PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON DALAM KEBUDAYAAN MUSIK MELAYU

PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON DALAM KEBUDAYAAN MUSIK MELAYU SKRIPSI SARJANA OL H NAMA: LIDO P.M. HUTAGALUNG

NIM: 100707003

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

PERANAN BURHANUDDIN USMAN SEBAGAI PEMUSIK SAKSOFON DALAM KEBUDAYAAN MUSIK MELAYU OLEH: NAMA: LIDO P.M. HUTAGALUNG NIM: 100707003

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Drs. Fadlin, M.A Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196102201989031003

NIP 196512211991031001

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomuskologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

PENGESAHAN

DITERIMA OLEH: Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan

Pada Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU, Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs, Muhammad Takari, M.A., Ph.D.

2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd.

3. Drs. Fadlin, M.A

DISETUJUI OLEH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA,

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196512211991031001

ABSTRAKSI

Skripsi ini berisi tentang peranan Burhanuddin Usman sebagai pemain musik Saksofon. Peranannya ditinjau/difokuskan dalam kebudayaan musik Melayu eksistensinya sebagai pemusik dan kedudukan musiknya berlangsung selama 50 an tahun untuk menunjukan peranannya biografinya juga dituliskan.

Penelitian ini menggunakan 2 teori yaknik, teori Biografi dan teori Peran dan perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Untuk melaksanakan penelitian, penulis telah melakukan beberapa proses kerja, yaitu: studi dkepustakaan, observasi, wawancara, perekaman atau dokumentasi kegiatan, transkripsi, dan analisis laboratorium. Penelitian ini berpusat pada pendapat para informan dalam konteks studi emik. Namun, penulis tetap melakukan penafsiran-penafsiran sesuai dengan kaidah ilmiah dalam konteks studi etik.

Melalui metode dan teknik tersebut di atas diperoleh 2 hasil penelitian. (1) Peranan Burhanuddin Usman yakni sebagai pemusik Melayu yang terjun dalam perkembangannya musik Melayu selama periode 1950-2014, menampilkan kebudayaan musikal (rekaman lagu piringan hitam). (2) Biografi Burhanuddin Usman yakni seorang pemusik yang dikatakan sebagai legenda hidup pada pemusik Saksofon Melayu.

ABSTRACT

This thesis contains Burhanuddin Usman‘s Role as Saxophonist. His role is focused on Malay music culture. In Malay music culture, hs existence continues during

50 years. His biography is writen to show is role. The research of used two theories : Biographic and musician sosial behavior that is shared by Merriam. It used qualitative method. For accomplishing it. Some work prousess have been exeelted there are literature study, observation, interview, recording, documentation activities, transcription, and laboratory analysis. This research is ancentrated to the informants opinicur in emic study antext. Never the less, I also support it by interpreting based on scientific principle in etic study antext.

According to the Methods and technigs above, 2 research result are able to havest. (1) Burhanuddin Usman‘s role is or Saxophonist in Malay music development

during 1950-2014, having Malay music culture in his performance, and recording with gramaphone- record. (2) Burhanuddin Usman‘s biography is a Saxophonist that is known as life legend to Malay Saxophonist.

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat, dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasihNya yang begitu besar telah melimpahi kehidupan penulis. Setip detik dalam perjalanan hidup penulis disertai dan diberi sukacita penuh. Secara khusus dalam penyusunan skripsi ini, kekuatan dan penghiburan diberikanNya jauh melebihi permohonan penulis.

Skripsi ini berjudul ―Peranan Burhanuddin Usman Sebagai Pemusik Saksofon dalam kebudayaan Musik Melayu. ‖ Skripsi ini diajukan dalam melengkapi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari banyak kekurangan dan tantangan yang terdapat dalam penyusunan skripsi ini. Hal-hal tersebut berasal dari dalam dan luar diri penulis. Kejenuhan dan kelelahan senantiasa mendekat ke dalam diri penulis. Namun, energi baru selalu hadir melalui orang-orang di sekitar penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan mempersembahkan skripsi ini kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi, ayahanda Uba Hutagalung dan ibunda Maria Br. Panjaitan. Terima kasih untuk segala cinta kasih dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis. Kesabaran, kebijaksanaan, dan kerendahan hati telah diajarkan kepada penulis sejak kecil. Sehingga, saat ini merupakan buah karya dan karsa yang telah dilakukan untuk penulis. Terlebih-lebih dalam penyusunan skripsi ini, suka dan duka terlampaui atas doa-doa yang telah dipanjatkan setiap hari. Motivasi dan dorongan selalu hadir saat penulis melakukan kelalaian dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kakak terkasih Lia Sarinita Hutagalung dan lae Rimbun Sidauruk, kakak terkasih Lita Rusmiati Hutagalung S.E, abg terkasih

Liko Hasiolan Hutagalung SP.t, adik terkasih Liad Parulian Hutagalung dan Liza Hutagalung, dan abg dan kakak dari Pak Tua (T. Hutagalung) Johanes Hutagalung dan Maria Hutagalung. Dan keponakan terkasih Rebeka Sidauruk. Terimakasih untuk doa, bantuan, dukungan, waktu dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU Medan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran di Dekanat Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat Bapak Drs. M. Takari, M.Hum., Ph.D. sebagai Ketua Departemen Etnomusikologi dan Dosen Pembimbing II penulis yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk ilmu pengetahuan, pengalaman, kebaikan dan nasehat-nasehat yang telah Bapak berikan kepada saya selama berada di perkuliahan. Kiranya Tuhan selalu menyertai dan melimpahkan sukacita kepada Bapak. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhomat Bapak Drs. Fadlin, M.A sebagai Dosen Pembimbing I Penulis yang telah banyak membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada yang terhormat Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd. sebagai Sekretaris Departemen Etnomusikologi. Terimakasih untuk perhatian, ilmu, dan kebaikan yang ibu berikan. Kiranya Tuhan senantiasa melindungi dan melimpahkan berkat untuk Ibu.

