PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA DAN TINGKAT LIKUIDITAS TERHADAP RISIKO INVESTASI SAHAM PADA PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

 

 

Oleh :

Cellinia Tuter

0812010178/FE/EM

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

 

 

Oleh :

Cellinia Tuter

0812010178/FE/EM

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2012

 


(3)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan Skripsi ini.

Pada kesempatan yag berbahagia ini, penulis sangat berterima

kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan

sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih

khususnya penulis sampaikan kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2.

Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., selaku Ketua Progam Studi

Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa

Timur.

4.

Ibu Yuniningsih, SE, MSi., selaku Dosen Pembimbing yang dengan

kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang

sangat berguna sehingga terselesaikannya skripsi ini.


(4)

6.

Kedua orang tuaku yang telah memberikan doa, kasih sayang,

dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah

diberikan selama ini sehingga mampu menghantarkan penulis

menyelesaikan studinya.

7.

Keluarga, Sahabat-sahabatku serta semua pihak yang telah membantu,

memberikan doa, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan

didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar

harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Januari 2012

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI………... iii

DAFTAR TABEL ……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN...……… viii

ABSTRAKSI ………... ix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang………... ..

1

1.2.

Perumusan Masalah………... 11

1.3.

Tujuan Penelitian………... 12

1.4.

Manfaat Penelitian ………. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu………... 13

2.2. Landasan Teori………... 15

2.2.1. Pasar Modal………... 15

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal……… 15

2.2.1.2. Peranan Pasar Modal……… 16

2.2.1.3. Jenis Pasar Modal………... 18

2.2.2.

Investasi………... 21

2.2.2.1. Pengertian Investasi………... 21

2.2.2.2. Klasifikasi Investasi………... 21

2.2.2.3. Tujuan Investasi………... 22


(6)

2.2.3.2. Jenis-Jenis Saham………... 26

2.2.3.3. Keuntungan Pembelian Saham………. 27

2.2.4. Laporan Keuangan………... 29

2.2.4.1. Pengertian Laporan Keuangan………... 29

2.2.4.2. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan..……… 30

2.2.4.3. Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap

Laporan Keuangan ..…... 32

2.2.5. Rasio Likuiditas………... 34

2.2.5.1. Pengertian Likuiditas……… 34

2.2.5.2. Jenis-Jenis Rasio Likuiditas……... 35

2.2.6.

Suku

Bunga………. 37

2.2.6.1. Pengertian Suku Bunga.……… 37

2.2.6.2. Fungsi Suku Bunga………... 38

2.2.6.3. Macam-Macam Suku Bunga.………... 39

2.2.7.

Harga

Saham………... 41

2.2.8.

Risiko Dan Return

Saham………... 44

2.2.8.1. Risiko Saham……… 44

2.2.8.2. Return Saham………... 49

2.2.9.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Investasi

Saham……….. 51

2.2.9.1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap

Risiko Investasi Saham………... 51

2.2.9.2. Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap

Risiko Investasi Saham..………. 52

2.3.

Kerangka Konseptual….……… ………... 54

2.4.

Hipotesis.……… ………... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Definisi Operasional Dan Pengukuran

Variabel……… 55

3.2.

Teknik Penentuan Sampel..………

………... 57


(7)

………… 58

3.3.1. Jenis Data…..……….. 59

3.3.2. Sumber Data.……….. 59

3.3.3. Pengumpulan Data.……… 60

3.4.

Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis.…………

……….. 60

3.4.1. Teknik Analisis.………. 60

3.4.2. Pengujian Hipotesis.……….. 61

3.4.3. Uji Asumsi Klasik………. 62

3.4.3.1. Autokorelasi………... 62

3.4.3.2. Multikoliniearitas………... 64

3.4.3.3. Heteroskedastisitas………... 65

3.4.4. Uji Normalitas………... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian……….. 68

4.1.1. Sejarah Singkat BEI...……… 68

4.1.2. Gambaran Umum JII..……… 70

4.1.3. Gambaran Umum Perusahaan..………. 72

4.1.3.1. PT. Aneka Tambang Tbk..……….. 72

4.1.3.2. PT. Internasional Nickel Indonesia Tbk………….. 72

4.1.3.3. PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk……… 73

4.1.3.4. PT. Kalbe Farma Tbk.……… 73


(8)

4.2.1. Tingkat Suku Bunga SBI (X

1

) Yang Terdaftar

Di Bank Indonesia.………... 77

4.2.2. Tingkat Likuiditas (X

2

) Perusahaan JII Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia……… 79

4.2.3. Risiko Investasi Saham (Y) Perusahaan JII Yang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia..……….. 81

4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis……. 82

4.3.1. Uji Normalitas……… 82

4.3.2. Uji Asumsi Klasik………... 83

4.3.2.1. Pengujian Autokorelasi.……….. 83

4.3.2.2. Pengujian Multikoliniearitas..………. 84

4.3.2.3. Pengujian Heteroskedastisitas……... 85

4.3.3. Analisis Regresi Linier Berganda…………... 86

4.3.4. Koefisien Determinasi……….. 89

4.3.5. Pengujian Hipotesis……….. 89

4.4. Pembahasan……… ………. 91

4.4.1. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap

Risiko Investasi Saham Perusahaan JII Yang

Terdaftar di BEI………... 91

4.4.2. Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap

Risiko Investasi Saham Perusahaan JII Yang

Terdaftar di BEI ……….. 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……… 96

5.2. Saran……….. 96

DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Tingkat Suku Bunga SBI ( X

1

) yang terdaftar

Di Bank Indonesia………... 77

Tabel 4.2. Tingkat Likuiditas ( X

2

) Perusahaan JII yang terdaftar

Di Bursa Efek Indonesia.………... 79

Tabel 4.3. Risiko Investasi Saham ( Y ) Perusahaan JII yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia..………... 81

Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas………... 82


(10)

Tabel 4.9. Hasil R Square.………... 89

Tabel 4.10. Hasil Uji t Analisis Regresi………. 90

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Input Regresi Linier Berganda

Lampiran 2. Output Regresi Linier Berganda

Lampiran 3. Tabel t


(11)

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK

INDONESIA DAN TINGKAT LIKUIDITAS TERHADAP RISIKO

INVESTASI SAHAM PADA PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC

INDEX YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

Cellinia Tuter


(12)

Dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan

secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam

pengambilan keputusan investasi yang dilakukannya, yaitu berapa tingkat

pengembalian yang diharapkannya, berapa besar risiko yang harus

ditanggungnya dan berapa kelikuiditasan investasi tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat suku

bunga SBI dan tingkat likuiditas terhadap risiko investasi saham pada

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan

data sekunder yang diperoleh dari suku bunga SBI, harga saham, dan

laporan keuangan secara lengkap masing-masing perusahaan di Bursa

Efek Indonesia mulai periode 2006-2010. Metode pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Dari tujuh puluh perusahaan, hanya

diambil delapan perusahaan, karena memenuhi kriteria perusahaan yang

terdaftar pada Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia tahun

2006-2010 dan memiliki laporan keuangan secara lengkap tahun 2006-2006-2010.

Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa

variabel tingkat suku bunga SBI berpengaruh terhadap risiko investasi

saham, dan variabel tingkat likuiditas tidak berpengaruh terhadap risiko

investasi saham.

Kata kunci : Tingkat Suku Bunga SBI, Tingkat Likuiditas, dan Risiko

Investasi Saham.


