HUBUNGAN PERAN PEMBIMBING KLINIK DENGAN KEPUASAN MAHASISWA DALAM PRAKTEK LAPANGAN KLINIK KEPERAWATAN DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015.

(1)

i SKRIPSI

HUBUNGAN PERAN PEMBIMBING KLINIK DENGAN KEPUASAN MAHASISWA DALAM PRAKTEK LAPANGAN KLINIK

KEPERAWATAN DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

OLEH

NI MADE AGUSTINI NIM 1302115028

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015


(2)

ii

HUBUNGAN PERAN PEMBIMBING KLINIK DENGAN KEPUASAN MAHASISWA DALAM PRAKTEK LAPANGAN KLINIK

KEPERAWATAN DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH

NI MADE AGUSTINI NIM 1302115028

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa Dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada : 1. Prof.Dr.dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes, sebagai dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. 2. Prof. Dr. dr Ketut Tirtayasa, MS, AIF, sebagai ketua PSIK Fakultas Kedokteran

Udayana Denpasar yang memberikan pengarahan dalam pembuatan skripsi. 3. Ns. Nyoman Gunahariati, S.Kep, MM, sebagai pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

4. Ns. Komang Menik Sri K, S.Kep, sebagai pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

5. Ni Nyoman Ayuningsih, S.Kp, MM, sebagai penguji proposal dan skripsi yang telah memberikan masukan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik


(8)

viii

6. Orang tua, seluruh keluarga dan sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan dukungannya.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang membangun.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, Februari 2015


(9)

ix ABSTRAK

Agustini, Ni Made. 2015. Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa Dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015. Tugas akhir, Program Studi Ilmu Keperawatan FK UNUD. Pembimbing (1) Ns. Nyoman Gunahariati, S.Kep, MM. (2) Ns. Komang Menik Sri K, S.Kep

Pengalaman belajar klinik (Rumah sakit dan Puskesmas) merupakan bagian penting dalam proses pendidikan mahasiswa keperawatan. Keberadaan pembimbing klinik dalam suatu praktek klinik merupakan suatu hal yang mutlak karena mempengaruhi perkembangan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari peserta didik. Peran pembimbing klinik dapat dilihat dari peran secara umum dan peran dalam praktek klinik keperawatan. Kurangnya peran pembimbing klinik disebabkan oleh keterbatasan waktu dalam pelaksanaan bimbingan, karena selain sebagai pembimbing klinik, mereka juga berperan sebagai care giver dalam lahan praktek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan peran pembimbing klinik dengan kepuasan mahasiswa dalam praktek lapangan klinik keperawatan di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015. Penelitian ini merupakan non-eksperimen, dengan rancangan korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Ruang Angsoka (I,II, dan III) dan ruang Kamboja dari tanggal 15-31 Januari 2015 dengan teknik non probability jenis purposive sampling, didapatkan sampel sebanyak 48 responden. Data dikumpulkan dengan penyebaran kuesioner menggunakan skala Likert. Hasil penelitian dari peran pembimbing klinik keperawatan sebagian besar pembimbing klinik berada dalam kategori cukup baik yaitu sejumlah 19 responden (39,6%) dan kepuasan mahasiswa dalam praktek lapangan klinik keperawatan sebagian besar menyatakan cukuo puas yaitu sejumlah 19 responden (39,6%). Hasil analisa data dengan menggunakan uji Rank spearmen diperoleh nilai p = 0.000, artinya ada hubungan peran pembimbing klinik dengan kepuasan mahasiswa dalam praktek klinik lapangan keperawatan. Dilihat dari nilai Correlation Coefficient sebesar 0.674, artinya memiliki hubungan yang kuat dan arah korelasi hubungan positif. Berdasarkan hasil temuan diatas disarankan kepada pembimbing klinik agar menciptakan suasana praktek keperawatan yang nyaman sehingga tercipta hubungan yang baik antara pembimbing klinik dan mahasiswa didik.


(10)

x ABSTRACT

Agustini, Ni Made. 2015. Clinical Instructor Role Relationships with the Student Satisfaction in Clinical Nursing Practice Field at IRNA C Sanglah Hospital in 2015. The final task , Nursing Science Faculty of Medicine Udayana University. Supervisor (1) Ns. Nyoman Gunahariati, S.Kep, MM. (2) Ns. Komang Menik Sri K, S.Kep

Clinical learning experiences (hospitals and health centers) is an important part of the educational process of nursing students. The existence of a clinical instructor in clinical practice is an absolute because it can influenced the development of the ability of the knowledge, skills and attitudes of the learner. The role of clinical instructor can be seen from the general roles and roles of clinical practice of nursing. The lack of clinical instructor role due to the time constraints in the implementation of the guidance, and also CI not only as a clinical instructor but also as a care giver. The purpose of this study was to determine the relationship between clinical instructor with student satisfaction in nursing clinical field in IRNA C Sanglah Hospital in 2015. This study was non-experimental, correlational design with cross sectional approach. The study was conducted at Angsoka ward( I, II , and III ) and Kamboja from 15-31 January 2015 with the techniques of non-probability purposive sampling type, obtained a sample of 48 respondents. Data were collected by questionnaires using a Likert scale. The results of the study of the role of nursing clinical instructor largely clinical instructor in a category quite well that of 19 respondents ( 39.6 % ) and student satisfaction in the practice of nursing clinical field most of the states cukuo satisfied that of 19 respondents ( 39.6 % ) . The results of data analysis using spearmen Rank test p = 0.000 obtained , meaning that there is no relationship with the clinical instructor role of student satisfaction in the field of nursing clinical practice. Judging from the value of Correlation Coefficient of 0674 , means to have a strong relationship and the direction of the positive correlation. Based onfinding it is suggested to the clinical instructor to create a comfortable atmosphere nursing practice in order to create a good relationship between the clinical instructor and nursing students.


(11)

xi DAFTAR ISI

JUDUL ... LEMBAR PERSETUJUAN ...

LEMBAR PENGESAHAN ……….

KATA PENGANTAR………...

DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penelitian ... 1.4 Manfaat Penelitian ……...

1.5 Keaslian Penelitian …………..………...

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP 2.1 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan……….. 2.1.1 Pengertian Pembimbing Klinik Keperawatan ……….……. 2.1.2 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan ………. 2.1.3 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan ……….. 2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Peran Pembimbing Klinik

Keperawatan ………...………..

2.1.5 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan …………...…….. 2.1.6 Pengukuran Peran ………..……….. 2.1.7 Kompetensi Pembimbing Klinik Keperawatan ……… 2.1.8 Kriteria Pembimbing Klinik Keperawatan ………... 2.1.9 Karakteristik Pembimbing Klinik Keperawatan ………….. 2.2 Kepuasan Tentang Pelaksanaan Praktek Lapangan

Klinik Keperawatan ………... 2.2.1 Pengertian Kepuasan ………. 2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan ……….

