sementara itu, menurut pendapat H. Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

1. Faktor Row Input yakni, faktor peserta didik itu sendiri, dimana setiap anak memilki kondisi yang berbeda.

2. Faktor environmental input, yakni faktor lingkungan, baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial.

3. Faktor instrumental input yang didalamnya antara lain, kurikulum, program/bahan pengajaran, sarana dan fasilitas, guru/tenaga pengajar.24

21

A.G. Lunadi, Pendidikan Orang Dewasa, (Jakarta: Gramedia, 1981 ), h. 3

22

W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996 ), h. 52

23


(24)

Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologi yang diperlukan dalam pencapaian prestasi belajar secara optimal, diantaranya :

1. Motivasi

Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal : (1) mengetahui apa yang akan dipelajari; dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur tersebut, motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa motivasi , kegiatan belajar-mengajar sulit untuk berhasil.

2. Konsentrasi

Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Di dalam belajar, mungkin juga ada perhatian sekedarnya, tetapi tidak konsentrasi, maka materi yang masuk dalam pikiran mempunyai kecenderungan berkesan, tetapi samar-samar di dalam kesadaran. Kesan itu mungkin juga jelas bagi seseorang untuk memahami secara umum apa yang telah dilihat atau didengarnya, tetapi tidak cukup kuat untuk membuat kesan yang hidup dan tahan lama (abadi). Dalam hubungan antara kegiatan belajar dan tingkat konsentrasi, Thomas F. Staton membuat penjelasan seperti terlihat dibawah ini :

a) Reaksi

Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, menyerah pada lingkungan, tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi, orang yang belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal.

b) Organisasi

Perbedaan belajar yang berhasil dengan kebingungan, kemungkinan besar hanyalah perbedaan antara cara penerimaan dan pengaturan fakta-fakta dan ide-ide dalam pikiran siswa yang belajar. Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan mental untuk mengorganisasikan stimulus (fakta-fakta, ide-ide). Untuk membantu siswa agar cepat dapat mengorganisasikan fakta atau ide-ide dalam pikirannya, maka diperlukan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar.

c) Pemahaman

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu, belajar berarti harus mengerti secara mental, makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Comprehension atau pemahaman, memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.

Kemudian perlu juga ditegaskan bahwa comprehension bersifat dinamis. Dengan ini diharapkan, pemahaman akan bersifat kreatif. Ia akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang. Apabila subjek belajar atau siswa benar-benar memahaminya, maka akan siap memberi jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar.

24

Abu Ahmadi, et. al.., Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), cet. Ke-1, h. 103


(25)

d) Ulangan

Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan para siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Mengulangi atau memeriksa dan mempelajari kembali apa yang sudah dipelajari, maka kemungkinan untuk mengingat bahan pelajaran menjadi lebih besar.

Ada yang mengklasifikasikan faktor-faktor psikologis dalam belajar itu adalah sebagai berikut :

1. Perhatian, maksudnya adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek pelajaran atau dapat dikatakan sebagai banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.

2. Pengamatan, adalah cara mengenal dunia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan seganap panca indra. Jadi, dalam belajar itu unsur keseluruhan jiwa dengan segala panca indranya harus bekerja untuk mengenal pelajaran tersebut.

3. Tanggapan, yang dimaksudkan adalah gambaran/bekas yang tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan pengamatan. Tanggapan itu akan memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar setiap siswa. 4. Fantasi, adalah sebagai kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan baru berdasarkan atas

tanggapan yang ada, atau dapat dikatakan sebagai suatu fungsi yang memungkinkan individu untuk berorientasi dalam alam imajiner, menerobos dunia realitas. Dengan fantasi ini, maka dalam belajar akan memiliki wawasan yang lebih longgar karena dididik untuk memahami diri atau pihak lain.

5. Ingatan, secara teoritis ingatan akan berfungsi :

a) Mencampakkan atau menerima kesan-kesan dari luar; b) Menyimpan kesan; dan

c) Memproduksi kesan.

Oleh karena itu, ingatan akan merupakan kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di dalam belajar. Hal ini sekaligus untuk menghindari kelupaan karena lupa sebagai gejala psikologis yang selalu ada.

6. Berpikir, adalah aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis dan menarik kesimpulan.

7. Bakat, adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan persoalan intelegensia yang merupakan struktul mental yang melahirkan ‘kemampuan’ untuk memahami sesuatu.

8. Motifasi.25

Diantara faktor-faktor yang menghambat prestasi belajar siswa adalah: 1. Keadaan ekonomi keluarga

25


(26)

Keadaan ekonomi keluarga cukup berperan dalam pencapaian prestasi belajar siswa, sebab hampir segala fasilitas belajar yang ada perlu di miliki oleh siswa.

2. Bakat

Seringkali kita dapatkan di masyarakat bahwa banyak sekali siswa yang melanjutkan sekolah pada jenjang kemudian, tidak sesuai dengan bakat yang dimilikinya tetapi hanya ikut-ikutan teman-temannya, sehingga hal ini sangat mempengaruhi prestasi siswa tersebut disekolah.

