Efektivitas program anti bullying dalam mengurangi perilaku bullying di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta

(1)

EFEKTIVITAS PROGRAM ANTI BULLYING

DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Albertus Pandu Aditya

NIM : 099114089

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv

HALAMAN MOTTO

jangan pernah berharap untuk

menemukan kebahagiaan, karena

kebahagiaan itu kita ciptakan sendiri..

-Radit & Jani-

“di atas langit masih ada langit.. tetaplah rendah hati”

-NN-

“selesaikanlah apa yang sudah kau mulai,

sebisa mungkin jangan berhenti di tengah

jalan”

-NN-


(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati, karya ini kupersembahkan untuk:

Sang Pencipta yang sungguh luar biasa dalam rencana-rencanaNYA. Segala lindungan dan bimbingan dalam

menjalani kehidupan yang sementara ini.

Santo Pelindung yang selalu ada mendampingi dalam pahit manis jalan kehidupan ini. Dalam membimbing

saat menghadapi godaan-godaan duniawi.

Orang tua dan keluargaku yang sangat aku cintai. Pak Gito, Bu Endang, Dik Detta, Alm. Mas Bejo (walaupun aku tidak pernah melihatmu), aku yakin bahwa kalian

hanya ingin melihatku bahagia dan meraih cita-cita. Aku cinta kalian. Kalian akan selalu ada di hatiku.

Terimakasih Tuhan, telah Kau berikan harta yang paling berharga ini.


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Juni 2014 Penulis


(7)

vii

EFEKTIVITAS PROGRAM ANTI BULLYING

DALAM MENGURANGI PERILAKU BULLYING

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) KOLESE DE BRITTO YOGYAKARTA

Studi Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Albertus Pandu Aditya

ABSTRAK

Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari program sekolah dalam mengurangi perilaku bullying pada siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah non-randomized pretest-posttest control group design. Subjek penelitian adalah 33 siswa kelas XI IPS-3 sebagai kelompok eksperimen dan 33 siswa kelas XI IPS-2 sebagai kelompok kontrol. Subjek penelitian dipilih melalui proses purposive sampling. Kelompok eksperimen mendapatkan Program Anti Bullying dengan metode: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c) Discussion, sedangkan kelompok kontrol tidak. Perilaku bullying diketahui dengan melihat apakah masih terdapat tindakan bullying pada siswa di lingkungan sekolah. Tindakan bullying diukur dengan skala yang menunjukkan tingkat pelaku, korban, dan penonton bullying pada masing-masing kelompok. Penelitian ini menggunakan teknik analisis independent sample t-test untuk gain score. Hasil analisis menunjukkan uji t pada gain score memiliki nilai t sebesar 0,527 dengan dengan p= 0,600 (p>0,05). Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa gain score kedua kelompok tidak mengalami perbedaan. Meskipun demikian, skor rata-rata kedua kelompok mengalami penurunan. Kelompok eksperimen mengalami penurunan skor yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Di samping itu, gain score yang dimiliki masing-masing subjek pada tiap kelas menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil tersebut memberikan kesimpulan bahwa pemberian Program Anti Bullying dianggap kurang efektif untuk mengurangi perilaku bullying siswa. Meskipun rata-rata perilaku bullying menurun, program tersebut tidak secara merata memberikan efek positif bagi siswa.


(8)

viii

EFFECTIVENESS OF ANTI-BULLYING PROGRAM TO REDUCE BULLYING

IN DE BRITTO COLLEGE YOGYAKARTA

Study of Psychology in Sanata Dharma University

Albertus Pandu Aditya ABSTRACT

This quasi experimental research aimed to find out the influence of Anti-Bullying Program to reduce student’s bullying in De Britto College Yogyakarta. This study used non-randomized pretest-posttest control group design. Subjects were 33 students of class XI S-3 as the experiment group, and 33 students of class XI S-2 as the control group. Subjects were selected through purposive sampling process. Experiment group was given the anti-bullying program with methods: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, and c) Discussion, while the control group was not given. Bullying tendencies are known by looking at level of bullying in students behavior at school. Level of bullying measured by a scale that indicate a level of perpetratos, victims, and spectators bullying in each group. This study used independent sample t-test analysis for gain scores. The result of data analysis shows that the t-test on gain score has t score of 0,527 with p= 0,600 (p> 0,05). The calculation result shows gain scores in experimental group and control group are not different. However, score mean of both groups are decreased. Eksperimental group decreased more than control group. Besides, scores from each subject in each group are significantly different. The result concludes that Anti-Bullying Program assumed less effectively to reduce student’s bullying. Though the averages bullying are decreased, the program does not equally give positive effect for each student.


(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Albertus Pandu Aditya

Nomor Mahasiswa : 099114089

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Efektivitas Program Anti Bullying

dalam Mengurangi Perilaku Bullying

di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 Juni 2014

Yang menyatakan,


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang telah menyertai penulis selama proses penulisan skripsi dari awal hingga selesai. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi kewajiban memperoleh gelas sarjana dari Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini disusun atas dasar kepedulian penulis terhadap nasib remaja yang berpotensi terkena dampak dari fenomena bullying khususnya yang terjadi di lingkungan sekolah. Penulis menitikberatkan pada bagaimana usaha dari pihak sekolah dalam mengatasi fenomena tersebut. Penulis menyusun sebuah penelitian untuk mengetahui efektivitas dari usaha yang dilakukan oleh sekolah. Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan tujuan bahwa hasil dari penelitian ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan pihak sekolah dalam usaha mengatasi fenomena bullying yang ada. Di samping itu, hasil dari penelitian ini juga dapat digunakan sekolah lain sebagai contoh usaha dari pihak sekolah dalam menyikapi fenomena bullying.

Dalam proses penulisan skripsi dari awal hingga akhir, penulis menyadari bahwa terdapat peran dari banyak pihak yang memberikan sumbangan pikiran, ide, waktu, tenaga, bimbingan, dorongan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih atas bimbingan, arahan, serta masukan kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.


(11)

xi

2. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma beserta semua staf fakultas Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan selama perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

3. Ibu Ratri Sunar Astuti M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membantu proses pengajuan judul skripsi sehingga menjadi lancar

4. Ibu Dewi Soerna Anggraeni M.Psi. selaku Wakaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing selama proses kegiatan non akademik sehingga memperkaya pengetahuan serta pengalaman dalam hal soft skill.

5. Ibu Dr. Tjipto Susana selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dalam proses perkuliahan serta memberikan semangat juang untuk segera menyelesaikan tugas akhir.

6. Ibu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Doni, dan Pak Gik yang telah membantu proses perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini. 7. Bapak Ag. Prih Adiartanto, S.Pd., M.Ed. dan Ibu B.M. Titisari Isdwi

Putranti, S.Pd. selaku Kepala Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Terimakasih atas ijin dan dukungan yang diberikan dalam penulisan skripsi ini. Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan selama ini.


(12)

xii

8. Para siswa SMA Kolese De Britto khususnya kelas XI IPS 2 dan XI IPS 3 tahun ajaran 2013-2014 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Kepada orang tua dan adik saya, Bapak, Ibu, serta Deta. Terimakasih atas segala bantuan serta motivasi yang telah diberikan hingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Maaf apabila saya terlalu lama dalam berproses.

10. Kepada teman-teman angkatan 2009, Gusbay, Yatim, Pakdhe, Gandring, Andank, Ruthie, Cicik, Novi, Angga, Manik, Riris, Mbokdhe, Ayuk, Ovina, Ichan, Gatyo, Brian, semuanya aja! Terimakasih banyak atas pengalaman manis maupun pahit selama kita menjalani saat-saat kuliah. Semoga kalian semua dapat segera meraih kesuksesan masing-masing.

11. Teman-teman kakak angkatan maupun adik angkatan, Utari, Engger, Vincent, Brandan, Rosari, Ella, Yutti, Dion, Vico, Bayu, Anoy, Boncel, Awang, Yuda, Boni, Ray, Sakti, Aprek, Gempol, Popo, Indro, Wahyu, Ucil, Mondri, hingga para mas dan mbak alumni yang telah memberikan semangat dan arahan agar penulisan skripsi ini dapat terselesaikan secara maksimal, juga kesempatan bercanda bersama untuk melepaskan segala susah hati. I love you, all!

12. Keluarga keduaku, Wake Up Tomorrow Band, Keyor, Aji, Charlotte, Japis, Radianto, Bimo, Rosa, Keke, semua teman-teman lain yang telah membantu, Angga, Dito, Andi, Tyok, Bazra, Gusbay, dan semuanya (maaf banyak banget, gak akan cukup sehalaman kalo ditulis semua). Kalian akan selalu aku rindukan.


(13)

xiii

13. Teman-teman SEXEN, PSYNEMA, Skaphobia, Electone APAHAYO yang telah menciptakan suasana yang nyaman ketika saya mengalami kejenuhan dalam menempuh perkuliahan maupun penulisan skripsi ini. Teruslah berkarya kawan!

14. “Terima kasih kalian barisan para mantan, dan semua yang pergi tanpa

sempat aku miliki..” 

