KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNS SURAKARTA
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNS
SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
LALITYA ANINDYA RATNAKANYAKA I0206074
Dosen pembimbing: Ir. Hadi Setyawan, MT Yosafat Winarto, ST, MT
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(2)
RUMAH
SAKIT
PENDIDIKAN UNS
SURAKARTA
Disusun Oleh : Lalitya anidya Ratnakanyaka
I0206074
Menyetujui, Surakarta, 22 April 2011
Pembimbing I
Ir. Hadi Setyawan, MT NIP. 19530415 198003 1 004
Pembimbing II
Yosafat Winarto, ST, MT NIP.19710829 200012 1 001 Mengesahkan,
Pembantu Dekan I Fakultsa Teknik
Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP. 19561112 18403 2 007
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Ir. Hardiyati, M.T NIP.19561209 198601 2 001
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunia, rahmat, pertolongan dan hidayahNya sehingga tugas akhir yang berjudul “Konsep Perencanaan Dan Perancangan Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tugas Akhir ini Penulis susun setelah melaksanakan penyusunan konsep perencanaan dan perancangan selama tiga bulan, dan masa Studio Tugas Akhir selama dua bulan di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Mukahar, MSCE, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ir. Noegroho Djarwanti, MT, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Hardiyati, M.T, Ketua Jurusan Teknik Arsitertur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan dukungan dan kemudahan pada penulis.
4. Ir Hadi Setyawan, MT sebagai pembimbing I yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan petunjuk serta arahan sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
5. Yosafat Winarto, ST, MT sebagai pembimbing II yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan petunjuk serta arahan sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
6. Anton Aminanto, ST selaku Pembimbing Akademis.
7. Rekan-rekan mahasiswa Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta. 8. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, baik
secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Setelah melalui tahap penyusunan Tugas Akhir ini, penulis sadar bahwa masih harus banyak belajar untuk mengetahui lebih dalam tentang dunia
(4)
arsitektur. Tahap Tugas Akhir bukan akhir dari segalanya. Melainkan sebuah perjalanan hidup penulis dalam mempelajari dunia arsitektur di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi masyarakat umum. Terimakasih.
Surakarta, 22 April 2011
(5)
BAB
I
PENDAHULUAN
A. JUDUL
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
B. PEMAHAMAN JUDUL • Rumah Sakit1
Rumah Sakit adalah tempat merawat orang sakit, tempat yang
menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.
• Pendidikan2
Seperangkat tindakan intelektual penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu melaksanakan tugas‐tugas dalam bidang profesi tertentu.
• Universitas Sebelas Maret3
Perguruaan Tinggi Negeri yang berada di Surakarta terdiri dari sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan ilmiah atau profesional dalam sejumlah ilmu disiplin tertentu.
• Surakarta4
Surakarta adalah nama sebuah daerah administrasi tingkat dua atau kotamadya yang terletak di Propinsi Jawa Tengah.
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah suatu tempat untuk merawat orang sakit yang menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang didukung dengan fasilitas untuk menghasilkan peserta didik UNS di bidang kesehatan yang intelektual dan penuh tanggung jawab yang terdapat di Solo.
1
Depikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1994. Hal 268 2
(6)
C. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 1. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat yang mewujudkan
kesehatan optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana diamanatkan oleh Pembukaan UUD 1945. Dalam Pasal 28 H ayat (1) Perubahan Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Yang menegaskan bahwa setiap orang berhak memperolah pelayanan
kesehatan, dan Pasal 34 ayat (3) menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan
dalam mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Rumah sakit
mempunyai karakteristik dan organisasi yang kompleks. Berbagai jenis
tenaga kesehatan yang memiliki ilmu dan keterampilannya saling
berinteraksi. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka
memberikan pelayanan yang bermutu. Membuat semakin kompleksnya
permasalahan di dalam rumah sakit.
Undang‐Undang Praktik Kedokteran pasal 44 ayat (1) menyebutkan : Dokter dan dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi. Yang dimaksud dengan "Standar Pelayanan" adalah pedoman yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan peraktik kedokteran. Ayat (2) berbunyi : Standar Pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan kesehatan. Yang dimaksud dengan "Strata Pelayanan Kesehatan" adalah tingkat pelayanan yang standar tenaga dan peralatannya sesuai dengan kemampuan yang diberikan.
Selain membutuhkan tenaga profesional, rumah sakit membutuhkan standar fasilitas yang menjamin pelayanan yang lebih bermutu. Dengan demikian standar fasilitas tidak dapat dipisahkan dari standar profesi dan standar pelayanan kedokteran yang ada.
(7)
Secara legalitas, saat ini belum ada peraturan tentang standar fasilitas yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan. Yang pernah disiapkan adalah Pedoman Pelayanan Rumah Sakit, Pedoman Pelayanan Medis Oleh Profesi dan Standar Peralatan. Standar Peralatan dibuat oleh Departemen Kesehatan sesuai dengan strata rumah sakit yang ditujukan untuk kepentingan perencanaan pembangunan rumah sakit.
Adalah menjadi tanggung jawab profesi serta institusi terkait yang berwenang untuk menyusun standar fasilitas mengingat "Undang‐Undang Praktik Kedokteran" sudah diberlakukan. Oleh sebab itu dibutuhkan konsep, kebijakan, masukan, pemikiran yang dapat digunakan baik oleh Ikatan Dokter Indonesia maupun Departemen Kesehatan dalam menyusun Standar Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 5
2. Rumah Sakit Pendidikan sesuai Standard
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan kesehatan saat ini adalah belum optimalnya mutu layanan kesehatan. Hal itu antara lain, disebabkan oleh sarana layanan kesehatan yang kurang mewadahi untuk kesehatan. Walaupun rumah sakit terdapat di hampir semua kabupaten/kota, sistem rujukan layanan kesehatan perseorangan juga belum dapat berjalan dengan optimal.
Depkes sudah mengeluarkan kriteria atau syarat rumah sakit pendidikan utama yaitu:
RS pendidikan utama telah terakreditasi pada 12 pelayanan plus RS pendidikan jejaring/ afiliasi yakni terakreditasi minimal 5
standar pelayanan
Persyaratan yang berat tersebut nampaknya membuat banyak
rumah sakit yang seharusnya belum layak menjadi rumah sakit pendidikan, akhirnya dipaksa mendidik calon‐calon dokter. Menurut Depkes, tidak kurang 100 rumah sakit di seluruh Indonesia dijadikan tempat belajar. Namun yang sudah terakreditasi dan memenuhi persyaratan menjadi rumah sakit pendidikan hanya 31 rumah sakit. Dan rumah sakit pendidikan ”ilegal”, jumlahnya mencapai hampir 70 rumah sakit.
(8)
Untuk setiap jenis RS Pendidikan ditetapkan Standar dengan masing‐ masing kriteria, mengacu pada World Federation of Medical Education (WFME), salah satunya adalah standar sumber daya manusia untuk program pendidikan klinik, standar penunjang pendidikan dan standar perancangan dan pelaksanaan yang berkualitas.
Kualitas menjadi titik penting bagi peningkatan layanan kesehatan
kepada masyarakat. Tanpa kualitas memadai sulit rasanya kita
mengharapkan terjadi perubahan terhadap indeks kesehatan masyarakat6 Serta pesatnya pertambahan Institusi Pendidikan Kedokteran baik
Pemerintah maupun Swasta, membutuhkan peningkatan jumlah Rumah
Sakit Pendidikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan bersama Universitas Gadjah Mada, pada tahun 2003 terdapat 97 RS yang berfungsi sebagai RS Pendidikan, namun dari data Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan , tahun 2009 terdapat hanya ada 39 RS yang sacara resmi
mempunyai Surat Keputusan Menteri Kesehatan sebagai RS
Pendidikan,pada waktu yang sama terdapat 52 Institusi Pendidikan Kedokteran Dan terdapat 12 RS Gigi dan Mulut yang telah mendapat SK Menteri Kesehatan.
Pemerintah telah mengeluarkan regulasi tentang penyelenggaraan
RS Pendidikan melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang Pedoman, klasifikasi dan Standar
0 100 200 300 400 500 600
Dokter Bidan Perawat
data 2006 68.227 79.152 316.306
target 2010 117.969 176.954 587.487
Gambar I.1 Diagram Jumlah Dokter per Tahun Sumber : Departemen Kesehatan
(9)
RS Pendidikan yang tentunya menjadi acuan bagi RS yang berfungsi sebagai RS Pendidikan.7
3. Kebutuhan Dokter Muda dan Co‐ass UNS yang Profesional
Upaya pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan
pembangunan kesehatan maupun pembangunan bidang lainnya yang terkait dengan kesehatan masyarakat antara lain dilakukan dengan meningkatkan kuantitas sumber daya manusia melalui perencanaan kebutuhan dan peningkatan kualitas melalui jalur pendidikan.