2.2.3 Tingkat Kepuasan ………..

2.2.4 Komponen Tingkat Kepuasan ……… 2.2.5 Pengukuran Tingkat Kepuasan ………... 2.2.6 Teknik Analisa Tingkat Kepuasan ………..……… 2.2.7 Pengertian Praktek Lapangan Klinik Keperawatan ……… 2.2.8 Metode Bimbingan Praktek Lapangan Klinik

Keperawatan……… Halaman i iii iv v vi ix xi xii 1 9 9 10 11 12 12 12 14 15 18 19 19 20 21 22 24 25 25 26 26 29 31 33 34


(12)

xii

2.3 Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik

Keperawatan………... BAB III KERANGKA KONSEP

1.1 Kerangka Konsep ………..………. 1.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………. 1.3 Hipotesis Penelitian ………. BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ... 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……….………….. 4.2.1 Tempat Penelitian ... 4.2.2 Waktu Penelitian ... 4.3 Populasi dan Sampel... 4.3.1 Populasi ………... 4.3.2 Sampel ……... 4.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ………... 4.4.1 Jenis Data ………... 4.4.2 Cara Pengumpulan Data ... 4.4.3 Instrumen ………... 4.4.4 Validitas dan Reabilitas Instrumen ………

4.4.5 Etika Penelitian ……….

4.5 Pengolahan dan Analisa Data …………... 4.5.1 Teknik Pengolahan Data ……... 4.5.2 Teknik Analisa Data …... BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ... 5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ……...……….. 5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian ……….. 5.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian ………... 5.1.4 Pembahasan Hasil Penelitian ……….

5.1.5 Keterbatasan Penelitian ………..

5.1.6 Hambatan Penelitian ………..

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan ……….. 6.2 Saran ……….

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 35 36 37 40 42 42 42 43 43 43 43 45 45 46 46 48 51 53 52 55 57 57 58 59 63 72 72 73 74


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Tabel 1

Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5

Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9

Definisi Operasional Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan

…………..………... Hasil Uji Validitas Kuesioner Peran Pembimbing Klinik ... Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan………. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Peran Pembimbing Klinik ... Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan………. Distribusi Frekuensi Peran Pembimbing Klinik di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ... Distribusi Frekuensi Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 ... Tabel Silang Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan …………. Hasil Uji Rank Spearmen Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik

Keperawatan………. Halaman 40 48 49 50 51 59 60 61 62


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram Kartesius ………...… Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Peran

Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Pelaksanaan Praktek Lapangan Klinik Keperawatan ……….

Halaman 32


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Lampiran 2 : Lembar Pernyataan Keaslian Penulisan Lampiran 3 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 : Rencana Anggaran Penelitian

Lampiran 6 : Lembar Kuesioner

Lampiran 7 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian Lampiran 8 : Master Tabel

Lampiran 9 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Lampiran 10 : Hasil Uji Statistik

Lampiran 11 : Hasil Pengukuran Komponen Peran Pembimbing Klinik Lampiran 12 : Hasil Pengukuran Komponen Kepuasan Mahasiswa


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan kurikulum pendidikan Sarjana Keperawatan atau Ners yang lebih berorientasi pada Kurikulum Berbasis Kompetesi (KBK) tentu memberikan implikasi pada berbagai perubahan termasuk dalam kesiapan tenaga pembimbing klinik dalam memberikan bimbingan agar mencapai kompetensi yang diinginkan. Pada kondisi ini maka peran seorang pembimbing klinik atau Pembimbing klinik sangat penting dalam setiap tahapan praktikum mahasiswa sejak di tatanan laboratorium sampai pada tatanan klinik atau lapangan nyata (Lukman, 2006)

Peran adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu jabatan atau pola tingkah laku yang diharapkan pantas dari seseorang. Oleh karena itu, seharusnya seorang pembimbing klinik diberi wewenang dan tanggungjawab yang jelas sesuai dengan perannya dalam merancang, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran klinik terhadap peserta didik di tatanan klinik. Namun seringkali kita melihat dan merasakan keadaan yang berbeda dimana seorang pembimbing klinik sulit sekali menunjukkan kemampuannya dalam membimbing peserta didik karena berbagai sebab antara lain adalah kurangnya kepercayaan diri dan ketidakjelasan peranan yang di berikan institusi pendidikan pada para pembimbing klinik tersebut (Akbar, 2006)

Bimbingan praktek klinik keperawatan dilaksanakan oleh pembimbing klinik dari institusi lahan praktek dan pembimbing dari institusi pendidikan atau


(17)

2

pembimbing pendidikan. Keberadaan pembimbing klinik dalam suatu praktek klinik merupakan suatu hal yang mutlak karena pembimbing pada praktek klinik sangat mempengaruhi perkembangan kemampuan pengetahuan, keterampilan dan sikap dari peserta didik. Selain itu pembimbing klinik merupakan sumber motivasi bagi peserta didik untuk mencapai tujuan praktek (Asmadi, 2008). Pembimbing juga dapat menilai apakah teori-teori yang didapatkan di kelas dapat diterapkan dalam situasi nyata kepada klien, dan apakah rencana praktek keperawatan benar-benar dapat dilaksanakan, sehingga seorang pembimbing klinik adalah seorang perawat yang mempunyai pemahaman konsep keperawatan, sehingga terampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai pembimbing klinik yang benar-benar memahami peran dan fungsinya dalam membantu kegiatan mahasiswa.

Secara ideal menurut Davison dan Williams (2011), menyatakan bahwa di negara Denmark satu orang pembimbing klinik membimbing satu orang mahasiswa, akan tetapi jika melihat kenyataan dipembelajaran klinik Indonesia satu orang pembimbing klinik harus membimbing 6 sampai 10 mahasiswa bahkan bisa lebih di satu bangsal perawatan (Anton, 2012). Menurut komite karir Federasi Perawat Royal Australia, dalam Lukman (2006) konflik peran ganda timbul dikenal pada pekerjaan sebagai pembimbing klinik. Struktur tradisional yang tidak ada peran jelas untuk perawat klinik dan konsultan perawat klinik pada pengajaran dan peran perawat edukator atau pendidik yang diperankan di kelas, telah digantikan oleh struktur baru yang memberikan perawat klinik suatu jalan karir yang jelas dan perawat pendidik suatu peran pengajar pada kelas dan klinik,


(18)

3

dimana seharusnya terdapat pembagian tugas yang jelas antara peran perawat klinik dan konsultan perawat klinik pada pengajaran serta peran perawat edukator atau pendidik yang berasal dari institusi pendidikan.

Menurut penelitian Akhmad (2006) terdapat 3 dari 6 orang pembimbing klinik di ruang rawat inap RSUD Ulin Banjarmasin menyatakan bahwa pengelolaan ruang rawat inap kurang baik dalam praktek klinik mahasiswa. Hal ini dikarenakan tidak adanya pengorganisasian peserta didik, alat dan bahan keperawatan serta tidak adanya pembagian tugas dan koordinasi saat praktek. Di Bali, khususnya di RSUP Sanglah sudah terdapat buku pedoman yang mengatur peran dan tugas pembimbing klinik namun terkadang perannya masih tumpang tindih dengan peran sebagai care giver.

Peran seorang pembimbing klinik dapat dilihat dari peran secara umum dan peran dalam praktek klinik keperawatan. Peran secara umum yaitu, sebagai Educator (pendidik), sebagai care giver (pelaksana), dan sebagai Role model (model contoh). Sedangkan peran dalam praktek klinik keperawatan yaitu, sebagai sumber informasi, sebagai motivator, sebagai fasilitator, dan sebagai evaluator (Soeratri, 2014). Ketimpangan peran pembimbing klinik antara care giver (pelaksana) dengan peran dalam praktek klinik keperawatan membuat pembimbing klinik tidak dapat secara fokus dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa, sehingga perlu diadakan penelitian tentang peran pembimbing klinik dalam praktek klinik keperawatan (sebagai sumber informasi, sebagai motivator, sebagai fasilitator, dan sebagai evaluator) (Soeratri, 2014).