3. Minat

Seorang siswa yang melanjutkan sekolah tidak dengan kemauan dirinya, dalam artian paksaan dari orang tuanya, dapat mempengaruhi prestasi belajarnya dikemudian hari, dan tidak menutup kemungkinan akan menghambat prestasi belajar siswa tersebut.26

Diperolehnya prestasi belajar karena adanya proses yang disebut dengan pendidikan, Lunadi mengutip pendapat dari UNESCO tentang pendidikan orang dewasa, dimana hasil dari orang dewasa tampak pada perilakunya. Perubahan perilaku ini terjadi prosese belajar mengubah sikap tidak percaya diri dengan menambah pengetahuan atau keterampilan. Hal ini berarti prestasi belajar merupakan perubahan dari tingkah laku, dimana perubahan tersebut perlu digerakkan dengan pengetahuan baru, keterampilan dan material.27

Dengan demikian pengertian atau hakekat prestasi belajar siswa adalah hasil yang telah diraih oleh seorang siswa dalam balajarnya atau selama dan sesudah ia mengalami proses belajar, atau dapat juga dikatakan hasil

perkembangan berupa pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, keyakinan dan lain-lain yang diperolehnya melalui belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah sifatnya relatif, artinya dapat berubah setiap saat. Hal ini terjai karena prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, kelemahan salah satu faktor, akan dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam belajar. Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa di sekolah didukung oleh faktor internal dan eksternal seperti tersebut di atas.

e. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka kita harus melihat kepada kata Arab karena ajaran Islam itu diturunkan dalam bahasa tersebut. Kata ‘Pendidikan’ yang umum kita gunakan sekarang, dalam bahasa Arabnya adalah ‘Tarbiyah’, dengan kata kerja ‘Rabba’. Kata ‘Pengajaran’ dalam bahasa Arabnya adalah ‘Ta’lim’ dengan kata kerjanya ‘Allama’. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya ‘Tarbiyah wa Ta’lim’ sedangkan ‘Pendidikan Islam’ dalam bahasa Arabnya adalah ‘Tarbiyah Islamiyah’.

Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad SAW seperti terlihat dalam ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi28. Dalam ayat Al-Qur’an kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut :

ﺎ ر

ﺎ آ

ﺎ ﻬْ ْرا

بر

ْ و

ﺔ ْ ﺮ ا

لﺬ ا

حﺎ

ﺎ ﻬ

ْﺾ ْ او

اﺮ ﻐ

)

٢

(

“Dan rebahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhan, kasihanilah keduanya (ibu bapaku) sebagaimana mereka telah mengasuhku (mendidiku) waktu kecil”. (Q.S. Al-Isra’ 17:24)

26

Agus Soejanto, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses, (Surabaya: Aksara Baru, 1990 ), h. 74

27

A.G. Lunadi., Pendidikan Orang Dewasa.,op cit ., h. 3

28

Zakiah Daradjat,dkk., Ilmu Pendidikan Islam., (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. Ke-3, h. 25-26


(27)

Dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, Dr Zakiah Daradjat dan kawan-kawan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah : Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatngkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak.29

Menurut Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.30

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.31

Untuk memperjelas pengertian Pendidikan Agama Islam secara umum, penulis akan menguraikan pengertian Pendidikan Agama Islam secara istilah menurut para ahli sebagai berikut:

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaebani, yang dikutip oleh H M Arifin :

“Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarkatan dan kehidupan dalam alam dan sekitarnya melalui proses kependidikan, perubahan itu dilandasi dengan nilai Islam”.32

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Zuhairini dan kawan-kawan: “Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam”.33

3. Pengertian Pendidikan Agama Islam menurut Ahmad D Marimba dalam bukunya ‘Pengantar Filsafat Pendidikan Islam’, adalah :

“Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.34

29

Ibid., h. 38

30

Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi dan Aksi, (Jakarta: PT Gemawindu PancaPerkasa, Maret 2000), h. 31

31

Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, op cit, h. 86

32

M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), cet. Ke-1, h. 13

33

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1974), cet. Ke-4, h. 23


(28)

4. Menurut Salihun A Nasir dan M H Hanafi Anshari, mengatakan :

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing yang beragama Islam secara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran agama itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarnnya, diamalkan, menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol bagi perbuatan-perbuatannya pada pemikirannya dan sikap mentalnya (mental attitude).35

5. Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia, adalah:

“Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah selesai pendidikan dapat memahami ajaran-ajaran agama Islam serta mewujudkannya sebagai way of life”.36

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, penulis menarik suatu kesimpulan :

1. Bahwa Pendidikan Agama Islam itu merupakan bimbingan yang diberikan pada anak didik yang dilandasi dengan sendi-sendi ajaran agama Islam, sehingga di dalam menjalankan kehidupannya, anak didik selalu dilandasi dengan ajaran agama Islam yang pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat.

2. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha pembinaan dan pengembangan pribadi manusia (anak didik), baik dari aspek jasmaniah maupun rohaniah secara bertahap, sistematis dan pragmatis dalam suatu proses pembentukan kepribadian seorang muslim.

3. Bahwa Pendidikan Agama Islam bukan hanya sekedar membentuk manusia bertakwa dan beriman semata, tetapi lebih dari itu agar keimanan dan ketakwaannya yang ada dapat diaplikasikan dalam kancah masyarakat luas.

f. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan Pendidikan Agama Islam adalah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian muslim dalam Al-Qur’an disebut ‘Muttaqin’. Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertakwa. Ini sesuai benar dengan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia Pancasilais yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.37

34

Ibid, h. 23

35

Salihun A Nasir , et al., Pokok-pokok Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi,

(Indonesia Surabaya, 1984), cet. Ke-1, h. 11

36

Yunus S, et al., Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Usaha Nasional, 1975), h. 57

37

Zakiah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), cet. Ke-2, h. 72


(29)

Menurut Muhammad Munir Mursi, yang dikutip oleh Asnelly Ilyas, tujuan Pendidikan Agama Islam yang terpenting adalah :

1. Tercapainya manusia seutuhnya, kerana agama Islam itu adalah agama yang sempurna.

2. Tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat, merupakan tujuan yang seimbang.

3. Menumbuhkan kesadaran manusia untuk mengabdi dan takut kpada-Nya.

4. Menguatkan Ukhuwah Islamiyah dikalangan kaum muslimin.

Menurut Imam al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Fatiyah Hasan Sulaiman, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:

1. Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Tujuan pendidikan menurut M. Djunaidi Dhany, sebagaimana yang dikutip oleh Zainuddin dkk, adalah sebagai berikut :

1. Pembinaan kepribadian anak didik yang sempurna.

a) Pendidikan harus mampu membentuk kekuatan dan kesehatan badan serta pikiran anak didik.