(13)

1.1 Latar Belakang

   Investasi merupakan komitmen sejumlah dana saat ini dengan

harapan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2001:3). Banyak orang mengira berinvestasi itu membutuhkan uang yang banyak dan mahal serta memiliki risiko yang cukup tinggi, padahal sebenarnya apabila kita dapat memanfaatkan uang yang kita miliki dengan baik maka kita dapat berinvestasi untuk jangka waktu yang panjang. Seperti contoh yang sangat mudah kita lakukan yaitu berinvestasi dalam bentuk menabung di celengan atau di bank, membeli emas, membeli tanah, atau yang lainnya yang pada kemudian hari apabila kita membutuhkan uang karena keadaan mendesak, dapat kembali kita jual dengan harga yang mungkin lebih tinggi karena seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern maka segala sesuatu akan menjadi semakin mahal. Dengan cara tersebut akhirnya kita dapat memperoleh keuntungan di masa yang akan datang yang berguna untuk kehidupan kita pada akhirnya. Selain dengan itu, investasi sudah berkembang lebih pesat, yaitu dengan berinvestasi pada pasar modal. Investasi saham pada pasar modal membutuhkan beberapa informasi untuk membantu para investor dalam melakukan pengambilan keputusan. Pasar


(14)

modal memberikan jasanya yaitu dengan menjembatani hubungan antara pemilik dana dalam hal ini disebut sebagai pemodal (investor) dengan peminjam dana dalam hal ini disebut dengan nama emiten (perusahaan yang go public). Bagi emiten, pasar modal merupakan lahan untuk mendapatkan dana yang digunakan untuk modal investasi. Sementara bagi investor, pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan dana atau uangnya. Investasi tersebut dalam bentuk saham dimana investor dapat menjual kembali saham yang dibelinya sewaktu-waktu.

Menurut Sunariyah (2003:25), perdagangan saham sebenarnya merupakan perdagangan biasa sebagaimana jual-beli barang di pasar pada umumnya. Ada pembeli, penjual, tawar-menawar, penyerahan barang dan uang. Hanya saja bedanya bahwa di dalam perdagangan saham ini seseorang yang ingin membeli atau menjual saham di bursa efek tidak dapat secara langsung mengadakan transaksi jual-beli tersebut. Untuk melakukan jual-beli investor harus melalui perusahaan efek (broker atau pialang) yang anggota bursa yang selanjutnya akan bertindak sebagai pembeli atau penjual.

Kemajuan bursa efek saat ini menunjukkan kemajuan yang pesat, terutama perkembangan pasar modal syariah yang ditunjukkan pada Jakarta Islamic Index (JII). Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan saham syariah Islam. Indeks saham yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia ini diterbitkan oleh perusahaan emiten yang diseleksi dan sesuai dengan prinsip syariah.


(15)

Dengan prinsip syariah ini, membuat para investor terutama investor muslim memilih menggunakan alternative pengelolaan dana pada saham syariah. Hal ini disebabkan karena saham-saham syariah jauh dari usaha yang haram menurut Islam. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi secara syariah (Sunariyah, 2003:127).

Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pada faktor internal seperti manajemen, pemasaran, keadaan keuangan, kualitas produk, dan kemampuan bersaing serta perbedaan pada faktor eksternal seperti kebijakan pemerintah, pesaing, serta selera dan daya beli masyarakat. Saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko yang tinggi dapat terlihat dari adanya suatu ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa yang akan datang. Orang kadangkala mengibaratkan return dan risiko sebagai dua sisi dalam mata uang dimana return yang tinggi akan menimbulkan risiko yang tinggi, sedangkan sebaliknya return yang rendah akan menimbulkan risiko yang rendah pula sehingga sebagai seorang investor harus dapat memahami dalam berinvestasi terdapat suatu potensi yang kadang akan mendatangkan suatu keuntungan tetapi dapat pula terdapat


(16)

suatu potensi yang kadang akan mendatangkan suatu kerugian. Meskipun memiliki risiko yang cukup tinggi dengan return yang tinggi pula, tetapi banyak para investor yang menyukai hal tersebut karena setiap potensi keuntungan tinggi yang mungkin diperoleh cenderung menyimpan potensi kerugian yang tinggi pula. Konsep ini dikenal dengan istilah “High Return

High Risk, Low Return Low Risk”. Konsep ini menyatakan bahwa setiap

potensi keuntungan tinggi yang mungkin diperoleh cenderung menyimpan potensi kerugian yang tinggi, sementara potensi return yang relative normal akan memberikan tingkat risiko kerugian yang relative rendah pula. Jika investor ingin berinvestasi maka selain melihat return yang akan didapat maka mereka juga harus mempertimbangkan risiko yang ada di saham tersebut. Salah satu pertimbangan dalam melakukan investasi saham adalah memperkecil risiko. Investasi di pasar modal mengandung risiko investasi yang tinggi dibandingkan di aset yang lain. Investor yang tidak menyukai risiko (risk averse) punya kecenderungan untuk tidak berinvestasi di pasar modal. Namun sebenarnya risiko investasi di pasar modal dapat dikurangi jika mereka mengerti mengenai risiko itu sendiri.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi risiko investasi saham, salah satunya adalah perubahan tingkat suku bunga yang merupakan faktor yang mempengaruhi risiko sistematis. Hal ini disebabkan karena adanya fluktuasi risiko yang dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Selain adanya perubahan tingkat suku bunga, ada pula faktor yang mempengaruhi risiko investasi saham,


(17)

yaitu masalah tingkat likuiditas perusahaan yang merupakan faktor yang mempengaruhi risiko tidak sistematis. Hal ini disebabkan karena adanya fluktuasi risiko yang dipengaruhi oleh faktor-faktor mikro dengan menganekaragamkan bentuk investasi.

Penilaian terhadap likuiditas sangat penting bagi pihak luar yang ingin menilai laporan keuangan suatu perusahaan. Penilaian ini dititikberatkan pada kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Tidak hanya bank dan para kreditor jangka pendek saja yang tertarik, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengetahui prospek kinerja perusahaan di masa yang akan datang, serta penting pula bagi kreditor jangka panjang untuk mengetahui prospek dari dividen dan

pembayaran bunga di masa yang akan datang.  Menurut Keyness, ia

mengembangkan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan suku bunga untuk jangka pendek. Menurut Keyness, tingkat suku bunga adalah harga yang di keluarkan debitur untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka (uang) mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa risiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu. Sedangkan menurut Riyanto (2001:24), masalah likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Untuk menilai posisi keuangan jangka pendek tersebut digunakan quick ratio.


(18)

Dalam kaitannya dengan risiko, seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar tagihannya, sehingga semakin kecil risiko bagi investor. Masalah likuiditas merupakan salah satu faktor yang dapat memungkinkan kebangkrutan perusahaan. Aset perusahaan yang bersifat lancar lebih tidak berisiko dibandingkan dengan aset tidak lancar. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi likuiditas, maka risiko investasi saham bagi investor yang memegang saham perusahaan tersebut semakin kecil.

Bunga (interest) telah menimbulkan dampak buruk bagi perekonomian banyak negara dan fakta itu terjadi dimana-mana. Menurut Karvof (2004:79), mengungkapkan bahwa secara teoritis hubungan antara tingkat suku bunga dengan kinerja pasar modal adalah negatif atau berbanding terbalik. Kenaikan suku bunga pada umumnya akan membuat harga saham turun karena akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan dua cara, yaitu :

1. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan biaya modal (cost of capital)

dalam bentuk beban bunga yang harus ditanggung perusahaan, sehingga labanya bisa terpangkas.

2. Ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan meningkat dan harga

produk akan semakin mahal sehingga konsumen mungkin menunda pembeliannya dan menyimpan dananya di bank, yang berakibat penjualan perusahaan menurun dan penurunan penjualan


(19)

mengakibatkan laba juga menurun dan akan menekan harga saham yang listing di bursa.

Bunga memainkan peranan penting dalam mengakibatkan timbulnya krisis. Pada pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank Umum tercatat 23%, nilai ini naik sekitar 36% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu terjadinya “Perang” suku bunga antar bank. Akibat krisis ekonomi pada tahun 1997, penjualan saham mengalami sedikit kelesuan. Hal ini diakibatkan oleh tidak menentunya kondisi ekonomi dan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Dengan terdepresiasinya kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat menyebabkan pemerintah menempuh suatu kebijakan untuk megurangi gejolak tersebut dengan menaikkan tingkat suku bunga melalui instrument Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang selanjutnya diikuti oleh kenaikan suku bunga bank komersial pemerintah maupun swasta.

Return saham perusahaan-perusahaan Jakarta Islamic Index yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia memang mengalami penurunan karena belum mengalami peningkatan yang signifikan, terutama pada saat maraknya berinvestasi pada saham syariah yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan berinvestasi pada saham non syariah. Padahal


(20)

investor yang berinvestasi selalu ingin menghasilkan keuntungan yang optimal dari investasi yang ditanamkannya.

Menurut Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia sekaligus Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang P.S. Brojonegoro, keuangan syariah yang bebas dari unsur-unsur derivatif atau produk-produk berbau spekulatif merupakan keunggulan lembaga keuangan syariah di tengah ketidakstabilan ekonomi global (www.kabarsaham.com).

Akan tetapi, perkembangan ekonomi syariah bukan tanpa tantangan. Nilai transaksi pada keuangan syariah yang masih kecil dibandingkan dengan transaksi pada keuangan konvensional menjadi tantangan yang harus terus diupayakan untuk ditingkatkan. Untuk itu, pengembangan sistem yang terpercaya, peningkatan daya saing, dan dukungan regulasi menjadi kuncinya. Tidak bisa hanya semata mengedepankan syariahnya.

Sebagaimana dipahami Pasar Modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek tersebut. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang.


(21)

Menurut Abdulfatah, keberadaan pasar modal syariah merupakan fenomena yang menarik dalam industri pasar modal di tanah air. Seperti Jakarta Islamic Index, pasar modal syariah didirikan berdasarkan pada kenyataan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Dan di antara jutaan muslim tersebut, ada yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan mereka susah menginvestasikannya, dan salah satu penyebabnya adalah mereka enggan investasi di pasar modal yang ada. Muslim yang berkelebihan dana tersebut enggan berinvestasi di pasar modal konvensional karena pasar modal yang ada tersebut hanya merupakan tempat manipulasi pasar dan cenderung dipenuhi transaksi spekulatif. Kegiatan utama dari pasar modal yang ada umumnya hanya kegiatan dalam bentuk short selling, membeli saham di pagi hari untuk kemudian menjualnya di sore hari bila memungkinkan mendapat capital

gain. Kegitan tersebut jauh sekali dari tujuan awal pendirian pasal modal

yaitu sebagai perantara penyediaan modal bagi perusahaan penerbit efek yang kemudian digunakan untuk perluasan usaha. Ekspansi atau perluasan usaha tersebut dapat menambah lapangan pekerjaan dan dalam jangka panjang dapat menggerakan perekonomian. Dan kemudian pasar modal syariah hadir untuk memenuhi fungsi utama dari pasar modal tersebut.

Kemudian yang menarik adalah bahwa banyak perusahaan besar dengan kapitalisasi pasar yang besar pula, seperti astra international dan indosat, masuk ke pasar modal syariah dan tercatat sebagai saham syariah di Jakarta Islamic index. JII dibentuk sebagai follow up dari berdirinya


(22)

pasar modal syariah. JII menggambarkan pergerakan saham di pasar modal syariah. Semakin tinggi nilai indeks maka semakin semakin banyak saham yang diperjualbelikan yang berarti semakin besar kapitalisasi pasarnya (www.abdulfatah.wordpress.com).

Kehadiran pasar modal di Indonesia memberikan peluang investasi yang semakin besar kepada para investor yang menganggap bahwa pasar modal mampu memberikan manfaat sebagai sarana pengalokasian dana yang produktif untuk jangka panjang dan ini diperlihatkan dengan kinerja perdagangan di Jakarta Islamic Index yang juga menunjukkan hasil yang positif, dengan maraknya investasi yang semakin memberikan peluang tersebut akan menjadikan kebutuhan akan analisis sekuritas juga meningkat. Hal ini disebabkan investor yang akan menginvestasikan dananya dipasar modal semakin membutuhkan berbagai informasi tentang sekuritas yang nantinya berhubungan erat dengan tingkat pengembalian yang diharapkan dan risiko yang dihadapi.

Pengembalian dan risiko memiliki hubungan yang sangat erat dimana semakin besar tingkat pengembalian yang diharapkan maka semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi, jadi antara pengembalian dan risiko tidak dapat dipisahkan. Adanya perbedaan dalam memandang risiko ini maka perlu adanya pengelolaan kesempatan investasi, yaitu dengan penciptaan berbagai pengelolaan investasi alternatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan porporsi modal yang


(23)

diinvestasikan pada masing – masing saham dengan tujuan menurunkan risiko investasi saham (www.directory.umm.ac.id).

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, timbul minat penulis untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh

Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Tingkat Likuiditas terhadap Risiko Investasi Saham Pada Perusahaan Jakarta Islamic Index yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan tingkat likuiditas perusahaan terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, maka lebih lanjut penelitian ini akan meneliti pengaruh tingkat suku bunga SBI dan tingkat likuiditas yang merupakan variabel independen terhadap risiko investasi saham yang merupakan variabel dependen.

Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian (Reseach Question) yang diajukan adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia

terhadap risiko investasi saham pada perusahaan Jakarta Islamic Index yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?


(24)

b. Bagaimana pengaruh tingkat likuiditas terhadap risiko investasi saham pada perusahaan Jakarta Islamic Index yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas adalah :

a. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia terhadap risiko investasi saham pada perusahaan Jakarta Islamic Index yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Untuk menganalisis pengaruh tingkat likuiditas terhadap risiko

investasi saham pada perusahaan Jakarta Islamic Index yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak :

‐ Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk investasi saham di pasar modal.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah :

1. Makaryanawati dan Ulum (2009) dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku

Bunga dan Tingkat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index”.

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh tingkat suku bunga dan tingkat likuiditas perusahaan terhadap risiko investasi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. Dalam penelitian tersebut, data yang digunakan adalah data kuantitatif. Sumber data penelitian ini adalah sumber data sekunder berupa suku bunga, harga saham, dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index. Data diperoleh melalui Indonesian Capital

Market Directory (ICMD), Bank Indonesia, dan website mengenai pasar

modal tahun 2004 sampai dengan tahun 2007 yang diterbitkan oleh Jakarta Islamic Index. Penentuan sampel menggunakan metode purposive


(26)

sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Untuk pengujian hipotesisnya menggunakan uji t. Hasil menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi dan tingkat likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi.

2. Auliyah dan Hamzah (2006) dengan judul “Analisa Karakteristik

Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah Di Bursa Efek Jakarta”.