(19)

4

Fenomena yang sering ditemui adalah mahasiswa sering kali tidak bisa mencapai target kompetensi sesuai yang ditargetkan dari standar pendidikan keperawatan (Anton, 2012). Mahasiswa kurang mendapat bimbingan maksimal melalui bed side teaching atau ronde keperawatan misalnya tentang pemeriksaan fisik, anamnesa, perawatan luka dan sebagaianya. Fenomena lain adalah mengenai evaluasi terhadap laporan asuhan keperawatan mahasiswa. Beberapa pembimbing cenderung mengevaluasi secara formalitas, tidak mengecek secara langsung tentang kebenaran tindakan keperawatan yang dilakukan mahasiswa terhadap pasien. Selain itu dalam melakukan responsi pembimbing cenderung tidak menilai penguasaan teori dan keterampilan mahasiswa dalam bertindak melainkan hanya mengevaluasi tentang pengetahuan mahasiswa saja (Anton, 2012).

Prestasi belajar mahasiswa dalam praktek klinik keperawatan, dalam hal ini yaitu mahasiswa program profesi ners erat kaitannya dengan kepuasan mahasiswa dalam menjalankan praktek klinik keperawatan. Bimbingan klinik dikatakan berkualitas apabila dapat menciptakan kepercayaan diri, pengalaman, serta memberikan pengetahuan mengenai kejelasan peran perawat secara profesional kepada mahasiswa keperawatan. Kualitas bimbingan klinik dalam lingkungan praktik tidak terlepas dari peran pembimbing klinik yang sangat mempengaruhi tingkat kepuasan belajar dan berpengaruh pada kinerja mahasiswa di lahan praktik (Akbar, 2006). Kepuasan adalah hasil penilaian dari suatu penyampaian yang baik. Kepuasan pelanggan yang dalam hal ini adalah peserta didik dapat dilihat dari komponen kualitas layanan yang diberikan. Menurut Tjiptono dan Diana (2007), kualitas layanan berkaitan erat dengan kepuasan


(20)

5

pelanggan. Kualitas layanan memberikan dorongan khusus bagi para pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang dengan suatu organisasi. Ikatan emosional semacam ini memungkinkan organisasi untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan.

Kepuasan mahasiswa terhadap bimbingan klinik dapat dilihat dari lima dimensi kualitas peran yang diberikan oleh pembimbing klinik, terdapat lima kriteria penentu kualitas tersebut, yaitu kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), perhatian individu (empathy), dan bukti fisik (tangible). Menurut Kotler dalam Supranto (2006), mahasiswa dalam manajemen mutu terpadu perguruan tinggi merupakan pelanggan yang harus dipuaskan. Untuk memberikan kepuasan dalam pelayanan kepada mahasiswa dalam praktek klinik keperawatan maka peran dari seorang pembimbing klinik sangat diharapkan.

Menurut Hidayat (2007), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar hal ini kaitannya dengan pelaksanaan bimbingan klinik dalam proses pembelajaran yaitu persepsi mahasiswa, profesionalisme dosen/pendidik, akses informasi serta sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar mahasiswa maupun yang mendukung proses bimbingan. Munro (2001 dalam Linda 2012), menyatakan bahwa bimbingan pembimbing klinik yang baik akan memberikan kepuasan yang lebih baik pula untuk meningkatkan kepuasan mahasiswa dalam hal mengurangi kecemasan mahasiswa. Lukman (2014) menjelaskan bahwa untuk menciptakan


(21)

6

sebuah kepercayaan pembimbing klinik kepada mahasiswa adalah dengan menciptakan waktu bersama.

Menurut Azizah (2012), menyebutkan bahwa mahasiswa yang tidak puas atas bimbingan klinik cenderung tidak memiliki kepercayaan diri untuk melakukan asuhan keperawatan yang nyata. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 22 September 2014 yang diperoleh dari buku catatan pesan dan kesan mahasiswa yang praktek di Ruang Angsoka RSUP Sanglah mengungkapkan bahwa mahasiswa ingin dihargai, agar perawat berbicara menggunakan etika yang baik, bimbingan yang mereka dapatkan kurang dari harapan mereka, mahasiswa mengharapkan agar diberi perintah atau bimbingan sesuai dengan standar kompetensi yang ada serta memberikan senyuman kepada mahasiswa, mahasiswa mengharapkan agar pembimbing klinik atau perawat ruangan lebih meluangkan waktunya untuk mahasiswa, bimbingan yang diberikan oleh pembimbing klinik pada praktek klinik keperawatan juga belum optimal. Berdasarkan pesan dan kesan mahasiswsa diatas, maka kurangnya kepuasan mahasiswa berasal dari komponen responsiveness (daya tanggap) dan empathy (empati). Responsiveness yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap yang meliputi : kesigapan petugas dalam melayani klien, kecepatan petugas dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan klien. Dalam bimbingan klinik, kurangnya responsiveness (daya tanggap) dapat berupa kurangnya pembimbing klinik dalam memberikan waktu luang untuk bimbingan mahasiswa, pembimbing klinik tidak sigap dalam membimbing mahasiswa, kurang menanggapi keluhan


(22)

7

mahasiswa serta kurang menghargai mahasiswa. Dilihat dari segi komponen empathy (empati), yaitu memberika perhatian secara individual kepada pelanggan yaitu meliputi kemudahan pelanggan memanfaatkan jasa, kemampuan komunikasi untuk menyampaikan informasi pada pelanggan dan pemahaman terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan. Bila dilihat dari segi bimbingan klinik maka kurangnya empathy (empati) berupa pembimbing klinik kurang memberikan perhatian terhadap keluhan mahasiswa.

Berdasarkan hasil wawancara mengenai peran pembimbing klinik saat shift jaga pagi, sore maupun malam terhadap 5 orang mahasiswa yang praktek di IRNA C RSUP Sanglah, diperoleh 3 dari 5 mahasiswa yang sedang pendidikan S1 Keperawatan mengungkapkan bahwa bimbingan yang mereka dapatkan kurang dari harapan mereka, bimbingan yang diberikan oleh pembimbing klinik pada praktek klinik keperawatan juga belum optima, pembimbing klinik kurang memberikan jasa bimbingan yang cepat dan kurang menanggapi keluhan yang dihadapi mahasiswa, pembimbing klinik kurang perhatian terhadap kebutuhan pembelajaran mahasiswa dan dari segi komunikasi sudah cukup.

Kurangnya peran pembimbing klinik disebabkan oleh keterbatasan waktu dalam pelaksanaan bimbingan, karena selain sebagai pembimbing klinik, ia juga berperan sebagai care giver (pelaksana) dalam lahan praktek. Keterbatasan waktu dalam pelaksanaan bimbingan dan tingginya beban kerja memegang andil besar yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas bimbingan. Jadwal praktek mahasiswa di ruangan yang terlalu pendek karena pertukaran tempat praktek antar mahasiswa


(23)

8

berkisar 3 hari dalam satu ruangan juga menjadi salah satu penyebab kurangnya peran pembimbing klinik.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dari lima komponen kepuasan mahasiswa ada dua komponen yang paling bermasalah yaitu komponen responsiveness (daya tanggap) dan empathy (empati), sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan peran pembimbing klinik dengan kepuasan mahasiswa dalam praktek lapangan klinik keperawatan di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “adakah hubungan peran pembimbing klinik dengan kepuasan mahasiswa dalam praktek lapangan klinik keperawatan di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan peran pembimbing klinik dengan kepuasan mahasiswa dalam praktek lapangan klinik keperawatan di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014.


