Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

(1)

i

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN PENGUKURAN

SUDUT UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Nadia Azizah Farhani NIM: 131134167

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Selesainya skripsi ini berkat semangat yang diberikan dari banyak pihak terutama Allah SWT. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan jalan kemudahan atas semua usaha yang ku lakukan.

2. Bapak Agus Sumarto dan Ibu Sutri Orbayati selaku orangtua yang selalu memberikan doa, semangat, dan motivasi.

3. Teman-teman payung skripsi THB (Nimas, Erfindo, Eta, Sekar, Devi, Ambar, dan Eka) yang selalu saling membantu dan memberikan dorongan semangat.

4. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu memotivasi yaitu Erisa, Ninda, Layly, Izah, Anita, Helda, dan Alfi.

5. Sahabat Uluh-Uluh yaitu Agnes, Yoshinta, dan Erfindo yang selalu memberikan semangat.

6. Teman baikku Khalih Ridho Pangesti yang selalu menyemangati dalam mengerjakan skripsi.

7. Motivator M. Bayu Tejo Sampurno yang selalu memberikan inspirasi serta dukungan yang tinggi.

8. Keluarga besar yang selalu memberikan bantuan serta menjagaku. 9. Semua teman PGSD angkatan 2013.


(5)

v MOTTO

“Allah S.W.T telah memberikan power yang dahsyat dari dua alam untuk membantu sesama yang saling membutuhkan.”

(Nadia Azizah Farhani)

"Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan saya percaya pada diri saya sendiri."

(Muhammad Ali)

"Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan/diperbuatnya"

(Ali Bin Abi Thalib)

"Apabila Anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka Anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri."

(Benyamin Franklin)

“Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka

lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi.”


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah di sebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Januari 2017 Peneliti


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nadia Azizah Farhani

Nomor Mahasiswa : 131134167

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN PENGUKURAN SUDUT UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR”

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya mapun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 25 Januari 2017 Yang menyatakan


(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

KOMPETENSI DASAR MELAKUKAN PENGUKURAN SUDUT UNTUK SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Nadia Azizah Farhani Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini berawal dari adanya potensi dan masalah yang terkait dengan pengembangan tes hasil belajar. Masalah yang dihadapi guru adalah kesulitan pembuatan tes hasil belajar dengan kualitas baik. Maka dari itu peneliti menggunakan penelitian pengembangan (R&D) untuk melakukan pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD. Hasil uji coba produk dianalisis menggunakan software TAP (Test Analysis Program).

Peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian R&D Borg and Gall

yang menggunakan tujuh langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk. Produk berupa tes hasil belajar yang baik telah divalidasi oleh empat ahli dan diuji cobakan di SD N Bantulan dan SD N 2 Gadingharjo dengan jumlah 60 siswa.

Hasil penelitian pengembangan menunjukkan bahwa 46,67% atau 28 butir soal valid dan reliabel dari 60 butir soal. Analisis tingkat kesukaran “mudah” ada 39,28 % atau 11 soal, “sedang” ada 60,72% atau 17 soal, dan tidak ada soal dalam kategori “sukar”. Terdapat hasil analisis daya pembeda yang “baik” sebanyak 85, 71% atau 24 soal dan “baik sekali” sebanyak 14,29 % atau 4 soal. Pengecoh yang kurang berfungsi ada 10 soal dan akan direvisi agar bisa digunakan.

Kata Kunci : Pengembangan, tes hasil belajar, validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, pengecoh, dan kualitas tes.


(9)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF MATH ACHIEVEMENT TEST ON THE BASE COMPETENCE OF MEASURING THE ANGLE F OR GRADE V STUDENTS

ON ELEMENTARY SCHOOL Nadia Azizah Farhani

Sanata Dharma University

2017

The background of this research began from the existence of a potential and problem related to the development of achievement test. The problem from teacher is a difficulty on making test result a good quality. Therefore, the researcher used research and development (R & D) to do the development of math achievement test on the base competence of measuring the angle for grade V students on elementary school. The results of product experiment were analyzed using TAP (Test Analysis Program) software.

The researcher used seven steps of Borg and Gall’s research steps: (1)

potential and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, (6) product experiment, (7) product revision. The product in the form of a good achievement had been validated by four experts and had been tested in SD N Bantulan and SD N 2 Gadingharjo with the total 60 students.

The research result of seven developments showed that 46,67% or 28 out of 60 questions were valid and reliable questions . The analysis of difficulty level

showed that there were 39.28 % or 1 question was ”easy”, 60.72 or 17 questions were “medium” and there was no question in the “difficult” category. The result

of distinguishing were 85.71 % or 24 questions were “good” and 14.29 % or 4

questions were “very good”. There was 10 “less functioned” distract questions

and they would be revised in order that they could be used.

Keywords : Development, achievement test, validity, reliability, distinguishing, difficulty level, distracter, and test quality.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur terhadap Allah SWT yang telah memberikan jalan kemudahan serta kelancaran atas terselesaikannya skripsi ini. Skripsi tugas akhir dengan judul

“Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan

Pengukuran Sudut untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Peneliti mengucapkan terimaksih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan limpahan kesehatan serta karuniaNya atas terselesaikannya tugas skripsi.

2. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M.Pd. selaku Kaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Apri Damai Sagita Krissandi, M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

5. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan serta bimbingan atas skripsi ini.

6. Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi untuk terselesaikannya skripsi ini. 7. Ibu Siti Nurjanah S.Pd. dan Sumarni S.Pd selaku guru kelas V A dan V B SD N Bantulan yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan penelitian hingga selesai.

8. Ibu Suyamsih, S.Pd.SD selaku guru kelas V A SD N 2 Gadingahrjo yang telah memberikan izin penelitian hingga selesai.

9. Bapak Drs. I Nyoman Arcana, M.Si. selaku ahli matematika yang telah memberikan saran serta komentar untuk terselesaikannya produk skripsi.


(11)

xi

10. Bapak Supramono, S.Pd. selaku guru kelas V SD Proketen yang telah meluangkan waktu untuk memberikan komentar produk peneliti agar menjadi lebih baik.

11. Ibu Wuri S.Pd. selaku guru kelas V SD Bantulan yang telah memberikan saran mengenai produk yang telah dibuat peneliti.

12. Ibu Sri Mulyani, S.Pd.SD selaku guru kelas V SD Tlogowatu yang telah membantu memberikan perbaikan mengenai produk yang telah dibuat peneliti agar menjadi lebih baik.

13. Seluruh kelas VA dan VB SD N Bantulan yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

14. Seluruh siswa kelas V A SD N 2 Gadingharjo yang telah memberikan waktu untuk membantu pebelitian hingga selesai.

15. Sekretariat PGSD yang telah memberikan waktunya untuk membantu segala keperluan skripsi ini.

16. Semua pihak-pihak yang telah meluangkan waktu untuk membantu pelaksanaan penelitian.

Peneliti menyadari bahwa penulisan-penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Peneliti berharap kritik dan saran untuk memperbaiki skripsi yang telah dibuat ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang terutama yang membutuhkan.