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah menganalisa karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian tersebut, data yang digunakan adalah data kuantitatif. Sumber data penelitian ini adalah sumber data sekunder berupa kurs mata uang, harga saham, dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta. Data diperoleh melalui Indonesian Capital Market

Directory (ICMD), Bank Indonesia, dan website mengenai pasar modal,

Pusat Data Pasar Modal di Fakultas Ekonomi, dan Biro Pusat Statistik. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan 30 perusahaan yang diobservasi memenuhi kriteria sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Untuk pengujian hipotesisnya menggunakan uji t dan uji F. Hasil pada uji F menunjukkan bahwa variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah


(27)

tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Sedangkan hasil pada uji t menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro berpengaruh secara signifikan pada return saham syariah dan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi makro terhadap beta saham syariah yang mempunyai pengaruh signifikan adalah

cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto (PDB).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pasar Modal

2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:01), Pasar modal adalah pasar untuk berbagi instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik dalam bentuk utang atau modal sendiri. Sedangkan menurut Tandelilin (2001:14), pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan


(28)

saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek (Sunariyah, 2003:4).

Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat.

2.2.1.2 Peranan Pasar Modal

Peranan pasar modal pada suatu negara tersebut dilihat dari lima segi dalam hal memperlihatkan aspek mikro yang ditinjau dari sisi kepentingan para pelaku pasar modal yaitu :

a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual

untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjual-belikan. Dari segi lain, pasar modal memberikan kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan penjual bertemu secara tidak langsung)

b. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk

menentukan hasil (return) yang diharapkan. Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas yang relative normal.


(29)

c. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut pada setiap saat.

d. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.

Bagi para pemodal, keputusan berinvestasi harus didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

Selain itu, pasar modal mempunyai peranan yang lebih luas jangkauannya yang ditinjau secara makro ekonomi atau dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Sunariyah (2003:8), peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara yaitu :

a. Berfungsi sebagai tabungan

Para penabung perlu memikirkan alternative menabung ke wilayah lain yaitu investasi. Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang begitu murah dan mudah tanpa resiko untuk menginvestasikan dana. Dana tersebut dapat digunakan untuk memperbanyak jasa dan produk-produk di suatu perekonomian.

b. Berfungsi sebagai kekayaan

Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali.


(30)

c. Berfungsi sebagai likuiditas

Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relative murah dan lebih cepat. Dengan kata lain, pasar modal adalah

ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas para pemegang

surat berharga.

d. Berfungsi sebagai pinjaman

Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk dikonsumsi atau investasi. Pinjaman merupakan utang kepada masyarakat. Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.

2.2.1.3 Jenis Pasar Modal

Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal, dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Menurut Sunariyah (2003:13), jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu :


(31)

a. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang telah ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Jadi, pengertian tersebut menunjukkan bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public (emiten) berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Dari uraian tersebut menegaskan bahwa pada pasar perdana, saham yang bersangkutan untuk pertama kalinya diterbitkan emiten dan dari hasil penjualan saham tersebut keseluruhannya masuk sebagai modal perusahaan.

b. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Perdagangan pasar sekunder, bila dibandingkan dengan perdagangan pasar perdana mempunyai volume perdagangan yang


(32)

jauh lebih besar. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pasar sekunder merupakan pasar yang memperdagangkan saham sesudah melewati pasar perdana. Sehingga hasil penjualan saham disini biasanya tidak lagi masuk modal perusahaan, melainkan masuk ke dalam kas para pemegang saham yang bersangkutan.

c. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market). Di Indonesia, pasar ketiga ini disebut sebagai bursa pararel. Bursa pararel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi diluar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Operasi yang ada pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut “trading information”. Informasi yang diberikan dalam pasar ini meliputi : harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang bersangkutan.

d. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke


(33)

pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale).

2.2.2 Investasi

2.2.2.1 Pengertian Investasi

Menurut Jogiyanto (2003:5), Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Sedangkan menurut Sunariyah (2003:4), Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.

Dari definisi tersebut maka investasi dapat diartikan sebagai penundaan konsumsi sekarang yang digunakan untuk menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi.

2.2.2.2 Klasifikasi Investasi

Menurut Halim (2003:2), Investasi dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Investasi pada Financial Assets yaitu investasi yang dilakukan di pasar

uang, misalnya commercial papper, surat berharga di pasar uang, dan lain sebagainya, atau dilakukan di pasar modal seperti saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya.


(34)

b. Investasi pada Real Assets yaitu investasi dalam bentuk pembelian

assets produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan,

pembukaan perkebunan, dan lain sebagainya.

Investasi keuangan dikategorikan dalam dua bentuk (Jogiyanto, 2003:7), yaitu :

a. Investasi langsung, merupakan investasi yang dapat dilakukan oleh

seorang investor dengan pembelian langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan yang belikan atau yang tidak diperjual-belikan.

b. Investasi tidak langsung, merupakan investasi yang dilakukan oleh

seorang investor dengan pembelian saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan lain.

2.2.2.3 Tujuan Investasi

Pada dasarnya, tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Menurut Tandelilin (2001:5), alasan seseorang melakukan investasi adalah :

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana


(35)

mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi.

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak.

Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.2.2.4 Proses Keputusan Investasi

Menurut Tandelilin (2001:8), proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (on going process). Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu :

a. Penentuan tujuan investasi.

Tahap pertama dalam proses keputusan investasi adalah menentukan tujuan investasi yang akan dilakukan. Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung pada investor yang membuat


(36)

keputusan tersebut. Misalnya, bagi institusi penyimpan dana seperti bank mempunyai tujuan untuk memperoleh return yang lebih tinggi di atas biaya investasi yang dikeluarkan. Mereka biasanya lebih menyukai investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan ataupun pada penyaluran kredit yang lebih berisiko tetapi memberikan harapan return yang tinggi.

b. Penentuan kebijakan investasi.

Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset (asset allocation decision). Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai klas-klas aset yang tersedia (saham, obligasi, real- estate ataupun sekuritas luar negeri). Investor juga harus memperhatikan berbagai batasan yang mempengaruhi kebijakan investasi seperti seberapa besar dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana tersebut serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung.

c. Pemilihan strategi portofolio.

Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap sebelumnya. Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio


(37)

yang lebih baik. Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.

d. Pemilihan aset.

Tahap selanjutnya adalah pemilihan aset-aset yang akan dimasukkan dalam portofolio. Tahap ini memerlukan pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio. Tujuan tahap ini adalah untuk mencari kombinasi portofolio yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return yang diharapkan yang tertinggi dengan tingkat risiko tertentu atau sebaliknya menawarkan return diharapkan tertentu dengan tingkat risiko terendah.

e. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.

Tahap ini adalah tahap paling akhir dari proses keputusan investasi. Meskipun demikian, proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan dan terus-menerus. Artinya, jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi dimulai lagi dari tahap pertama, demikian seterusnya sampai dicapai keputusan investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran dan evaluasi kinerja ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses


(38)

benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap

indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah ditentukan disbanding kinerja portofolio lainnya (portofolio pasar).

2.2.3 Saham

2.2.3.1 Pengertian Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:5), Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup popular diperjualbelikan di pasar modal. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di dalam perusahaan tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berhargatersebut. Sedangkan menurut Tandelilin (2001:18), Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa saham merupakan sekuritas berupa surat tanda kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang diperjualbelikan di pasar modal.

2.2.3.2 Jenis-jenis Saham

Menurut Jogiyanto (2003:67), Jenis-jenis saham terdiri dari :


(39)

Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa dividen preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi klaim pemegang obligasi.

2. Saham Biasa (Common stock)

Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa. Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada masyarakat untuk menjalankan operasi perusahaan.