(24)

9

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi peran pembimbing klinik di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar.

2. Mengidentifikasi kepuasan mahasiswa dalam praktek lapangan klinik keperawatan di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014.

3. Menganalisa hubungan peran pembimbing klinik dengan kepuasan mahasiswa dalam praktek lapangan klinik keperawatan di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Institusi Pendidikan

1. Menciptakan kerja sama antara institusi pendidikan dan rumah sakit sebagai mitra pengembang dalam mempersiapkan perawat professional.

2. Sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan praktek klinik keperawatan terutama peran pembimbing klinik.

1.4.2 Klinik

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan keberhasilan pendidikan dengan menyediakan suatu tatanan yang memadai untuk praktek professional dalam arti kualitas.

2. Sebagai bahan evaluasi terhadap peran dan kompetensi pembimbing klinik dalam praktek lapangan klinik keperawatan.


(25)

10

1.5 Keaslian Penelitian

1.5.1 Heri Martono, 2009 dengan judul “Pengaruh Kompetensi Dan Motivasi Pembimbing Klinik Terhadap Kinerja Pembimbing Praktek Klinik Di

RSUD Kabupaten Sragen”. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptik analitik pra eksperimen. Subjek dari penelitian ini adalah pembimbing klinik di RSUD Kabupaten Sragen dengan jumlah populasi 54 orang dan sampel 50 orang. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif kompetensi pembimbing klinik terhadap kinerja pembimbing praktek klinik di RSUD Kabupaten Sragen dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,164 dan nilai uji t-statistik sebesar 8,024. Selain itu, motivasi pembimbing klinik berpengaruh positif terhadap kinerja pembimbing klinik di RSUD Kabupaten Sragen. Perbedaan penelitian ini adalah dilihat dari jenis variabelnya, design penelitian dan metode analisis data yang digunakan.

1.5.2 Heny Ekawati, S, 2010. Hubungan Antara Penerapan Metode Bimbingan Dengan Tingkat Kepuasan Dalam Pengalaman Belajar Klinik di RSUD Dr.Soegiri Lamongan Tahun 2010. Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah survei analitik kuantitatif, dengan sampel 43 mahasiwa. Design penelitian yang digunakan adalah survei analitik kuantitatif. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan uji chi square dan Regresi linear berganda. Hasil analisis bivariate menunjukan ada hubungan


(26)

11

antara metede bedsite teaching dengan tingkat kepuasan mahasiwa (p=0.001), ada hubungan antara metode penugasan klinik tertulis dengan tingkat kepuasan mahasiwa (p=0.000), ada hubungan antara metode konferensi dengan tingkat kepuasan mahasiswa (p=0.001). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa metode bedsite teaching, penugasan klinik tertulis, dan metode konferensi secara bersama-sama mempengaruhi tingkat kepuasan mahasiwa. Perbedaan penelitian ini adalah dilihat dari jenis variabelnya, design penelitian dan metode yang digunakan.


(27)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan

2.1.1 Pengertian Pembimbing Klinik Keperawatan

Hidayat (2007), menyatakan pembimbing klinik keperawatan adalah pembimbing atau guru perawat (nurse teacher). Kegiatan pembelajaran klinik merupakan suatu bentuk kegiatan belajar mengajar dalam konteks pelayanan nyata. Maksudnya mahasiswa belajar memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut. Mahasiswa belajar bekerja sesuai dengan standar pelayanan profesi keperawatan. Selama proses pembelajaran klinik keperawatan terjadi proses interaksi antara pembimbing klinik, mahasiswa, dan pasien. Ketiga komponen ini akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran praktek klinik keperawatan. Pembimbing klinik merupakan tenaga perawat yang ditunjuk atau diangkat oleh instansi yang digunakan sebagai lahan praktek. Pembimbing klinik adalah seorang yang diangkat dan diberikan tugas oleh institusi pelayanan atau pendidikan kesehatan untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang sedang mengikuti kegiatan pembelajaran praktek klinik di rumah sakit (Akbar, 2006). Hal ini sesuai dengan pendapat. Membimbing adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian diri dalam pemahaman diri,


(28)

13

penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Asyahadi, 2004).

2.1.2 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan

Pusdiknakes (2004) dalam Martono (2009), menetapkan tugas yang dapat dikerjakan pembimbing klinik dalam rangka kegiatan pembelajaran praktek klinik yaitu :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran praktek klinik

2. Menentukan indikator pencapaian target kompetensi praktek 3. Mengidentifikasi tempat praktek klinik

4. Mengidentifikasi dan menentukan peralatan atau sumber yang diperlukan selama pembelajaran praktek klinik

5. Memfasilitasi mahasiswa memperoleh target kompetensi dan alat-alat yang digunakan

6. Memecahkan masalah belajar praktek

7. Membangkitkan dan mendorong semangat mahasiswa selama mengikuti pembelajaran praktek klinik dan menghargai kerja mahasiswa

8. Memberikan contoh pelayanan keperawatan terhadap pasien secara nyata kepada mahasiswa

9. Melakukan penilaian kepada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran praktek klinik


(29)

14

10.Membuat laporan pembelajaran praktek klinik.

2.1.3 Peran Pembimbing Klinik Keperawatan

Berdasarkan Pedoman Bimbingan Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar (2010), peran pembimbing klinik yaitu sebagai narasumber, perencana, fasilitator, motivator, role model, demonstrator, evaluator dan change agent.

Peran dalam bidang dunia keperawatan merupakan cara untuk menyatakan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan, penelitian dan dapat mengembangkan asuhan keperawatan dalam membina kerjasama dari tenaga kesehatan lainnya serta dapat memenuhi kebutuhan pasien dalam melakukan tindakan. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam kaitannya dengan statusnya dalam masyarakat (Asmadi, 2008). Secara umum Peran dan fungsi Pembimbing klinik menurut Asmadi (2008), yaitu :

1. Sebagai educator (guru/pendidik)

Sebagai pendidik, perawat berperan dalam mendidik Memberi pendidikan dan pemahaman kepada mahasiswa dalam bentuk desiminasi ilmu kepada peserta didik keperawatan. Biasanya dalam ruang perawat dikenal dengan pembimbing klinik yang berperan dalam memberikan pendidikan kepada para mahasiswa keperawatan yang sedang menjalankan praktek keperawatannya di RS / Puskesmas.


(30)

15

2. Sebagai care giver (pemberi asuhan keperawatan)

Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi: melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

3. Sebagai Role Model

Perawat sebagai pembimbing klinik harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan di contoh oleh masyarakat. Selain itu perawat juga dapat memberikan contoh yang baik kepada peserta didik atau mahasiswa tentang bagaimana cara bertingkah laku maupun dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar.

