Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Standar Kualitas Pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942008110 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data-data yang terkumpul sebagai hasil dari angket dan wawancara ini kemudian dilakukan analisa guna mencapai tujuan penelitian dan akan dijelaskan sesuai dengan dasar teori yang ada dan relevan sehingga pertanyaan penelitian bisa terjawab dengan tuntas. Dalam analisa ini diperlukan interprestasi dari peneliti dalam memahami hasil perolehan data sehingga terjadi frame yang sama dari tujuan penelitian sampai kesimpulan.

Dalam pembahasan ini diuraikan dalam dua sub bab yaitu sub bab yang mendiskripsikan responden dan elemen kajian kualitas pendidikan sebagimana paparan teori yang ada.

4.1.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan cerminan dari subyek yang diteliti sehingga dengan karakteristik ini responden menjadi lebih dikenali secara utuh. Selain itu juga akan sangat membantu dalam menganalisa data yang diperoaleh.

Responden penelitian ini merupakan para tenaga pendidik di TK se-Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, baik para penilik sekolah sampai tenaga guru yang telah diperoleh melalui servey dan angket yang diberikan kepada para responden hasil perolehan


(2)

tersebut disajikan dalam tabel 4.1, sebagaimana disajikan berikut.

Dalam tabel ini responden digambarkan dalam klasifikasi menurut umur, tingkat pendidikan dan sertifikat pendidik. Pengklasifikasian umur menggunakan interval 10 yang dimulai pada umur 21 tahun, sedangkan pengklasifikasian tingkat pendidikan dimulai dari tingkat pendidikan SMP sampai S-2.

Tabel 4. 1 Karakteristik Responden

Keterangan Guru Kepala Pengawas Total

N % N % N % N %

Kelompok Umur 1. 21-30 Tahun 2. 31-40 Tahun 3. 41-50 Tahun 4. 51-60 Tahun

16 25 24 6 23% 35% 34% 8% - 6 10 2 - 33% 56% 11% - - 3 1 - - 75% 25% 16 31 37 9 17,2% 33,3% 39,8% 9,7% Pendidikan SMP SMA Diploma S1 S2 1 37 29 4 - 1,4% 52,1% 40,9% 5,6% - - 1 2 14 1 - 5,5% 11% 78% 5,5% - - - 2 2 - - - 50% 50% 1 38 31 20 3 1,1% 40,9% 33.3% 21,5% 3,2% Sertifikat Pendidik Belum memiliki Sudah memiliki 70 1 98,5% 1,5% 16 2 89% 11% - 4 0 100% 86 7 92.5% 7,5% Sumber: Data Primer diolah, 2011


(3)

4.1.1.

Umur Tenaga Pendidik

Dari kelompok umur ini, responden kelompok umur 41 – 50 th memiliki jumlah 37 orang (dari N Total), terbanyak dalam semua kelompok umur. Sedangkan memasuki kelompok umur senja responden hanya berjumlah 9 orang, sehingga sebagian besar responden adalah para generasi muda yang memiliki daya kreasi dan masih energik. Dari semua kelompok umur, responden dengan jumlah terbesar adalah responden dengan jabatan guru sebesar 25 orang berada pada kelompok umur 2.

Gambaran mengenai Kepala TK di Kecamatan Bergas, dalam tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah Kepala TK di Kecamatan Bergas adalah 18 orang. Kelompok umur 31 -40 th berjumlah 6 orang atau 33 persen dan 10 orang (56%) berada pada berusia 41-50 tahun dan 2 orang berusia 51-60 tahun.

Selanjutnya untuk jumlah guru TK di Kecamatan Bergas sebanyak 71 orang, dengan 16 orang (23%) berusia antara 21-30 tahun, 25 orang berusia antara 31-40 tahun, dan 24 orang atau 34% berusia 41-50 tahun dan 6 orang berusia 51-60 tahun. Dengan gambaran ini guru memiliki kelompok umur yang lebih muda dari kepala sekolah.

4.1.2.

Tingkat Pendidikan Responden

Dari segi tingkat pendidikan, responden yang berpendidikan SMA memiliki prosentase terbesar yaitu 40,9% (N Total), prosentase terbesar ini di sumbang


(4)

dari jumlah guru yang berpendidikan SMA berjumlah (N Guru) 37 orang atau 52,1 % dari keseluruhan guru. Disusul kemudian guru yang berpendidikan Diploma yaitu 40,9 persen.

Selanjutnya tingkat pendidikan responden sebagaimana ditampilkan dalam tabel 4.1 memperlihatkan bahwa 42% guru adalah berpendidikan diploma kebawah (SMA dan SMP), guru TK yang berpendidikan SMP hanya 1 orang atau 1,4% (N Guru). Data ini menggambarkan bahwa dari tingkat pendidikan ternyata responden memiliki tingkat pendidikan yang memadai untuk mengelola lembaga pendidikan setingkat TK mengingat prosentase guru 46,5% berpendidikan diatas SMA yang terdiri dari 40,9% yang berpendidikan SMA (SPG) sebanyak 4 orang atau 5,6%, berpendidikan S-1 (dari N Guru).

Untuk tingkat pendidikan para responden yang memegang jabatan Kepala sekolah memiliki prosentase yang besar yaitu 78% berada pada tingkat pendidikan S-1 (N Kepala).Dengan prosentase yang terbesar ini memungkinkan dilakukannya peningkatan Standar Kualitas Pendidikan diwilayah penelitian. Namun jumlah ini jika dilihat dari N Total yang berpendidikan S-1 berjumlah 20 orang (21,5%)

Sedangkan untuk pengawas semua berpendidikan diatas S-1 bahkan 50% diantaranya berpendidikan S-2.Dengan adanya potensi pengawas yang telah mencapai tingkat pendidikan sangat memadai memberikan peluang yang besar terhadap


(5)

terjadinya pencapain peningkatan Standar Kualitas Pendidikan diKecamatan Bergas ini.

