Hubungan antara Kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa kelas V sekolah dasar.

(1)

Rizky Susilowati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika siswa kelas V sekolah dasar. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Responden dalam penelitian ini adalah 60 siswa SD Negeri Demangan Yogyakarta kelas V. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kecemasan terhadap matematika dan teknik dokumentasi berupa nilai pelajaran matematika. Reliabilitas skala kecemasan terhadap matematika diuji dengan menggunakan metode reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,901 dari

34 item. Data analisis menggunakan teknik korelasi Spearman’s rho pada program SPSS for Windows versi 23.

Hasil analisis data menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar -0,247 dengan taraf signifikansi 0,028 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika, diterima.


(2)

Rizky Susilowati ABSTRACT

This study aimed to find out the relationship between mathematics anxiety and mathematics achievement in fifth grader of an elementary school.The hypothesis proposed in this study was there a negatif relationship between mathematic anxiety and mathematics achievement. The respondents in this study was 60 students in fifth grade of SD Negeri Demangan Yogyakarta. Collection data in this study used mathematics anxiety scales and documentations method of mathematics mark. Reliability of mathematics anxiety scales tested uisng Alpha Cronbach reliability and obtained result as much as 0,901 of 34 items. Data were analyzed using Spearman’s rho correlation technique in SPSS for Windows version 23 program. The data analysis shows the correlation (r) of -0,247 and 0,028 level of significance (p<0,05). According to the result, the hypothesis that were was a negatif relationship between mathematics anxiety and matehmatics achievement, was accepted.


(3)

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Progam Studi Psikologi

Oleh: Rizky Susilowati

129114113

PROGAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

(5)

(6)

(7)

v

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Rizky Susilowati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika siswa kelas V sekolah dasar. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Responden dalam penelitian ini adalah 60 siswa SD Negeri Demangan Yogyakarta kelas V. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kecemasan terhadap matematika dan teknik dokumentasi berupa nilai pelajaran matematika. Reliabilitas skala kecemasan terhadap matematika diuji dengan menggunakan metode reliabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,901 dari 34 item. Data analisis menggunakan teknik korelasi Spearman’s rho pada program SPSS for

Windows versi 23. Hasil analisis data menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar -0,247 dengan taraf

signifikansi 0,028 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika, diterima.


(8)

vi

THE RELATIONSHIP BETWEEN MATHEMATICS ANXIETY AND MATHEMATICS ACHIEVEMENT IN THE FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Rizky Susilowati ABSTRACT

This study aimed tofind out the relationship between mathematics anxiety and mathematics achievement in fifth grader of an elementary school.The hypothesis proposed in this study was there a negatif relationship between mathematic anxiety and mathematics achievement. The respondents in this study was 60 students in fifth grade of SD Negeri Demangan Yogyakarta. Collection data in this study used mathematics anxiety scales and documentations method of mathematics mark. Reliability of mathematics anxiety scales tested uisng Alpha Cronbach reliability and obtained result as much as 0,901 of 34 items. Data were analyzed using Spearman’s rho correlation technique in SPSS for Windows version 23 program. The data analysis shows the correlation (r) of -0,247 and 0,028 level of significance (p<0,05). According to the result, the hypothesis that were was a negatif relationship between mathematics anxiety and matehmatics achievement, was accepted.


(9)

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam mengerjakan skripsi ini dari awal sampai akhir. Karya ini memang jauh dari kata sempurna, namun karya ini penulis kerjakan dengan sepenuh hati dan dapat terselesaikan dengan bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang selalu membimbing agar tidak pernah menyerah dan selalu berada di jalan-Mu.

2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi. 3. Bapak P. Edi Suhartanto, M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi 4. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi atas

segala waktu dan dukungannya kepada penulis.

5. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D. dan Ibu P. Henrietta PDADS., M.A selaku dosen penguji skripsi atas bimbingannya selama ujian skripsi dan revisi skripsi.

6. Teman Skripsi “payung Prestasi Matematika” Olivia Christina Dewi (Olips) dan Agnes Fitisia Bella Krisdia (Bella) atas segala bantuan, dukungan, teman galau, alarm, dan kesediaan untuk selalu direpotkan. 7. Teman bimbingan skripsi Clara, Jeje, Rere, Nona, Rio, Indri, Igan,

Dira, Anggi, Devita, Ivy, Monic, Ken, Desi, Kak Lia, dan Kak Flo atas kebersamaannya dan bantuan selama bimbingan skripsi.


(11)

ix

8. D’Chamiky... Dhian Wulandari, S.Pd, Chresensia Apriliana E.P., S.Pd, Woro Kumolo Diah Izmi, Anissa Yuliyanti, S.H. Terima kasih atas semangat, canda tawa, tangisan, dukungan yang selalu kalian berikan kepada penulis.

9. Kedua orang tuaku Bapak Bedjo Susilo dan Ibu Jemilah, Kakakku Inung yang selalu memberi semangat dan doa.

10.Teman-temanku Resti, Sukma, Yusma, Enok atas bantuan dan juga kesediaan untuk mendengar keluh kesahku.

11.Abangku Izan atas segala dukungan, doa, dan kesediaannya untuk membantuku. Terima kasih banyak.

12.Kepala SDN Perumnas Congcat dan siswa kelas V A, B, C serta Kepala SDN Demangan dan siswa kelas A dan B atas ijin dan kesediaan dalam keperluan penyebaran skala.

13.Teman-temanku Ingga, Devi, Karina, BM (Fany) dan seluruh angkatan 2012 atas bantuan dan kebersamaanya.

14.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan doa. Terima kasih.


(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... . i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

ABSTRAK... . v

ABSTRACT... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

1. Manfaat Teoritis... 7

2. Manfaat Praktis... 8

BAB II. LANDASAN TEORI... 8

A. Prestasi Matematika... 9

1. Definisi Prestasi Matematika... 9

2. Komponen –Komponen Prestasi Matematika... 10

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Prestasi Matematika... 11

B. Kecemasan Terhadap Matematika... 15

1. Definisi Kecemasan Terhadap Matematika... 15

2. Aspek dalam Kecemasan terhadap Matematika... 16

3. Faktor yang Memengaruhi Kecemasan... 18

Terhadap Matematika C. Siswa Sekolah Dasar... 19


(13)

xi

2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar... 20

D. Dinamika Hubungan antara Kecemasan Terhadap ... 20

Matematika dan Prestasi Matematika E. Hipotesis... 25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian... 26

B. Indentifikasi Variabel Penelitian... 26

C. Definisi OperasionalVariabel Penelitian... 26

D. Responden Penelitian... 27

E. Metode Pengumpulan Data... 27

1. Blueprint... 28

2. FGD (Focus Group Discussion)... 29

3. Penulisan Item ... 31

4. Review dan Revisi Item ... 33

5. Penghitungan Validitas Isi ... 34

6. Uji Coba Alat Ukur... 36

F. Pemeriksaan Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 38

G. Metode Analisis Data... 39

1. Uji Hipotesis Penelitian... 39

2. Uji Asumsi Data Penelitian ... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 41

1. Pelaksanaan Penelitian ... 41

2. Deskripsi Responden dan Data Penelitian ... 42

3. Reliabilitas Data Penelitian ... 43

4. Hasil Uji Asumsi ... 43

5. Hasil Uji Hipotesis ... 45

6. Analisis Tambahan ... 45

B. Pembahasan... 47

BAB V. PENUTUP ... 52


(14)

xii

B. Keterbatasan Penelitian ... 52

C. Saran ... 52

1. Bagi Guru ... 52

2. Bagi Siswa ... 53

3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Kecemasan terhadap Matematika... 31

Tabel 2. Daftar Pertanyaan dan Tujuan FGD... 32

Tabel 3. Bobot Nilai Item... 34

Tabel 4. Blueprint Skala... 35

Tabel 5. Blueprint Skala Setelah Uji Coba... 39

Tabel 6. Blueprint Skala Setelah Uji Coba... 40

dengan Penyesuaian Nomor Tabel 7. Data Responden Penelitian... 44

Tabel 8. Deskripsi Data Penelitian Kecemasan terhadap Matematika... 44

Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian Prestasi Matematika... 45

Tabel 10. Reliabilitas Data Penelitian... 45

Tabel 11. Hasil Uji Normalitas... 46

Tabel 12. Hasil Uji Linearitas... 47

Tabel 13. Hasil Korelasi Spearman’s rho... 47

Tabel 14. Hasil Uji Aspek Kecemasan terhadap Matematika ... 48 dengan Prestasi Matematika


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penghitungan Skala Setelah Uji Coba ... 59

Lampiran 2. Materi Matematika Semester 2 ... 55

Lampiran 3. Penilaian Validitas Isi Item ... 56

Lampiran 4. Hasil Penghitungan IVI-I Skala ... 65

Lampiran 5. Daftar Nilai Kelas V SD N Demangan ... 66

Lampiran 6. Reliabilitas Penelitian ... 67

Lampiran 7. Uji Hipotesis ... 68

Lampiran 8. Uji Asumsi ... 69

Lampiran 9. Uji Per Aspek Kecemasan terhadap Matematika dengan Prestasi Matematika ... 70

Lampiran 10. Uji One Sample t-test ... 71

Lampiran 11. Skala Sebelum Uji Coba ... 72

Lampiran 12. Skala Setelah Uji Coba ... 75


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari. Materi pada pelajaran matematika dapat diaplikasikan sebagai dasar dalam bidang ilmu lainnya, seperti contoh materi fungsi dalam matematika dapat diterapkan dalam ilmu ekonomi ketika mempelajari fungsi permintaan dan fungsi penawaran. Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan sejak dari tingkat sekolah yang paling dasar. Matematika perlu diajarkan kepada seluruh peserta didik untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Peraturan Mendiknas, 2006).