Menurut Soeratri (2013), peran seorang pembimbing klinik keperawatan sebagai educator dalam praktek klinik keperawatan dibagi menjadi 4 yaitu:


(31)

16

1. Sumber informasi

Sebagai sumber informasi seorang pembimbing klinik keperawatan harus memiliki pengetahuan/keterampilan/pengalaman lebih banyak dalam hal praktek klinik keperawatan dibandingkan mahasiswa. Selain itu pembimbing klinik keperawatan juga dapat dijadikan sumber informasi yang dapat dihandalkan yang diperkaya dengan modul-modul seperti SAK sebagai acuan membimbing mahasiswa. 2. Sebagai motivator

Sebagai pembimbing klinik keperawatan sebaiknya dapat menjadi motivator bagi mahasiswanya dengan menggunakan pendeketan ARDS yaitu attention (memberikan perhatian kepada mahasiswa), relevance (memiliki keterkaitan antara ilmu dengan motivasi), convidence (memiliki rasa percaya diri), satisfaction (ilmu yang diberikan kepada mahasiswa dapat menimbulkan rasa puas bagi seorang clinical instructor).

3. Sebagai Fasilitator

Sebagai seorang pembimbing klinik keperawatan diharapkan tidak hanya mengajar mahasiswa tetapi mampu memfasilitasi mahasiswa untuk mencapai target kompetensi yang ditetapkan.

4. Sebagai Evaluator

Pembimbing klinik keperawatan diharapkan mampu mengevaluasi apakah yang dicapai mahasiswa telah sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.


(32)

17

Pembimbing klinik keperawatan juga harus mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar mahasiswa dan mengevaluasi proses belajar mengajar.

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Peran Pembimbing Klinik Keperawatan Peran dipengaruhi oleh berbagai faktor dibawah ini yang terkait dengan pengetahuan yang harus dimiliki sebagai sumber peran. Faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan eksternal, yaitu:

1. Faktor Internal a. Pendidikan.

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang memperoleh informasi pula mereka menerima informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

c. Umur

Umur dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada


(33)

18

empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

f. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek tersebut menyenangkan maka secara psikologis timbul kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

2. Faktor Eksternal a. Kebudayaan

Lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukkan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan


(34)

19

lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukkan sikap pribadi atau sikap seseorang.

b. Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru (Hannie, 2007).

2.1.5 Tugas Pembimbing Klinik Keperawatan

Berdasarkan Pedoman Bimbingan Mahasiswa Keperawatan/Kebidanan RSUP Sanglah Denpasar (2010), tugas seorang pembimbing klinik yaitu:

1. Melakukan orientasi ruangan, pasien, alat, tata tertib, SOP dan hal lain sesuai dengan kondisi ruangan

2. Membagi mahasiswa sesuai dengan target kompetensi dan situasi ruangan

3. Bersama CT membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan oleh mahasiswa dan melakukan evaluasi

4. Menandatangani pencapaian target kompetensi mahasiswa

2.1.6 Pengukuran Peran

Menurut Azwar (2005), pengukuran peran dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual adalah membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana responden tersebut termasuk. Menurut Riwidikdo (2009), ketentuan pembagian tersebut menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan


(35)

20

simpangan baku (standar deviasi). Apabila kita mengkategorikan dalam lima kategori, sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang, maka parameter yang digunakan yaitu:

1. Sangat baik, bila x > mean + 1,5 SD

2. Baik, bila mean + 0,5 SD < x < mean +1,5 SD

3. Cukup baik, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD 4. Kurang baik, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD 5. Sangat kurang Baik, bila x < mean – 1,5 SD

Mean adalah jumlah nilai seluruh responden dibagi jumlah responden SD= ∑x2– ( x

i )2

n n-1 Keterangan:

SD: Standar Deviasi

xi: Jumlah seluruh nilai responden

n: jumlah seluruh responden (Riwidikdo, 2009).

2.1.7 Kompetensi Pembimbing Klinik Keperawatan

Menurut Soeratri (2013), seorang pembimbing klinik keperawatan harus mempunyai 4 kompetensi, yaitu:


(36)

21

1. Kompetensi professional

Seorang pembimbing klinik keperawatan harus ahli dibidangnya dengan kriteria, yaitu berpendidikan formal tertentu, pernah mengikuti pelatihan tertentu dalam jenis dan jumlah yang ditetapkan dan memiliki pengalaman dalam bidang tertentu (linier) dalam kurun waktu tertentu. Kompetensi yang harus dimiliki yaitu menguasasi materi keilmuan, merencanakan melaksanakan dan melakukan penelitian. 2. Kompetensi pedagogic

Pembimbing klinik keperawatan harus mempunyai kemampuan merancang kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi kegiatan pembelajaran, mengelola kelas, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Kompetensi kepribadian

Pembimbing klinik keperawatan harus memiliki nilai, komitmen, etika professional yang mempengaruhi perilaku terhadap sejawat, mahasiswa dan karyawan lainnya. Sub kompetensi yang harus dimiliki yaitu empati, berpandangan positif, genuine (bersikap wajar dan terbuka) serta berorientasi pada tujuan.

4. Kompetensi sosial

Pembimbing klinik keperawatan memiliki kemampuan melakukan hubungan sosial dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sub kompetensi yang harus dimiliki, yaitu menghargai keragaman budaya, menyajikan pendapat, menghargai pendapat orang lain dan membangun suasana kelas.


(37)

22

2.1.8 Kriteria Pembimbing Klinik Keperawatan

Pembimbing klinik diharapkan memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut (Hidebrand, 1971 dalam Asyahadi, 2004):

1. Profesional dalam keterampilan yang diajarkan

2. Mendorong mahasiswa untuk mempelajari keterampilan baru 3. Meningkatkan komunikasi yang terbuka (2 arah)

4. Memberikan umpan balik segera 5. Mengatur stress para mahasiswa

6. Memusatkan pada keberhasilan mahasiswa bukan pada kegagalan 7. Sabar dan mendukung

8. Memberi penghargaan dan dukungan positif

9. Memperbaiki kesalahan mahasiswa tapi tetap mempertahankan rasa harga diri 10. Mendengar aktif

11. Memberi kesempatan untuk istirahat 12. Mengamati respon peserta didik 13. Memberi pujian

Sedangkan berdasarkan pedoman bimbingan mahasiswa keperawatan/ kebidanan RSUP Sanglah Denpasar (2010), kriteria seorang pembimbing klinik yaitu: 1. pembimbing klinik ditentukan oleh bidang keperawatan masing-masing rumah


(38)

23

2. Latar belakang pendidikan D3 Keperawatan ditambah pengalaman kerja minimal 5 tahun dibidangnya atau S1/D4 Keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 3 tahun

3. Memiliki sertifikat pembimbing klinik.

2.1.9 Karakteristik Pembimbing Klinik Keperawatan

Menurut Ngalim (2007), karakteristik dari seorang pembimbing klinik yang efektif dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu :

1. Pengetahuan dan kompetensi klinik

Pengetahuan dan kompetensi klinik disini meliputi pengetahuan akan ilmu keperawatan yang dimiliki pengajar harus luas dan memahaminya secara mendalam. Disamping ilmu keperawatan yang diberikan kepada peserta didik, pengajar juga harus memiliki pengetahuan akan materi-materi yang berhubungan dengan hal itu. Kemampuan untuk menganalisa teori dan mengumpulkannya dari berbagai sumber, menitikberatkan pada pemahaman, kemauan untuk mendiskusikan dengan peserta didik mengenai pandangan atau pendapat yang berkaitan dengan bimbingan. Pengajar klinik yang efektif juga berperan sebagai perawat pelaksana (clinician). Mempertahankan kompetensi klinik sangat penting, diantaranya untuk dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik.