4.1.

Profesionalisme Pendidik

Profesionalisme pendidik merupakan syarat standar pendidik dan tenaga kependidikan, sebagaimana dijabarkan dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 kriteria pendidikan pra-jabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan diuraikan dengan beberapa bagian standar, yakni standar kualifikasi akademik dan kualifikasi guru.Sedangkan untuk pengawas sekolah mengacu pada Permendiknas No. 12 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah dan dijabarkan lebih lanjut dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007.

Dari data yang diperoleh di lapangan jumlah tenaga pendidik mulai dari guru, kepala sekolah dan pengawas yang sudah bersertifikat atau mempunyai sertifikat pendidik hanya 7 orang dengan rincian 1 orang guru, 2 orang kepala sekolah dan semua sample dari pengawas. Dengan kondisi ini secara prosentase masih jauh dari cukup.

Dengan kemampuan potensi yang demikian menjadi tugas berat bagi para penilik untuk dapat mendongkrak semua komponen tenaga pendidik, sehingga guru yang hanya 1,5% yang bersertifikat dan 11% untuk kepala sekolah yang bersertifikat harus


(6)

mampu mengimbangi dan memiliki kemauan untuk maju bersama. Kecilnya prosentase Guru yang berpendidikan S-1 ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidak mengurangi kemungkinan bisa dilakukan peningkatan kualitas pendidikan karena masih ada potensi dari para kepala sekolah.

4.2.

Standar

KualitasPeningkatan

Pendidikan

Dalam menguraikan permasalahan standar kualitas ini akan dibahan dalam sub bab standar kualitas, Kendala dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan peningktan kualitas pendidian taman kanak-kanan.

4.2.1. Standar Kualitas

Dalam melakukan analisa terhadap data yang diperoleh dan berdasarkan pada pengelompokkan data maka data akan dibahas ke dalam empat sub-bab yaitu sub-bab yang membahas aspek guru, sub-bab yang membahas kurikulum, sub-bab aspek admosfer akademik, dan sub-bab sumber keilmuan. Dengan pembahasan tersebut diharapkan dapat mempertajam pemahaman terhadap kajian standar kualitas pendidikan diwilayah kecamatan Bergas.

A. Aspek Guru

Pendidikan adalah sebuah “proses”, bermutu atau tidaknya output pendidikan perlu memperhatikan


(7)

berbagai input, termasuk kemampuan guru (Suryasubroto, 2004). Di daerah penelitian ini tenaga guru yang ada lebih banyak bersifat sukarela, dan benar-benar mengabdi untuk pendidikan disisi lain mutu pendidikan amat ditentukan oleh kualitas dan komitmen seorang guru.

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden dalam penelitian pendidikan di TK/SD se-Kecamatan Bergas yang menjadi sampel terbesar dalam analisa ini adalah komponen guru (71 sampel), selanjutnya Kepala TK (18 sampel) dan Pengawas (4 sampel). Pada responden pengawas TK/SD di Kecamatan Bergas 3 orang (75%) diantarany berusia antara 41-50 tahun dan 1 orang berusia 51-60 tahun. Dari segi pendidikan jumlah pengawas TK/SD yang berpendidikan S1 sebanyak 2 orang dan berpendidikan S2 sebanyak 2 orang. Keseluruh pengawas TK/SD semuanya sudah memperoleh sertifikat pendidik.

Jika dilihat pada masing-masing indikator pertanyaan pada aspek guru,responden menjawab cukup setuju atas kemampuan mengajar guru TK sudah baik dengan rata-rata jawaban 3.75 yang mengandung arti responden menyatakan setuju, kedua pilihan jawaban ini mempunyai penyimpangan baku (Sd) yang besar 0,50 (tabel 4.2) simpangan baku ini mencerminkan adanya jawaban yang bervariasi antara setuju.

Selanjutnya responden yang menyatakan setuju atas rasio guru dan siswa sudah sesuai, rerata jawaban


(8)

berada pada jawaban sangat setuju, hal ini digambarkan dari rerata jawaban guru 4,5 dengan simpangan baku 0,57, rerata jawaban kepala sekolah 4.11 dengan simpangan baku 0,76 dan rerata jawaban penilik 3,49 dengan simpangan 0,73. Dengan rerata jawaban yang berada diatas nilai 4 ini mengandung arti hampir semua responden setuju dengan tanggapan tentang rasio guru dan siswa TK di Kecamatan Bergas sudah sesuai. Atau pengertian ini juga memberi gambaran bahwa semua responden sudah sepaham dengan maksud dari pertanyaan ini.

Tabel 4. 2 Aspek Guru : Kemampuan, Rasio dan Kualitas

Aspek Guru Guru Kepala TK Pengawas

TL/SD

A

Rata-rata Sd

Rata-rata Sd

Rata-rata Sd

1. Tanggapan tentang

kemampuan mengajar guru TK di Kecamatan Bergas sudah baik

2. Tanggapan tentang rasio

guru dan siswa TK di Kecamatan Bergas sudah sesuai

3. Tanggapan terhadap

guru TK di Kecamatan Bergas memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendidikan 3.75 4.50 4.75 0.50 0.57 0.50 3.61 4.11 4.33 0.77 0.76 0.73 0.00 3.49 4.00 0.00 0.73 0.76

Rata-rata 4,5 4.15 4.33

Total 4,33


(9)

Responden yang memberi tanggapan tentang guru memiliki kesempatan meningkatkan pendidikan, rerata jawaban dari responden yang berstatus guru mempunyai nilai 4,75, responden yang mempunyai jabatan kepala sekolah 4,33 dan penilik mempunyai nilai 4. Semua jawaban dari semua kelompok responden yang berada pada posisi 4 ini bisa dimaknai bahwa semua responden sudah sepham dengan maksud pertanyaan “tanggapan terhadap guru TK di Kecamatan Bergas memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendidikan.