Pembangunan jangka panjang di Indonesia telah mrencanakan partisipasi perguruan tinggi jauh lebih besar dibandingkan dengan kegiatan
pembangunan sebelumnya dalam usaha untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat terbentuk
manusia yang berkualitas mempunyai kemampuan memanfaatkan,
mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang
diperlukan untuk mendukung pembangunan seluruh sektor kehidupon
msyarakat. Dengan demikian pendidikan merupakan wahana dan sekaligus cara untuk membangun manusia baik sebagai insan maupun sebagai sumber
daya pembangunan.
Pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan
syarat utama pengembangan organisasi upaya untuk mendorong
terciptanya organisasi pelayanan kesehatan yang mampu mencapai dan mempertahankan optium prestasi, menghendaki sumber daya manusia yang berkualitas.
Pengembangan organisasi dan manajemen pada dasarnya
menempatkan peningkatan kualitas sumber daya manusia, sebagai salah satu fokus utama. Peningkatan kualitas sumber daya manusia, umumnya menjadi tindakan awal (masuk dalam program jangka pendek) untuk
melakukan tindakan pengembangan organisasi dan manajemen secara
konprehemsif.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dari organisasi pelayanan kesehatan, haruslah diantisipasi oleh institusi pendidikan kesehatan masyarakat. Artinya, jika organisasi pelayanan kesehatan telah
(10)
bersiap untuk melaksanakan pengembangan organisasi dan manajemen sebagai antisipasi untuk menghadapi tantangan kesehatan masyarakat yang semakin kompleks; maka institusi pendidikan kesehatan masyarakat juga
harus melakukan pengembangan organisasi dan manajemen untuk
menghadapi tantangan kesehatan yang semakin kompleks.
Rumah Sakit yang terdapat di Surakarta dengan Fakultas Kedokteran merupakan dua organisasi terpisah yang mempunyai struktur organisasi dan landasan hukum sendiri‐sendiri. Untuk pengembangan skill tenaga dokter dapat diperoleh di Rumah Sakit Pendidikan yang mana tidak diajarkan di ruang kuliah. Selain itu, untuk mempermudah penyediaan fasilitas pendidikan bagi tenaga profesi kesehatan dan wahana penelitian bidang kedokteran di Surakarta, diperlukan suatu tempat untuk menampung kegiatan ‐ kegiatan tersebut.8
4. Persyaratan mutlak pada pendidikan kedokteran, khususnya UNS untuk memiliki Rumah Sakit Pendidikan.
Sampai saat ini di wilayah Surakarta terdapat 14 buah rumah sakit type C dan 1 buah rumah sakit dengan tipe B, baik itu rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta. Pemenuhan sarana kesehatan di Solo tidak hanya untuk melayani penduduk kota Solo saja tetapi juga untuk melayani penduduk disekitar kota Solo. Sedangkan Rumah Sakit yang digunakan untuk para coass UNS adalah RS.Dr.Moewardi. Tetapi UNS sendiri harus memiliki Rumah Sakit Pendidikan karena,
a. Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi kurang siap untuk menjadi Rumah Sakit Pendidikan UNS.
b. Kebutuhan UNS untuk memiliki Rumah Sakit Pendidikan sendiri. Belum adanya Rumah Sakit Pendidikan yang mewadahi pendidikan kedokteran secara baik dan jumlah dokter muda yang melebihi daya tampung menjadi faktor utama untuk mendirikan Rumah Sakit Pendidikan di Solo
(11)
Dari jumlah kerjasama antara Rumah Sakit dengan Fakultas Kedokteran ini, sebenarnya hanya RS. Dr. Moewardi yang mewadahi semua dokter‐dokter muda di FK UNS ini, Rumah Sakit lain hanya merupakan Rumah Sakit yang akan menampung dokter‐dokter muda yang melebihi daya tampung di RS.Dr. Moewardi atau memang sengaja untuk pendidikan yang tidak bisa diberikan di RS.dr.Moewardi.
Dan dari hasil wawancara Kepala bagian kepaniteraan FK UNS RSUD
dr.Moewardi, hal yang membuat UNS ingin membuat Rumah Sakit
Pendidikan sendiri adalah kurangnya perhatian dari RSUD dr.Moewardi dalam menyediakan fasilitas‐fasilitas dan alat‐alat kesehatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan pendidikan. Ini yang menghambat kualitas dari dokter muda sendiri.
Sedangkan dari kualitas, jumlah dokter muda FK‐UNS per 10 Mei 2010 adalah 470 orang.
No Bagian Siklus Daya Tampung
1. Ilmu Penyakit Dalam 10 minggu 20 orang
2. Ilmu Bedah 10 minggu 20 orang
3. IKM & KK 6 minggu 12 orang
4. Ilmu Penyakit Jiwa 6 minggu 10 orang
5. Ilmu Penyakit Saraf 6 minggu 12 orang
6. Ilmu Rehabilitasi Medik 2 minggu 12 orang
7. Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin 6 minggu 12 orang
8. Ilmu Penyakit Mata 6 minggu 12 orang
9. Ilmu Kesehatan THT 6 minggu 10 orang
‐‐‐‐libur siklus‐‐ 2 minggu
0 5 10 15
2007 2008
Rumah Sakit di Solo
Gambar I.2 Diagram RS di Solo Sumber : Departemen Kesehatan
Fakultas Kedokteran UNS bekerja sama dengan
beberap rumah sakit, sebagai tempat
pendidikan bagi para dokter muda,
diantaranya :
• RS. Dr. Moewardi
• RS.Orthopedi Dr. Soeharso
• RS Daerah Wonogiri
• RS Daerah Sragen
• RS Kartini Karanganyar
• RS. Daerah Boyolali
• RS. Daerah Sukoharjo
(12)
Daya tampung Kepaniteraan Klinis mencapai 440 orang. Dan jumlah tersebut merupakan jumlah diluar angkatan senior dan yunior yang ada. Setiap bagian memiliki 2 kelas tetapi jika Ilmu penyakit Gigi dan Mulut buka kelas maka Ilmu Farmasi tutup. Jika Ilmu Peny. Saraf buka kelas maka Ilmu Rehabilitasi Medik tutup. Ini karena kurangnya fasilitas‐fasilitas yang mewadahi pendidikan. Dokter‐dokter muda harus menunggu giliran mereka mengambil kelas tersebut sehingga dapat menghambat pendidikan.
Sehingga Pendirian Rumah Sakit Pendidikan UNS Surakarta ini
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dan peserta didik bidang kesehatan di Surakarta dan sekitarnya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan memberikan pembelajaran kepada masyarakat luas tentang arti pentingnya kesehatan.
D. PERMASALAHAN
1. PERMASALAHAN
Membuat suatu Rumah Sakit Pendidikan UNS Surakarta yang sesuai dengan kebutuhan FK UNS di kota Surakarta tanpa megabaikan kebutuhan pasien. Dimana kegiatan‐kegiatan yang ada di Rumah Sakit UNS saling mendukung tetapi tidak saling mengganggu satu sama lain sesuai rasional dan standarisasi yang ada sehingga dapat terbentuknya suatu komunikasi yang baik dan lancar antara pasien, dokter maupun coass.
10. Ilmu Kesehatan Anak 10 minggu 20 orang
11. Ilmu Obsygn 10 minggu 20 orang
12. Ilmu.Peny.Gigi dan Mulut 2 minggu 12 orang
13. Ilmu Farmasi 2 minggu 12 orang
14. Ilmu. Kardiologi&Ked.Vaskuler 4 minggu 5 orang
15. Ilmu Sinar (Radiology) 4 minggu 10 orang
16. Ilmu Kedokteran medikolegal 4 minggu 10 orang
17. Ilmu Penyakit Paru‐paru 4 minggu 10 orang
18. Ilmu Anestesi 4 minggu 6 orang
225 orang
Tabel I.1 Daya Tampung Kepaniteraan Klinis FK‐UNS
(13)
2. PERSOALAN
Persoalan‐persoalan yang ada adalah
a. Bagaiman menentukan site yang tepat untuk Rumah Sakit UNS dilihat dari kebutuhan untuk pendidikan dan kesehatan?
b. Bagaimana memisahkan kegiatan‐kegiatan pada Rumah Sakit UNS agar mendapatkan sirkulasi yang tepat, jelas dan terarah agar tidak terjadi kerancuan?
c. Bagaimana menentukan utilitas bangunan khususnya penyelamatan pada kebakaran dan aksesbilitas pada Rumah Sakit UNS sehingga mampu menjadi wadah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan? d. Bagaimana menentukan ruang‐ruang yang efektif dan efisien untuk
coass dalam Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta sehingga menciptakan komunikasi yang baik bagi pasien,
dokter dan coass?
E. TUJUAN DAN SASARAN
1. TUJUAN
Menghasilkan suatu desain atau usulan desain atau bangunan
Rumah Sakit UNS sebagai fasilitas pelayanan medis serta fasilitas pendidikan
calon dokter yang baik sehingga meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan melalui kegiatan‐kegiatan yang ada di Rumah Sakit UNS saling mendukung tetapi tidak saling mengganggu satu sama lain sesuai rasional dan standarisasi yang ada sehingga terbentuknya komunikasi yang baik antara pasien, dokter dan coass.
