Buku Panduan Pelaporan Pelaksanaan Anggaran 2014

(1)

BUKU PANDUAN

PELAPORAN

PELAKSANAAN


(2)

Hak cipta yang dilindungi Undang-Undang dan hak penerbitan ada pada Direktorat Jenderal Binapenta, Kemnaker RI.

Cetakan I, Desember 2014

Direktorat Jenderal Binapenta

Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Lt. IV-A Jakarta 12950

Telepon: +62 21-5250991 Faksimile: +62 21-5227588

Email: sekretariat@binapenta.go.id Website: http://binapenta.naker.go.id


(3)

K

ATA

P

ENGANTAR

S

ebagaimana diketahui bahwa Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.33A/MEN/XII/2006 tentang Sistem Pelaporan Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan. Dengan demikian, peraturan menteri tersebut memerlukan beberapa penyempurnaan. Untuk Sistem Pelaporan SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota sudah ditetapkan dengan Permenakertrans No. PER 18/MEN/XII/2011. Adapun Sistem Pelaporan Unit Kerja Pusat ditetapkan dengan Permenakertrans Nomor 09 Tahun 2013.

Buku ini mencoba merangkum berbagai kebijakan yang berkaitan dengan sistem pelaporan, baik untuk Unit Kerja Pusat maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Dengan adanya buku ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi para pelaksana untuk mempermudah dan memberikan cara kerja yang lengkap terhadap pelaporan pelaksanaan anggaran baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat di lingkungan Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu diperlukan kritik dan saran guna kesempurnaan bentuk maupun isi buku panduan buku ini. Dengan dibuatnya buku ini diharapkan dapat berguna bagi kita semua.

Desember 2014


(4)

(5)

D

AFTAR

I

SI

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... iii

Bab 1 Sistem Pelaporan Unit Kerja Pusat ... 1

A. Pengertian Sistem Pelaporan ... 1

B. Dasar Hukum Sistem Pelaporan ... 2

C. Sistematika Laporan Pelaksanaan Tugas ... 3

D. Materi Laporan Pelaksanaan Tugas ... 7

E. Penyusunan Laporan ... 8

F. Tata Cara Penyampaian Laporan ... 10

G. Waktu Penyampaian Laporan ... 12

H. Penanggung Jawab Laporan ... 12

I. Pengisian Formulir/Tabel ... 13

Bab 2 Sistem Pelaporan Satuan Kerja Perangkat Daerah ... 23

A. Dasar Hukum ... 24

B. Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ... 24

C. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan RKA-K/L ... 30

D. Sistem Pelaporan SKPD Instansi Provinsi/ Kabupaten/Kota Bidang Nakertrans Berdasarkan Permenakertrans Nomor 18 Tahun 2011 ... 39


(6)

A. Dasar Hukum ... 47

B. Beberapa Pengertian ... 48

C. Data dan Informasi Pengembangan Perluasan Kesempatan Kerja ... 58

D. Data dan Informasi Penempatan Tenaga Kerja ... 65

E. Pengumpulan Data dan Informasi Ketenagakerjaan 76 F. Perubahan Ketentuan Pasal 94 ... 77

G. Perubahan Ketentuan Pasal 97 ... 78

Bab 4 Penutup ... 79


(7)

B

AB

1

S

ISTEM

P

ELAPORAN

U

NIT

K

ERJA

P

USAT

S

ebagaimana diketahui bahwa Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.33A/MEN/XII/2006 tentang Sistem Pelaporan Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan. Dengan demikian, peraturan menteri tersebut memerlukan beberapa penyempurnaan. Untuk Sistem Pelaporan SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota sudah ditetapkan dengan Permenakertrans No. PER 18/MEN/XII/2011. Adapun Sistem Pelaporan Unit Kerja Pusat ditetapkan dengan Permenakertrans Nomor 09 Tahun 2013.

A. Pengertian Sistem Pelaporan

Sistem pelaporan adalah proses penyusunan dan penyampaian hasil pelaksanaan tugas oleh unit kerja pusat di Kementerian Ketenagakerjaan.

Yang dimaksud pelaporan adalah dokumen yang disampaikan sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pada periode waktu tertentu atau sewaktu-waktu.

Sementara itu, laporan pelaksanaan tugas adalah dokumen yang dibuat oleh pimpinan unit kerja pusat di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan yang melaksanakan tugas dan fungsinya.

Adapun unit kerja pusat merupakan unit organisasi/lembaga setingkat Eselon I dan Eselon II di Kementerian Ketenagakerjaan. Unit kerja pusat di Kementerian tersebut terdiri dari:


(8)

c. Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja;

d. Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;

e. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan;

f. Direktorat Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan

Transmigrasi;

g. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi;

h. Inspektorat Jenderal; dan

i. Badan Penelitian, Pengembangan, dan Informasi.

Sementara itu, penanggung jawab laporan adalah pejabat yang bertanggung jawab pada unit kerja pusat untuk melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan fungsi di lingkungan unit kerjanya.

B. Dasar Hukum Sistem Pelaporan

Yang menjadi dasar hukum Sistem Pelaporan Unit Kerja Pusat Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah;


(9)

5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Kabupaten/ Kota;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 9. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;

10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.12/MEN/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2013;

11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.07/MEN/IV/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2013.

C. Sistematika Laporan Pelaksanaan Tugas

Jenis laporan yang dimaksud di sini adalah laporan pelaksanaan tugas, meliputi laporan unit kerja Eselon I dan laporan unit kerja Eselon II.


(10)

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Lampiran Daftar Tabel Daftar Gambar

BAB I : PENDAHULUAN a. Latar Belakang; b. Maksud dan Tujuan; c. Sasaran.

BAB II : TUGAS DAN FUNGSI

BAB III : RENCANA PROGRAM KEGIATAN DAN ANGGARAN a. Rencana Program Kegiatan dan Anggaran; b. Dukungan Operasional;

1. Dukungan Personil

2. Dukungan Sarana dan Prasarana

BAB IV : PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN DAN ANGGARAN a. Realisasi Pelaksanaan Program Kegiatan; b. Realisasi Anggaran.

BAB V : PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT BAB VI : PENUTUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Penjelasan sistematika isi laporan pelaksanaan tugas adalah sebagai berikut.

1. Kata Pengantar

Memuat dasar/latar belakang penyusunan laporan ini serta informasi umum tentang laporan.


(11)

3. Daftar Lampiran

Memuat daftar Lampiran yang disiapkan untuk mendukung penjelasan isi laporan.

4. Daftar Tabel

Memuat daftar Tabel yang dilampirkan dalam laporan atau Tabel yang ditambahkan untuk mendukung penjelasan isi laporan.

5. Daftar Gambar

Memuat daftar grafik atau daftar foto yang ditambahkan dalam laporan untuk mendukung penjelasan isi laporan.

6. Bab I Pendahuluan

a. Latar Belakang

Memuat penjelasan ringkas tentang latar belakang penyusunan dan pelaksanaan program dan kegiatan unit kerja, alasan-alasan, serta keterangan lain terkait Renstra dan Renja atau prioritas nasional di setiap unit kerja. Selain itu, ditambahkankan pula informasi terkait landasan operasional penyelenggaraan tugas.

b. Maksud dan Tujuan

Memuat penjelasan ringkas terkait maksud dan tujuan pelaksanaan program dan kegiatan unit kerja, atau pencapaian tugas tertentu.

c. Sasaran

Memuat penjelasan ringkas terkait sasaran secara umum pelaksanaan program dan kegiatan baik kualitatif maupun kuantitatif.


(12)

masing-masing unit kerja.

8. Bab III Rencana Program Kegiatan dan Anggaran

a. Rencana program Kegiatan dan Anggaran

Memuat uraian program, kegiatan, indikator kegiatan serta alokasi anggaran, yang menjadi beban tugas tahunan unit kerja, meliputi dana Pusat, Dekon dan Tugas Pembantuan. Dilengkapi dengan rencana pelaksanaan program/kegiatan dan rencana penyerapan anggaran bulanan. Ditambahkan dengan Kurva S (rencana penyerapan anggaran).

b. Dukungan Operasional

Memuat informasi tentang dukungan SDM, sarana, dan prasarana (kuantitatif, kualitatif) di lingkungan unit kerja dalam menyelenggarakan beban tugas unit kerja.

9. Bab IV Pelaksanaan Program Kegiatan dan Anggaran

a. Realisasi pelaksanaan Program dan Kegiatan

Memuat informasi tentang realisasi capaian pelaksanaan progam/kegiatan sesuai indikator kinerja yang direncanakan. b. Realisasi anggaran

Memuat informasi tentang realisasi penyerapan anggaran per program/per kegiatan pada unit kerja.

10. Bab V Permasalahan dan Upaya Tindak Lanjut


(13)

pula informasi terkait upaya penggulangan atau tindak lanjut penyelesaian permasalahan yang sudah dilakukan.

11. Bab VI Penutup

Bagian ini memuat secara ringkas hal-hal berikut. a. realisasi pelaksanaan program kegiatan; b. realisasi penyerapan anggaran, serta c. permasalahan;

d. informasi strategis dan harapan.

12. Lampiran-Lampiran

Lampiran memuat unsur-unsur berikut. a. tabel-tabel;

b. data pendukung; c. gambar-gambar;

D. Materi Laporan Pelaksanaan Tugas

Laporan pelaksanaan tugas memuat data dan informasi mengenai hal-hal berikut.

1. Capaian rencana kinerja, yang terdiri dari: a. Capaian kinerja program;

b. Capaian kinerja kegiatan.