Peneliti


(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……….... vii

ABSTRAK………...………...…... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR………...….….... x

DAFTAR ISI……….…...….… xii

DAFTAR TABEL ………..………...….... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Batasan Istilah ... 6

G. Spesifikasi Produk ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Tes Hasil Belajar ... 8

a. Definisi Tes ... 8


(13)

xiii

c. Definisi Hasil Belajar ... 10

d. Definisi Tes Hasil Belajar ... 10

e. Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar ... 11

f. Bentuk Tes Hasil Belajar ... 12

g. Tes Pilihan Ganda ... 14

h. Kelebihan dan Kelemahan dari Tes Pilihan Ganda ... 15

i. Kaidah Penulisan Tes Tipe Pilihan Ganda ... 16

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar ……….…… 17

a. Validitas ……….………...……… 17

b. Reliabilitas ……….……… 21

c. Karakteristik Butir Soal ……….……… 23

1) Daya Pembeda ……….….. 23

2) Tingkat Kesukaran ……….….... 24

3) Pengecoh ……….…... 24

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar…………..………...………….…. 25

4. Matematika ……….…... 28

5. Kompetensi Dasar Melakukan Pengukuran Sudut ………...………. 29

6. Taksonomi Tes Hasil Belajar……...…….……….. 31

B. Penelitian Relevan ……….. 34

C. Kerangka Berpikir ……….…....…….… 37

D. Pertanyaan Penelitian .………...…...………..………... 38

BAB III METODE PENELITIAN………..………..….…... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian... 45

C. Prosedur Pengembangan ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ……….….…... 51

E. Instrumen Penelitian ... 53


(14)

xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

A. Hasil Penelitian ... 70

1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 70

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar ... 74

B. Pembahasan ... 87

1. Prosedur Pengembangan Tes Hasil Belajar ... 87

2. Kualitas Produk Tes Hasil Belajar ... 93

BAB V PENUTUP ………...…………...….…...… 103

A. Kesimpulan... 103

B. Keterbatasan Pengembangan ………...………... 104

C. Saran ………...……... 104

DAFTAR REFERENSI ……….…………...…….…...…. 106


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ……..………... 54

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal ... 56

Tabel 3.3 Kualifikasi Skor Validator Ahli ... 62

Tabel 3.4 Kriteria Validitas ... 63

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas ... 65

Tabel 3.6 Klarifikasi Daya Pembeda ... 67

Tabel 3.7 Indeks kesukaran …...………..……... 68

Tabel 4.1 Hasil Validasi Ahli ... 72

Tabel 4.2 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tipe A ... 74

Tabel 4.3 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Tipe B ... 76

Tabel 4.4 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe A ... 78

Tabel 4.5 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tipe B ... 79

Tabel 4.6 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe A ... 81

Tabel 4.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal Tipe B ... 83

Tabel 4.8 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe A ... 84

Tabel 4.9 Hasil Uji Pengecoh Soal Tipe B ... 85

Tabel 4.10 Daftar Pengecoh yang Tidak Berfungsi ... 91

Tabel 4.11 Analisis Uji Validitas dan Kategori Soal Tipe A ... 93

Tabel 4.12 Analisis Uji Validitas dan Kategori Soal Tipe B ... 94

Tabel 4.13 Hasil Analisis Daya Pembeda dan Kategori Soal Tipe A ... 95

Tabel 4.14 Hasil Analisis Daya Pembeda dan Kategori Soal Tipe B ... 96

Tabel 4.15 Analisis Tingkat Kesukaran dan Kategori Soal Tipe A ………... 97

Tabel 4.16 Analisis Tingkat Kesukaran dan Kategori Soal Tipe B ………. 98

Tabel 4.17 Analisis Pengecoh Berfungsi dan Tidak Berfungsi Soal Tipe A …... 99 Tabel 4.18 Analisis Pengecoh Berfungsi dan Tidak Berfungsi Soal Tipe B .… 100


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ……...……… 36 Gambar 3.1 Langkah Metode Penelitian Pengembangan …..……….. 41 Gambar 3.2 Bagan Langkah-Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar ……... 47


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 110

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 112

Lampiran 3 Surat Ijin Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 114

Lampiran 4 Lembar Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 116

Lampiran 5 Lembar Kuesioner ... 121

Lampiran 6 Validasi Para Ahli ... 123

Lampiran 7 Tabel Spesifikasi Produk Tipe Soal A ... 139

Lampiran 8 Tabel Spesifikasi Produk Tipe Soal B ... 176

Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Validator Ahli Soal Set A ... 216

Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Validator Ahli Soal Set B ... 218

Lampiran 11 Lembar Soal Tipe A………..……….……... 220

Lampiran 12 Lembar Soal Tipe B………..……...….… 230

Lampiran 13 Hasil Jawaban Siswa Soal Tipe A………..…..………. 241

Lampiran 14 Hasil Jawaban Siswa Soal Tipe B………..…...…...…. 243

Lampiran 15 Hasil Analisis Uji Coba Produk Tes Hasil Belajar Tipe A …... 245

Lampiran 16 Hasil Analisis Uji Coba Produk Tes Hasil Belajar Tipe B …... 253

Lampiran 17 Tabel Nilai-Nilai r Product Moment………...…...…... 262

Lampiran 18 Foto Hasil Uji Coba Produk Lapangan Terbatas ……...……... 263


(18)

1 BAB I

Dalam Bab 1, peneliti akan membahas tentang latar belakang, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan spesifiksi produk.

A. Latar Belakang

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002: 263) pendidikan adalah proses pengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Suardi (2012: 1) memaparkan bahwa pendidikan merupakan sarana yang menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Pendidikan adalah bimbingan dalam memajukan ilmu pengetahuan maupun wawasan yang bertujuan untuk mencapai sesuatu hal yang ingin diperoleh. Pendidikan dilakukan peserta didik secara sadar dalam belajar untuk meningkatkan potensi pengetahuan. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dapat diperoleh melalui proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan kecerdasan peserta didik melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan di sekolah merupakan peran penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan Sekolah Dasar memberikan konsep dasar berupa membaca, menulis, berhitung, dan meningkatkan pengetahuan dari bermacam-macam pelajaran.


(19)

Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan dengan cara peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan kualitas penilaian. Peningkatan kualitas pembelajaran memiliki proses yang lama dalam menentukan model pembelajaran yang tepat untuk mengajar peserta didik. Kualitas pembelajaran dapat diketahui dari hasil assessment siswa. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Sudjana, 1990: 3). Alat ukur atau instrumen tes dan non-tes dapat digunakan dalam sistem penilaian. Setiap pertanyaan dalam tes akan membutuhkan jawaban guna mengetahui kemampuan seseorang (Mardapi, 2007:67). Alat ukur atau instrumen tes dan non-tes yang digunakan akan memperoleh hasil atau memperoleh jawaban dari non-tes yang diajukan.

Alat ukur atau instrumen dapat dikatakan baik apabila memenuhi standar validitas dan reliabilitas. Alat ukur atau instrumen dikatakan valid apabila suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang harus diukur (Surapranata, 2004: 50). Oleh karena itu, suatu instrumen dikatakan valid kalau instrumen atau alat ukur tersebut benar-benar mengukur sesuatu yang hendak diukur (Yusuf, 2015:61). Validitas ini dimaksud agar hasil tes mampu memprediksi keberhasilan peserta didik dikemudian hari, misalnya ujian masuk atau tes seleksi (Jihad dan Haris, 2012: 179). (Sudjana, 1990: 16) mengemukakan bahwa reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilai. Suatu alat ukur dinyatakan andal (reliable) bila memberikan hasil yang sama pada berkali-kali pengulangan pengukuran (Subali, 2012: 113).


(20)

Reliabilitas memberikan konsistensi yang membuat terpenuhinya syarat utama, yaitu validnya suatu skor instrumen. Semakin reliable suatu tes, semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa dalam hasil suatu tes mempunyai hasil yang sama dan bisa dipakai di suatu tempat sekolah ketika dilakukan tes kembali. Alat ukur dapat dikatakan baik apabila memiliki tingkat kesukaran dengan kategori mudah, sedang, dan sukar. Alat ukur yang baik juga memiliki daya pembeda yang harus diperhatikan saat membuat tes hasil belajar. Daya pembeda harus dimiliki oleh alat ukur yang baik untuk membedakan kemampuan peserta tes yang pandai dengan yang kurang pandai (Sulistyorini, 2009: 173). Selain itu alat ukur yang baik dalam tes pilihan ganda harus memperhatikan pengecoh agar berfungsi dengan baik. Alat ukur dapat dikatakan baik apabila tes tersebut valid dan reliabel serta daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh dapat berfungsi dengan baik.

Pada tanggal 20 Juli 2016 peneliti menggali informasi dengan melakukan wawancara bersama guru kelas V B SD Proketen. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa guru hanya membuat sebagian tes dan selebihnya mengambil dari LKS, kumpulan soal, maupun buku paket. Namun biasanya guru mengambil soal dari buku paket dan LKS karena lebih praktis dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam membuat soal. Guru tidak bisa membagi waktu dalam membuat soal apalagi soal pilihan ganda yang membutuhkan option jawaban banyak. Guru tidak memperhatikan kualitas soal yang akan diuji cobakan kepada siswa. Guru membutuhkan prototipe tes hasil belajar matematika yang memiliki kualitas baik


(21)

terutama kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut karena materi pengukuran sudut masih menjadi materi yang sulit bagi siswa.

Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang pengembangan yang berjudul “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Pengukuran Sudut Untuk

Siswa Kelas V Sekolah Dasar”.

B. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini mengukur yaitu:

1. Alat ukur yang dikembangkan hanya mengukur ranah kognitif dari mengingat hingga mencipta pada mata pelajaran matematika siswa kelas V.

2. Alat ukur hanya untuk mata pelajaran matematika siswa kelas V pada Kompetensi Dasar 2.3 melakukan pengukuran sudut.

3. Tes berbentuk pilihan ganda dengan empat option jawaban a, b, c, dan d untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

4. Pembuatan tes menggunakan pedoman Taksonomi Bloom yang telah direvisi dan memiliki tingkatan dari level mengingat (C1) hingga mencipta (C6), serta menggunakan tingkat kesukaran mudah, sedang, dan sukar.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar matematika Kompetensi Dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar?


(22)

2. Bagaimana kualitas produk tes hasil belajar matematika Kompetensi Dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar?

D. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pengembangan tes hasil belajar matematika Kompetensi Dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. 2. Mendeskripsikan kualitas produk tes hasil belajar matematika Kompetensi

Dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoristis

Teori yang ada dalam penelitian ini menggali pengetahuan berdasarkan Kompetensi Dasar melakukan pengukuran sudut untuk kelas V Sekolah Dasar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dalam membuat pengembangan tes hasil belajar secara benar dan menambah pengalaman secara langsung dalam proses analisis butir soal dengan Kompetensi Dasar melakukan pengukuran sudut untuk kelas V Sekolah Dasar.


(23)

b. Bagi Guru

Dapat bermanfaat bagi guru dalam pembuatan tes hasil belajar secara mandiri dan memberikan contoh soal tes hasil belajar pada mata pelajaran matematika dengan Kompetensi Dasar melakukan pengukuran sudut. c. Bagi Siswa

Dapat mengukur kemampuan siswa dari ranah kognitif mengingat sampai mencipta dalam mengerjakan soal pengembangan tes hasil belajar tentang melakukan pengukuran sudut.

d. Bagi Sekolah

Dapat meningkatkan kualitas pengembangan tes hasil belajar dan mendorong proses pembelajaran agar lebih baik.

F. Batasan Istilah

1. Tes hasil belajar adalah suatu alat ukur untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman siswa dalam berlangsungnya proses pembelajaran pada ranah kognitif.

2. Tes tipe pilihan ganda adalah salah satu bentuk tes objektif yang memiliki pertanyaan berupa soal dan hanya ada satu jawaban yang benar dari beberapa option jawaban yang tersedia.

3. Kompetensi Dasar adalah target kelulusan yang harus dilakukan siswa.

4. Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang merupakan salah satu mata pelajaran sebagai pemecah masalah.


(24)

5. Validitas adalah suatu alat bukti penilaian dalam mengukur yang akan diukur. 6. Reliabilitas adalah konsistensi keajekan tes.

7. Daya pembeda adalah suatu soal untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami suatu materi.

8. Tingkat kesukaran adalah kemungkinan dapat dianggap benar dan salah pada saat siswa mengerjakan soal.

9. Pengecoh adalah suatu pilihan jawaban yang dianggap benar menurut siswa dibuat hampir mirip dengan jawaban yang sebenarnya.

G. Spesifikasi Produk

1. Instrumen tes hasil belajar kognitif Kompetensi Dasar melakukan pengukuran sudut berbentuk soal pilihan ganda dengan 4 option jawaban yaitu a, b, c, dan d dilengkapi dengan kunci jawaban, ranah kognitif soal, dan tingkat kesukaran soal.

2. Instrumen pilihan ganda telah valid. 3. Instrumen pilihan ganda telah reliabel.

4. Tingkat kesukaran instrumen pilihan ganda dibuat berdasarkan kurva normal yaitu mudah 25%, sedang 50%, dan sukar 25%.

5. Instrumen pilihan ganda telah memiliki pengecoh yang dapat berfungsi yaitu minimal 5% dari peserta tes atau 0,05 memilih pengecoh pada setiap soal. 6. Instrumen pilihan ganda disusun menggunakan bahasa Indonesia yang baku


(25)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada Bab II, peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A.Kajian Pustaka

Kajian Pustaka pada penelitian ini akan membahas mengenai teori yang mendukug yaitu, tes hasil belajar, konstruksi tes hasil belajar, pengembangan tes hasil belajar, matematika, kompetensi dasar, dan taksonomi tes hasil belajar.

1. Tes Hasil Belajar a. Definisi Tes

Yusuf (2015: 93) mengemukakan bahwa tes adalah suatu prosedur yang spesifik dan sistematis untuk mengukur tingkah laku seseorang; sehingga tingkah laku tersebut dapat digambarkan dengan bantuan angka, skala atau dengan sistem kategori. Sedangkan Mardapi (dalam Widoyoko, 2014:50) mendefinisikan tes sebagai salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Suwandi (2010: 39) memaparkan bahwa tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siapa yang sedang di tes.


(26)

Dapat disimpulkan dari beberapa ahli di atas bahwa tes adalah cara untuk mengetahui kemampuan seseorang melalui pertanyaan dan harus dijawab.

b. Definisi Belajar

Menurut Sulistyorini (2009: 6) mengemukakan pendapat bahwa belajar adalah sebagai proses untuk merubah diri seseorang (siswa) agar memiliki pengetahuan, sikap dan tingkah laku melalui latihan baik latihan yang penuh dengan tantangan atau melalui berbagai pengalaman yang telah terjadi. Sedangkan Yusuf (2015: 181) memaparkan bahwa belajar merujuk kepada tingkat pencapaian dan/ atau kemajuan peserta didik dalam belajar. Berbeda dengan Fajar (dalam Sulistyorini 2009: 5), mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman, maka siswa perlu diberi waktu yang memadai untuk melakukan proses itu. Artinya memberikan waktu yang cukup untuk berfikir ketika siswa menghadapi masalah sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk membangun sendiri gagasannya.

Dapat disimpulkan dari beberapa ahli tersebut bahwa belajar adalah sebuah proses menuju perubahan yang lebih baik untuk menambah pemahaman pengetahuan, sikap, dan tingkah laku dengan waktu yang memadai.


(27)

c. Definisi Hasil Belajar

Abdurrahman (Dalam Jihad dan Haris 2012: 14) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Sedangkan Jihad dan Haris (2012: 14) memaparkan bahwa hasil belajar pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Winkel (Dalam Purwanto 2009: 45) mengemukakan bahwa hasil belajar perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dantingkah lakunya.

Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian perubahan yang diperoleh anak mulai dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh melalui waktu bertahap.

d. Definisi Tes Hasil Belajar

Rakhmat dan Suherdi (2001: 56) mengemukakan bahwa tes hasil belajar alat atau prosedur sistematik untuk mengukur hasil belajar siswa. Yusuf (2015: 182) memaparkan bahwa tes hasil belajar merupakan salah satu tipe instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemajuan dan/ atau memberi nilai peserta didik dalam belajar. Sedangkan Purwanto (2009: 66) memaparkan bahwa tes hasil belajar (THB) merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan


(28)

perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh para siswa.

Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah alat untuk mengukur kemajuan dan mengetahui peningkatan penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru kepada peserta didik. e. Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar

Sudijono (2006: 93-97) memaparkan bahwa ciri-ciri tes hasil belajar yang baik adalah valid, reliabel, obyektif, praktis dan ekonomis. Sebuah tes dikatakan valid atau memiliki validitas apabila tes tersebut secara tepat, benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulangkali terhadap subyek yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg dan stabil.

Sedangkan Arikunto (dalam Widoyoko 2014:139-142) mengemukakan bahwa ciri-ciri tes hasil belajar yang baik, meliputi :

1) Tes hasil belajar bersifat valid. Apabila alat ukur itu dapat menunjukkan tingkat ketepatan dalam mengukur apa yang hendak diukur atau mengungkapkan data yang semestinya diungkapkan.