Peranan pengawas dalam meningkatkan standar kualitas pendidikan diTK wilayah Kecamatan Bergas dapat diketahui dari hasil kuesioner yang terangkup dalam tabel 4.2 sampai dengan tabel 4.5. Dalam tabel 4.2 menunjukkan kemampuan mengajar guru TK sudah baik, atas pertanyaan ini rerata untuk hasil pengawas memberikan nilai 3,75 dengan Sd 0,5 artinya antara setuju dengan dan sangat setuju bahwa pengajar guru TJ di Kecamatan Bergas sudah baik dalam posisi berimbang. Pengukuran ini tidak menyertakan guru sebagai sampel karena guru merupakan komponen yang diukur (dinilai). Disisi lain hasil yang yang diperoleh dari Kepala Sekolah lebih kuat menyatakan setuju hal ini terlihat dari Sd 0.77 dalam tabel 4.2 tentang Aspek Guru.

Sedangkan pada elemen pertanyaan berikutnya responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju atas rasio guru dan siswa sudah sesuai dari guru dan


(10)

kepala sekolah masing-masing memberikan hasil SD 0,76 dan 0,73, tetapi hasil ini menurut Penilik dengan nilai 0,57 memberikan pengertian bahwa rasio guru dan siswa sudah sesuai penilik menyatakan sangat setuju tetapi bagi penilik lainnya setuju.

Selanjutnya untuk kesempatan meningkatkan pendidikan responden menyatakan guru TK di Kecamatan Bergas memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendidikan untuk guru dan kepala sekolah memberikan apresiasi yang hampir sama tetapi penilik sekolah tidak demikian. Hasil ini hampir sama dengan rasio guru dan siswa.Dari keseseluruhan pengukuran tentang aspek guru semua responden memberikan rerata sebesar 4,33 yang berarti setuju (sebatas setuju saja).

B. Aspek Kurikulum

Aspek kurikulum, semua responden menyatakan bahwa kurikulum yang dilaksanakan di TK sudah memuat model pembelajaran untuk anak usia dini, sehingga sudah tepat. Selain itu dalam kurikulum yang diwujudkan dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH) maupun Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) sudah memuat cara penilaian terhadap aktivitas siswa.

Dalam melakukan pengukuran aspek kurikulum ini yang menjadi obyek pengukuran adalah Para Pengawas. Dari hasil perolehan analisa data, diperoleh pengertian yang sama dari seluruh pengawas yang ditandai dengan hasil nilai rata-rata 5 (sangat setuju)


(11)

tanpa adanya simpangan baku. Tidak adanya simpangan dikarenakan sampel homogen dari jabatan, pendidikan dan kecilnya sampel pengawas sehingga memungkinkannya keluar nilai mutlak tidak ada simpangan baku. Jadi dalam hal kurikulum semua pengawas memiliki pengertian, pemahaman, dan persepsi yang persis sama dengan maksud peneliti. Untuk lebih jelasnya seperti yang ditampilkan dalam tabel 4.3 berikut.

Tabel 4. 3 Aspek Kurikulum : Pelaksanaan, Muatan dan Penilaian

Aspek Kurikulum Guru Kepala TK Pengawas

TL/SD

B

Rata-rata Sd

Rata-rata Sd

Rata-rata Sd

1 Tanggapan terhadap

kurikulum dilaksanakan sudah sesuai dengan materi

2 Tanggapan tentang

kurikulum yang

dilaksanakan memuat cara pembelajaran yang tepat

3 Tanggapan tentang

kurikulum sudah memuat cara penilaian 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5.00 5.00 5.00 0 0 0

Rata-rata 0 0 5

Total 1.67

Sumber: Data Primer diolah, 2011 C. Aspek Atmosfer Akademik

Dalam hal atmosfer akademik, menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru sudah berusaha menumbuhkan sikap ilmiah, meskipun masih sangat sederhana, yaitu terlihat dari jawaban


(12)

responden yang menyatakan setuju sebanyak 4 orang dan cukup setuju sebanyak 14 orang dengan rerata 3,65 dan simpangan baku 0,76, nilai ini lebih menguatkan bahwa sikap ilmiah di kalangan guru biasa saja dan terbukti dengan simpangan baku yang nilainya besar.

Namun bagi kepala sekolah tidak demikian, kepala sekolah menganggap sangat setuju dengan sikap ilmiah ini yaitu dengan Sd yang kecil yang berarti hampir sama persepsi atas sikap ilmiah ini dan rerata juga mendekati nilai 4 (3,83). Sedangkan untuk pengawas menilai berbeda yaitu dengan ditunjukkan nilai Sd 0,57 dengan rerata 3,50 yang berarti biasa saja dalam menilai sikap ilmiah para guru.

Selanjutnya pada sikap kreatif semua responden menyatakan sangat setuju dengan ditunjukkan rerata 4,21 guru sendiri sebagai bagian yang dinilai memberikan nilai rerata 3,90 dan tertinggi kepala sekolah denga nilai 4,50.