(30)

b) Sebagai individu, maka anak harus dapat mengembangkan kemampuannya semaksimal mungkin.

c) Sebagai anggota masyarakat, anak harus memiliki tanggung jawab sebagai warga negara.

d) Sebagai pekerja, anak harus bersifat efektif dan produktif serta cinta akan kerja.

2. Peningkatan moral, tingkah laku yang baik dan menanamkan rasa kepercayaan anak terhadap agama dan kepada Tuhan.

3. Mengembangkan intelegensi anak secara efektif agar mereka siap untuk mewujudkan kebahagiaannya di masa mendatang.

Menurut Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibany, tujuan pendidikan mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Tujuan Individual

Tujuan ini berkaitan dengan masing-masing individu dalam mewujudkan perubahan yang diinginkan pada tingkah laku dan aktivitasnya, disamping untuk mempersiapkan mereka dapat hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat.

2. Tujuan Sosial

Tujuan ini berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan dan tingkah laku mereka secara umum, di samping juga berkaitan dengan perubahan dan pertumbuhan kehidupan yang diinginkan serta memperkaya pengalaman dan kemajuan.


(31)

3. Tujuan Profesional

Tujuan ini berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai sebuah ilmu, sebagai seni dan sebagai profesi serta sebagai satu aktivitas di antara aktivitas masyarakat.38

Adapun ruang lingkup bahan pelajran pendidikan agama Islam meliputi tujuh unsur pokok, yaitu :

1. Keimanan, 2. Ibadah, 3. Al-Qur’an, 4. Akhlak, 5. Muamalah, 6. Syariah, dan 7. Tarikh.

Tujuan Islam dengan demikian merupakan penggambaran nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam priabadi manusia didik pada akhir dari proses tersebut. Dengan istilah lain, tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami dalam pribadi manusia didik yang diikhtiarkan oleh pendidik melalui proses yang terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat.39

38

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), cet. Ke-1, h. 22-26

39


(32)

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan Pendidikan Agama Islam, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai beikut:

1. Pendidikan Agama Islam merupakan yang memiliki sektor cukup luas tidak sempit hanya semata-mata kepentingan ukhrawi, tetapi ssektor duniapun tidak diabaikan.

2. Pendidikan Agama Islam adalah suatu pendidikan yang menitikberatkan kepada manusia dari sepak terjang, berpola pikir serta dalam berinteraksi kepada lingkungannya selalu didasai oleh ajaran-ajaran Islam.

3. Bahwa tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah mendekatkan diri seseorang kepada sang pencipta dengan bertakwa kepada-Nya.

2. Ketaatan Beribadah

a. Pengertian Ketaatan Beribadah

Ada dua kalimat yang menjadi bahasan dalam bagian ini, yaitu pengertian ketaatan dan beribadah. Keduanya mempunyai pengertian yang jauh berbeda, namun mempunyai keterkaitan yang tidak terpisahkan dalam aplikasinya.

Taat menurut bahasa Arab merupakan kalimat masdar dari Tha’a, Yathi’u, Tho’atan, dengan arti kata tunduk atau patuh.40 Sedangkan

40

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelengaraan Penterjemah Penafsir Al-Qur’an, 1973), cet. Ke-1, h. 272


(33)

menurut istilah, taat mempunyai pengertian sama dengan Al-Islam, yaitu kepatuhan dan kerajinan menjalankan ibadah kepada Allah dengan jalan melaksanakan segala perintah dan aturan-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya.

Selanjutnya arti ibadah secara harfiah ialah Al’Abdu artinya pelayan dan budak. Jadi, ibadah mempunyai pengertian penghambaan dan perbudakan.41 Sedangkan yang dimaksud dengan ibadah disini ialah perbuatan yang diridhoi Allah yang diakukan oleh seorang hamba.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

نوﺪ ْ

ﺎ إ

ﺲْﺈْاو

ْا

ْ

ﺎ و

)

(

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku ( beribadah kepada-Ku)”. ( Q.S. Adz-Dzariyat 51:56 )

Jelaslah dari ayat tersebut diatas, bahwa manusia mempunyai tugas yang paling utama dalam hidupnya yaitu beribadah dan harus dilakukan hanya semata-mata kepada Allah.

Manusia adalah sebagai budak bagi Tuhannya, oleh karenanya berkewajiban untuk senantiasa setia kepada majikannya. Manusia sebagai budak diwajibkan menghormati dan menghargai Tuhannya, ia harus mengikuti tata cara yang telah ditentukan oleh Tuhannya sebagai sikap hormat tersebut.

Ibadah dalam Islam terbagi dalam dua macam aktifitas, yaitu :

41


(34)

1) Ibadah Mahdhah (berbentuk ubudiyah), yaitu segala bentuk pengabdian manusia yang dilakukan secara langsung (vertikal) kepada Allah. Seperti shalat, zakat, puasa, dan sebagainya.

2) Ibadah Ghoir Mahdhah (bentuk muamalah), yaitu segala kegiatan manusia yang bersifat keduniawian (horizontal), namun diniatkan dalam rangka melaksanakan ibadah kepada Allah. Seperti berniaga, bershodaqoh, membantu orang lain dan sebagainya.

Firman Allah :

ْﺪ ا

ﺲْ

ﺎ و

ةﺮ ﺂْا

راﺪ ا

ا

كﺎ اء

ﻎ ْاو

ا

ﺎ آ

ْ ﺴْ أو

ا

نإ

ضْرﺄْا

دﺎﺴ ْا

ﻎْ

ﺎ و

ﻚْ إ

ا

ﺴْ أ

ﺪﺴْ ْا

)

٧٧

(

“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaan dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. ( Q.S. Al-Qashash 28:77 )

Dari keterangan ayat tersebut diatas, bisa diambil kesimpulan, bahwa setiap tindakan manusia yang disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan Allah serta menjaga diri dari batas-batas yang telah ditentukan Allah adalah merupakan ibadah.

