BAB III KP

(1)

PROSES PRODUKSI

Proses pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) di PKS Sawit Seberang bertujuan untuk memperoleh minyak dari inti yang berkualitas. Proses pengolahan ini akan menghasilkan dua jenis produk, yaitu :

1.Minyak Sawit (Crude Palm Oil) dari hasil olahan daging segar.

2.Inti Minyak Sawit (Palm Kernel) yaitu inti yang dihasilkan dari penolahan biji.

Hasil sampingan dari proses pengolahan sawit ini adalah ampas, cangkang, dan tandan kosong. Ampas dan cangkang dipergunakan sebagai bahan bakar boiler.

Gambar.3.1.Mata rantai produksi pengolahan kelapa sawit.

Pada umum proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dibagi menjadi 6 tahapan (stasiun) yaitu :

1. Stasiun Penimbunan Buah (Loading Ramp Station). 2. Stasiun Rebusan (Sterilizing Station).

3. Stasiun Bantingan (Threshing Station). 4. Stasiun Press (Pressing Station).


(2)

6. Stasiun Permurnian Minyak (Clarification Station).

Adapun stasiun pendukung pada proses pengolahan kelapa sawit yaitu : 1. Stasiun Ketel Uap (Boiler Station).

2. Stasiun Ruang Mesin (Power House Station). 3. Stasiun Pengolahan Air (Water Treatment). 4. Stasiun Pemeliharaan Pabrik/Bengkel. 5. Laboratorium.

6. Stasiun Pengolahan Limbah.

3.1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception) 3.1.1. Timbangan

Gambar 3.2. Proses Timbangan.

Minyak CPO diolah dari tandan buah segar (TBS) atau fresh fruit bunch (FFB) yang diangkut dari perkebunan milik PTP Nusantara-II (Persero) dan dari pihak ketiga (agen besar). Tandan buah segar diangkut dengan menggunakan truk ke pabrik. Stasiun timbangan truk yang masuk di timbang beratnya dengan alat yang disebut Avery dengan kapasitas 40 Ton. Rata-rata dalam sehari pabrik mengolah ± 300 – 400 Ton.


(3)

Penimbangan buah bertujuan untuk mengetahui berapa banyak buah yang masuk dan akan di olah. Berat netto TBS yang masuk di hitung dari selisih berat truk dan isinya (brutto) dengan berat truk kosong (netto).

Untuk penimbangan yang tepat dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Pada awal penimbangan jarum harus berada pada titik 0 (nol). 2. Timbangan dibaca pada posisi jarum maksimum.

3. Pada musim hujan air pada pit harus dipompa guna mencegah terjadinya kerusakan pada alat.

4. Periksa pada kebersihan timbangan dilakukanan setiap hari dan pemeriksaan total dilakukan satu minggu.

3.1.2. Penimbunan Buah (Loading Ramp)

Setelah melewati timbangan, buah di bawa ke loading ramp. Di PKS Sawit Seberang terdapat 22 pintu loading ramp yang diatur dengan sistem hydrolik dengan kemiringan 45o. Tiap-tiap Loading Ramp diatur dengan

menggunakan panel yang berfungsi untuk mengatur pintu loading ramp agar membuka atau menutup. Kapasitas tiap pintu ± 10 Ton, TBS yang di masukan kedalam keranjang buah atau basket yang si sebut dengan Lori. Kapasitas Lori 2,5 Ton TBS, Lori kemudian ditarik dengan capstand dengan transfer carriage dan selanjutnya akan di masukkan ke dalam sterilizer.

Sebelum TBS di masukan kedalam keranjang buah atau disebut dengan Lori (basket) untuk kemudian di proses menuju stasiun berikutnya (Sterilizer) untuk proses perebusan, maka terlebih dahulu TBS di masukan ke dalam Veron.


(4)

Veron adalah bak penampungan TBS yang berguna untuk membantu dalam proses pengisian lori.

Gambar 3.3. Bak Penampungan TBS (Veron)


(5)

Gambar 3.5. Loading Ramp.

Dalam menentukan buah yang akan di olah ada beberapa kriteria yang harus di perhatikan. Kriteria ini berhubungan dengan penggolongan mutu sawit yang nantinya akan mempengaruhi mutu dari minyak sawit yang di hasilkan yang dinyatakan sebagai fraksi. Fraksi buah adalah derajat kematangan TBS yang diterima di pabrik, berikut adalah pengklasifikasiannya :

a. Fraksi 00 (sangat mentah) yaitu TBS normal (bukan buah katekopen dan bauh sakit) yang belum mempunyai buah lepas membrondol 0 %.

b. Fraksi 0 (mentah) yaitu TBS yang memiliki buah lepas membrondol 12,5% dari permukaan luar.

c. Fraksi I (kurang matang) yaiutu TBS yang memiliki buah lepas membrondol 10%-17 % dari permukaan luar.

d. Fraksi II (Matang I) yaitu TBS yang memiliki bauah lapas membrondol 17%-35% dari permukaan luar.

e. Fraksi III (Matang II) yaitu TBS yang memiliki buah lepas membrondol 17%-50% dari permukaan luar.

f. Fraksi IV (lewat Matang) yaitu TBS yang memiliki buah lepas membrondol > 50%.

g. Fraksi V (sangat matang) yaitu TBS yang buah dalam ikut membrondol. h. Buah Abortus yaitu buah yang tidak seragam ukuran buahnya.

i. Buah busuk yaitu TBS yang sudah terlambat panen didalam stasiun ini. Jenis buah abnormal :


(6)

a. Buah banci yaitu munculnya bunga jantan atau bunga betina dalam satu tandan.

b. Buah mantel adalah buah lapis dan tidak memiliki inti.

Buah sawit (TBS) yang digunakan di pabrik kelapa sawit sawit seberang adalah buah sawit yang berasal dari kebun PTPN II dan pembelian dari masyarakat. jenis buah sawit yang digunakan di PKS sawit seberang adalah jenis Tenera. Dimana jenis Tenera merupakan jenis perkawinan silang antara Dura dengan Pisifera.

Tanaman kelapa sawit secara umum dapat dibagi beberapa jenis. Dimana dapat dibedakan berdasarkan tempurungnya yaitu :

Gambar.3.6.jenis-jenis buah sawit. 1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurungnya. Daging buah yang tipis, intinya besar dan hasil ekstraksi minyaknya rendah yaitu berkisar 17 - 18 %.


(7)

2. Pisifera

Ketebalan tempurungnya sangat tipis bahkan hampir tidak ada, tapi daging buahnya tebal.Persentase daging buah terdapat buah cukup tinggi antara 27 – 30%.

3. Tenera

Suatu hidrida yang berdasarkan penyilangan dura dan pisifera. Tempurungnya tipis berkisa 0,5 - 4 mm dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah tinggi antara 60 – 90% dan hasil ekstraksi minyak tinggi yaitu berkisar 23 – 26% & jenis ini banyak ditanam diperkebunan saat ini.

3.1.3. Lori (Keranjang Buah)

Lori adalah sebagai tempat TBS yang telah di sortir yang akan di rebus. Spesifikasi alat :

Panjang : 250 cm

Lebar : 150 cm

Kapasitas lori ini adalah 2,5 Ton TBS. Lori ini di buat berlubang dengan diameter 0,5 inchi yang berfungsi untuk mempertinggi penetrasi uap pada buah dan penetesan air condensate yang terdapat antara buah.


(8)

Gambar 3.7. Lori. 3.2. Stasiun Rebusan (Sterilizing Station)

Sterilizer adalah bejana uap tekan yang digunakan untuk merebus buah. Proses perebusan ini sangat penting karena akan mempengaruhi mutu minyak sawit nantinya. Dalam proses ini buah kelapa sawit dimasukkan ke dalam Sterilizer dengan waktu tertentu. di PKS Sawit Seberang ini 3 bejana Sterilizer yang memiliki kapasitas Sterilizer yaitu 11 lori dengan suhu 130-1400C, tekanan

normal 2,6-2,7 kg/cm² dengan tekanan maksimum 3 kg/cm². Perebusan tekanan lebih dari 3kg/cm² maka masa perebusan di kurangi waktunya menjadi 80-85 menit (agar TBS tidak gosong). Perebusan yang umum digunakan yaitu Double Peak (dua puncak) atau Triple Peak (tiga puncak) dengan waktu 100 menit. Di PKS Sawit Seberang ini sistem perebusan yang digunakan yauitu sistem dua puncak (Double Peak Sterilization).

Berikut adalah grafik perebusan pada Sterillizer.


(9)

Gambar 3.8 Sistem Perebusan Dua Puncak (Double Peak). Keterangan gambar :

1. Masukkan steam untuk buang udara dingin : ± 5 menit 2. Masukkan steam hingga p =1,5 kg/cm² menuju puncak : 13 menit

pertama

3. Buang steam puncak pertama hingga p=0 kg/cm² : ± 7 menit 4. Masukkan kembali steam hingga kepuncak II : ±20 menit.

(p =2,8-3,0 kg/cm²)

5. Tahan tekanan steam pada tekanan p =2,8-3,0 kg/cm² : ± 20 menit.

6. Buang air kondensat rebusan : ± 2,5 menit

7. Tutup kondensat dan naikan steam : ±2,5 menit

8. Naikan kembalikan tekanan steam p =2,8-3,0 kg/cm² : ± 20 menit

9. Buang steam hingga tekanan p=0 kg/cm² : ± 10 menit 100 menit


(10)

Gambar 3.9 Sterilizer.