15. Serta semua teman, saudara, dan musuh yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Termakasih banyak atas segala semangat, doa, dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat menyempurnakan karya ilmiah ini.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 18 Juni 2014 Penulis,


(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ...vii

ABSTRACT ...viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xiv

DAFTAR TABEL ...xix

DAFTAR SKEMA ...xx

DAFTAR LAMPIRAN ...xxi

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...7

BAB II. LANDASAN TEORI ...8


(15)

xv

1. Pengertian remaja ...8

B. Perilaku Bullying ...9

1. Pengertian Perilaku Bullying ...9

2. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying ...11

3. Karakteristik Pelaku, Korban, dan Penonton Bullying ...12

4. Dampak Perilaku Bullying ...16

a. Dampak Bagi Pelaku Bullying ...17

b. Dampak Bagi Korban Bullying ...18

c. Dampak Bagi Penonton Bullying ...20

C. Program Sekolah dalam Mengatasi Bullying ...21

1. Latar belakang program ...21

2. Pelaksanaan Program ...22

D. Belajar sebagai Proses Perubahan Perilaku ...27

1. Belajar ...27

a. Definisi Belajar ...27

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ...29

2. Perubahan Perilaku ...32

E. Efektivitas Program Anti Bullying dalam mengurangi Perilaku Bullying di SMA Kolese De Britto Yogyakarta ...34

F. Hipotesis Penelitian ...36

G. Skema Penelitian ...37

BAB III. METODE PENELITIAN ...38


(16)

xvi

B. SUBJEK PENELITIAN ...39

C. IDENTIFIKASI VARIABEL ...39

D. DEFINISI OPERASIONAL ...40

1. Variabel Bebas ...40

2. Variabel Tergantung ...40

3. Variabel Kontrol ...41

a. Usia ...41

b. Tingkat Pendidikan ...41

c. Program Studi ...42

E. DESAIN PENELITIAN ...43

F. PROSEDUR PENELITIAN ...43

G. ALAT PENGUMPULAN DATA ...45

H. PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN ...47

1. Pengujian Validitas ...47

2. Pengujian Reliabilitas ...48

3. Uji Daya Beda/Daya Deskriminasi Aitem ...48

I. TEKNIK ANALISIS DATA ...49

BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...51

A. PERSIAPAN PENELITIAN ...51

1. Persiapan Penelitian ...51

2. Persiapan Instrumen Penelitian ...51

B. PELAKSANAAN PENELITIAN ...52


(17)

xvii

1. Subjek Penelitian ...53

2. Analisis Aitem ...53

3. Pengujian Reliabilitas ...55

4. Data skor Pre-test dan P ost-test ...55

a. Skor Total ...55

b. Skor Pelaku Bullying ...56

c. Skor Korban Bullying ...57

d. Skor Penonton Bullying ...58

D. HASIL PENELITIAN ...58

1. Hasil Uji Asumsi ...58

a. Uji Normalitas ...58

b. Uji Homogenitas ...60

2. Hasil Uji Hipotesis ...60

a. Uji Beda Gain Score Total ...61

b. Uji Beda Gain Score Pelaku Bullying ...62

c. Uji Beda Gain Score Korban Bullying ...63

d. Uji Beda Gain Score Penonton Bullying ...64

E. PEMBAHASAN ...65

BAB V. PENUTUP ...74

A. KESIMPULAN ...74

B. SARAN ...74

1. Saran Berkaitan dengan Kelanjutan Penelitian ...74


(18)

xviii

a. Saran Bagi Sekolah ...75

b. Saran Bagi Orang Tua ...76

c. Saran Bagi Siswa ...76

DAFTAR PUSTAKA ...78


(19)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi Skala Kecenderungan Bullying...46

Tabel 2. Data Subjek Penelitian ...53

Tabel 3. Spesifikasi Skala Kecenderungan Bullying yang digunakan dalam penelitian ...54

Tabel 4. Skor Total Kecenderungan Bullying ...55

Tabel 5. Skor Kecenderungan Pelaku Bullying...56

Tabel 6. Skor Kecenderungan Korban Bullying ...57

Tabel 7. Skor kecenderungan Penonton Bullying ...58

Tabel 8. Tabel Uji Normalitas ...59

Tabel 9. Tabel Uji Homogenitas ...60

Tabel 10. Tabel Uji Beda Gain Score Total ...61

Tabel 11. Tabel Uji Beda Gain Score Pelaku Bullying ...62

Tabel 12. Tabel Uji Beda Gain Score Korban Bullying...63


(20)

xx

DAFTAR SKEMA

Skema Penelitian ...37 Skema Desain Penelitian ...43


(21)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A. Instrumen Pengukuran Kecenderungan Bullying ...84

Lampiran B. Petunjuk Pelaksanaan Program Anti Bullying ...95

Lampiran C. Data skor P re-test dan Post-test Kelompok Eksperimen ...101

Lampiran D. Data skor P re-test dan Post-test Kelompok Kontrol ...104

Lampiran E. Perhitungan Statistik ...107

1. Hasil Uji Reliabilitas (dari pre-test) ...108


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan instansi pendidikan formal dan dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat yang tepat untuk mendidik anak-anak. Selain untuk mendapatkan pengetahuan, masyarakat mempunyai ekspektasi bahwa sekolah akan senantiasa membimbing serta mengarahkan para siswa dengan tepat demi masa depan yang cerah (Wiyani, 2012).

Dalam dunia pendidikan, manusia memiliki relasi dengan orang lain. Terdapat relasi antar para pendidik, antar para peserta didik, pendidik dengan peserta didik, dan relasi antar siapapun yang menjadi elemen dari instansi pendidikan tersebut. Relasi yang mereka bangun memiliki tujuan yang baik dan menguntungkan satu dengan yang lain.

Meskipun demikian, relasi yang seharusnya berjalan dengan baiktidak selalu terjadi. Tanpa disadari, fenomena kekerasan telah terjadi di lingkungan sekolah (Susanto, 2010). Masih banyak orang-orang yang belum mengerti sepenuhnya mengenai kekerasan yang sering disebut dengan bullying. Bullying adalah perilaku agresi yang dilakukan secara sengaja, berulang-ulang, dan menyakiti korban (Papalia et al. 2007). Bullying seringkali dibiarkan serta dianggap remeh. Masalah bullying itu sendiri sering dianggap oleh orang tua maupun guru sebagai bagian dari permainan anak-anak


(23)

modern dan suatu hal yang biasa terjadi dalam kehidupan remaja (Susanti, 2007).

Cukup banyak kasus bullying yang diberitakan di media massa. Sebagai contohnya adalah “Seorang Siswa Disundut Rokok Saat Ospek” (dipungut 25 September 2013, dari http://megapolitan.kompas.com). Siswa tersebut dipaksa untuk telanjang, bahkan dicabuli hanya karena ingin mengikuti ekstrakurikuler futsal. (dipungut tanggal 25 Sepetember 2013, dari http://news.detik.com). Selain itu, ada pula kasus bullying yang berakibat kematian seperti yang dialami siswi peserta Masa Orientasi Siswa (MOS) SMK 1 Pandak, Bantul. “Siswi Meninggal Akibat Ospek: Disuruh Squad

Jump, Siswi di Pandak Pingsan Lalu Meninggal” (dipungut 25 September 2013, dari http://www.harianjogja.com).

Bullying dapat dialami oleh semua tingkatan umur. Akan tetapi, kebanyakan dari pelaku bullying berasal dari kalangan remaja (Susanto, 2010). Monks, Knoes, & Haditono, (2002) menyatakan bahwa remaja merupakan masa di mana seseorang mengalami perubahan fisik, psikis, seksual, kognisi, dan sosial. Masa remaja dialami oleh seseorang yang sudah beranjak dari masa kanak-kanak dan sedang menuju masa dewasa. Santrock (2003) menambahkan, remaja adalah transisi antara anak menjadi dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Elisabeth (2006) bahwa tindakan bullying banyak terjadi di kalangan Sekolah Menengah Atas.


(24)

Riauskina, Djuwita, & Soesetio (2005) mengatakan bahwa dampak dari kecenderungan tindakan bullying antara lain mengganggu kesehatan fisik, menurunnya kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk, kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, dan gangguan psikologis. Tindakan bullying memiliki dampak buruk, sehingga diperlukan usaha kerjasama untuk mencegah atau mengatasi sedini mungkin dari pihak orang tua dan sekolah (Inung, 2007). Pihak sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kesadaran pada para siswa tentang bullying. Program penanganan preventif secara terpadu adalah langkah yang efektif dilakukan untuk mengatasi perilaku bullying (Widayanti, 2009).

Beberapa pihak sudah memberikan perhatian khusus terhadap fenomena bullying di sekolah. Mereka melakukan penelitian yang bertujuan untuk setidaknya meminimalisir terjadinya bullying di sekolah. Menurut Yandri, Daharnis, & Nirwana (2013), penggunaan modul oleh konselor atau Guru Bimbingan Konseling cukup layak dalam usaha mencegah terjadinya bullying di sekolah. Akan tetapi, dalam jurnal penelitiannya dikatakan bahwa tingkat keefektifan metode tersebut belum sepenuhnya teruji.

Selain itu, salah seorang Guru Bimbingan dan Konseling salah satu SMA di Yogyakarta mengatakan bahwa sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada para siswa tentang perilaku terhadap teman, terutama di lingkungan sekolah (komunikasi pribadi, 20 Juli 2013). Dalam proses wawancara, beliau mengatakan bahwa setiap anak harus berpikir jauh tentang apa yang akan mereka lakukan dan mengerti konsekuensi yang akan mereka


(25)

terima nanti. Walaupun maksudnya baik, belum tentu tindakan yang dilakukan dapat diterima oleh orang lain. Hal ini sedikit banyak mengarah pada usaha pencegahan tindakan bullying di SMA tersebut. Guru-guru sebaiknya lebih memperhatikan tempat-tempat yang berpotensi terjadi bullying seperti toilet siswa, kantin, tempat parkir, dan beberapa tempat lain yang hampir tidak pernah diawasi oleh guru. Hal tersebut juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah tindakan bullying di sekolah (Yayasan Sejiwa, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Hardika (2009) mendapatkan hasil bahwa Sekolah Menengah Atas homogen lebih memiliki kecenderungan bullying yang tinggi daripada Sekolah Menengah Atas heterogen. Sekolah homogen di sini diartikan sebagai sekolah dengan siswa yang memiliki jenis kelamin sama, sedangkan sekolah heterogen memiliki siswa dengan jenis kelamin berbeda. Masalah perbedaan jenis kelamin tersebut merupakan salah satu kecenderungan terhadap tindakan bullying. Agresi dan dominasi akan lebih mudah muncul pada relasi yang jenis kelaminnya sama (Santrock, 1995).