3. Saham Treasuri

Saham treasuri merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan beredar, yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri.

2.2.3.3 Keuntungan Pembelian Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001:8), Keuntungan yang diperoleh seorang investor dalam pembelian saham, yaitu :

1. Dividen

Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.


(40)

Dividen diberikan setelah mendapat pesetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama, yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode di mana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Umumnya dividen merupakan salah satu daya tarik bagi para pemegang saham dengan orientasi jangka panjang seperti misalnya pemodal institusi atau dana pensiun.

Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai, yang artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham. Atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

2. Capital Gain

Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Misalnya seorang pemodal membeli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan.


(41)

3. Saham Bonus

Di samping dua keuntungan di atas, pemegang saham juga dimungkinkan untuk mendapatkan yang namanya saham bonus (jika ada). Saham bonus merupakan saham yang dibagikan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga jual terhadap harga nominal saham tersebut pada saat perusahaan melakukan penawaran umum di pasar perdana.

2.2.4 Laporan Keuangan

2.2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:2), Laporan Keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Menurut Baridwan (1997:17), Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari suatu transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan juga untuk memenuhi tujuan-tujuan lain, yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.


(42)

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan daftar yang berisi laporan utama yang memuat tentang posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang disajikan pada akhir periode akuntansi. Daftar tersebut sangat dibutuhkan baik oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan sebagai alat komunikasi antara data keuangan dan aktivitas di kedua belah pihak.

2.2.4.2 Bentuk-bentuk Laporan Keuangan

Pada umumnya, Bentuk-bentuk Laporan Keuangan terdiri dari :

1. Neraca

Menurut Munawir (2010:13), neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.Menurut Husnan (1992:197), neraca menunjukkan nilai kekayaan perusahaan (pada sisi aktiva), dan “claims” atas kekayaan tersebut (nampak pada sisi pasiva), pada dua saat yang berbeda.

Tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaanpada suatu tanggal tertentu,biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut Balance Sheet.


(43)

2. Laporan Rugi Laba

Menurut Munawir (2010:26), laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Menurut Tandelilin (2001:234), Laporan rugi laba (income statement) adalah ringkasan profitabilitas perusahaan selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun.

Laporan rugi laba ini menunjukkan penghasilan (revenues) yang diperoleh selama satu periode, dan eleman-elemen lain pembentuk laba. Laporan ini pada dasarnya mencerminkan perbedaan antara penghasilan dan biaya perusahaan selama periode tertentu sehingga menghasilkan keuntungan ataupun kerugian bersih perusahaan.

3. Laporan Laba Yang Ditahan

Menurut Husnan (1992:198), Laporan laba yang ditahan merupakan laba yang mungkin dibayarkan kepada para pemilih saham, atau ditahan dan diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan. Menurut Munawir (2010:27), Laporan laba yang ditahan merupakan penentuan hasil dari operasi normal periode itu.

Para pemegang saham tentu saja senang menerima dividen. Tetapi apabila laba ditanamkan kembali ke dalam perusahaan, nilai saham mungkin meningkat. Apabila seluruh laba ditahan, maka rekening laba yang ditahan dalam neraca akan meningkat lebih banyak daripada


(44)

apabila sebagian ada yang dibagikan. Rekening laba yang ditahan pada neraca semata-mata menunjukkan seberapa banyak keuntungan para pemilik saham, selama beberapa tahun, telah diputuskan untuk ditahan dalam perusahaan. Jadi, rekening laba yang ditahan menunjukkan investasi tambahan dari para pemilik saham di atas investasi semula mereka.

2.2.4.3 Pihak-Pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2010:2), Pihak-Pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan adalah :

a. Pemilik Perusahaan

Laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil yang telah dicapai, dan untuk menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham yang dimilikinya.

b. Manager atau Pimpinan Perusahaan

Laporan keuangan diperlukan manager sebagai alat untuk mempertanggung-jawabkan kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Selain itu, laporan keuangan digunakan untuk mengukur tingkat biaya dari berbagai


(45)

kegiatan perusahaan, menentukan/mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi, untuk menentukan derajad keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab, serta untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.

c. Para Investor

Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau “rate of return” yang cukup baik.

d. Kreditur Jangka Panjang

Laporan keuangan diperlukan kreditur jangka panjang untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang dan beban-beban bunganya serta untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup mendapat jaminan dari perusahaan tersebut, yang digambarkan atau terlihat pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.


(46)

Laporan keuangan sangat berkepentingan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan oleh Biro Pusat Statistik, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja untuk dasar perencanaan pemerintah.

f. Buruh

Dengan melihat laporan keuangan di mana mereka bekerja, maka akan mengetahui kemampuan perusahaan untuk memberikan upah dan jaminan sosial yang lebih baik. Selain itu, para buruh dapat menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan sehubungan dengan kelangsungan kerjanya. Laporan keuangan akan lebih penting lagi bagi buruh terutama untuk perusahaan yang biasa memberikan bonus atau premi tiap-tiap akhir periode.

2.2.5 Rasio Likuiditas

2.2.5.1 Pengertian Likuiditas

Likuiditas merupakan rasio likuiditas yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar (Harahap, 2001:301-302). Menurut Husnan (1992:204), rasio likuiditas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.


(47)

Jadi, rasio likuiditas yaitu rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi management untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari dividen dan pembayaran bunga di masa yang akan datang (Munawir, 2010:71).

2.2.5.2 Jenis-jenis Rasio Likuiditas

Menurut Sutrisno (2001:247), jenis-jenis rasio likuiditas yang sering digunakan adalah :

1. Current Ratio

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan

hutang lancar. Aktiva lancar pada umumnya terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Hutang lancar terdiri dari hutang dagang, hutang wesel jangka pendek, hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun ini, hutang pajak, dan hutang-hutang lainnya (terutama hutang gaji/upah). Current ratio merupakan ukuran yang paling umum dari kelancaran (solvency) jangka pendek, karena rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tagihan para kreditor jangka pendek bisa ditutup oleh aktiva yang secara kasar bisa berubah


(48)

menjadi kas dalam jangka waktu yang sama dengan tagihan tersebut (Husnan, 1992:204).

Menurut Munawir (2010:72), ratio paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.

Current ratio 200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu

perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio 200% hanya merupakan kebiasaan (rule of thumb) dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa lebih lanjut. Menurut Munawir (2010:104), rumus yang digunakan adalah :

Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety)

kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak meguntungkan. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya

Aktiva Lancar Current Ratio = Hutang Lancar


(49)

dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya (Munawir, 2010:72).

2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio

Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi

persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas. Menurut Munawir (2010:104), formulasi untuk menghitung quick ratio adalah :

3. Cash Ratio

Cash ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva

lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah surat berharga atau efek. Dengan demikian, menurut Munawir (2010:104), rumus untuk menghitung cash ratio adalah sebagai berikut :

       Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio =


(50)

2.2.6 Suku Bunga

2.2.6.1 Pengertian Suku Bunga

Menurut Boediono (1989:76), Bunga merupakan harga dari penggunaan dana yang dipinjam. Sedangkan, menurut Puspopranoto (2004:69), Suku bunga adalah sejumlah dana, dinilai dalam uang, yang diterima si pemberi pinjaman (kreditor).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat bunga merupakan suatu harga dari penggunaan sejumlah dana selama kurun waktu tertentu. Tingkat bunga merupakan variabel penting karena berpengaruh pada keputusan yang diambil.