Melalui pembelajaran matematika, siswa terbiasa dengan urutan angka yang teratur. Hal ini akan membuat siswa terbiasa juga untuk berpikir secara sistematis, sehingga akan lebih mudah dalam memecahkan masalah dalam kehidupan hari. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari tentunya tidak dapat lepas dari melakukan penghitungan, baik dalam menghitung nominal uang maupun dalam memperkirakan jarak tempuh ketika akan berkunjung ke suatu tempat.

Pada jenjang sekolah dasar, secara umum materi matematika yang diajarkan diantaranya adalah materi berhitung, materi aplikasi pemecahan


(18)

masalah, materi pecahan, serta materi pecahan desimal dan bangun ruang. Tingkat kesuksesan pada mata pelajaran matematika ditentukan oleh prestasi siswa dan tampak dalam nilai yang diperoleh ketika menyelesaikan soal-soal dalam ulangan maupun ujian akhir. Nilai dalam suatu mata pelajaran menjadi ukuran mutlak yang harus diperoleh siswa agar dapat dikatakan lulus pada mata pelajaran yang diujikan. Berdasarkan manfaat dan pentingnya matematika pada pendidikan di sekolah, maka peneliti bermaksud ingin meneliti tentang prestasi matematika.

Berdasarkan penelitian dari Trend in International Mathematics

and Science Study (TIMSS), pembelajaran matematika di Indonesia berada

di peringkat rendah. TIMSS merupakan suatu kegiatan untuk menguji kemampuan matematika dan sains pada siswa Sekolah Dasar dan siswa Sekolah Menengah Pertama. Skor rata-rata prestasi matematika di Indonesia berdasarkan TIMSS tahun 2015 menduduki peringkat 45 dari 50 negara (timss2015.org).

Salah satu faktor yang memengaruhi prestasi matematika adalah kecemasan terhadap matematika, sehingga dalam penelitian ini peneliti memilih untuk mengkaji tentang kecemasan terhadap matematika. Alasan pemilihan variabel kecemasan terhadap matematika dikarenakan peneliti melihat adanya ketidaksamaan hasil penelitian tentang pengaruh kecemasan pada matematika terhadap prestasi matematika. Ramirez, Guderson, Levine dan Beilock (2013) menemukan bahwa faktor kecemasan terhadap matematika memiliki pengaruh terhadap prestasi


(19)

matematika. kecemasan matematika dapat berdampak negatif pada prestasi akademik dan masa depan anak dalam prospek pekerjaan. Penelitian ini melibatkan sampel yang terdiri 256 anak pada kelas satu (139 perempuan) dan 308 anak pada kelas dua (167 perempuan). Sampel 564 anak dalam sekolah dasar tradisional tetapi bukan anak yang berkebutuhan khusus. Untuk mendapatkan data tentang kecemasan terhadap matematika digunakan Child Math Anxiety Questionnaire (CMAQ-R) yang didesain untuk siswa pada kelas satu dan dua dengan jumlah item sebanyak 16 pernyataan. Untuk mendapatkan data tentang prestasi matematika, digunakan Woodcock-Johnson III. Di dalam penelitian ini juga menggunakan variabel mediator yaitu working memory. Working memory diukur dengan menggunakan subtest rentangan angka pada test Wechsler

Intelligence Scale for Children (WISC). Dari penelitian ini didapatkan

hasil bahwa anak-anak yang memiliki kapasitas working memory lebih tinggi, maka anak-anak akan lebih mudah untuk menemukan strategi dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan matematika. Ketika anak bisa memecahkan permasalahan tersebut, maka dapat dipastikan anak tersebut akan berhasil dalam matematika serta dapat menemukan cara untuk mengurangi kecemasan ketika terlibat dalam pemikiran matematis.

Ma dan Xu (2004) juga menemukan bahwa kecemasan terhadap matematika memiliki pengaruh terhadap prestasi matematika. Penelitian yang dilakukan melibatkan 3116 siswa (1626 laki-laki dan 1490 perempuan) di Amerika Serikat. Ma dan Xu (2004) menggunakan dua


(20)

indikator untuk mengukur kecemasan terhadap matematika, keduanya adalah ketika mengerjakan matematika sering merasa gelisah dan sering merasa ketakutan ketika membuka buku matematika. Kedua indikator ini diukur dengan menggunakan model skala Likert. Untuk mengukur prestasi matematika, digunakan subtest kemampuan dasar, aljabar, geometri, dan kemampuan dalam berhitung. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa kecemasan matematika yang dialami oleh siswa kelas 7 akan memberikan kontribusi pada prestasi matematika pada kelas selanjutnya. Sebagai contoh, nilai yang lebih rendah dalam prestasi matematika di kelas 7 dikaitkan dengan nilai yang lebih tinggi pada kecemasan matematika di kelas 8.

Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Sherman dan Wither (2003) menemukan bahwa faktor kecemasan terhadap matematika tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi matematika. Penelitian ini melibatkan siswa yang berumur antara 6 sampai dengan 10 tahun di Australia. Waktu dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi dua kali dalam setahun dengan masing-masing rentang waktu adalah setiap lima tahun. Untuk mendapatkan data tentang prestasi matematika, digunakan tes PATHMATH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa kecemasan terhadap matematika tidak secara signifikan memiliki pengaruh terhadap prestasi matematika. Dari penelitian tersebut dikatakan harus melakukan penelitian lagi untuk mencari faktor ketiga


(21)

yang memiliki pengaruh terhadap kecemasan matematika dan prestasi matematika.

Berdasarkan uraian tentang adanya inkonsistensi hasil penelitian hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti mencoba untuk menguji ada atau tidaknya hubungan antara kecemasan matematika dan prestasi matematika di Indonesia. Kecemasan matematika berpengaruh pada bagaimana siswa memahami pembelajaran matematika di sekolah. Siswa yang memiliki kecenderungan merasa cemas dalam matematika akan berusaha untuk menghindari kelas matematika. Lebih parahnya, siswa akan sering melakukan absen agar tidak mengikuti pembelajaran matematika. Penelitian yang telah ada di Indonesia kebanyakan mengambil subjek siswa Sekolah Menengah Pertama (Anita, 2014; Indiyani & Listiara, 2006). Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek dari siswa Sekolah Dasar karena di Indonesia masih belum banyak dilakukan penelitian dengan responden siswa Sekolah Dasar. Selain itu, matematika penting dipelajari di sekolah dasar karena materi pada tingkat sekolah dasar masih sederhana dan mempersiapkan para siswa untuk mendapatkan materi yang lebih sulit pada jenjang selanjutnya.

Kecemasan terhadap matematika dapat diartikan sebagai ketakutan yang menghasilkan respon negatif ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang berhubungan dengan matematika dan mengganggu


(22)

performansi dalam matematika. Kecemasan matematika merupakan perwujudan dari dua bentuk kecemasan, yaitu: trait anxiety (kecemasan dasar) dan state anxiety (kecemasan sesaat). Kecemasan dasar digambarkan sebagai kerentanan terhadap stres yang individu berikan pada situasi tertentu, sedangkan kecemasan sesaat dijelaskan sebagai situasi yang nyata berkaitan dengan pengalaman stres pada lingkungan yang tidak menyenangkan (Miller & Bischel, dalam Whyte & Anthony 2012).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ma dan Xu (2004) dinyatakan bahwa kecemasan matematika berhubungan dengan berbagai kekhawatiran dan masalah dalam pembelajaran matematika. Siswa yang memiliki kecemasan terhadap matematika cenderung akan menghindari kelas matematika. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Maloney dan Beilock (2012) menemukan bahwa kecemasan dalam matematika diakui sebagai faktor yang signifikan dalam pembelajaran matematika, performansi matematika, dan kemampuan berhitung di kelas.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih subjek pada siswa kelas V sekolah dasar dengan pertimbangan bahwa siswa kelas V sekolah dasar berada pada puncak tahapan operasional konkret. Pada tahap ini, siswa dituntut untuk dapat berpikir logis serta mampu memecahkan permasalahan yang bersifat konkret. Kemampuan ini berguna dalam pembelajaran matematika di sekolah, khususnya pada siswa kelas V sekolah dasar.


(23)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui pentingnya prestasi matematika. Rendahnya prestasi matematika di sekolah dasar diduga disebabkan oleh rasa tidak suka terhadap pelajaran matematika. Beranjak dari masalah tersebut, peneliti merasa perlu untuk mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi prestasi matematika, terutama kecemasan terhadap matematika. Dengan demikian, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu menguji ada atau tidaknya hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Melengkapi dan menguatkan penelitian sebelumnya di bidang psikologi pendidikan, khususnya mengenai hubungan antara kecemasan matematika dan prestasi matematika. Selain itu, menambah pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi prestasi matematika di sekolah, terutama faktor kecemasan terhadap matematika.


(24)

2. Manfaat Praktis

Siswa dan guru dapat memahami tanda-tanda kecemasan terhadap matematika di sekolah, sehingga dapat meminimalkan dampaknya bagi proses pembelajaran matematika di sekolah.


(25)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PRESTASI MATEMATIKA 1. Definisi Prestasi Matematika

Susanto (2013) mendefinisikan matematika sebagai disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir, berargumentasi, memberi kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Reys (2002) mengatakan bahwa matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintesis, seni, dan bahasa yang dapat memberikan kontribusi dalam kehidupan serta dalam pemecahan masalah.