2. Hubungan interpersonal dengan peserta didik

Kemampuan dalam berinteraksi dengan para peserta didik dan tenaga kesehatan lain juga merupakan perilaku dari pengajar yang efektif. Disamping itu


(39)

24

kemampuan untuk menyatukan kelompok-kelompok dari peserta didik ke dalam kesatuan dan membangun respek serta mengadakan hubungan yang baik antara pengajar dengan peserta didik.

3. Kemampuan membimbing

Kemampuan dalam membimbing termasuk diantaranya kemampuan kebutuhan proses bimbingan bagi peserta didik, merencanakan bahan bimbingan (plan instruction) dalam tiap-tiap bagian atau pokok bahasan dan tujuan yang harus dicapai, dan mengevaluasi proses bimbingan. Seorang pengajar yang efektif juga memberikan informasi yang terstruktur, memberikan penjelasan yang lengkap dan langsung kepada peserta didik, menjawab pertanyaan secara jelas, mendemonstrasikan prosedur dan beberapa proses perawatan lainnya dengan efektif. Pembimbing klinik juga harus mampu mengkomunikasikan atau mentransfer pengetahuan ke peserta didik.

4. Karakteristik pribadi

Karakteristik pribadi dapat mengasosiasikan antara dinamisasi dari program studi dengan semangat untuk pengajaran di area klinik. Pengamatan yang tajam atau kepandaian dalam memutuskan dan semangat tersebut bisa didapat jika merasa nyaman bekerja dengan para peserta didik dan memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan mengajarnya dan keterampilan kliniknya. Penelitian lain menyatakan karakteristik lainnya yaitu bersahabat, dapat memahami, mendukung, dan


(40)

25

bersemangat tinggi, kejujuran, kemampuan untuk mengakui kesalahan dan keterbatasan serta kekurangan dalam pengetahuan.

2.2 Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan 2.2.1 Pengertian Kepuasan

Menurut Kotler dalam Supranto (2006), kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Kepuasan pelanggan adalah merupakan evaluasi purna beli dimana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan (Irawan, 2007). Menurut Oliver dalam Tjiptono (2007), kepuasan adalah perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Day dalam Azrul (2006), menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (norma atau kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pemakaiannya.

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan

Menurut Hidayat (2007), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan mahasiswa dalam proses belajar mengajar hal ini kaitannya dengan pelaksanaan bimbingan klinik dalam proses pembelajaran yaitu:


(41)

26

1. Persepsi Mahasiswa

Cara pandang mahasiswa terhadap materi yang diberikan, baik materi secara langsung dimeja kuliah maupun materi saat pelaksanaan bimbingan lapangan. Persepsi mahasiswa disini dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: pengetahuan, kebudayaan, sikap dan motivasi

2. Profesionalisme Dosen/Pendidik

Kemampuan pembimbing untuk memberikan bimbingan yang berkualitas, kemampuan atas pengetahuan, keramah-tamahan, kesopanan dan kemampuan komunikasi yang baik.

3. Akses Informasi

Kemudahan dalam memperoleh akses informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa bepengaruh pada kepuasan mahasiswa terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar. Informasi memegang peran yang penting dalam menyokonng kelancaran proses pembelajaran, sehingga apa yang menjadi tujuan dan target mahasiswa akan terpenuhi.

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang mendukung proses belajar mengajar mahasiswa maupun yang mendukung proses bimbingan sangat mempengaruhi kepuasan mahasiswa. Sarana dan prasarana yang lengkap serta modern sangat diharapkan agar mehasiswa merasakan kenyamanan dalam proses bimbingan.


(42)

27

2.2.3 Tingkat Kepuasan

Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada tiga tingkat kepuasan yaitu bila penampilan kurang dari harapan maka pelanggan tidak puas, bila penampilan sebanding dengan harapan maka pelanggan puas, dan apabila penampilan melebihi harapan maka pelanggan merasa sangat puas atau senang (Wijono, 2009). Puas atau tidak puas tergantung pada sikap terhadap ketidaksesuaian (rasa senang atau tidak senang) dan tingkatan daripada evaluasi (baik atau tidak) untuk dirinya, melebihi atau di bawah standar (Wijono, 2009).

2.2.4 Komponen Tingkat Kepuasan

Kotler dalam Supranto (2006), menentukan lima komponen yang menentukan kualitas mutu pelayanan (dimensi kepuasan). Kelima dimensi ini dikenal sebagai SERQUAL (Irawan, 2002). Konsep ini paling banyak dipakai sekarang yaitu : 1. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. Dalam bimbingangan klinik reliability dapat berupa kemampuan dosen atau pengajar dalam memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan. Dalam hal ini yaitu kemampuan pembimbing klinik keperawatan dalam memberikan pelayanan kepada mahasiwa yang dapat berupa bimbingan dalam pelaksanaan praktek klinik keperawatan

2. Responsiveness, yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap yang meliputi :


(43)

28

kesigapan petugas dalam melayani klien, kecepatan petugas dalam menangani transaksi dan penanganan keluhan klien. Dalam bimbingangan klinik komponen responsiveness dapat berupa kemauan dari dosen membantu mahasiswa dan memberikan jasa dengan cepat dan berkualitas, termasuk dalam menanggapi keluhan yang dihadapi mahasiswa. Dalam hal ini peran pembimbing klinik diharapkan dapat memberikan pelayanan berupa bimbingan yang cepat dan berkualitas.

3. Assurance, meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat, kualitas keramah-tamahan, perhatian, dan kesopanan dalam memberikan keamanan di dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. Dalam bimbingangan klinik komponen assurance dapat berupa kemampuan pembimbing klinik untuk memberikan keyakinan kepada mahasiswa bahwa jasa yang diberikannya telah sesuai dengan ketentuan dan berkualitas, kemampuan atas pengetahuan, kualitas keramah-tamahan, perhatian, dan kesopanan dalam memberikan pelayanan

4. Emphaty, yaitu perhatian secara individual yang diberikan kepada pelanggan yaitu meliputi kemudahan pelanggan memanfaatkan jasa, kemampuan komunikasi untuk menyampaikan informasi pada pelanggan dan pemahaman terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam bimbingangan klinik komponen emphaty dapat berupa kesediaan pembimbing klinik untuk lebih


(44)

29

peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada mahasiswa serta kemampuan CI dalam berkomunikasi

5. Tangibles, meliputi penampilan fisik seperti gedung dan ruangan, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. Dalam bimbingangan klinik komponen tangibles dapat berupa persepsi mahasiswa terhadap penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi yang diperoleh selama praktek klinik keperawatan.