2. Realisasi fisik dan keuangan yang bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);

c. Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN); d. Sumber dana lainnya.

3. Permasalahan dan upaya tindak lanjut; 4. Data lain yang diperlukan.


(14)

1. Laporan Direktorat Jenderal, Inspektorat Jenderal dan Badan disusun oleh Bagian Program Evaluasi;

2. Laporan Sekretariat Jenderal disusun oleh Bagian Evaluasi dan Pelaporan Biro Perencanaan;

3. Laporan unit kerja Eselon II disusun oleh Kasubag Tata Usaha/ Kasubag Pelaporan pada tiap-tiap unit kerja Eselon II.

Berikut ini rincian mekanisme penyusunan laporan pelaksanaan tugas sesuai matriks yang tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2013 tentang Sistem Pelaporan Unit Kerja Pusat Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

1. Laporan Pelaksanaan Tugas Bulanan

a. Laporan Unit Kerja Eselon I

Penanggung jawab : Pejabat eselon I (Sekjen, Irjen, Dirjen, Ka. Badan)

Koordinator : - Kepala Biro Perencanaan

- Para Sesditjen, Sesitjen dan Ses Badan Penyusun : - Kabag Evaluasi dan Pelaporan

- Kabag Program Evaluasi dan Pelaporan Ditujukan kepada : Menteri

Tembusan : - Setjen

- Itjen - Balitfo

- Unit Kerja Eselon I terkait


(15)

b. Laporan Unit Kerja Eselon II

Penanggung jawab : Pejabat eselon II (Karo, Kapus, Ir, Ses, Dir, Ka Balai)

Koordinator : - Kabag Evaluasi dan Pelaporan

- Kabag Program Evaluasi dan Pelaporan Penyusun : - Kasubag Tata Usaha

- Kasubag Pelaporan

Ditujukan kepada : Pejabat eselon I (Sekjen, Irjen, Dirjen, Ka. Badan)

Tembusan : - Kepala Biro Perencanaan,

- Sesditjen, Sesitjen, dan Ses Badan Waktu penyampaian : Paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

2. Laporan Pelaksanaan Tugas Tahunan

a. Laporan Unit Kerja Eselon I

Penanggung jawab : Pejabat eselon I (Sekjen, Irjen, Dirjen, Ka. Badan)

Koordinator : - Kepala Biro Perencanaan

- Para Sesditjen, Sesitjen, dan Ses Badan Penyusun : - Kabag Evaluasi dan Pelaporan

- Kabag Program Evaluasi dan Pelaporan Ditujukan kepada : Menteri

Tembusan : - Setjen

- Itjen - Balitfo

- Unit Kerja Eselon I terkait


(16)

Ka Balai)

Koordinator : - Kabag Evaluasi dan Pelaporan

- Kabag Program Evaluasi dan Pelaporan Penyusun : - Kasubag Tata Usaha

- Kasubag Pelaporan

Ditujukan kepada : Pejabat eselon I (Sekjen, Irjen, Dirjen, Ka. Badan)

Tembusan : - Kepala Biro Perencanaan,

- Sesditjen, Sesitjen, dan Ses Badan Waktu penyampaian : Paling lambat minggu ke-2 bulan Februari

pada tahun berikutnya

F. Tata Cara Penyampaian Laporan

Tata cara penyampaian laporan diatur sebagai berikut:

a. Laporan Unit Kerja Eselon I

Unit kerja Eselon I pada setiap bulan dan setiap tahun menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri dengan tembusan kepada unit kerja Eselon I terkait.

b. Laporan Unit Kerja Eselon II

Unit kerja Eselon II pada setiap bulan dan setiap tahun menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada atasan langsung/pejabat Eselon I masing-masing.

Berikut ini mekanisme atau bagan alir penyampaian laporan pelaksanaan tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran


(17)

Sist

em P

elapor

an Unit K


(18)

a. Laporan Unit Kerja Eselon I

Laporan pelaksanaan tugas bulanan disampaikan selambat-lambatnya setiap tanggal 14 pada bulan berikutnya, sedangkan laporan pelaksanaan tugas tahunan disampaikan minggu ke-3 pada bulan Februari tahun berikutnya.

b. Laporan Unit Kerja Eselon II

Laporan pelaksanaan tugas bulanan disampaikan selambat-lambatnya setiap tanggal 10 pada bulan berikutnya, sedangkan laporan pelaksanaan tugas tahunan disampaikan minggu ke-2 pada bulan Februari tahun berikutnya.

Lampiran dari laporan ini ada 2 formulir yang harus diisi yakni a. Form A terkait capaian kinerja

b. Form B terkait realisasi fisik dan keuangan

H. Penanggung Jawab Laporan

Penanggung jawab laporan pelaksanaan tugas diatur sebagai berikut:

a. Penanggung jawab laporan unit kerja Eselon I yaitu pejabat Eselon I di unit kerja yang bersangkutan;

b. Penanggung jawab laporan unit kerja Eselon II yaitu pejabat Eselon II di unit kerja yang bersangkutan.


(19)

I. Pengisian Formulir/Tabel

Sebagaimana diketahui bahwa laporan pelaksanaan tugas harus dilengkapi dengan data dan informasi perkembangan pelaksanaan program/kegiatan dan data penting lainnya dalam periode waktu tertentu. Data dan informasi tersebut mesti berpedoman pada tabel-tabel beserta petunjuk pengisian sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2013 tentang Sistem Pelaporan Unit Kerja Pusat Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Berikut ini petunjuk pengisian tabel Formulir A1, A2, B1, dan B2. Formulir selengkapnya dapat Anda lihat di bagian Lampiran buku ini.


(20)

u P


(21)

Unit Kerja Eselon I Diisi dengan nama unit kerja Eselon I.

Program Diisi dengan nama Program unit kerja Eselon I.

Sasaran Strategis Diisi dengan sasaran strategis unit kerja Eselon I, sesuai Rencana Kerja (Renja) K/L atau RKA-KL. Bulan Diisi dengan nama bulan laporan.

Tahun Diisi dengan tahun laporan. Kolom 1 Cukup jelas.

Kolom 2 Diisi dengan nama kegiatan dan penanggung-jawab kegiatan seluruh unit kerja Eselon II.

Kolom 3 Diisi dengan sasaran kegiatan sesuai Rencana Kerja (Renja) K/L atau RKA-KL.

Kolom 4 Diisi dengan indikator kinerja kegiatan.

Kolom 5 Diisi dengan tingkat proritas pada Rencana Kerja (Renja) Kementerian, Nasional (N), Bidang (B) dan Kementerian (K/L).

Kolom 6 Diisi dengan target kinerja/volume setiap indikator kinerja kegiatan.

Kolom 7 Diisi dengan persentase capaian per indikator kinerja kegiatan pada bulan lalu.

Kolom 8 Diisi dengan volume realisasi capaian target per indikator kinerja kegiatan sampai dengan bulan laporan.

Kolom 9 Diisi dengan persentase realisasi capaian target per indikator kinerja kegiatan sampai dengan bulan laporan.

Kolom 10 Diisi dengan data dan informasi yang perlu ditambahkan.

Isian Formulir A1 merupakan gabungan dari isian Formulir A2. Formulir isian ditandatangani oleh pejabat Eselon I atau Sekretaris atas nama pejabat Eselon I, Kepala Biro Perencanaan atas nama Sekretaris Jenderal.


(22)

u P


(23)

Unit Kerja Eselon II Diisi dengan nama unit kerja Eselon II.

Kegiatan Diisi dengan nama kegiatan unit kerja Eselon II. Bulan Diisi dengan nama bulan laporan.

Tahun Diisi dengan tahun laporan. Kolom 1 Cukup jelas.

Kolom 2 Diisi dengan sasaran kegiatan pada Rencana Kerja (Renja) K/L atau RKA-KL.

Kolom 3 Diisi dengan indikator kinerja kegiatan.

Kolom 4 Diisi dengan tingkat proritas pada Rencana Kerja (Renja) Kementerian, Nasional (N), Bidang (B) dan Kementerian (K/L).

Kolom 5 Diisi dengan target kinerja/volume setiap indikator kinerja kegiatan.

Kolom 6 Diisi dengan persentase realisasi capaian per indikator kinerja kegiatan pada bulan yang lalu. Kolom 7 Diisi dengan realisasi capaian target/volume per

indikator kinerja kegiatan sampai dengan bulan laporan.

Kolom 8 Diisi dengan persentase realisasi capaian target per indikator kinerja kegiatan sampai dengan bulan laporan.

Kolom 9 Diisi dengan data dan informasi yang perlu ditambahkan.

Formulir isian ditandatangani oleh pejabat Eselon II (Sekretaris, Direktur, Inspektur, Kepala Biro, Kepala Pusat, Kepala Balai).


(24)

u P


(25)

Unit Kerja Eselon I Diisi dengan nama unit kerja Eselon I.

Program Diisi dengan nama program unit kerja Eselon I. Bulan Diisi dengan bulan laporan.

Tahun Diisi dengan tahun laporan. Kolom 1 Cukup jelas.

Kolom 2 Diisi dengan nama setiap Kegiatan dalam program. Kolom 3 Diisi dengan nilai rupiah pagu awal DIPA setiap

kegiatan.

Kolom 4 Diisi dengan nilai rupiah pagu akhir/setelah revisi DIPA setiap kegiatan.

Kolom 5 Diisi bobot tertimbang dengan perhitungan nilai rupiah per kegiatan pada kolom 4 dibagi dengan jumlah kolom 4 dikali 100%.

Kolom 6 Diisi dengan realisasi keuangan per kegiatan sampai dengan bulan laporan.