Sebelum buah di masukan kedalam Sterilizer, buah diangkut dengan menggunakan alat Transfer Cariage. Transfer Cariage berguna untuk memindahkan lori dari stasiun Sterilizer ke stasiun Loading Ramp dan sebaliknya. Di PKS Sawit Seberang terdapat 2 Transfer Cariage yaitu :

1. Transfer Cariage penggangkut Lori kosong (I).

2. Transfer Cariage penggangkut Lori bermuatan TBS (II).

Gambar 3.10 Transfer Cariage.

Selain itu, ada juga alat yang dinamakan Capstand yang fungsinya sebagai alat bantu menarik lori. Capstand bergerak dengan motor penggerak dengan tenaga arus listrik. Prinsip kerjanya yaitu dengan menggulung dan menarik tali ke Capstand.


(11)

Gambar 3.11 Capstand.

Gambar 3.12 Tali Capstand.

Tujuan dari perebusan atau seterilisasi dari tandan buah segar adalah : a. Melunakan buah agar daging buah mudah lepas dari biji dan untuk

memudahkan pelepasan minyak dari sel-selnya pada waktu pemerasan di dalam digester.

b. Menghentikan aktifitas enzim lipase yang menguraikan minyak menjadi asam lemak bebas dan menghentikan kegiatan hidrolisa yang sudah terjadi.


(12)

d. Mengkoagulasi zat – zat albumin agar tidak terikut dengan cairan kempa, karena dapat menyebabkan campuran minyak dan air menjadi emulsi yang menyulitkan pemisahan minyak pada stasiun klarifikasi.

e. Mengurangin kadar air dalam buah.

Adapun hal – hal yang perlu di perhatikan dalm perebusan adalah : a. Tekanan uap dan lamanya perebusan.

b. Standar proses minyak

 Air rebusan : 0,3-0,6%  Tankos : 1,5-2,1%

c. Pembuangan udara dan air kondensat. Udara yang ada dalam rebusan harus di keluarkan kerena menurunkan tekanan (panas tidak sempurna). dengan cara membuka penuh kran kondensat selama 5 – 10 menit.

d. Pembersihan seluruh brondolan dan sampah – sampah yang jatuh dalam rebusan yang dapat menyumbat aliran air pada pipa – pipa kondensat atau pipa udara.

3.3. Stasiun Bantingan (Threshing Station)

Stasiun ini berfungsi untuk memisahkan brondolan dari tandannya setelah mengalami perebusan. Di PKS Sawit Seberang terdapat tiga buah line stasiun bantingan. Pada stasiun bantingan ini terdiri dari :

3.3.1 Hoisting Crane

Alat ini berfungsi untuk mengangkut lori yang berisi buah yang suah di rebus dan menuangkannya ke dalam Hopper dan menurunkan lori yang kosong ketempat semula. Alat ini memiliki kapasitas angkut sebesar 5 Ton, karena kapasitas olah pabrik sebesar 30 ton / jam, maka lama penuangan pada Hopper adalah :


(13)

Thopper = T

N

...

(sumber, PTPN II Pagar Merbau)

Dimana :

Thopper = waktu penuangan lori pada Hopper. T = waktu olah buah dalam 1 jam yaitu 60

menit

N = jumlah lori yang di tuang selama 1 jam Dalam hal ini di ambil kapasitas oleh buah sebesar 30 ton/ jam, dan kapasitas 1 buah lori adalah 2,5 ton. Maka :

N= 30 ton/jam

2,5 ton = 12 lori jam

Selanjutnya dapat di ketahui bahwa lama pengangkatan sebesar :

Thopper = 60 menit12 lori/jam = 5 menit/lori

Gambar 3.13 Hosting Crane.

3.3.2. Hopper

Hopper merupakan tempat untuk menumpang/menuang buah yang sudah di rebus untuk selanjutnya di jalankan dengan Automatic Feeder. Kapasitas 4 – 5


(14)

lori buah masak. Pada saat pengisian, buah jangan sampai penuh agar tidak terlalu padat sehingga buah tidak tersendat saat di jalankan oleh Automatic Feeder.

Gambar 3.14 Hopper.

3.3.3. Automatic Feeder

Berfungsi sebagai penggerak buah yang masak ke Hopper menuju penebah (stripper). Kecepatan penuangan diatur dengan menyetel ratio gear box.

Gambar 3.15 Automatic Feeder.


(15)

Alat ini berfungsi untuk memisahkan buah ari tandannya. Alat ini bebentuk drum yang berputar dengan kecepatan ± 23-25 rpm. Bantingan ini berdiameter 2 m dan panjang 4 m. Buah yang sudah di banting akan jatuh melalui kisi – kisi drum menuju Conveyor Under Thresher, sedangkan tandan yang kosong akan terdorong keluar dan. masuk ke Empty Bunch Conveyor untuk proses lebih lanjut.

Gambar 3.16 Penebah (Striper).

3.3.5. Under Thresher Conveyor

Merupakan alat yang di gunakan untuk mengangkut brondolan menuju Fruit Elevator yang terletak di bawah Thresher.


(16)

3.3.6. Fruit Elevator

Merupakan alat untuk mengangkut brondolan-brondolan menuju Distributing Conveyor pada stasiun berikutnya. Alat ini menggunakan timba-timba yang terkait pada rantai yang di gunakan untuk mengangkut brondolan tersebut.

Gambar 3.18 Fruit Elevator.

3.3.7. Empty Bunch Conveyor

Merupakan alat yang di gunakan untuk mengangkut tandan kosong yang berupa rantai yang di tambahkan pada Stripper.


(17)

Gambar 3.19 Empty Bunch Conveyor.

3.4. Stasiun Press (Pressing Station)

Stasiun pengepresan adalah stasiun dimana pengambilan minyak dari buah masak yang dilakukan dengan cara pelumatan dan pengempaan. Pelumatan dilakukan di dalam Digester sedangkan pengempaan di lakukan di dalam Screw Press. Di PKS Sawit Seberang dalam stasiun ini terdapat beberapa alat dan mesin yang digunakan dalam prosesnya, yaitu :

3.4.1. Fruit Elevator

Fruit elevator merupakan alat yang digunakan dan merupakan salah satu alat yang menunjang dalam pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan Kernel Palm. Alat ini berperan guna untuk mengangkat buah yang telah membrondol dari janjangan dengan bantuan dari proses sebelumnya (bantingan). Dari bantingan buah turun membrondol dari janjangan yang menuju ke Fruit Elevator.

Alat ini adalah merupakan sebagai sarana penghantar buah dengan tenaga motor gerak berarus listrik. Berbentuk seperti timba-timba yang secara teratur membawa buah kelapa sawit yang telah membrondol ke Distributing Conveyor yang tujuannya untuk membagi buah ke talang-talang adukan (Digester) untuk proses pemerasan minyak (Pressing).

3.4.2. Distributing Conveyor

Alat yang di gunakan untuk mendistribusikan buah/brondolan yang di terima dari timba buah Fruit Elevator menuju Digester. Adapun tujuan dari Distributing Conveyor adalah untuk membagi talang-talang presan yang nantinya akan jatuh kedalam adukan (Digester). Guna dalam pembagian buah jatuh


(18)

kedalam digester adalah untuk membagi kerja antara mesin-mesin Screw Press yang dimana terdiri dari 4 buah mesin dalam stasiun press (Pressing Station).

3.4.3. Ketel Adukan (Digester)

Alat ini di gunakan untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji. Berbentuk bejana silinder berdiri vertikal yang di dalamnya terdapat 5 pasang pisau (Steering Arms) yang terikat pada poros yang beputar. Pisau bagian bawah berfungsi sebagai pengaduk dan sebagai pendorong buah keluar menuju talang dan Press Cake. Selain itu dalam proses pengadukan ini dibutuhkan steam dengan temperatur ± 900C yang tujuannya untuk mempermudah

proses agar buah lebih lunak dan mudah di pisahkan dengan daging dan biji. Ada pun spesifikasi dari Digester adalah sebagai berikut :

Diameter : 1,2 m

Tinggi : 2,9 m

Kapasitas : 15 Ton brondolan/jam

Dalam digester di perlukan suhu sebesar 90 – 1100C untuk mempermudah

proses pelumatan. Hal – hal ini yang di perlu di perhatikan yaitu :

a. Pada saat beroperasi pengisian Digester tidak boleh penuh atau

¾

.

b. Frekuensi pengadukan yang tidak terlalu tinggi sehingga minyak tidak terlalu tergenang.

c. Pipa minyak keluar dari Bottom Bearing harus tetap bersih agar minyak dapat mengalir dengan lancar ke Oil Gutter.

d. Kebocoran minyak di hindari.


(19)

Gambar 3.20 Adukan (Digester).