Dengan kata lain validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat


(29)

2) Tes hasil belajar bersifat reliabel, tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap atau ajeg apabila diteskan berkali-kali kepada subjek yang sama serta pada waktu yang berlainan. Suatu tes yang reliabel mampu menghasilkan data yang konsisten dan hasilnya bisa dipercaya.

3) Tes hasil belajar bersifat objektif. Apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, terutama dalam sistem skoringnya.

4) Tes hasil belajar bersifat praktis, apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.

5) Tes hasil belajar bersifat ekonomis, apabila dalam pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

f. Bentuk Tes Hasil Belajar

Menurut Arikunto (2013: 177-190), bentuk-bentuk tes dibedakan menjadi dua, antara lain :

1. Tes Subjektif

Tes subyektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes berbentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Soal bentuk esai ini menuntut siswa kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki, dapat dikatakan


(30)

bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. 2. Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Adapun macam-macam tes objektif menurut Arikunto, antara lain:

1) Tes Benar-Salah (True-False)

Soal tes benar-salah terdiri pernyataan-pernyataan (statement).

Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Responden bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.

2) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

Soal tes pilihan ganda (multiple choice test) terdiri atas suatu keterangan yang belum lengkap. Untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Soal tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor).


(31)

3) Menjodohkan (Matching Test)

Soal tes menjodohkan (matching test) terdiri atas suatu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas siswa ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaanya.

4) Tes Isian (Completion Test)

Soal tes isian (completion test) terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.

g. Tes Pilihan Ganda

Sudjana (1990: 48) mengemukakan bahwa soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Sedangkan Suwarto (2012 :37) menjelaskan bahwa tes pilihan ganda merupakan suatu butir yang terdiri dari suatu statemen yang belum lengkap, untuk melengkapi statemen tersebut disediakan beberapa statemen sambungan diantaranya sambungan yang benar sedangkan yang lain adalah sambungan yang tidak benar. Lain halnya dengan Suwarto, Sukardi (2009: 117) mengemukakan bahwa item tes pilihan ganda yang dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar kompleks. Tes objektif tipe pilihan juga efektif dalam mengungkap materi pembelajaran dengan cakupan


(32)

pengetahuan yang lebih kompleks dan tingkat pengetahuan yang tinggi. Item pilihan ganda terdiri atas sebuah pokok persoalan atau problem dan daftar pilihan yang dianjurkan untuk diisi oleh siswa yang hendak dievaluasi. Setiap item tes dibedakan dalam dua bagian yaitu pokok persoalan dan jawaban altermatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah bentuk tes yang memiliki beberapa option jawaban dan hanya memiliki satu jawaban yang benar sehingga mampu mengukur hasil belajar.

h. Kelebihan dan Kelemahan dari Tes Pilihan Ganda

Sukardi (2009: 125) mengemukakan tujuh kelebihan item tes pilihan ganda, yaitu, (1) Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa. Karakter yang baik tersebut yaitu lebih fleksibel dalam implementasi evaluasi dan efektif untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan belajar mengajar, (2) item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas, (3) item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi, (4) item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intektual atau kognitif, afektif, dan psikomotor siswa, (5) dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah, (6) hasil jawaban siswa yang diperoleh dari


(33)

tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun siswa dengan situasi yang lebih kondusif, (7) item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.

Sukardi (2009: 126) juga mengemukakan pendapat empat kelemahan item tes pilihan ganda, yaitu (1) konstruksi item tes pilihan lebih sulit serta membutihkan waktu yang lebih lama dibanding dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya, (2) tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester atau satu kuartal, (3) item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran, (4) item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.

i. Kaidah Penulisan Tes Tipe Pilihan Ganda

Menurut Sudjana (2009: 50) memaparkan bahwa kaidah dan contoh penulisan soal pilihan ganda ada 9, yaitu:

1. Pokok soal yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan jelas.

2. Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

3. Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.


(34)

5. Alternatif jawaban harus logis dan pengecoh harus berfungsi. 6. Diusahakan agar tidak ada “petunjuk” untuk jawaban yang benar.

7. Diusahakan untuk tidak menggunakan pilihan jawaban yang berbunyi

“semua jawaban di atas salah” atau “semua jawaban di atas benar”.

8. Usahakan agar pilihan jawaban satu jenis baik dari segi isi ataupun dari segi struktur kalimat.

9. Apabila pilihan jawaban berbentuk angka, maka disusun secara berurutan dari angka terkecil ke angka terbesar atau sebaliknya. Pengurutan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan peserta tes melihat pilihan jawaban.

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar

Konstruksi tes hasil belajar terdiri dari tiga pokok bahasan yang penting dalam pembuatan tes hasil belajar. Konstruksi tes hasil belajar terdiri dari validitas, reliabilitas, dan karakteristik butir soal (daya pembeda, tingkat kesukaran, dan pengecoh). Tiga konstruksi tes hasil belajar yaitu :

a. Validitas

Surapranata (2004: 50) mengemukakan bahwa validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang harus diukur. Mardapi (2008: 16) memaparkan bahwa validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes. Sedangkan Gronlund (Dalam Yusuf 2015 : 61) berpendapat bahwa : (1) validitas


(35)

menunjuk pada suatu instrument atau instrument evaluasi untuk kelompok atau individual, tidak untuk instrument itu sendiri, (2) validitas merupakan “degree”

(derajat) seperti: tinggi, sedang, dan kurang, (3) Validitas itu selalu spesifik penggunaannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa validitas termasuk dalam pokok bahasan penting dalam pengembangan tes berupa suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang harus diukur.

Widoyoko (2014: 172), memaparkan bahwa instrumen validitas dibedakan menjadi lima yaitu :

1) Validitas Isi (Content Validity)

Instrumen yang harus mempunyai validitas isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar. Sebuah tes dikatakan mempunyai validitas isi apabila dapat mengukur kompetensi yang dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajarannya. Menguji validitas isi instrumen tes dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan kompetensi yang dikembangkan dan materi pelajaran yang telah dipelajari. Validitas isi ini

berkaitan dengan pertanyaan “sejauh mana butir soal mencakup keseluruhan

indikator kompetensi yang dikembangkan dan materi atau bahan yang ingin

diukur”. Sejalan dengan Widoyo, Arikunto (2013:82) mengemukakan bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Materi yang


(36)

diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler. Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak saat penyusunan dengan cara memerinci materi kurikulum atau materi buku pelajaran. Sedangkan Sudjana (1990: 12) memaparkan bahwa validitas isi berkenan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. 2) Validitas Konstruk (Construct Validity)

Validitas konstruk mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan instrumen. Untuk menguji validitas konstruk, dapat digunakan pendapat para ahli (expert judgement). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli akan memberikan keputusan apakah instrumen yang dibuat tersebut dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Sejalan dengan Widoyoko, validitas konstruksi menurut Arikunto (2013:83) bahwa sebuah tes dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus.

3) Validitas Butir (Item Validity)

Setelah pengujian konstruk dari ahli kemudian dilanjutkan dengan uji coba lapangan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui validitas butir instrumen. Ada


(37)

kemungkinan secara konstruk teoritis instrumen tersebut sudah valid karena sudah disusun berdasarkan teori konsep variabel yang akan diukur, dilanjutkan dengan perumusan definisi operasional, indikator, dan penyusunan butir-butir soal, namun setelah diuji cobakan ada yang tidak valid sehingga mengurangi validitas instrumen secara keseluruhan.

4) Validitas Kesejajaran (Concurrent Validity)

Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas kesejajaran (concurrent validity)

apabila hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah ada. Kriteria yang sudah ada dapat berupa instrumen lain yang mengukur hal sama tetapi sudah diakui validitasnya misalnya dengan tes terstandar yang telah teruji validitasnya digunakan sebagai kriteria uji validitas instrumen tes sejenis.