Begitu pula untuk Ibu Adry Wiyanni Ridwan, S.S, sebagai pegawai administrasi di Departemen Etnomusikologi FIB USU yang telah berkenan untuk membantu kelancaran administrasi kuliah dan mengingatkan semua urusan administratif penulis selama ini. Penulis mengucapkan terima kasih untuk kebaikan yang telah diberikan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Departemen Etnomusikologi USU yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasan baru kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Kepada seluruh dosen di Etnomusikologi, Bapak Prof. Mauly Purba, M.A.,Ph.D, Bapak Drs. Irwansyah Harahap, M.A., Ibu Drs. Rithaony Hutajulu, M.A., Bapak Drs. Fadlin, M.A., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Ibu Arifni Netrosa, SST,M.A., Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Perikuten Tarigan, M.Si., Bapak Drs. Dermawan Purba, M.Si., dan Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu yang telah membagikan ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian. Seluruh ilmu dan pengalaman hidup Bapak/Ibu sekalian menjadi pelajaran berharga untuk penulis.

Kepada semua informan yang telah memberikan dukungan dan bantuan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini: Atok Burhanuddin Usman, Bapak Drs. Tahan Perjuang Manurung, Datuk Ahmad Fauzi, Alim Udin Nasutian (Ona Sutra), dan seluruh Putera-puteri atok Burhanuddin Usman dan informan-informan lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kesempatan dan pengalaman yang sungguh berharga telah penulis dapatkan atas kebaikan Bapak/Ibu sekalian. Penulis dapat mengenal Suku Melayu lebih dekat atas pertolongan Bapak-Ibu sekalian.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga besar Op. Emi Hutagalung. Doa dan harapan yang telah disampaikan kepada penulis menjadi penyemangat dan daya yang besar untuk penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh saudara/saudari terkasih Naposo Bulung dan Rameja Belawan II dan Inang Bibelvrow D. Sitomorang atas doa harapan dan Motivasi-motivasi yang telah disampaikan kepada penulis menjadi penyemangat dan daya yang besar untuk penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih buat teman-teman seperjuangan UKM PSM USU, terlebih kepada seluruh tim Pesparawi Nasional Ke XII di Ambon. Atas perjuangan yang tidak mengenal lelah kita bisa bersama-sama membuat sebuah prestasi yang membanggakan. Penulis sangat bersyukur pernah bekerja sama dengan teman- teman dan semoga kiranya kita dapat selalu KALWEDO BASUDARA ―e.

Kepada saudara-saudari saya Etno 2010: Luhut Simarmata, Anna Purba S.sn, Chandra Marbun, Andi Sarumaha, Friska Simamora, Frita Pakpahan S.sn, Miduk Nadeak, Pretty Manurung, Yusuf Siregar, Rican Sianturi, Fernandes Simangunsong, Josua Siagian, Roman Hutagalung, Kezia Purba, Agus Tampubolon, Ruth Marbun, Shelly Pelawi, Ayu Matondang, Riska Prisila, Erni Banjarnahor, Meilinda Tarigan, Maharani Tarigan, Jenny Simangunsong, Benny Purba, A.M Surung, Roni Sinaga, Feri Sihombing, Indra Sihotang, Rendi Nasution, dan Hendra Gurning terimakasih untuk masa-masa yang telah kita ciptakan di Etnomusikologi. Penulis sangat bersyukur dapat memiliki teman-teman yang luar biasa seperti kalian. Penulis berdoa semoga kita dapat berhasil dan berjumpa di lingkungan yang baru.

Kepada senior dan junior di Etnomusikologi stambuk 2004-2014, penulis mengucapkan terimakasih untuk hari-hari yang penuh tawa dan canda selama berada di Etnomusikologi. Penulis sangat kagum atas keharmonisan pluralisme yang tercipta.

Medan, Oktober 2014

Lido P.M. Hutagalung

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.1 Keterangan nama-nama anak dari keluarga Usman Bin Haji Muhammad dan Halimaktus Sadiah ................................................... 32 Tabel 2.1.1.1Keterangan nama-nama anak dari keluarga Burhanuddin Usman dan Siti Salma ..................................................................................... 34 Tabel 2.1.4 Keterangan nama-nama pemain grup Nur El Soraya ......................... 44 Tabel 3.3.1 Keterangan fungsi musik menurut Alan P. Meriam (1964) ............... 63 Tabel 3.4 Keterangan deskripsi jenis alat musik saksofon ................................. 67 Tabel 4.1 Berikut nama-nama pemain grup Al Wathan ..................................... 75 Tabel 4.1 Nama-nama personil grup Dahlia ...................................................... 77 Tabel 4.1 Keterangan nama-nama pemain grup El Soraya ................................ 79

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Ismail Hussein (1994) kata Melayu merupakan istilah yang meluas dan agak kabur. Istilah ini maknanya mencakup suku bangsa serumpun di Nusantara yang pada zaman dahulu dikenal oleh orang-orang Eropa sebagai bahasa dan suku bangsa dalam konteks perdagangan dan perniagaan. Masyarakat Melayu adalah orang-orang yang terkenal dan mahir dalam ilmu pelayaran dan turut terlibat dalam aktivitas perdagangan dan pertukaran barang dagang dan kesenian dari berbagai wilayah dunia. Demikian pula kesenian Melayu, mengikuti perkembangan budaya yang seperti itu.