Kolom 7 Diisi dengan persentase realisasi keuangan per kegiatan sampai dengan bulan laporan.

Kolom 8 Diisi dengan persentase realisasi fisik tertimbang kegiatan sesuai formulir B2 yang merupakan hasil

penilaian/perhitungan persentase fisik per kegiatan

pada bulan tersebut.

Kolom 9 Diisi dengan hasil perkalian nilai bobot tertimbang

kolom 5 dikali dengan realisasi fisik kolom 8 dibagi

100.

Formulir isian ditandatangani oleh pejabat Eselon I atau Sekretaris atas nama pejabat Eselon I, Kepala Biro Perencanaan atas nama Sekretaris Jenderal.


(26)

u P


(27)

Unit Kerja Eselon II Diisi dengan nama unit kerja Eselon II. Kegiatan Diisi dengan nama kegiatan unit kerja Eselon I. Sasaran Kegiatan Diisi dengan sasaran kegiatan pada Rencana Kerja

(Renja) K/L atau RKA-KL. Bulan Diisi dengan bulan laporan. Tahun Diisi dengan tahun laporan. Kolom 1 Cukup jelas.

Kolom 2 Diisi dengan indikator kinerja kegiatan.

Kolom 3 Diisi dengan target volume per indikator kegiatan. Kolom 4 Diisi dengan nilai rupiah pagu awal DIPA setiap

indikator kegiatan.

Kolom 5 Diisi dengan nilai rupiah pagu akhir/setelah revisi DIPA setiap indikator kegiatan.

Kolom 6 Diisi bobot tertimbang dengan perhitungan nilai rupiah per indikator kegiatan pada kolom 5 dibagi dengan jumlah kolom 5 dikali 100%.

Kolom 7 Diisi dengan realisasi keuangan per indikator kegiatan sampai dengan bulan laporan.

Kolom 8 Diisi dengan persentase realisasi keuangan per indikator kegiatan sampai dengan bulan laporan. Kolom 9 Diisi dengan persentase realisasi fisik per Indikator

Kegiatan atau hasil penilaian/perhitungan persentase

fisik tertimbang dalam indikator kegiatan pada bulan

tersebut.

Kolom 10 Diisi dengan hasil perkalian nilai bobot tertimbang

kolom 6 dengan realisasi fisik kolom 9 dibagi 100. Formulir isian ditandatangani oleh pejabat Eselon II (Sekretaris, Direktur, Inspektur, Kepala Biro, Kepala Pusat, Kepala Balai).


(28)

(29)

B

AB

2

S

ISTEM

P

ELAPORAN

S

ATUAN

K

ERJA

P

ERANGKAT

D

AERAH

S

atuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dekonsentrasi/tugas pembantuan di daerah provinsi, kabupaten/kota. Adapun Laporan pelaksanaan tugas adalah jenis naskah dinas yang dibuat oleh pimpinan SKPD/Instansi provinsi dan SKPD/Instansi kabupaten/kota yang melaksanakan fungsi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang berisi uraian informasi sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas umum pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.

Ada tiga jenis pelaporan yang dipantau dan evaluasi oleh Pusat, termasuk Biro Perencanaan terkait kinerja pelaksanaan dekonsentrasi/ tugas pembantuan (TP) yang dialokasikan pada SKPD Provinsi/ Kabupaten/Kota, yaitu sebagai berikut.

1. Pemantauan pelaksanaan pembangunan nasional sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006. Aplikasi online-nya dapat dilihat di situs e-monev.bappenas.go.id.

2. Monev kinerja pembangunan sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011. Aplikasi online-nya dapat dilihat di situs monev.anggaran.depkeu.go.id.

3. Sistem pelaporan SKPD Provinsi/Kabupate/Kota sesuai Permenakertrans Nomor 18 Tahun 2011. Aplikasi online-nya dapat dilihat di situs http://permenakertrans18.com.


(30)

pelaporan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) instansi Provinsi, Kabupaten/Kota bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.18/MEN/XII/2011 tentang Sistem Pelaporan Satuan Kerja Perangkat Daerah/Instansi Provinsi/Kabupaten/Kota Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian;

6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

B. Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan ditetapkan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem


(31)

Adapun tujuan peraturan pemerintah tersebut adalah sebagai berikut.

a. Melakukan pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan secara triwulanan.

b. Melakukan pengukuran pencapaian kinerja Program/Kegiatan pelaksanaan rencana pembangunan secara tahunan.

c. Melakukan pemantuan terhadap pecapaian target Prioritas Nasional.

d. Menfasilitasi Kementerian/Lembaga (K/L) untuk dapat saling berinteraksi dalam menyampaikan permasalahan pelaksanaan Program/Kegiatan.

e. Mendukung pelaksanaan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan nasional.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tersebut mengamanatkan kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga (K/L) untuk melakukan pemantauan pelaksanaan Renja-KL, kepada Gubernur untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta kepada Bupati/ Wali Kota melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tugas pembantuan.

Untuk memperlancar proses pelaporan/pemantauan tersebut, telah dikembangkan aplikasi berbasis online yang disebut dengan e-Monev. Pelaksanaan pelaporan terhadap perkembangan realisasi penyerapan dana dan realisasi pencapaian target yang telah berjalan dengan aplikasi e-Monev tingkat K/L tersebut telah mulai digunakan sejak akhir 2012. Berdasarkan hasil monitoring, penggunaan aplikasi e-Monev dalam pelaporan PP 39/2006 telah mampu meningkatkan jumlah K/L yang melapor secara tepat waktu. Hal ini merupakan respons positif dari K/L sebagai pengguna sehingga e-Monev dianggap perlu untuk terus dikembangkan dan


(32)

diakses oleh Kementerian/Lembaga (K/L) Pusat. Namun, sekarang sudah online dan mulai dapat diakses oleh Bappeda dan SKPD tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota terkait dengan pelaksanaan kegiatan dan program dengan Dana Dekonsentrasi (Dekon)/Tugas Perbantuan (TP).

Untuk sementara, input data dari Daerah belum link dengan data K/L Pusat, masih bersifat tampilan yang dapat diakses oleh K/L sesuai Program.

Berikut ini tabel perbandingan aplikasi e-Monev secacara offline dan online.

No. Aplikasi PP-39/2006 Offline Aplikasi e-Monev

1 Formulir:

Formulir A: Penanggungjawab Kegiatan.

Formulir B: Penanggungjawab Program.

Formulir C: Biro Perencanaan.

Formulir:

3 (tiga) formulir A,B dan C terintegrasi dlm 1 (satu) form.

Input data dikoordinasikan oleh Penanggung jawab Program (UKE I) dan divalidasi oleh Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan K/L.

2 Basis data:

DIPA (Fungsi, Sub Fungsi, Program, Indikator hasil, Kegiatan).

Basis data:

Mengintegrasikan Data Antara Renja K/L (program, outcome dan indikator, kegiatan, ouput, dan sasaran) dan RKA K/L (anggaran).

3 Input Data kumulatif triwulanan dilakukan secara

offline.

Input Data kumulatif triwulanan dilakukan secara online.


(33)

No. Aplikasi PP-39/2006 Offline Aplikasi e-Monev

4 Masalah/Kendala Pelaksanaan dijelaskan dan dijabarkan tanpa dikelompokkan

Masalah/Kendala Pelaksanaan mulai dikategorikan ke dalam kelompok permasalahan untuk mempermudah analisis dalam mengambil langkah tindak lanjut.

5 Mekanisme Pelaporan berjenjang dan dilakukan

konsolidasi secara offline.

Mekanisme Pelaporan dilakukan berjenjang oleh penanggung jawab program dan terkonsilidasi secara otomatis oleh sistem. Selanjutnya Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan melakukan validasi data yang masuk untuk dilaporkan kepada Kementerian PPN/Bappenas melaui sistem e-Monev.

6 Analisis Status Pencapaian Pelaksanaan Program/ Kegiatan tidak dilakukan lebih jauh.

Analisis Status Pencapaian Pelaksanaan Kegiatan/Program menggunakan

notifikasi warna (hijau, kuning, merah)

untuk menunjukkan tingkat capaian kinerja dan tingkat capaian anggaran pada pelaksanaan program/kegiatan.


(34)

(35)

(36)

Tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Atas Pelaksanaan RKA-K/L terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/ PMK.02/2011.

Tujuan pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi akuntabilitas dan fungsi peningkatan kualitas kegiatan, meliputi:


(37)

2. Aspek Manfaat: menghasilkan informasi perubahan yang terjadi dalam masyarakat atas keluaran yang dicapai;

3. Aspek Konteks: menghasilkan informasi mengenai relevansi masukan, kegiatan, keluaran dan hasil dengan dinamika keadaaan maupun kebijakan pemerintah.

1. Prinsip-Prinsip Pengisian Aplikasi

Berikut ini prinsip-prinsip pengisian aplikasi: 1. Basis Data adalah RKA-K/L;

2. Data di-input oleh setiap Satker (vol. Realisasi output kegiatan; 3. Pengisian Data setiap bulan;

4. Realisasi keuangan diisi otomatis dari KPPN; 5. Unit Eselon I memvalidasi data dari Satker terkait;

6. Sekjen (Biro Perencanaan) memvalidasi data unit Eselon I untuk laporan Kementerian.

2. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Penganggaran Kementerian

Ketenagakerjaan

Aplikasi Monev Kinerja Penganggaran terdiri atas 3 layer, yaitu: 1. Layer satker, diperuntukkan bagi user di tingkat satker; 2. Layer eselon I, diperuntukkan bagi user di tingkat eselon I atau

penanggung jawab program;

3. Layer K/L, diperuntukkan bagi user di tingkat K/L.

Banyak fitur yang bisa diakses dalam aplikasi monev ini sebagai alat bantu untuk melakukan analisis dan evaluasi pelaksanaan RKA-K/L, namun panduan ini akan difokuskan pada menu “Entri Data” yang berfungsi untuk memasukkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam evaluasi RKA-K/L.