Sugihartono (2007) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil pengukuran perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar yang berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi belajar. Senada dengan pendapat di atas Djamarah (2010) menyatakan prestasi belajar adalah hasil yang


(26)

diperoleh sebagai pengaruh dari proses belajar. Prestasi dapat disimpulkan sebagai hasil yang didapatkan oleh siswa karena adanya proses belajar.

Berdasarkan uraian tentang prestasi dan matematika, maka dapat disimpukan bahwa prestasi matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa karena proses belajar matematika. Prestasi matematika dapat diketahui dari hasil belajar matematika siswa dalam mengerjakan soal matematika dan pemecahan masalah dalam mata pelajaran matematika.

2. Komponen-Komponen Prestasi Matematika

Komponen prestasi matematika dilihat dari nilai ujian tengah semester dua, dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Matematika adalah 70. Materi yang diujikan pada ujian tengah semester dua adalah materi pecahan, dengan kompetensi dasar yaitu:

2.1. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya.

2.2. Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. 2.3. Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.


(27)

3. Faktor- faktor yang Memengaruhi Prestasi Matematika

Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar matematika dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar (Syah, 2008). Faktor tersebut yaitu:

3.1.Faktor Internal

Merupakan faktor yang ada dalam diri siswa, meliputi aspek fisiologis, aspek psikologis, dan aspek kemampuan.

3.1.1.Aspek fisiologis

Aspek ini meliputi kondisi umum jasmani dan fungsi organ tubuh yang berperan dalam proses belajar matematika siswa. Dalam proses belajar matematika, siswa menggunakan sebagian besar organ maupun anggota tubuhnya. Adanya gangguan pada bagian tubuh tertentu akan mengakibatkan proses belajar matematika menjadi terganggu, misalnya dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya menjadi tidak berbekas.

3.1.2.Aspek psikologis 3.1.2.1.Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap, baik


(28)

secara positif maupun negatif. Sikap positif dari siswa terhadap guru dan materi pelajaran matematika menunjukkan kesuksesan awal dalam proses belajar matematika.

3.1.2.2.Minat siswa

Minat adalah kecenderungan dan keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang memiliki minat terhadap matematika akan menaruh perhatian lebih pada hal tersebut, sehingga siswa akan berusaha untuk mencari tahu banyak tentang hal yang berkaitan dengan matematika.

3.1.2.3.Motivasi siswa

Motivasi dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Sumber yang berasal dari diri siswa disebut dengan motivasi instrinsik dan sumber yang berasal dari luar diri siswa disebut motivasi ekstrinsik. Motivasi yang berasal dari diri siswa atau motivasi instrinsik lebih memiliki pengaruh positif terhadap prestasi matematika daripada sumber yang berasal dari luar diri siswa. 3.1.2.4. Kecemasan siswa

Kecemasan akan berpengaruh pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan matematika.


(29)

Tingkat kecemasan siswa menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Semakin rendah kecemasan yang dimiliki oleh siswa, maka semakin berhasil dalam proses belajar matematika (Cavanagh & Sparrow, 2009).

3.1.3. Aspek Intelektual

3.1.3.1. Inteligensi Siswa

Inteligensi dapat dartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan yang tepat. Tingkat inteligensi siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Semakin tinggi tingkat inteligensi siswa, maka semakin berhasil dalam proses belajar matematika.

3.1.3.2. Bakat siswa

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap siswa memiliki bakat atau potensi untuk mencapai prestasi sesuai dengan kemampuannya. Ketika siswa berbakat dalam bidang matematika, maka siswa tersebut


(30)

akan menjadi siswa yang berprestasi dalam bidang tersebut.

3.2.Faktor eksternal

Faktor yang berasal dari luar siswa meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor nonsosial.

3.2.1.Faktor lingkungan sosial

Lingkungan sosial yang terdiri dari guru, teman sekelas, orang tua, keluarga dan orang-orang di sekitar tempat tinggal siswa dapat memengaruhi proses belajar siswa. Orang tua dan keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling berpengaruh terhadap kegiatan belajar matematika siswa. Ketika orang tua memberikan tekanan dan harapan yang kuat dalam pelajaran matematika, maka siswa akan berusaha untuk memenuhi harapan tersebut. Namun, apabila siswa tidak mampu untuk memenuhi harapan tersebut, maka dapat menimbulkan adanya kecemasan dalam belajar matematika. Di samping itu, seorang siswa juga belajar dari lingkungan sekitarnya. Ketika lingkungan memberikan pengaruh yang baik, maka siswa juga akan mempelajari sesuatu yang baik pula.

3.2.2.Faktor lingkungan nonsosial

Faktor lingkungan nonsosial terdiri dari kondisi dan lokasi gedung sekolah, fasilitas belajar, suasana kelas, keadaan


(31)

cuaca, serta waktu belajar siswa. Ketika semua faktor tersebut dapat mendukung proses belajar matematika siswa, maka dapat dipastikan siswa akan berhasil dalam belajarnya.

3.3.Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar adalah cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi matematika. Faktor ini berpengaruh pada keberhasilan siswa dalam proses belajar matematika, misalnya ketika siswa mengaplikasikan pendekatan belajar deep (mendalam), maka mungkin sekali siswa berpeluang untuk meraih prestasi belajar matematika daripada siswa yang menerapkan pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah) atau reproductive (menghasilkan kembali fakta dan informasi).

Dari berbagai faktor yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti memilih faktor internal yang memengaruhi prestasi matematika, yaitu kecemasan terhadap matematika.

B. KECEMASAN TERHADAP MATEMATIKA 1. Definisi Kecemasan terhadap Matematika

Ashcraft (2002) meyatakan bahwa kecemasan terhadap matematika adalah perasaan ketegangan, ketakutan, atau takut yang mengganggu kinerja matematika. Whyte (dalam Whyte & Anthony, 2012)


(32)

menjelaskan bahwa, “mathematics anxiety, considered a fear or phobia, produces ‘a negative response specific to the learning, or doing, of mathematical activities that interferes with performance”.

Maksudnya adalah kecemasan matematika dianggap sebagai ketakutan atau fobia, menghasilkan hal negatif yang spesifik dalam pembelajaran atau aktivitas matematika serta mengganggu performansi. Suinn dan Winston (dalam Wang dkk, 2015) menyatakan bahwa kecemasan matematika adalah perasaan ketegangan, menggelisahkan, dan ketakutan dalam situasi yang berhubungan dengan matematika.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas, kecemasan matematika dapat diartikan sebagai ketakutan yang menghasilkan respon negatif ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang berhubungan dengan matematika dan mengganggu performansi dalam matematika.

2. Aspek dalam Kecemasan Terhadap Matematika

Aspek kecemasan terhadap matematika terdiri dari aspek fisiologis, aspek kognitif, aspek afektif (Whyte, dalam Whyte & Anthony, 2012) dan aspek perilaku (Aschraft, 2002). Aspek tersebut yaitu:

2.1. Aspek fisiologis merupakan aspek yang meliputi kondisi jasmani serta fungsi tubuh. Aspek fisiologis meliputi: badan mulai berkeringat apabila berhadapan dengan hal yang berkaitan


(33)

dengan matematika, perut mual, meningkatnya denyut jantung, serta mengalami ketegangan.

2.2. Aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan pola pikir siswa dalam belajar matematika. Aspek kognitif meliputi: munculnya pikiran-pikiran negatif yang berkaitan dengan matematika dan pikiran menjadi kosong (blank). Ketika siswa dihadapkan dengan hal yang berkaitan dengan matematika, siswa tidak mampu untuk berkonsentrasi dengan baik. Siswa hanya berpikir negatif tentang kegagalan-kegagalan dalam belajar matematika.

2.3. Aspek afektif merupakan aspek yang berasal dari dalam diri siswa dan bersifat emosional. Aspek afektif meliputi: takut apabila terlihat bodoh, ragu akan kemampuan sendiri, serta kehilangan harga diri. Hal ini berkaitan dengan hubungan siswa dengan teman di kelasnya. Ketika tidak mampu mengerjakan soal matematika, siswa akan merasa memiliki kemampuan yang rendah dibandingkan teman-temannya yang lain.

2.4. Aspek perilaku merupakan aspek yang berkaitan dengan aktivitas dan kegiatan siswa. Aspek perilaku meliputi: perilaku menghindar dari kegiatan yang berhubungan dengan matematika. Siswa akan memilih absen atau bolos untuk menghindari kegiatan belajar matematika.


(34)

3. Faktor yang Memengaruhi Kecemasan terhadap Matematika

Trujillo dan Hadfield (Peker, 2009) menyatakan bahwa penyebab kecemasan matematika dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut :

3.1. Faktor kepribadian (psikologis atau emosional)

Faktor kepribadian merupakan faktor yang muncul dari dalam diri siswa. Contoh dari faktor kepribadian ini misalnya, perasaan takut siswa akan kemampuan yang dimilikinya

(self-efficacy belief), rendahnya kepercayaan diri yang menyebabkan

rendahnya nilai harapan siswa (expectancy value), motivasi diri siswa yang rendah dan sejarah emosional seperti pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu yang berhubungan dengan matematika yang menimbulkan trauma.