5) Validitas Prediksi (Predictive Validity)

Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas prediksi (predictive validity) atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang mengenai hal sama. Validitas prediktif diperoleh apabila pengambilan skor kriteria tidak bersamaan dengan pengambilan skor tes. Setelah subjek dikenai tes yang akan dicari validitas prediktifnya, lalu diberikan tenggang waktu tertentu sebelum skor kriteria diambil dari subjek yang sama. Validitas prediktif ini biasanya digunakan untuk menguji validitas instrumen bentuk tes. Sejalan dengan Widoyoko, Arikunto (2013:84) mengemukakan bahwa validitas prediksi artinya meramal, dengan meramal selalu mengenal hal yang akan dating jadi sekarang belum terjadi. Sebuah tes dikatakan


(38)

memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

b. Reliabilitas

Menurut Yusuf (2015: 73) memaparkan bahwa reliabilitas membahas tentang konsistensi dan ketelitian.

Sudjana (1990: 16), mengemukakan bahwa reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilai.

Menurut Jihad dan Haris (2012: 179) mengemukakan bahwa reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa reliabilitas suatu alat ukur yang memiliki ketetapan atau keajekan dari suatu soal tes bahwa jika diujikan secara berulang-ulang hasilnya akan tetap sama, konsisten, dan stabil.

Widoyoko (2009: 158-163) mengemukakan bahwa reliabilitas dibagi menjadi dua, yaitu reliabilitas eksternal (external reliability) dan reliabilitas internal (internal reliability).

1. Reliabilitas Eksternal (External Reliability) a. Metode bentuk paralel (equivalent method)

Metode paralel dilakukan dengan cara menyusun dua instrument yang hampir sama (equivalent), kemudian diujicobakan pada sekelompok responden yang sama (responden mengerjakan dua kali) kemudian dari hasil ujicoba tersebut


(39)

dikorelasikan dengan teknik korelasi product moment. Data dari hasil dua kali ujicoba, yang satudianggap sebagai nilai X, sedangkan yang lainnya dianggap nilai Y. Karena dalam metode ini ada dua instrument dan dilakukan dua kali tes maka disebut dengan metode berulang atau test retest. Metode ini pada umumnya untuk menguji reliabilitas instrument bentuk tes.

b. Metode tes berulang (test-retest method)

Metode tes berulang dilakukan untuk menghindari penyusunan instrument dua kali. Dengan menggunakan metode ini kita hanya menyusun satu perangkat instrument. Instrumen tersebut diujicobakan pada sekelompok responden, hasilnya dicatat. Pada kesempatan yang lain instrument tersebut diberikan pada kelompok responden yang semua untuk dikerjakan lagi dan hasil yang kedua juga dicatat. Kemudian kedua hasil tersebut dikorelasikan. Perhitungan dan penafsiran hasil korelasi menggunakan aturan yang sama dengan metode paralel.

2. Reliabilitas Internal (Internal Reliability) a. Instrumen skor diskrit

Instrument skor diskrit, nominal atau pilah adalah instrument yang skor jawaban/responnya hanya dua yaitu 1 (satu) dan 0 (nol). Dengan kata lain hanya dua jawaban yaitu benar dan salah. Jawaban benar diberi skor 1 (satu) sedangkan jawaban salah diberi skor 0 (nol). Untuk instrument yang skornya diskrit (1 dan 0) tingkat reliabilitasnya dapat dicari dengan menggunakan (1) metode belah dua

(split- half metode), (2) rumus Flanagan, (3) rumus Rulon, (4) rumus K – R. 20, (5) rumus K – R, 21, (6) rumus Hoyt.


(40)

b. Instrumen skor non diskrit

Instrumen skor non diskrit adalah instrument pengukuran yang dalam system skoringnya bukan 1 dan 0 (satu dan nol), tet api bersifat gradual, yaitu ada penjenjangan skor, mulai dari skor tertinggi sampai skor terendah. Biasanya terdapat pada instrumen tes bentuk uraian dan pilihan ganda dan instrumen non tes bentuk angket dengan skala Likert dan skala lajuan (rating scale).

c. Karakteristik Butir Soal 1) Daya Pembeda

Zainul dan Nasution (dalam Widoyoko 2014: 136) menjelaskan bahwa daya beda buir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal membedakan antara peserta tes yang pandai (kelompok atas) dengan peserta tes yang kurang pandai (kelompok bawah) diantara peserta tes.

Sudjana (2009: 141) mengemukakan bahwa daya pembeda dapat mengkaji butir-butir soal yang bertujuan untuk mengetahui seberapa sanggup soal tersebut membedakan siswa yang tergolong memiliki prestasi tinggi dengan siswa yang tergolong memiliki prestasi rendah.

Suwarto (2013: 108), mengemukakan bahwa daya pembeda merupakan suatu butir tes yang berfungsi untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada pada kelompok.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa daya pembeda mengkaji butir-butir soal yang bertujuan untuk mengetahui seberapa


(41)

sanggup soal dapat membedakan siswa yang tergolong memiliki prestasi tinggi dengan siswa yang tergolong memiliki prestasi rendah.

2) Tingkat Kesukaran

Arikunto (2012: 222) mengemukakan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau yang tidak terlalu sukar.

Daryanto (2007: 179) mengatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Rakhmat dan Suherdi (2001: 190), menjelaskan bahwa tingkat kesukaran soal yaitu ukuran yang menunjukkan kesulitan soal untuk diselesaikan oleh siswa.

Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kesukaran merupakan ukuran kesulitan dari setiap butir soal dan siswa mengerjakan soal sesuai dengan kemampuannya.

3) Pengecoh

Arikunto (2012: 233) mengemukakan pendapat bahwa pengecoh dapat berfungsi dengan baik apabila pengech tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami materi.

Purwanto (2009: 108) memaparkan bahwa pengecoh (distractor) yang juga dikenal dengan istilah penyesat atau penggoda adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh yang tidak dipilih berarti tidak berfungsi karena siswa sudah mengerti bahwa jawaban tersebut sebagai pengecoh soal.


(42)

Dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh adalah pilihan jawaban yang salah namun dibuat hampir mirip dengan kunci jawaban yang benar sengaja dibuat untuk memecahkan konsentrasi siswa supaya memilihnya.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Mardapi (dalam Suwarto 2013:127-133) memaparkan bahwa untuk menyusun tes, terdapat beberapa langkah-langkah dalam pengembangan tes hasil belajar matematika adalah sebagai berikut :

1. Menyusun Spesifikasi Tes

Spesifikasi tes berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama mencakup (1) menentukan tujuan tes, (2) menyusun kisi-kisi tes, (3) memilih bentuk tes, dan (4) menentukan panjang tes.

2. Menulis Soal Tes

Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kisi-kisi yang telah dibuat. Dalam menulis soal tes harus dilakukan secara hati-hati agar keseluruhan tes dapat berkualitas baik. Pertanyaan perlu dikembangkan dan dibuat secara jelas dan simpel.


(43)

3. Menelaah Soal Tes

Setelah butir-butir soal dibuat, kemudian dilakukan telaah pada butir-butir soal tersebut. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatan masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. Validasi ahli yang profesional diperlukan untuk kesempurnaan tes yang dibuat. Validasi bisa dari guru senior dan pakar dibidangnya.

4. Melakukan Uji coba Tes

Untuk keperluan standarisasi tes diagnostik yang disusun, diadakan pengumpulan data secara empiris melalui uji coba dalam lingkungan terbatas. Maksud uji coba adalah untuk meneliti apakah tes diagnostik itu sudah dapat berfungsi dengan baik seperti yang diharapkan. Tujuan uji coba adalah mengidentifikasi taraf kesukaran butir soal, daya pembeda butir tes, menentukan alokasi waktu yang layak dan reliabilitas tes.

5. Menganalisis Butir Soal

Analisi butir soal dilakukan untuk masing-masing butir sehingga dapat diketahui tingkat kesulitan butir soal, daya pembeda butir soal. Selain itu dapat diketahui reliabilitas, dan validitas tes yang tersusun.

6. Memperbaiki Tes

Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Langkah ini biasanya dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik.