Sementara itu pengertian ketaatan beribadah bagi siswa, dimaksudkan sebagai ketaatan siswa yang bisa dilihat dari berbagai faktor, antara lain tingkat kedisiplinan siwa dalam melaksanakan peraturan


(35)

sekolah, ketaatan kepada guru, sopan dan santun dalam bersikap dan bertutur kata, rajin belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolah tepat waktu, hal ini merupakan ibadah secara tak langsung (horizontal) siswa kepada Allah.

Di sisi lain, ketaatan siswa kepada Allah bisa dilihat dari kerajinan siswa dalam melaksanakan ibadah ubudiyahnya, seperti shalat, puasa, dan sebagainya, sebagai pelaksanaan dari materi pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah, inilah yang akan menjadi perhatian khusus penulis dalam melaksanakan penelitian tersebut.

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ibadah dimaksudkan penulis yang akan menjadi penelitian yaitu bagaimana anak mampu mengerjakan shalat, puasa, rajin mengaji, rela mengeluarkan infak. Itulah diantaranya yang menjadi penelitian penulis.

b. Urgensi Ketaatan Beribadah

Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan motivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki manusia. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum) maka manusia menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya, ia tidak pernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi baru dalam rangka mencari keridaan Allah SWT. Dengan iman


(36)

dan ilmu itu semakin hari semakin menjadi lebih bertakwa kepada Allah SWT sesuai dengan tuntunan Islam.42

Titik sentral dari fungsi manusia adalah beribadah kepada Allah, dan fungsi demikian baru dapat berkembang dengan cukup baik bilamana kemampuan-kemampuan ganda dalam diri pribadinya selaku makhluk Allah, diberi bimbingan dan pengarahan yang baik pula melalui proses kependidikan ke arah jalan yang diridhoi oleh Tuhannya.43

Ketaatan beribadah membawa dampak positif terhadap kehidupannya, karena pengalaman membuktikan bahwa seseorang yang taat beribadah ia selalu mengingat Allah SWT, karena banyaknya seseorang mengingat Allah SWT, jiwa akan semakin tentram. Agar dapat mendekatkan diri kepada Yang Maha Suci maka ia harus mensucikan jiwanya terlebih dahulu. Untuk mensucikan jiwa salah satu caranya adalah dengan beribadah. Semakin taat seseorang beribadah semakin suci jiwanya dan semakin dekatlah ia kepada Allah.44

Dari sini dapat disimpulkan bahwa manusia taat beribadah adalah semata-mata hanya mengharap Keridhoan dari Allah SWT semata. Serta mendapatkan petunjuk dalam menjalani kehidupan fana ini dimana kecanggihan ilmu dan teknologi semakin meningkat dan terus mempengaruhi pola pemikiran manusia, sehingga apabila manusia tidak

42

Zakiah Daradjat,dkk.; Ilmu Pendidikan Islam,Op Cit; h. 89-90

43

M Arifin, M.Ed; Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), cet. Ke-5, h. 64

44


(37)

berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah, maka akan muncul banyak dampak negatif dalam kehidupannya seperti yang terjadi saat ini.

c. Indikator Ketaatan Beribadah

Seseorang dikatakan taat adalah mampu beriman kepada Allah semata serta memupuk dan menumbuhkan kesadara individual akan tugas-tugas pribadi untuk mewujudkan kehidupan yang baik di dunia ini. Karena itu, ibadah dapat disebut sebagai bingkai dan pengembangan iman, yang membuatnya mewujudkan diri dalam bentuk-bentuk tingkah laku dan tindak tanduk nyata. Disamping itu, dan selain sebagai perwujudan nyata iman, ibadah juga berfungsi sebagai usaha pemeliharaan dan pertumbuhan iman itu sendiri. Sebab iman bukanlah perkara statis, yang tumbuh sekali untuk selamanya. Sebaliknya, iman bersifat dinamis, yang memerlukan usaha pemeliharaan dan pertumbuhan terus menerus. Oleh karena itu prinsip pokok yang menjadi sumbu kehidupan manusia adalah iman. Iman itu menjadi mengendalikan sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan. Tanpa kendali tersebut orang mudah melakukan hal-hal yang merugikan dirinya atau orang lain dan menimbulkan penyesalan dan kecemasan.45

Seseorang dapat dikatakan taat apabila ia dapat menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam pelbagai kehidupan yang nantinya diharapkan menjadi manusia yang bertakwa kepad Allah SWT taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.46

Jadi dapat disimpulkan bahwa manusia dapat dikatakan taat apabila ia mampu menumbuhkan dan membina keterampilan beragama

45

Ibid; h. 134

46


(38)

dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifat menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadat shalat umpamanya dan dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungan dirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharan dan pengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.

B. Kerangka Berfikir

Setiap siswa yang ingin memperoleh keberhasilan atau kesuksesan dalam belajarnya, maka siswa tersebut harus mampu membiasakan dirinya agar tekun belajar dan siswa yang ingin taat beribadah, harus membiasakan dirinya pula menjalankan perintah-Nya dan sanggup menjauhi segala yang dilarang-Nya dengan sunguh-sungguh.

Korelasi antara prestasi belajar siswa pada mata pelajaran agama Islam, sangat besar pengaruhnya dengan ketaatan beribadah, karena siswa yang taat beribadah sudah pasti berprestasi dalam belajarnya, namun siswa yang berprestasi dalam belajarnya belum tentu taata dalam beribadah.