Kesenian tidak pernah berdiri sendiri dan lepas dari kondisi sosiobudaya masyarakat pendukungnya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan yang penting, kesenian merupakan ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri (Sitanggang, 2007:1). Kebudayaan dan musik tradisional Melayu mencakup wilayah-wilayah: Tamiang, pantai timur Sumatera Utara, Riau, Jambi, Lampung, Sumatera selatan, Bangka dan Belitung, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya. Musik ini biasanya dimainkan oleh orang-orang dari suku bangsa Melayu yang tidak jarang pula diiringi dengan tarian khas Melayu setempat. Misalnya tari persembahan dalam perhelatan pesta adat penyambutan tetamu kehormatan dan dalam kegiatan keagamaan (www.wikipedia.co.id).

Masyarakat yang menyangga kebudayaan dan kesenian, menciptakan, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkannya untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru (Kayam, 1981:38-39). Manusia- manusia dalam suatu kebudayaan, bekerja dalam bidang-bidang seperti ekonomi, bahasa, agama, teknologi, sosial, pendidikan, dan kesenian.

Dalam bidang kesenian musik , manusia-manusia di dalamnya terdiri dari para manejer, seniman, pencipta atau pengkreasi seni seperti komposer, arranger, dan lain-lainnya. Adapun tokoh musik yang cukup terkenal secara nasional atau internasional, yang berasal dari Sumatera Utara antara lain: Guru Sauti, Tilhang Gultom, Jaga Depari, Lily Suheiri, Nahum Situmorang, dan lain-lainnya. Mereka menyumbangkan karya dan pikirannya untuk bidang kesenian dan menjadi bahagian dari pembangunan dan enkulturasi budaya masyarakatnya. Dengan demikian, sejarah hidup tokoh-tokoh kesenian ini perlu ditulis untuk menjadi bahan perenungan, transmisi nilai-nilai, dan bahan-bahan dasar untuk mencipta bagi generasi-generasi selanjutnya (Sitanggang, 2007:3).

Dalam sebuah proses pembelajaran adalah penting mengambil nilai pembelajaran dari pengalaman hidup seseorang baik yang positif maupun negatif. Melalui pembelajaran yang dipetik dari seseorang ini, semua oranag dapat meneladani aspek-aspek yang membuat tokoh yang diteladaninya itu sukses. Tokoh itu bisa saja birokrat, teknokrat, pejuang, pengelola bisnis, ekonom, tokoh agama, budayawan, seniman, guru, petani, nelayan, bahkan sampai seorang pemulung sampah, penyapu jalanan kota, pengelola topeng monyet, dan lain- lainnya.

Demikian pula dari seorang pemusik, kita bisa dapat belajar banyak mengenai ia merespon alam dan memungsikan bakat yang diberikan Tuhan kepadanya. Mengenai musik ini, di dalam etnomusikologi juga menjadi sebuah kajian dan wacana yang tidak ada habis-habisnya selagi musik dan pemusiknya itu masih ada dan fungsional di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Bahkan seorang pemusik ternama yang telah meninggal dunia pun akan tetap meninggalkan karya-karyanya, kepada manusia yang masih hidup. Segala aktivitas bermusik, karya komposisi musik, rekaman permainan musik itu menjadi bahan pembelajaran bagi semua orang, terutama yang perduli kepada budaya musik dan apa yang telah dilakukan untuk kelompok masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu diperlukan dokumentasi, baik berupa rekaman, kajian terhadap karya, pengembangan karya, sampai juga penulisan biografinya, dan lain-lain.

Adakalanya pemusik yang kreatif itu menggunakan dan mengembangkan musik tradisinya, seperti gondang sabangunan Batak Toba, gendang lima sendalanen Karo, gordang sambilan Mandailing, musik inai Melayu, dan lainnya. Tetapi tidak jarang pula, para pemusik itu mengadopsi genre-genre musik dunia, seperti jazz misalnya, kemudian diolah menurut citarasa estetika dirinya, yang tentu saja dilatarbelakangi oleh pengalaman bermusik dan budaya di mana ia hidup. Ada pula yang mengadopsi alat-alat musik yang berasal dari luar kebudayaannya kemudian disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Misalnya diubah bentuk, ukuran, sistem tangga nada, warna bunyi, sesuai dengan kepentingan estetikanya. Misalnya dalam budaya musik Melayu, alat musik gambus , diolah dari alat musik „ud dengan bentuk yang lebih kecil, dan jumlah senar yang lebih sedikit, serta disesuaikan untuk membawakan melodi-melodi Adakalanya pemusik yang kreatif itu menggunakan dan mengembangkan musik tradisinya, seperti gondang sabangunan Batak Toba, gendang lima sendalanen Karo, gordang sambilan Mandailing, musik inai Melayu, dan lainnya. Tetapi tidak jarang pula, para pemusik itu mengadopsi genre-genre musik dunia, seperti jazz misalnya, kemudian diolah menurut citarasa estetika dirinya, yang tentu saja dilatarbelakangi oleh pengalaman bermusik dan budaya di mana ia hidup. Ada pula yang mengadopsi alat-alat musik yang berasal dari luar kebudayaannya kemudian disesuaikan dengan kebudayaan setempat. Misalnya diubah bentuk, ukuran, sistem tangga nada, warna bunyi, sesuai dengan kepentingan estetikanya. Misalnya dalam budaya musik Melayu, alat musik gambus , diolah dari alat musik „ud dengan bentuk yang lebih kecil, dan jumlah senar yang lebih sedikit, serta disesuaikan untuk membawakan melodi-melodi