Dari keseluruhan nilai dari aspek atmosfer akademik ini rerata cukup tinggi yaitu 3,94 hanya kurang 0,06 untuk mencapai sempurna 4 (empat) hal ini mengandung arti bahwa semua responden dalam memberikan apresiasi akademik baik secara ilmiah maupun sikap kreatif dikategorikan sangat setuju


(13)

Tabel 4. 4 Aspek Atmosfer Akademik : Sikap Ilmiah dan Kreatif

Aspek Atmosfer Akademik Guru Kepala TK Pengawas

TL/SD

C

Rata-rata Sd

Rata-rata Sd

Rata-rata Sd

1. Tanggapan tentang

guru menumbuhkan sikap ilmiah

2. Tanggapan guru

memiliki sikap kreatif dalam pembelajaran

3.65

3.90

0.76

0.81

3.83

4.50

0.38

0.61

3.50

4.25

0.57

0.50

Rata-rata 3.78 4.17 3.88

Total 3.94

Sumber: Data Primer diolah, 2011 D. Aspek Sumber Keilmuan

Dalam hal aspek sumber keilmuan tanggapan responden menunjukkan bahwa sarana prasarana di TK Kecamatan Bergas memang sudah ada, namun belum mendukung kegiatan belajar mengajar baik afektif, fisik maupun psikomotorik. Semua responden menyatakan bahwa dalam pengadaan sarana prasarana memang masih terkendala pembiayaan, terlihat dari jawaban responden yang menyatakan sangat setuju tanpa ada simpangan baku (Sd) (lihat tabel 4.5).

Demikian halnya responden juga menyatakan bahwa sumber pendanaan pendidikan memang berasal dari iuran orangtua untuk TK/RA swasta, sedangkan TK Negeri berasal dari pemerintah daerah, atas pertanyaan ini rerata jawaban sangat setuju dengan simpangan baku bagi penilik 0.5, kepala sekolah 0.43 dan guru 0,65.


(14)

Dalam hal sumber keilmuan menunjukkan bahwa sarana prasarana di TK Kecamatan Bergas memang sudah ada, namun belum mendukung kegiatan belajar yang terlihat dari jawaban responden yang menyatakan setuju rerata guru 4,37, rerata kepala sekolah 4,56 dan rerata pengawas 4,75.

Tabel 4. 5 Aspek Sumber Keilmuan

Aspek Sumber Keilmuan Guru Kepala TK Pengawas

TL/SD

D

Rata-rata Sd

Rata-rata Sd

Rata-rata Sd

1. Tanggapan tentang sarana

prasarana belum mendukung KBM

2. Tanggapan tentang

pengadaan sarana prasarana masih terkendala pembiayaan

3. Tanggapan tentang sumber

dana pendidikan dari orangtua 3.93 4.37 4.55 0.66 0.68 0.65 4.17 4.56 4.83 0,62 0.70 0.43 4.25 5.00 4.75 0.50 0.00 0,50

Rata-rata 4.28 4.52 4.66

Total 4.49

Sumber: Data Primer diolah, 2011

4.2.2. Kendala dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Berdasarkan jawaban responden yang didukung dengan beberapa hasil wawancara dapat diuraikan beberapa masalah dalam peningkatan standar kualitas pendidikan diTK Kecamatan Bergas sebagai berikut: 1) Masalah kualifikasi pendidikan yang harus

terpenuhi di era globalisasi ini adalah salah satunya penyesuaian akademik, saat ini masih banyak guru


(15)

yang merupakan sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi ijasah di bawah stándar yang telah dibakukan oleh pemerintah, yang kualifikasinya belum Strata I atau D IV. Maka dari itu guru yang merupakan sumber daya manusia perlu menyetarakan ijasah kulifikasi akademiknya. Maka mereka yang belum SI atau D.IV harus menempuh penyetaraan atau mereka harus sekolah lagi. Akhirnya mereka harus mengikuti penyetaraan untuk sekolah lagi.

2) Masalah yang berkaitan dengan menejemen dalam bidang pendidikan, berkaitan dengan menejemen yang berkitan dengan kelembagaan diantaranya adalah menejemen yang berkaitan dengan pembinaan organisasi. Satu diantaranya adalah pemahaman tentang menajemen gugus yang ada di lembaga TK/RA.

3) Rendahnya pemahaman yang berkaitan dengan kontribusi yang mendukung keberhasilan lembaga pendidikan. Maka sekarang ini seorang guru haruslah banyak belajar untuk memahami manajemen yang berkitan dengan kelembagaan pendidikan, dengan banyak mengikuti latihan dan pendidikan.

4) Kurangnya penyegaran dan pemahamn tentang sesuatu yang berkaitan dengan peningkatan mutu lembaga pendidikan, maka lembaga – lembaga yang ada harus banyak mengadakan workshop dan penyegaran – penyegaran pemahaman menejemen


(16)

pendidikan yag marak dilakukan oleh banyak kalangan, maka guru sebagai sumber daya manusia yang handal dan proaktif maka harus berani utnuk senantiasa mengikuti perkembangan yang ada, sehingga akan memudahkan mengadapi perkemnagan dengan kesiapan mental dan disiplin ilmu yang semakin meningkat.

4.2.3. Standar Kualitas Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada dalam kelembagaan dalam rangka meningkatan mutu pendidikan di TK adalah beberapa hal sebagai berikut:

1) Program Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan.

Beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan TK yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, Bidang PNFI, antara lain:

a.Peningkatan profesionalisme guru TK melalui kegiatan pelatihan/penataran sistem pembinaan profesinal (SPP) baik di tingkat pusat maupun daerah;

Hal ini akan tercantum pada pasal 8 UU Guru dan Dosen yang menjelaskan tentang Sertifikat Profesi Pendidik.