(38)

(39)

3. Masukkan username dan password.

Setelah berhasil login, menu yang ada dalam aplikasi, meliputi Dashboard, Entri Data, Monitoring, Laporan, Logic Model, Business Intelligence (BI), Roadmap EKP, Informasi, dan Ubah Password. Khusus menu Logic Model dan Business Intelligence (BI) hanya terdapat pada layer Eselon I dan K/L. Tampilan awal aplikasi adalah sebagai berikut:

Mekanisme Pengisian Data pada Layer Satker

Berikut ini mekanisme pengisian data pada layer Satker. Pengisian data di layer satker adalah pengisian realisasi capaian output. Langkah 1: Klik menu Entri Data >> Entri Realisasi Output, selanjutnya akan muncul Program dan Kegiatan yang terdapat pada satker berkenaan seperti tampilan berikut:


(40)

akan muncul tampilan sebagai berikut:


(41)

a. Apabila suatu output telah selesai seluruhnya, isikan di kolom “Realisasi (Volume)”. Misalnya: target 5 dan telah selesai 4, maka isikan pada kolom dimaksud angka 4.

b. Apabila suatu output belum selesai, namun realisasi anggaran sudah ada, maka isikan capaian progresnya di kolom “Progres (%). Misalnya: Apabila target output 5 dan yang telah selesai 4, sementara sisanya sudah mencapai 50%, maka isikan pada kolom progres: [(4x100%)+(1x50%)]/5=90%.

c. Isikan keterangan atau penjelasan apabila diperlukan di kolom “Keterangan”. Penjelasan yang diisi bisa berupa penjelasan terkait capaian output dimaksud ataupun bisa pula berisi hambatan/kendala dan permasalahan lain yang ditemui terkait pencapaian output dimaksud.

Langkah 4: Klik tombol “Simpan”. Lakukan proses yang sama untuk mengisi capaian output yang lain.

Pengisian data tersebut dapat dilakukan setiap saat sepanjang ada realisasi capaian output. Jadi, periode pengisiannya tidak perlu menunggu semesteran atau triwulanan. Setiap kali ada perkembangan realisasi capaian output, lakukan langkah yang sama seperti di atas dan replace (timpa) data sebelumnya dengan data baru.

Khusus pada setiap akhir Februari, akan aktif tombol “Proses”. Menu ini untuk mengonfirmasi bahwa seluruh realisasi pencapaian output selama satu tahun telah dilaksanakan. Dengan mengeklik tombol “Proses” tersebut, maka satker tidak dapat lagi melakukan editing terhadap isian realisasi output, kecuali eselon I tidak mengesahkan isian tersebut. Tombol “Proses” terletak pada bagian kanan bawah di samping tombol “Simpan” seperti terlihat pada tampilan berikut:


(42)

atas capaian output yang diisi oleh setiap satker dan pengisian informasi analisis & rekomendasi.

Proses Pengesahan Atas Capaian Output :

Proses ini dilakukan sekali setiap tahun; biasanya dilakukan pada setiap akhir Februari. Sebelum waktu tersebut, menu pengesahan tidak diaktifkan. Pengesahan ini berfungsi sebagai alat konsolidasi akhir atas capaian output tahun sebelumnya. Capaian output yang telah disahkan mengandung pengertian bahwa isian realisasi capaian output yang dilakukan oleh setiap satker dianggap sudah final. Dengan demikian, satker tidak bisa lagi mengubah data realisasi capaian output-nya.

Untuk mengesahkan realisasi capaian output tersebut, langkahnya adalah:

Langkah 1: Pastikan login pada layer eselon I, selanjutnya klik menu Entri Data >> Entri Realisasi Output, selanjutnya akan muncul Program dan Kegiatan yang terdapat pada eselon I berkenaan


(43)

Langkah 2: Pilih opsi “Disahkan” atau “Tidak Disahkan”. Apabila dipilih opsi “Disahkan”, maka satker tidak bisa lagi mengubah data realisasi output-nya, sementara apabila dipilih opsi “Tidak Disahkan”, maka satker bisa melakukan editing atas capaian output-nya.

Langkah 3: Klik Proses, maka proses pengesahan selesai. Proses Pengisian Analisis & Rekomendasi :

Menu ini disediakan untuk menyampaikan berbagai informasi atas evaluasi yang telah dilakukan, khususnya informasi mengenai hambatan, faktor pendukung, dan rekomendasi.

Untuk mengisi analisis & rekomendasi ini langkah yang dilakukan sebagai berikut:

Langkah 1: Pastikan login pada layer eselon I, selanjutnya klik menu Entri Data >> Analisis & Rekomendasi.

Langkah 2: Pilih program yang sesuai sampai muncul 5 (lima) pertanyaan sebagai berikut:

A. Pencapaian Kinerja (analisis terhadap pencapaian kinerja) 1. Apakah terdapat hambatan/kesulitan dalam pencapaian

kinerja? Beri Penjelasan!

2. Apa saja faktor pendukung dalam pencapaian kinerja? 3. Apa rekomendasi anda untuk peningkatan pencapaian


(44)

1. Apakah terdapat hambatan/kesulitan dalam proses evaluasi? Beri Penjelasan!

2. Apa saran/masukan Anda untuk perbaikan sistem evaluasi kinerja (termasuk aplikasi) ini?

Tampilan pertanyaan tersebut seperti berikut:

Langkah 3: Isilah informasi atas pertanyaan-pertanyaan tersebut secara singkat, padat, dan jelas.

Langkah 4: Klik “Kirim”.

Dengan melakukan, pengisian pada menu “Analisis & Rekomendasi” di atas, maka eselon I sudah dianggap menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam PMK No. 249/PMK.02/2011 sehingga tidak diperlukan lagi penyampaian laporan berbentuk fisik ke Ditjen Anggaran, Kementerian Keuangan.

Mekanisme Pengisian Data pada Layer Kementerian/Lembaga


(45)

D. Sistem Pelaporan SKPD Instansi Provinsi/Kabupaten/Kota

Bidang Nakertrans Berdasarkan Permenakertrans Nomor

18 Tahun 2011

Tujuan penerbitan Permenakertrans Nomor 18 Tahun 2011 adalah dalam rangka pemantauan pelaksanaan kegiatan dan capaian kinerja kegiatan pada alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan (TP) di Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota, bersifat bulanan dan tahunan.

Yang dimaksud sistem pelaporan adalah ketentuan yang mengatur jenis, materi, sistematika, penyusunan dan penyampaian, koordinator serta penanggung jawab laporan yang menjadi kewajiban unit kerja daerah. Pelaporan sendiri adalah jenis naskah dinas yang disampaikan sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan program dan kegiatan pada periode waktu tertentu atau sewaktu-waktu.

Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dekonsentrasi/tugas pembantuan di daerah provinsi, kabupaten/kota.

Sementara itu, unit kerja eselon I di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi terdiri dari:

1. Sekretariat Jenderal;

2. Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas; 3. Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja; 4. Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Jaminan SosialTenaga Kerja;

5. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan; 6. Direktorat Jenderal Pembinaan Pembangunan Kawasan


(46)

8. Inspektorat Jenderal; dan

9. Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi.

1. Jenis dan Materi Pelaporan

Jenis pelaporan adalah laporan pelaksanaan tugas, yaitu jenis naskah dinas yang dibuat oleh pimpinan SKPD/Instansi provinsi dan SKPD/Instansi kabupaten/kota yang melaksanakan fungsi ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang berisi uraian informasi sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas umum pemerintahan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian. Yang dimaksud SKPD/Instansi Provinsi adalah SKPD/instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di provinsi yang bersangkutan.

Sementara itu, SKPD/Instansi Kabupaten/Kota adalah SKPD/ instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian di kabupaten/kota yang bersangkutan.

Adapun materi laporannya berupa data dan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian yang mencakup, antara lain:

a. pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan serta pelaksanaan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) yang dananya bersumber dari APBN dan APBD;

b. permasalahan dan upaya tindak lanjut c. data-data lainnya.


(47)

Data dan informasi yang dilaporkan tersebut merupakan data dan informasi yang sifatnya pokok sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Nomor Per.18/MEN/XII/2011. Sementara itu, data dan informasi yang sifatnya lebih rinci diatur tersendiri oleh unit kerja eselon I di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sesuai dengan kebutuhan unit kerja yang bersangkutan.

2. Sistematika Pelaporan

Sistematika laporan pelaksanaan tugas sekurang-kurangnya memuat hal-hal berikut.

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Lampiran Daftar Tabel

Daftar Gambar, Graik

BAB I : PENDAHULUAN a. Latar Belakang. b. Maksud dan Tujuan. c. Sasaran.

d. Landasan Operasional.

BAB II : TUGAS DAN FUNGSI SISTEM PELAPORAN SKPD/INSTANSI PROVINSI/KABUPATEN/KOTA BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN

BAB III : RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DAN ANGGARAN a. Rencana Program/Kegiatan.

b. Pagu Anggaran.

BAB IV : PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN DAN ANGGARAN a. Pelaksanaan Program/Kegiatan dan Hasilnya. b. Realisasi Penyerapan Anggaran.