Prestasi belajar agama dan ketaatan beribadah merupakan dua variabel yang saling berkorelasi. Secara teoritis, siswa yang berprestasi tinggi dalam mata pelajaran agama seharusnya ketaatan beribadahanya menjadi tinggi, sebagai efek


(39)

dari prestasinya tersebut. Demikian pula siswa yang taat beribadah seharusnya prestasi belajar agamanaya tinggi, sebab ketaatan beribadah akan berimplikasi kepada prestasi belajar agama. Namun pada kenyataatannya siswa yang taat beribadah sudah pasti berprestasi dalam belajarnya, namun siswa yang berprestasi dalam belajarnya belum tentu taata dalam beribadah. Dengan demikian diduga terdapat korelasi yang signifikan antara prestasi belajar pendidikan agama dengan ketaatan beribadah. Karena diharapkan semakin tinggi prestasi belajar agama yang diraih siswa, akan semakin baik pula ketaatan beribadahnya., begitupun sebaliknya, siswa yang taat beribadah maka mampu berprestasi dalam belajarnya.

C. Hipotesa

Dengan demikian, hipotesa penelitian adalah dugaan sementara yang mengarahkan suatu penelitian, yang berarti bahwa hipotesa harus diuji dan tidak dituntut untuk benar, tetapi mengkaji sampai seberapa jauh kebenaran yang disediakan terhadap masalah yang diteliti. Walaupun demikian, dalam merumuskan hipotesa haruslah didasarkan pada sejumlah informasi yang meyakinkan.

Untuk menguji hipotesa diperlukan sejumlah data, baik yang mendukung maupun yang bertentangan dengan hipotesa. Data tersebut akan diolah dengan tehnik atau perhitungan statistik guna memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam menerima dan menolak hipotesa.


(40)

Berdasarkan kerangka berfikir sebagaimana telah dipaparkan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Hipotesa Nol (Ho) : Tidak ada korelasi

positif yang signifikan antara prestasi belajar pendidikan agama Islam dengan ketaatan beribadah siswa.

2. Hipotesa Alternatif (Ha) : Ada korelasi

positif yang signifikan antara prestasi belajar pendidikan agama Islam dengan ketaatan beribadah siswa.


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode riset lapangan (field reseach), yaitu merupakan penelitian secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu pengambilan data tiap variabel langsung secara bersamaan melalui kuisioner.47

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel menurut Y.W. Best yang disunting oleh Sanapiah Faisal mengemukakan bahwa variabel penelitian adalah “kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan/dikontrol/diobservasikan dalam suatu penelitian, disamping itu variabel juga dijadikan objek pengamatan penelitian”.48 Jadi, dapat disimpulkan bahwa variabel adalah faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam sebagai variabel bebas (independent variable) sebagai Variabel X. Dalam penelitian ini prestasi belajar Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai perolehan hasil belajar siswa dalam satu

47

S. Nasution., Metodologi Penelitian., (Bandung: Jemmars, 1992), h. 100

48

Amirul Hadi, Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 30


(42)

semester pada bidang study Pendidikan Agama Islam, sehingga siswa diharapkan mampu merealisasikan ilmu agama yang didapatnya dari sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ketaatan Beribadah Siswa sebagai variabel terikat (dependent variable) sebagai Variabel Y. Ketaatan beribadah yang ingin diteliti oleh penulis hanya mencakup ibadah mahdhah seperti sholat, puasa, mengaji, zakat dan sodakoh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat korelasi antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan ketaatan beribadah siswa.

Tabel 3.1

MATRIKS VARIABEL

No Variabel

Dimensi

Indikator

1 Prestasi Belajar PAI Nilai Raport 8 atau lebih

Melaksanakan 5 X sehari Berdoa seusai shalat Shalat tepat waktu Sholat Wajib

Tidak mengerjakan sholat

Melaksanakannya di bulan Ramadhan Berpuasa 30 hari di bulan Ramadhan Melaksanakan karena paksaan orang tua Puasa Wajib

Mendengar ceramah agama menjelang berbuka puasa

Melaksanakan shalat sunah Melaksanakan puasa sunah

2 Ketaatan Beribadah

Puasa/Shalat Sunah


(43)

Puasa Senin&Kamis Mengikuti kegiatan mengaji Mengaji seusai shalat

Meluangkan waktu untuk mengaji Tadarus/Mengaji

Ada yang membimbing Membayar Zakat Fitrah Memberikan peminta-minta Beramal di Masjid

Shodakoh

Menyumbang untuk korban bencana

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pernyataan Ketaatan Beribadah Siswa

No Dimensi Indikator Nomor

1 Sholat wajib - Melaksanakan 5 X sehari - Tepat waktu

1 3 2 Tidak mengerjakan sholat - Karena lelah atau banyak tugas 4 3 Berdoa - Selesai sholat, berdo’a atau berdzikir 2 4 Puasa wajib - Bulan Ramadhan

- Puasa 30 hari di bulan Ramadhan - Karena paksaan orang tua

5 6 7 5 Mendengarkan ceramah - Menjelang berbuka puasa 8 6 Sholat sunah - Melaksanakan sholat sunah

- Sholat Tarawih

9 11 7 Puasa sunah - Melaksanakan puasa sunah

- Senin dan Kamis

10 12 8 Tadarus/Mengaji - Selesai sholat

- Meluangkan waktu dalam satu hari

14 15


(44)

- Di rumah atau lingkungan sekitar - Ada yang membimbing

13 16

9 Zakat - Membayar zakat fitrah 17

10 Sodakoh - Beramal

- Untuk peminta-minta - Untuk korban bencana

19 18 20

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.49

Jadi, populasi itu adalah wilayah yang terdiri dari subyek dan obyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulannya.

Adapun populasi pada penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII di SMP Negri 1 Cirendeu Ciputat. Dimana lokasi sekolah tersebut berada di Jl. Cirendeu Raya No. 2 Ciputat 15419.