3.2. Faktor lingkungan atau sosial

Faktor lingkungan atau sosial merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini meliputi kondisi saat proses belajar mengajar matematika di kelas yang tegang diakibatkan oleh cara mengajar guru di kelas, model dan metode mengajar guru matematika, rasa takut dan cemas terhadap matematika dan kurangnya pemahaman yang dirasakan para guru matematika dapat diturunkan kepada para siswanya. Faktor lingkungan yang berasal dari keluarga terutama orang tua siswa juga memberikan pengaruh pada kecemasan yang dialami oleh siswa. Orang tua


(35)

terkadang memaksakan anak-anaknya untuk pandai dalam matematika. Hal ini membuat anak merasa tertekan dan merasa harus selalu menjadi apa yang diharapkan oleh orang tua. 3.3. Faktor intelektual

Faktor intelektual terdiri atas pengaruh yang bersifat kognitif. Faktor ini lebih mengarah pada bakat dan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Ketidakmampuan siswa dalam mempelajari konsep matematika, ragu-ragu akan kemampuan diri, serta proses belajar matematika yang salah memiliki pengaruh pada kecemasan terhadap matematika.

C. SISWA SEKOLAH DASAR

1. Pengertian Siswa Sekolah Dasar

Santrock (2014) menyebutkan bahwa siswa sekolah dasar berada dalam tahapan anak usia tengah dan akhir, dimulai dari usia sekitar 6 tahun sampai dengan 11 tahun. Siswa kelas lima sekolah dasar termasuk dalam usia antara 10 sampai dengan 11 tahun. Dalam usia ini, anak-anak menguasai keterampilan dasar dalam membaca, tulisan, matematika, prestasi menjadi tema yang lebih utama, dan pengendalian diri meningkat. Dalam tahapan ini, anak berinteraksi dengan dunia luar yang lebih luas dari keluarga mereka, seperti dalam masyarakat dan sekolah.


(36)

2. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Santrock (2014) menjelaskan bahwa karakteristik anak usia 6 sampai 11 tahun adalah sebagai berikut:

2.1 Perkembangan kognitif mulai berkembang. Siswa mampu berpikir logis, memahami konsep percakapan, mengorganisasikan objek ke dalam klasifikasi, mampu mengingat, memahami dan memecahkan masalah yg bersifat konkret. Hal ini masuk dalam tahapan operasional konkret menurut Piaget.

2.2 Pertumbuhan fisik ditandai dengan lebih berat, kuat, dan tinggi. Sistem tulang dan sistem otot mulai berkembang yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan dalam gerakan.

2.3 Perkembangan bahasa ditandai dengan meningkatnya kemampuan membaca dan juga bertambahnya kosa kata serta perbendaharaan kata. Siswa perempuan akan lebih banyak berbicara daripada anak laki-laki.

2.4 Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan siswa untuk memahami aturan dan norma yang ada di dalam masyarakat. Siswa akan belajar bagaimana berperilaku dari teman sebayanya.

D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN TERHADAP MATEMATIKA DAN PRESTASI MATEMATIKA

Kecemasan terhadap matematika dapat diartikan sebagai perasaan negatif yang muncul ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang


(37)

berhubungan dengan matematika dan mengganggu performansi dalam matematika. Secara umum, kecemasan terhadap matematika memiliki empat aspek, yaitu aspek fisik, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek perilaku.

Aspek yang pertama adalah aspek fisik yang meliputi reaksi tubuh berkeringat, mual, meningkatnya denyut jantung, serta mengalami ketegangan. Adanya gangguan pada bagian tubuh tertentu akan mengakibatkan proses belajar matematika menjadi terganggu. Ketika siswa mengalami ketegangan ataupun perut terasa mual, kemampuan untuk berkonsentrasi ketika menerima pelajaran juga akan terganggu. Hal ini akan mengakibatkan materi pelajaran matematika yang diterima tidak akan maksimal, sehingga prestasi matematika menjadi rendah.

Dalam aspek kognitif meliputi munculnya pikiran-pikiran negatif dan pikiran menjadi kosong (blank). Gangguan dalam aspek kognitif ini juga akan berpengaruh dalam menerima materi pelajaran matematika yang diajarkan oleh guru. Materi yang seharusnya dapat diterima siswa dengan baik akan menjadi hilang begitu saja ketika kualitas ranah cipta (kognitif) mengalami penurunan. Hal ini akan mengakibatkan prestasi matematika siswa menjadi rendah.

Aspek yang selanjutnya adalah aspek afektif yang meliputi perasaan takut apabila terlihat bodoh, ragu akan kemampuan sendiri, serta kehilangan harga diri. Setiap siswa memiliki bakat untuk mencapai prestasi sesuai dengan kemampuannya. Namun, ketika perasaan-perasaan


(38)

tersebut muncul, maka akan menghambat siswa ketika belajar matematika di sekolah. Ketika diberikan tugas oleh guru, siswa tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengerjakan soal tersebut, sehingga karena takut apabila terlihat bodoh maka siswa tersebut akan berusaha mencari jawaban yang benar dengan mencontek teman yang dianggap pintar matematika. Hal ini akan mengakibatkan siswa semakin tidak memiliki rasa percaya diri dengan kemampuannya sendiri. Siswa tersebut juga akan semakin memiliki perasaan takut apabila terlihat bodoh di depan teman-teman sekelasnya. Apabila hal ini dialami siswa Sekolah Dasar, maka akan mengakibatkan prestasi matematika siswa tersebut menjadi rendah.

Aspek yang terakhir adalah aspek perilaku yang meliputi reaksi siswa yang akan menghindari kegiatan yang berhubungan dengan matematika. Bolos atau absen dari pelajaran matematika menjadi tanda bahwa siswa mulai menghindari kegiatan yang berhubungan dengan matematika. Siswa akan lebih memilih untuk menghindari pelajaran matematika daripada harus mengikuti pelajaran matematika yang akan membuat dirinya menjadi tertekan. Ketika siswa sudah memiliki tanda tersebut, akan berpengaruh dalam kinerja siswa dalam matematika. Akibatnya, prestasi matematika siswa menjadi rendah.

Individu yang memiliki kecemasan matematika tinggi menunjukkan performansi yang buruk dalam memecahkan permasalahan matematika yang sulit. Kecemasan matematika berhubungan dengan kemampuan akan matematika, pemrosesan spasial (non-numerical), dan


(39)

juga merupakan tolak ukur yang positif terhadap kemampuan matematika (Gunderson et.al, dalam Ferguson et.al, 2015).

Kecemasan matematika memiliki pengaruh yang negatif terkait dengan pencapaian matematika karena mengarah pada menghindari matematika. Kecemasan terhadap matematika akan mengganggu memori kerja siswa yang digunakan untuk memecahkan masalah matematika (Ashcraft, 2002; Lyons & Beilock, 2012; Park, Ramirez, & Beilock, 2014). Siswa yang memiliki kecemasan terhadap matematika cenderung menunjukkan rasa ketidaksukaannya terhadap hal-hal yang ada kaitannya dengan matematika. Faktanya, dalam usia yang relatif masih muda, siswa sekolah dasar banyak yang mengalami kecemasan terhadap matematika. Banyak siswa yang merasa bahwa pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Pemikiran seperti ini akan meningkatkan kecemasan siswa pada hal-hal yang berkaitan dengan perhitungan. Secara lebih ringkas, hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika dapat dilihat dalam bagan 1.


(40)

Bagan 1. Hubungan antara kecemasan terhadap matematika dengan prestasi matematika.

Kecemasan Tinggi terhadap Matematika

Aspek Perilaku

Aspek Afektif Aspek Kognitif Aspek Fisik -menghindar dari kegiatan yang berhubungan dengan matematika -takut bila terlihat bodoh - ragu akan kemampuan sendiri -kehilangan harga diri. -munculnya pikiran-pikiran negatif -pikiran menjadi kosong (blank) -reaksi tubuh yang

berkeringat -mual

-meningkatnya denyut jantung -mengalami ketegangan

Tidak tercapainya komponen-komponen dalam prestasi matematika, yang tercermin dalam nilai matematika dengan kompetensi dasar, yaitu: -Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya.

-Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan.

-Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan.

-Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan skala.

Prestasi Matematika Rendah


(41)

E. HIPOTESIS

Berdasarkan uraian dalam dinamika antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika yang telah dituliskan sebelumnya, peneliti merumuskan suatu hipotesis penelitian yaitu ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan terhadap matematika dengan prestasi matematika.


(42)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan metode korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa kelas V sekolah dasar.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Varibel bebas (x) : kecemasan terhadap matematika. Variabel tergantung (y) : prestasi matematika.

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Kecemasan terhadap Matematika

Kecemasan terhadap matematika adalah ketakutan yang menghasilkan respon negatif ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang berhubungan dengan matematika dan mengganggu performansi dalam matematika yang diukur dengan skala kecemasan terhadap matematika. Aspek-aspek dalam kecemasan matematika adalah sebagai berikut: aspek fisiologis, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek perilaku. Aktivitas matematika yang diteliti dalam penelitian ini adalah ketika diminta guru mengerjakan soal matematika, menjawab


(43)

soal matematika, ketika guru menjelaskan pelajaran matematika, ketika ulangan matematika, ketika pelajaran matematika berlangsung, dan ketika mengingat rumus-rumus matematika. Skor total pada skala kecemasan terhadap matematika diperoleh dari total jawaban subjek dari rentang angka 1 sampai dengan 4.

2. Prestasi Matematika

Prestasi matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa karena proses belajar matematika. Prestasi matematika dapat diketahui dari nilai-nilai siswa dalam mengerjakan soal matematika dan pemecahan masalah dalam mata pelajaran matematika, yang dilihat dari dokumentasi yang berupa nilai ujian tengah semester dua.