Tidak jarang pula, para pemusik mengadopsi alat-alat musik dari luar, dan kemudian menggunakannya untuk berbagai genre musik tradisinya. Ini fenomena yang lazim dalam konteks budaya global. Misalnya biola di Eropa awalnya diadopsi dari rebec yang ada di Turki. Alat musik rebec pun secara hostoris berasal dari rabab yang ada di Timur Tengah. Kemudian orang-orang Melayu menggunakannya dalam ensambel dondang sayang di Melaka, serta joget dan ronggeng. Rebab sendiri digunakan dalam ensambel musik makyong. Jadi baik biola maupun rebab terdapat di dalam kebudayaan musik Melayu. Selanjutnya alat-alat musik yang diadopsi dari luar kebudayaannya itu, lama-lama karena diterima masyarakat menjadi alat musik tradisi kelompok mereka. Yang menarik adalah proses kreativitas melodi atau ritmenya yang tidak lagi sama, bahkan bisa saja berbeda dengan tempat awal di mana alat musik itu berada. Misalnya alat musik KN 2000 yang diproduksi di Jepang, materi musik yang dihasilkan adalah dirancang untuk mengekspresikan musik dalam kebudayaan Barat secara umum. Namun di tangan para pemprogram dan pemusik Karo misalnya, alat ini menjadi sarana bunyi sebagaimana yang terjadi dalam gendang lima sendalanen. Demikian pula dengan alat musik saksofon yang diambil oleh para seniman musik di Sumatera Utara, seperti pada ensambel musik tiup dalam kebudayaan Batak Toba, musik gereja di Gereja Kristen Protestan Simalungun, juga ensambel musik Melayu untuk mengiringi genre-genre musik Melayu seperti ronggeng, zapin, pak pung, irama padang pasir, dan lain-lainnya.

Ini pula yang terjadi di kalangan pemusik saksofon untuk pertunjukan musik-musik Melayu, termasuk yang ternama adalah Burhanuddin Usman. Karakter khususnya adalah pada garapan melodinya yang khas, yang mengacu kepada konsep dan struktur musik Melayu, di mana ia hidup sebagai warga Melayu Sumatera Utara. Berdasarkan kreativitasnya dalam memainkan saksofon dalam gaya musik Melayu, maka itu menjadi identitas dirinya dan sekaligus perannya dalam bidang seni musik di Sumatera Utara.

Selain perannya di bidang estetika dalam komposisi musik Melayu, maka peran beliau lainnya adalah peran sosial. Ia terlibat secara aktif sebagai pemusik, pengelola pertunjukan musik dan tari Melayu, dan yang tak kalah penting adalah perannya dalam membina pemusik Melayu di kalangan generasi muda. Begitu juga dengan berbagai perannya dalam pendidikan pertunjukan musik.

Burhannudin Usman (usianya pada tahun 2014 ini 70 tahun). Burhannudin Usman merupakan seorang pemusik yang sudah paham dengan perkembangan musik Melayu. Berangkat memahami dunia musik Melayu pada usia 12 tahun Burhanuddian Usman hingga pada saat ini masih turut andil dalam mengembangkan musik Melayu. Burhanuddin Usman adalah salah seorang seniman Melayu yang handal dalam memainkan alat musik saksofon, yang

awalnya ia mulai dari bermain alat musik seruling (klasifikasi side blown flute ) . Kemudian selaras dengan perkembangan zaman, ia bermain alat musik clarinet,

dan alat musik saksofon. Menurut penjelasan beliau (wawancara Januari 2014) pertama kali berkesenian secara kelompok, Burhanuddin Usman bergabung dengan Grup Padang Pasir Gambus Melayu Tiga Serangkai pimpinan Bapak Samsudin Musa dan alat musik saksofon. Menurut penjelasan beliau (wawancara Januari 2014) pertama kali berkesenian secara kelompok, Burhanuddin Usman bergabung dengan Grup Padang Pasir Gambus Melayu Tiga Serangkai pimpinan Bapak Samsudin Musa

Setelah ikut bergabung dengan grup ini selama beberapa bulan, Burhanuddin Usman sudah mulai diikutkan main atau tampil bila ada hajatan (pesta) di sekitar lokasi tempat grup ini. Kemudian penampilan perdana Burhanuddin Usman di luar Kecamatan Medan Labuhan pada tahun 1958 pada acara peresmian Al-Wathan di Gedung Nasional.

Seiring perjalanannya sebagai pemain seruling, Burhanuddin Usman juga menyempatkan diri untuk belajar alat musik tiup lainnya, yaitu clarinet dan saksofon. Burhanudin Usman belajar clarinet dan saksofon dengan Azrain Sulaiman ,seorang pemain saksofon Uril (Urusan Moril) Kodam (Komando Daerah Angkatan Militer) I Bukit Barisan. Setelah cukup menguasai permainan alat musik saksofon ini, Burhannudin Usman sudah mulai memadukan saksofon pada setiap pertunjukan Orkes Melayu. Pertunjukan Orkes Melayu alat-alatnya terdiri dari gendang ronggeng, akordion (harmonium), biola, dan seruling.