(44)

Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7. Merakit Tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi kesatuan tes. Dalam merakit soal, diperlukan pengelompokan-pengelompokan butir soal yang mengungkap konsep-konsep yang sama. butir soal perlu diurutkan pada materi atau konsep-konsep yang sama. 8. Melaksanakan Tes

Tes yang telah disusun diberikan kepada testee untuk diuraikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang tepat, karena bila waktu tidak tepat maka miskonsepsi yang ada pada siswa mengalami kesulitan belajar akan tetap ada dikarenakan proses perbaikan pembelajaran berikutnya tidak dapat berlangsung. 9. Menafsirkan Hasil Tes

Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga dapat memberikan keputusan pada peserta tes tentang kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Untuk keperluan penafsiran tersebut diperlukan acuan penilaian kriteria, karena tujuan diadakan tes adalah untuk mengetahui konsep-konsep mana yang lemah dan apa penyebabnya.

Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan tes hasil belajar perlu melalui sembilan prosedur. Prosedur tersebut adalah menyusun spesifikasi tes, menyusun spesifikasi tes, menelaah soal tes, melakukan


(45)

uji coba tes, menganalisis butir soal, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.

4. Matematika

Menurut Arif dan Rianto (2013:16) mengemukakan bahwa matematika merupakan cabang dari logika yang memberikan suatu kerangka kerja yang sistematis, dimana suatu hubungan secara kuantitatif dapat dipelajari. Harus dibedakan antara matematika murni dengan matematika terapan.

Menurut Zubaedi (2011:296) mendefinisikan bahwa mata pelajaran matematika terdapat nilai konsisten dalam berpikir logis, pemahaman aksioma kemudian mencari penyelesaian melalui pengenalan terhadap kemungkinan yang ada (semua probabilitas) lalu mengeliminasi sejumlah kemungkinan tertentu dan akhirnya menemukan sesuatu kemungkinan yang pasti akam membawa kepada jawaban yang benar.

Dari definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang memiliki jawaban pasti dan tidak ada jawaban yang bisa dikira-kira atau diduga-duga sehingga membuat siswa berusaha berpikir kritis dapat menguasai materi dalam menemukan jawaban secara pasti.


(46)

5. Kompetensi Dasar Melakukan Pengukuran Sudut a. Kompetensi Dasar

Kusaeri (2014: 30) memaparkan bahwa Kompetensi Dasar (KD) adalah tujuan pembelajaran yang memiliki cakupan luas.

Sedangkan Spencer (dalam Uno 2007: 63) memaparkan bahwa kompetensi merupakan karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku dan berfikir dalam segala situasi, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar adalah tujuan yang harus dicapai siswa bahwa siswa tersebut mampu menguasai kompetensi yang diharapkan.

b. Pengukuran

Menurut Masidjo (1995: 14) pengukuran adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas suatu objek melalui aturan-aturan tertentu sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud.

Menurut Purwanti (2008:4) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.


(47)

Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran merupakan kegiatan dalam menentukan kuantitas atau angka-angka dalam menilai.

c. Sudut

Mustaqim (2008: 69 ) mengemukakan bahwa sudut adalah daerah yang dibatasi oleh dua sinar atau garis lurus. Kedua sinar dinamakan kaki sudut dan pusat perputaran atau titik pertemuan kedua sinar dinamakan titik sudut. Daerah bidang yang dibatasi oleh kaki-kaki sudut dinamakan daerah sudut. 1) Jenis-jenis Sudut

a) Sudut 0 derajat

Sudut 0 derajat, jika kaki-kakinya berimpit dengan jarak putar 0 derajat. b) Sudut lancip

Sudut lancip adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran yang kurang dari seperempat lingkaran tetapi tidak sama dengan nol, sehingga besar sudut lancip berkisar 0 derajat dan 90 derajat.

c) Sudut siku

Sudut siku-siku adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran sebesar seperempat lingkaran, sehingga besar sudut siku-siku adalah 90 derajat. d) Sudut lurus

Sudut lurus adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran sebesar setengah lingkaran, sehingga sudut lurus besarnya 180 derajat.


(48)

e) Sudut tumpul

Sudut tumpul adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran diantara seperempat lingkaran dan setengah lingkaran, sehingga sudut tumpul besarnya berkisar antara 90 derajat dan 180 derajat.

f) Sudut refleks

Sudut refleks adalah suatu sudut yang dibangun oleh perputaran di antara setengah lingkaran dan satu lingkaran, sehingga sudut refleks besarnya berkisar antara 180 derajat dan 360 derajat.

g) Sudut 360 derajat

Sudut 360 derajat, jika kaki-kakinya kembali berimpit setelah jarak putarnya satu putaran penuh.

6. Taksonomi Tes Hasil Belajar

Menurut Anderson dan Krathwohl (Suwarto 2012 : 18-30) mengemukakan bahwa tingkatan taksonomi bloom terdapat beberapa tingkatan diantaranya sebagi berikut :

1. Mengingat

Mengingat merupakan terjadinya aktivitas menarik kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang seorang siswa. Proses kognitif yang berkaitan dengan proses mengingat adalah menyadari dan mengingat kembali.


(49)

2. Memahami

Seorang siswa dikatakan mampu memahami jika siswa tersebut dapat menarik makna dari suatu pesan-pesan atau petunjuk-petunjuk dalam soal yang dihadapinya. Para siswa dapat memahami sesuatu hal jika mereka menghubungkan pengetahuan baru yang sedang mereka pelajari dengan pengetahuan yang sebelumnya telah mereka miliki.

3. Menerapkan

Dalam proses kognitif ini meliputi peggunaan prosedur atau cara kerja tertentu untuk mengerjakan suatu latihan atau menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu proses menerapkan ini sangat erat kaitannya dengan pengetahuan prosedural. Dalam tahap menerapkan ini terdiri dari dua proses kognitif, yaitu (1) proses melaksanakan, yaitu apabila tugas yang diberikan berupa sebuah latihan, dan (2) proses mengimplementasikan, apabila tugas yang diberikan dalam bentuk suatu persoalan.

4. Menganalisis

Dalam tahap menganalisis adalah usaha menguarai suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dengan materi secara keseluruhan. Tahap menganalisis mencakup proses-proses membedakan, proses mengorganisasi, dan proses menghubungkan.


(50)

5. Mengevaluasi

Dalam tahapan mengevaluasi diartikan sebagai tindakan membuat suatu penilaian yang didasarkan pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria yang paling sering dugunakan dalam mengevaluasi adalah kualitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria tersebut dapat ditentukan sendiri oleh para siswa atau para guru. Standar yang bisa digunakan bisa berupa standar kualitatif maupun standar kuantitatif. Standar-standar tersebut kemudian diterapkan pada kriteria-kriteria yang dipilih. Tahap mengevaluasi mencakup sejumlah proses kognitif, yaitu memeriksa dan mengkritik. Proses memeriksa merupakan proses membuat penilaian terhadap suatu konsistensi internal dari suatu hal, sementara proses mengkritik merupakan proses membuat penilaian yang didasarka pada kriteria-kriteria eksternal.

6. Mencipta

Dalam tahapan mencipta adalah proses mengumpulkan sejumlah elemen tertentu menjadi satu kesatuan yang koheren dan fungsional. Tujuan-tujuan pengajaran pelajaran yang termasuk ke dalam kategori menciptakan adalah mengajarkan pada para siswa agar mampu membuat suatu produk baru dengan cara mengorganisasi sejumlah elemen secara mental menjadi suatu pola atau struktur yang belum pernah ada atau tidak pernah diprediksi sebelumnya.