D. RESPONDEN PENELITIAN

Responden dalam penelitian ini dipilih dengan teknik purposive

sampling, yaitu siswa dan siswi kelas lima Sekolah Dasar dengan umur

antara 10 sampai dengan 11 tahun yang memiliki kemampuan kognitif sesuai dengan tahapan operasional konkret yang ditunjukkan dengan pemilihan siswa dari sekolah yang sama dan berdomisili di Yogyakarta.

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala kecemasan terhadap matematika dan data dokumentasi nilai matematika.


(44)

1. BLUEPRINT

a. Kecemasan terhadap Matematika

Sebelum menyusun alat ukur, maka terlebih dahulu disusun

blueprint skala kecemasan terhadap matematika. Blueprint dibuat

berdasarkan aspek fisik, kognitif, afektif, dan perilaku. Blueprint skala kecemasan terhadap matematika dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1.

Blueprint Skala Kecemasan terhadap Matematika

Aspek Indikator Item

Favorable Unfavorable

Fisik

Reaksi tubuh yang berkeringat

2 2

Mual 2 2

Meningkatnya denyut jantung

2 2

Mengalami ketegangan

2 2

Kognitif Munculnya pikiran-pikiran negatif

3 3

Pikiran menjadi kosong (blank)

3 3

Afektif Takut bila terlihat bodoh

3 2

Ragu akan

kemampuan sendiri

3 2

Kehilangan harga diri 3 2

Perilaku Menghindar dari kegiatan yang berhubungan dengan matematika

4 3


(45)

2. FGD (Focus Group Discussion)

FGD dilakukan untuk memahami konteks calon responden dan mengidentifikasi bentuk-bentuk tingkah laku yang dianggap sebagai indikator, baik yang favorabel maupun unfavorabel dari kecemasan terhadap matematika dari calon responden penelitian. FGD dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2016 di SD Kanisius Condongcatur dengan responden dari kelas V sebanyak delapan orang. Delapan orang responden tersebut dipilih berdasarkan kriteria tingkat prestasi matematikanya. Sebanyak tiga orang siswa memiliki prestasi matematika tinggi, tiga orang memiliki prestasi matematika sedang, dan dua orang memiliki prestasi matematika rendah. Daftar pertanyaan FGD dapat dilihat dalam tabel 2.

Tabel 2.

Daftar Pertanyaan dan Tujuan FGD

ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN

Fisik

Berkeringat Bagaimana kondisi fisik

kalian saat ada pelajaran matematika?

Mual

Meningkatnya denyut jantung

Tegang Kognitif

Pikiran negatif Apa yang kalian pikirkan ketika ada pelajaran matematika?

Pikiran kosong

Afektif

Takut terlihat bodoh Bagaimana perasaan

kalian ketika ada

pelajaran matematika?

Ragu akan

kemampuan sendiri Kehilangan harga diri Perilaku

Menghindar dari

kegiatan matematika

Apa yang kalian lakukan ketika berada di kelas matematika?


(46)

Setelah melakukan FGD, peneliti membuat verbatim dari hasil FGD sebagai acuan dalam penyusunan butir aitem pada skala kecemasan terhadap matematika. Hasil FGD pada aspek fisik menunjukkan bahwa pada saat pelajaran matematika siswa menganggap kondisi fisiknya biasa saja. Hal ini dikarenakan siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Di sisi lain, ketika guru matematika masuk kelas, siswa biasanya akan mengalami ketegangan dan jantungnya berdegup kencang. Selain itu, ketika diminta mengerjakan soal di papan tulis dan berhadapan dengan materi matematika yang sulit, empat siswa akan mengalami ketegangan dan mengeluarkan keringat dingin.

Hasil FGD pada aspek pada aspek kognitif menunjukkan bahwa para siswa berpikir matematika merupakan pelajaran yang lumayan susah untuk dipelajari. Terlebih lagi ketika pelajaran matematika berlangsung dan diganggu oleh teman-teman maka akan lebih sulit lagi untuk berkonsentrasi. Selain itu, siswa juga takut apabila tidak mendapatkan nilai bagus dan ketinggalan materi matematika yang dianggap sulit.

Hasil FGD pada aspek afektif menunjukkan bahwa siswa merasa senang pada pelajaran matematika. Di sisi lain, siswa merasa ragu-ragu dan takut ketika mendapatkan soal matematika yang sulit. Selain itu, siswa menganggap matematika merupakan pelajaran yang


(47)

membosankan dan memilih pelajaran lain yang lebih menyenangkan, seperti pelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan hasil FGD pada aspek perilaku menunjukkan bahwa perilaku siswa ketika berada di kelas matematika adalah memperhatikan penjelasan dari guru matematika dan bertanya ketika ada materi yang tidak dipahami. Di sisi lain, siswa menunjukkan perilaku negatif, yaitu ijin ke kamar kecil agar bisa keluar kelas. Selain itu, siswa akan pura-pura diam agar tidak ditunjuk oleh guru matematika.

Dari hasil FGD, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas V sekolah dasar menunjukkan indikator dari kecemasan terhadap matematika. Hal ini tampak pada jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa ketika diberikan pertanyaan terkait dengan kecemasan terhadap matematika.

3. PENULISAN ITEM

Peneliti menyusun item kecemasan terhadap matematika berdasarkan kondisi responden untuk mengukur kecemasan terhadap matematika pada siswa kelas V sekolah dasar. Pemahaman tentang kondisi dan konteks responden ini diperoleh dari hasil FGD. Skala kecemasan terhadap matematika terdiri dari 50 butir aitem, yaitu 27 aitem favorable dan 23 aitem unfavorable. Pembagian aitem favorable dan unfavorable ditunjukkan pada tabel 1.


(48)

Skala ini memiliki empat kategori jawaban yang didasarkan pada metode Likert (1932), yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), J (Jarang), dan TP (Tidak Pernah). Alternatif jawaban dibuat menjadi empat kategori dengan maksud agar responden mampu memberikan respon yang benar-benar diyakini oleh responden dan tidak memberikan respon netral atau ragu-ragu (Azwar, 2012). Bobot penilaian skala kecemasan terhadap matematika ditampilkan pada tabel 3.

Tabel 3.

Bobot Nilai Item

Jawaban Bobot Nilai

STS (Sangat Tidak Setuju) 1

TS (Tidak Setuju) 2

S (Setuju) 3

SS (Sangat Setuju) 4

Semakin tinggi skor pada responden pada skala ini menunjukkan semakin tinggi kecemasan responden terhadap pelajaran matematika. Sebaliknya, semakin rendah skor menunjukkan semakin rendah kecemasan responden terhadap matematika. Blueprint skala kecemasan terhadap matematika dengan penyesuaian nomor disajikan dalam tabel 4.


(49)

Tabel 4.

Blueprint Skala

Aspek Indikator Item Total

Favorable Unfavorable

Fisik

Reaksi tubuh yang berkeringat

1, 5 9, 14 4

Mual 17, 21 23, 30 4

Meningkatnya denyut jantung

25, 34 ,38, 43 4

Mengalami ketegangan

3, 47 27, 40 4

Kognitif Munculnya pikiran-pikiran negatif

26, 31, 50 4, 11, 20 6

Pikiran menjadi kosong (blank)

16, 22, 29 37, 41, 45 6

Afektif Takut bila terlihat bodoh

18, 39, 48 8, 12 5

Ragu akan

kemampuan sendiri

2, 6, 10 24, 46 5

Kehilangan harga diri

32, 35, 42 15, 28 5 Perilaku Menghindar dari

kegiatan yang berhubungan dengan matematika

7, 13, 19, 36

33, 44, 49 7

Total 27 23 50

4. REVIEW DAN REVISI ITEM

Review item skala kecemasan terhadap matematika dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah item-item yang disusun oleh peneliti sudah sesuai dengan definisi konseptual, aspek dan indikator yang akan diukur. Apabila aitem-aitem


(50)

yang disusun oleh peneliti masih belum sesuai, maka peneliti perlu melakukan revisi guna mengevaluasi masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing skripsi terkait item-item yang telah disusun agar dapat mencerminkan variabel yang akan diukur.

5. PENGHITUNGAN VALIDITAS ISI

Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian validitas isi secara kuantitatif. Indeks validitas yang dihitung adalah Indeks Validitas Isi Item (IVI-I) dan Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S). Kedua penghitungan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

5.1. Indeks Validitas Isi Item (IVI-I)

Indeks Validitas Isi Item (IVI-I) adalah indeks validitas isi pada taraf item yang menunjukkan taraf relevansi item dengan atribut psikologis atau komponen atribut psikologis yang diukur. Kategori penilaian item ini dibagi menjadi dua, yaitu apabila mendapatkan penilaian 1 dan 2 maka dapat dikatakan item tersebut “tidak relevan”, sehingga diberi skor 0. Selanjutnya, apabila item mendapatkan penilaian 3 dan 4 maka dapat diartikan item tersebut “relevan”, sehingga diberi skor 1. Setelah diberikan skor, maka dilakukan penghitungan untuk menentukan indeks validitas isi item. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(51)

(Jumlah penilai yang memberikan skor 3 atau 4) IVI-I =

(Jumlah total penilai)

Item dipandang relevan jika mencapai skor ≥ 0,78. Jika item memiliki skor kurang dari angka tersebut, maka item perlu direvisi atau digugurkan. Setelah medapatkan skor tersebut, maka langkah selanjutnya item diberikan tindakan sesuai dengan hasil penilaian dari penyusun skala. Tindakan tersebut adalah: dipakai, dipakai dengan perbaikan, digugurkan, dan diganti dengan item baru (Supratiknya, 2016).