Edmunds & Kendrick (1980) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku agresi seseorang adalah jenis kelamin. Di samping itu, menurut Fesbach (dalam Soffat, 1998) tingkat agresivitas laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan, khususnya dalam bentuk perilaku fisik. Beberapa pernyataan tersebut memberikan kesimpulan bahwa sekolah


(26)

menengah atas homogen laki-laki menjadi tempat yang memiliki potensi besar terjadinya perilaku bullying.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dilakukan oleh remaja laki-laki yang berada di lingkungan sekolah homogen. Disadari atau tidak, lingkungan sekolah homogen laki-laki adalah tempat yang paling berpotensi terjadinya praktik bullying. Dengan demikian, sangat diperlukan perhatian khusus dari pihak sekolah homogen laki-laki terhadap potensi terjadinya perilaku bullying berdasarkan keadaan sekolah tersebut, sehingga lingkungan sekolah tidak menjadi tempat yang justru memberi dampak negatif dan merugikan para siswa.

Kondisi ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana pihak sekolah homogen laki-laki dalam upayanya mengatasi terjadinya praktik bullying di lingkungan sekolah. SMA Kolese De Britto Yogyakarta merupakan salah satu contoh sekolah homogen laki-laki. Sejauh ini belum ada penelitian sistematis mengenai program yang digunakan oleh pihak guru SMA Kolese De Britto apakah cukup efektif untuk mengatasi perilaku bullying. Di sisi lain, penelitian oleh Hardika (2009) menunjukkan bahwa di SMA Kolese De Britto terdapat tindakan bullying. Hal ini semakin mendukung penelitian tentang program yang digunakan untuk mengatasi bullying.

SMA Kolese De Britto memiliki program mengatasi perilaku bullying. Program tersebut dilakukan pada siswa kelas XI di semester II. Program ini


(27)

terdiri dari 3 metode: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c) Discussion. Ketiga metode tersebut merupakan suatu rangkaian dari program yang dilakukan. Case Study adalah langkah pertama, kemudian dilanjutkan dengan Dramatic Presentation dan diakhiri dengan Discussion. Case Study adalah studi kasus tentang contoh perilaku bullying di sekolah. Dramatic Presentation adalah berperan sebagai karakter-karakter yang ada saat bullying terjadi. Discussion adalah diskusi antara guru dan siswa tentang kegiatan yang sudah dilakukan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui bagaimana usaha dari pihak SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam upayanya mengatasi perilaku bullying yang terjadi pada para siswa di lingkungan sekolah. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti mengenai keefektifan metode yang dilakukan oleh pihak guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta dalam usaha mengurangi perilaku bullying.

B. Rumusan Masalah

Seberapa efektif Program Anti Bullying dalam mengurangi perilaku bullying di Sekolah Menengah Atas (SMA) Kolese De Britto Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari program sekolah dalam mengurangi perilaku bullying pada siswa SMA Kolese De Britto Yogyakarta.


(28)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi ilmu psikologi, terutama psikologi pendidikan dan bimbingan konseling tentang peran metode yang dilakukan untuk mengurangi perilaku bullying di sekolah.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai usaha ataupun cara-cara yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, khususnya sekolah homogen laki-laki dalam mengurangi perilaku bullying di sekolah.


(29)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja berasal dari bahasa Latin (adolescene) yang berarti grow atau dengan kata lain to growmaturity, dan dalam bahasa Indonesia berarti “tumbuh mencapai kematangan”. Menurut beberapa ahli lain, masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara kanak-kanak dan dewasa. Masa itu pada umumnya diawali pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal usia 20 tahun (Papalia, Olds, & Fieldman, 2001).

Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. Adapun masa remaja awal meliputi usia 13 hingga 16 atau 17 tahun, dan masa remaja akhir meliputi usia 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun. Hurlock membagi masa remaja dengan alasan bahwa pada usia remaja akhir, individu sudah memiliki transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa (Aaro, 1997, dalam Jahja 2011).

Berdasarkan pengertian remaja yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan bahwa masa remaja adalah individu yang berusia 16 – 17 tahun dan sedang mengalami masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Individu tersebut mengalami proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan tertentu yang bersifat kuantitatif maupun


(30)

kualitatif. Dalam prosesnya menuju dewasa, remaja juga mengalami pergolakan-pergolakan berupa konflik dan perubahan suasana hati. Konflik-konflik inilah yang membuat remaja berpotensi untuk melakukan tindakan bullying, sehingga remaja yang berada pada tahap awal maupun akhir pun memiliki potensi yang sama.

B. Perilaku Bullying

1. Pengertian Perilaku Bullying

Bullying adalah perilaku di mana terdapat usaha menyakiti ataupun tekanan secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih lemah oleh sesorang atau sekelompok orang yang lebih kuat (Olweus, 2004). Yayasan Semai Jiwa Amini mengemukakan bahwa bullying adalah penggunaan kekuasaan yang dimiliki untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang sehingga korban merasa tertekan, tidak berdaya, bahkan trauma (Yayasan Sejiwa, 2008). Elliot (2005) mendefinisikan bullying adalah tindakan yang dilakukan agar orang lain merasa takut, terancam, atau setidak-tidaknya tidak bahagia.

Bullying merupakan perilaku agresi yang dilakukan dengan sengaja. Perilaku tersebut berlangsung secara terus menerus terhadap seseorang yang sudah menjadi incaran atau korban (Papalia et al. 2007). Sears, Peplau, & Taylor, (1994) mengatakan bahwa seseorang yang


(31)

mempunyai maksud dan tujuan untuk menyakiti orang lain merupakan individu agresif.

Pada saat peristiwa bullying terjadi, terdapat beberapa unsur yang terlibat. Coloroso (2007) mengungkapkan bahwa beberapa unsur yang terlibat di dalam bullying sebagai berikut:

a. Ketidakseimbangan Kekuatan

Pelaku bullying selalu lebih kuat dari korban bullying. Dengan demikian, tindakan bullying dilakukan oleh pelaku yang memiliki kekuatan ataupun dominansi terhadap korban yang cenderung lemah dan tidak dapat melawan.

b. Kesengajaan

Tindakan bullying dilakukan oleh pelaku dengan disertai niat untuk melukai orang lain. Apabila niat atau tujuan tersebut dapat tercapai, pelaku bullying akan memperoleh kepuasan dari luka yang dialami oleh korban. c. Pengulangan

Kepuasan maupun kesenangan yang telah dialami mengakibatkan pelaku cenderung melakukan tindakan bullying secara berulang-ulang. Pengulangan ini terus terjadi apabila masih terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban bullying.


(32)

d. Teror

Suatu tindakan tidak menyenangkan yang ditujukan pada korban dan terjadi berulang-ulang merupakan suatu hal yang menjadikan ancaman tersendiri bagi korban. Teror yang dimaksud adalah ancaman itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying adalah perilaku agresi secara fisik maupun psikologis yang disengaja dan dilakukan oleh seseorang atau kelompok kepada seseorang atau kelompok, dengan tujuan menekan atau menyakiti sehingga korban merasa takut, terancam, atau tidak bahagia.

2. Bentuk-bentuk Perilaku Bullying

Menurut Riauskina, dkk (2005), perilaku bullying dikelompokkan dalam berbagai bentuk:

a. Kontak Fisik Langsung

Antara lain: Memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, merusak barang-barang milik orang lain.

b. Kontak Verbal Langsung

Antara lain: Mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, member panggilan nama, sarkasme, merendahkan, mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip.


(33)

c. Perilaku Non Verbal Langsung

Antara lain: Melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, mengancam.

d. Perilaku Non Verbal Tidak Langsung

Antara lain: Mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng.

e. Pelecehan Seksual

Antara lain: Memukul atau menendang alat kelamin korban, membuat lelucon tentang alat kelamin korban. (Kadang dikategorikan sebagai perilaku agresi fisik atau verbal).

3. Karakteristik Pelaku, Korban, dan Penonton Bullying

Yayasan Sejiwa (2008) mengatakan bahwa bullying merupakan suatu situasi di mana terdapat 3 (tiga) karakter yang berperan di dalamnya. Tiga karakter tersebut adalah pelaku bullying, korban bullying, dan penonton bullying. Peran serta sifat yang dimiliki oleh masing-masing karakter tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Karakteristik Pelaku Bullying

Para pelaku bullying memiliki beberapa sifat yang cenderung sama. Sifat-sifat itulah yang memberikan


(34)

kontribusi dalam tindakan bullying yang dilakukan. Hanya saja mereka memiliki cara atau strategi yang berbeda-beda dalam menjalankan aksinya (Coloroso, 2007). Pada umumnya, sifat-sifat yang dimiliki pelaku bullying antara lain:

1. Cenderung hiperaktif, disruptive, impulsive, dan overactive.

2. Suka mendominasi orang lain.

3. Suka memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

4. Sulit melihat situasi dari titik pandang orang lain. 5. Hanya peduli pada keinginan dan kesenangan

mereka sendiri, bukan pada hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain.

6. Menggunakan kesalahan, kritikan, dan tuduhan-tuduhan yang keliru untuk memproyeksikan ketidakcakapan mereka pada targetnya.

7. Haus perhatian.

8. Memiliki tempramen yang sulit dan masalah pada atensi atau konsentrasi.

9. Berteman dengan anak-anak yang memiliki kecenderungan agresif.


(35)

10. Kurang memiliki empati terhadap korbannya dan tidak menunjukkan penyesalan atas perbuatannya.

b. Karakteristik Korban Bullying

Coloroso (2007) menemukan ciri-ciri seseorang yang biasanya menjadi korban tindakan bullying. Beberapa ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Anak baru di suatu lingkungan. 2. Anak termuda di sekolah. 3. Anak penurut.

4. Anak yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain.

5. Anak yang tidak mau berkelahi dan lebih suka menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.

6. Anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik perhatian orang lain, penggugup, peka.

7. Anak yang miskin atau kaya.

8. Anak yang memiliki etnis/agama yang minoritas dan orientasi gender atau seksual yang berbeda. 9. Anak yang kurus atau gemuk, pendek atau

jangkung.


(36)

11.Anak yang berjerawat atau memiliki masalah kondisi kulit lainnya.

12.Anak yang memiliki ciri fisik berbeda dengan mayoritas anak lainnya.