2.2.5 Pengukuran Tingkat Kepuasan

Pengukuran kepuasan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau jasa). Produk dikatakan bermutu apabila produk tersebut dapat memenuhi kebutuhannya. Mengukur tingkat kualitas jasa berarti mengevaluasi/membandingkan kinerja suatu jasa dengan seperangkat standar yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Metode yang sampai saat ini dianggap paling tepat untuk mengukur kualitas jasa adalah dengan menggunakan kuesioner kepuasan pelanggan (Supranto, 2006). Cara terbaik untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan yang sudah disusun dalam bentuk kuesioner adalah dengan menanyakan secara langsung kepada para pelanggan yang sudah berpengalaman menggunakan jasa tertentu. Dalam hal ini mutu produk dari jasa tersebut adalah mutu dari pelaksanaan praktek keperawatan, sehingga objek dari mutu tersebut adalah mahasiswa keperawatan. Untuk mengukur tingkat kepuasan mahasiswa tentang praktek klinik keperawatan dapat dilakukan menanyakan secara


(45)

30

langsung kepada mahasiswa yang praktek di tempat tersebut. Mahasiswa diwawancarai dari dua segi yaitu dari harapan mahasiswa dan dari kenyataan yang dia alami. Menurut Riwidikdo (2009), ketentuan pembagian kategori suatu skor penelitian menggunakan aturan normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi). Apabila kita mengkategorikan dalam lima kategori, sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang, maka parameter yang digunakan yaitu:

1. Sangat puas, bila x > mean + 1,5 SD

2. Puas, bila mean + 0,5 SD < x < mean +1,5 SD

3. Cukup puas, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD 4. Kurang puas, bila mean – 0,5 SD < x < mean + 0,5 SD 5. Sangat kurang puas, bila x < mean – 1,5 SD

Mean adalah jumlah nilai seluruh responden dibagi jumlah responden SD= ∑x2– ( x

i )2

n n-1 Keterangan:

SD: Standar Deviasi

xi: Jumlah seluruh nilai responden


(46)

31

2.2.6Teknik Analisa Tingkat Kepuasan 1. Metode ServQual

Menurut Irawan (2007), metode yang banyak digunakan untuk mendapatkan indeks kepuasan pelanggan dengan metode ServQual. Dengan metode ini, dilakukan pengukuran terhadap lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible, kemudian 5 dimensi ini dijabarkan dalam atribut yang total berjumlah 22 atribut. Tidak ada keharusan bagi perusahaan untuk selalu menggunakan 22 atribut tersebut. Atribut dapat ditambahkan atau dikurangi sesuai dengan kondisi dari industri masing-masing. Salah satu ciri khas dari indeks kepuasan pelanggan yang dihasilkan oleh ServQual ini adalah perhitungan berdasarkan gap. (Irawan, 2007).

2. Analisa kuadran/Importance-Performance Analysis

Untuk menganalisis data Tingkat Kepuasan dipergunakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif, John A. Martila and John C, James, 1977 dalam Supranto (2006), dengan menggunakan Importance-Performance Analysis atau Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja/kepuasan pelanggan. Dalam hal ini digunakan skala likert. Untuk tingkat kepentingan/harapan pasien terdiri dari sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting, dan tidak penting. Sedangkan untuk kinerja/pengalaman diberikan lima penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.


(47)

32

Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh rerata skor tingkat kinerja/ pengalaman, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh rerata skor tingkat harapan/kepentingan. Selanjutnya hasil perhitungan rata-rata skor tersebut diplot nilainya pada Diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y) dimana X merupakan rerata dari rerata skor tingkat kinerja/ pelaksanaan dan Y rerata dari rerata skor tingkat harapan kepentingan.

Diagram Kartesius Kinerja/pengalaman (x) Harapan/kepentinga

n (y)

PRIORITAS UTAMA A

PERTAHANKAN B

PRIORITAS RENDAH C

BERLEBIHAN D

Gambar 1. Diagram Kartesius Keterangan :

A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi keputusan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan/tidak puas

B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.


(48)

33

C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.

D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan (Supranto, 2006).

2.2.7 Pengertian Praktek Lapangan Klinik Keperawatan

Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2011). Menurut Poerwadarminta (2004), dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Klinik adalah rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita para pasien, sehingga parktek lapangan klinik keperawatan adalah tindakan mandiri yang dilakukan mahasiswa keperawatan di rumah sakit melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya.

Lingkungan belajar klinik adalah suatu sarana yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan dasar-dasar pengetahuan teori ke


(49)

34

dalam pembelajaran dengan menerapkan berbagai keterampilan intelektual dan psikomotor yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan (Hidayat, 2007). Menurut Akbar (2006), pembelajaran klinik adalah proses belajar mengajar di klinik atau rumah sakit pendidikan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang nyata dalam mengatasi masalah kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu lingkungan belajar klinik di rumah sakit sangat membantu dalam proses pembelajaran praktek.

2.2.8 Metode Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan

Metode bimbingan praktik klinik keperawatan yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Ngalim, 2007):

1. Metode Observasi

Metode yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dengan mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Metode ini meliputi :

a. Observasi lapangan b. Field trip (studi lapangan) c. Ronde keperawatan d. Metode demonstrasi 2. Metode bedside teaching

Merupakan metode bimbingan yang dilakukan di samping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.


(50)

35

3. Metode nursing clinic

Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip-prinsip dan prosedur perawatan dari pasien.

4. Metode penugasan membuat catatan dan laporan tertulis (eksperensial)

Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik.

5. Metode studi asuhan keperawatan (Nursing care study)

Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.

2.3 Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan

Peran seorang pembimbing klinik dalam praktek lapangan klinik keperawatan memegang peran penting dalam menciptakan proses pembelajaran mahasiswa keperawatan. Seorang pembimbing klinik adalah seorang perawat yang dipilih karena mempunyai pemahaman tentang konsep keperawatan baik teori maupun praktis, sehingga terampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai pembimbing klinik yang benar-benar memahami peran dan fungsinya dalam


(51)

36

membantu kegiatan mahasiswa. Peran pembimbing klinik dapat diukur melalui pandangan mahasiwa yang praktek di ruangan tersebut. Peran pembimbing klinik berkaitan dengan kepuasan mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktek klinik keperawatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2000) dalam Irawan (2007), yang menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Hasil dari membandingkan harapan dengan kenyataan tersebut dapat dinilai melalui pandangan seseorang. Kepuasan mahasiswa yang dalam hal ini sebagai customer yang berkaitan dengan peran pembimbing klinik adalah kepuasan terhadap pelaksanaan praktek klinik.

Kepuasan tentang pelaksanaan praktek klinik dikaitkan dengan peran seorang pembimbing klinik yaitu, sebagai sumber informasi memiliki pengetahuan/ keterampilan/ pengalaman lebih banyak dalam hal praktek klinik keperawatan dibandingkan mahasiswa. Sebagai motivator dapat memberikan motivasi bagi mahasiswanya. Sebagai Fasilitator seorang pembimbing klinik keperawatan mampu memfasilitasi mahasiswa dan sebagai Evaluator mampu mengevaluasi apakah yang dicapai mahasiswa telah sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.


(1)

2.2.6Teknik Analisa Tingkat Kepuasan

1. Metode ServQual

Menurut Irawan (2007), metode yang banyak digunakan untuk mendapatkan indeks kepuasan pelanggan dengan metode ServQual. Dengan metode ini, dilakukan pengukuran terhadap lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu reliability,

responsiveness, assurance, empathy, dan tangible, kemudian 5 dimensi ini dijabarkan

dalam atribut yang total berjumlah 22 atribut. Tidak ada keharusan bagi perusahaan untuk selalu menggunakan 22 atribut tersebut. Atribut dapat ditambahkan atau dikurangi sesuai dengan kondisi dari industri masing-masing. Salah satu ciri khas dari indeks kepuasan pelanggan yang dihasilkan oleh ServQual ini adalah perhitungan berdasarkan gap. (Irawan, 2007).