Pada tahun 1959 Burhanuddin Usman diajak untuk bermain musik dalam bentuk Orkes Melayu di Labuhan Batu. Kota-kota tempat mereka bermain adalah Kotapinang (kini ibukota Kabupaten Labuhan Batu Selatan/Labusel); Rantauprapat (ibukota Kabupaten Labuhan Batu induk), dan Aek kanopan (kini ibukota Kabupaten Labuhan Batu Utara/Labura). Pertunjukan musik itu merupakan pengalaman pertamanya tampil di luar kota Medan selama 3 bulan di sini Burhanuddin Usman selalu memadukan seruling dan saksofon pada setiap penampilannya.

Pada tahun 1960, Burhanuddin Usman kembali ke Medan. Saat itu, untuk mengelola karirnya sebagai pemusik, ia bergabung dengan grup musik aliran padang pasir, yaitu Al-Wathan Tanah Air. Grup ini menurut keterangan beliau, adalah kepunyaan dari harian Waspada yang bertempat di Gedung Nasional Medan. Namun, Burhanuddin Usman juga dalam organisasinya tidak hanya pada grup ini saja, melainkan Burhanuddin Usman juga ikut bergabung pada grup musik-musik lainnya, antara lain adalah:

1. Melayu Ria Grup, yang pemimpinnya Kepala PP dan K (Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) Provinsi Sumatera Utara.

2. Sukma Murni Grup, yang dipimpin oleh Muhammad Ilyas, dan salah satu penyanyinya yang terkenal dalam kebudayaan musik Melayu adalah Nur Ainun.

3. Budi Pekerti Grup, pemimpinnya Pak Saleh.

4. Rangken Deli Grup, pemimpinnya Rusdi pencipta lagu Kenanganku. Masih banyak lagi grup yang pernah kerjasama dengan Burhanuddin Usman. Pada tahun 1966 permainan pertamanya yang secara utuh dengan saksofon

ia lakukan dengan grup Melayu Ria pada acara halal bi halal di kantor PP dan K Medan, dan lagu yang pertama yang ia bawakan adalah berjudul Mali Ila Ahadin. Setelah penampilan itu, sekitar dekade tahun 1990-an Burhanuddin Usman bermain saksofon pada acara penyambutan Lansia (Lanjut Usia) Sumatera Utara di rumah dinas Gubernur Sumatera Utara saat itu, Tengku Rizal Nurdin. Menurut pengakuan beliau, penampilan itu merupakan penampilan yang berkesan, Burhanuddin Usman bisa tampil di depan orang nomor satu di Sumatera Utara ia lakukan dengan grup Melayu Ria pada acara halal bi halal di kantor PP dan K Medan, dan lagu yang pertama yang ia bawakan adalah berjudul Mali Ila Ahadin. Setelah penampilan itu, sekitar dekade tahun 1990-an Burhanuddin Usman bermain saksofon pada acara penyambutan Lansia (Lanjut Usia) Sumatera Utara di rumah dinas Gubernur Sumatera Utara saat itu, Tengku Rizal Nurdin. Menurut pengakuan beliau, penampilan itu merupakan penampilan yang berkesan, Burhanuddin Usman bisa tampil di depan orang nomor satu di Sumatera Utara

Melalui latar belakang kehidupan Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon untuk lagu-lagu Melayu seperti terurai di atas, maka sangatlah relevan untuk dikaji perannya, baik itu peran estetika (garapan melodi menurut budaya musik Melayu), peran kebudayaan (berupa akulturasi kreatif), dan peran sosial (peran membina hubungan baik dengan para pemusik, seniman, dan semua orang) melalui pendekatan etnomusikologi. Ilmu ini adalah bidang yang penulis pelajari selama empat tahun terakhir ini, dengan ilmu-ilmu yang penulis peroleh dari para dosen, baik itu dosen teori atau juga praktik di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Untuk mengkaji hal tersebut menurut disiplin etnomusikologi, perlu di sini penulis uraikan secara sekilas apa itu etnomusikologi, serta apa kaitannya dengan tajuk skripsi ini, yaitu peran pemusik dalam kebudayaan. Berbagai definisi tentang etnomusikologi telah dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Dalam edisi berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah mengalihbahasakan berbagai definisi etnomusikologi, yang terangkum dalam buku yang bertajuk Etnomusikologi, 1995, yang disunting oleh Rahayu Supanggah, terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, yang berkantor pusat di Surakarta. Dalam buku ini, Alan P. Merriam mengemukakan 42 (empat puluh dua) definisi etnomusikologi dari Untuk mengkaji hal tersebut menurut disiplin etnomusikologi, perlu di sini penulis uraikan secara sekilas apa itu etnomusikologi, serta apa kaitannya dengan tajuk skripsi ini, yaitu peran pemusik dalam kebudayaan. Berbagai definisi tentang etnomusikologi telah dikemukakan dan dianalisis oleh para pakar etnomusikologi. Dalam edisi berbahasa Indonesia, Rizaldi Siagian dari Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan Santosa dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta, telah mengalihbahasakan berbagai definisi etnomusikologi, yang terangkum dalam buku yang bertajuk Etnomusikologi, 1995, yang disunting oleh Rahayu Supanggah, terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, yang berkantor pusat di Surakarta. Dalam buku ini, Alan P. Merriam mengemukakan 42 (empat puluh dua) definisi etnomusikologi dari