2.2.6.2 Fungsi Suku Bunga

Menurut Sunariyah (2003:62), tingkat suku bunga di pasar uang mempunyai beberapa fungsi pada suatu perekonomian, antara lain :

a. Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, institusi

atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. Dana berlebihan yang ada di tangan masyarakat

          Kas + Efek

Cash Ratio =


(51)

tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan suatu perekonomian.

b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi

pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi. Dalam hal pemerintah memberi dukungan kepada suatu sektor ekonomi, pemerintah membuat suatu kebijakan tingkat bunga yang lebih rendah untuk sektor ekonomi tersebut. Tujuannya, untuk mempercepat pertumbuhan disektor ekonomi tersebut.

c. Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam

rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri maka perusahaan-perusahaan dari industri tersebut yang akan meminjam dana diberi fasilitas. Maksudnya pemerintah memberi tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan sektor lain.

d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk

meningkatkan produksi, sebagai akibat tingkat bunga dapat digunakan untuk mengkontrol tingkat inflasi. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. Misalnya, kebijakan politik menegaskan


(52)

pemerintah diharuskan mendukung sektor industri dalam negeri, maka pemerintah memberlakukan kebijakan tingkat bunga yang lebih rendah. Kebijakan ini akan mendorong produksi menjadi lebih tinggi. Dengan adanya peningkatan produksi tersebut, diharapkan mampu menurunkan laju inflasi. Pemerintah dapat mengendalikan permintaan dan penawaran dengan menetapkan bunga dari bank (melalui Bank Indonesia). Dalam hal ini bunga bisa disesuaikan (adjust) oleh pemerintah. Pada saat permintaan uang terlalu tinggi, sirkulasi uang di masyarakat terlalu besar, maka pemerintah dapat menaikkan tingkat bunga, agar penawaran uang meningkat dan permintaan uang turun.

2.2.6.3 Macam-macam Suku Bunga

Menurut Kasmir (1999:121), suku bunga dalam dunia perbankan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Suku bunga pinjaman

Suku bunga pinjaman adalah suku bunga yang besarnya ditentukan oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang yang dipinjamkan kepada pihak lain. Besarnya suku bunga pinjaman berbeda-beda sesuai dengan penggunaan pinjaman.


(53)

Suku bunga simpanan adalah suku bunga yang besarnya ditentukan oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang nasabah yang disimpan di bank yang bersangkutan. Besarnya prosentase suku bunga simpanan berbeda-beda, diantaranya ditentukan oleh unsur jangka waktu.

Menurut UU RI Tentang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 pasal 6 bahwa salah satu bentuk usaha perbankan di Indonesia adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa :

a. Giro adalah simpanan yang dapat dilakukan sebagai alat

pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindah bukuan.

b. Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya

dapat dilakukan pada waktu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.

c. Sertifikat deposito adalah deposito berjangka yang bukti

simpanannya dapat diperdagangkan.

d. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.


(54)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat bunga adalah tingkat bunga deposito berjangka 12 bulan atau tingkat suku bunga deposito tahunan bank pemerintah yang diterbitkan oleh BI. Tingkat suku bunga SBI ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Σ Suku Bunga SBI (bulanan) selama 1 tahun

Suku Bunga =

12

2.2.7 Harga Saham

Di dalam pasar modal terjadi tawar-menawar harga atas suatu efek, maka harga yang terjadi di pasar disebut harga pasar saham atau kurs saham. Harga pasar saham yang terjadi selalu berfluktuasi dari hari ke hari. Hal ini terjadi terus menerus selama saham tersebut terdaftar di bursa.

Menurut Widhoatmojo (2000:45), mengemukakan harga saham diantaranya :

a. Harga Nominal

Harga ini merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten, untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Besar harga nominal ini sebenarnya tergantung dari keinginan emiten.


(55)

b. Harga Perdana

Harga ini merupakan harga sebelum saham dicatat di bursa efek. Setelah negoisasi dengan penjamin emisi (underwriter) akan diketahui berapa saham perusahaan emiten itu akan dijual kepada masyarakat. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten dan penjamin emisi. Untuk menentukan harga perdana ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan antara lain kondisi pasar, prospek perusahaan, dan lain-lain. Jadi tidak ada patokan khusus mengenai penentuan harga perdana.

c. Harga Pasar

Harga ini merupakan harga jual dari investor yang satu dengan yang investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan di bursa.

d. Harga Pembukaan

Merupakan harga yang diminta oleh penjual dan pembeli saham pada saat jam bursa dibuka.

e. Harga Penutupan

Merupakan harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa.


(56)

Merupakan harga tertinggi yang terjadi dalam satu hari.

g. Harga Terendah

Harga ini merupakan lawan dari harga tertinggi yaitu harga yang terjadi di bursa, pada suatu saham mencapai harga yang terendah.

h. Harga Rata-rata

Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan terendah. Harga ini juga bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan, atau tahunan.

Mengetahui ketiga harga ini (harga tertinggi, terendah, dan rata-rata) cukup penting, sebab disini dapat diketahui seberapa jauh kekuatan dan kelemahan suatu saham dalam satu hari bursa, satu bulan, atau satu tahun bursa.

Dalam penelitian ini yang dimaksud harga saham adalah harga saham penutupan, karena harga saham pada penutupan merupakan harga akhir yang mejadi kesepakatan antara penjual dan pembeli, sehingga investor yang membeli dan menjual saham suatu perusahaan sebesar harga penutupannya.

2.2.8 Risiko dan Return Saham


(57)

Menurut Halim (2003:38), risiko saham merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected

return) dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return). Sementara itu menurut Tandelilin (2001:48), risiko saham

merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Menurut Tandelilin (2010:55), risiko investasi saham dapat dirumuskan sebagai berikut :

Standar Deviasi (σ) = Σ (Rij – E (Ri))2

n – 1

Keterangan :

Rij = Tingkat keuntungan yang terjadi pada kondisi j

E (Ri) = Tingkat keuntungan yang diharapkan

Risiko dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Risiko Sistematis

Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya ada perubahan tingkat bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah, dan sebagainya.


(58)

b. Risiko Tidak Sistematis

Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan. Risiko ini juga dikenal dengan risiko spesifik, adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.

Ada beberapa jenis risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu saham, antara lain :

1. Risiko Tingkat Bunga

Merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. Biasanya risiko ini berjalan berlawanan dengan harga-harga instrument pasar modal. Artinya, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga menurun, maka harga saham akan naik.

2. Risiko Pasar

Merupakan risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain. Risiko pasar disebut juga risiko sistematis, karena fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Risiko pasar berhubungan erat degan perubahan harga saham jenis tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor terhadap perubahan tingkat pengembalian yang diharapkan. Untuk mengukur


(59)

risiko ini dapat digunakan dengan beta yang menjelaskan return saham yang diharapkan (Suharli, 2005:100).

3. Risiko Inflasi

Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi, dimana perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi.

4. Risiko Bisnis

Merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.

5. Risiko Finansial

Merupakan risiko yang berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modelnya.

6. Risiko Likuiditas

Merupakan risiko yang berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

7. Risiko Nilai Tukar Mata Uang

Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain. Risiko ini juga


(60)

dikenal sebagai risiko mata uang (currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk). Menurut Keown, dkk (2000:896), risiko nilai tukar atas aset yang tetap dapat diukur paling baik dengan efek perubahan kurs terhadap arus pendapatan masa depan perusahaan, yaitu menjadikan risiko ekonomis. Dimana risiko ekonomis adalah dampak keseluruhan dari perubahan kurs terhadap nilai perusahaan dan meliputi tak hanya

dampak strategis perubahan dalam hubungan yang muncul dari perubahan kurs, tapi juga dampak ekonomi risiko transaksi dan jika ada, risiko translasi.