3.4.4. Pengempa (Screw Press)

Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak dari daging buah yang berasal dari Digester. Alat ini terdiri dari silinder (Press Cylinder) yang berlubang di dalamnya dan di pasang 2 buah ulir (Screw) yang berputar berlawanan arah. Tekanan pengopressan di atur 2 buah konus yang berada pada bagian ujung press yang dapat bergerak maju mundur secara hidrolik. Adanya massa yang keluar dari digester melaui talang akan masuk ke dalam press silinder dan mengisi Worm. Volume setiap Space Worm ini berbeda.semakin mengarah ke ujung as Screw dengan volume semakin kecil sehingga buah tertekan dan minyak terperas. Minyak kasar akan terpisah dan keluar dari lubang-lubang press Cylinder dan di tampung pada talang minyak (Oil Gutter) yang diteruskan ke Vibro Separator masuk kedalam crude oil tank sedangkan bagian dari muka atau sela-sela Cone akan keluar Cake dan jatuh lalu di tampung di Cake Brake Conveyor.


(20)

Gambar 3.21 Pengempa (Screw Press).

Adapun hal-hal yang harus di perhatikan adalah : a. Cake yang keluar harus merata di sekitar kunos. b. Tekanan hidrolik antara 40-50 bar.

c. Tekanan press tinggi mengakibatkan kadar inti pecah bertambah dan kerugian inti bertambah.

d. Tekanan press rendah mengakibatkan cake basah, kerugian minyak pada ampas dan biji pecah sedikit, dan bahan bakar (ampas) basah menyebabkan pembakaran tidak sempurna.

e. Kebersihan alat-alat.

f. Standar losis minyak pada ampas sebesar 5-6 % dan biji sebesar 0,3-0,6%. 3.5. Stasiun Pengolahan Biji (Kernellery Station)

Stasiun ini adalah stasiun untuk memperoleh inti sawit. Biji dari pemisahan biji dan ampas di olah di stasiun ini untuk diperam, di pecahkan, dipisahkan antara inti dan cangkang. Inti dikeringkan dalam kernel silo untuk dikrim ke pengolahan berikut. Cangkang di gunakan untuk bahan bakar pada boiler.


(21)

Adapun peralatan yang di gunakan pada stasiun pengolahan biji adalah : 3.5.1. Cake Brake Conveyor

Ampas press yang masih bercampur biji dan gumpulan serat (fibre) masih banyak mengandung air sehingga perlu di pecah dengan alat pemecah ampas (Cake Brake Conveyor). Alat ini berupa talang yang berisi pedal-pedal (seperti kampak) yang di ikat pada poros yang berfungsi untuk mengaduk ampas press dengan memutar dan mendorong ampas dan biji ke ujung talang yang bertujuan untuk memisahkan biji dan serabut di pemisah biji (Depericarper), ampas terangkat oleh fibre fan dan biji jatuh kedalam polishing drum. Selanjutnya serabut (fibre) di pergunakan untuk bahan bakar Boiler sedangkan biji dibawa ke stasiun pengolahan biji.

Gambar 3.22 Cake Brake Conveyor.

3.5.2. Depericarper

Merupakan alat yang di gunakan untuk memisahkan ampas dan biji dan membersihkan sisa-sisa tersebut serabut yang masih melekat pada biji. Terdiri dari kolom pemisah (Separating Coloum) dan (Polishing Drum).


(22)

Pemisah di lakukan dengan cara oleh isapan blower dengan hampa udara. Serat dan biji yang dibawa oleh Cake Brake Conveyor jatuh pada Separating Coloum dan isapan Blower serat akan terisap masuk ke dalam siklon ampas (fibre cyclone) dan melalui Air Lock masuk kedalam conveyor bahan bakar untuk boiler.

b. Polishing drum, berfungsi untuk membersihkan serat-serat yang masih melekat pada biji. Spesifikasi alat ini adalah :

Diameter : 1 m Panjang : 7,5 m

Kapasitas : 6 ton biji / jam Putaran : 32 rpm

Gambar 3.23 Polishing Drum.

3.5.3. Nut Elevator

Alat ini berfungsi untuk mengangkut biji-biji yang keluar dari polishing drum dengan menggunakan timba-timba pengangkut.


(23)

Gambar 3.24 Nut Elevator.

3.5.4. Nut silo

Nut silo berfungsi untuk memeram biji dengan tujuan mengurangi kadar air yang dikandung, sehingga akan mudah terlepas dari cangkangnya. Dengan demikian akan mempermudah proses pemecahan biji dan diperoleh inti yang utuh dalam jumlah yang maksimal dan pemeraman dilakukan selama ± 8 s/d 9 jam.


(24)

3.5.5. Tabung Pemisah biji (Nut Grading Drum)

Alat ini berfungsi sebagai untuk memisahkan biji menurut besarnya diameter biji agar biji-biji yang masuk kedalam Ripple Mill atau Cracker diusahakan merata. Biji-biji terpisah menurut fraksi-fraksi kecil, sedang besar. Alat ini berupa drum yang berlubang-lubang menurut besar yang telah di sesuaikan dan berputar. Biji-biji yang telah disesuaikan ukurannya sesuai lubang-lubang pada drum tersebut masuk kedalam Ripple Mill.

Gambar 3.26 Nut Grading Drum.

3.5.6. Ripple Mill

Berfungsi untuk memecahkan sehingga inti terlepas dari cangkangnya. Alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu :

a. Rotating Rotor

Terdiri dari rod (ripple tad) dari high karbon steel berjumlah 30 batang dimana 15 batang pada bagian luar dan 15 batang lagi pada bagian dalam. b. Stationary Plate (Ripple Pad)


(25)

Plate bergerigi tajam dari high karbon steel. Alat ini dapat memecah biji tanpa melalui pemeraman dalam nut silo asalkan proses perebusan berlangsung dengan baik. Efesiensi pemecahan berkisar antara 95-98%. Efesiensi pemecahan alat ini rendah karena :

 Pengisian terlalu penuh/banyak.  Putaran rotor kurang.

Ripple bar dan ripple pad aus.  Biji kurang kering.

Gambar 3.27 Ripple Mill.

3.5.7. Light Tenera Dust Separating (LTDS)

Campuran pecahan yang terdiri dari inti, serat dan cangkang hasil proses pemecahan biji (ripple mill) masuk kedalam LTDS (Light Tenera DustSparating). Pada alat ini, inti cangkang dipisahkan. LTDS sendiri terdiri atas LTDS 1 dan LTDS 2, dimana pada LTDS 1 Prinsip pemisahannya adalah dengan menggunakan Blower.


(26)

Dimana cangkang dan serat halus yang lebih ringan dan terhisap naik dan akan dibagi ke conveyor bahan bakar boiler dan sebagian ke tempat penampungan sementara. Inti bulat yang lebih berat akan menuju melwati LTDS 2, di LTDS 2 proses pemisahannya sama seperti LTDS 1 dimana campuran pecahan berupa inti pecah dan cangkang yang masih melekat pada inti pecah tersebut akan terhisap naik menuju clay bath untuk diproses. Di LTDS 2 inilah inti yang lebih berat akan jatuh ke bawah lalu akan di masukkan ke silo inti.

3.5.8. Clay Bath

Alat ini digunakan untuk memisahkan antara inti dan cangkang dengan bantuan kalsium karbonat (CaCO3) dicampur dengan air. Dengan bantuan

tersebut, maka cangkang dan inti dapat berpisah. Cangkang yang mempunyai berat lebih ringan berada pada permukaan air dan inti tenggelam kedasar air yang kemudian cangkang dan inti berpisah. Inti yang jatuh dari Clay Bath dihembuskan dengan Fan Blower menuju Silo Inti untuk dipanaskan dan dihembuskan kembali ke tangki timbun inti (Bulking). Sedangkan cangkang dihembuskan ke Boiler sebagai bahan bakar. Setiap harinya campuran ini diganti secara rutin, kemudian dalam proses produksi setiap 3 jam sekali perlu penambahan Kalsium Karbonat (CaCO3) sebanyak satu karung dengan berat 50 kg. Sebelum dalam proses

produksi perlu dilakukan penggantian Kalsium Karbonat (CaCO3) dengan

campuran air yang keseluruhannya dibuang dan digantikan. Pada proses awal produksi diperlukan 9 karung Kalsium Karbonat (CaCO3). Adapun tujuan

pembuangan Kalsium Karbonat (CaCO3) dengan air yaitu agar kadarnya tidak


(27)

Gambar 3.28 Clay Bath.

3.5.9. Silo Inti

Merupakan tempat untuk meringankan inti yang masih mengandung air sebesar 15-25%. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan blower dengan memanfaatkan elemen panas. Kadar air inti yang disyaratkan sekitar 6–7%. Dalam silo ini, inti sawit dapat disimpan selama ± 6 bulan.


(28)

Proses pengeringan dalam silo ini ± 7 jam dengan pemberian panas kontinue. Pemanasan pada elemen atas bersuhu 700C, elemen tengah bersuhu

600C, dan elemen bawah bersuhu 400C,setelah dirasakan cukup kering dan kadar

air telah memenuhi syarat, maka dalam inti silo ini diturunkan untuk dikirim ke buckling/kernel bin.