13.Anak dengan ketidakcakapan mental dan atau fisik. Anak-anak seperti itu biasanya dua atau tiga kali lebih sering ditindas daripada anak-anak lain karena mereka memiliki ketidakcakapan mental yang nyata sehingga menyediakan dalih bagi sang pelaku (kekurangan yang dimiliki korban menjadi materi ejekan atau lelucon).

14.Anak yang berada di sekitar pelaku bullying. Mereka berpotensi untuk dikenai tindakan bullying karena pelaku sedang ingin menyerang siapapun di tempat itu dan pada saat itu juga.

c. Karakteristik Penonton Bullying

Coloroso (2007) menemukan ciri-ciri seseorang yang biasanya menjadi penonton peristiwa atau praktik bullying. Ciri-ciri tersebut antara lain:

1. Anak-anak yang hanya berdiam diri dan memandangi saja.


(37)

2. Anak-anak yang mendorong penindasan secara aktif.

3. Anak-anak yang bergabung dan menjadi salah satu anggota dari gerombolan penindas.

4. Memberikan penguatan kepada pelaku bullying berupa tepuk tangan, tawa, dan gerakan anggota tubuh lainnya.

5. Menambah kehancuran kendali batin korban bullying dengan terikan-teriakan, kritikan-kritik kejam yang bersifat verbal, fisik, dan relasional. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penonton bullying adalah pihak ketiga dalam peristiwa bullying selain pelaku dan korban. Secara tidak langsung, mereka berperan sebagai peran pendukung tindakan yang dilakukan oleh pelaku bullying. Mereka dapat berdiam dan hanya menonton atau bisa pula ikut berperan secara tidak langsung sebagai pelaku bullying.

4. Dampak Perilaku Bullying

Peristiwa bullying yang terjadi di sekolah secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak bagi orang yang terlibat di dalamnya. Orang yang terlibat meliputi pelaku bullying (individu atau kelompok yang menindas), korban bullying (individu atau


(38)

kelompok yang tertindas), dan penonton bullying (individu atau kelompok yang berada di tempat terjadinya bullying). Untuk uraian lebih lanjut adalah sebagai berikut:

a. Dampak Bagi Pelaku Bullying

Menurut Coloroso (2007), tindakan bullying akan memberikan dampak jangka panjang bagi pelaku. Adapun dampak-dampak tersebut antara lain:

1. Tumbuh menjadi pribadi yang suka terhadap kekerasan.

2. Tumbuh sebagai pribadi yang memiliki ego yang besar.

3. Tidak memiliki empati terhadap orang lain dan perasaan menyesal.

4. Menjadi pribadi yang kejam dan penuh dendam terhadap orang lain.

5. Tumbuh sebagai pribadi yang suka bereaksi agresif bahkan pada provokasi yang ringan, dan membenarkan tanggapan agresifnya dengan menempatkan kesalahan di luar dirinya.

6. Suka menguasai, mengontrol, mendominasi, menduduki, dan menjajah.


(39)

7. Memiliki sikap fanatisme terhadap perbedaan. Perbedaan sama dengan lemah, dan karenanya tidak layak mendapat penghargaan.

8. Tumbuh menjadi pribadi yang arogan dan memegang hukum senioritas.

9. Merasa memiliki kekuasaan untuk mengecualikan orang lain, membatasi, mengisolasi, dan memisahkan orang lain.

b. Dampak Bagi Korban Bullying

Menurut beberapa ahli, tindakan bullying akan memberikan dampak bagi korban. Salah satunya dalam hal kesehatan, seperti yang dikemukakan oleh Olweus (1993) dengan pendapatnya bahwa bullying akan mempengaruhi kesehatan korban. Gejala-gejala yang timbul pada korban bullying antara lain:

1. Stres dan menjadi mudah cemas.

2. Menjadi sering terjangkit infeksi virus, khususnya seperti flu, demam tinggi, batuk, paru-paru, telinga, hidung, dan infeksi tenggorokan. Hal ini dikarenakan stres dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.


(40)

3. Sering merasakan sakit di daerah persendian dan tulang tanpa sebab yang jelas, juga tulang belakang. Penderita enggan untuk memeriksa keadaan kesehatannya ketika mengalami keadaan seperti ini.

4. Sakit kepala dan sering migrain. 5. Mudah merasa kelelahan.

6. Susah tidur, selalu bermimpi buruk, cenderung bangun lebih awal, dan bangun tidur akan merasakan lebih lelah dibandingkan dengan pada saat akan tidur.

7. Cenderung teringat akan peristiwa yang sudah dialami. Misalnya: Korban tidak bisa melupakan wajah dari pelaku yang pernah menyerangnya. 8. Mengalami sindrom iritasi perut yang cukup

parah.

9. Tidak bisa konsentrasi terhadap sesuatu dan untuk waktu yang lama.

10.Lebih sering berkeringat, gemetar, menggigil, berdebar-debar, dan panik.

11.Menjadi orang yang sangat waspada, akan tetapi bukan paranoia.


(41)

12.Menjadi terlalu sensitif, lemah, terisolasi, pendiam, dan menarik diri dari pergaulan.

c. Dampak Bagi Penonton Bullying

Menurut Coloroso (2007), penonton bullying yang memiliki keterlibatan aktif dalam mendukung pelaku bullying akan menambah penderitaan dan perasaan tertekan bagi korban. Bahkan, penonton yang hanya melihat tanpa melakukan apapun mereka memiliki konsekuensi dan dampak tersendiri. Adapun dampak yang bisa muncul dalam diri penonton bullying antara lain:

1. Menjadi tidak peka terhadap kekejaman yang terjadi di sekelilingnya.

2. Dapat mengintimidasi pelaku agar melakukan tindakan bullying. Hal ini terjadi karena mereka menganggap pelaku sebagai model yang populer, kuat, dan berani.

3. Sulit mengembangkan perasaan empati, belas kasih, dan susah menempatkan diri pada sudut pandang orang lain.

4. Tumbuh menjadi pribadi yang apatis.

5. Berpotensi menjadi pelaku bullying. Penonton bullying tidak mendapatkan kepuasan ketika


(42)

tidak ada perilaku bullying yang terjadi di lingkungannya. Hal ini yang mendasari bahwa penonton bullying berpotensi pula menjadi pelaku bullying.

6. Dapat berpotensi pula menjadi sasaran bullying selanjutnya. Penonton bullying memiliki kecenderungan untuk di-bully oleh orang-orang di lingkungannya yang tidak menyukai sifat suka mengintimidasi yang dimiliki penonton bullying.

C. Program Sekolah dalam Mengatasi Bullying

1. Latar Belakang Program

Adanya beberapa kasus bullying dalam media masa dewasa ini membuat sekolah merasa bertanggung jawab untuk segera menjauhkan peserta didik dari ancaman tindakan bullying. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hardika (2009), SMA Kolese De Britto merupakan salah satu sekolah yang terdapat tindakan bullying. Di samping itu, sekolah tersebut merupakan sekolah homogen laki-laki, sehingga memiliki potensi tinggi terjadinya perilaku bullying di dalamnya.

Suatu program dilakukan oleh sekolah sebagai intervensi terhadap tindakan bullying. Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab


(43)

sebelumnya bahwa masih banyak kasus tindakan bullying terutama di lingkungan sekolah. Bukan tanpa alasan, pihak sekolah SMA Kolese De Britto memberi perhatian lebih terhadap perkembangan pribadi peserta didiknya, terutama dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan global. Para siswa menjadi pribadi – pribadi yang mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat (dalam Student Handbook JB, 2013). Dalam hal ini, sekolah menitikberatkan perhatian kepada isu bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.

Program tersebut disusun oleh tim Guru Bimbingan Konseling sekolah. Tujuan umum dari program ini tentunya untuk mengurangi kecenderungan bullying siswa di sekolah, terutama di lingkungan kelas. Tujuan khususnya adalah memberikan pemahaman tentang perilaku bullying kepada siswa, meliputi bentuk-bentuk tindakan bullying serta dampak-dampak yang akan terjadi akibat tindakan bullying. Dengan memahami hal tersebut, para siswa diharapkan untuk tidak melakukan bullying (bagi yang belum pernah melakukan) ataupun mengurangi bahkan menghilangkan perilakunya (bagi yang sudah pernah melakukan).

2. Pelaksanaan dan Peran Program dalam Mengurangi Perilaku

Bullying

Program anti bullying ini menggunakan metode pendekatan kelas karena dilakukan dalam lingkup kelas. Pendekatan model ini


(44)

menyerupai salah satu program yang dikemukakan oleh Gini (2004) dengan pendekatan kelas (Class-group level approach). Program yang juga bertujuan untuk mengatasi bullying tersebut menekankan aktivitas-aktivitas kelompok di kelas. Beberapa aktivitas tersebut diantaranya: Problem solving, stories, role-play, discussion, game, dan lecture. Akan tetapi, program yang dilakukan oleh sekolah hanya mengadopsi beberapa metode yang dilakukan, yaitu stories & problem solving (yang disebut sebagai case study), role play (yang disebut sebagai dramatic presentation), dan discussion. Program yang dilakukan sekolah tidak menggunakan aktivitas game dan lecture (ceramah).

a. Case Study (Studi kasus tindakan bullying)

Metode ini merupakan metode awal dari program. Para siswa dalam satu kelas diarahkan untuk membentuk kelompok kecil kemudian masing-masing kelompok disuguhi satu ilustrasi peristiwa bullying dalam bentuk tulisan. Peristiwa tersebut disesuaikan dengan keadaan nyata yang besar kemungkinan untuk terjadi di lingkungan sekolah. Tugas mereka adalah memahami apa yang terjadi dalam peristiwa tersebut dan mengutarakan pendapat masing – masing dalam kelompok. Tujuan dari metode ini adalah mengarahkan pola pikir siswa pada peristiwa – peristiwa yang terjadi di sekolah.


(45)

Peran dari metode ini adalah mengajak siswa untuk mengenali serta mempelajari situasi yang mungkin belum pernah mereka temui sebelumnya. Dengan mempelajari secara lebih mendalam, siswa juga dapat mengerti peran-peran yang ada dalam contoh kasus, meliputi pelaku, korban, serta penonton bullying.