(17)

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional”. Sedang semangat dari

pasal ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pendidik itu sendiri, serta berusaha lebih menghargai profesi pendidik. Dengan sertifikasi diharapkan lebih menghargai profesi guru, dan meningkatkan mutu guru di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai langkah menjadikan guru sebagai tenaga profesional.

b.Pengangkatan guru PNS oleh Dinas Pendidikan setempat yang dilaksanakan berdasarkan USB TK Negeri Pembina/ Percontohan tingkat Kabupaten/Kota dengan kualifikasi pendidikan SPGTK, PGTK dan DII-PGTK;

c. Peningkatan kinerja pengawas TK/SD melalui kegiatan pelatihan khusus bagi pengawas TK/SD; Penerapan paradigma baru dunia pendidikan yakni: schooling ke learning, instructive ke fasilitatif, knowledge ke competency based (manajemen berbasis sekolah), centralization ke decentralization, dan government role ke community role (masyarakat madani); Sampai saat ini cukup banyak penyelenggara pendidikan (yayasan-yayasan) yang tidak jelas keberadaannya, seperti RA yang berada di bawah yayasan Ya Islami, yang kurang perhatian. Dalam pelaksanaanya banyak lembaga pendidikan yang


(18)

belum memenuhi standar mutu pelayanan pendidikan danstandar mutu pendidikan yang diharapkan. Hal ini disebabkan yayasan-yayasan tersebut terkesan memaksakan diri untuk mendirikan lembaga pendidikan, sehingga banyak lembaga pendidikan yang tidak layak, karena sarana dan prasarana pendidikan yang jauh dari memadai, guru yang tidak kompeten, organisasi yang tidak dikelola dengan baik.

d. Menyusun materi kegiatan dalam PKB TK sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dan kondisi lingkungannya;

e. Menyelenggarakan TK dengan memperhatian prinsip-prinsip PKB TK, bermain, lingkungan anak;

f. Peningkatan Mutu TK Pembina sebagai Gugus TK Rujukan;

g. Lomba kreativitas bagi guru/kepala TK; h. Lomba Gugus TK;

i. Lomba Kinerja TK;

j. Memberikan dana bantuan langsung (block grant) kepada TK untuk peningkatan mutu.

2) Program Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Pendidikan TK

Beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan TK antara lain:

a. Menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) penyelenggaraan pendidikan TK;


(19)

b. Melaksanakan pembinaan Sistem Pembinaan Professional (SPP) melalui gugus TK;

c. Menerapkan manajeman berbasis sekolah; d. Meningkatkan kerjasama tiga komponen

pendidikan TK yaitu pemerintah, GOPTKI dan IGTKI – PGRI;

e. Penyuluhan dan penyebaran informasi melalui media elektronik dan media cetak untuk menyadarkan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan TK;

f. Membentuk dan memfungsikan Dewan/Komite Sekolah untuk TK;

g. Memberikan dana bantuan langsung (block grant) kepada TK Pembina.

3) Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan TK

Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sejak dini, pemerintah perlu mengajak masyarakat lebih berperan aktif dalam penyelenggaraan pendidikan TK. Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat terhadap penyelenggaraan TK ditempuh strategi sebagai berikut:

a. Pemanfaatan lembaga yang ada dengan memperluas kesempatan kepada lembaga-lembaga di masyarakat untuk mendirikan TK seperti LKMD;


(20)

b. Mempermudah jalur birokrasi dengan menyederhanakan proses izin, penyebaran informasi tentang TK;

c. Menjalin kemitraan dengan dunia usaha, LPTK, organisasi keagamaan, organisasi di bawah GOPTKI serta dengan DPRD;

d. Dalam penyelenggaraan TK di pedesaan yang harus disadari adalah pendidikan TK untuk anak usia 4-6 tahun sangat perlu dan adanya motivasi yang kuat serta kerjasama masyarakat untuk menyelenggarakan TK di pedesaan;

4) Berdasarkan penelitian mengenai standar kualitas pendidikan diTK Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, dapat dikaji kualitas pendidikan dari optimalisasi kegiatan belajar-mengajar yang meliputi 6 (enam) komponen yakni: (a) kurikulum, (b) siswa, (c) guru, (d) pengelolaan oleh kepala sekolah, (e) lingkungan sekolah, dan (f) sarana prasarana.

a. Kurikulum

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Kompetensi dapat dicapai melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan pelajaran secara kontekstual (Departemen Pendidikan Nasional, 2004).


(21)

Dalam meningkatkan mutu pendidikan kurikulum mempunyai peran yang penting sebab kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu.

Kurikulum berkenaan dengan filosofi pendidikan anak, landasan berpikir dalam pemilihan materi untuk anak, program dan suasana belajar didalam maupun luar kelas, strategi pembelajaran, pengelolaan kelas, media sarana prasarana, evaluasi dan assesmen serta kerjasama antar guru, orang tua dan masyarakat sekitar.

Melalui kurikulum yang terintegrasi anak akan lebih mudah menyadari lingkungannya. Karena dengan demikian anak akan mengembangkan suatu konsep melalui asosiasi yang diperoleh melalui pengalamannya.

Mengorganisasikan pengalaman melalui suatu tema akan sangat produktif, tetapi pengajaran yang bersifat tematik baru akan berhasil apabila tema-tema tersebut dipilih secara cermat, aktivitas yang akan dilakukan harus direncanakan dan evaluasi terhadap tema dan peningkatan kemampuan anak harus dilakukan dengan hati-hati. Adapun untuk meningkatkan standar kualitas pendidikan diTK/RA, kurikulum pendidikan anak usia dini harus memperhatikan beberapa prinsip yaitu:


(22)

pertama berpusat pada anak artinya anak merupakan sasaran dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. Kedua mendorong perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosial emosional, bahasa dan komunikasi sebagai dasar pembentukan pribadi manusia yang utuh.Ketiga memperhatikan perbedaan individu anak, baik perbedaan keadaan jasmani, rohani, kecerdasan dan tingkat perkembangannya.Pengembangan program harus memperhatikan kesesuaian dengan tingkat perkembangan anak (Developmentally Appropriate Program).