Spesifikasi dari silo inti adalah : Panjang : 2 m

Lebar : 2 m

Tinggi : 8 m

Kapasitas : 1,5 – 2 ton/ jam 3.5.10. Bulking Silo

Bulking silo adalah sebuah tangki besar berkapasitas 250 ton yang berguna sebagai wadah tangki timbun inti. Ini merupakan tahapan terakhir dalam proses kernellery palm yang kemudian siap untuk dikirim. Bulking juga selalu dipanaskan/dihangatkan dengan temperatur 300C - 400C dengan tujuan inti yang

ditimbun tidak mengalami penjamuran.


(29)

3.6. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)

Minyak yang berasal dari stasiun pengepresan masih banyak mengandung banyak kotoran seperti lumpur, air dan sebagainya. Keadaan ini menyebabkan mutu CPO berkurang sehingga sulit di pasarkan. Untuk itulah minyak ini di proses lagi distasiun pemurnian minyak.

Clarification Station adalah stasiun pemurnian minyak yang merupakan stasiun terakhir dalam pengolahan minyak sawit. Minyak kasar (CPO) dari stasiun Pressan dikirim kestasiun ini untuk diproses lebih lanjut sehingga diperoleh minyak produksi yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan.

Stasiun klarifikasi memiliki alat alat sebagai berikut : 3.6.1. Talang Minyak (Oil Gutter)

Merupakan talang minyak yang dipasang dibawah Screw Press untuk menampung minyak ke Crude Oil Tank. Kemudian dialirkan menuju Vibro Separator lalu ke Sand trap Tank. Air yang digunakan untuk mengalirkan minyak ini harus benar-benar panas dan cukup agar pemisahan minyak dapat cepat terjadi.

3.6.2. Ayakan Getar (Vibro Separator)

Alat ini berfungsi untuk memisahkan/menyaring kotor-kotoran berupa serat dari minyak kasar. Kotor-kotoran berupa ampas di kembalikan kembali melalui corong ke timba-timba Fruit Elevator dan di olah kembali.

Vibro Separator ini begetar dan memakai saringan kawat dengan saringan mesh 20-40. Cairan minyak dari Vibro Separator di tampung dalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank ).


(30)

Gambar 3.31 Vibro Separator.

Hal – hal yang perlu di perhatikan adalah :

1. Pengenceran dengan air panas di atur agar perbandingan minyak dengan air lumpur sesuai.

2. Kawat saringan bila rusak harus segera di ganti.

3. Hindari kebocoran dari talang pipa atau vibro separator itu sendiri. 3.6.3. Tangki/pompa minyak kasar (Crude Oil Tank Pump)

Minyak kasar yang sudah tersaring akan masuk ke tangki minyak kasar. Dalam tangki ini akan di lakukan penambahan panas agar minyak cepat terpisah dan dapat mengendapkan kotoran-kotoran. Panas yang ada di lakukan dengan injeksi uap (Steam Injection). Temperatur tangki ini di harapkan ± 900C. Minyak dalam tangki ini di pompakan ke Balance Tank

lalu ke tangki pisah (Verticak Continous Tank) dengan pompa minyak kasar (Crude Oil Pump).


(31)

Gambar 3.32 Sand Trap Tank.

3.6.4. Tangki pemisah (Vertical Continous Tank)

Merupakan tangki untuk pemisah pertama antara minyak dengan sludge secara pengendapan. Untuk mempermudah pemisahan, maka suhu di pertahankan 900C-950C dengan injeksi uap.

Gambar 3.33 VCT (Vertical Continous Tank).


(32)

Minyak pada tangki pemisah pada ruang kedua dialirkan ke tangki ini melalui alat skimmer. Kemudian di beri penambahan panas dengan pipa spiral pada bawah dan atas tangki. Temperatur minyak dalam tangki ini di harapkan antara 900C – 1000C.

Gambar 3.34 Oil Tank.

Hal – hal yang perlu di perhatikan adalah :

1. Saringan uap dan uap yang mengalir harus berfungsi dengan baik. 2. Dengan penambahan uap diharapkan kadar air dalam minyak di

tangki masakan antara 0,5% - 0,7% dan kadar kotoran antara 0,1-0,3 %.

3. Pipa uap spiral yang terbenam dalam cairan minyak untuk mendapatkan transfer panas yang efektif .

4. Sentrifusi minyak (Oil Purifier).

Alat yang berfungsi untuk memurnikan minyak yang berasal dari tangki masakan minyak yang masih mengandung air ± 0,5 – 0,17 % dan kotoran 0,1 – 0,3 %. Kadar air dalam minyak setelah proses oil purifier ini usahakan 0,3 – 0,4 dan kadar kotoran 0,01 – 0,15 %. Suhu minyak di usahakn 900C – 950C.


(33)

Gambar 3.35 Sentrifusi Minyak (Oil Purifier)

3.6.6. Transfer Tank

Merupakan tangki yang digunakan untuk menampung minyak dari oil purifier dan mengatur jumlah minyak yang masuk kedalam tangki pompa udara (Vacum Dryer) agar merata dan tetap.

3.6.7. Pengeringan minyak (Vacum Dryer)

Berfungsi untuk memisahkan air dan minyak dengan cara penguapan hampa udara. Hasil yang diharapkan dari proses ini adalah minyak yang bekadar air 0,1 – 0,5 % dan kadar kotoran 0,013 – 0,015 %.

Alat ini terdiri dari tabung hampa udara dan 3 tingkat steam ejector. Tekanan Vacum Dryer bekisar antara 0,8 – 1,0 kg /m². Minyak yang keluar dari vacum dryer ini langsung di krim ke tangki timbun (Stroge Tank) dan siap untuk di jual.


(34)

Gambar 3.36 Vacum Dryer.

3.6.8. Tangki timbun

Tangki ini berfungsi untuk menyimpan minyak kelapa sawit yang siap untuk di jual. Minyak dalam tangki ini harus selalu di panaskan dengan cara di pasang pipa pemanas dengan uap dan dicapai suhu 500C - 550C

untuk menghindari kenaikan asam lemak bebas (free fatty acid) dan kadar air dalam minyak di tangki.


(35)

Gambar 3.37 Tangki Timbun (Storage Tank).

3.6.9. Tangki lumpur (Sludge Tank)

Tangki ini di gunakan untuk menampung Sludge dari hasil pemisahaan di tangki pemisah (vertical continius tank). Sludge yang masih mengandung minyak 7 – 9 %. Dalam tangki ini di pasang pipa steam injection untuk memanaskan dan mengencerkan Sludge. Di usahakan suhu sludge tank berkisar 90 – 1000C.

Gambar 3.38 Tangki Lumpur (Sludge Tank).


(36)

Saringan ini berfungsi sebagai alat pemisah serabut-serabut, pasir dan kotoran-kotoran yang terdapat dalam Sludge Separator. Alat ini terdiri dari tabung slinder yang berlubang-lubang halus dan di pasang pada sikat-sikat kawat baja sebanyak 5 pasang dan di ikatkan pada poros yang berputar. 3.6.11. Sand Cyclone

Sludge dari Brush Stainer di perkirakan masih mengandung pasir dan masih perlu di proses lagi pada alat Sand Cyclone agar proses selanjutnya dapat berjalan lacar lalu ke Sending Tank kemudian di alirkan ke Sludge Separator lalu menuju ke Sludge Fit.

Gambar 3.39 Sand Cyclone.


(37)

Sludge yang masuk ke alat ini terdiri dari air ± 80 – 85 %, bahan peralatan bukan minyak 8 – 12 % dan minyak 5 – 10 %.

Air dan kotoran di buang keluar dari alat ini sedangkan minyak akan di pompakan kembali ke Continuous Tank. Suhu sludge yang ada di alat ini berkisar antara 95 – 1000C. Penambahan panas dengan suhu 70 - 900C.

Dalam proses ini kadar minyak pada Sludge Separator di harapkan 0,3 – 0,5 %

Gambar 3.40 Sludge Separator.

3.6.13.Fat pit

Suatu bak penampung sludge buangan minyak-minyak yang keluar dari bocoran-bocoran alat di stasiun klarifikasi yang dialirkan ke parit dan di pompakan ke bak ini dikumpulkan, kemudian di kutip kembali sludge dan minyak tersebut dengan pompa untuk masuk ke crude oil selanjutnya di proses lagi di stasiun klarifikasi.

3.7. Stasiun Ketel Uap (Boiler Station)

Tenaga yang di gunakan untuk dapat mengoperasikan seluruh alat dan mesin-mesin di Pabrik Kelapa Sawit Pagar Marbau ini di peroleh dari tenaga


(38)

listrik dan uap. Listrik di peroleh dari PLN dan mesin diesel dengan bahan bakar solar, sedangkan tenaga uap di peroleh dari boiler. Diman dengan mengoptimalkan uap sebagai tenaga penggerak proses produksi. Pabrik Kelapa Sawit banyak menggunakan tenaga uap karena :

a. Bahan bakar tersedia (ampas dan cangkang).

b. Semua stasiun memerlukan uap sebagai sumber panas.