Cara yang digunakan dalam metode ini adalah peserta diarahkan untuk melakukan sedikit brainstorming dengan anggota kelompok. Brainstorming yang dimaksud adalah pencarian strategi untuk memecahkan masalah yang ada (Isaksen & Gaulin, 2005; Maer, 1992; Osborn, 1963; Schunk, 2012). Seseorang akan semakin berhasil dalam brainstorming apabila ia telah mengenal dan mempelajari masalah secara lebih mendalam, karena solusi-solusi akan lebih banyak muncul karena pengalaman (Schunk, 2012).

b. Dramatic Presentation (Berperan dalam situasi bullying terjadi)

Setelah metode studi kasus selesai, langkah selanjutnya adalah penggunaan metode Dramatic Presentation. Setiap kelompok diberi tugas untuk memperagakan peristiwa yang terjadi dalam ilustrasi tersebut. Kelompok mendapatkan kebebasan untuk sedikit memodifikasi cerita (misal:


(46)

menyesuaikan anggota kelompok, dan sebagainya), akan tetapi tidak menghilangkan esensi yang penting dalam cerita tersebut. Setiap kelompok bergantian untuk menjadi peraga dan menjadi penonton. Tujuan dari metode ini adalah mengajak siswa untuk berperan langsung sebagai individu atau kelompok dalam situasi terjadinya bullying. Bagi penonton adegan, metode ini memberikan gambaran secara langsung tentang proses terjadinya bullying. Dengan demikian, pengetahuan siswa mengenai bullying semakin luas.

Bagian ini merupakan bagian terpenting dari program, karena secara langsung merupakan penerapan dari Teori Kognitif Sosial, di mana sesorang dapat belajar dari pengamatannya terhadap lingkungan. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah membuat penonton melihat secara langsung peristiwa yang terjadi, membangkitkan emosi, sehingga timbul perasaan empati terhadap peran yang dimodelkan (Rae, 2009). Fieldman & Jones (2000) menyatakan bahwa dengan Dramatic Presentation, peserta juga dapat menggali refleksi pribadi berkaitan dengan peristiwa yang diperankan. Dramatic Presentation juga disebut sebagai role-playing activities. Menurut Sharp & Smith (1994), role-playing activities berguna pula bagi peserta (siswa) karena memunculkan berbagai perspektif dari suatu masalah yang diamati. Selain


(47)

melihat peristiwa secara langsung, peserta juga dapat mempelajari tentang bagaimana menghadapi situasi serupa.

c. Discussion (Diskusi mengenai kegiatan yang telah dilakukan) Metode ini merupakan langkah ke tiga dari program. Setelah metode Dramatic Presentation selesai, para siswa diajak untuk berdiskusi mengenai kegiatan yang telah dilakukan. Mulai dari tahap studi kasus, hingga presentasi drama. Metode ini dilakukan secara santai antara guru dan para siswa. Awalnya guru mempersilahkan siswa untuk menyampaikan perasaannya terkait kegiatan yang telah dilakukan, khususnya terhadap situasi terjadinya bullying. Setelah dirasa cukup, guru memberikan penjelasan secara menyeluruh tentang apa sebenarnya kegiatan tersebut. Selain itu, guru juga memberikan penjelasan – penjelasan tambahan tentang pengetahuan terhadap bullying, meliputi hukuman – hukuman yang akan diterima sebagai pelaku, potensi – potensi lain apabila bullying tetap dipertahankan, dan lain sebagainya. Tujuan dari metode ini adalah memberikan kesimpulan dari kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan, serta memberikan arahan yang tepat terhadap pemahaman siswa mengenai bullying.


(48)

Pentingnya diskusi adalah mengajak murid untuk merefleksikan dan berbagi tanggapan tentang kegiatan yang telah dilakukan (case study & dramatic presentation). Hal ini penting karena peserta tidak hanya disajikan satu peristiwa dalam kelompok, akan tetapi mereka juga akan mengetahui berbagai peristiwa dari kelompok yang berbeda. Di samping itu, diskusi juga dilakukan untuk bersama-sama mencari alternatif langkah dalam merespon peristiwa serupa, sehingga menghasilkan keadaan yang lebih positif (Rae, 2009). Fieldman & Jones (2000) menambahkan bahwa diskusi yang dilakukan dapat menambah kemampuan pemecahan masalah, mengembangkan atau menumbuhkan perasaan empati dan menambah pengalaman bagi peserta.

D. Belajar sebagai Proses Perubahan Perilaku 1. Belajar

a. Definisi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata belajar memiliki arti usaha yang dilakukan untuk memperoleh ilmu atau kepandaian (Tim Penyusun KBBI, 2011). Beberapa ahli juga menyampaiakan pendapat mereka tentang definisi dari belajar. Dahar, (2011) mengatakan bahwa belajar merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan, yang di dalam prosesnya terdapat


(49)

hubungan antara respon – respon dan stimulus - stimulus. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah, (2011) bahwa belajar merupakan usaha sadar dari individu secara jiwa maupun raga untuk memperoleh suatu kesan dari apa yang dilakukan sebagai interaksi dengan lingkungannya. Di samping itu, belajar juga merupakan interaksi atau pengalaman dengan lingkungan yang menyebabkan adanya perubahan pengetahuan maupun perilaku secara permanen (Woolfolk, 2013). Woolfolk menambahkan bahwa belajar tidak hanya dilakukan di sekolah, melainkan dapat dilakukan di manapun sepanjang rentang kehidupan.

Perubahan pengetahuan dan perilaku pada individu dapat diukur berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Hasil dari belajar dapat diukur berdasarkan perubahan dalam perilaku (Hergenhahn & Olson, 2008). Hasil dari belajar tersebut dapat dilihat atau diterjemahkan dalam perilaku atau tindakan yang dapat diamati (Woolfolk, 2013). Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat kualitatif, atau perubahan yang berkaitan dengan mutu (Djamarah, 2011). Pendapat tersebut memberikan kesimpulan bahwa perubahan yang terjadi secara fisik akibat kecelakaan, obat-obatan, dsb bukanlah hasil dari belajar. Begitu pula dengan berubahnya keadaan fisik individu karena kelelahan bukanlah suatu perubahan akibat belajar.


(50)

Hasil dari belajar tidak semuanya dapat diukur hanya dengan pengamatan dari perilaku semata. Perlu diingat bahwa belajar bukan hanya mengubah perilaku, akan tetapi juga dapat mengubah pengetahuan (ranah kognitif). Hasil dari belajar juga dapat merupakan perubahan cara berpikir, kemampuan mengingat, dan pemecahan masalah (Schwartz, Wasserman, & Robbins, 2002; dalam Woolfolk, 2013). Hal ini memberikan penjelasan bahwa pengamatan terhadap perilaku individu, bukanlah satu-satunya cara dalam mengukur hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar merupakan usaha dari individu dalam interaksinya dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan–perubahan pengetahuan maupun perilaku karena adanya kesan–kesan baru. Hasil dari belajar dapat diukur, salah satunya dengan mengamati perilaku yang muncul pada individu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Proses belajar tidak semata-mata berlangsung dengan lancar. Beberapa faktor dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor-faktor tersebut digolongkan menjadi dua, antara lain faktor yang muncul dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal).


(51)

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi proses belajar dan berasal dari diri sendiri. Faktor internal dibagi menjadi dua, faktor jasmaniah dan faktor psikologis. Faktor jasmaniah seperti kesehatan dan cacat tubuh akan menjadi pengaruh dalam proses penerimaan stumulus, begitu pula dalam meresponnya. Salah satu contohnya adalah kesehatan tubuh yang lemah akan mempengaruhi kualitas kognitif (ranah cipta), sehingga hal-hal yang dipelajari tidak akan maksimal (Syah, 2003).

Selain itu, faktor psikologis, meliputi motivasi, inteligensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, dan kelelahan. Dalam segi motivasi, misalnya. Motivasi merupakan suatu perubahan energi yang terjadi pada diri seseorang yang bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2012). Dalam hal ini, Hamalik (1992) menambahkan bahwa perubahan energi tersebut tampak pada tindakan seseorang yang berupaya sekuat tenaga untuk mencapai apa yang dia inginkan. Dengan demikian, motivasi merupakan salah satu faktor yang akan memberikan pengaruh terhadap berhasil atau tidaknya proses belajar.


(52)

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersal dari luar diri. Faktor-faktor tersebut dibagi dalam tiga bagian, yaitu faktor keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat (Slameto, 2010).

Beberapa contoh faktor keluarga adalah gaya pengasuhan dari orang tua dan relasi dengan anggota keluarga. Para ahli mengatakan bahwa keluarga merupakan tempat pertama dalam proses sosialisasi (termasuk belajar) dari suatu individu. Seorang anak merapkan apa yang ia dapat dari keluarga ke dalam lingkungan sosial yang lebih luas, termasuk dalam proses belajar. Selain itu, relasi dengan anggota keluarga akan memberikan dukungan maupun hambatan kepada individu.

Selanjutnya adalah faktor sekolah. Faktor ini dapat disebut juga sebagai lingkungan tempat belajar (karena belajar tidak selalu di sekolah). Dalam lingkungan tersebut, juga terdapat hal-hal yang harus diperhatikan agar mendukung dan bukan menjadi hambatan dalam proses belajar. Hal-hal yang dimaksud antara lain: kondisi fisik lingkungan, cara mengajar, relasi pengajar dan pelajar, fasilitas/alat pelajaran, dan lain sebagainya.


(53)

Faktor eksternal yang terakhir adalah faktor lingkungan masyarakat atau dapat disebut juga lingkungan di mana pelajar tinggal. Sebagai contoh adalah teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2010). Interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan lingkungan akan memberikan berbagai pengaruh tertentu. Hal ini tentu akan memberikan pengaruh pula terhadap proses belajar yang sedang dijalani.