8. Risiko Negara

Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Bagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan untuk menghindari risiko negara yang tinggi.

Dengan demikian terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan investor, yaitu tingkat return yang diharapkan dan risiko yang memiliki hubungan terhadap perubahan nilai tukar. Dimana risiko nilai tukar berkaitan dengan ketidakpastian pergerakan nilai tukar antara mata uang domestik dan mata uang luar negeri dimana investasi tersebut dilakukan. Jadi, risiko nilai tukar ini akan berkaitan dengan ketidakpastian “tingkat”


(61)

nilai tukar (exchange rate) aliran kas dalam bentuk mata uang asing ke dalam mata uang domestic dimana investor tersebut berasal.

Sementara itu, risiko politik sebagai bentuk risiko tambahan investasi akan terkait dengan ketidakpastian “kemampuan” investor mengkonvesikan aliran kas hasil inveti yang dilakukannya kedalam mata uang domestik, yang disebabkan oleh ketidakpastian perkembangan politik di suatu negara, dan peraturan yang selalu berubah-ubah atau kebijakan pajak yang terlalu memberatkan. Maka, akan mempengaruhi kemampuan investor untuk menghasilkan return dari investasi yang dilakukannya. (Tandelilin, 2001:339)

Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, menurut Halim (2003:38), maka risiko dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker)

Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar.

2. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality)

Merupakan investor yang akan menerima kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko.


(62)

Merupakan investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih kecil.

2.2.8.2 Return Saham

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:25), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Selain itu, menurut Tandelilin (2001:47), return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian. Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen.

Menurut Jogiyanto (2003:107), return dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Return Realisasi (realized return)

Merupakan return yang telah terjadi. Return ini dihitung berdasarkan data historis, return ini penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan.

2. Return Ekspektasi (expected return)

Merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang yang sifatnya belum terjadi.


(63)

Dalam penelitian ini, konsep return yang digunakan adalah return realisasi pada actual return (capital gain) yang merupakan selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya. Menurut Jogiyanto (2003:110), return saham dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Rt = Return Saham

Pt = Harga Saham Waktu Tertentu

Pt-1 = Harga Saham Periode Sebelumnya

Selain itu, return realisasi yang digunakan yaitu dengan metode

arithmetic mean yaitu metode perhitungan statistik yang biasa dipakai

untuk menghitung nilai rata-rata.

Menurut Tandelilin (2010:145), rumus arithmetic mean yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

       Rt = Pt – Pt-1 Pt-1

E (Ri) = Σ Ri


(64)

E (Ri) = Return harapan dari suatu sekuritas

Σ Ri = Penjumlahan nilai return selama suatu periode

n = Total jumlah periode

2.2.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Investasi Saham

2.2.9.1 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Risiko Investasi Saham

Tingkat suku bunga merupakan suatu harga dari penggunaan sejumlah dana selama kurun waktu tertentu. Tingkat suku bunga merupakan variabel penting karena berpengaruh pada keputusan yang akan diambil. Pada kondisi perekonomian yang tidak stabil seperti pada saat ini, risiko meningkat tanpa mengikuti kenaikan harapan keuntungan yang proporsional. Banyak sekali faktor mempengaruhi fluktuasi harga saham. Salah satunya adalah tingkat suku bunga yang merupakan faktor di luar fundamental perusahaan.

Menurut Jogiyanto (2003:144-145), menyatakan bahwa return dan risiko mempunyai hubungan yang positif. Suatu aktiva yang tidak mempunyai risiko, misalnya sertifikat hutang atau SBI hanya akan memperoleh return yang rendah. Jika investor menginginkan return yang lebih tinggi, maka investor harus menanggung risiko yang lebih tinggi pula. Selain itu adapula pendapat lain yaitu menurut Nopirin (1993:71), menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat suku bunga, keinginan untuk


(65)

melakukan investasi juga semakin kecil. Karena tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan risiko yang lebih tinggi pula.

Faktor suku bunga mempunyai peranan penting bagi investor dalam mempertimbangkan investasi yang akan dipilihnya. Semakin tinggi tingkat suku bunga yang terjadi di pasar uang, semakin enggan pula investor menginvestasikan uangnya dalam pasar modal sehingga risiko investasi saham pun meningkat. Demikian sebaliknya, semakin rendah tingkat suku bunga di pasar uang, akan mengakibatkan risiko investasi menurun sehingga investor akan mencari alternatif investasi yang memberikan hasil pengembalian yang lebih baik.

2.2.9.2 Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap Risiko Investasi Saham

Quick ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas bertujuan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relative lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang.

Menurut Rahardjo (2006:110), kriteria perusahaan yang mempunyai posisi keuangan kuat adalah mampu memenuhi kewajiban keuangannya pada pihak luar secara tepat waktu, mampu menjaga kondisi modal kerja yang cukup, mampu membayar bunga dan kewajiban dividen


(66)

yang harus dibayarkan, dan menjaga posisi kredit utang yang aman. Masalah likuiditas merupakan salah satu faktor kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mempunyai posisi yang kuat untuk mengatasi kebangkrutan tersebut.

Likuiditas merupakan salah satu faktor yang menentukan risiko investasi. Menurut Jogiyanto (2003:282), likuiditas yang diukur menggunakan quick ratio yaitu aktiva lancar dikurangi persediaan dibagi dengan kewajiban lancar diprediksi mempunyai hubungan negatif dengan risiko, karena diketahui semakin liquid perusahaan semakin kecil risikonya. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat likuiditasnya, akan mengakibatkan penurunan pada risiko investasi. Dengan semakin kecilnya risiko yang ditanggung maka diharapkan akan meningkatkan minat para investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan return saham.


(67)

2.3 Kerangka Konseptual   

                         

2.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan dapat dirumuskan suatu hipotesis yang mempunyai kesimpulan sementara dari penelitian ini. Adapun rumusan hipotesis yang dikemukakan adalah :

Tingkat Suku Bunga

( X 1 )

Tingkat Likuiditas

( X 2 )

Resiko Investasi ( Y )


(68)

1. Diduga variabel Tingkat suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia mempunyai pengaruh positif terhadap risiko

investasi saham pada perusahaan Jakarta Islamic Index yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Diduga variabel Tingkat likuiditas

mempunyai pengaruh negatif terhadap risiko investasi saham pada perusahaan Jakarta Islamic Index yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variabel-variabel yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Variabel Terikat (Y) adalah :

Risiko investasi saham dalam penelitian ini merupakan potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyimpangan tingkat pengembalian yang


(69)

diharapkan dengan tingkat pengembalian aktual. Variabel terikat ini diukur

dengan menggunakan standar deviasi (σ), risiko investasi saham dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan rumus sebagai berikut :

Standar Deviasi (σ) = Σ (Rij – E (Ri))2

n – 1

Dimana :

Rij = Pt – Pt-1 dan E (Ri) = Σ Ri

Pt-1 n

Keterangan :

Rij = Tingkat keuntungan yang terjadi pada kondisi j

E (Ri) = Tingkat keuntungan yang diharapkan

Σ Ri = Penjumlahan nilai return selama suatu periode

n = Banyaknya kondisi


(70)

Pt-1 = Harga saham pada tahun ke t-1

b. Variabel Bebas (X) terdiri dari :

1. Tingkat Suku Bunga (X1)

Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) tahun 2006-2010 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI). Data mengenai tingkat suku bunga diukur dengan angka prosentase (%) dan menggunakan skala rasio. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Σ Suku Bunga SBI (bulanan) selama 1 tahun

Suku Bunga =

12

2. Tingkat Likuiditas (X2)

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang harus segera dibayar. Variabel ini diukur dengan menggunakan quick ratio.