2. SASARAN
Sasaran perencanaan dan perancangan yang meliputi:
a) tata site/ lingkungan yang terkait antara Rumah Sakit UNS dengan site terpilih melalui:
• Pemilihan Site
• Pengolahan
b) Sistem kegiatan dan peruangan dalam Rumah Sakit UNS yang memenuhi fungsi sebagai pelayanan medis dan pendidikan seperti
(14)
• Penzoningan Aktivitas
• Peruangan
• Besaran ruang
• Kebutuhan ruang (macam dan jenis ruang) • Persyaratan ruang
• Pola hubungan dan organisasi ruang • Sirkulasi dan Aksesbilitas Ruang
c) Tampilan bangunan (estetika) yang efektif dan efisien sebagai ungkapan visualisasi bangunan Rumah Sakit UNS baik interior maupun eksterior.
d) Sistem struktur dan utilitas bangunan, kenyamanan, dan keamanan bangunan yang ramah terhadap lingkungan.
F. LINGKUP DAN PEMBATASAN MASALAH
1. LINGKUP MASALAH
Lingkup pembahasan merupakan desain Rumah Sakit UNS adalah: a) Pembahasan mengenai Arsitektur Rumah Sakit Pendidikan.
b) Pembahasan mengenai pembentukan ruang‐ruang yang sesuai
dengan kegiatan calon dokter di dalamnya untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan sehingga dapat terbentuknya
komunikasi yang baik untuk pasien, dokter dan coass.
c) Pembahasan mengenai kebutuhan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada Rumah Sakit UNS.
d) Pembahasan mengenai potensi‐potensi Solo sebagai lokasi Rumah Sakit UNS.
2. PEMBATASAN MASALAH
a) Rumah Sakit UNS berbeda dengan Rumah Sakit Umum biasanya, RS
UNS memiliki fasilitas pendidikan sendiri yang berkualias untuk menunjang pendidikan.
b) Rumah Sakit UNS ini sendiri berfokus pada pembentukan ruang
berdasarkan kegiatan calon tenaga medis untuk membentuk
komunikasi antara pasien, dokter dan coass sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
(15)
c) Pembentukan ruang , sirkulasi dan aksesbilitas Rumah Sakit UNS yang efektif dan efisien akan tercitrakan pada fasilitas Rumah Sakit itu sendiri untuk pasien dan pengunjung serta tenaga non‐medis maupun medis .
G. METODOLOGI
Rumah Sakit Pendidikan UNS di Solo ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:
1. Identifikasi masalah
Rumah Sakit UNS yang dapat meningkatkan pelayanan kesehatan serta meningkatkan kualitas tenaga medis yang ada di dalamnya dengan membentuk ruang yang efisiensi dan efektifitas pada bangunan tersebut, 2. Pengumpulan Data
Dalam merencanakan dan merancang sebuah bangunan dibutuhkan bermacam‐macam data yang relevan. Data‐data yang dibutuhkan dibedakan menjadi:
a. Data Primer
Merupakan data pokok yang dijadikan bahan dasar dalam
perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Pendidikan di Solo.
b. Data Sekunder
Merupakan data tambahan yang digunakan sebagai pendukung. Pada proses pengumpulan data‐data tersebut, hal yang dilakukan adalah:
1. Survey
Metoda survey bersifat kemandirian penulis yang bertujuan untuk mengetahui kondisi empiris di lapangan yang berkaitan dengan judul yang diambil, terdiri dari: • Survey Instansional
Survey dilakukan pada instansi‐instansi terkait yang bertujuan untuk memperoleh data terkait dengan kota Solo.
• Survey Lapangan
(16)
2. Studi Literatur
Pada studi literatur ini, penulis mencoba mencari data melalui buku‐buku referensi dan situs‐situs internet yang terkait dengan judul yang diajukan.
3. Studi Komparasi
Untuk lebih mendukung objek pembahasan, penulis melakukan studi banding dari objek bangunan yang telah ada. Hal ini bisa digunakan sebagi pembanding dari kasus yang diambil dalam judul.
3. Analisa Data
Dalam proses perencanaan dan perancangan Rumah Sakit
Pendidikan di Solo ini, pada tahapan analisa akan dilakukan pengolahan
data‐data yang telah terkumpul dan dikelompokkan berdasarkan
pemrograman fungsional, performasi dan arsitektural.
a. Analisa Fungsional bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan Rumah Sakit Pendidikan, termasuk kegiatan pengguna, kebutuhan dan aktivitas Rumah Sakit Pendidikan.
b. Analisa Performasi membahas tentang persyaratan atau kriteria pemilihan site, persyaratan dan program ruang dalam bangunan Rumah Sakit UNS.
c. Analisa Arsitektural merupakan tahap penggabungan dari hasil
identifikasi kedua hasil analisa sebelumnya (fungsional dan performasi). Dalam proses ini akan menganalisa masalah massa, ruang, tampilan, pengolahan site, utilitas dan struktur bangunan yang menyatukan antara tuntutan kebutuhan pengguna dengan persyaratan yang ada.
4. Konsep Perencanaan dan Perancangan
Dari proses analisa dan sintesa arsitektural akan dihasilkan beberapa konsep yaitu konsep lokasi dan site, konsep tata massa, konsep peruangan, konsep tampilan bangunan, konsep utilitas dan struktur bangunan.
(17)
H. SISTEMATIKA
BAB I PENDAHULUAN
Mengemukakan pengertian judul, latar belakang,
permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan
lingkup pembahasan, metoda penulisan serta sistematika
pembahasan.
BAB II TINJAUAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
Mengemukakan dan menjabarkan tinjuan mengenai Rumah Sakit, Rumah Sakit Pendidikan serta Fakultas kedokteran UNS yang ada keterkaitannya dengan Rumah Sakit UNS
BAB III TINJAUAN KOTA SOLO
Mengemukakan tinjauan kota Solo yang akan menjadi tempat didirikannya bangunan yang akan dirancang.
BAB IV PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SAKIT UNS
Mengemukakan ide‐ide dasar dalam perencanaan dan
perancangan Rumah Sakit UNS dengan aplikasi Psikologi Arsitektur di kota Solo.
BAB V ANALISA DAN PENDEKATAN
Mengemukakan analisa penerapan pembentukan ruang
yang efektif dan efisien pada perencanaan Rumah Sakit UNS. BAB VI KESIMPULAN
Hasil analisa pendekatan disimpulkan ke dalam konsep perencanaan dan peraancangan menuju proses desain.
(18)
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan
menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan yang baik.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana
kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.1
Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Suatu lembaga yang memelihara dan memiliki fasilitas‐fasilitas untuk menetapkan diagnosa, mengobati dan merawat individu yang
mempunyai hubungan satu dengan yang lain yang membutuhkan
tempat perawatan dibawah ruangan lembaga tersebut.2
1 Siregar,2004.universitas.sumatera.utara
(19)
2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas dan fungsi Rumah Sakit menurut Surat Keputusan
Keputusan Menteri Kesehatan RI no.134/Menkes/SK/IV/78 mengenai
susunan organisasi dan tata cara kerja Rumah Sakit Umum adalah:
a. Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
kesehatan dan penyembuhan penderita serta pemulihan cacat badan dan jiwa sesuai peraturan perundang‐undangan yang berlaku. b. Rumah Sakit mempunyai fungsi :
• Melaksanakan upaya pelayanan medis. • Melaksanakan upaya rehabilitasi medis.
• Melaksakan pencegahan akibat penyakit dengan peningkatan pemulihan kesehatan.
• Melaksanakan usaha perawatan. • Melaksanakan system rujukan. • Sebagai tempat pendidikan • Sebagai tempat penelitian.
3. Klasifikasi Rumah Sakit3
a. Berdasarkan Kepemilikan
a) Rumah Sakit Pemerintah; terdiri dari: Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pemerintah Daerah, Rumah Sakit Militer, Rumah Sakit BUMN, dan
b) Rumah Sakit Swasta yang dikelola oleh masyarakat.
• Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu rumah sakit
umum swasta yang memberikan pelayanan medik
bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D.
• Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit
umum swasta yang memberikan pelayanan medik
(20)
bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.
• Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu rumah sakit
umum swasta yang memberikan pelayanan medik
bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.
b. Berdasarkan Jenis Pelayanan a) Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit yang melayani semua bentuk
pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuannya.
Pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah sakit bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik. rumah sakit umum memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil dan lain sebagainya.
b) Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan berdasarkan jenis pelayanan tertentu seperti Rumah Sakit Kanker, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit ginjal dan lain‐lain.
c. Berdasarkan pengelolaan a) Rumah Sakit Publik
Rumah Sakit Publik adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang
dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang‐undangan.