Alat ini di gunakan sebagai pembangkit uap dan boiler. Daya listrik yang tersedia didistribusikan ke bagian – bagian berikut :

a. Perumahan pimpinan, staf dan karyawan.

b. Penerangan dan Arus listrik kantor, pabrik serta jalan. c. Unit – unit proses pengolahan pabrik kelapa sawit.

d. Menggerakkan alat transportasi seperti material handling, hoisting crane, elevator, empty bunch, conveyor dan sebagainya.

e. Unit – unit proses pengolahan air.

f. Penerangan Laboratorium dan bengkel listrik.

Peralatan yang paling penting pada mesin tenaga uap berbentuk bejana tekan berisi fluida air yang di panasi langsung oleh energi kalor dari proses pemabakaran, atau dengan elemen listrik atau energi nuklir. Air pada Boiler akan terus menyerap kalor sehingga temperaturnya naik sampai temperatur didih, sehingga terjadi penguapan. Pada Boiler yang menggunakan drum sebagai penampung uap, air akan mengalami sirkulasi selama proses pendidihan. Ada dua cara sirkulasi air yaitu sirkulasi alamiah dan sirkulasi paksa. Sirkulasi air alamiah terjadi karena perbedaan massa jenis antara air panas dengan air yang lebih dingin, air panas akan naik ke permukaan drum dan air lebih dingin turun. Sirkulasi air di paksa terjadi karena air sirkulasi dengan bantuan dari pompa.


(39)

Gambar 3. 41 Boiler.

Pada pabrik kelapa sawit Sawit Seberang, boiler di gunakan sebagai penghasilan uap untuk keperluan :

a. Sterilizer, yaitu untuk merebus dan menetralisir kelapa sawit. b. Klarifikasi, proses pemurnian kelapa sawit.

c. Pengadukan, yaitu proses pengadukan kelapa sawit untuk memudahkan pemisahan daging buah dari inti pada digester.

d. Pressan, yaitu untuk menghasilkan minyak dengan menggunakan screw press yang menggunakan energi uap.

e. Stroge tank, yaitu tangki penimbunan CPO hasil produksi dan di panasi agar tidak membeku antara 400C – 450C.

f. Kernel plant, proses pengeringan inti.

g. Menggerakkan turbin Uap untuk keperluan di atas uap yang di gunakan bersal dari turbin uap yang di tampung dalam BPV (Back Pressure Vassel) dan didistribusikan ke setiap unit di atas dengan tekanan rata – rata 2–3 Kg/cm², dan juga di gunakan untuk memanaskan air pada feed water tank derator.

Spesifikasi boiler:

a. Kapasitas boiler = 20 TON/jam


(40)

c. Tekanan kerja/uap = min = 18 bar, atau = 1800 kPa

max = 20 bar, atau = 2000 kPa

d. Suhu pembakaran mencapai 800 ºC diruang bakar, 1200 ºC di pipa pipa uap, dan 360 – 400 ºC di gas hasil/sisa pembakaran.

3.7.1. Bagian-bagian Ketel Uap

Pada dasarnya ketel uap terdiri dari beberapa bagian yaitu : a. Ruang Pembakaran (Dapur)

Gambar 3.42.Ruang pembakaran (Dapur).

Ruang pembakaran (Dapur) berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar dimana bahan bakar yang digunakan adalah sisa produksi dari sawit itu sendiri yaitu cangkang dan serabut/fiber.

b. Drum Atas

Drum Atas berfungsi sebagai tempat pembentukkan uap yang di lengkapi dengan sekat-sekat penahanan butir-butir air, untuk memperkecil air terbawah oleh uap. Yang mana apabila air terlalu banyak terbawa oleh uap akan


(41)

Gambar 3.43. Drum Atas. c. Drum Bawah

Drum bawah berfungsi sebagai temapat pemanasan air ketel yang didalamnya dipasang-pasang plat-plat pengumpul endapan lumpur untuk memudahkan pembuangan keluar (blow down).

Gambar 3.44.Drum Bawah. d. Pipa-pipa air

Pipa-pipa air berfungsi sebagai tempat pemanas air ketel yang dibuat sebanyak mungkin sehingga penyerapan panas lebih merata dengan efisiensi


(42)

yang tinggi dibantu oleh Forced Draft untuk menghembuskan udara sehingga udara hasil panas pembakaran dapat merata memanisi permukaan pipa air. Pipa-pipa air ini dapat dibagi dalam :

1. Pipa yang menghubungkan drum atas dengan header muka atau belakang. 2. Pipa air yang menghubungkan drum atas dengan header samping kanan

atau kiri.

3. Pipa air yang menghubungkan drum atas dengan drum bawah. 4. Pipa air yang menghubungkan drum bawah dengan header belakang. e. Pembuangan Abu (Ash Hopper)

Abu yang terbawa gas panas dari pembakaran atau ruang pembakaran terbuang dan terjatuh didalam pembuangan abu yang berbentuk kerucut.

f. Pembuangan Gas Hasil Pembakaran (Cerobong Asap)


(43)

Gas bekas setelah ruang pembakaran kedua dihisap oleh blower (Induced Draft Fan) melalui saringan abu (Dust Collector) kemudian dibuang ke udara bebas melalui cerobong asap.

3.7.2. Faktor yang perlu di perhatikan

Mengingat bahwa tekanan kerja dan temperatur ketel yang tinggi maka ketel harus di lengkapi alat pengaman sebagai berikut :

a. Katup Pengaman

Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan melebihi tekanan yang di tentukan sesuai dengan penyetelan klep pada alat ini.

b. Kran Sprei Air

Kran ini berfungsi untuk membuka dan menutup pada saat dilakukannya blow down untuk membuang air yang bercampur dengan kotoran.

c. Gelas Penduga

Gelas Penduga adalah alat untuk melihat tinggi air dalam drum atas dan juga alat untuk mempermudahkan pengontrolan air dalam ketel selam operasi.

d. Kran Pemasukkan Air

Kran ini berfungsi untuk membuka dan menutup pemasukkan air untuk kebutuhan ketel.

e. Kran uap induk

Sebagai pembuka dan penutup aliran uap ketel pipa uap induk. f. Safety valve superheater


(44)

Safety valve superheater berfungsi Sebagai katub pengaman pada superheater.

g. Safety valve drum atas

Safety valve pada drum atas berfungsi sebagai katub pengaman pada drum atas untuk membuang uap yang ada pada drum atas bila terjadi kesalahan/kerusakan.

h. Main hold

i. Header depan, samping, belakang dan atas.

j. Perlengkapan lain seperti alat penghembus debu pada pipa air ketel, pemasuk air ketel otomatis panel listrik kran udara dan air

Alat-alat yang digunakan :

a. Panel-panel listrik dan alat ukurnya. b. Meteran pencatat dan temperatur.

c. Kran-kran buangan air kondesat dan header. Hal yang perlu diperhatikan saat pengoperasian boiler:

1. Jaga ketinggian air upper drum ( 60 – 70 %).

2. Pastikan sistem otomatis dan peralatan pompa dalam keadaan baik, dapat dikontrol dengan gelas penduga.

3. Jaga tekanan steam pada tekanan kerja ( 18 – 20 Kg/cm2).

4. Periksa ruang bakar, jangan sampai bahan bakar menumpuk dengan cara menyetel dumper FDF dan mengorek kerak dari ruang bakar secara manual.


(45)

5. Lakukan blow down sesuai dengan rekomendasi.

6. Lakukan pembersihan pipa dengan shoot blower secara periodik. 3.7.3. Perawatan Pada Ketel Uap (Boiler)

Pencegahan terbentuknya kerak (scaling), kerak dapat terbentuk karena : a. Pengendapan dari hardness (Ca Mg) pada air umpan.

b. Peristiwa uap jenuh ( super saturation) atau kristalisasi dari zat – zat yang terlarut dalam air umpan dimana perpindahan panas terjadi (CaSO4 ; SiO2).

Kerak dapat menyebabkan :

a. Menghambat proses perpindahan panas dari dinding ke air pada boiler. b. Menurunkan efisiensi boiler.

c. Terjadinya overheating (pemanasan yang berlebihan) pada logam boiler. d. Pecahnya pipa boiler.

Pencegahan supaya tidak terjadi kerak (scaling):

a. Menjaga kualitas air umpan dengan cara pengolahan air umpan yang baik (menghilangkan hardness).

b. Melakukan pengolahan air boiler secara internal dengan program kimia yang cocok (phosphate & polymer dispersant).


(46)

Deposit adalah endapan yang menempel pada dinding pipa dan drum boiler yang berasl dari Oksidasi metal yang terjadi karena korosi pada sistem aliran air umpan dan kondensat dan Zat organik yang masuk dengan aliran air umpan. Deposit dapat menyebabkan :

a. Terlambatnya proses perpindahan panas dari dinding ke air pada boiler. b. Menurunkan efisiensi boiler.

c. Terjadinya overhating (pemanasan yang berlebihan) pada metal boiler. d. Pecahnya pipa boiler.

3.8. Stasiun Ruang Mesin (Power House Station)

Stasiun ruang mesin (Power House Station) adalah merupakan daerah dimana terdapat mesin-mesin pembangkit tenaga listrik seperti turbin uap, generator , BPV (Back Presure Vessel), Diesel Genset.