Sedangkan sampel atau contoh adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu peneliti. Supaya lebih obyektif istilah individu diganti dengan istilah subyek atau obyek.50

49

Herman Rasito., Metodologi Penelitian., (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 49

50

Cholid Narbuko, et. al., Metodologi Penelitian., (Jakarta: Bumi Aksara, 2003, cet ke-5), h.107


(45)

Tegasnya sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yang representatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal, tetapi walaupun mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.

Untuk sampel, dari 10 kelas yang jumlah siswanya mencapai 458 orang, dan siswa yang beragama Islam berjumlah 430, setiap kelas diambil 5 orang siswa, yang nilai pendidikan agama Islam diraport adalah 8 atau lebih pada semester II. Sehingga diperoleh responden sebanyak 50 orang siswa. Disamping itu, hal-hal yang terkait dengan penelitian ini terdiri dari siswa/i, yakni kelas VIII di SMP Negri Cirendeu Ciputat yang mengikuti kegiatan belajar mengajar tahun ajaran 2005/2006, guru Pendidikan Agama Islam meliputi tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Tabel 3.3

MatriksPopulasi dan Sampel

No Kelas Populasi Sampel

1 VIII.1 41 5

2 VIII.2 42 5

3 VIII.3 44 5

4 VIII.4 44 5

5 VIII.5 43 5

6 VIII.6 44 5

7 VIII.7 42 5

8 VIII.8 43 5

9 VIII.9 44 5

10 VIII.I0 43 5


(46)

D. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data tentang prestasi belajar pendidikan agama Islam adalah nilai raport kelas VIII semester II di SMP Negeri 1 Cirendeu Ciputat tahun ajaran 2005/2006.

Sedangkan data tentang ketaatan beribadah siswa/i di sekolah, diperoleh dari:

1. Observasi

Untuk memperoleh data yang lebih akurat, maka peneliti melakukan observasi. Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara langsung proses belajar mengajar di kelas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Angket

Angket yaitu tehnik pengumpulan data yang memberikan satu set pernyataan yang harus dijawab oleh siswa sesuai dengan kenyataan yang dijalaninya dalam kehidupan sehari-hari. Angket ini terdiri dari 20 item pernyataan mengenai ketaatan beribadah siswa.

E. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisa data disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai,

berdasarkan jenis data yang dikumpulkan yaitu data kualitatif yang diubah menjadi data kuantitatif, yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud


(47)

angka-angka dengan menggunakan data stastistik, yang diperoleh dari angket yang telah disebarkan.

Untuk menganalisa data, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu-persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

2. Skoring

Setelah melalui tahap editing, maka selanjutnya penulis memberikan skor terhadap pernyataan yang ada pada angket. Pernyataan positif diberi skor 4,3,2,1, sedangkan pernyataan yang negatif diberi skor sebaliknya.

3. Tabulating

Selanjutnya adalah penghitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Berdasarkan sifat masalah dan jenis data dalam penelitian ini, maka penulis menganalisa data dengan menggunakan tehnik analisa korelasional. Tehnik


(48)

analisa korelasional adalah tehnik analisis statistik mengenai hubungan antara dua variable atau lebih.51

Untuk mengetahui apakah ada korelasi antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam dengan Ketaatan Beribadah siswa, disini penulis menggunakan rumus korelasi antara dua variable, yaitu sebagai berikut:

1. Prosentase

Prosentase artinya data diprosentasekan setelah ditabulasikan dalam jumlah frekuensi jawaban responden untuk setiap alternatif jawaban. Rumusnya adalah :

% 100 N

F P= ×

Keterangan :

P = Prosentase untuk setiap kategori jawaban F = Frekuensi jawaban responden

N = Number of cases

2. Korelasi

Tujuan dari korelasi adalah untuk mengetahui apakah benar terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y atau sebaliknya. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Tabel Kerja

`51 Anas Sudijono., Pengantar Statistik Pendidikan., (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet. Ke-14), h. 179


(49)

- Kolom 1 = Subjek Penelitian - Kolom 2 = Skor variabel X - Kolom 3 = Skor variabel Y

- Kolom 4 = Deviasi skor X terhadap Mx; diperoleh dengan rumus:

x =X-Mx

- Kolom 5 = Deviasi skor Y terhadap My; diperoleh dengan rumus:

y=Y-My

- Kolom 6 = Hasil perkalian antara deviasi skor X (yaitu x) dan deviasi skor Y (yaitu y)

- Kolom 7 = Deviasi skor X yang dikuadratkan (x2) - Kolom 8 = Deviasi skor Y yang dikuadratkan (y2)

b. Mencari angka indeks korelasi "r" dengan menggunakan rumus

korelasi Product Moment dari Carl Pearson :

(

)(

)

=

2

2 y

x xy rxy

Keterangan :

rxy = Angka indeks korelasi "r" Product Moment

∑xy = Jumlah dari hasil perkalian antara deviasi skor-skor variabel X (yaitu: x) dengan deviasi dari skor-skor variabel Y (yaitu: y)

∑x2 = Jumlah deviasi skor X setelah terlebih dahulu dikuadratkan


(50)

c. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi "r"

Product Moment dengan menarik kesimpulan dengan dua macam

cara :

Memberi interpretasi secara sederhana dengan pedoman :

0,00-0,20 = Korelasi kecil dan bisa diabaikan (dianggap tidak ada korelasi)

0,21-0,40 = Terdapat korelasi yang kecil dan tidak erat 0,41-0,70 = Terdapat korelasi yang sedang

0,71-0,90 = Terdapat korelasi yang erat 0,91-1,00 = Terdapat korelasi yang sangat erat

Menguji pada tabel "r" product moment yakni kebenaran dan kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan manakah yang benar Ha atau Ho, dengan membandingkan besar "r" yang diperoleh dengan perhitungan (r) dengan besar "r" yang tercantum dalam tabel (r) dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) dengan rumus :

Db = N-Nr

Keterangan :

N = Number of Cases

Nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan


(51)

Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y dilakukan dengan cara menentukan koefisien penentu (determinasi) dengan rumus:

KP = rxy x 100%

Keterangan :

KP = Koefisien Penentu r = Nilai hitung

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 1 Ciputat

Pendidikan merupakan kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kualitas anak bangsa. Umumnya anak-anak dan pemuda dewasa pada khususnya.