(21)
b) Rumah Sakit Privat
Rumah Sakit Privat adalah Rumah Sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan provit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
d. Berdasarkan Kemampuan dan Fasilitas a) Rumah Sakit Kelas A
Merupakan rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik yang bersifat spesialistik dan subspesialistik luas. Mempunyai kapasitas tempat tidur lebih dari 1000 buah dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi.
b) Rumah Sakit Kelas B
Rumah Sakit Kelas B I (Non pendidikan)
Merupakan Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik sekurang ‐ kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik terbatas. Mempunyai kapasitas tempat tidur antara 300 – 500 buah. Rumah Sakit Kelas B II (Pendidikan)
Merupakan Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik sekurang‐ kurangnya 11 spesialistik dan sub spesialistik luas. Mempunyai kapasitas tempat tidur antara 500 – 1000 buah. Rumah sakit ini biasa terdapat di Ibukota Propinsi.
c) Rumah Sakit Kelas C
Merupakan Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialis sekurang‐
kurangnya 4 dasar lengkap. Mempunyai kapasitas tempat tidur antara 100 – 300 buah
d) Rumah Sakit Kelas D
Merupakan Rumah sakit yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan sekurang‐kurangnya pelayanan medis
(22)
e. Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit
a) Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Pendek
Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat penderita selama rata‐rata kurang dari 30 hari. Misalnya penderita dengan penyakit akut dan kasus darurat. Rumah sakit umum pada umumnya adalah rumah sakit perawatan jangka pendek.
b) Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Panjang
Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat penderita dalam waktu rata‐rata 30 hari atau lebih. Penderita demikian mempunyai kesakitan jangka panjang, seperti kondisi psikiatri. Contoh rumah sakit ini adalah Rumah Sakit Rehabilitasi dan Rumah Sakit Jiwa.
f. Berdasarkan Afiliasi Dengan Lembaga Pendidikan
a) Rumah Sakit Pendidikan, yaitu rumah sakit yang
dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis. b) Rumah Sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak
dipergunakan untuk tempat pendidikan medis. 4. Perencanaan Arsitektur Rumah Sakit4
Dalam merencanakan fisik Rumah Sakit yang meliputi perencanaan lahan, bangunan dan infrastruktu terdapat 14 prinsip yang perlu diperhatikan dan dikembangkan menjadi arahan dasar dalam merencanakan rumah sakit. 10 prinsip diantaranya adalah sebagai berikut :
4 Arsitektur Rumah Sakit
Rumah Sakit
ORGANIS BERKEMBANG
BERTAHAP
KOMPAK HARAPAN
SEHAT
ZONNING TEPAT SIRKULASI
TEPAT AKSESBILITAS
TEPAT
HEMAT ENERGI NYAMAN THERMAL
AMAN TANGGAP KEADAAN DARURAT HIJAU
MUDAH MURAH PERAWATA
Gambar II.1 :
Prinsip Perencanaan Arsitektur
Rumah Sakit
(23)
a.Jenis Sirkulasi/Aksesbilitas pada Rumah Sakit (1) Sirkulasi pada Tapak/Pencapaian
Aksesbilitas menuju tapak bangunan berdasarkan criteria
kemudahan dan keselamatan pelayanan medis sesuai dengan fungsi dari rumah sakit pendidikan maka jalur sirkulasi emergency, rawat inap, rawat jalan dan pendidikan dibuat seoptimal mungkin. Pencapaian Langsung
Suatu pendekatan yang
mengarah Iangsung kesuatu
tempat masuk melaIui
sebuah jalan lurus yang
segaris dengan alur sumbu
bangunan. Tujuan visual
yang mengakhiri pencapaian
ini jelas, dapat merupakan
fasad bangunan atau
perluasan tempat masuk.
Pencapaian Tersamar
Pendekatan tersamar
meningkatkan efek
perspektif pada fasad dan
bentuk bangunan. Jalur
dapat diubah arahnya satu
atau beberapa kali untuk
menghambat dan
memperpanjang urutan
pencapaian.
Pencapaian Berputar
Sebuah jalan berputar
memperpanjang urutan
pencapaian dan
mempertegas bentuk tiga
dimensi bangunan. Sewaktu
bergerak mengelilingi tepi
bangunan, jalan masuk
kebangunan mungkin dapat
dilihat terputus‐putus atau
dapat tersembunyi sampai
tempat kedatangan.
Tabel II.1: Pencapaian Sirkulasi Sumber: www.remigius.staff.gunadarma.ac.id
(24)
(2)Sirkulasi di dalam Tapak
• •
• Sistem koridor tunggal di tengah
- Pengendalian kebisingan lebih mudah
- Pengendalian pengunjung mudah karena koridor tertutup
- Koridor berkesan sempit, gelap dan pengap
- Keprivasian medis kurang karena bercampur dengan
kegiatan pengunjung dan pasien • Sistem koridor tunggal di dua sisi
- Pengendalian kebisingan mudah, jendela bisa menghadap daerah bukaan sirkulasi
- Jumlah pengunjung masih bisa terkendali karena tetap berada pada jalur koridor tunggal.
Gambar II.2: Sirkulasi Ruang Sumber: PT.Global Rancang Selaras
Gambar II.3: Sirkulasi Sistem Koridor Tunggal Sumber: PT.Global Rancang Selaras
(25)
- Koridor tidak terasa sempit, gelap dan pengap karena berhadapan dengan ruang terbuka.
- Keprivasian kegiatan medis lebih baik daripada system koridor tunggal di tengah.
• Sistem koridor sisi bertolak belakang
- Cocok untuk unit perawatan yang mempunyai fungsi berlainan namun berdekatan.
- Pengendalian kebisingan lebih sulit karena pintu dan jendela langsung menghadap daerah sirkulasi.
- Pengendalian pengunjung lebih sulit karena pintu
langsung menghadap koridor luar
- Keprivasian kegiatan medis kurang karena bercampur dengan kegiatan pengunjung.
- Sirkulasi Padat. • Sistem koridor ganda
Koridor luar berfungsi untuk pengunjung dan ruang tunggu
- Cocok untuk unit perawatan yang membutuhkan
kebebasan bagi pasien untuk berinteraksi social.
- Pengendalian kebisingan dan pengunjung agak sulit.
- Keprivasian kegiatan medis terjamin. • Sistem Linear‐Open Space
- Kesan lebih terbuka
Gambar II.4: Sirkulasi Sistem Koridor Sisi Bertolak Belakang Sumber: PT.Global Rancang Selaras
(26)
- Pengkondisian terhadap jumlah pengunjung yang banyak sulit dilakukan dan akan memunculkan pengumpulan orang.
- Peruangan yang terjadi sederhana
- Semakin banyak ruangan, sirkulasi semakin lancer. • Linier
- Kesan lebih terbuka
- Terjadi jarak yang panjang, pemakian lahan tidak efisien
- Perunagan yang terjadi sederhana.
• Center
- Kesan tertutup
- Pemakaian lahan lebih efisien
- Pengumpulan orang diselesaikan dengan hall yang lebar. • Center‐Open Space
- Kesan pengumpulan orang bias dikurangi dengan adanya permainan ruang dengan open space.
- Kesan unity antar unit ruang masih terasa.
- Peruangan yang terjadi lebih dinamis.
- Memiliki pola lahan dengan bentuk persegi.
- Pemakaian lahan lebih efisien • Sistem koridor/selasar
Jenis Selasar Pola Selasar Lebar 1
strecher/selasar
Lebar 1 orang
Jumlah Flow 30%
Total
Selasar untuk Medis/ Pasien
90 cm 60 cm 150 cm 50
cm
200 cm
Selasar untuk Pengunjung
180 cm 60 cm 180 cm
(3 org) 54 cm
234 cm
(27)
Selasar
untuk Medis
dan Pengunjung
180 cm 60 cm 240 cm 70
cm
310 cm
5. Persyaratan Teknis Rumah Sakit
Persyaratan Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
adalah ketentuan – ketentuan khusus yang bersifat tekhnis mengenai kesehatan yang harus dipenuhi, sehingga upaya melindungi, memelihara dan proses pelayanan dapat terjamin mutu dan kualitasnya. Adapun persyaratan‐persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Lingkungan
a. Lingkungan RS harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk dengan bebas.
b. Lingkungan RS harus dilengkapi penerangan dengan intensitas cahaya yang cukup.
c. Tidak becek, tidak berebu dan tidak terdapat genangan air serta dibuat landai menuju kesaluran, tersedia lubang penerima air masuk dan disesuaikan terhadap luas halaman. d. Saluran air limbah harus tertutup dan dihubungkan langsung
dengan system pengelolaan air limbah.
e. Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu dan tempat – tempat tertentu harus tersedia tempat pengumpul sampah pada radius 20 meter
2) Ruang dan Bangunan
a. Harus selalu dalam keadaan bersih dan mudah dibersihkan, tersedia tempat sampah sesuai dengan jenis sampahnya serta tersedianya fasilitas sanitasi sesuai kebutuhan.