2. Perubahan Perilaku

Pada hakikatnya, belajar merupakan suatu perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pada unsur kejiwaan yang mempengaruhi perilaku. Individu yang perilakunya berubah akibat adanya kesan atau pengalaman baru karena interaksinya dengan lingkungan merupakan individu yang sudah belajar (Djamarah, 2011). Dalam hal ini, hasil pembelajaran yang dicapai dapat disesuaikan dengan perubahan yang dikehendaki, antara lain:

a. Perubahan Terjadi Secara Sadar

Perubahan ini berarti bahwa individu merasakan adanya perubahan setelah melakukan pembelajaran. Misalnya, seseorang merasa pengetahuannya bertambah setelah setelah mengikuti kursus.


(54)

b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Perubahan ini merupakan perubahan dari hasil belajar yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan lainnya. Sebagai contoh, seseorang yang belajar bicara. Setelah pandai, ia akan belajar untuk bercerita bahkan berpidato.

c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif

Perubahan ini merupakan perubahan yang diusahakan untuk memperoleh sesuatu yang baik dari sebelumnya. Dengan demikian, semakin banyak usaha untuk belajar, maka semakin meningkatlah perubahan yang diharapkan.

d. Perubahan dalam Belajar Bertujuan dan Terarah

Hal ini berarti bahwa dalam melakukan usaha belajar, seseorang sudah menghendaki perubahan yang terjadi ke depannya. Perubahan tersebut sudah terarah dan disadari oleh individu yang melakukan proses belajar.

e. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan ini merupakan perubahan yang meliputi seluruh aspek individu. Artinya, dalam belajar sesuatu, maka seseorang tidak hanya mengalami perubahan ada satu hal, akan tetapi hal-hal lain yang berkaitan dengan apa yang dipelajari. Misalnya, seseorang yang belajar mengendarai motor. Dengan mempelajari hal itu, maka ia juga dapat


(55)

mengerti tentang cara kerja motor, peraturan lalu lintas, cara merawat motor, dan lain sebagainya.

Dalam perubahan perilaku, penting untuk mempertimbangkan teori-teori yang digunakan di dalamnya. Teori merupakan serangkaian prinsip yang secara ilmiah dapat diterima dan ditawarkan untuk menjelaskan suatu fenomena (Schunk, 2012). Dalam program ini, teori yang digunakan adalah Teori Kognitif Sosial Bandura. Menurut Schunk, teori ini beranggapan bahwa pembelajaran manusia terjadi dalam lingkungan social. Schunk juga menambahkan bahwa teori ini memberikan kesimpulan bahwa seseorang dapat belajar hal-hal baru dari pengamatannya terhadap orang lain. Dengan menjadi pengamat, seseorang dapat memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, strategi-strategi, keterampilan, sikap, dan lain-lain. Dalam proses tersebut, seseorang nantinya dapat mempelajari perilaku-perilaku yang dimodelkan, untuk kemudian diterapkan sesuai dengan keyakinan dan hasil yang diharapkan dari peristiwa serupa.

E. Efektivitas Program Anti Bullying dalam Mengurangi Perilaku Bullying

di SMA Kolese De Britto Yogyakarta

Perilaku bullying merupakan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya pada remaja. Dampak dari bullying itu sendiri terbukti telah merugikan berbagai macam pihak. Dalam hal ini, remaja memiliki peran


(56)

sebagai pelaku, korban, maupun penonton bullying. Remaja cenderung mendapat pengaruh yang lebih besar dari teman sebaya dalam berperilaku.

Terdapat penelitian yang memberikan bukti bahwa remaja laki-laki memiliki potensi yang tinggi untuk terlibat dalam praktik bullying daripada remaja perempuan. Di samping itu, sekolah merupakan tempat di mana praktik bullying dilakukan. Di sekolah, remaja mengalami proses sosialisasi terutama dengan teman sebaya. Mereka seakan memiliki area di mana mereka dapat berekspresi sesuai dengan keinginannya. Terlebih pada remaja di sekolah homogen. Di sekolah homogen, para siswa lebih mendapatkan kebebasan untuk bertingkah laku tanpa mempedulikan adanya lawan jenis. Dengan demikian, perilaku remaja berpotensi mengarah pada kekerasan yang dikenal dengan nama bullying.

Menyikapi hal ini, sekolah-sekolah khususnya sekolah homogen laki-laki dirasa perlu untuk memperhatikan perilaku para siswa agar tidak terjerumus dalam praktik bullying. Suatu program diperlukan dengan tujuan mencegah maupun menanggulangi adanya perilaku bullying di sekolah. Program tersebut diperlukan agar lingkungan sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa berkembang akan tetap berada pada jalurnya, bukan justru menciptakan keadaan yang menjerumuskan para siswa dengan adanya perilaku bullying.

SMA Kolese De Britto merupakan sekolah homogen laki-laki yang memiliki potensi menjadi tempat praktik bullying di sekolah. Berkaitan dengan bullying, sekolah tersebut sudah memiliki pogram untuk mengatasi


(57)

bullying. Program Anti Bullying yang dimiliki sekolah bertujuan untuk merubah perilaku siswa secara positif dan aktif serta mencakup seluruh aspek tingkah laku. Akan tetapi, perlu dilakukan pengukuran terhadap program tersebut mengenai keberhasilan dan kesesuaian dengan tujuan dari program itu sendiri. Penelitian ini dilakukan agar pihak sekolah mengetahui apakah program yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan, atau justru sebaliknya.

Program yang dilakukan meliputi beberapa langkah-langkah tertentu. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan hingga pada akhirnya dapat mengurangi kecenderungan bullying pada siswa. Program ini juga menggunakan beberapa metode yaitu: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c) Discussion. Bukan tanpa alasan, penggunaan metode ini memiliki peran masing-masing dan saling mendukung dalam penyampaian materi dari guru kepada para siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan perilaku antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perilaku bullying kelompok yang diberikan program (kelompok eksperimen) akan berkurang secara signifikan dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberikan program (kelompok kontrol).


(58)

(59)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan kuasi eksperimen yang digunakan untuk melihat tingkat efektivitas Program Anti Bullying dengan metode case study, dramatic presentation, dan discussion terhadap perilaku bullying yang terjadi. Jenis penelitian kuasi eksperimen ini memiliki karakteristik sebagai berikut (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2005):

1. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan atau mengkondisikan situasi/kejadian yang berbeda (manipulasi) kepada subjek penelitian. Bentuk perlakuan dalam penelitian ini adalah Program Anti Bullying kepada kelompok eksperimen dalam waktu tertentu.

2. Dilakukannya kontrol terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi variabel yang akan diukur. Kontrol yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan pada variabel-variabel di luar program yang dapat mempengaruhi perilaku bullying.

3. Tidak dilakukannya randomisasi dalam meneliti hubungan sebab-akibat. Hal ini tampak dari pemilihan subjek dengan metode purposive sampling. Pemilihan subjek ini disesuaikan dengan orang-orang yang dianggap memiliki kecenderungan tinggi untuk berperan dalam peristiwa bullying di lingkungan sekolah.


(60)

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Subjek yang digunakan adalah siswa dari kelas XI IPS-2 yang berjumlah 33 orang dan siswa dari kelas XI IPS-3 yang juga berjumlah 33 orang. Sehingga total subjek penelitian ini adalah 66 orang.

Penelitian ini membagi subjek dalam kelompok kelas yang diberi perlakuan dan kelompok kelas yang tidak diberi perlakuan. Dalam penelitian ini, kelompok kelas yang diberi perlakuan (kelompok eksperimen) adalah kelas XI IPS-3 dan kelompok kelas yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol) adalah kelas XI IPS-2.

Pemilihan subjek ini sesuai dengan rekomendasi guru bahwa kelas-kelas tersebut merupakan tempat yang sering terdapat perilaku bullying.

C. Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas, variabel tergantung, dan variabel kontrol. Variabel bebas merupakan aspek lingkungan yang diteliti secara empiris dengan tujuan untuk mengetahui apakah memiliki pengaruh terhadap suatu perilaku (Purwanto, 2008). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program anti bullying.

Sedangkan variabel yang kedua adalah variabel tergantung. Menurut Purwanto, variabel tergantung merupakan respon yang diukur atau diteliti dalam sebuah penelitian. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kecenderungan bullying.


(61)

Variabel yang terakhir adalah variabel kontrol. Variabel kontrol adalah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi variabel tergantung. Hal ini sesuai dengan prinsip penelitian eksperimen bahwa peneliti harus meminimalisir variabel-variabel selain variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel tergantung (Seniati dkk. 2005). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan program studi.

D. Definisi Operasional 1. Variabel Bebas

Program anti bullying merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak sekolah sebagai usaha untuk mengurangi perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. Program yang dilakukan menggunakan tiga metode yaitu: a) Case Study, b) Dramatic Presentation, dan c) Discussion. Metode-metode tersebut juga merupakan langkah dari awal hingga akhir dan masing-masing langkah berhubungan dalam pelaksanaan program.

2. Variabel Tergantung

Penelitian ini mengukur perilaku bullying. Data yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian sesuai dengan karakter yang berperan dalam proses bullying. Skala disusun untuk mengetahui perilaku bullying berdasarkan munculnya perilaku yang terjadi serta dampak-dampak


(62)

maupun sifat-sifat yang dimiliki oleh subjek sebagai pelaku, korban, dan penonton bullying.