2. Analisa kuadran/Importance-Performance Analysis

Untuk menganalisis data Tingkat Kepuasan dipergunakan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif, John A. Martila and John C, James, 1977 dalam Supranto (2006), dengan menggunakan Importance-Performance Analysis atau Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja/kepuasan pelanggan. Dalam hal ini digunakan skala

likert. Untuk tingkat kepentingan/harapan pasien terdiri dari sangat penting, penting,

cukup penting, kurang penting, dan tidak penting. Sedangkan untuk kinerja/pengalaman diberikan lima penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik.


(2)

Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh rerata skor tingkat kinerja/ pengalaman, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh rerata skor tingkat harapan/kepentingan. Selanjutnya hasil perhitungan rata-rata skor tersebut diplot nilainya pada Diagram Kartesius yang merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (X,Y) dimana X merupakan rerata dari rerata skor tingkat kinerja/ pelaksanaan dan Y rerata dari rerata skor tingkat harapan kepentingan.

Diagram Kartesius Kinerja/pengalaman (x) Harapan/kepentinga

n (y)

PRIORITAS UTAMA A

PERTAHANKAN B

PRIORITAS RENDAH C

BERLEBIHAN D

Gambar 1. Diagram Kartesius Keterangan :

A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi keputusan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai keinginan pelanggan. Sehingga mengecewakan/tidak puas

B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu wajib dipertahankan. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. Sumber: John A. Martila and John C, James (1977) dalam Supranto (2006)


(3)

C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan.

D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan (Supranto, 2006).

2.2.7 Pengertian Praktek Lapangan Klinik Keperawatan

Praktek keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya (Nursalam, 2011). Menurut Poerwadarminta (2004), dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Klinik adalah rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat dan memperoleh advis medis serta tempat mahasiswa kedokteran melakukan pengamatan terhadap kasus penyakit yang diderita para pasien, sehingga parktek lapangan klinik keperawatan adalah tindakan mandiri yang dilakukan mahasiswa keperawatan di rumah sakit melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan wewenang dan tanggung jawabnya.

Lingkungan belajar klinik adalah suatu sarana yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan dasar-dasar pengetahuan teori ke


(4)

dalam pembelajaran dengan menerapkan berbagai keterampilan intelektual dan psikomotor yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan (Hidayat, 2007). Menurut Akbar (2006), pembelajaran klinik adalah proses belajar mengajar di klinik atau rumah sakit pendidikan untuk mendapatkan pengalaman belajar yang nyata dalam mengatasi masalah kesehatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu lingkungan belajar klinik di rumah sakit sangat membantu dalam proses pembelajaran praktek.

2.2.8 Metode Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan

Metode bimbingan praktik klinik keperawatan yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Ngalim, 2007):

1. Metode Observasi

Metode yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dengan mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa mendatang. Metode ini meliputi :

a. Observasi lapangan

b. Field trip (studi lapangan)

c. Ronde keperawatan d. Metode demonstrasi 2. Metode bedside teaching

Merupakan metode bimbingan yang dilakukan di samping tempat tidur klien dengan mempelajari klien terhadap asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.


(5)

3. Metode nursing clinic

Metode nursing clinic adalah metode penyajian pasien dengan menggunakan kehadiran seorang pasien yang dipilih sebagai fokus diskusi kelompok dengan tujuan dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembahasan prinsip-prinsip dan prosedur perawatan dari pasien.

4. Metode penugasan membuat catatan dan laporan tertulis (eksperensial)

Metode yang digunakan dengan memberikan penugasan untuk membuat catatan dan laporan secara tertulis di lahan praktik.

5. Metode studi asuhan keperawatan (Nursing care study)

Studi asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan pemecahan masalah dimana peserta didik melakukan pengkajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai masalah klinik yang mendasari pada perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan.

2.3 Hubungan Peran Pembimbing Klinik dengan Kepuasan Mahasiswa dalam Praktek Lapangan Klinik Keperawatan

Peran seorang pembimbing klinik dalam praktek lapangan klinik keperawatan memegang peran penting dalam menciptakan proses pembelajaran mahasiswa keperawatan. Seorang pembimbing klinik adalah seorang perawat yang dipilih karena mempunyai pemahaman tentang konsep keperawatan baik teori maupun praktis, sehingga terampil sebagai pengajar dan mempunyai komitmen sebagai pembimbing klinik yang benar-benar memahami peran dan fungsinya dalam


(6)

membantu kegiatan mahasiswa. Peran pembimbing klinik dapat diukur melalui pandangan mahasiwa yang praktek di ruangan tersebut. Peran pembimbing klinik berkaitan dengan kepuasan mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktek klinik keperawatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kotler (2000) dalam Irawan (2007), yang menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Hasil dari membandingkan harapan dengan kenyataan tersebut dapat dinilai melalui pandangan seseorang. Kepuasan mahasiswa yang dalam hal ini sebagai customer yang berkaitan dengan peran pembimbing klinik adalah kepuasan terhadap pelaksanaan praktek klinik.

Kepuasan tentang pelaksanaan praktek klinik dikaitkan dengan peran seorang pembimbing klinik yaitu, sebagai sumber informasi memiliki pengetahuan/ keterampilan/ pengalaman lebih banyak dalam hal praktek klinik keperawatan dibandingkan mahasiswa. Sebagai motivator dapat memberikan motivasi bagi mahasiswanya. Sebagai Fasilitator seorang pembimbing klinik keperawatan mampu memfasilitasi mahasiswa dan sebagai Evaluator mampu mengevaluasi apakah yang dicapai mahasiswa telah sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI PEMBIMBING KLINIK TERHADAP KINERJA PEMBIMBING PRAKTEK KLINIK DI RSUD KABUPATEN SRAGEN

0 8 88

Hubungan antara persepsi mahasiswa tentang kemampuan pembimbing klinik dan manajemen pembelajaran klinik dengan kinerja praktek klinik mahasiswa Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘ulum Surakarta

1 15 86

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS.

0 0 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMBIMBING KLINIK TENTANG BIMBINGAN DENGAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KLINIK Hubungan Pengetahuan Pembimbing Klinik Tentang Bimbingan Dengan Pelaksanaan Bimbingan Klinik Pada Mahasiswa Praktik Keperawatan Di Rsu Pandan Arang Boyolali.

0 1 13

GAMBARAN DOSEN DAN PEMBIMBING KLINIK YANG DIHARAPKAN MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS Gambaran Dosen Dan Pembimbing Klinik Yang Diharapkan Mahasiswa S1 Keperawatan UMS.

0 2 16

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN CUCI TANGAN ENAM LANGKAH LIMA MOMEN PERAWAT DI IRNA C RSUP SANGLAH DENPASAR.

12 20 55

Hubungan Terapeutik Perawat-Pasien Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di IRNA C RSUP Sanglah Denpasar.

5 14 45

Hubungan Kinerja Instruktur Klinik dengan Pencapaian Kompetensi Klinik Mahasiswa Keperawatan di Rumah Sakit di Medan.

0 0 19

Hubungan Kinerja Instruktur Klinik dengan Pencapaian Kompetensi Klinik Mahasiswa Keperawatan di Rumah Sakit di Medan.

0 0 4

Hubungan Persepsi Mahasiswa Mengenai Pembimbing Klinik Terhadap Pencapaian Kompetensi Klinik Mahasiswa Keperawatan - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8