Tabel II.2: Sistem Koridor/Selasar
(28)
b. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk ruang perawatan dan ruang isolasi, sebagai berikut :
c. Ruang bayi :
Ruang perawatan minimal 2 m2 / tempat tidur. Ruang isolasi minimal 3,5 m2 / tempat tidur. d. Ruang dewasa :
Ruang perawatan minimal 4,5 m2 / tempat tidur. Ruang isolasi minimal 6 m2 / tempat tidur.
e. Bebas dari gangguan serangga, binatang pengerat atau binatang pengganggu lainnya.
f. Lantai harus selalu bersih, tingkat kebersihan untuk ruang operasi 0–5 kuman / cm2 dan untuk ruang perawatan 5–10 kuman / cm2.
g. Mutu udara memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) Tidak berbau ( terutama H2S dan Amoniak ).
b) Kadar debu tidak melampaui 150 ug / m3 udara dalam pengukuran rata‐rata 24 jam.
c) Angka kuman :
Ruang operasi < 350 koloni/m udara dan bebas kuman pathogen da spora gas gangren.
Ruang Perawatan dan Isolasi < 700 koloni/m udara dan bebas kuman pathogen.
h. Kadar gas dan bahan berbahaya tidak melampaui konsentrasi maksimum yang ditetapkan.
i. Suhu dan kelembapan udara pada ruang tertentu :
No Ruang / Unit Suhu ( 0C ) Kelembapan ( % )
1 Operasi 22 – 25 50 – 60
2 Pemulihan 24 ‐25 50 – 60
3 ICU 26 ‐ 27 40 ‐55
Tabel II.3: Suhu dan Kelembapan Udara
(29)
j. Tingkat Kebisingan
Ruang perawatan, isolasi, radiology, operasi maks 45 dBA.
Bengkel / mekanis maksimum 80 dBA. Laboratorium maksimum 68 dBA.
Ruang cuci, dapur dan ruang penyedia air panas dan air dingin maksimum 78 dBA.
k. Pencahayaan
No Ruang / Unit Pencahayaan (lux) Keterangan
1 Ruang Pasien :
‐ Saat tidak tidur ‐ Saat tidur
100 – 200 maksimum 50
Warna cahaya sedang
2 Ruang Operasi :
‐ Meja ‐ Meja Operasi
300 – 500 10.000 – 20.000
Warna cahaya sejuk/sedang Tanpa bayangan
3 Anestesi,
pemulihan, ruang balut
300 – 500 ‐
4 Endoscopy, lab 300 – 500 ‐
5 X – ray 75 – 100 Malam
6 Koridor Minimal 60 ‐
7 Tangga Minimal 100 ‐
8 Kantor / lobby Minimal 100 ‐
9 Ruang alat /
gedung
(30)
10 Ruang Farmasi Minimal 200 ‐
11 Dapur Minimal 200 ‐
12 Ruang Cuci Minimal 200 ‐
13 Toilet Minimal 100 ‐
Catatan : Secara keseluruhan tidak menimbulkan silau.
3) Perencanaan Infrastruktur a. Fasilitas Penyedia Air
Tersedia air minum sesuai kebutuhan.
Tersedia air bersih minimal 500–900 liter/tempat
tidur/hari.
Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang membutuhkan secara berkesinambungan.
Distribusi air minum dan air bersih disetiap
ruangan/kamar harus menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
b. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi
Harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak
licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet ( jamban, peturasan, kamar mandi dan tempat cuci tangan ). Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi
dilengkapi dengan penahan bau ( water seal ).
Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan
langsung dengan udara luar gedung. Toilet dan kamar mandi pria dan wanita harus terpisah.
Toilet dan kamar mandi karyawan harus terpisah dengan toilet pengunjung.
Tabel II.4 : Syarat Pencahayaan Rumah Sakit
(31)
Toilet pengunjung harus terletak ditempat yang mudah dijangkau dan ada penunjuk arah.
Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan.
Tidak ada penampungan atau genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk.
Tersedia toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 toilet dan jumlah kamar mandi, sebagai berikut :
No Tempat Tidur Toilet Kamar Mandi
1 Sampai dengan 15 1 1
2 Sampai dengan 30 2 2
3 Sampai dengan 50 3 3
4 Sampai dengan 75 4 4
5 Setiap penambahan 25 tt harus
ditambah 1 toilet dan I kamar mandi
No Jumlah karyawan Toilet Kamar Mandi
1 Sampai dengan 20 1 1
2 Sampai dengan 40 2 2
3 Sampai dengan 70 3 3
4 Sampai dengan 100 4 4
5 Setiap penambahan 40 karyawan,
ditambah 1 toilet dan I kamar mandi
Tabel II.5 : Perbandingan Jumlah Tempat tidur dengan Jumlah Toilet dan Kamar
Mandi
Sumber : Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2001
Tabel II.6 : Perbandingan Jumlah Karyawan dengan Jumlah Toilet dan Kamar
Mandi
(32)
c. Fasilitas Pembuangan Sampah / Limbah Padat
a) Tempat pengumpul sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
Terdapat minimal 1 tempat sampah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 meter dan 20 meter pada ruang tunggu terbuka.
Setiap tempat pengumpul sampah harus dilapisi kantong plastik sebagai pembungkus sampah dengan lambang dan warna sebagai berikut :
No Kategori Warna tempat/kantong plastik
(Pembungkus Sampah)
Keterangan
1 Radio Aktif Merah Sampah berbentuk
benda tajam, ditampung dalam wadah yang kuat/tahan benda tajam sebelum dimasukkan dalam kantung yang sesuai dengan kategori / jenis sampahnya.
2 Infeksius Kuning
3 Citotoksis Ungu
4 Umum Hitam
Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah terisi sampah
Khusus untuk pengumpul sampah kategori infeksius
(palastik kuning) dan sampah citotoksis (plastik ungu) segera dibersihkan dan didesinfaksi setelah dikosongkan, apabila akan dipergunakan kembali.
Tabel II.7 : Warna dan Lambang Pembungkus Sampah Sumber : Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2001
(33)
b) Tempat penampungan sampah sementara
Tersedia tempat penampungan sampah yang tidak
permanen.
Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan penangkut sampah.
c) Tempat pembuangan sampah akhir
Sampah radio‐aktif dibuat sesuai dengan persyaratan
teknis dan peraturan perundangan yang berlaku
(PP.No.13/1975) dan kemudian diserahkan kepada
BATAN untuk penanganan lebih lanjut.
Sampah infeksius dan citotoksis dimusnahkan melalui incenerator pada suhu diatas 1000 derajat 0C.
Sampah umum ( domestik ) dibuang ke tempat
pembuangan sampah akhir yang dikelola PEMDA, atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Sampah farmasi dikembalikan ke distributor bila tidak memungkinkan supaya dimusnahkan melalui incenerator pada suhu diatas 1000 C.
Sampah bahan kimia berbahaya, bila mungkin dan
ekonomis supaya didaur ulang, bila tidak supaya pembuangannya berkonsultasi terlebih dahulu ke instansi yang berwenang.
d. Fasilitas Pembuangan Limbah
Saluran pembuangan limbah harus menggunakan system saluran tertutup, kedap air dan limbah harus mengalir dengan lancar.
Rumah sakit harus memiliki unit pengolahan limbah sendiri atau bersama‐sama secara kolektif dengan
(34)
teknis, apabila belum ada atau terjangkau system pengolahan air limbah perkotaan.
Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke lingkungan harus memenuhi persyaratan Baku Mutu effluent sesuai peraturan perundangan yang berlaku. e. Fasilitas Pembuangan Gas Buangan ( emisi )
Rumah sakit harus memiliki sarana pengendalian gas buangan (emisi)
Gas buangan yang dibuang kedalam lingkungan harus memenuhi Baku Mutu emisi sesuai peraturan peundang‐ undangan yang berlaku.
f. Fasilitas Pengendalian Serangga dan Tikus
Setiap lubang pada bangunan harus dipasang alat yang dapat mencegah masuknya serangga atau tikus.
Setiap persilangan pipa dan dinding harus rapat.
Setiap sarana penampungan air harus bersih dan tertutup. g. Fasilitas Sanitasi lainnya
Harus tersedia tempat penampungan tinja, air seni, muntahan yang terbuat dari logam tahan karat pada setiap unit perawatan.
Tersedia ruang khusus untuk penyimpanan perlengkapan kebersihan pada setiap unit perawatan.
a.Persyaratan Kesehatan Konstruksi di Rumah Sakit (Peraturan Menteri
Kesehatan. 1992)
(1) Ruang Operasi
Gambar II.5 : Ruang Operasi Sumber : PT.Global Rancang Selaras
(35)
Dinding terbuat dari bahan porsenil atau vinil setinggi langit atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur.
Berwarna putih dan terang.
Langit‐langit terbuat dari bahan multipleks, dipasang rapat. Tinggi langit‐langit antara 2,70 ‐ 3,30 meter dari lantai. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.