3.8.1. Turbin Uap

Turbin uap termasuk mesin konversi energi yang mengubah energi potensial uap menjadi energi kinetis pada nozel dan selanjutnya di ubah menjadi energi mekanis pada sudut–sudut turbin yang di pasang pada poros turbin.

Energi mekanis yang di hasilkan dalam bentuk putaran poros turbin dapat secara lansung atau dengan bantuan roda gigi reduksi di hubungkan dengan mekanisme yang di gerakkan. Untuk menghasilkan energi listrik, mekanisme yang di gerakkan adalah poros generator.


(47)

Gambar 3.46 Turbin Uap.

Jika di bandingkan dengan penggerak generator listrik yang lain, turbin uap mempunyai kelebihan antara lain :

a. Penggunaan panas yang lebih baik. b. Pengontrolan putaran yang lebih mudah. c. Tidak menghasilkan loncatan bunga api listrik.

d. Uap bekasnya dapat di gunakan kembali atau untuk proses.

3.8.2. Generator

Generator adalah suatu mesin yang ada pada stasiun ruang mesin yang fungsinya guna menghasilkan arus listrik melalui perputaran dari bantuan turbin uap. Turbin uap medapatkan suply energi dari uap kering yang dihasilkan oleh Boiler yang mendorong perputaran turbin. Dengan putaran turbin ± 5.500 rpm yang diteruskan melalui roda pembantu (Gear box) yang mengurangi putaran ke generator. Generator hanya mampu berputar berkisar ± 1.500 rpm oleh sebab itu berputaran dibantu dengan dengan sebuah roda gigi guna mengurangi perputaran yang diteruskan ke generator. Untuk menghasilkan energi listrik sebesar 800 kw.


(48)

Gambar 3.47 Generator.

3.8.3. BPV (Back Presure Vessel)

BPV (Back Presure Vessel) adalah sebuah alat yang berbentuk seperti drum (tangki) memanjang yang 1/

3 dari isinya berisi air panas. BPV digunakan

untuk tujuan merubah uap kering yang diterima dari Boiler menjadi uap basah yang kemudian uap tersebut di salurkan/dibagi ke stasiun-stasiun lain guna proses pengolahan.


(49)

Gambar 3.48 BPV (Back Presure Vessel).

Boiler yang fungsinya untuk menghasilkan uap kering yang kemudian uap kering tersebut disalurkan ke turbin untuk menggerakkan Generator. Uap kering yang keluar dari Boiler menghembus ke turbin yang secara otomatis keseluruhan uap kering yang diberikan Boiler tidak sepenuhnya terpakai, oleh karena itu sebagian uap kering masuk ke BPV dengan pengaturan kran uap, dan uap kering sisa dari turbin juga disalurkan juga ke BPV untuk dirubah menjadi uap basah kembali. Jadi, BPV adalah alat yang berperan untuk menghasilkan uap basah dari uap kering yang dihasilkan dari Boiler.

Adapun spesifikasi dari BPV sebagai berikut : Panjang : ± 6,5 m

Diameter : ± 1,2 m Jumlah : 1 unit

Tekanan : 2,8-3 kg/cm2


(50)

Diesel Genset adalah merupakan alat pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan bahan bakar solar/bensin, namun di PKS Sawit Seberang menggunakan diesel genset berbahan bakar solar.

Mesin ini digunakan apabila dalam keadaan tertentu, misalnya jika arus listrik dari PLN padam maka digunakanlah diesel genset atau apabila PKS sedang dalam tidak mengolah (beroperasi) maka digunakan genset. Di PKS Sawit Seberang menggunakan suply dari PLN hanya ± 15% dari kebutuhan proses produksi dan sisanya menggunakan suply tenaga dari turbin. Turbin yang menggerakkan generator belum mampu untuk menyuply tenaganya ke seluruh pabrik di karenakan kebutuhan pabrik yang begitu besar. Maka dari itu, proses produksi dibantu dari tenaga PLN.

Gambar 3.49 Diesel Genset. 3.9. Unit Pengolahaan Air

Air merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk mendukung proses pengolahan di PKS Sawit Seberang. Selain di gunakan untuk keperluan proses, air juga di gunakan untuk keperluaan :


(51)

2. Air proses yaitu air yang di gunakan pada Boiler untuk menghasilkan steam dan untuk proses pengolahan.

Beberapa bagian dari unit pengolahan air di PKS Sawit Seberang : 3.9.1. Pengendapan Air

Air dari sungai di pompakan ke dalam bak pengendapan awal. Bak atau kolam yang berfungsi mengendapkan kotoran-kotoran yang terikut aliran air. Bentuk kolam empat persegi panjang. Pengendapan awal ini tanpa penambahan bahan – bahan kimia, hanya berdasarkan gaya gravitasi sehingga partikel – partikel solid yang mempunyai serta jenis yang lebih besar dari air akan turun ke dasar kolam. Bila endapan yang terkumulasi kran untuk blow down yang terletak di samping kolam. Pompa yang di guanakan ada dua buah dengan kapasitas elektromotor 30 – 35 ton/jam.

3.9.2. Claryfier

Air yang telah mengalami pengendapan awal di Grif Chamber selanjutnya di krim ke Claryfier untuk di injeksikan dengan tawas dan soda kaustik dari dosis pump untuk mengkoagulasikan partikel – partikel kecil yang belum terendapkan di Grif Chamber. Claryfier berbentuk tabung vertikal dengan bagian bawahnya berbentuk kerucut. Kapasitas sebesarnya 80 ton/jam dengan tinggi 10 meter. Air umpan masuk Claryfier melalui bagian bawah. Pada ujung pipa air masuk di beri tudung kerucut untuk mencegah tekanan balik dari air dalam Claryfier juga di lengkapi dengan kran pembuangan lumpur. Air dari Claryfier ke bak Reservoir.


(52)

Bak Reservoir berfungsi untuk menampung air dari Claryfier untuk di alirkan kembali ke Filtres Press. Bak Reservoir ini merupakan bak beton yang tertutup dengan seng dan berbentuk empat persegi pnjang. Volume bak Reservoir 60 m².

3.9.4. Filtres Press/Sand Filter

Pada Filtres Press air yang masuk mengandung padatan tersuspensi di saring melalui pasir – pasir halus/pasir kwarsa. Partikel – partikel padatan akan tertahan di permukaan pasir. Untuk mempercepat laju penyaringan maka saringan ini di beri tekanan sebesar 24 lb/in2. Selanjutnya air keluar pada bagian bawah

menuju Tower Tank untuk di simpan sebelum di krim ke pengolahan selanjutnya. Filtres Press mempunyai kapasitas 10 ton/jam dan jumlah tiga buah yang masing-masing di lengkapi dengan sebuah Barometer.

Gambar 3.50 Water Treatment.

3.9.5. Water Tower

Dari Filtres Press air akan di timbun di Water Tower yang merupakan tangki silinder dengan kapasitas 80 m² dengan tinggi 15 meter. Fungsi Water


(53)

Tower adalah untuk menimbun air yang telah di bersihkan dan untuk mengatur pendistribusian air.

3.9.6. Demineral Plant

Air umpan yang akan dikrim ke Boiler harus melalui demineralisasi terlih dahulu. Pada unit ini terdiri dari Kation Exchanger dan Anion Exchanger dengan tujuan membuang mineral – mineral logam yang terikut di dalam air dengan menggunakan Ion Exchanger Resin. Pada tangki Kation Exchanger berisi Resin penukar ion amberlite IR 120 (NaOH) yang berguna untuk mengikat unsur – unsur mineral dan logam. Di dalam tangki Anion Exchanger berisi amberlite IRA 120 (H₂SO₄) yang berguna mengikat sisa asam seperti CL dan SO₄. Air yang keluar dari tangki ini di namakan air umpan yang mempunyai kadar total Dissolved Solid dan silikat yang rendah. Kebutuhan resin anion sekitar 50 Kg/2 hari dan kebutuhan resin kation sekitar 40 Kg/2 hari.

3.9.7. Degasifier

Reaksi yang terjadi di dalam Kation Exchanger terkadang juga menghasilkan gas CO₂ gas ini harus di buang. Proses pembuangan berlangsung di dalam Degasifier yang merupakan tangki pemercikan air agar CO₂ mudah terurai dari air. Degasifier di lengkapi dengan sebuah Blower untuk menghembuskan CO₂ keluar dari Degasifier Tank.

3.9.8. Deaerator Tank

Deaerator Tank adalah tangki pemanasan air umpan ketel yang berbentuk drum silinder. Di lengkapi dengan steam injeksi terbuka, Barometer dan


(54)

Thermometer. Pada tangki ini juga menghasilkan ion – ion terlarut seperti O₂ yang akan menyebabkan korosi di dalam Boiler. Suhu berkisar antara 80 – 850C

3.9.9. Feed Water Tank

Merupakan tangki penampungan air yang sudah di mineralisasi yaitu air yang di pakai untuk umpan ketel dengan kapasitas 115 ton/jam dan di lengkapi dengan gelas level air/gelas penduga.