3. Variabel Kontrol/Variabel Ekstra

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk mengendalikan variabel-variabel yang dianggap dapat mempengaruhi perilaku bullying sebagai variabel tergantung pada pelaksanaan perlakuan. Variabel-variabel itu diantaranya:

a. Usia

Penelitian ini dilakukan terhadap subjek yang sedang dalam masa remaja. Pemilihan subjek tersebut tentunya tidak dilakukan secara random karena disesuaikan dengan para siswa yang memiliki usia setara. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh hanya berdasarkan sample dengan batasan usia tertentu, dan tidak berlaku pada usia di luar batasan tersebut. Selain itu, masing-masing siswa yang sedang berada dalam masa yang sama (remaja) akan cenderung memberikan respon yang sama pula terhadap kecenderungan bullying sebagai variabel tergantung dalam penelitian.

b. Tingkat Pendidikan

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas XI. Hal ini dilakukan karena siswa kelas X, XI, dan XII


(63)

memiliki kecenderungan berbeda dalam melakukan tindakan bullying, dan siswa kelas XI memiliki kecenderungan yang paling tinggi. Siswa kelas X cenderung masih memiliki ketakutan-ketakutan karena mereka adalah warga baru di lingkungan sekolah. Siswa kelas XI cenderung mulai memiliki keberanian untuk berperilaku dibandingkan pada waktu kelas X. Sedangkan para siswa kelas XII cenderung membatasi hubungan mereka dengan siswa kelas X dan XII karena memiliki perhatian khusus terhadap ujian akhir (Phytria, 2008). Dengan demikian, subjek dari penelitian ini akan memberikan respon kecenderungan bullying yang sama pula.

c. Program Studi

Pada bagian ini, yang dimaksud dengan program studi adalah fokus pelajaran yang dipilih oleh siswa. Di SMA Kolese De Britto, siswa diwajibkan untuk memilih program studi ketika naik kelas XI. Program studi yang ditawarkan adalah IPA, IPS, dan Bahasa. Pelajaran serta guru-guru yang mengajar pun tidak sama antar program studi. Hal ini membuat perbedaan aktivitas siswa pada masing-masing program studi, terlebih pada bagaimana potensi terjadinya perilaku bullying. Subjek dalam penelitian ini hanya menggunakan siswa kelas XI program


(64)

studi IPS agar setiap siswa (subjek) memberikan respon kecenderungan bullying yang sama.

E. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-randomized pretest-posttest control group design. Desain ini dilakukan dengan pengukuran sebagai pre-test (O1) sebelum perlakuan (X) diberikan dan post-test (O2) sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen. Pengukuran yang sama dilakukan juga terhadap kelompok kontrol atau kelompok yang tidak diberikan perlakuan (-X).

Skema Desain Penelitian

Pre-test Perlakuan Post-test

Kelompok Eksperimen O1 X O2

dibandingkan

Kelompok Kontrol O1 -X O2

F. Prosedur Penelitian

1. Peneliti membuat skala kecenderungan perilaku bullying dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan atau sumatted rating / Likert.

2. Peneliti melakukan Pre-test dengan memberikan skala pengukuran kecenderungan perilaku bullying kepada subjek penelitian. Pre-test merupakan pengumpulan data mengenai tingkat kecenderungan perilaku bullying sebelum diberikannya perlakuan (Program Anti Bullying).


(65)

Pre-test yang dilakukan sekaligus digunakan untuk uji coba aitem, agar aitem yang digunakan merupakan aitem yang sahih dan menghasilkan data yang reliabel. Selain itu, data hasil pre-test juga digunakan untuk mengidentifikasi homogenitas dari kelompok subjek penelitian. Homogenitas yang dimaksud adalah kesamaan varian subjek antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian, data pre-test yang digunakan adalah total skor dari aitem yang sudah diuji kesahihan dan reliabilitasnya.

3. Peneliti menentukan kelompok kelas yang akan diberikan perlakuan (program) dan kelompok kelas yang tidak diberikan perlakuan.

4. Peneliti memberikan waktu kepada pihak sekolah untuk melaksanakan Program Anti Bullying terhadap kelas yang sudah ditentukan. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan program tersebut adalah tiga kali pertemuan dengan jarak tiap pertemuan adalah satu minggu. Durasi yang dibutuhkan setiap pertemuan adalah 45 menit.

5. Peneliti memberikan post-test kepada kedua kelas. Post-test merupakan pengumpulan data kecenderungan perilaku bullying setelah dilakukannya perlakuan.

6. Peneliti melakukan uji hipotesis dengan menganalisa data yang telah terkumpul dari kedua kelompok kelas dengan membandingkan data kelompok kelas yang diberi perlakuan dan kelompok kelas yang tidak diberi perlakuan.


(66)

G. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan skala psikologis untuk mengukur kecenderungan perilaku bullying yang dibuat berdasarkan metode skala Likert (Azwar, 2004). Pernyataan dalam skala tersebut disusun oleh peneliti berdasarkan jenis-jenis perilaku bullying menurut Riauskina dkk. (2005), yaitu Kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, perilaku non verbal langsung, perilaku non verbal tidak langsung dan pelecehan seksual.

Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Yayasan Sejiwa (2008), bullying merupakan situasi dimana terdapat tiga karakter yang berperan, yaitu pelaku bullying, korban bullying, dan penonton bullying. Dengan demikan, data yang dikumpulkan juga berupa data yang mengenai pelaku, korban, dan penonton bullying.

Cara mengidentifikasi tiap karakter yang berperan dalam peristiwa bullying adalah dengan membedakan sudut pandang subjek terhadap pernyataan-pernyataan dalam skala. Selain itu juga ditambahkan sampel kecenderungan sifat dari masing-masing karakter tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Coloroso (2007).


(67)

Tabel 1:

Spesifikasi Skala Kecenderungan Bullying

Aspek Komponen Nomor Aitem Jumlah Total

Sk al a ke ce nd erungan Pel aku B u ll yi n g Melakukan tindakan agresif secara:

Fisik Langsung 62, 26, 43, 71 4

31 Verbal langsung 1, 22, 77, 94 4

Non Verbal Langsung 33, 56, 4, 91 4 Non Verbal Tidak Langsung 7, 83, 35, 96 4 Pelecehan Seksual 48, 37, 89 3

Memiliki kecenderungan

sifat

Haus perhatian 65, 59, 74, 13 4 Kurang memiliki empati

terhadap korban dan tidak menunjukkan penyesalan

40, 45, 80, 16 4

Suka mendominasi orang lain

86, 68, 53, 19 4

Sk al a ke ce nd erungan K orban B u ll y in g Dikenai tindakan agresif secara:

Fisik Langsung 46, 27, 93, 75 4

35 Verbal langsung 9, 88, 82, 32 4

Non Verbal Langsung 58, 69, 39, 63 4 Non Verbal Tidak Langsung 5, 30, 90, 20 4 Pelecehan Seksual 97, 85, 15 3

Memiliki kecenderungan

sifat

Anak penurut 52, 54, 11, 36 4 Tidak mau berkelahi,

menyelesaikan masalah tanpa kekerasan

28, 61, 2, 72 4

Mengalami gangguan fisik 42, 79, 8, 66 4 Mengalami gangguan

mental/psikis

31, 50, 18, 24 4

Sk al a K ec enderung an Penon ton B u ll yi n g Mengetahui adanya tindakan agresif secara:

Fisik Langsung 29, 44, 55, 92 4

31 Verbal langsung 67, 84, 12, 49 4

Non Verbal Langsung 76, 95, 17, 70 4 Non Verbal Tidak Langsung 87, 6, 23, 41 4 Pelecehan Seksual 60, 78, 47 3 Memiliki

kecenderungan sifat

Hanya berdiam diri 21, 57, 73, 10 4 Memberikan penguatan

kepada pelaku

25, 51, 64, 81 4 Sulit mengembangkan

perasaan empati

3, 34, 38, 14 4

TOTAL 97

Skala kecenderungan perilaku bullying ini berisikan aitem berupa pernyataan-pernyataan yang menggambarkan jenis-jenis perilaku bullying. Seluruh pernyataan yang dibuat merupakan pernyataan favorable dan tidak menggunakan pernyataan unfavorable. Pada setiap pernyataan, terdapat empat alternatif pilihan jawaban yaitu Selalu (S), Hampir Selalu (HS),


(68)

Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP). Pemberian skor dibedakan berdasarkan derajat favorable pada tiap pernyataan.

Pemberian Skor Favorable : S HS J TP

4 3 2 1

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi pula frekuensi perilaku agresi dan kecenderungan sifat-sifat yang muncul. Hal ini sesuai dengan salah satu unsur yang terlibat dalam perilaku bullying yaitu tindakan agresi yang dilakukan berulang-ulang (Coloroso, 2007). Di samping itu, unsur-unsur lain seperti ketidakseimbangan kekuatan dan kesengajaan juga ditekankan pada pernyataan-pernyataan yang disajikan kepada subjek. Penekanan ini dilakukan agar data yang didapat benar-benar menunjukkan adanya perilaku bullying, dan bukan hanya perilaku agresi semata (karena tidak berulang-ulang).

H. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Validitas

Validitas merupakan tingkat kemampuan instrument penelitian untuk dapat mengungkapkan data sesuai dengan apa yang hendak diukur atau diuji. Dilakukannya pengujian validitas tentunya untuk mengetahui apakah butir-butir dalam daftar pernyataan layak untuk mendefinisikan suatu variabel. Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi dengan pengujian isi instrument


(69)

menggunakan analisis rasional atau professional judgement. Dalam pengujian ini, jelas bahwa aitem-aitem yang dibuat harus mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2004).

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas merupakan tingkat kepercayaan, kebenaran, keajegan, konsistensi, atau sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2004). Manfaat dari pengujian reliabilitas adalah mengetahui seberapa jauh instrument penelitian dapat memberikan hasil yang benar dan konsisten. Penelitian ini menggunakan estimasi reliabilitas konsistensi internal Alpha-Cronbach, melalui pendekatan reliabilitas konsistensi internal. Azwar menambahkan bahwa Koefisien Alpha merupakan estimasi yang baik terhadap reliabilitas pada berbagai situasi pengukuran. Dengan nilai koefisien alpha > 0,675, maka reliabilitas skala sudah dianggap memuaskan (Purwanto, 2008).

3. Uji Daya Beda/Daya Deskriminasi Aitem

Daya beda aitem merupakan kemampuan aitem untuk membedakan subjek yang memiliki atribut yang diukur dan yang tidak. Pengujian daya beda aitem bertujuan untuk membedakan mana aitem yang memiliki daya beda tinggi dan yang rendah. Skala dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kecenderungan bullying. Oleh sebab itu, aitem yang


(70)

memiliki daya beda tinggi adalah aitem yang mampu membedakan mana subjek yang menunjukkan kecenderungan bullying dan mana yang tidak.