Harus disediakan gelagar (gantungan) lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang terbuat (dipasang) sebelum pemasangan langit – langit.
Semua stop kontak dan sakelar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari lantai.
Suhu diusahakan ( 22 – 25 )0 C dan kelembapan ( 50 – 60 ) %. Pencahayaan 300 – 500 lux, meja operasi 10.000 – 20.000 lux. Ventilasi sebaiknya menggunakan AC window untuk setiap ruang
operasi dengan pemasangan minimal 2m dari lantai.
Arah udara bersih yang masuk kedalam kamar operasi dari atas kebawah.
Semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat kedalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan keruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka / ditutup.
Pemasangan gas medis secara sentral diusahakan melalui bawah lantai atau langit‐ langit.
Dibawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang dipasang dibawah lantai.
(36)
(2) Ruang Laboratorium
Dinding terbuat dari bahan porselin atau keramik setinggi 1,5 meter dari atas lantai, sisanya dicat dengan warna terang. Tinggi langit‐langit antara 2,70 – 3,30 m dari lantai. Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m. Ambang bawah jendela minimal 1,00 m dari lantai.
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang dan tahan terhadap kerusakan oleh bahan kimia.
Semua stop kontak dan sakelar dipasang pada ketinggian minimal 1,40 m dari lantai.
Meja beton dilapisi dengan porselen / keramik dengan tinggi 0,80 / 1,00 m.
Meja untuk instrumen elektonik harus tahan getaran.
Dinding ruang dapur, kamar mandi/toilet dilapisi
porselen/keramik minimal 1,50 m dari lantai.
Gambar II.6 : Ruang Laboratrium Sumber : PT.Global Rancang Selaras
(37)
(3) Ruan Din ata Leb Am Lan dib ole Lan Me
/ 1
Sem
1,4
(4) Ruan
ng Sterilisasi
nding dilapisi as lantai, sisan
bar pintu min
mbang bawah
ntai terbuat bersihkan dan eh bahan kim
ngit‐langit ter eja beton dila
,00 m. mua stop kon 40 m dari lant
ng Radiology Ga Sumbe
i porselin ata nya dicat den nimal 1,20 m d
jendela mini dari baha n berwarna te
ia.
rbuat dari bah apisi dengan p
ntak dan sake tai.
ambar II.7 : Ru er : PT.Global Ra
au keramik s ngan warna te dan tinggi mi
mal 1,00 m d n yang kua erang dan ta
han multiplek porselen / ker
elar dipasang
uang Linen
ancang Selaras
Gambar II.8 Sumber : PT.G
setinggi 1,50 erang.
nimal 2,10 m dari lantai.
at, kedap a han terhadap
k atau bahan ramik dengan
pada ketingg
8 : Ruang Radi Global Rancang
meter dari
.
air, mudah p kerusakan
yang kuat. n tinggi 0,80
gian minimal
iology Selaras
(38)
a. Ruang X‐Ray
Dinding pasangan batu bata dengan campuran 1PC : 3 PS, bagian dalam dilapisi dengan lempengan timah hitam setebal 1,0 – 1,5 mm (disesuaikan dengan kekuatan pesawat X‐Ray). Sebelum diplester, tebal dinding minimal 1 bata melintang ( ± 30 cm ).
Daun pintu dan kusen bagian dalam dilapisi timah hitam setebal 1,0 – 1,5 mm.
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air serta mudah dibersihkan.
Langit‐langit terbuat dari bahan multiplek dengan ketinggian 2,70 – 3,30 m dari lanati.
Stop kontak khusus untuk pesawat X‐Ray dipasang pada ketinggian 1,40 m dari atas lantai.
Hubungan kekamar gelap cukup melalui sebuah loket. Jendela yang membatasi ruang X‐Ray dengan ruang operator
memakai kaca timah hitam setebal 1,0 – 1,5 mm. Tinggi jendela/ boveenlight 2,10 m dar lantai.
Tembok pembatas antara ruang X‐Ray dengan kamar gelap dilengkapi dengan transfer cassette.
Pemasangan AC pada ruang pesawat X‐Ray bukan
merupakan suatu keharusan tetapi merupakan anjuran agar pesawat tidak cepat rusak.
Kalau pesawat X‐Ray yang dipasang dalam ruangan ini dilengkapi dengan fasilitas untuk penyinaran tembus (fluoroscopy) tanpa layar monitor, maka ruangan ini hanya kedap cahaya dan perlu dipasang lampu merah.
Daya listrik yang diperlukan untuk pesawat X‐Ray
disesuaikan dengan jenis pembangkit X‐Ray. b. Kamar Gelap
(39)
Boveenlight diusahakan memakai gorden warna hitam. Langit‐langit terbuat dari multipleks dengan tinggi 2,70–3,30
m dari lantai.
Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m. Semua stop kontak dan sakelar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 m dari lantai.
Pencahayaan pada kamar gelap yang konvesional dan relatif kecil dilengkapi lampu dengan kekuatan 15 watt dan diberi selongsong (kapp) yang dilengkapi dengan filter tertentu, missal : Wratten 6 B.
Perlu adanya persediaan air bersih dan exhouse fan dengan pemasangan yang kedap cahaya.
Jika dipasang film fast bok (hatch), maka pemasangan harus menjamin bahwa sinar‐X dan cahaya tidak dapat masuk ke kamar gelap.
(5) Ruang Pendingin
Luas / besar ruang minimal dapat menyimpan bahan pangan untuk kebutuhan selama 3 hari.
Suhu didalam ruang pendingin antara –100 C – 50 C.
Dilengkapi rak untuk menyimpan bahan makanan, dengan tinggi rak paling bawah antara 20 – 25 cm dari lantai.
Bebas tikus dan serangga khususnya kecoa. (6) Ruang Radioisotop / Ruang Isolasi
Ruang radioisotop / ruang isolasi harus terpisah dengan ruang tunggu pasien.
(7) Kamar Mayat
Dinding dilapisi porselin atau keramik.
Lebar pintu minimal 1,20 m dan tinggi minimal 2,10 m.
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang.
(40)
Letaknya dekat dengan bagian pathologi atau bagian laboratorium.
Mudah dicapai dari ruang perawatan, UGD dan ruang operasi. Dilengkapi dengan ruang ganti pakaian petugas dan toilet.
Dilengkapi dengan perlengkapan dan bahan‐bahan untuk
pemulasaraan jenazah serta meja untuk memandikan mayat. Dilengkapi dengan tempat penyimpanan jenazah bila perlu,
ditambah lemari pendingin unuk menyimpan jenazah.
Dilengkapi ruang tunggu dan ruang untuk menyolatkan jenazah.
B. Rumah Sakit Pendidikan
1. Pengertian Rumah Sakit Pendidikan
Rumah Sakit pendidikan merupakan Rumah Sakit Umum
Pemerintah kelas A dan kelas B yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. (UU No.44 Th.09 tentang RS).
Rumah Sakit Pendidikan merupakan Rumah Sakit Umum
pemerintah kelas A atau B yang digunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis oleh Fakultas kedokteran. Salah satunya persyaratan wajib
dalam standar Pendidikan Kedokteran yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional adalah Fakultas Kedokteran harus memiliki Rumah Sakit Pendidikan. Saat ini perkembangan Rumah Sakit Pendidikan berjalan dengan cepat dan semakin banyaknya fakultas kedokteran swasta dan pemerintah yang didirikan serta semakin banyaknya pendidikan dokter muda dan residensi. Untuk menjaga mutu proses pendidikan di Rumah Sakit, perlu dikembangkan standar dan kriteria rumah sakit pendidikan di Indonesia. Selain sebagai rumah sakit pendidikan yang menjadi tempat belajar bagi mahasiswa lintas jurusan, rumah sakit ini nantinya juga menyediakan layanan untuk masyarakat umum.
(41)
Hasil yang diperoleh dari penelitian Agung P. Sutiyoso berupa konsep RS Pendidikan dan instrumen akreditasi RS Pendidikan dengan penekanan pada ditetapkannya Lima Komponen untuk menilai suatu RS Pendidikan, sebagai penjabaran komponen inti pendidikan dokter berupa sumber daya manusia dan lingkungan profesi yang terdiri dari lingkungan akademi dan lingkungan profesional. Kelima komponen tersebut adaiah Sumber Daya Manusia, Organisasi dan Pendanaan, Sarana dan Fasilitas. Kegiatan Pelayanan, Pendidikan dan Penelitian serta Evaluasi.
2. Tujuan dan Fungsi Rumah Sakit Pendidikan Adapun tujuan Rumah Sakit Pendidikan adalah
1. Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Pendidikan. 2. Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan standar profesi
kedokteran.
3. Meningkatkan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kedokteran di Rumah Sakit Pendidikan. Fungsi dari Rumah Sakit Pendidikan sendiri:
1. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan; UURI No.44 Thn 2009.