(51)

B. Penelitian Relevan

Penelitian pertama adalah jurnal pendidikan dengan judul

“Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Matematika Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom Pada Siswa Kelas V SD” yang ditulis

oleh Siti Sofiyah, Susanto dan Susi Setiawani (2015). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pengembangan paket tes dan memperoleh hasil pengembangan paket tes kemampuan berpikir tingkat tinggi matematika berdasarkan revisi Taksonomi Bloom pada siswa kelas V SD. Hasil analisis validitas butir diperoleh 2 pertanyaan dengan validitas sangat tinggi, 3 pertanyaan dengan validitas tinggi, 4 pertanyaan dengan validitas cukup. Terdapat 5 pertanyaan dengan tingkat kesukaran sukar, 4 soal dengan tingkat kesukaran sedang, 0 soal dengan tingkat kesukaran mudah. Hasil analisis daya pembeda didapat 4 pertanyaan dengan interpretasi daya jelek, 4 pertanyaan dengan interpretasi cukup, dan 1 pertanyaan dengan interpretasi baik. Berdasarkan hasil validasi dan analisis uji coba, secara umum paket tes yang dikembangkan telah sesuai dengan level berpikir tingkat tinggi dan memenuhi kriteria tes yang baik yaitu valid dan reliabel.

Penelitian kedua adalah milik Mardhiyanti, dkk (2011) yang

melakukan penelitian berjudul “Pengembangan Soal Matematika Model PISA untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah

Dasar”. Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan dengan


(52)

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SD. Hasil tes soal matematika model PISA untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa menunjukkan nilai rata-rata 47,89 dari skor maksimal 82. Nilai rata -rata 47,89 termasuk kategori kemampuan komunikasi matematis baik. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu pengembangan tes matematika di SD.

Penelitian ketiga adalah jurnal pendidikan dengan judul “Pengembangan Tes Online Matematika dengan Tingkat Kesulitan yang

Diatur Secara Dinamis untuk Siswa Kelas V SD Laboratorium Singaraja”

oleh I.N. Laba Jayanta, N. Dantes, M. Candiasa (2013). Penelitian bertujuan untuk mengembangkan rancang bangun bangun tes matematika online

dengan tingkat kesulitan yang diatur secara dinamis. Hasil ujicoba tes termasuk dalam kategori valid dengan reliabilitas tes sebesar 0,94 dalam kriteria sangat tinggi. Tingkat kesukaran butir tes didapatkan tingkat

kesukaran butir tes untuk kategori “mudah” sebanyak 11 butir tes sedangkan

41 butir tes termasuk dalam kategori “sedang” dan sebanyak 8 butir tes

termasuk kategori “sukar”. Berdasarkan analisis butir tes didapatkan juga

hasil perhitungan daya pembeda sebanyak 4 butir tes memiliki daya beda

yang termasuk dalam kategori “cukup”, selanjutnya sebanyak 46 butir tes

dengan kategori “baik”, dan 10 butir tes termasuk dalam kategori “sangat baik”.


(53)

Ketiga penelitian tersebut telah relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti ingin membuat produk tes hasil belajar matematika untuk siswa kelas V SD. Penelitian ini mengembangkan produk tes hasil belajar untuk siswa kelas V

SD. Judul penelitian “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Pengukuran Sudut untuk Siswa Kelas V SD”

Ketiga penelitian yang relevan dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 2.1 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan Pengembangan Tes

Siti, Susanto dan Susi. (2015) Pengembangan Paket Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Matematika Berdasarkan Revisi Taksonomi Bloom Pada Siswa Kelas V

Laba dan Dantes. (2013) Pengembangan Tes Online Matematika dengan Tingkat Kesulitan yang Diatur Secara Dinamis untuk Siswa Kelas V SD Mardhiyanti, dkk (2011) Pengembangan Soal Matematika Model PISA untuk Mengukur Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar

Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Pegukuran Sudut Untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar


(54)

C. Kerangka Berpikir

Tes hasil belajar adalah tes yang digunakan guru untuk mengukur kemampuan siswa dalam menguasai materi yang sudah diajarkan oleh guru. Tes atau soal sebagai alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa secara tepat. Tes yang akan diujikan kepada siswa sebelumnya harus diuji coba terlebih dahulu. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti bahwa masih banyak sebagian guru yang belum memahami langkah-langkah dalam membuat tes hasil belajar. Guru tersebut hanya menggunakan soal dari buku, mencari di internet, dan menggunakan LKS. Berhubungan dengan hal tersebut guru tidak memahami apakah soal yang diberikan kepada siswa sudah mampu mengukur kemampuan kognitif dari mengingat sampai mencipta atau belum. Soal atau tes yang akan diujikan kepada siswa lebih baik dibuat sesuai dengan indikator yang seharusnya dipilih atau sesuai dengan kebutuhan materi. Salah satu tes yang dapat digunakan adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda memiliki satu kuci jawaban yang pasti atau benar dan memiliki jawaban pengecoh yang hampir mirip dengan kunci jawaban. Kelebihan tes pilihan ganda siswa lebih mudah dalam mengerjakan tes pilihan ganda karena siswa mengerjakan tes tersebut dengan cara memilih satu jawaban yang dianggapnya benar. Namun tes tersebut memiliki beberapa jawaban yang bisa mengalihkan pemahaman siswa. Tes pilihan ganda mampu mengukur pemahaman siswa dalam memahami materi. Kekurangan tes pilihan ganda adalah jika siswa kesulitan dalam memilih jawaban maka siswa


(55)

dapat memilih jawaban sesuka hati utuk mengisi jawaban tersebut. Terdapat beberapa opsi dalam soal tes pilihan ganda yang dapat membantu siswa dalam mengerjakan sehingga kemampuan berpikir siswa kurang mendalam. Kekurangan tes pilihan ganda membuat guru menganggap bahwa tes pilihan ganda kurang baik untuk mengembangkan pemahaman siswa dalam materi pembelajaran. Berdasarkan wawancara bahwa guru kesulitan dalam membuat tes pilihan ganda karena harus memikirkan opsi-opsi yang mirip sebagai pengecoh dengan jawaban yang benar. Maka dari itu guru hanya menggunakan tes pilihan ganda yang sudah ada dan tidak membuat tes pilihan ganda.

Permasalahan yang terjadi pada hasil wawancara membuat peneliti ingin membuat penelitian tentang pengembangan tes hasil belajar. Peneliti ingin membuktikan bahwa tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan pemahaman siswa dari mengingat hingga mencipta. Tes pilihan ganda yang akan dibuat peneliti memiliki tingkat kesulitan dari mengingat hingga mencipta.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana mengembangkan tes hasil belajar matematika pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD?

2. Bagaimana validitas isi tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD ?


(56)

3. Bagaimana validitas tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD ?

4. Bagaimana reliabilitas tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD ?

5. Bagaimana tingkat kesulitan tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD ?

6. Bagaimana daya pembeda tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD ?

7. Bagaimana hasil analisis pengecoh tes hasil belajar matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V SD ?


(57)

40

METODE PENELITIAN

Dalam Bab III ini, peneliti akan membahas jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Sugiyono (2012: 297) memaparkan bahwa Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengahasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Penelitian R&D ini menghasilkan produk dengan mengembangkan produk yang berguna untuk mengukur kemampuan siswa secara kognitif berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditentukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini mengembangkan tes hasil belajar matematika pada kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar. Penelitian ini menghasilkan produk soal tes hasil belajar.

Langkah-langkah dalam melakukan penelitian pengembangan menurut Borg and Gall ada sepuluh (dalam Sugiyono, 2012 : 298) yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10) produksi masal. Sepuluh langkah yang harus dilakukan


(58)

Gambar 3.1 Langkah Metode Penelitian Pengembangan (Research and Development)

Penjabaran kesepuluh langkah Metode Penelitian Pengembangan (Research and Development) Borg & Gall (dalam Sugiyono 2012: 298-311) sebagai berikut: 1. Potensi dan Masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Maksud dari nilai tambah yaitu apabila tidak dilakukan tidak akan mengurangi apapun sedangkan apabila dilakukan akan menguntungkan. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik. Sugiyono ( 2012: 298) mengemukakan bahwa potensi dan masalah tidak harus dicari sendiri melainkan di dapatkan dari laporan penelitian orang lain dan dokumentasi laporan kegiatan dari perorangan atau instansi tertentu yang masih up to date.


(59)

Sugiyono (2012: 300) memaparkan bahwa pengumpulkan data dari berbagai informasi dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pengumpulan data berfungsi untuk menentukan metode yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian.