Quick ratio merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan (Munawir, 2010:74). Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara aktiva lancar dan persediaan dengan hutang


(71)

lancar. Skala pengukuran variabel menggunakan skala pengukuran rasio. Rasio ini didapat dengan menggunakan rumus :

Aktiva Lancar – Persediaan

Quick Ratio =

Hutang Lancar

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.2.1 Populasi

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah semua saham perusahaan pada Jakarta Islamic Index (JII) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk kurun waktu 2006 sampai dengan 2010, yaitu sebanyak 70 saham perusahaan.

3.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah saham Jakarta Islamic Index (JII) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara terus-menerus. Teknik penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih secara cermat berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :


(72)

‐ Saham perusahaan yang terpilih masuk Jakarta Islamic Index selama periode Desember 2006 sampai dengan Desember 2010 secara berturut-turut.

Berdasarkan kriteria diatas, terdapat 8 saham yang dapat memenuhi kriteria yang diajukan, diantaranya yaitu :

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan pooled data (panel data), yaitu data atau observasi yang melibatkan data cross-sectional dan time series dalam periode waktu tahunan selama lima periode, dari periode 2006 sampai dengan 2010. Periode 2006 sampai dengan 2010 dipilih sebagai periode penelitian karena periode ini merupakan periode waktu yang paling dekat dengan waktu

No Kode Nama Emiten

1. ANTM PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk.

2. INCO PT. International Nickel Indonesia Tbk.

3. INTP PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

4. KLBF PT. Kalbe Farma Tbk.

5. LSIP PT. PP London Sumatera Tbk.

6. PTBA PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk.

7. TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk.


(1)

98   

membayar seluruh hutang-hutang jangka pendeknya. Dengan tersendatnya aktivitas operasi produksi perusahaan, maka akan membuat perusahaan mengalami kesulitan untuk mendapatkan laba sehingga menyebabkan harga saham turun yang mengakibatkan risiko investasi pun ikut menurun.

Ini membuktikan bahwa kinerja perusahaan dalam Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia yang ditunjukkan oleh tingkat likuiditas belum sepenuhnya menjadi perhatian para investor dalam menentukan risiko investasi saham, sehingga pengaruhnya terhadap risiko investasi saham kurang nyata.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


(2)

99   

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada BAB IV di depan, dapat disimpulkan :

1. Hasil analisis secara parsial Tingkat Suku Bunga yang ditunjukkan

oleh Tingkat Suku Bunga SBI sebagai tingkat kenaikan bunga bebas risiko terbukti berpengaruh positif signifikan atau berpengaruh secara nyata terhadap risiko investasi saham.

2. Hasil analisis secara parsial Tingkat Likuiditas yang ditunjukkan

oleh quick ratio terbukti negatif tidak berpengaruh signifikan atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap risiko investasi saham.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada, maka saran yang dapat diberikan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut :

1. Bagi para investor

Bagi para investor, apabila ingin melakukan investasi pada pasar modal perlu memperhatikan tingkat suku bunga aset bebas risiko. Selama tingkat suku bunga aset bebas risiko lebih tinggi dari tingkat keuntungan di pasar modal, maka melakukan investasi saham bukan merupakan langkah yang


(3)

100   

‐ Perlu dilakukan penelitian lanjutan, mengingat penelitian

terhadap periode 2004 – 2007 belum menggambarkan sepenuhnya perkembangan dan perubahan kinerja perusahaan Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Jakarta.

‐ Perlu menambah lagi faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi risiko investasi saham selain faktor-faktor yang sudah dibahas pada penelitian ini, mengingat tingkat suku bunga SBI dan tingkat likuiditas mampu menjelaskan variasi dari risiko investasi saham sebesar 79% dan sisanya sebesar 21% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Baridwan, Zaki, 1997, Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Boediono, 1989, Ekonomi Moneter Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi no.5, Edisi Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy, 2001, Pasar Modal di Indonesia : Pendekatan Tanya Jawab, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fakhruddin dan Hadianto, Sopian 2001, Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Gujarati, Damodar, 1978, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta. Halim, Abdul, 2003, Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2001, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Satu, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

http://abdulfatah.wordpress.com http://www.bi.go.id

http://www.idx.co.id

http://www.kabarsaham.com http://www.directory.umm.ac.id

Husnan, Suad, 1992, Manajemen Keuangan, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Jogiyanto, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua, Penerbit

BPFE UGM, Yogyakarta.


(5)

Kasmir, 1999, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Keown, dkk, 2000, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Munawir, 2010, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Cetakan Kelimabelas, Penerbit Liberty, Yogyakarta.

Nopirin, 1993, Ekonomi Moneter, Edisi Dua, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Puspopranoto, S., 2004, Keuangan Perbankan Dan Pasar Keuangan, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Rahardjo, S., 2006, Kiat Membangun Aset Kekayaan, Penerbit PT. Elex media Komputindo, Jakarta.

Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi, Edisi Dua, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sunariyah, 2003, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ketiga, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

2010, Teori dan Aplikasi Portofolio dan Investasi, Edisi Pertama, Penerbit Anggota IKAPI Kanisius, Yogyakarta.

Widhoatmojo, Sawidji, 2000, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal : Pengetahuan Dasar, Penerbit Aksara Grafika Jurnalindo, Jakarta.

Jurnal :

Auliyah, dan Hamzah, Ardi, 2006, Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri Dan Ekonomi Makro Terhadap Return Dan Beta Saham Syariah Di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.


(6)

Makaryanawati dan Ulum, Misbachul, 2009, Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Likuiditas Perusahaan Terhadap Risiko Investasi Saham Yang Terdaftar Pada Jakarta Islamic Index, Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14 No. 1.

Michael, Suharli, 2005, Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industri Food & Beverages di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No. 2 : 99-116.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Kurs dan Return On Asset Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

3 91 112

Pengaruh Risiko Kredit dan Tingkat Likuiditas terhadap Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 41 76

Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah /Us$ Dan Tingkat Suku Bunga Sbi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta Tahun 2007 – 2009

1 35 78

Pengaruh Tingkat Pengembalian Modal Dan Tingkat Likuiditas Terhadap Risiko Investasi Saham Di Perusahaan Manufaktur Tembakau Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2001-2010

0 2 104

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, NILAI TUKAR VALUTA ASING (KURS), TINGKAT INFLASI, TINGKAT LIKUIDITAS, DIVIDEND PAYOUT DAN LEVERAGE TERHADAP RISIKO INVESTASI SAHAM YANG TERDAFTAR PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX

0 10 67

PENGARUH INFLASI, KURS DOLLAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 12

Pengaruh Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia

0 2 8

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT LIKUIDITAS PERUSAHAAN TERHADAP RISIKO INVESTASI SAHAM ( Studi Empiris Perusahaan yang Terdaftar Pada Jakarta Islamic Index) ARTIKEL ILMIAH

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN - PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT LIKUIDITAS PERUSAHAAN TERHADAP RISIKO INVESTASI SAHAM YANG TERDAFTAR PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX - Perbanas Institutional Repository

0 0 8

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA DAN TINGKAT LIKUIDITAS TERHADAP RISIKO INVESTASI SAHAM PADA PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 24