Dari 42 (empat puluh dua) definisi tentang etnomusikologi dapat diketahui bahwa etnomusikologi adalah fusi dari dua disiplin utama yaitu musikologi dan antropologi, pendekatannya cenderung multidisiplin dan interdisiplin. Etnomusikologi masuk ke dalam bidang ilmu humaniora dan sosial sekaligus, merupakan kajian musik dalam kebudayaan, dan tujuan akhirnya mengkaji manusia yang melakukan musik sedemikian rupa itu. Walau awalnya mengkaji budaya musik non-Barat, namun sekarang ini semua jenis musik menjadi kajiannya namun jangan lepas dari konteks budaya. Dengan demikian, masalah definisi dan lingkup kajian etnomusikologi sendiri akan terus berkembang dan terus diwacanakan tanpa berhenti.

1 R. Supanggah, 1995. Etnomusikologi. Surakarta: Yayasan bentang Budaya, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Buku ini merupakan kumpulan

enam tulisan oleh empat pakar etnomusikologi (Barat) seperti: Barbara Krader, George List, Alan P. Merriam, dan K.A. Gourlay; yang dialihbahasakan oleh Santosa dan Rizaldi Siagian. Dalam buku ini Alan P. Merriam menulis tiga artikel, yaitu: (a) ―Beberapa Definisi tentang ‗Musikologi Komparatif‘ dan ‗Etnomusikologi‘: Sebuah Pandangan Historis-Teoretis,‖ (b) ―Meninjau Kembali Disiplin Etn omusikologi,‖ (c) ―Metode dan Teknik Penelitian dalam Etnomusikologi.‖ Sementara Barbara Krader menulis artikel yang bertajuk ―Etnomusikologi.‖ Selanjutnya George List menulis artikel ―Etnomusikologi: Definisi dalam Disiplinnya.‖ Pada akhir tulisan ini K.A. Gourlay menulis artikel yang berjudul ―Perumusan Kembali Peran Etnomusikolog di dalam Penelitian.‖ Buku ini barulah sebagai alihbahasa terhadap tulisan-tulisan etnomusikolog (Barat). Ke depan, dalam konteks Indonesia diperlukan buku-buku panduan tentang etnomusikologi terutama yang ditulis oleh anak negeri, untuk kepentingan perkembangan disiplin ini. Dalam ilmu antropologi telah dilakukan penulisan

buku seperti Pengantar Ilmu Antropologi yang ditulis antropolog Koentjaraningrat, diikuti oleh berbagai buku antropologi lainnya oleh para pakar generasi berikut seperti James Dananjaya, Topi Omas Ihromi, Parsudi Suparlan, Budi Santoso, dan lain-lainnya.

Menurut Alan P. Merriam (1964) salah satu ruang lingkup kajian di dalam etnomusikologi adalah pemusik, dengan tumpuan utamanya perilaku sosil, verbal, dan fisik. Menurutnya salah satu tipe perilaku pemusik dalam proses menghasilkan musik, adalah penting melihat diri pemusik itu serbagai anggota masyarakat.

Dengan melihat latar belakang di atas, penulis ingin melihat apa saja peranan Burhanuddin Usman terhadap musik Melayu dengan mengangkat judul skripsi Peranan Burhanuddin Usman sebagai Pemusik Saksofon dalam Budaya musik Melayu .

1. 2 Pokok Permasalahan

Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Mantle Hood dan Willi Apel (1969:298) tentang etnomusikologi, yaitu ilmu yang menggunakan suatu metode yang mempelajari musik apa pun, tidak hanya dari segi musiknya, tetapi juga melihat hubungan dengan konteks budaya, juga hubungannya dengan masyarakat. Oleh karena itu, yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah :

1. Bagaimana peranan Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon dalam Budaya musik Melayu . Dalam konteks ini peranan yang dimaksud mencakup pembahasan Biografi Burhanuddin Usman sebagai pemusik saksofon serta melihat apa-apa saja yang dibuat ataupun dilakukan Burhanuddin Usman di dalam musik Melayu.

Untuk mengkaji pokok permasalahan di atas maka penulis akan membuat beberapa alasan untuk melakukan penelitian, konsep penelitian, pendapat- pendapat dasar yang tentunya dilandaskan pada beberapa teori dasar yang menjadi landasan penulisan untuk melakukan penelitian.

1. 3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui dengan cara mendeskripsikan biografi seorang pemusik Melayu yang dianggap penting oleh masyarakat Melayu Sumatera Utara, yaitu Burhanuddin Usman.

2. Untuk mengetahui dengan cara mengkaji peran Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon terhadap musik Melayu.

3. Secara akademis, adalah untuk memenuhi salah satu syarat ujian sarjana seni di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Menambah pengetahuan tentang alat musik saksofon yang berkembang dalam kebuyaan musik etnik, dalam hal ini etnik Melayu.

1. 3. 2. Manfaat

1. Menambah literatur tentang biodata pemusik Melayu yang di dalam kajian Etnomusikologi.

2. Dapat mengetahui peran Burhanuddin Usman sebagai pemusik Saksofon musik Melayu.

3. Dapat sebagai bahan masukan dan perbandingan untuk peneliti berikutnya.

4. Sebagai proses pengaplikasian ilmu yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Etnomusikologi.

5. Merupakan syarat menyelesaikan program studi S-1 di Departemen Etnomusikologi.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

Konsep merupakan rancangan ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1991). Dengan demikian konsep ini bersifat abstrak namun berasal dari kenyataan-kenyataan sosial, budaya, eksakta, dan lain-lainnya.