RS Pendidikan diharapkan memiliki kemampuan pelayanan yang lebih dari RS non Pendidikan terutama meliputi :
(42)
1. Penjaminan mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta kedokteran berbasis bukti.
2. Penerapan Metode Penatalaksanaan Terapi terbaru. 3. Teknologi Kedokteran yang bertepat guna
4. Hari rawat yang lebih pendek untuk penyakit lsama. 5. Hasil pengobatan dan survival rate yang lebih baik
6. Tersedianya konsultasi staf medis pendidikan selama 24 jam 3. Persyaratan Rumah Sakit Pendidikan
Standar RS Pendidikan ini disusun mengacu pada standar pendidikan kedokteran yang ditetapkan oleh World Fedration of Medical Education (WFME).
a. Kedudukan dan Peran Rumah Sakit Pendidikan
Dalam pelaksanaan pendidikan dokter dan dokter
spesialis, yang perlu diperhatikan adalah instituisi pendidikan kedokteran, kolegium ilmu kedokteran dan RS Pendidikan. Kedudukan RS Pendidikan sebagai komponen yang menentukan
keberhasilan proses pembelajaran klinik yang meliputu
pengetahuan, kemampuan psikomotor dan perilaku. Seiring dengan pembelajaran klinik peserta didik yang menjamin mutu hasil peserta didik sesuai dengan standar kompetensi, maka tidak semua RS dapat menjadi RS Pendiidikan.
b. Klasifikasi Rumah Sakit Pendidikan • Standar RS Pendidikan Utama
RS Pendidikan Utama adalah RS jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik serta peserta didik untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar modul pendidikan dalam
rangka mencapai kompetensi berdasarkan standar
Pendidikan Profesi Kedokteran.
• Standar RS Pendidikan Afilasi (Eksilensi)
RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi) adalah RS khusus atau umum dengan unggulan tertentu yang menjadi pusat
(43)
rujukan medik tertentu yang merupakan jejaring Institusi Pendidikan Kedokteran yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik untuk memenuhi modul pendidikan tertentu,
• Standar RS Pendidikan Satelit
RS Pendidkan Satelit adalah RS jejaring institusi Pendidikan Kedokteran dan jejaring RS Pendidikan Utama yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi sebagian modul
pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi
berdasarkan standar Pendidikan Profesi Kedokteran. c. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup meliputi
• Visi, Misi, Komitmen dan persyaratan • Manajemen dan administrasi
• Sumber Daya Manusia untuk Program pendidikan klinik
• Penunjang Pendidikan
• Perancangan dan Pelaksanaan program pendidikan
klinik yang berkualitas.
4. Persyaratan Umum Rumah Sakit Klas B Pendidikan 5 1) Sarana
1) Di tinjau dari geografi rumah sakit harus mempunyai lokasi yang dapat di jangkau oleh masyarakat sekitar.
2) Tersedianya infrastruktur dan fasilitas dengan mudah
3) Tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan di
sekitarnya.
4) Rumah sakit tidak tercemar oleh lingkungan luar rumah sakit
5) Tersedianya luas tanah ± 3,5 ha, cukup untuk
perkembangan selanjutnya
(44)
6) Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang berlaku)
7) Tata letak unit pelayanan harus mempunyai hubungan fungsional antar unit yang efisien
8) Unit gawat darurat medis harus mudah di capai dari luar, dan mudah di ketahui. Unit rawat jalan harus mudah di capai dari luar dan dapat langsung berhunbungan secara efisien dengan unit‐unit lainyang terkait
9) Unit rawat inap harus berlokasi di daerah yang tenang. 10)Ada pemisahan antara pasien rawat jalan dan rawat inap
dengan jelas
11)Pelayanan penunjang medis dapat langsung berhubungan dengan unit rawat jalan, unit rawat inap, unit gawat darurat dan ICU.
12)Pelayanan penunjang non medis, dapur, laundry,
workshop, dapur harus mempunyai pintu keluar tersendiri. 13)Unit atau instalasi yang sering di gunakan dan berhubungan sangat erat di letakan pada tempat yang berdekatan, misalnya ICU/ICCU, laboratorium, radiologi dan IGD.
14)Adanya ketegasan sistem sirkulasi yang ada untuk pengguna di rumah sakit. Perlu analisa lingkungan dan ruang sebagai pembagian zona pengguna dan ruang di rumah sakit.
2) Prasarana
1) Prasarana listrik
a) Kapasitas harus cukup
b) Kualitas arus tegangan dan frekuensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c) Keandalan penyaluran daya harus tinggi
d) Harus tersedia generator set berkapasitas minimal 40% dari daya kebutuhan.
(45)
e) Harus tersedia lampu emergency untuk ruang‐
ruang yang penting.Keamanan dan pengamanan
jaringan instalasi listrik tetap terjamin. 2) Prasarana air
a) Harus tersedia air bersih yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan atau dapat
mengadakan pengolahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b) Tersedia reservoir bawah dan atas
c) Jaringan masing‐masing harus baik dan cukup 3) Gas medis
a) Mempunyai persedian gas medik yang cukup b) Sistem jaringan distribusi ke masing‐masing ruang
yang membutuhkan, dengan sistem sentralisasi
4) Penanggulangan kebakaran
a) Tersedia alat pemadam kebakaran yang memadai. b) Pemeriksaan secara berkala terhadap peralatan
kebakaran yang digunakan. 5) Prasarana komunikasi
a) Ekstern
• Saluran dari perumtel atau SSB • Komunikasi internet
b) Intern
• Telepon dalam • Nurse call
6) Penangulangan limbah
a) Tersedianya sistem pengolahan limbah padat
(Medis, Non medis).
b) Tersedianya pengolahan limbah cair (Medis, Non medis).
(46)
Peralatan harus mengikuti pedoman pelayanan rumah sakit kelas B dan kondisi setempat serta memenuhi kriteria yang berkaitan dengan pengembangan rumah sakit yaitu:
a) Peralatan harus dapat dikembangkan secara efisien sesuai
dengan pengembangan rumah sakit, misalnya
menggunakan module sistem
b) Mempermudah pengelolaan rumah sakit untuk
menentukan peralatan sebagai berikut:
a. Peralatan sedapat mungkin disesuaikan dengan kondisi di Indonesia seperti listriknya.
b. Peralatan mudah dioperasikan, mudah
pemeliharaanya dan sedapat mungkin hemat
dalam pemakaian energi, tanpa mengurangi
kemampuan dari peralatan tersebut. 4) Sumber Daya Manusia untuk klas B6
a. Pelayanan Medik Dasar
• 12 Dokter Umum & 4 Dokter Gigi b. 4 Pelayanan Medik Spesialis Dasar
• 3 Dokter Spesialis
c. 12 Pelayanan Medik Spesialis lain • 1 Dokter spesialis
d. 13 Pelayanan medik sub spesialis • 1 Dokter spesialis
e. Pelayanan Medik Spesialis Penunjang • 2 Dokter Spesialis (dari 4 sub spesialis) f. 7 Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut
• 1 Dokter Gigi Spesialis g. Sumber Daya Manusia RS ( 1:1 )
• Keprawatan
• Kefarmasian&Gizi
(47)
• Keterapian Fisik • Keteknisan Medis • Petugas Rekam Medis • Petugas IPSRS
• Petugas Pengelola Limbah • Petugas Kamar Jenazah
C. Universitas Negeri Sebelas Maret ( UNS ) 1. Sejarah UNS
Universitas Sebelas Maret berdiri sejak 11 Maret 1976, yang awalnya merupakan gabungan dari 5 perguruan tinggi yang ada di Surakarta. Lima Perguruan Tinggi tersebut adalah :
a. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta. b. Sekolah Tinggi Olahraga (STO) Negeri Surakarta.
c. Akademi Administrasi Niaga (AAN) Surakarta
d. Universitas Gabungan Surakarta (UGS) yang merupakan
gabungan beberapa Universitas Swasta Surakarta. Dari keempat Universitas Swasta tersebut yang memiliki Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia Cabang Surakarta
e. Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) Cabang Surakarta di bawah Departemen Hankam.
Pada saat kelahirannya, Universitas Sebelas Maret terdiri dari 9 Fakultas :
1. Fakultas Ilmu Pendidikan 2. Fakultas Keguruan 3. Fakultas Sastra Budaya 4. Fakultas Sosial Politik 5. Fakultas Hukum 6. Fakultas Ekonomi 7. Fakultas Kedokteran 8. Fakultas Pertanian 9. Fakultas Teknik
(48)
Pengabungan beberapa perguruan tinggi tersebut, mempunyai satu tujuan yang besar, yakni meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Surakarta. Setelah 5 tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan diri untuk memulai proses perkembangannya. Pembanguan secara fisik dimulai pada tahun 1980. Di bawah kepemimpinan dr. Prakosa, kampus yang semula terletak di di beberapa tempat disatukan dalam suatu kawasan. Lokasi tersebut adalah di daerah Kenthingan, di tepi Sungai Bengawan Solo, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. Di daerah Kenthingan inilah, pembangunan kampus tahap pertama berakhir pada tahun 1985. Semua kegiatan , baik kegiatan akademik maupun administrasi pada saat itu tersebar di beberapa tempat di wilayah Kotamadya Surakarta, sedang khusus Fakultas Kedokteran
menempati bekas gedung Fakultas Kedokteran PTPN Veteran Cabang
Surakarta di Jalan Kolonel Sutarto No. 150 KSurakarta.