Tabel 3.1 Kondisi Air Umpan Dan Air Boiler

Parameter Air umpan Air Boiler

PH 7,5 10 – 11

Kesadahan (ppm) 0,5 0,1

Silika (ppm) 5 150

TDS (ppm) 42 2200

3.10. Unit Pengolahan Limbah

Pada dasarnya pengolahan kelapa sawit merupakan proses untuk memperoleh minyak dari buah kelapa sawit dengan melalui proses perebusan, pembantingan, pelumatan, pengempaan, pemisahan minyak dengan sludge, pemurnian, pengeringan dan penimbunan. Pemprosesan tersebut akan menghasilkan produk samping yang bersifat limbah padat dan cair yang dapat mencemari lingkungan apabila langsung di buang badan peneriama.

Unit pengolahan limbah PKS Sawit Seberang bertujuan untuk menaikkan mutu buangan limbah pabrik sehingga dapat di manfaatkan kembali. Dan menjaga agar limbah hasil proses tidak mencemari lingkungan sekitar (pengendalian limbah) terutama yang berbentuk cair.


(55)

Gambar 3.51 Penampungan Limbah. 3.10.1. PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Adapun fungsi untuk pengolahan limbah cair ini adalah :

• Untuk memenuhi amanat UU Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

• Mengolah limbah cair sampai memenuhi baku mutu yang telah ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup melalui Kepmen Nomor : KEP-51/MENLH/10/1995, Tanggal 23 Oktober 1995 .

Tabel 3.2 Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Minyak Kelapa Sawit PKS Sawit Seberang.


(56)

(mg/l) Max (kg/ton) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. BOD5 COD TSS

Minyak & Lemak N-Total

pH

Debit : 2,5 m3/ton

100 350 250 25 50 6 - 9

0.25 0.88 0.63 0.063 0.125

6 – 9

3.10.2. Pengolahan Limbah Cair Sistem Ponding. 3.10.2.1. Cooling Tower

Inlet limbah cair berasal dari bak Fat pit dialirkan melalui Cooling Tower. Pada umumnya temperatur sludge yang dihasil dari proses pabrik berkisar 60 C-70 C. Cooling Tower berfungsi untuk menurun temperatur⁰ ⁰

sludge menjadi 35 C - 40 C sehingga aktivitas mikroorganisme dalam⁰ ⁰

mengurai senyawa-senyawa organik dapat beradaptasi dengan suhu limbah cair.

3.10.2.2. Seeding Pond

Untuk menampung sirkulasi dari An aerobic II sebagai bibit bakteri yang akan mendekomposisi senyawa-senyawa organik air limbah yang masuk dari V-notch. Dari kolam ini limbah cair mengalir ke anaerobic pond secara gravitasi.Kedalaman = 3 m dengan retention time 4 hari 3.10.2.3. Anaerobic pond I dan II


(57)

Untuk menguraikan butiran-butiran minyak yang masih tersisa atau senyawa-senyawa organik yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan mikroorganisme anaerob. Kolam Anaerob dapat menghasilkan CH4 (gas methan), CO2 dan endapan solid. pH

Limbah cair >6 dan ketebalan scum <10cm. Bila scum lebih tebal dari 10 cm di tarik ke pinggir secara manual. Periksa gelembung yang methan yang terjadi. Gelembung dan bau menandakan terjadinya proses penguraian atau perombakan butiran minyak menjadi asam yang mudah menguap oleh mikroorganisme anaerob.

Dari kolam ini limbah cair mengalir ke fakultatif pond secara gravitasi. Kedalaman harus dipertahankan >3 m (dari kedalaman awal 5,5 m) agar aktivitas bakteri tidak menurun. Retention time ≥ 80 hari

3.10.2.4. Facultative Pond I dan II

Untuk merombak senyawa organik yang masih tersisa dari kolam an-aerobic dengan bantuan bakteri aerob dan anaerob. pH 7,6-7,8.

Dari kolam ini limbah cair mengalir ke aerobic pond secara gravitasi. Kedalaman kolam = 3 m dengan retention time 25 hari.

3.10.2.5. Aerobic Pond

Untuk proses degradasi dengan bantuan bakteri aerob sehingga diperlukan injeksi udara (yang dibutuhkan O2-nya) ke dalam air limbah

dengan bantuan Aerator yang harus dioperasikan terus menerus.

Dari kolam ini limbah cair mengalir ke sedimentation pond secara gravitasi.

Kedalaman ≤ 2 meter sehingga sinar matahari masuk sampai ke dasar kolam dengan retention time ≥ 50 hari.

3.10.2.6. Sedimentation Pond.

Untuk mengendapkan hasil penguraian butiran minyak dan padatan lain yang berasal dari kolam aerobic. Limbah cair dari bagian atas dari kolam ini limbah cair mengalir menuju v-notch secara gravitasi.


(58)

Kedalaman harus dipertahankan >3 m (dari kedalaman awal 5,5 m) dengan RT ≥ 80 hari.

3.10.2.7. Trouble Shooting

Jika kadar minyak pada outlet Seeding pond > 0,5% terhadap contoh, kemungkinan disebabkan:

1. Banyak kebocoran minyak di stasiun klarifikasi

2. Lossis minyak disludge separator >0,5% terhadap contoh

3. Pengutipan minyak di stasiun klarifikasi dan bak fat-pit tidak efektip 4. Jika pH <6 dan ketebalan scum >10cm di Anaerobic pond, berarti

proses perombakan lemak oleh mikroorganisme berlangsung tidak sempurna. Kemungkinan disebabkan sirkulasi dari bak Anaerobic Pond ke Seeding pond kurang volumenya.

5. Jika pH pada Facultative Pond <7,6, berarti proses penguraian butiran minyak pada kolam-kolam sebelumnya tidak berlangsung efektif.

6. Jika Aerator tidak dapat dioperasikan kemungkinan disebabkan kerusakan aerator atau tidak ada arus listrik.

3.10.2.8. Perawatan Kolam

a. Menguras lumpur dalam kolam, jika lumpur telah memenuhi 1/3 kedalaman kolam awal.

b. Menipiskan scum tebal yang mengambang pada kolam anaerobik untuk mencegah pembiakan lalat.

c. pH kolam Anaerobik agar dijaga pada kisaran 6 -8, agar : - Bakteri methanogenesis (bakteri penghasil gas metan) aktif.


(59)

- Sebagian besar sulfida mengendap sehingga mengurai bau (pH>7.5)

d. Sirkulasi untuk membantu menstabilkan pH dan menjaga kecukupan substrat.

e. Membuang scum yang mengambang di kolam fakultative dan kolam anaerobik secara berkala.

f. Membuang solid yang terakumulasi di sekitar inlet dan outlet setiap kolam.

g. Memeriksa inlet dan outlet kolam secara rutin untuk mencegah penyumbatan.

h. Pemeliharaan rutin konstruksi kolam dan memperbaiki segera setiap kerusakan dan erosi pada dinding kolam.

3.10.3. Pengolahan Limbah Cair Sistem Lumpur Aktif 3.10.3.1. Bak Ekualisasi

Limbah cair berasal dari outlet Ponding System dialirkan dan ditampung pada bak ekualisasi dan dinetralkan pada pH 6-9, optimalnya 7. Kondisi bak harus dalam keadaan bersih, bebas kotoran/sampah. Limbah cair ini dialirkan dengan pompa ke kolam aerasi

3.10.3.2. V-notch inlet

Sama seperti ponding system 3.10.3.3. Bak Aerasi

Limbah cair dicampur-adukkan dengan biakan bakteri aerob. Bakteri dipelihara dalam jumlah yang cukup dan sehat dengan cara menjaga dan memenuhi kebutuhan makanan serta oksigen secara seimbang. Makanan diharapkan dapat terpenuhi dari zat-zat organik pencemar dalam air limbah oksigen dengan cara menginjeksikan udara secara


(60)

terus-menerus dengan menggunakan blower. pH 6-9. Temperatur 27-33

OC. Perbanding-an CNP 100:20:5.

SV-30 = 300-500. Partikel endapan

harus kasar. Massa campuran akan mengalir ke bak sedimentasi secara gravitasi

3.10.3.4. Bak Sedimentasi

Massa lumpur aktif akan mengendap ke dasar kolam. Proses pengendapan harus berjalan tenang, jangan turbulensi aliran. Massa lumpur aktif semakin lama semakin menebal sehingga harus dikeluarkan dengan menggunakan air lift pump kembali ke bak aerasi melalui v-notch lumpur balik. Saat lumpur aktif berlebih (ditandai dengan SV-30 > 500) maka lumpur di alirkan ke bak saringan pasir.

Bagian yang jernih diatas akan mengalir secara gravitasi ke bak kontrol. 3.10.3.5. Pompa Lumpur Balik

Untuk memompa kembali massa lumpur aktif ke bak aerasi melalui v-notch inlet atau ke bak saringan pasir. Pompa biasanya menggunakan jenis air lift pump, bisa juga dengan pompa lumpur biasa.