Pada tahun sebelum 1974 wilayah Kecamatan Ciputat belum ada SMP Negeri, yang ada hanyalah sekolah swasta yaitu PGA Muhamadiyah, SMP 1 Muhamadiyah dan SMP Pembangunan. Anak-anak lulusan SD atau Madrasah yang akan melanjutkan sekolah harus ke jakarta. Dengan jarak yang sangat


(52)

jauh dan belum ada transportasi yang memadai pada waktu itu cukup memperhatikan.

Dengan memperhatikan hal tersebut di atas maka oleh para pemikir-pemikir yang berwawasan maju, maka di pandang perlu didirikan sekolah SMP Negeri di wilayah kecamatan Ciputat. Bersamaan dengan sangat mendesaknya kebutuhan pendidikan tingkat SLTP di desa Cireundeu, pemerintah desa Cireundeu mempunyai tanah dan dana untuk membengunnya.

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Ciputat ini didirikan pada 2 Januari 1974 di atas tanah seluas 4.000 M2 di bawah bimbingan SMP 48 Jakarta, biaya pembangunan sepenuhnya menggunakan dan swadana Desa Cireundeu.

Bangunan ini baru dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar yaitu pada tanggal 2 Januari 1975. Namun pada awal berdirinya sekolah ini berada dibawah bimbingan atau pengelolaan SMP 48 Jakarta, dengan menempati bangunan Madrasah Nurul Falah sebanyak 2 lokal. Keberadaan sekolah tersebut sekarang SDN Cireundeu 2.

SMP 1 Ciputat telah menjadi sekolah mandiri sejak tahun 1975, yang berlokasi di Jl. Cireundeu Raya No, 2 Ciputat Tanggerang. Pada tahun 1975 – 1989 berubah nama menjadi SMPN 48 Filial jakarta, tahun 1979 diambil alih oleh Provinsi Jawa Barat berubah nama menjadi SMP Negeri Filial Cileduk, kemudian pada akhir 1979 di tunggalkan menjadi SMP Negeri Cirendeu, dan


(53)

akhirnya pada tahun 1999 sesuai dengan urutan nomor lelatur wilayah kecamatan Ciputat menjadi SMP Negeri 1 Ciputat dan sampai saat ini menjadi SLTP Negeri 1 Ciputat.

2. Jumlah Siswa dan Sarana Prasarana yang ada a. Jumlah Siswa

Jumlah peserta didik SMP Negeri 1 Ciputat tahun ajaran 2005-2006 dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1

Keadaan Siswa SMP Negeri 1 Ciputat

Tahun 2005-2006

Kelas Jumlah Siswa L/P

1 Kelas 1 418 Orang 208 L/210 P 2 Kelas 2 458 Orang 231 L/227 P 3 Kelas 3 380 Orang 196 L/184 P

Jml 3 Kelas 1256 Orang 635 L/621 P

b. Jumlah Sarana Prasarana

Untuk kelancaran proses belajar mengajar (PBM) perlu ditunjang sarana prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana yang di miliki oleh SMP Negeri 1 Ciputat antara lain dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:


(54)

Tabel 4.2

Keadaan Sarana Prasarana SMP Negeri 1 Ciputat

Tahun 2005-2006

No Sarana Prasarana Jumlah

1 Ruang Belajar 20 Ruang

2 Ruang Kepala Sekolah 1 Ruang

3 Ruang Guru 1Ruang

4 Ruang TU 1Ruang

5 Ruang Laboraturium 1Ruang

6 Ruang Komputer 1Ruang

7 Ruang Perpustakaan 1Ruang

8 Ruang BK / BP 1Ruang

9 Ruang WC Guru 1Ruang

10 Ruang WC Kepala Sekolah 1Ruang

11 Mushola 1Ruang

12 Mesi Tik 15 Buah

13 Televisi 21 Buah

14 VCD Player 21 Buah

15 AC 3 Buah

16 Kursi dan Meja TU 7 Buah

17 Kursi Guru 60 Buah

18 Meja Perpustakaan 15 Buah

19 Kursi perpustakaan 24 Buah


(55)

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa tekhnik yang diantaranya tekhnik angket dan observasi. Observasi yang penulis lakukan adalah untuk mengetahui kondisi di sekolah baik itu keadaan gedung, guru-guru, siswa, terutama keadaan sarana dan prasarana hal ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat. Adapun angket yang penulis buat adalah angket tertutup sebanyak 20 item yang berbentuk pilihan ganda yang harus di jawab oleh siswa dengan memberikan tanda silang dan disebarkan kepada 50 orang siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciputat. Yang beralamat di Jl. Cireundeu raya No. 2 Kec. Ciputat Kabupaten Tangerang.