Kurikulum yang dilaksanakan yang terwujud dalam SKH dan SKM di TK Kecamatan Bergas memang sudah menumbuhkan sikap ilmiah dan sikap kreatif guru, yang terlihat dari jawaban responden, namun demikian untuk TK yang lokasinya berada di pedesaan masih perlu adanya pengembangan melalui TK Imbas yang ada, khususnya adalah TK Negeri Pembina, sebagai satu-satunya TK Negeri yang ada di Kecamatan Bergas. b. Siswa

Hasil akhir dari semua proses pendidikan adalah siswa, dimana siswa yang akan menjadi tolak ukur kesuksesan semua rangkaian proses belajar mengajar. Output yang berkualitas dari sebuah TK merupakan cermin dari keseluruhan proses yang telah dilakukan oleh TK. Output ini sebagai ukuran


(23)

yang mudah untuk diamati.

Disisi lain, walaupun ke lima komponen sangat memadai tetapi komponen siswa ini kurang mendukung maka hasil output yang ada juga akan kurang berkualitas, sehingga masing-masing komponen merupakan satu rangkaian yang saling mendukung untuk mencapai hasil output yang berkualitas.

c. Guru

Dalam rangka mendukung terwujudnya suasana proses belajar mengajar yang berkualitas di Sekolah Dasar diperlukan adanya guru yang profesional. Karakteristik guru yang profesional adalah; sedikitnya ada lima karakteristik dan kemampuan profesional guru yang harus dikembangkan, yaitu: (1) menguasai kurikulum, (2) menguasai materi semua mata pelajaran, (3) terampil menggunakan multi metode pembelajaran, (4) memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya, dan (5) memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya (Safardi, 2009).

Tiga karakteristik pertama dapat dikelompokkan sebagai penguasaan guru. Yang dimaksud dengan menguasai kurikulum dalam hal ini adalah memahami isi kurikulum, GBPP, maupun pedoman pelaksanaannya di sekolah. Penguasaan itu juga mencakup kemampuan guru menganalisis, dan menjabarkan kurikulum menjadi sebuah


(24)

rancangan pengajaran atau persiapan mengajar yang siap digunakan di dalam kelas. Guru yang profesional adalah guru yang mampu menganalisis dan menjabarkan kurikulum mata pelajarannya menjadi rancangan pengajaran dan persiapan mengajar yang siap untuk dipraktekkan dikelasnya. Oleh karena guru pada umumnya adalah guru kelas maka dia berkewajiban untuk mengajarkan semua mata pelajaran kepada siswanya.

Guru yang profesional adalah guru yang mampu mengimplementasikan rancangan pembelajaran yang telah dibuatnya menjadi sebuah pembelajaran yang aktif, kratif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang telah diuraikan tidak selalu menuntut adanya pengelompokan-pengelompokan siswa. Yang lebih ditekankan ialah bahwa siswa belajar secara aktif sehingga inisiatif harus datang dari siswa meskipun dengan diarahkan dan motivasi oleh guru. Oleh karena itu, guru yang profesional harus mampu menggunakan macam-macam metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif.

Karakteristik keempat dan kelima berkenaan dengan visi, sikap dan kepribadian guru. Guru bertugas sebagai pengajar dan pelatih, juga sebagai pendidik. Guru harus mendayagunakan waktu, tenaga, dan pikirannya bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajarnya. Sehingga harus dilakukan secara profesional. Dokter atau insinyur sekalipun


(25)

tidak bisa menggantikan kedudukan seorang guru. Kedudukan seorang guru yang profesional tidak mungkin dapat digantikan oleh siapapun. Oleh Karena itu, seorang guru yang profesional harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas kependidikannya. Guru tidak mungkin meminta tolong kepada non guru untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Yang terakhir adalah bahwa guru yang profesional adalah guru yang memiliki kedisiplinan.

d. Pengelolaan oleh Kepala Sekolah

Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik di Sekolah jika didukung adanya manajemen, baik di tingkat kelas, sekolah, maupun tingkat gugus. Artinya proses pendidikan yang diupayakan di sekolah harus dikelola dengan baik. proses kerja dengan dan melalui (mendayagunakan) orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Dengan kata lain, manajemen itu merupakan proses, terdiri atas kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan kerjasama (administrasi) secara efisien.

Kepala Sekolah, selaku “School Master” harus mampu merencanakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan segala sumber daya yang ada di lingkungan Sekolah yang dibinanya bagi kelangsungan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Namun demikian, Kepala Sekolah harus


(26)

mampu membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.Kepala Sekolah tidak saja harus menguasai keterampilan manajerial, tetapi juga keterampilan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.

Selain itu kepala sekolah harus berani mengambil keputusan-keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang belum ada standar dan aturannya secara nasional dengan disesuaikan kondisi setempat.Hal tersebut merupakan aspek penting dari Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat (School Based/Community Based Education atau School Based Management).Dengan manajemen berbasis sekolah kepala sekolah harus memperhatikan azas keterbukaan dan akuntabilitas.Semua administrasi dan pengelolaan sekolah bersifat terbuka dan hasil-hasil yang dicapai sekolah secara terbuka juga

dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat.Manajemen yang transparan dan bertanggungjawab ini dalam rangka mencapai mutu dan kemandirian sekolah. Konsekuensinya kepala sekolah harus mendapatkan pembinaan secara kontinyu tentang bagaimana mengorganisasikan sekolah secara solid, bagaiman kiat-kiat memimpin sekolah dengan baik, dan bagaiman melakukan pengawasan secara benar baik pada manajemen kelas, manajemen sekolah, dan manajemen gugus


(27)

sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

e. Lingkungan Sekolah

Belajar akan lebih bermakna apabila dalam proses belajar-mengajar dikaitkan langsung dengan keadaan lingkungan, sehingga siswa tidak asing dan dicabut dari lingkungannya, melainkan merupakan bagian dari lingkungannya. Lingkungan dapat digolongkan dalam lingkungan fisikdanlingkungan sosial budaya. Lingkungan fisik berupa: bangunan, jalan, sungai, sawah, hutan, kebun, dan lain-lain.