Dalam penelitian ini, analisis aitem dilakukan menggunakan SPSS for windows versi 17.00. Seleksi aitem menggunakan koefisien korelasi aitem total yang nantinya akan menghasilkan daya beda aitem. Acuan yang digunakan dalam uji daya beda aitem adalah koefisien Alpha Cronbach (Uyanto, 2006). Apabila nilai Alpha Cronbach pada kolom

“Cronbach’s Alpha if item Deleted” lebih besar daripada nilai Alpha Cronbach, maka aitem dianggap kurang baik dan harus dihilangkan.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis dengan analisis statistic independent sample/uncorrelated data t-test untuk gain score dengan bantuan SPSS for windows versi 17.00. Hal ini digunakan untuk melihat pengaruh pemberian Program Anti Bullying terhadap kecenderungan perilaku bullying pada subjek penelitian. Apabila uji hipotesis penelitian menunjukkan hasil yang signifikan, maka hipotesis penelitian diterima.

Data penelitian berupa gain score yang merupakan skor hasil post-test dikurangkan dengan data hasil pre-test pada masing-masing kelompok kelas. Skor yang diperoleh menunjukkan peningkatan atau penurunan kecenderungan bullying sebagai variabel tergantung akibat adanya perlakuan.


(71)

Gain score yang negatif menunjukkan bahwa kecenderungan bullying menurun (pre-test > post-test), begitu pula sebaliknya.

Sebelum dilakukannya uji hipotesis, nilai gain score terlebih dahulu dianalisis dengan uji normalitas untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Menurut Sujarweni (2007), data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang berdistribusi normal.


(72)

51 BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian 1. Persiapan Perizinan

Dalam melakukan penelitian, peneliti meminta izin kepada kepala sekolah serta guru bimbingan konseling SMA Kolese De Britto bahwa akan melakukan penelitian mengenai efektivitas program penanganan bullying di sekolah. Peneliti menjelaskan secara detail tentang rencana dan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Selain memberikan surat izin secara formal, peneliti juga meyakinkan kepada pihak sekolah bahwa hasil dari penelitian ini nantinya akan berguna pula bagi kepentingan sekolah.

2. Persiapan Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan persiapan penelitian untuk mengukur tingkat kecenderungan perilaku bullying yang terjadi. Peneliti membuat skala kecenderungan bullying, yang dibagi dalam 3 hal: a) Pelaku bullying, b) Korban bullying, dan c) Penonton bullying. Pembuatan skala didasarkan pada kecenderungan melakukan tindakan, dikenai tindakan, menyaksikan tindakan, sifat individu, dan dampak-dampak yang dialami oleh seseorang yang berperan dalam proses terjadinya bullying.


(73)

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Kolese De Britto, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS-2 dan XI IPS-3. Pemilihan subjek ini berdasarkan kesamaan usia, tingkat pendidikan, dan program studi. Proses penelitian dilakukan pada tanggal 4 Januari 2014 dan 4 April 2014. Berikut ini adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian:

1. Pada tanggal 4 Januari 2014, peneliti memberikan skala kecenderungan bullying kepada siswa kelas XI IPS-2 dan XI IPS-3. Data yang diterima kemudian diukur tingkat reliabilitas dari alat ukur yang telah dibuat. Di samping itu, data juga digunakan untuk menyeleksi aitem-aitem yang baik dan yang kurang baik. Aitem-aitem yang kurang baik akan dihilangkan dan aitem-aitem yang baik akan dipertahankan dan dihitung sebagai data pre-test dalam penelitian. 2. Tahap berikutnya adalah menunggu terlaksananya Program Anti

Bullying yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling kepada salah satu kelas yaitu kelas XI IPS-3. Perlu diketahui bahwa peneliti juga memberikan sedikit arahan kepada guru sebagai pelaksana agar program yang dilakukan dapat berjalan sesuai dan tidak menyimpang dari metode yang telah disusun.

3. Setelah program terlaksana, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data post-test. Post-test dilakukan pada tanggal 4 April 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian skala yang


(1)

W K 2.04 1.61 2.15 1.95 1.42 1.22 1.46 1.37 -0.62 -0.39 -0.69 -0.57 X K 1.42 1.30 1.27 1.33 1.46 1.43 1.54 1.48 0.04 0.13 0.27 0.15 Y K 2.12 2.17 2.23 2.17 1.81 1.61 1.62 1.68 -0.31 -0.57 -0.62 -0.49 Z K 2.12 1.91 2.27 2.11 2.04 2.00 2.23 2.09 -0.08 0.09 -0.04 -0.01 AA K 1.85 1.87 2.12 1.95 1.85 1.70 2.15 1.91 0.00 -0.17 0.04 -0.04 AB K 2.46 2.17 2.38 2.35 2.15 2.22 2.00 2.12 -0.31 0.04 -0.38 -0.23 AC K 1.77 1.35 1.77 1.64 1.69 1.48 1.88 1.69 -0.08 0.13 0.12 0.05 AD K 1.96 1.70 2.31 2.00 2.04 1.87 2.00 1.97 0.08 0.17 -0.31 -0.03 AE K 1.77 1.65 1.92 1.79 1.50 1.57 1.77 1.61 -0.27 -0.09 -0.15 -0.17 AF K 1.69 1.52 1.54 1.59 1.88 1.65 1.85 1.80 0.19 0.13 0.31 0.21 AG K 1.92 1.48 1.69 1.71 2.12 1.65 1.88 1.89 0.19 0.17 0.19 0.19 AH K 2.12 1.78 2.15 2.03 1.96 2.00 2.19 2.05 -0.15 0.22 0.04 0.03

RATA2 1.99 1.84 2.16 2.00 1.96 1.88 2.05 1.97 -0.03 0.04 -0.11 -0.04 STDEV 0.36 0.38 0.40 0.35 0.33 0.41 0.36 0.33 0.41 0.52 0.49 0.45


(2)

107

LAMPIRAN E.


(3)

Hasil Uji Reliabilitas (dari

pre-test

)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 66 100.0

Excludeda 0 .0

Total 66 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.959 75

Item-Total Statistics Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

VAR00001 145.7424 654.163 .301 .959

VAR00002 144.9545 650.136 .366 .959

VAR00003 145.5303 653.638 .357 .959

VAR00004 145.5152 648.038 .414 .958

VAR00005 145.6970 656.245 .271 .959

VAR00006 145.8030 652.314 .320 .959

VAR00007 144.6364 651.127 .425 .958

VAR00008 145.2121 647.462 .357 .959

VAR00009 145.9848 643.184 .528 .958

VAR00010 145.7273 644.355 .523 .958

VAR00011 144.7424 653.117 .260 .959


(4)

VAR00013 145.3030 653.784 .333 .959

VAR00014 145.7273 648.940 .439 .958

VAR00015 145.6818 644.251 .542 .958

VAR00016 145.6515 646.446 .552 .958

VAR00017 145.1970 644.561 .583 .958

VAR00018 145.8788 649.924 .489 .958

VAR00019 145.3788 645.254 .400 .959

VAR00020 146.2273 651.132 .467 .958

VAR00021 145.8939 646.804 .521 .958

VAR00022 145.0909 645.438 .484 .958

VAR00023 146.0152 650.661 .447 .958

VAR00024 145.8636 655.166 .231 .959

VAR00025 146.2273 648.271 .495 .958

VAR00026 145.5303 653.884 .258 .959

VAR00027 145.3485 642.107 .626 .958

VAR00028 145.3182 647.820 .393 .959

VAR00029 145.3636 639.989 .581 .958

VAR00030 145.5606 640.681 .575 .958

VAR00031 145.2424 639.356 .663 .958

VAR00032 145.6515 639.492 .697 .958

VAR00033 145.3939 632.304 .616 .958

VAR00034 146.0909 645.438 .581 .958

VAR00035 145.9242 647.056 .530 .958

VAR00036 145.3333 644.287 .452 .958

VAR00037 144.9697 646.368 .399 .959

VAR00038 145.8182 648.520 .414 .958

VAR00039 145.0909 650.084 .357 .959

VAR00040 145.1970 637.668 .697 .958

VAR00041 146.0303 644.614 .520 .958

VAR00042 145.5758 649.171 .384 .959

VAR00043 145.8333 646.849 .459 .958

VAR00044 145.3182 647.697 .408 .958


(5)

VAR00046 145.7424 649.056 .468 .958

VAR00047 145.5000 650.685 .386 .959

VAR00048 145.5455 641.298 .489 .958

VAR00049 145.1667 645.741 .401 .959

VAR00050 145.3939 642.704 .588 .958

VAR00051 146.0758 647.640 .531 .958

VAR00052 145.4545 649.483 .417 .958

VAR00053 145.7727 645.624 .491 .958

VAR00054 144.7727 650.424 .345 .959

VAR00055 145.6818 642.528 .613 .958

VAR00056 145.5000 643.546 .607 .958

VAR00057 145.0758 645.517 .497 .958

VAR00058 145.7727 632.178 .742 .957

VAR00059 145.8030 646.930 .462 .958

VAR00060 145.4091 652.030 .324 .959

VAR00061 145.7576 646.433 .488 .958

VAR00062 145.3333 647.087 .555 .958

VAR00063 146.4242 658.956 .320 .959

VAR00064 144.9697 647.322 .445 .958

VAR00065 146.0606 643.412 .538 .958

VAR00066 144.6970 650.430 .296 .959

VAR00067 145.2273 644.732 .641 .958

VAR00068 145.6212 643.870 .605 .958

VAR00069 145.9848 642.507 .580 .958

VAR00070 146.1061 651.112 .462 .958

VAR00071 145.6515 649.492 .473 .958

VAR00072 145.4394 645.235 .608 .958

VAR00073 145.6061 643.135 .638 .958

VAR00074 145.6364 642.635 .571 .958


(6)

Hasil Uji Homogenitas (dari

pre-test

)

Test of Homogeneity of Variance Levene

Statistic df1 df2 Sig.

NILAI Based on Mean .272 1 64 .604

Based on Median .307 1 64 .581

Based on Median and with adjusted df

.307 1 62.759 .581