Peranan adalah bagian yang dimainkan atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. Burhanuddin Usman atau biasa juga dikatakan Pemusik (wawancara pada 6 april 2014 datuk Ahmad Fauzi). Pemusik ialah seseorang yang mampu dan memahami sebuah musik dan sudah mendapat sebuah pengakuan dari masyarakat pendukung. Dalam konteks ini pemusik tersebut penekananya terhadap biografi.

Lebih jauh lagi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2003:145), disebutkan bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Sedangkan dalam wikipedia Indonesia, yang dimaksud biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Selanjutnya dalam Lebih jauh lagi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2003:145), disebutkan bahwa biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Sedangkan dalam wikipedia Indonesia, yang dimaksud biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Selanjutnya dalam

Pemusik adalah katagori tokoh-tokoh dalam musik dan pemusik juga merupakan orang-orang yang dapat memainkan alat musik dan telah diakui oleh masyarakat pendukung. Sedangkan saksofon adalah alat musik yang tergolong dalam single reed aerophone (alat musik tiup yang materi penggetar bunyinya terdapat satu buah reed). Saksofon diciptakan oleh Adolph Sax pada tahun 1814 (wikipedia). Saksofon termaksud salah satu jenis alat musik yang merupakan pengembangan dari alat musik clarinet (single reed aerophone). Dalam konteks ini pemusik saksofon dapat diartikan orang-orang yang dapat memainkan alat musik saksofon.

Selanjutnya, konsep budaya menurut seorang ahli Antropologi, E.B. Taylor dalam bukunya Primitive Culture, yaitu bahwa kebudayaan atau budaya adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Musik telah menjadi ciri dari kehidupan masyarakat dan kehadirannya semakin penting terutama sebagai hiburan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Merriam (1964) bahwa salah satu fungsi musik adalah fungsi hiburan. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut struktural maupun genrenya dalam kebudayaan.

Musik Melayu adalah aliran musik tradisional yang ada dan berkembang di wilayah pantai timur Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan Musik Melayu adalah aliran musik tradisional yang ada dan berkembang di wilayah pantai timur Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan

1.4.2. Teori

Untuk mengkaji biografi (riwayat hidup) pemusik saksofon melayu, yaitu Burhanuddin Usman, digunakan teori biografi. Perlu dijelaskan bahwa teori biografi dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam bidang sastra misalnya melalui buku Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-4) dijelaskan bahwa biografi adalah suatu teori yang dipergunakan untuk mendeskripsikan hidup pengarang atau sastrawan. Dalam buku ini juga dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat tiga aspek yaitu:

1. Latar belakang, meliputi (a) keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah meninggal), istri dan keturunan (orang tua, saudara dan anak); (b) pendidikan yaitu pendidikan formal dan nonformal dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi jika ada; (c) pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik pekerjaan yang mendukung kepengarangannya maupun pekerjaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepengarangannya, dan (d) kesastraannya yang menjelaskan apa yang mempengaruhi pengarang itu sehingga ia menjadi pengarang.

2. Karya-karya pengarang itu yang didaftar menurut jenisnya, baik yang berupa buku, maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk naskah karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya yang belum diterbitkan sampai ia meninggal.

3. Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan sumbernya dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang menanggapi.

Karena biografi termasuk salah satu kajian dari sastra, maka teori di atas juga dapat digunakan dalam bahasan ini, dan mengganti objek bahasan yang diteliti yang mana sebelumnya membahas tentang pengarang, kemudian diubah objeknya menjadi pemusik.

Dalam ilmu sejarah pula, biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.

Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian,

Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tidak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema- tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walaupun demikian, beberapa hal yang lain berfokus pada topik- topik atau pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku- buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu. Hal- hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) pikirkan, apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak anda tuliskan.

Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan partimbangan misalnya: (a) apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik; (b) dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain; (c) atau sifat apa yang mungkin akan sering peneliti gunakan untuk menggambarkan orang ini; (d) contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu; (f) apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut; (g) apakah ia mengatasinya dengan mengambil Beberapa pertanyaan yang mungkin dapat dijadikan partimbangan misalnya: (a) apa yang membuat orang ini istimewa atau menarik; (b) dampak apa yang telah ia lakukan bagi dunia atau orang lain; (c) atau sifat apa yang mungkin akan sering peneliti gunakan untuk menggambarkan orang ini; (d) contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang itu; (f) apakah ia mampu mengatasi rintangan tersebut; (g) apakah ia mengatasinya dengan mengambil

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari perpustakaan atau internet untuk membantu anda menjawab pertanyaan- pertanyaan di atas. Tujuannya adalah supaya cerita peneliti lebih menarik.

Dalam tulisan ini, biografi yang penulis maksud adalah kisah riwayat hidup Burhanuddin Usman sebagai pemusik Melayu Sumatera Utara. Adapun bentuknya bukan berupa biografi singkat tetapi adalah biografi panjang. Adapun sejak awal penulis ingin mengemukakan secara rinci dan selengkap-lengkapnya tentang kisah kehidupan Burhanuddin Usman, tentu saja ditulis dalam gaya bercerita yang baik seperti yang dikemukan dalam teori biografi di atas.