Kemudian hasil angket yang telah dikumpulkan ditabulasikan kedalam bentuk presentasi dan diolah, kemudian dapat di peroleh kesimpulan, hal ini dapat di lihat dan dijelaskan dalam analisis secara keseluruhan. Adapun hasil angket yang telah dijawab oleh siswa akan ditabulasikan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.3

Melaksanakan shalat wajib 5X sehari

No

Alternatif Jawaban F P(%)

Selalu 18 36%

Sering 9 18%

Kadang-Kadang 19 38%

1

Tidak Pernah 4 8%

Jumlah 50 100%

Dari data diatas, responden yang menjawab selalu adalah sebanyak 36%, sering: 18%, kadang-kadang: 38%, dan tidak pernah: 8%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dalam kesehariannya kadang-kadang


(1)

Perhitungan untuk menggambarkan diagram ketaatan beribadah siswa

Langkah I

: Menentukan rentang data (R)

R = Data terbesar (H) – Data terkecil (L) + 1

= 65 – 45 + 1

= 20 + 1

= 21

Langkah II

: Menentukan banyak kelas

K = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 50

= 1 + 3,3 . 1,7

= 1 + 5,61

= 6,61

Langkah III

: Menentukan panjang kelas

3)

menjadi

n

(dibulatka

18

,

3

61

,

6

21

K

R

P

=

=

=


(2)

Diagram Ketaatan Beribadah Siswa

0

2

4

6

8

10

12

45-47

48-50

51-53

54-56

57-59

60-62

63-65

Kelas Interval

F

rek

uens

i

Series1

Tabel Klas Interval pada Variabel Y

Interval F Frek

Relatif

45-47 4

8%

48-50 8

16%

51-53 10

20%

54-56 10

20%

57-59 11

22%

60-62 4

8%

63-65 3

6%

F = 50

F R =100%


(3)

Tabel Hasil jawaban responden

pada Variabel Y yaitu Ketaatan Beribadah siswa

Item Pernyataan Sbjk

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Jml

A 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 1 4 4 4 2 65

B 4 3 2 4 4 4 4 4 2 2 4 1 4 2 2 3 4 4 2 2 61

C 4 4 2 1 4 4 4 4 2 2 4 2 2 2 2 4 4 4 3 1 59

D 3 4 3 2 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 60

E 4 2 2 3 4 4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 3 4 2 2 4 56

F 2 4 2 2 4 4 4 3 2 2 4 2 3 2 4 2 4 3 2 3 58

G 4 4 2 1 4 3 4 2 2 2 3 1 2 2 3 1 4 2 2 2 50

H 2 3 2 3 4 4 4 2 2 3 3 3 2 2 3 4 4 2 2 2 56

I 4 2 3 3 4 4 4 2 2 2 4 1 4 2 2 3 4 1 2 3 56

J 3 4 3 2 4 4 4 2 2 3 3 3 3 3 2 1 4 3 3 2 58

K 4 2 3 4 4 4 4 2 2 3 4 3 3 3 3 1 4 2 2 2 59

L 2 3 2 3 3 3 4 2 2 2 3 1 4 4 2 1 4 3 2 3 45

M 2 3 4 4 4 4 4 4 1 2 3 2 1 3 2 1 3 2 3 4 56

N 2 2 2 3 4 4 4 3 2 2 3 1 2 3 2 2 4 3 3 4 55

O 2 4 4 3 4 4 4 2 2 3 4 3 2 2 2 4 4 3 3 3 62

P 2 3 2 3 4 4 4 3 2 2 2 1 3 3 2 1 2 2 2 3 48

Q 2 4 4 3 4 4 4 3 2 2 3 2 3 2 2 1 4 2 2 2 55

R 2 2 2 3 4 4 4 4 1 2 3 2 3 2 2 1 4 2 3 4 54

S 2 2 2 3 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 4 3 4 53

T 3 2 2 3 4 4 3 2 2 2 2 1 4 3 3 3 4 2 2 2 53

U 2 4 2 2 4 4 4 2 1 1 2 1 2 1 2 4 4 4 2 2 50

V 4 2 2 4 4 4 4 4 2 2 3 2 2 3 2 4 4 2 2 2 58

W 4 3 4 4 4 4 4 4 2 2 4 2 2 2 2 3 4 3 3 4 64

X 2 3 2 2 4 4 4 2 2 1 2 1 4 2 2 3 4 1 2 3 50

Y 4 2 2 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 2 2 58


(4)

AA 2 3 2 3 4 4 4 4 2 1 2 1 2 2 2 4 4 2 3 2 53

AB 2 2 2 3 4 4 4 1 2 1 2 1 2 2 1 4 4 1 2 3 47

AC 3 2 2 4 4 4 4 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 3 1 53

AD 2 2 2 3 4 4 4 3 2 2 4 2 2 2 2 1 2 2 2 3 50

AE 3 2 3 2 4 4 4 2 2 1 3 1 3 1 1 2 4 2 2 2 45

AF 2 2 2 2 4 4 4 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 45

AG 2 2 3 3 4 4 4 2 2 2 3 2 2 2 2 4 3 2 3 3 54

AH 2 4 2 3 4 4 4 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 53

AI 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 4 2 2 2 2 3 3 2 2 4 53

AJ 2 2 4 3 4 4 4 4 2 2 4 2 2 2 2 3 4 2 2 4 58

AK 4 2 2 4 4 4 4 2 2 2 3 2 2 3 4 3 4 2 2 2 57

AL 3 2 2 4 4 4 4 2 2 1 3 1 3 2 1 1 4 1 2 3 49

AM 2 4 2 3 4 4 4 3 1 2 4 2 2 1 1 3 4 2 2 2 52

AN 4 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 3 65

AO 4 2 2 4 4 4 4 2 2 3 4 3 4 3 4 1 4 3 2 2 61

AP 2 4 2 3 4 4 4 4 2 2 2 2 4 2 2 1 4 4 2 2 56

AQ 4 4 2 4 4 4 4 2 2 2 4 2 4 2 2 2 4 2 2 3 58

AR 4 3 2 2 4 4 4 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 1 4 2 53

AS 4 2 2 4 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 4 4 57

AT 4 3 2 4 4 4 4 2 2 1 4 1 3 2 2 4 4 2 2 2 56

AU 2 4 2 2 4 4 4 2 2 2 2 1 4 2 2 1 4 3 4 3 53

AV 3 3 2 4 4 4 4 2 2 2 3 2 4 4 3 1 4 2 3 4 59

AW 3 3 3 3 4 4 4 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 2 52

AX 2 2 2 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2 2 48


(5)

(6)