5.2. Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S)

Indeks Validitas Isi Skala (IVI-S) adalah indeks validitas isi skala, yaitu rerata proporsi item-item yang mendapatkan penilaian 3 atau 4 (atau skor baru 1) oleh semua peneliti. Penghitungan IVI-S adalah sebagai berikut:

(Jumlah IVI-I) IVI-S =

(Jumlah item) 46,333

= = 0,926666 50

Sebuah skala dipandang memiliki validitas isi yang baik jika nilai IVI-S ≥ 0,90. Pada penghitungan diatas, didapatkan hasil IVI -S yaitu 0, 926666. Hal ini dapat dikatakan bahwa skala kecemasan terhadap matematika memiliki validitas isi yang baik (0,926666 ≥ 0,90).


(52)

6. UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba dilakukan pada sekelompok responden yang memiliki karakteristik yang relatif sama dengan responden penelitian. Kelompok yang menjadi responden uji coba adalah siswa kelas V SD N Perumnas Condong Catur sebanyak 79 orang. Responden diminta untuk mengisi skala yang diberikan oleh peneliti. Pelaksanaan uji coba pada tanggal 6 Maret 2017. Peneliti melakukan uji coba untuk menentukan apakah item-item dapat digunakan sebagai alat ukur untuk penelitian, yaitu dengan melihat taraf reliabilitas dan korelasi tiap item dengan skor total melalui analisis item.

Setelah uji coba dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis item dengan bantuan program SPSS for Windows versi 23. Hal ini dilakukan untuk melihat item-item mana saja yang mampu membedakan responden yang memiliki kecenderungan dan responden yang tidak memiliki kecenderungan sesuai variabel yang hendak diukur. Analisis item dilakukan dengan memperhatikan angka pada korelasi item-total (rix). Apabila angka

r

ix ≥ 0,30 maka item dapat

dipertahankan. Pada tabel 5 ditampilkan item-item yang dipakai dan item yang digugurkan setelah dilakukan uji coba.


(53)

Tabel 5.

Blueprint Skala Setelah Uji Coba

Aspek Indikator Item yang

Dipakai

Item yang Digugurkan

Fisik

Reaksi tubuh yang berkeringat

1, 5 9, 14

Mual 17, 21 23, 30

Meningkatnya denyut jantung

25, 34, 38 43 Mengalami

ketegangan

3, 47, 27, 40 -

Kognitif Munculnya pikiran-pikiran negatif

26, 31, 4, 11, 20

50 Pikiran menjadi

kosong (blank)

22, 41, 45 16, 29, 37

Afektif Takut bila terlihat bodoh

18, 39, 12 48, 8 Ragu akan

kemampuan sendiri

2, 24, 46 6, 10, Kehilangan harga diri 32, 35, 42 15, 28 Perilaku Menghindar dari

kegiatan yang berhubungan dengan matematika

7, 13, 19, 36, 33, 44

49

Total 34 16

Berdasarkan tabel diatas, diketahui ada 16 item yang gugur. Pada skala penelitian perubahan nomor dilakukan supaya ada keselarasan dan kesinambungan. Perubahan nomor aitem ini ditampilkan pada tabel 6.


(54)

Tabel 6.

Blueprint Skala Setelah Uji Coba dengan Penyesuaian Nomor

Aspek Indikator Item Total

Favorable Unfavorable

Fisik

Reaksi tubuh yang berkeringat

1, 5, - 2

Mual 17, 21 - 2

Meningkatnya denyut jantung

25, 34 38 3

Mengalami ketegangan

3, 47 27,40 4

Kognitif Munculnya pikiran-pikiran negatif

26, 31 4, 11, 20 5

Pikiran menjadi kosong (blank)

22 41, 45 3

Afektif Takut bila terlihat bodoh

18, 39 12 3

Ragu akan kemampuan sendiri

2 24, 46 3

Kehilangan harga diri

32, 35, 42, - 3

Perilaku Menghindar dari kegiatan yang berhubungan dengan matematika

7, 13, 19, 36

33, 44 6

Total 21 13 34

F. PEMERIKSAAN RELIABILITAS ALAT UKUR PENELITIAN

Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan analisis Alpha

Cronbach dengan bantuan program SPSS 23.0 for Windows. Koefisien

reliabilitas ditentukan dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Bila koefisien reliabilitas semakin tinggi mendekati angka 1,00 maka


(55)

dapat dikatakan apabila pengukuran tersebut semakin reliabel (Azwar, 2012). Hasil analisis menunjukkan, dari 34 item didapatkan reliabilitas sebesar 0,926. Hal ini dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan reliabel.

G. METODE ANALISIS DATA 1. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment.. Teknik ini digunakan untuk menguji hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prsetasi matematika. Uji hipotesis dilakukan bantuan program SPSS 23.0 for

Windows. Teknik pengujian product moment memiliki dua asumsi,

yaitu: normalitas dan linearitas. Kedua asumsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

2. Uji Asumsi Data Penelitian

2.1.Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 23.0 for Windows.

2.2.Uji Linieritas

Uji liniearitas adalah uji yang dilakukan untuk menyatakan hubungan antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis


(56)

lurus atau tidak (Santoso, 2010). Uji linearitas dilakukan dengan bantuan pogram SPSS 23.0 for Windows.


(57)

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2017 di SD N Demangan Yogyakarta, dengan cara membagikan skala kepada siswa kelas V A dan V B. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti dibantu oleh satu orang asisten peneliti yang bertugas untuk membantu membagikan skala. Penelitian dilakukan pada saat jam pelajaran Bahasa Inggris dimulai dari kelas V B, kemudian dilanjutkan ke kelas V A. Peneliti membagikan skala pada masing-masing kelas dengan jumlah pernyataan sebanyak 34 butir. Siswa kelas V A dan V B dapat menyelesaikan pengisian skala dengan waktu ± 15 menit. Siswa kelas V A dan V B dapat mengerjakan skala dengan baik dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Namun, ada beberapa kata yang sulit dipahami oleh siswa, sehingga peneliti harus memberikan penjelasan lebih lanjut, seperti kata minder dan kata antusias. Peneliti juga meminta nilai ujian tengah semester Matematika kepada guru matematika sebagai data untuk prestasi matematika.


(58)

2. DESKRIPSI RESPONDEN DAN DATA PENELITIAN

Siswa kelas V SD N Demangan dibagi menjadi dua kelas, yaitu V A dan V B. Siswa kelas V A berjumlah 32 anak dengan rincian sebanyak 18 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Siswa kelas V B berjumlah 28 anak dengan rincian sebanyak 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Data responden penelitian dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel. 7

Data Responden Penelitian

Kelas Laki-laki Perempuan

V A 18 14

V B 15 13

Total 33 27

Pada tabel 8 dan 9 disajikan deskripsi data penelitian dari kedua variabel, yaitu variabel kecemasan terhadap matematika dan variabel prestasi matematika. Pada tabel 8 dijelaskan bahwa responden pada variabel kecemasan terhadap matematika sebanyak 60 responden dengan mean teoritis sebesar 85, mean empiris sebesar 64,73, SD sebesar 13,386, Xmin sebesar 34 dan Xmax sebesar 136.

Tabel 8.

Deksripsi Data Penelitian Kecemasan terhadap Matematika

Kecemasan terhadap Matematika

N Mean SD

Sig. Xmin Xmax Teoritik Empiris


(59)

Selanjutnya, pada tabel 9 dijelaskan bahwa responden pada prestasi matematika sebanyak 60 responden dengan mean teoritik sebesar 50, mean empiris sebesar 66,65, SD sebesar 11,763, Xmin sebesar 0 dan Xmax sebesar 100.

Tabel 9.

Deksripsi Data Penelitian Prestasi Matematika

Prestasi Matematika

N Mean

SD Sig. Xmin Xma

x Teoritis Empiris

60 50 66,65 11,763 0,000 0 100

Berdasarkan uji data dari one sample t-test variabel kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hasil data tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara mean teoritik dan mean empiris antara kedua variabel.

3. RELIABILITAS DATA PENELITIAN

Dalam penelitian ini, didapatkan reliabilitas sebesar 0,901. Hal ini dapat diartikan bahwa alat ukur dalam penelitian ini, yaitu skala kecemasan terhadap matematika adalah reliabel. Hasil penghitungan reliabilitas disajikan pada tabel 10.

Tabel 10.

Realiabilitas Data Penelitian

Variabel Jumlah aitem Alpha Cronbach

Kecemasan terhadap Matematika


(60)

4. HASIL UJI ASUMSI

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Kedua uji tersebut adalah sebagai berikut:

4.1.Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil penghitungan menunjukkan signifikansi pada kecemasan terhadap matematika sebesar 0,200, sedangkan signifikansi pada prestasi matematika sebesar 0,001. Hal ini dapat diartikan bahwa distribusi sebaran pada variabel kecemasan terhadap matematika bersifat normal (p>0,05) dan distibusi sebaran pada prestasi matematika bersifat tidak normal (p<0,05). Penghitungan uji normalitas disajikan pada tabel 11.

Tabel 11.

Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov –Smirnova

Variabel df Sig.