Kualitas pendidikan salah satunya terlihat dari output yang ada. Lingkungan merupakan faktor pendukung kualitas sekolah. Keberadaan lingkungan perlu menjadi perhatian TK di Kecamatan Bergas sebagai langkah untuk memperkenalkan pendidikan anak usia dini kepada masyarakat.

f. Sarana dan Prasarana

Kegiatan belajar mengajar yang bermutu di suatu sekolah membutuhkan ketersediaan buku dan sarana belajar yang lain. Oleh karena itu, (1) diperlukan adanya sistem penyediaan dan pengiriman buku serta sarana belajar yang lain, yang memungkinkan setiap Sekolah memperolehnya dalam kondisi yang baik dan dalam jumlah yang


(28)

pengelolaan semua buku dan sarana belajar yang tertib, seperti diinventaris dan dirawat, sehingga keberadaanya senantiasa dalam kondisi yang siap pakai; (3) pemanfaatan/pendayagunaan buku dan sarana belajar yang ada oleh guru dan siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar (4) pengembangan minat baca sehingga tercipta budaya baca yang tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu.

Dalam rangka menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu di sekolah.Diperlukan adanya lingkungan/fisik sekolah yang menyenangkan bagi semua pihak, terutama bagi siswa dan guru yang secara langung terlibat didalam kegiatan belajar mengajar.Lingkungan fisik sekolah dalam hal ini mencakup gedung sekolah, halaman sekolah, pagar sekolah, kamar kecil, dan prasarana pendidikan lainnya.Semua aspek tersebut dikembangkan dan dipelihara sehingga tercipta Keamanan, Kesehatan, Keindahan, Kekeluargaan, Ketertiban, dan Kerindangan (6K).

Substansi peningkatan mutu fisik dan penampilan fisik Sekolah harus lebih difokuskan kepada menciptakan sekolah sehat .sekolah sehat adalah sekolah yang memiliki sarana dan prasarana serta lingkungan yang sehat. Ciri-ciri sekolah yang sehat adalah: (1) memiliki gedung sekolah yang bersih dan higenis; (2) memiliki ruang layanan kesehatan yang bersih dan higenis yang mampu memberikan layanan kesehatan; (3) memiliki jamban


(29)

yang bersih; (4) memiliki air bersih; (5) memiliki kantin sekolah yang bersih dan higenis; (6) memiliki kebun sekolah dan apotek hidup; (7) memiliki dokter kecil yang berasal dari murid yang terlatih dalam bidang kesehatan, diharapkan suasana belajar siswa menjadi baik, dapat meningkatkan kemampuan hidup sehat siswa dalam lingkungan hidup sehat, sehingga siswa berpeluang besar untuk tumbuh dan berkembang secara harmonis, proporsional, dan optimal sehingga akhirnya menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas.

Pengelolaan keuangan sekolah perlu dilakukan secara transparan dengan melibatkan komite sekolah dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).Pemanfaatan keuangan harus disesuaikan anggaran yang diketahui komite.Dalam konteks ini, komite sekolah harus mengawasi penggunaan anggaran.

Selain 6 (enam) komponen di atas, mutu pendidikan juga dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam dunia pendidikan.Hal tersebut lantaran sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat.Sekolah merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial.Sekolah mengambil siswanya dari masyarakat setempat, sehingga keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan finansial dari masyarakat betapun kaya rayanya pemerintah dan atau yayasan penyelenggara.Oleh


(30)

karena itu hubungan sekolah dan masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka penyelenggaraan pendidikan.

Pertama, dengan adanya hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat, sekolah dapat dengan mudah mengoptimalkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam meajukan program pendidikan, dalam bentuk: (1) orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah; (2) orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki anaknya; dan (3) orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak.

Kedua, dengan adanya hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat, maka masyarakat, khususnya orang tua, akan selalu mendapat informasi berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh anaknya. Lebih lanjut dengan informasi tersebut orang tua dapat memberikan pendidikan lanjutan yang sesuai bagi anaknya di rumah. Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan masyarakat, substansi pembinaanya harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan seluruh personil sekolah dalam:

a) Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan pribadi anak.

b) Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik, dengan harapan mereka


(31)

mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran.

c) Memupuk pengertian orang tua dan masyrakat tentang program pendidikan yang sedang dikembangkan di sekolah.

d) Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatan-hambatan yang dihadapi sekolah. e) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

berperan serta memajukan sekolah

f) Mengikut sertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan dan mengawasi program sekolah (Depdiknas, 2004:15)


(1)

mampu membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.Kepala Sekolah tidak saja harus menguasai keterampilan manajerial, tetapi juga keterampilan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar.

Selain itu kepala sekolah harus berani mengambil keputusan-keputusan untuk memecahkan masalah-masalah yang belum ada standar dan aturannya secara nasional dengan disesuaikan kondisi setempat.Hal tersebut merupakan aspek penting dari Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat (School Based/Community Based Education atau School Based Management).Dengan manajemen berbasis sekolah kepala sekolah harus memperhatikan azas keterbukaan dan akuntabilitas.Semua administrasi dan pengelolaan sekolah bersifat terbuka dan hasil-hasil yang dicapai sekolah secara terbuka juga

dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat.Manajemen yang transparan dan bertanggungjawab ini dalam rangka mencapai mutu dan kemandirian sekolah. Konsekuensinya kepala sekolah harus mendapatkan pembinaan secara kontinyu tentang bagaimana mengorganisasikan sekolah secara solid, bagaiman kiat-kiat memimpin sekolah dengan baik, dan bagaiman melakukan pengawasan secara benar baik pada manajemen kelas, manajemen sekolah, dan manajemen gugus


(2)

sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

e. Lingkungan Sekolah

Belajar akan lebih bermakna apabila dalam proses belajar-mengajar dikaitkan langsung dengan keadaan lingkungan, sehingga siswa tidak asing dan dicabut dari lingkungannya, melainkan merupakan bagian dari lingkungannya. Lingkungan dapat digolongkan dalam lingkungan fisikdanlingkungan sosial budaya. Lingkungan fisik berupa: bangunan, jalan, sungai, sawah, hutan, kebun, dan lain-lain.