2. Visi, Misi dan Tujuan UNS7 a) Visi UNS
“Menjadi pusat pengembangan ilmu, teknologi, dan seni yang unggul
di tingkat internasional dengan berlandaskan pada nilai‐nilai luhur
budaya nasional”.
b) Misi UNS
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang menuntut
pengembangan diri dosen dan mendorong kemandirian
mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
b. Menyelenggarakan penelitian yang mengarah pada penemuan
baru di bidang ilmu, teknologi, dan seni;
c. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang berorientasi pada upaya pemberdayaan masyarakat.
c) Tujuan UNS
a. Menciptakan lingkungan yang mendorong setiap warga
(49)
kampus mau belajar guna mengembangkan kemampuan diri secara optimal;
b.Menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, cerdas, terampil, dan mandiri, serta sehat jasmani, rohani, dan sosial;
c. Melahirkan temuan‐temuan baru di bidang ilmu, teknologi, dan
seni yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam
masyarakat dan untuk membangun kehidupan yang lebih baik;
3. Fakultas Kedokteran UNS a. Visi dan Misi
Sebagaimana Fakultas Kedokteran di Indonesia, untuk kegiatan
pendidikan mahasiswa menggunakan Rumah Sakit Umum Pusat
"Surakarta" yang sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Dr. Moewardi Surakarta yang merupakan Rumah Sakit Pendidikan, berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan, Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama Nomor :
544/Men.Kes./SKB/X/81043a/U/1981 324 A Tahun 1981 Tanggal : 23 Desember 1981.
Visi
• Mewujudkan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret yang mempunyai kualitas dan reputasi tinggi serta kompetitif,
• Menghasilkan lulusan yang mampu bersaing di pasar global • Menjadi Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran
khususnya dalam Ilmu Kedokteran Masyarakat Misi
• Melaksanakan pendidikan dokter yang bermutu tinggi dan menghasilkan lulusan yang profesional, berorientasi ke depan dan mempunyai kemampuan manajerial.
(50)
• Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran melalui penelitian dasar, klinik dan komunitas untuk menunjang peningkatan kesehatan masyarakat.
• Melaksanakan kurikulum pendidikan dokter yang relevan dan akuntabel sesuai dengan kebutuhan masyarakat. b. Cara Belajar Resmi Kegiatan Kepaniteraan Fakultas Kedokteran UNS
Bentuk cara belajar secara resminya adalah sebagai berikut: yang dinamakan
a. BST (Bed Side Teaching), di sini kita akan belajar untuk bertindak kepada pasien langsung, tetapi kegiatan ini masih didasarkan modul yang diberikan dosen.
b. CSS (Clinical Science Session), disini kita akan membahas tentang penyakit‐penyakit yang jarang, tetapi tidak ditemukan saat BST, CSS ini dapat dilakukan dengan diskusi.
c. CRS (case Report Session), dalam sesi ini, kita akan
mempresentasikan “kondisi pasien” mulai dari keluhan hingga follow‐up nya.
c. Kebutuhan Kepaniteraan Fakultas Kedokteran UNS
Bertolak dari tujuan, kompetensi lulusan, kurikulum
pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran disusun dengan beban studi untuk pendidikan akademik sebesar 156 SKS yang dapat ditempuh dalam waktu empat tahun. Sedang untuk pendidikan profesi 53 SKS ditempuh dalam kurun waktu dua tahun.
Selesai pendidikan akademik mendapat predikat Sarjana
Kedokteran (S.Ked). Selama mengikuti pendidikan akademik mahasiswa wajib menyusun skripsi, mengikuti Kepaniteraan Umum (Panum) dan Coassisten Muda (Comuda). Skripsi dapat ditempuh setelah semester enam selama 6‐12bulan.
Panum dimaksudkan untuk mengenalkan kegiatan klinik
dengan menggunakan alat peraga. Dapat ditempuh dalam semester 7
atau 8. Sedangkan comuda dapat ditempuh setelah mahasiswa
(1)
commit to user
Ruang Seminar untuk kuliah besar para coass dengan dosennya,
untuk tidak mengganggu sirkulasi lain dan karena jarang untuk
digunakan maka ruang seminar terletak pada lantai bagian atas zona
pendidikan.
5)Apotik/Farmasi
Apotik dibutuhkan oleh zona in patient dan zona out patient sehingga
untuk dapat mencangkup semua, apotik terletak diantara kedua zona tersebut.
Selain di antara zona tersebut, apotik khusus untuk pengunjung yang hanya
membeli obat tetapi tidak periksa di rumah sakit terletak di zona penunjang
depan. Hal ini untuk memudahkan keefektivitas dan efisiensi sirkulasi
pengunjung.
5. KONSEP TAMPILAN BANGUNAN
a. Konsep Tata Massa
Bentuk DNA
sebagai
sirkulasi pada
tapak
Proses
penyesuaian
bentuk DNA ke
dalam site.
Zona
penddikan di
buat bisa
dengan mudah
menjangkau
berbagai zona
sehingga dibuat
menyebar ke
Massa dibuat majemuk
berdasarkan zona out
patient, in patient,
pendidikan dan service
(2)
commit to user
Rumah Sakit Pendidikan UNS Surakarta VI‐
b. Konsep Gubahan Massa
1
2 3
4
Bentuk massa
berdasarkan bentuk
DNA dan merupakan
massa majemuk
dimana zona
pendidikan dapat
menjangkau zona lain
dengan mudah.
Jendela yang menjorok
ke dalam sebagai solusi
desain yang tanggap
iklim
Stuktur balok kolom yang
menonjol memberikan
ketegasan terhadap kesan
rumah sakit
Gambar VI.14 Konsep Tata Massa dari Fungsi dan Bentuk DNA Sumber : Analisa Pribadi
(3)
commit to user
Atap Tajuk pada
Rektorat UNS. Membuat
kesan besar dan pusat
dari semua fakultas
Kanopi dengan lambing
UNS sebagai cirri khas
UNS untuk Rumah Sakit
Pendidikan.
c. Konsep Pembentukan Ruang Dalam
Menggunakan taman di dalam ruang untuk pergerakan sirkulasi udara di dalam
ruang. Dengan menggunakan atap buka‐tutup sehingga jika terjadi hujan, atap bisa
langsung menutup. Taman di dalam ruang selain untuk pergantian sirkulasi udara juga
untuk membuat koridor tunggal yang terlihat sempit terkesan luas
Gambar VI.15 Konsep Gubahan Massa Sumber : Analisa Pribadi
Gambar VI.16 Konsep Taman dalam Ruang Sumber : Analisa Pribadi
(4)
commit to user
Rumah Sakit Pendidikan UNS Surakarta VI‐
d. Konsep Pembentukan Sirkulasi Ruang
Karena menggunakan koridor tunggal ditengah membuat sirkulasi
terkesan sempit dan pengap maka dibentuklah taman di dalamnya atau skylight yang
dapat membuat sirkulasi ruang terkesan luas.
e. Konsep Pembentukan Ruang Luar
Gambar VI.17 Konsep Pembentukan Sirkulasi Ruang Sumber : Analisa Pribadi
Gambar VI.18 Konsep Pembentukan Ruang Luar Sumber : Analisa Pribadi
(5)
commit to user
6. KO Diagram Limbah Ru f. KonseONSEP UTILIT
Pengolahan umah Sakit
iklim sehin
lingkungan
p Struktur da
Me membentu
yang memb
TAS
ngga dapat
.
n Material Ba
enggunakan
k atap dag t
bentuk perge
Gambar
membentuk
angunan
rangka atap
tetap tetap m
rakan udara y
r VI.19 Konse Sumb
pergerakan
baja untuk
menerapkan
yang baik di b
ep Struktur da ber : Analisa P
udara yang
menghemat
konsep arsit
bawah atap d
an Material Ba Pribadi
g baik di s
biaya. Wala
ektur rumah
dan diatas pla
angunan
ekitar
aupun
jawa
(6)
commit to user
Rumah Sakit Pendidikan UNS Surakarta VI‐
a. Diagram proses pengolahan air limbah dengan sisten biofilter "Up Flow"
Gambar IV.1 : Diagram proses pengolahan air limbah rumah sakit
Menggunakan pengolahan limbah berupa sistem DEWATS engan cara biofilter
anaerob‐aerob sehingga dengan konsep seperti ini dapat menghemat pemakaian air karena
dapat diolah kembali menjadi air bersih yang dapat digunakan untuk keperluan setiap hari selain
minum.