Kecemasan terhadap

Matematika 60 0,200

Prestasi Matematika 60 0,001

4.2.Uji Linearitas

Dari uji linieritas didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,041. Hal ini dapat diartikan bahwa hubungan antara variabel kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika membentuk garis


(61)

lurus, karena koefisien signifikansi linearity lebih kecil daripada 0,05 (p>0,05). Penghitungan uji linearitas disajikan pada tabel 12. Tabel 12.

Hasil Uji Linearitas

Variabel Signifikansi Kesimpulan

Kecemasan terhadap

Matematika 0,041 Data linier

Prestasi Matematika

5. HASIL UJI HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hubungan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Uji hipotesis dilakukan dengan teknik Spearman’s rho karena data tidak normal. Berdasarkan hasil penghitungan, didapatkan hasil korelasi antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika sebesar -0,247 dengan signifikansi sebesar 0,028 (p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Penghitungan dengan teknik Spearman’s rho disajikan pada tabel 13.

Tabel 13.

Hasil Korelasi Spearman’s rho

Variabel R Sig. Kesimpulan

Kecemasan terhadap

Matematika -0,247* 0, 028

Ada hubungan negatif signifikan Prestasi Matematika


(62)

6. ANALISIS TAMBAHAN

Analisis tambahan dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara aspek dalam kecemasan terhadap matematika dengan prestasi matematika. Kecemasan terhadap matematika memiliki empat aspek, yaitu: aspek fisik, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek perilaku. Hasil penghitungan korelasi antara aspek-aspek kecemasan terhadap matematika dengan prestasi matematika disajikan dalam tabel 14.

Tabel 14.

Hasil Uji Aspek Kecemasan terhadap Matematika dengan Prestasi Matematika

Variabel Aspek r Sig.

Prestasi Matematika

Aspek Fisik -0,268* 0,019

Aspek Kognitif -0,185 0,079

Aspek Afektif -0,231* 0,038

Aspek Perilaku 0,001 0,496

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

Dari penghitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa korelasi antara aspek fisik dengan prestasi matematika adalah sebesar -0,268 dengan signifikansi sebesar 0,019 (p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara aspek fisik pada kecemasan terhadap matematika dengan prestasi matematika. Selanjutnya, hasil uji korelasi antara aspek kognitif dengan prestasi matematika adalah sebesar -0,185 dengan signifikansi sebesar 0,079 (p>0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aspek kognitif pada kecemasan terhadap matematika dengan prestasi matematika.


(63)

Hasil uji korelasi antara aspek afektif dengan prestasi matematika didapatkan hasil sebesar -0,231 dengan signifikansi sebesar 0,038 (p<0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara aspek afektif pada kecemasan terhadap matematika dengan prestasi matematika. Uji yang terakhir dilakukan untuk melihat korelasi antara aspek perilaku dengan prestasi matematika. Dari penghitungan yang telah dilakukan didapatkan hasil korelasi sebesar 0,001 dengan signifikansi sebesar 0,496 (p>0,05). Hal ini dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aspek perilaku pada kecemasan terhadap matematika dengan prestasi matematika.

B. PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Dengan demikian, hipotesis penelitian yang mengatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika dapat diterima. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi kecemasan terhadap matematika yang dimiliki oleh responden, maka semakin rendah prestasi matematikanya. Sebaliknya, semakin rendah kecemasan terhadap matematika yang dimiliki oleh responden, maka prestasi matematikanya semakin tinggi.


(64)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ho et al. (2000) yang menyatakan bahwa kecemasan terhadap matematika memiliki pengaruh pada prestasi matematika, terutama faktor afektif dan faktor kognitif. Kedua faktor ini berpengaruh pada performansi matematika siswa di sekolah. Ramirez et al. (2016) menemukan bahwa kecemasan terhadap matematika memberikan dampak negatif terhadap prestasi matematika dan peluang untuk mendapatkan pekerjaan di masa mendatang.

Kecemasan terhadap matematika berkorelasi negatif terhadap prestasi matematika. Siswa yang memiliki kecemasan matematika tinggi akan menunjukkan performansi yang buruk dalam hal matematika. Ketika performansinya buruk, kemampuan matematika juga akan rendah. Selain itu, siswa yang memiliki kecemasan terhadap matematika akan menunjukkan rasa kurang berminatnya terhadap pelajaran matematika. Siswa akan cenderung untuk menghindari pelajaran matematika tersebut. Baik dengan cara tidak memperhatikan pelajaran maupun dengan cara bercanda dengan teman selama pelajaran matematika berlangsung. Hal ini tentu saja akan sangat berpengaruh dengan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru matematika. Materi yang seharusnya dipelajari akhirnya tidak dapat terserap oleh otak, sehingga pada akhirnya nilai matematikanya menjadi rendah.

Kecemasan terhadap matematika merupakan ketakutan yang menghasilkan respon negatif ketika seseorang dihadapkan pada situasi


(65)

yang berhubungan dengan matematika dan mengganggu performansi dalam matematika. Kecemasan terhadap matematika memiliki empat aspek, yaitu: aspek fisik, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek perilaku Keempat aspek ini memiliki peran dalam kecemasan terhadap matematika.

Aspek yang pertama adalah aspek fisiologis, merupakan aspek yang meliputi kondisi jasmani serta fungsi tubuh. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa aspek fisiologis memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi matematika. Siswa mengalami keringat dingin, ketegangan, dan meningkatnya denyut jantung ketika berada di kelas matematika. Ketika siswa mengalami hal tersebut, maka konsentrasi dan fokus belajarnya menjadi terganggu, sehingga prestasi matematikanya menjadi menurun.

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa aspek kognitif tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi matematika, demikian juga dengan aspek perilaku. Aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan pola pikir siswa dalam belajar matematika, seperti pikiran-pikiran negatif tentang pelajaran atau situasi matematika. Sedangkan aspek perilaku merupakan aspek yang berkaitan dengan aktivitas dan kegiatan siswa. Meskipun siswa memiliki pikiran-pikiran negatif terkait dengan pembelajaran matematika serta berusaha untuk menghindar dari kelas matematika, rupanya hal tersebut tidak berkorelasi dengan prestasi matematika. Hal ini kemungkinan disebabkan karena soal-soal matematika yang diberikan oleh guru di sekolah bersifat repetitif,


(66)

yaitu soal dimunculkan secara berulang-ulang. Hal ini membuat siswa menjadi hafal dan terbiasa untuk mengerjakan soal-soal matematika tersebut, kendati memiliki pikiran negatif terhadap pembelajaran matematika dan berusaha menghindar dari kelas matematika, tetapi tidak berdampak secara signifikan terhadap prestasi matematika.

Aspek terakhir adalah aspek afektif, merupakan aspek yang berasal dari dalam diri siswa dan bersifat emosional. Aspek ini memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi matematika. Siswa seringkali merasa ragu-ragu akan kemampuannya sendiri terutama dalam pelajaran matematika. Hal ini membuat siswa menjadi takut untuk mencoba hal-hal baru terutama materi pelajaran matematika yang baru. Pada akhirnya siswa menjadi enggan untuk mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan oleh guru, sehingga prestasi matematikanya menjadi rendah.

Selain itu, menurut Blankson dan Blair (2012), kecemasan matematika pada siswa diturunkan dari guru matematika di sekolah. Hal ini berkaitan dengan bagaimana kemampuan guru dalam mengajarkan matematika di sekolah. Menurut Ramirez et al. (2016), kecemasan terhadap matematika dapat direduksi dengan strategi regulasi emosi yang disebut dengan istilah cognitive reappraisal, yaitu mendorong individu untuk mengubah interpretasi mereka yang berasal dari rangsangan afektif. Selain itu, menurut Indiyani dan Listiara (2006), kecemasan terhadap matematika juga dapat direduksi dengan metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning), yaitu dengan cara membagi siswa ke dalam


(67)

kelompok-kelompok kecil berdasarkan prestasi matematikanya. Hal ini dilakukan agar masing-masing anggota kelompok dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi untuk mendiskusikan materi-materi matematika yang diajarkan di sekolah.


(68)

52

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi kecemasan terhadap matematika yang dimiliki siswa, maka semakin rendah prestasi matematikanya. Sebaliknya, jika semakin rendah kecemasan terhadap matematika yang dimiliki oleh siswa, maka semakin tinggi prestasi matematikanya. Selain itu, aspek fisiologis dan aspek afektif memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi matematika, sedangkan aspek kognitif dan aspek perilaku tidak secara signifikan memiliki pengaruh terhadap prestasi matematika.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini hanya dilakukan di salah satu sekolah dasar di Kota Yogyakarta, sehingga populasi dan sampelnya tidak bisa digeneralisasikan.

C. SARAN

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika. Oleh karena


(69)

itu, pada para guru secara umum disarankan untuk mencari metode pembelajaran yang tidak membuat siswa merasa cemas, seperti dengan metode bermain sambil belajar menggunakan alat peraga.

2. Bagi Siswa

Siswa diharapakan mampu untuk menyadari tanda-tanda kecemasan terhadap matematika dan mampu meminimalkan dampaknya terhadap prestasi matematika.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti yang memiliki minat dalam bidang yang sama diharapkan memperluas responden penelitian, seperti tidak hanya fokus pada satu tingkatan kelas tertentu agar hasil temuan menjadi lebih beragam.


(70)

54

DAFTAR PUSTAKA

Anita, I.W. (2014). Pengaruh kecemasan matematika (mathematics anxiety) terhadap kemampuan koneksi matematis siswa SMP. Jurnal Ilmiah Prodi

Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol. 3(1). 125-132.