Kualitas pendidikan salah satunya terlihat dari output yang ada. Lingkungan merupakan faktor pendukung kualitas sekolah. Keberadaan lingkungan perlu menjadi perhatian TK di Kecamatan Bergas sebagai langkah untuk memperkenalkan pendidikan anak usia dini kepada masyarakat.

f. Sarana dan Prasarana

Kegiatan belajar mengajar yang bermutu di suatu sekolah membutuhkan ketersediaan buku dan sarana belajar yang lain. Oleh karena itu, (1) diperlukan adanya sistem penyediaan dan pengiriman buku serta sarana belajar yang lain, yang memungkinkan setiap Sekolah memperolehnya dalam kondisi yang baik dan dalam jumlah yang


(3)

pengelolaan semua buku dan sarana belajar yang tertib, seperti diinventaris dan dirawat, sehingga keberadaanya senantiasa dalam kondisi yang siap pakai; (3) pemanfaatan/pendayagunaan buku dan sarana belajar yang ada oleh guru dan siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar (4) pengembangan minat baca sehingga tercipta budaya baca yang tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu.

Dalam rangka menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang bermutu di sekolah.Diperlukan adanya lingkungan/fisik sekolah yang menyenangkan bagi semua pihak, terutama bagi siswa dan guru yang secara langung terlibat didalam kegiatan belajar mengajar.Lingkungan fisik sekolah dalam hal ini mencakup gedung sekolah, halaman sekolah, pagar sekolah, kamar kecil, dan prasarana pendidikan lainnya.Semua aspek tersebut dikembangkan dan dipelihara sehingga tercipta Keamanan, Kesehatan, Keindahan, Kekeluargaan, Ketertiban, dan Kerindangan (6K).

Substansi peningkatan mutu fisik dan penampilan fisik Sekolah harus lebih difokuskan kepada menciptakan sekolah sehat .sekolah sehat adalah sekolah yang memiliki sarana dan prasarana serta lingkungan yang sehat. Ciri-ciri sekolah yang sehat adalah: (1) memiliki gedung sekolah yang bersih dan higenis; (2) memiliki ruang layanan kesehatan yang bersih dan higenis yang mampu memberikan layanan kesehatan; (3) memiliki jamban


(4)

yang bersih; (4) memiliki air bersih; (5) memiliki kantin sekolah yang bersih dan higenis; (6) memiliki kebun sekolah dan apotek hidup; (7) memiliki dokter kecil yang berasal dari murid yang terlatih dalam bidang kesehatan, diharapkan suasana belajar siswa menjadi baik, dapat meningkatkan kemampuan hidup sehat siswa dalam lingkungan hidup sehat, sehingga siswa berpeluang besar untuk tumbuh dan berkembang secara harmonis, proporsional, dan optimal sehingga akhirnya menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas.

Pengelolaan keuangan sekolah perlu dilakukan secara transparan dengan melibatkan komite sekolah dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).Pemanfaatan keuangan harus disesuaikan anggaran yang diketahui komite.Dalam konteks ini, komite sekolah harus mengawasi penggunaan anggaran.

Selain 6 (enam) komponen di atas, mutu pendidikan juga dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam dunia pendidikan.Hal tersebut lantaran sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat.Sekolah merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial.Sekolah mengambil siswanya dari masyarakat setempat, sehingga keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan finansial dari masyarakat betapun kaya rayanya pemerintah dan atau yayasan penyelenggara.Oleh


(5)

karena itu hubungan sekolah dan masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka penyelenggaraan pendidikan.

Pertama, dengan adanya hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat, sekolah dapat dengan mudah mengoptimalkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam meajukan program pendidikan, dalam bentuk: (1) orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah; (2) orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki anaknya; dan (3) orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak.

Kedua, dengan adanya hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat, maka masyarakat, khususnya orang tua, akan selalu mendapat informasi berkaitan dengan pendidikan yang diperoleh anaknya. Lebih lanjut dengan informasi tersebut orang tua dapat memberikan pendidikan lanjutan yang sesuai bagi anaknya di rumah. Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan masyarakat, substansi pembinaanya harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan seluruh personil sekolah dalam:

a) Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan pribadi anak.

b) Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik, dengan harapan mereka


(6)

mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran.

c) Memupuk pengertian orang tua dan masyrakat tentang program pendidikan yang sedang dikembangkan di sekolah.

d) Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatan-hambatan yang dihadapi sekolah. e) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

berperan serta memajukan sekolah

f) Mengikut sertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan dan mengawasi program sekolah (Depdiknas, 2004:15)


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Derajat Pelaksanaan Kewirausahaan Kepala Sekoalh Taman Kanak-Kanak di Dinas Pendidikan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung T2 942011076 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Derajat Pelaksanaan Kewirausahaan Kepala Sekoalh Taman Kanak-Kanak di Dinas Pendidikan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung T2 942011076 BAB II

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Derajat Pelaksanaan Kewirausahaan Kepala Sekoalh Taman Kanak-Kanak di Dinas Pendidikan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung T2 942011076 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Derajat Pelaksanaan Kewirausahaan Kepala Sekoalh Taman Kanak-Kanak di Dinas Pendidikan Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung T2 942011076 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Standar Kualitas Pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Standar Kualitas Pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942008110 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Standar Kualitas Pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942008110 BAB II

0 0 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Standar Kualitas Pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang T2 942008110 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Standar Kualitas Pendidikan di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang

0 1 8

Pendidikan Taman Kanak Kanak

0 0 6