BAB V : PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT BAB VI : HAL-HAL KHUSUS

BAB VII : PENUTUP LAMPIRAN-LAMPIRAN


(48)

tugas bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian telah diringkas dalam tabel matriks mekanisme ketenagakerjaan dan ketransmigrasian sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri Nomor Per.18/MEN/XII/2011. Berikut ini perinciannya.

a. Tata Cara Penyampaian Laporan

1) Laporan SKPD/Instansi Provinsi

SKPD/Instansi Provinsi menyampaikan laporan pelaksanaan tugas secara berkala setiap bulan dan setiap tahun kepada Gubernur dan kepada Menteri, dengan tembusan Inspektur Jenderal, Kepala Balitfo dan Direktur Jenderal terkait di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2) Laporan SKPD/ Instansi Kabupaten/Kota

SKPD/Instansi Kabupaten/Kota menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Bupati/Walikota dan Kepala SKPD/ Instansi Provinsi yang bersangkutan setiap bulan/tahun.

b. Waktu Penyampaian Laporan

1) Laporan SKPD/Instansi Provinsi

Laporan bulanan pelaksanaan tugas SKPPD/Instansi Provinsi disampaikan selambat-lambatnya setiap tanggal 10 pada bulan berikutnya, sedangkan laporan tahunan disampaikan pada minggu keempat bulan Januari pada tahun berikutnya. 2) Laporan SKPD/Instansi Kabupaten/Kota

Laporan bulanan pelaksanaan tugas SKPPD/Instansi Kabupaten/ Kota disampaikan selambat-lambatnya setiap


(49)

4. Koordinator dan Penyusun Laporan

Koordinator penyusun laporan adalah pejabat yang karena tugas dan fungsinya berkewajiban dan bertanggung jawab melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan sub-unit kerja di lingkungan unit kerjanya atau unit kerja terkait. Koordinator dan penyusun laporan pelaksanaan tugas diatur sebagai berikut: a. Koordinator laporan tingkat Kementerian/Menteri, adalah

Sekretaris Jenderal yang penyusunannya dilaksanakan oleh Biro Perencanaan;

b. Koordinator laporan instansi SKPPD/provinsi, adalah Sekretaris SKPD/Instansi Provinsi atau pejabat lain yang ditunjuk yang penyusunannya dilaksanakan oleh pejabat eselon IV yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pelaporan;

c. Koordinator laporan instansi SKPPD/kabupaten/kota adalah Sekretaris SKPD/Instansi Kabupaten/Kota yang bersangkutan atau pejabat lain yang ditunjuk yang penyusunannya dilaksanakan oleh pejabat eselon IV yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang pelaporan.

5. Penanggung Jawab Laporan

Penanggung jawab laporan adalah pejabat tertinggi pada unit kerja, SKPD/Instansi provinsi dan SKPD/instansi kabupaten/kota yang berkewajiban untuk melaporkan hasil pelaksananaan tugas di lingkungan unit kerjanya.

Penanggung jawab dan penandatangan laporan SKPD/Instansi Provinsi yaitu Kepala SKPD/Instansi Provinsi yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian; Penanggung jawab dan penandatangan Laporan SKPD/Instansi Kabupaten/Kota yaitu Kepala SKPD/Instansi Kabupaten/Kota yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang ketenagakerjaan


(50)

kabupaten/kota oleh Sekretaris Jenderal dan hasilnya disampaikan kepada Menteri, Gubernur untuk laporan SKPD/instansi provinsi, dan Bupati/Walikota untuk laporan SKPD/intansi kabupaten/kota yang bersangkutan.

Penilaian sebagaimana dimaksud di atas, meliputi substansi laporan serta tingkat ketaatan/kedisiplinan dalam penyampaian laporan, dan merupakan salah satu pertimbangan dalam penentuan program dan besarnya anggaran tahun berikutnya.

Berikut ini mekanisme laporan pelaksanaan tugas sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri Nomor Per.18/ MEN/XII/2011.

KEPALA INSTANSI PROVINSI

KEPALA INSTANSI

KABUPATEN BUPATI/WALI KOTA GUBERNUR

DIRJEN, KEPALA BADAN,

IRJEN

MENAKERTRANS

Keterangan:

Langsung Tembusan

Gambar Mekanisme laporan tugas

Sistem pelaporan satuan kerja perangkat daerah/instansi provinsi, kabupaten/kota bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian dipergunakan sebagai pedoman dalam rangka penyusunan laporan


(51)

Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilengkapi dengan data dan informasi perkembangan pelaksanaan program/ kegiatan dan data penting lainnya.

E. Penghargaan dan Sanksi

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013 tentang APBN Tahun

Anggaran 2014 Pasal 16

Dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran belanja Kementerian/Lembaga Pemerintah perlu menerapkan sistem reward dan punishment atas pelaksanaan pelaksanan Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga tahun 2013, yang penerapannya dilakukan pada Tahun Anggaran 2015.

2. Aspek Pengenaan Sanksi Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun

2008 Pasal 75

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang secara sengaja

dan/atau lalai dalam menyampaikan laporan Dekon/TP dapat dikenakan sanksi berupa:

a. penundaan pencairan dana untuk triwulan berikutnya; b. penghentian alokasi dana untuk tahun anggaran berikutnya. Pengenaan sanksi tidak membebaskan SKPD dari kewajiban menyampaikan laporan.

3. Penghargaan dan Sanksi dalam Permenakertrans Nomor 18

Tahun 2011 Bab III Pasal 11

a. Laporan pelaksanaan tugas dijadikan bahan evaluasi dalam melakukan penilaian terhadap SKPD/Instansi Provinsi dan Kabupaten/Kota oleh Sekretaris Jenderal dan hasilnya disampaikan kepada Menteri, Gubernur untuk laporan SKPD/


(52)

b. Penilaian tersebut meliputi substansi laporan serta tingkat ketaatan/kedisiplinan dalam penyampaian laporan, dan merupakan salah satu pertimbangan dalam penentuan program dan besarnya anggaran tahun berikutnya.

Dalam rangka meningkatkan penyelengaraan pelaporan di lingkungan Kementerian Ketenagakerjaan, khususnya Satker Provinsi, maka setiap tahun Biro Perencanaan melaksanakan evaluasi dan penilaian laporan daerah (Permen 18/2011) dengan memberikan penghargaan dan sertifikat kepada Satker daerah yang menyelenggarakan pelaporan bidang Nakertrans secara baik. Sebagai contoh, peringkat tiga terbaik dalam Pelaporan tahun 2013 diraih oleh Disnakertrans Provinsi Kalimantan Tengah, Disnakertrans Provinsi Jawa Barat, dan Disnakertrans Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .

F. Permasalahan

Berikut ini beberapa permasalahan dalam penyampaian laporan Satuan Kerja Perangkat Daerah.

1. Penyampaian laporan dari SKPD/Instansi provinsi Peraturan Menteri Nomor 18/MEN/XII/2011 kepada Menakertrans, masih sering terlambat (tidak tepat waktu);

2. Laporan bulanan baik dari SKPD/Instansi Kab/Kota ke Satker Provinsi masih belum kontinu;

3. Sering terjadinya pergantian petugas pelaporan;

4. Data dalam format masih ada yang kosong atau keliru target, terutama form C;


(53)

B

AB

3

K

LASIFIKASI

DAN

K

ARAKTERISTIK

D

ATA

J

ENIS

I

NFORMASI

K

ETENAGAKERJAAN

K

eputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.250/MEN/XII/2008 tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan memerlukan penyesuaian dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia. Dengan demikian, terbitlah Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.250/MEN/XII/2008 tentang Klasifikasi dan Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan.

A. Dasar Hukum

Berikut ini kebijakan yang mendasari terbitnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014.

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4273);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 34, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4701);


(54)

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.12/ MEN/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 378).

B. Beberapa Pengertian

Berikut ini beberapa pengertian istilah yang tercantum Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 sebagai pengganti dari pengertian istilah dan ketentuan ketentuan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP.250/MEN/XII/2008.

1. Data adalah informasi yang berupa angka tentang karakteristik atau ciri-ciri khusus suatu populasi.

2. Informasi Ketenagakerjaan adalah gabungan, rangkaian dan analisis data yang berbentuk angka yang telah diolah, naskah dan dokumen yang mempunyai arti, nilai dan makna tertentu mengenai ketenagakerjaan.

3. Klasifikasi Data Ketenagakerjaan adalah pengelompokan data secara sistematis ke dalam golongan pokok, golongan, sub golongan dan kelompok berdasarkan substansi ketenagakerjaan sehingga terdefinisikan dengan jelas.

4. Golongan pokok adalah tingkat pengelompokan yang paling luas dari sistem klasifikasi dari jenis data dan informasi ketenagakerjaan.


(55)

6. Sub golongan adalah uraian lebih lanjut dari golongan data dan informasi ketenagakerjaan.

7. Kelompok adalah uraian lebih lanjut dari sub golongan data dan informasi ketenagakerjaan.

8. Karakteristik Data Ketenagakerjaan adalah ciri-ciri khusus yang melekat pada data ketenagakerjaan menurut substansinya.

9. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

10. Penduduk Usia Kerja, yang selanjutnya disingkat PUK, adalah penduduk berumur 15 tahun atau lebih atau disebut juga tenaga kerja.

11. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran yang aktif mencari pekerjaan. 12. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun

atau lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga, atau melaksanakan kegiatan lainnya.

13. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.

14. Penganggur terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja.

15. Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan. 16. Pekerja Tidak Penuh adalah mereka yang bekerja di bawah


(56)

mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.

18. Lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/ usaha/ perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja.

19. Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau sementara tidak bekerja.

20. Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan.

21. Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.

22. Kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

23. Standardisasi Kompetensi Kerja adalah proses merumuskan, menetapkan, dan menerapkan standar kompetensi kerja. 24. Lembaga Sertifikasi Profesi adalah lembaga pelaksana

kegiatan sertifikasi profesi yang mendapatkan lisensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi.

25. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia selanjutnya disingkat SKKNI, adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(57)

26. Lembaga Pelatihan Kerja, yang selanjutnya disingkat LPK, adalah instansi pemerintah, badan hukum, atau perorangan yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan kerja.

27. Asosiasi profesi adalah himpunan orang-orang yang memiliki profesi sejenis, baik pada aspek teknis profesi maupun manajerial dan menguasai pengetahuan maupun praktek, jenjang kualifikasi, prosedur kerja, dan ukuran hasil kinerja masing-masing bidang.

28. Kebutuhan pelatihan adalah besaran kebutuhan pelatihan berdasarkan proses identifikasi, analisis, atau penelitian yang lebih menitikberatkan pada penilaian performansi yang dimiliki calon dan/atau tenaga kerja dan formasi yang diharapkan mengisi lowongan yang tersedia.

29. Sertifikasi Kompetensi Kerja adalah pemberian sertifikat yang dilakukan melalui uji kompetensi kerja.

30. Produktivitas adalah rasio antara hasil atau luaran (output) dengan masukan yang dipakai (input).

31. Produktivitas Tenaga Kerja adalah rasio antara produk berupa barang dan jasa dengan tenaga kerja yang digunakan, baik individu maupun kelompok dalam satuan waktu tertentu yang merupakan besaran kontribusi tenaga kerja dalam pembentukan nilai tambah suatu produk dalam proses kegiatan ekonomi.

32. Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta, yang selanjutnya disingkat LPTKS, adalah lembaga swasta berbadan hukum yang telah memperoleh ijin tertulis untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan tenaga kerja.

33. Pemagangan adalah bagian dari sistem pelatihan kerja yang diselenggarakan secara terpadu antara pelatihan di lembaga pelatihan dengan bekerja secara langsung di bawah bimbingan


(58)

keahlian tertentu.

34. Instruktur adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran kepada peserta pelatihan di bidang atau kejuruan tertentu.

35. Tenaga Pelatihan adalah seseorang yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya.

36. Penempatan Tenaga Kerja adalah proses pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan dan kepada pemberi kerja dalam pengisian lowongan kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan.

37. Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri oleh Pemerintah adalah proses penempatan yang dilaksanakan Badan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah dengan pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum di negara tujuan.

38. Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri oleh Swasta adalah proses penempatan yang dilaksanakan Swasta atas izin tertulis dari Menteri.

39. Pegawai Pengantar Kerja adalah Pegawai Negeri Sipil yang memiliki keterampilan melakukan kegiatan antar kerja dan diangkat dalam jabatan fungsional oleh Menteri atau pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(59)

41. Bursa kerja adalah tempat pelayanan kegiatan penempatan tenaga kerja.

42. Kesempatan kerja adalah lowongan pekerjaan yang diisi oleh pencari kerja dan pekerja yang sudah ada.

43. Lowongan kerja adalah jenis pekerjaan/jabatan yang belum terisi oleh pencari kerja.

44. Tenaga kerja khusus adalah tenaga kerja yang mempunyai kekhususan baik sifat, badan, maupun jiwa.

45. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri atas unsur pengusaha, pekerja/ buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

46. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/ atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

47. Perusahaan adalah:

a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta, maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.


(60)

hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, atau unsur pekerja/buruh.

49. Lembaga Kerja Sama Tripartit yang selanjutnya disebut LKS Tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah.

50. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.

51. Perjanjian Kerja Bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban kedua belah pihak.

52. Lingkungan kerja adalah satu wilayah industri (tertentu) yang tidak terpisahkan dengan proses produksi, sehingga tercapai lingkungan yang asri.

53. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

54. Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,


(61)

buruh, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

55. Asosiasi pengusaha adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan pengusaha.

56. Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja atau buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja, serta perselisihan antar serikat pekerja/ serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.

57. Mediator Hubungan Industrial, yang selanjutnya disebut mediator, adalah pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh Menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.

58. Konsiliator Hubungan Industrial, yang selanjutnya disebut konsiliator, adalah seorang atau lebih yang memenuhi syarat-syarat sebagai konsiliator ditetapkan oleh Menteri, yang bertugas melakukan konsiliasi dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.

59. Arbiter Hubungan Industrial, yang selanjutnya disebut arbiter, adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh


(62)

buruh hanya dalam satu perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase yang putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.

60. Hakim Ad-Hoc adalah Hakim Ad-Hoc pada Pengadilan Hubungan Industrial dan Hakim Ad-Hoc pada Mahkamah Agung yang pengangkatannya atas usul serikat pekerja/ serikat buruh atau organisasi pengusaha.

61. Mogok Kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/ atau oleh serikat pekerja/serikat buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan.

62. Penutupan Perusahaan (lock out) adalah tindakan pengusaha untuk menolak pekerja/buruh seluruhnya atau sebagian untuk menjalankan pekerjaan.

63. Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

64. Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia. 65. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan

dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja,


(63)

66. Keselamatan Kerja adalah keselamatan dalam segala tempat kerja, baik di darat, dalam laut, di permukaan air, maupun di udara yang masuk wilayah hukum Republik Indonesia.

67. Penindakan Pelanggaran adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan dalam mengusut pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

68. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Khusus adalah pegawai teknis berkeahlian khusus yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

69. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin pelaksanaan perundang-undangan ketenagakerjaan yang ditetapkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. 70. Pengawasan Ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan

menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.

71. Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalm lingkungan kerja yang aman dan sehat.

72. Fasilitas kesejahteraan pekerja/buruh adalah fasilitas sosial bagi pekerja/buruh yang disediakan oleh perusahaan.

73. Anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun.

74. Dinas Provinsi adalah instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di provinsi.

75. Dinas Kabupaten/Kota adalah instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di kabupaten/kota.


(64)

77. Kementerian adalah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

78. Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

C. Data dan Informasi Pengembangan Perluasan Kesempatan

Kerja

Data dan informasi pengembangan perluasan kesempatan kerja terdiri atas 5 golongan pokok, meliputi:

1. usaha mandiri; 2. tenaga kerja mandiri; 3. tenaga kerja sarjana;

4. perluasan kerja sistem padat karya; 5. teknologi tepat guna.

Data dan informasi pengembangan perluasan kesempatan kerja tersebut meliputi karakteristik provinsi dan kabupaten/kota.

1. Data dan Informasi Usaha Mandiri

Data dan informasi usaha mandiri terdiri atas dua golongan, yaitu wirausaha kelompok dan wirausaha perorangan. Data dan informasi tersebut antara lain meliputi karakteristik:

a. bidang usaha; b. alamat tempat usaha; c. permodalan;

d. provinsi; f. kabupaten/kota.


(65)

2. Data dan Informasi Tenaga Kerja Mandiri

Data dan informasi tenaga kerja mandiri terdiri atas dua golongan, yaitu Tenaga Kerja Pemuda Mandiri Profesional (TKPMP) dan Tenaga Kerja Muda Terdidik (TKMT). Data dan informasi tersebut meliputi karakteristik:

a. nama;

b. tempat dan tanggal lahir; c. alamat;

d. jenis kelamin; e. pendidikan; f. pelatihan;

g. pengalaman kerja; h. provinsi;

j. kabupaten/kota.

3. Data dan Informasi Tenaga Kerja Sarjana

Data dan informasi tenaga kerja sarjana, meliputi karakteristik: a. nama;

b. tempat dan tanggal lahir; c. alamat;

d. jenis kelamin; e. pendidikan; f. pelatihan;

g. pengalaman kerja; h. provinsi;


(66)

tiga golongan, yaitu instansi penyelenggara, bidang pekerjaan, dan anggaran. Data dan informasi tersebut meliputi karakteristik kabupaten/kota dan provinsi.

5. Data dan Informasi Teknologi Tepat Guna

Data dan informasi teknologi tepat guna terdiri atas dua golongan, meliputi jenis teknologi dan pengguna. Data dan informasi tersebut meliputi karakteristik kabupaten/kota dan provinsi.

Untuk menginput data pengembangan dan perluasan kesempatan kerja ke aplikasi pengelolaan data dan informasi ketenagakerjaan dapat dilakukan langkah-langkah sebagi berikut.