Ashcraft, M. H. (2002). Math anxiety: personal, educational, and cognitive consequences. Journal of Psychological Science. 181-185.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Beilock, S.L., Gunderson, E.A., Ramirez, G., & Levine, S.C. (2010). Female teacher math anxiety affect girls math achievement. PNAS. Vol. 107 (5). 1860–1863.

Blankson, A. N., & Blair, C. (2015). Cognition and classroom quality as predictors of math achievement in the kindergarten year. Learning and

Instruction. Vol. 41. 32-40.

Bull, R., Espy, K.A., Wiebe, S.A. (2008). Short-term memory, working memory, and executive functioning in preschoolers: longitudinal predictors of mathematical achievement at age 7 years. Developmental Neuropsychology. Vol. 33. 205–228.

Byrnes, J.P., & Wasik, B.A. (2009). Factors predictive of mathematics achievement in kindergarten, first and third grades: an opportunity-propensity analysis. Contemporary Educational Psychology. Vol. 34. 167–183.

Cavanagh, R., & Sparrow, C. (2010). Measuring mathematics anxiety: paper 1-developing a construct mode. AARE Annual Conference, Meulbourne. Chiu, M.M., & Xihua, Z. (2008). Family and motivation effects on mathematics

achievement: analysis of students in 41 countries. Learning and Instruction. Vol. 18. 321-336.

Christian, K., Morrison, F.J., & Bryant, F.B. (1998). Predicting kindergarten academic Skills: interactions among childcare, maternal education, and family literacy environments. Early Childhood Research Quarterly. 13(3), 501-521.

Crane, J. (2001). Effects of home environtment, SES, and maternal test scores on mathematics achievement. The Journal of Education Research. Vol. 89(5). 305-314.


(71)

55

de Lange, J. (2006). Mathematical literacy for living from OECD-PISA perspective. Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics.Vol. 25.13-35.

de Lourdes Mata, M., Monteiro, V., & Peixoto, F. (2012). Attitudes towards mathematics: effects of individual, motivation, and social support factors.

Hindawi Publishing Corporation, Child Development Research. 2012, 1-10.

DiPerna, J. C., & Elliott, S. N. (2000). Academic competence evaluation scales. San Antonio, TX7 The Psychological Corporation.

DiPerna, J.C., Volpe, R.J., & Elliott, S.N. (2005). A model of academic enablers and mathematics achievement in the elementary grades. Journal of School

Psychology. 43, 379-392.

Djamarah, S.B. (2010). Psikologi belajar. Jakarta: Asi Maliasatya.

Douville, P., & Pugalee, D.K. (2003). Investigating the relationship between mental imaging and mathematical problem solving. Proceedings of

International Conference. 62-67.

Ferguson, A.M., Maloney, E.A., Fugelsang, J., & Risko, E.F. (2015). On the relation between math anxiety and spatial ability: The case of math anxiety. Journal of Learning and Individual Differences. Vol. 39. 1-12.

Gathercole, S.E., Pickering, S.J., Knight, C., & Stegmann, Z. (2004). Working memory skills and educational attainment: evidence from national curriculum assessment at 7 and 14 years of age. Applied Cognitive

Psychology. Vol. 18(1). 1-16.

Helwig, R., Anderson, L., & Tindal, G. (2001). Influence of elementary student gender on teachers perceptions of mathematics achievement. The Journal

of Educational Research. Vol. 95 (2). 93-102.

Ho, H., Sentruk, D., Lam, A.G., Zimmer, J.M., Hong, S., & Okamoto, Y. (2000). The affective and cognitive dimensions of math anxiety: a cross-national study. Journal of Research in Mathematics Education. Vol. 31(3). 362-379.

IEA TIMSS & PIRLS International Study Center. Diunduh dari timss2015.org/download-center.

Indiyani, N.E., & Listiara, A. (2006). Efektivitas metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning) untuk menurunkan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika (suatu studi eksperimental pada siswa di SMP 26 Semarang). Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Vol.


(1)

Lampiran 12.

Skala Setelah Uji Coba

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, saya bermaksud mengadakan penelitian dalam bidang psikologi pendidikan. Penelitian ini terkait dengan kegiatan pembelajaran matematika di sekolah. Saya selaku peneliti memohon kesediaan Adik-adik untuk mengisi skala ini dengan jujur. Semua jawaban Adik-adik akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan bagi keperluan penelitian.

IDENTITAS DIRI

Nama :... Kelas/ No. Absen :...

Mata pelajaran yang disukai :... (boleh lebih dari satu)

Mata pelajaran yang tidak disukai :... (boleh lebih dari satu)

PETUNJUK PENGISIAN

Di bawah ini terdapat 50 pernyataan. Silahkan Adik-adik baca dan pahami setiap pernyataan dengan baik. Adik-adik diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda centang (√) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.

STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju Contoh :

No. Pernyataan STS TS S SS

1. Saya senang membaca buku √

Pada contoh diatas, terdapat pernyataan “Saya gemar membaca buku”. Apabila pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi Adik-adik, maka Adik-adik dapat memberi tanda centang (√) pada kolom S (Setuju) atau pada kolom SS (Sangat Setuju) apabila sangat sesuai. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan teman-teman saat ini.

Pilihlah jawaban sesuai dengan keadaan Adik-adik saat ini. Jangan takut salah karena semua jawaban benar.

-Selamat Mengerjakan-

No. Pernyataan

STS TS S SS 1. Bagian tubuh saya mengeluarkan keringat dingin ketika diminta guru

mengerjakan soal matematika.

2. Saya merasa ragu-ragu untuk mengerjakan ketika mendapatkan soal matematika yang sulit.

3. Situasi kelas matematika membuat saya tegang.

4. Saya berpikir kemampuan matematika saya mudah untuk ditingkatkan.

5. Tubuh saya mengeluarkan keringat ketika bertemu dengan guru matematika.

6. Ketika malas dengan pelajaran matematika, saya akan ijin ke WC. 7. Saya berpikir matematika bermanfaat untuk masa depan saya. 8. Saya merasa siap ketika diminta menjawab soal oleh guru

matematika.

9. Saya akan pura-pura diam agar tidak ditunjuk oleh guru matematika. 10. Saya merasa mual selama pelajaran matematika berlangsung.

11. Saya merasa takut ditertawakan apabila mendapatkan nilai matematika rendah.


(2)

12. Saya akan ijin sakit ketika ada pelajaran matematika.

13. Saya berpikir matematika adalah pelajaran yang menyenangkan. 14. Saya merasa mual ketika mengingat materi pelajaran matematika

yang sulit.

15. Saya kesulitan mengingat rumus-rumus pada pelajaran matematika. 16. Saya merasa percaya diri ketika menjawab soal matematika

sendirian.

17. Saya merasa deg-degan ketika ada pelajaran matematika. 18. Saya berpikir materi matematika sulit dipahami.

19. Sebelum kelas matematika dimulai, saya merasa siap.

20. Saya berpikir akan kesulitan mengerjakan ketika mendapatkan soal matematika yang sulit.

21. Ketika mendapatkan nilai jelek dalam ulangan matematika, saya merasa malu diejek oleh teman-teman.

22. Saya menghindari bercanda dengan teman selama pelajaran matematika berlangsung.

23. Jantung saya berdebar-debar ketika diminta mengerjakan soal matematika di papan tulis.

24. Saya merasa malu ketika salah menjawab soal yang diberikan oleh guru matematika.

25. Saya menghindar ketika ada pelajaran matematika di sekolah. 26. Jantung saya berdetak dengan normal ketika

ditunjuk oleh guru matematika.

27. Saya merasa takut kesulitan mengerjakan soal matematika. 28. Saya merasa siap ketika diberikan ulangan

mendadak oleh guru matematika.

29. Saya mudah untuk mengingat materi matematika yang baru saja dijelaskan oleh guru matematika.

30. Saya merasa minder ketika mendapatkan nilai jelek pada pelajaran matematika.

31. Saat di kelas, saya memperhatikan penjelasan guru matematika. 32. Saya bisa fokus pada soal matematika yang sedang saya kerjakan.

33. Saya merasa percaya diri ketika menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru matematika.

34. Saya merasa tegang ketika diminta guru menjawab soal matematika.

Periksa kembali pekerjaan Adik-adik, pastikan tidak ada pernyataan yang terlewat. -Terima kasih-


(3)

Lampiran 13.


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS XI Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Prestasi Belajar Matematika Kelas XI Di SMK Negeri 1 Kaligondang Purbalingga.

0 2 11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA KELAS XI Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Prestasi Belajar Matematika Kelas XI Di SMK Negeri 1 Kaligondang Purbalingga.

0 3 11

EFEKTIVITAS PERMAINAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASIBELAJAR PADA SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA EFEKTIVITAS PERMAINAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS III SEKOLAH DASAR.

0 1 14

PENDAHULUAN EFEKTIVITAS PERMAINAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA KELAS III SEKOLAH DASAR.

0 1 6

Hubungan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa SD kelas V.

0 0 123

Hubungan antara sikap terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa SD kelas V

0 0 121

Hubungan antara persepsi terhadap keterlibatan orang tua (ibu) dalam pendidikan dengan prestasi matematika pada siswa kelas V Sekolah Dasar

2 17 136

Hubungan antara Kecemasan terhadap matematika dan prestasi matematika pada siswa kelas V sekolah dasar

0 4 103

Hubungan Antara Kecemasan dan Minat dengan Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas X yang Remedial - Ubaya Repository

0 0 1

HUBUNGAN ANTARA SIKAP MATEMATIKA DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR | Sumantri | 5440 18114 1 PB

0 0 9