3.10.3.6. V-notch Lumpur Balik

Untuk mengukur debit lumpur balik yang dikembalikan ke bak aerasi 3.10.3.7. Bak Saringan Pasir

Untuk menyaring lumpur berlebih dari bak sedimentasi. Lumpur yang tersaring akan mengering dapat digunakan sebagai pupuk organik (kompos). Air yang melalui saringan pasir dikembalikan lagi bak aerasi melalui v-notch inlet.

3.10.3.8. Bak kontrol

Untuk mengukur tingkat kejernihan (tansparancy) limbah cair yang akan dibuang ke badan air.

3.10.3.9. V-Notch Oulet

Volume limbah cair yang dibuang ke badan air harus diukur debitnya setiap hari dengan menggunakan alat ukur V-Notch dilengkapi dengan


(61)

tabel konversi. Lokasi v-notch ini harus diukur titik koordinat buminya dengan alat GPS sekaligus menjadi titik sampling outlet PKS.


(1)

(mg/l) Max (kg/ton) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. BOD5 COD TSS

Minyak & Lemak N-Total

pH

Debit : 2,5 m3/ton

100 350 250 25 50 6 - 9

0.25 0.88 0.63 0.063 0.125

6 – 9

3.10.2. Pengolahan Limbah Cair Sistem Ponding. 3.10.2.1. Cooling Tower

Inlet limbah cair berasal dari bak Fat pit dialirkan melalui Cooling Tower. Pada umumnya temperatur sludge yang dihasil dari proses pabrik berkisar 60 C-70 C. Cooling Tower berfungsi untuk menurun temperatur⁰ ⁰ sludge menjadi 35 C - 40 C sehingga aktivitas mikroorganisme dalam⁰ ⁰ mengurai senyawa-senyawa organik dapat beradaptasi dengan suhu limbah cair.

3.10.2.2. Seeding Pond

Untuk menampung sirkulasi dari An aerobic II sebagai bibit bakteri yang akan mendekomposisi senyawa-senyawa organik air limbah yang masuk dari V-notch. Dari kolam ini limbah cair mengalir ke anaerobic pond secara gravitasi.Kedalaman = 3 m dengan retention time 4 hari 3.10.2.3. Anaerobic pond I dan II


(2)

Untuk menguraikan butiran-butiran minyak yang masih tersisa atau senyawa-senyawa organik yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan mikroorganisme anaerob. Kolam Anaerob dapat menghasilkan CH4 (gas methan), CO2 dan endapan solid. pH

Limbah cair >6 dan ketebalan scum <10cm. Bila scum lebih tebal dari 10 cm di tarik ke pinggir secara manual. Periksa gelembung yang methan yang terjadi. Gelembung dan bau menandakan terjadinya proses penguraian atau perombakan butiran minyak menjadi asam yang mudah menguap oleh mikroorganisme anaerob.

Dari kolam ini limbah cair mengalir ke fakultatif pond secara gravitasi. Kedalaman harus dipertahankan >3 m (dari kedalaman awal 5,5 m) agar aktivitas bakteri tidak menurun. Retention time ≥ 80 hari

3.10.2.4. Facultative Pond I dan II

Untuk merombak senyawa organik yang masih tersisa dari kolam an-aerobic dengan bantuan bakteri aerob dan anaerob. pH 7,6-7,8.

Dari kolam ini limbah cair mengalir ke aerobic pond secara gravitasi. Kedalaman kolam = 3 m dengan retention time 25 hari.

3.10.2.5. Aerobic Pond

Untuk proses degradasi dengan bantuan bakteri aerob sehingga diperlukan injeksi udara (yang dibutuhkan O2-nya) ke dalam air limbah

dengan bantuan Aerator yang harus dioperasikan terus menerus.

Dari kolam ini limbah cair mengalir ke sedimentation pond secara gravitasi.

Kedalaman ≤ 2 meter sehingga sinar matahari masuk sampai ke dasar kolam dengan retention time ≥ 50 hari.

3.10.2.6. Sedimentation Pond.

Untuk mengendapkan hasil penguraian butiran minyak dan padatan lain yang berasal dari kolam aerobic. Limbah cair dari bagian atas dari kolam ini limbah cair mengalir menuju v-notch secara gravitasi.


(3)

Kedalaman harus dipertahankan >3 m (dari kedalaman awal 5,5 m) dengan RT ≥ 80 hari.

3.10.2.7. Trouble Shooting

Jika kadar minyak pada outlet Seeding pond > 0,5% terhadap contoh, kemungkinan disebabkan:

1. Banyak kebocoran minyak di stasiun klarifikasi

2. Lossis minyak disludge separator >0,5% terhadap contoh

3. Pengutipan minyak di stasiun klarifikasi dan bak fat-pit tidak efektip 4. Jika pH <6 dan ketebalan scum >10cm di Anaerobic pond, berarti

proses perombakan lemak oleh mikroorganisme berlangsung tidak sempurna. Kemungkinan disebabkan sirkulasi dari bak Anaerobic Pond ke Seeding pond kurang volumenya.

5. Jika pH pada Facultative Pond <7,6, berarti proses penguraian butiran minyak pada kolam-kolam sebelumnya tidak berlangsung efektif.

6. Jika Aerator tidak dapat dioperasikan kemungkinan disebabkan kerusakan aerator atau tidak ada arus listrik.

3.10.2.8. Perawatan Kolam

a. Menguras lumpur dalam kolam, jika lumpur telah memenuhi 1/3 kedalaman kolam awal.

b. Menipiskan scum tebal yang mengambang pada kolam anaerobik untuk mencegah pembiakan lalat.

c. pH kolam Anaerobik agar dijaga pada kisaran 6 -8, agar : - Bakteri methanogenesis (bakteri penghasil gas metan) aktif.


(4)

- Sebagian besar sulfida mengendap sehingga mengurai bau (pH>7.5)

d. Sirkulasi untuk membantu menstabilkan pH dan menjaga kecukupan substrat.

e. Membuang scum yang mengambang di kolam fakultative dan kolam anaerobik secara berkala.

f. Membuang solid yang terakumulasi di sekitar inlet dan outlet setiap kolam.

g. Memeriksa inlet dan outlet kolam secara rutin untuk mencegah penyumbatan.

h. Pemeliharaan rutin konstruksi kolam dan memperbaiki segera setiap kerusakan dan erosi pada dinding kolam.

3.10.3. Pengolahan Limbah Cair Sistem Lumpur Aktif 3.10.3.1. Bak Ekualisasi

Limbah cair berasal dari outlet Ponding System dialirkan dan ditampung pada bak ekualisasi dan dinetralkan pada pH 6-9, optimalnya 7. Kondisi bak harus dalam keadaan bersih, bebas kotoran/sampah. Limbah cair ini dialirkan dengan pompa ke kolam aerasi

3.10.3.2. V-notch inlet

Sama seperti ponding system 3.10.3.3. Bak Aerasi

Limbah cair dicampur-adukkan dengan biakan bakteri aerob. Bakteri dipelihara dalam jumlah yang cukup dan sehat dengan cara menjaga dan memenuhi kebutuhan makanan serta oksigen secara seimbang. Makanan diharapkan dapat terpenuhi dari zat-zat organik pencemar dalam air limbah oksigen dengan cara menginjeksikan udara secara


(5)

terus-menerus dengan menggunakan blower. pH 6-9. Temperatur 27-33

OC. Perbanding-an CNP 100:20:5.

SV-30 = 300-500. Partikel endapan

harus kasar. Massa campuran akan mengalir ke bak sedimentasi secara gravitasi

3.10.3.4. Bak Sedimentasi

Massa lumpur aktif akan mengendap ke dasar kolam. Proses pengendapan harus berjalan tenang, jangan turbulensi aliran. Massa lumpur aktif semakin lama semakin menebal sehingga harus dikeluarkan dengan menggunakan air lift pump kembali ke bak aerasi melalui v-notch lumpur balik. Saat lumpur aktif berlebih (ditandai dengan SV-30 > 500) maka lumpur di alirkan ke bak saringan pasir.

Bagian yang jernih diatas akan mengalir secara gravitasi ke bak kontrol. 3.10.3.5. Pompa Lumpur Balik

Untuk memompa kembali massa lumpur aktif ke bak aerasi melalui v-notch inlet atau ke bak saringan pasir. Pompa biasanya menggunakan jenis air lift pump, bisa juga dengan pompa lumpur biasa.

3.10.3.6. V-notch Lumpur Balik

Untuk mengukur debit lumpur balik yang dikembalikan ke bak aerasi 3.10.3.7. Bak Saringan Pasir

Untuk menyaring lumpur berlebih dari bak sedimentasi. Lumpur yang tersaring akan mengering dapat digunakan sebagai pupuk organik (kompos). Air yang melalui saringan pasir dikembalikan lagi bak aerasi melalui v-notch inlet.

3.10.3.8. Bak kontrol

Untuk mengukur tingkat kejernihan (tansparancy) limbah cair yang akan dibuang ke badan air.

3.10.3.9. V-Notch Oulet

Volume limbah cair yang dibuang ke badan air harus diukur debitnya setiap hari dengan menggunakan alat ukur V-Notch dilengkapi dengan


(6)

tabel konversi. Lokasi v-notch ini harus diukur titik koordinat buminya dengan alat GPS sekaligus menjadi titik sampling outlet PKS.