Langkah awal ketik http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans. go.id/kep250 lalu klik NEW LOGIN maka akan muncul tampilan sebagai berikut:


(67)

Istilah Username, sesuai dengan kode Kabupaten/Kota saja dan Password diisikan dengan kode Kabupaten/Kota saja, kemudian klik tombol

Contoh Kota Semarang Username: 3374, Password: kt3374

Setelah data Username dan Password yang dimasukkan dalam halaman Sign In dapat diterima oleh sistem, maka tampil halaman sebagai berikut:

Gambar Tampilan Setelah Sign In

Kemudian pilih Pengembangan Kesempatan kerja, maka akan muncul tampilan:


(68)

dicarikan di menu jump to..., sebagai contoh untuk mengisi tabel Padat Karya Produktif Menurut Kecamatan langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Dari menu Jump to... pilih Tabel 3.1.1. Peserta Program Padat Karya Produktif Menurut Kecamatan akan muncul tampilan:

Menu jump to untuk data pengembangan dan perluasan kesempatan kerja:

1.1. WUB – Kecamatan

1.2. Daftar Peserta Wira Usaha Baru 2.1.1. TKMT – Kecamatan

2.1.2. Daftar Peserta TKMT 2.2.1. TKPMP – Kecamatan 2.2.2. Daftar peserta TKPMP 2.3.1. TKS – Kecamatan 2.3.2. Daftar peserta TKS 3.1.1. PKP – Kecamatan 3.1.2. Daftar peserta PKP

3.2.1. Padat Karya Infrastruktur Menurut Kecamatan 3.2.2. Daftar Peserta Padat Karya Infrastruktur


(69)

2) Pilih untuk menginput data, setelah di klik akan muncul tampilan:

Gambar Tampilan setelah klik ADD NEW

3) Kemudian isi form yang terdapat di tabel 3.1.1. setelah terisi kemudian klik

Setelah di save akan muncul tampilan:


(70)

Gambar Tampilan setelah di klik untuk mengedit atau menghapus data

5) Setelah data di edit, kemudian klik untuk

menghapus data langsung di klik

6) Data telah selesai diinput

7) Data hasil inputan ini dapat dilihat di http://pusdatinaker. balitfo.depnakertrans.go.id/kep250 kemudian pilih menu data tenaga kerja kabupaten/kota lalu pilih pengembangan dan perluasan kesempatan kerja, lalu pilih data apa yang akan dilihat dan di print.

8) Langkah yang sama untuk data pengembangan dan perluasan kerja yang lainnya.


(71)

D. DATA DAN INFORMASI PENEMPATAN TENAGA KERJA

Data dan informasi penempatan tenaga kerja yang harus dipersiapkan sebelum diinput ke dalam aplikasi adalah:

1. Kesempatan Kerja 2. Pencari Kerja Terdaftar

3. Lowongan Kerja Yang Terdaftar 4. Lowongan Kerja Luar Negeri Terdaftar 5. Penempatan Tenaga Kerja Terdaftar 6. Antar Kerja

6.1. Penempatan Tenaga Kerja Melalui Mekanisme Antar Kerja Lokal (Akl)

6.2. Tenaga Kerja Melalui Mekanisme Antar Kerja Antar Daerah (Akad)

6.3. Tenaga Kerja Khusus Yang Terdaftar 6.4. Usia Muda (15-24 Tahun)

6.5. Lanjut Usia (≥ 60 Tahun) 7. Lembaga Penempatan Tenaga Kerja 8. Tenaga Kerja Indonesia

8.1. Job Order

8.2. Pemberangkatan TKI 8.3. Kepulangan TKI 8.4. Remitansi

9. Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Tka) 10. Pengantar Kerja

Data dan informasi penempatan tenaga kerja tersebut meliputi karakteristik provinsi dan kabupaten/kota.


(72)

karakteristik:

a. Lapangan Usaha Dan Jenis Investasi b. Jenis Kelamin Dan Instansi

2. PENCARI KERJA TERDAFTAR

Data dan informasi pencari kerja terdaftar antara lain meliputi karakteristik:

a. Jenis Kelamin b Pendidikan c. Golongan Umur

3. LOWONGAN KERJA YANG TERDAFTAR

Data dan informasi lowongan kerja yang terdaftar antara lain meliputi karakteristik:

a. Jenis Kelamin b. Pendidikan c. Golongan Umur d. Lapangan Usaha

e. Jenis Pekerjaan/JabaTAN

4. LOWONGAN KERJA LUAR NEGERI TERDAFTAR

Data dan informasi lowongan kerja luar negeri yang terdaftar antara lain meliputi karakteristik:

a. Negara dan Jenis Kelamin b. Negara dan Pendidikan c. Negara dan Golongan Umur


(73)

5. PENEMPATAN TENAGA KERJA TERDAFTAR

Data dan informasi penempatan tenaga kerja terdaftar antara lain meliputi karakteristik:

a. Jenis Kelamin b. Pendidikan c. Golongan Umur d. Lapangan Usaha e. Jenis Pekerjaan/Jabatan

6. ANTAR KERJA

Data dan informasi antar kerja terdiri atas tiga golongan, yaitu antar kerja lokal (AKL), antar kerja antar daerah (AKAD), dan tenaga kerja khusus. Data dan informasi tersebut meliputi karakteristik:

6.1. PENEMPATAN TENAGA KERJA MELALUI MEKANISME ANTAR KERJA LOKAL (AKL)

a. Jenis Kelamin b. Pendidikan c. Golongan Umur

d. Daerah Penempatan dan Lapangan Usaha e. Daerah Penempatan dan Jenis Pekerjaan/Jabatan f. Daerah Penempatan dan Status Pekerjaan

6.2. PENEMPATAN TENAGA KERJA MELALUI MEKANISME ANTAR KERJA ANTAR DAERAH (AKAD)

a. Jenis Kelamin b. Pendidikan c. Golongan Umur d. Lapangan Usaha e. Jenis Pekerjaan/Jabatan f. Status Pekerjaan


(74)

penyandang cacat menurut jenis kelamin

7. LEMBAGA PENEMPATAN TENAGA KERJA

Data dan informasi lembaga penempatan tenaga kerja antara lain meliputi karakteristik:

a. Daftar lembaga penempatan tenaga kerja swasta (LPTKS) b. Daftar bursa kerja khusus

c. Daftar bursa kerja on-line

d. Daftar perusahaan penempatan tenaga kerja indonesia swasta (PPTKIS)

8. TENAGA KERJA INDONESIA

Data dan informasi tenaga kerja Indonesia terdiri atas empat golongan, yaitu job order, pemberangkatan TKI, kepulangan TKI, dan remitansi. Data dan informasi tersebut meliputi karakteristik:

8.1. JOB ORDER

a. Negara pengguna, jenis kelamin, dan status b. Negara pengguna dan jenis pekerjaan/jabatan

8.2. PEMBERANGKATAN TKI

a. Negara tujuan, jenis kelamin, dan status b. Kabupaten/kota, jenis kelamin, dan status

8.3. KEPULANGAN TKI

a. Negara penempatan, jenis kelamin, dan status b. Negara penempatan dan alasan kepulangan


(75)

e. Alasan kepulangan f. Jenis permasalahan

8.4. REMITANSI

Penerimaan remitansi tenaga kerja indonesia menurut negara penempatan

9. PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING (TKA)

a. Negara asal dan jenis pekerjaan/jabatan b. Negara asal dan lapangan usaha

c. Jenis pekerjaan/jabatan d. Lapangan usaha

10. PENGANTAR KERJA

Data dan informasi tersebut terdiri dari pengantar kerja dan petugas antar kerja yang antara lain meliputi karakteristik:

a. Golongan umur dan jenis kelamin b. Pendidikan dan jenis kelamin c. Jabatan dan jenis kelamin d. Jenis kelamin

e. Pendidikan f. Jabatan

Untuk menginput data penempatan tenaga kerja ke aplikasi pengelolaan data dan informasi ketenagakerjaan dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :


(76)

sebagai berikut:

Gambar Login Data Penempatan Tenaga Kerja

Isilah Username, sesuai dengan kode Kabupaten/Kota saja dan Password diisikan dengan kode Kabupaten/Kota saja, kemudian klik tombol .

Contoh Kota Semarang, username: 3374, Password : kt3374 Setelah data Username dan Password yang dimasukkan dalam halaman Sign In dapat diterima oleh sistem, maka tampil halaman sebagai berikut :


(77)

71

Klasiikasi dan Karakteristik Data Jenis Informasi Ketenagakerjaan

Gambar Tampilan Setelah Sign In

Kemudian pilih Penempatan Tenaga Kerja, maka akan muncul tampilan :

Gambar Tampilan Setelah Memilih Penempatan Tenaga Kerja

Kemudian pilih Penempatan Tenaga Kerja, maka akan muncul tampilan :


(78)

dicari di menu jump to…, sebagai contoh untuk mengisi tabel 1.2 Penciptaan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Instansi langkahnya adalah sebagai berikut :

1) Dari menu Jump to… pilih Tabel 1.2. Penciptaan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin dan Instansi, akan muncul tampilan :

Gambar Tampilan setelah memilih tabel 1.2

Menu Jump to untuk data penempatan tenaga kerja : 1.1. Penciptaan Kesempatan Kerja – Lapangan Usaha 1.2. Penciptaan Kesempatan Kerja – Jenis Kelamin 2.1. Pencari Kerja Terdaftar – Jenis Kelamin 2.2. Pencari Kerja Terdaftar – Golongan Umur 3.1. CTKI – Status Formal

3.2. CTKI – pendidikan 3.3. CTKI – umur

4.1. Lowongan Kerja – Didik 4.2. Lowongan Kerja – Umur


(79)

5.1. Lowongan Kerja Luar Negeri – Formal 5.2. Lowongan Kerja Luar Negeri – Didik 5.3. Lowongan Kerja Luar Negeri – Umur

5.4. Lowongan Kerja Luar Negeri – Lapangan usaha 5.5. Lowongan Kerja luar Negri – Jabatan

7.1.1. Penempatan AKL – Jenis Kelamin – Formal 7.1.2. Penempatan AKL – Daerah – Didik

7.1.3. Penempatan AKL - Daerah – Umur

7.1.4. Penempatan AKL – Daerah – Lapangan Usaha 7.1.5. Penempatan AKL – Daerah – Jenis Pekerjaan 7.2.1. Penempatan AKAD – Jenis Kelamin – Formal 7.2.2. Penempatan AKAD – Daerah – Didik