Seperti dikemukakan sebelumnya, melalui biogafi ini, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan Burhanuddin Usman, serta rahasia- rahasia (misteri) yang melingkupi hidupnya selama ini, serta tindakan dan perilaku hidupnya sebagai seniman Melayu. Biografi yang penulis kaji ini termasuk kepada biografi yang menceritakan kehidupan orang yang terkenal, yaitu Burhanuddin Usman yang populer di kalangan seniman, budayawan, dan rakyat awam Melayu di Sumatera Utara. Demikian kira-kira teori biografi yang penulis pergunakan untuk menganalisis kehidupan Burhanuddin Usman sebagai seniman Melayu Sumatera Utara.

Selanjutnya untuk mengkaji peranan atau peran (role) Burhanuddin Usman di dalam budaya musik Melayu, khususnya di Sumatera Utara, penulis menggunakan teori peran dan perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Dalam buku yang ditulisnya ini, terutama pada Bab VI dan VII, Merriam Selanjutnya untuk mengkaji peranan atau peran (role) Burhanuddin Usman di dalam budaya musik Melayu, khususnya di Sumatera Utara, penulis menggunakan teori peran dan perilaku pemusik yang ditawarkan oleh Merriam (1964). Dalam buku yang ditulisnya ini, terutama pada Bab VI dan VII, Merriam

Physical behavior refers the fact that in order for sound to be produced, people must flex their fingers and use their lips and diaphragm if the sound is to be produced on a music instrument; or they must manipulate the vocal cords and the diaphragm if the sound is to be vocal. Techniques of playing music instruments have been rather widely discussed in the ethnomusicological literature, and but two or three examples will suffice here. Among the Bashi people of the Eastern Congo (Leopoldville), the mulizi is a notched, end-blown flute played primarily by cattle herders (1964:103). …

Menurut Merriam prilaku fisik merujuk kepada fakta bagaimana pemusik dan alat musiknya menghasilkan suara atau bunyi, setiap pemusik memetikkan jari-jarinya dan menggunakan bibir dan diafragmanya dalam rangka menghasilkan bunyi dari suaranya. Teknik memainkan alat-alat musik tidak begitu luas didiskusikan di dalam bahan-bahan bacaan etnomusikologi, hanya ada dua atau tiga yang dicontohkan oleh Merriam.

The second kind of behavior which exists in respect to music is verbal behavior, to wheter extent it may be used, about music sound. This, too, of course, is a reflection of underlying concepts of music, but in this case applied spesifically to what people say about music structure and the criteria which surround it.

Perhaps the most obvious verbal criteria are those which are applied to judgments of the performance of music: these are the standards of excellence in performance. Such standards of excellence must be present, for without them, as has been noted in another context, no such thing as a Scapiro, this point becomes obvious: ―By style is meant the constant form —and sometimes the constant elements, qualities, and expression —in the art of an individual or a group‖ (1953:287). Further, style has continuity, as expressed by Haag when he notes that ―the important point is the continuum in music; each musical style is drwan from the idiom of the preceding period. … Music teachers … draw their students of excellence from the precedin g generation‖ (1960:219, 220). All groups must emphasize certain music values above others, and these values tend to be continuous in time, though change can and does occur. The question Perhaps the most obvious verbal criteria are those which are applied to judgments of the performance of music: these are the standards of excellence in performance. Such standards of excellence must be present, for without them, as has been noted in another context, no such thing as a Scapiro, this point becomes obvious: ―By style is meant the constant form —and sometimes the constant elements, qualities, and expression —in the art of an individual or a group‖ (1953:287). Further, style has continuity, as expressed by Haag when he notes that ―the important point is the continuum in music; each musical style is drwan from the idiom of the preceding period. … Music teachers … draw their students of excellence from the precedin g generation‖ (1960:219, 220). All groups must emphasize certain music values above others, and these values tend to be continuous in time, though change can and does occur. The question

Lebih jauh lagi, prilaku verbal dalam kajian etnomusikologi, dijelaskan oleh Merriam bahwa beranjak dari bunyi musik, maka manusia pendukung kebudayaan musik itu akan mengatakan tentang struktur musik dan kriteria musik tersebut. Mungkin yang paling sering menjadi bahan kajian mengenai prilaku verbal ini adalah pertunjukan musik: apa saja standar-standar kehebatan dalam pertunjukan musik. Seperti yang dikemukakan oleh Scapiro bahwa gaya musik itu berarti bentuk konstan —dana kadang-kadang unsur-unsur konstan, kualitas, dan ekspresi musik —yang dilakukan baik dalam seni musik yang dibawakan secara individu maupun kelompok.

A third type of behavior in the music process is that or the

musician who, no less than any other individual, is also a member of society. As a musician, he plays a spesific role and many hold a specific status within his society, and his role and status are determined by the consensus of society as to what should be proper behavior for the musician. Musicians may form a special class or caste, they may or may not be regarded as professionals, their role may be ascrid or achieved, their status may be high or low or combination of both. In nearly every case, however, musicians behave socially in certain well-defined ways, because they are musicians, and their behavior is shaped both by the their own self-image and by the expectations and stereotypes of the musicianly role as seen by society at large.

The initial problem is assessing the social behavior of the musician is whether he is or not a specialist. The prevaling view seems to be that musicians in noliteratr societies are not specialists; this has been explicitly stated be Nettl, who writes.