7.2.3. Penempatan AKAD - Daerah – Umur

7.2.4. Penempatan AKAD – Daerah – Lapangan Usaha 7.2.5. Penempatan AKAD – Daerah – Jenis Pekerjaan 7.3.1 Penyandang Cacat – Jenis kelamin

8.1. Daftar LPTKS 8.2. Bursa Kerja Khusus 8.3. Bursa kerja Online 8.4. Daftar LPPTKIS

9.1.1. Job order – Negara – Jenis Kelamin - Formal 9.1.2. Job order – Negara – lapangan usaha 9.1.3. Job order – Negara – Jenis Pekerjaan

9.2.1. TKI Berangkat – Negara – Jenis Kelamin – Formal 9.2.2. TKI Berangkat – Negara – Didik

9.2.3. TKI Berangkat – Negara – Lapangan Usaha 9.3.1. TKI Pulang – Negara – Formal


(80)

10.1. TKA – Negara – Jenpek

10.2. TKA – Negara – Lapangan usaha 11.1 Pengantar Kerja – Umur

11.2. Pengantar Kerja – didik 11.3. Pengantar Kerja – Jabatan 11.4. Daftar Pengantar Kerja

2) Pilih untuk menginput data, setelah di klik akan muncul tampilan :

Gambar Tampilan setelah klik ADD NEW

3) Isi form yang terdapat di table 1.2. setelah terisi kemudian klik Setelah di save akan muncul tampilan:


(81)

Gambar Tampilan setelah di save

4) Untuk mengedit atau menghapus data yang diinput, klik pada data yang telah diisi, maka akan muncul tampilan:

Gambar Tampilan setelah di klik untuk mengedit atau menghapus data

5) Stelah data di edit, kemudian klik untuk

menghapus data langsung di klik

6) Data telah selesai diinput

7) Data hasil inputan ini dapat dilihat di http://pusdatinaker.balitfo. depnakertrans.go.id/kep250 kemudian pilih menu data tenaga kerja kabupaten/kota lalu pilih penempatan tenaga kerja, lalu pilih data apa yang akan dilihat dan di print.


(82)

Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan bertugas dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi ketenagakerjaan nasional.

Dalam pengumpulan data dan informasi ketenagakerjaan tersebut, Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan berkoordinasi dengan unit teknis dan instansi terkait.

Data dan informasi ketenagakerjaan tersebut dituangkan dalam format tabel klasifikasi dan karakteristik data dari jenis informasi ketenagakerjaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.A, Lampiran I.B, Lampiran I.C, Lampiran I.D, Lampiran I.E, dan Lampiran I.F Peraturan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014.

Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota

Kepala Dinas Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan melalui Sekretaris Dinas atau Kepala Bidang yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang program, evaluasi dan pelaporan bertugas dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi ketenagakerjaan kabupaten/kota provinsi.

Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi ketenagakerjaan melalui Sekretaris Dinas bertugas dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi ketenagakerjaan kabupaten/


(83)

Dalam pengumpulan data dan informasi ketenagakerjaan tersebut, Sekretaris Dinas Provinsi atau Kepala Bidang dan Sekretaris Dinas Kabupaten/Kota mengoordinasikan unit teknis dan instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing.

Data dan informasi ketenagakerjaan tersebut dituangkan dalam format tabel klasifikasi dan karakteristik data dari jenis informasi ketenagakerjaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.A, Lampiran II.B, Lampiran II.C, Lampiran II.D, Lampiran II.E, dan Lampiran II.F Peraturan Menteri ini.

Data dan informasi ketenagakerjaan tersebut juga harus dituangkan dalam format tabel klasifikasi dan karakteristik data dari jenis informasi ketenagakerjaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.A, Lampiran III.B, Lampiran III.C, Lampiran III.D, Lampiran III.E, dan Lampiran III.F Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014.

F. Perubahan Ketentuan Pasal 94

Unit teknis bertugas menyampaikan data dan informasi ketenagakerjaan lingkup nasional kepada Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan pada minggu ketiga setiap bulannya. Sekretaris Dinas Provinsi atau Kepala Bidang bertugas menyampaikan data dan informasi ketenagakerjaan lingkup provinsi kepada Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan pada minggu kedua setiap bulannya, dengan tembusan Sekretaris Direktorat Jenderal:

a. Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas; b. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja;

c. Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja; dan


(84)

minggu pertama setiap bulannya kepada Kepala Dinas Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan dengan tembusan Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan.

G. Perubahan Ketentuan Pasal 97

Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi lingkup nasional dan provinsi.

Kepala Dinas Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi lingkup provinsi dan kabupaten/kota.

Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi ketenagakerjaan melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi skala kabupaten/ kota.


(1)

Gambar Tampilan setelah di save

4) Untuk mengedit atau menghapus data yang diinput, klik pada data yang telah diisi, maka akan muncul tampilan:

Gambar Tampilan setelah di klik untuk mengedit atau menghapus data

5) Stelah data di edit, kemudian klik untuk menghapus data langsung di klik

6) Data telah selesai diinput

7) Data hasil inputan ini dapat dilihat di http://pusdatinaker.balitfo. depnakertrans.go.id/kep250 kemudian pilih menu data tenaga kerja kabupaten/kota lalu pilih penempatan tenaga kerja, lalu pilih data apa yang akan dilihat dan di print.


(2)

76

Buku Panduan Pelaporan Pelaksanaan Anggaran

E. Pengumpulan Data dan Informasi Ketenagakerjaan

Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi melalui Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan bertugas dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengembangan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi ketenagakerjaan nasional.

Dalam pengumpulan data dan informasi ketenagakerjaan tersebut, Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan berkoordinasi dengan unit teknis dan instansi terkait.

Data dan informasi ketenagakerjaan tersebut dituangkan dalam format tabel klasifikasi dan karakteristik data dari jenis informasi ketenagakerjaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.A, Lampiran I.B, Lampiran I.C, Lampiran I.D, Lampiran I.E, dan Lampiran I.F Peraturan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014.

Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota

Kepala Dinas Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan melalui Sekretaris Dinas atau Kepala Bidang yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang program, evaluasi dan pelaporan bertugas dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi ketenagakerjaan kabupaten/kota provinsi.

Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi ketenagakerjaan melalui Sekretaris Dinas bertugas dan bertanggung jawab dalam pembinaan dan penyelenggaraan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi ketenagakerjaan kabupaten/ kota.


(3)

Dalam pengumpulan data dan informasi ketenagakerjaan tersebut, Sekretaris Dinas Provinsi atau Kepala Bidang dan Sekretaris Dinas Kabupaten/Kota mengoordinasikan unit teknis dan instansi terkait sesuai kewenangan masing-masing.

Data dan informasi ketenagakerjaan tersebut dituangkan dalam format tabel klasifikasi dan karakteristik data dari jenis informasi ketenagakerjaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.A, Lampiran II.B, Lampiran II.C, Lampiran II.D, Lampiran II.E, dan Lampiran II.F Peraturan Menteri ini.

Data dan informasi ketenagakerjaan tersebut juga harus dituangkan dalam format tabel klasifikasi dan karakteristik data dari jenis informasi ketenagakerjaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III.A, Lampiran III.B, Lampiran III.C, Lampiran III.D, Lampiran III.E, dan Lampiran III.F Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014.

F. Perubahan Ketentuan Pasal 94

Unit teknis bertugas menyampaikan data dan informasi ketenagakerjaan lingkup nasional kepada Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan pada minggu ketiga setiap bulannya. Sekretaris Dinas Provinsi atau Kepala Bidang bertugas menyampaikan data dan informasi ketenagakerjaan lingkup provinsi kepada Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan pada minggu kedua setiap bulannya, dengan tembusan Sekretaris Direktorat Jenderal:

a. Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas; b. Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja;

c. Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja; dan


(4)

78

Buku Panduan Pelaporan Pelaksanaan Anggaran

Sekretaris Dinas Kabupaten/Kota bertugas menyampaikan data dan informasi ketenagakerjaan lingkup kabupaten/kota pada minggu pertama setiap bulannya kepada Kepala Dinas Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan dengan tembusan Kepala Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan.

G. Perubahan Ketentuan Pasal 97

Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Informasi melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi lingkup nasional dan provinsi.

Kepala Dinas Provinsi yang membidangi ketenagakerjaan melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi lingkup provinsi dan kabupaten/kota.

Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi ketenagakerjaan melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penyajian dan penyebarluasan data dan informasi skala kabupaten/ kota.


(5)

B

AB

4 P

ENUTUP

D

emikian penjelasan singkat mengenai tata cara penyusunan laporan pelaksanaan tugas berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2013 tentang Sistem Pelaporan Unit Kerja Pusat Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Buku panduan ini diharapkan dapat menjadi pegangan dalam penyusunan laporan pelaksanaan tugas, meliputi jenis, materi, sistematika, yang dilaksanakan oleh unit kerja pusat di Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia.

Sebagaimana diketahui bahwa Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2013 ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 November 2013 dan ditandatangani oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Drs. H. A. Muhaimin Iskandar, M.Si. Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan yaitu pada tanggal 14 November 2013 dan ditandatangani oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Amir Syamsudin.

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.33A/MEN/ XII/2006 tentang Sistem Pelaporan Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Agar setiap orang mengetahuinya, pemerintah telah melakukan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan menempatkannya dalam Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1349.


(6)

80

Buku Panduan Pelaporan Pelaksanaan Anggaran

D

AFTAR

P

USTAKA

Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012.

Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 2013 tentang Sistem Pelaporan Unit Kerja Pusat Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per. 18/Men/XII/2010 tentang Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Bidang Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Tahun Anggaran 2011.

http://binapenta.naker.go.id http://www.naker.go.id http://www.sorotnews.com