3. Desain Produk

Sugiyono (2012: 300) mengemukakan bahwa produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and Development bermacam-macam. Dalam menghasilkan sistem kerja yang baru maka peneliti harus membuat rancangan kerja yang baru. Rancangan kerja baru ini dibuat berdasarkan penilaian terhadap sistem kerja lama, sehingga dapat ditemukan kelemahan-kelemahan terhadap sistem tersebut. Peneliti harus mengkaji referensi mutakhir yang terkait dengan sistem kerja yang modern. Hasil kegiatan berupa desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasi lebih baik. Desain produk harus diwujudkan dalam gambar (visual) atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuat produk baru. 4. Validasi Desain

Sugiyono (2012: 302) memaparkan bahwa validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan rasional karena validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional belum fakta lapangan. Validasi memerlukan beberapa ahli untuk menilai produk baru


(60)

dijadikan acuan untuk memperbaiki produk baru yang dihasilkan. 5. Revisi Desain

Revisi desain dilakukan apabila terdapat kelemahan pada produk baru yang telah dibuat. Revisi desain mampu untuk memperbaiki kesalahan yang terdapat pada produk baru. Mempebaiki produk dilakukan atas dasar komentar dari para ahli yang telah menilai produk tersebut. Peneliti bertugas memperbaiki desain produk untuk mengatasi masalah yang terdapat pada produknya (2012: 302).

6. Uji Coba Produk

Sugiyono (2012: 302) mengemukakan pendapat bahwa uji coba produk dapat dilakukan apabila produk yang baru telah divalidasi dan direvisi. Peneliti dapat membandingkan hasil produk lama dengan produk baru. Hasil ini dilakukan untuk mendapatkan informasi sistem kerja yang baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan sistem lama atau sistem yang lain. Pengkajian dapat dilakukan dengan eksperimen, yaitu dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah memakai sistem baru ( before-after) atau dengan membandingkan dengan membandingkan dengan kelompok yang tetap menggunakan sistem lama.

7. Revisi Produk

Revisi produk merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang lebih luas. Penyempurnaan produk pada tahap ini akan semakin memantapkan produk yang akan dikembangkan. Revisi produk


(61)

meningkatkan kualitas produk. Penyempurnaan pada tahap ini tidak hanya didasarkan pada aspek kualitas, melainkan juga kuantitasnya berdasarkan hasil belajar siswa pada proses pembelajaran yang sudah diuji untuk menggunakan produk yang dikembangkan (Sugiyono, 2012: 310).

8. Uji Coba Pemakaian

Uji coba pemakaian yang sudah berhasil dapat diterapkan dalam kondisi nyata untuk lingkup luas. Hal tersebut dapat dilakukan terhadap produk yang berhasil. Kekurangan dan kendala yang muncul pada uji coba sebelumnya harus dilakukan sebagai perbaikan untuk meningkatkan kualitas produk. Tahap ini berkaitan dengan pengujian terhadap evektifitas dan adaptabiitas desain produk yang melibatkan pemakai produk (Sugiyono, 2012: 310). 9. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian pada lembaga yang lebih luas terdapat kekurangan dan hambatan. Pada tahap ini, revisi produk merupakan langkah terakhir dari tahap penyempurnaan sebelumnya produk disebar. Evaluasi kinerja produk diharapkan mampu mengatasi kelemahan dan kendala pada produk, sehingga produk siap diproduksi secara masal sebagai langkah terakhir tanpa adanya kekurangan. Revisi produk yang benar dan teliti dapat menyempurnakan dan mengangkat kualitas produk. Pada tahapan ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektifitasnya dapat dipertanggung jawabkan (Sugiyono, 2012: 311).


(62)

Produk yang telah dilakukan revisi akhir dapat diproduksi secara masal apabila produk yang sudah diuji cobakan telah dinyatakan efektif dan memenuhi kelayakan baik dari aspek teknologi, ekonomi dan lingkungan untuk diproduksi secara masal (Sugiyono, 2012: 311).

Penelitian pengembangan dapat menerapkan sepuluh langkah ini untuk memperoleh hasil yang baik. Namun adanya kendala waktu dalam sepuluh langkah ini membuat peneliti tidak menggunakan semua langkah tersebut. Peneliti hanya menggunakan tujuh langkah pengembangan. Produk yang dihasilkan telah divalidasi, diuji cobakan, dan direvisi guna mencapai hasil yang lebih baik.

B. Setting Penelitian

Setting penelitian akan membahas tentang tempat penelitian, waktu penelitian, subyek penelitian, dan objek penelitian.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua Sekolah Dasar yaitu SD N Bantulan yang terlak di Bantulan, Gilangharjo, Pandak Bantul dan SD N 2 Gadingharjo yang terletak di Pranti, Gadingharjo, Sanden, Bantul.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2016 hingga Januari 2017. Penelitian ini diawali dengan melakukan wawancara untuk mencari informasi dalam analisis kebutuhan hingga ujian skripsi. Waktu keseluruhan waktu penelitian ini selama 7 bulan.


(63)

Subjek penelitian ini adalah semua kelas V A dan kelas V B tahun pelajaran 2016/2017 SD N Bantulan yang berjumlah 45 siswa, jumlah siswa kelas V A adalah 24 siswa dan kelas V B adalah 21 siswa. Subjek penelitian ini menambah kelas V A tahun pelajaran 2016/2017 SD N 2 Gadingharjo yang berjumlah 20 siswa.

4. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan tes hasil belajar matematika Kompetensi Dasar Melakukan Pengukuran Sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

C. Prosedur Pengembangan

Pengembangan tes hasil belajar matematika fokus pada kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut dengan prosedur pengembangan langkah-langkah menurut Borg and Gall (Sugiyono, 2014: 298). Sehubungan dengan terbatasnya waktu untuk mengembangkan produk maka langkah-langkah yang digunakan hanya sampai langkah ke tujuh yaitu revisi produk. Tujuh langkah prosedur pengembangan yang telah dimodifikasi meliputi:


(64)

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

Langkah 5

Langkah 6 Langkah 7

Gambar 3.2 Bagan Langkah-Langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar Potensi dan Masalah

Hasil Wawancara

Wawancara

Pengumpulan Data Kajian Dokumen Analisis Kebutuhan

Desain Produk

SK/KD SK/KD

Indikator Kisi-Kisi Soal

Dosen Guru

Revisi Desain

Uji Coba Produk

Revisi Produk

Desain Produk Final Validasi Desain


(65)

Potensi dan masalah termasuk tahapan awal untuk memulai melakukan penelitian dengan menggunakan metode Research and Development. Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas V SD Prokerten dan untuk melakukan analisis kebutuhan di sekolah tersebut. Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apakah guru dapat mengembangkan tes hasil belajar yang baik memalui contoh yang telah ada. Selain itu peneliti menggali tentang cara membuat tes hasil belajar tersebut apakah sesuai dengan prosedur yang benar atau hanya menggunakan soal dari buku paket dan mengambil di internet. Wawancara peneliti kepada guru untuk mengetahui kendala dan pendapatnya terhadap pembuatan tes hasil bejar berupa tes pilihan ganda. 2. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data peneliti melakukan teknik wawancara untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 20 Juni 2016 di SD N Proketen. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti menjadi acuan untuk mengumpulkan data guna menjadi bahan dalam pembuatan perangkat tes hasil belajar matematika.

3. Desain Prototipe Produk

Dalam desain prototipe produk ini peneliti membuat produk berupa tes hasil belajar dengang menggunakan soal pilihan ganda pada mata pelajaran matematika. Tahapan yang dilakukan peneliti yaitu menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada mata


(1)

17 TOTAL 2 (0.067) 9 (0.300) 2 (0.067) 17*(0.567) High 0 (0.000) 0 (0.000) 0 (0.000) 9 (1.000) Low 1 (0.111) 5 (0.556) 1 (0.111) 2 (0.222) Diff -1(-0.111) -5(-0.556) -1(-0.111) 7 (0.778)

18 TOTAL 3 (0.100) 23*(0.767) 2 (0.067) 2 (0.067) High 1 (0.111) 7 (0.778) 0 (0.000) 1 (0.111) Low 1 (0.111) 7 (0.778) 1 (0.111) 0 (0.000) Diff 0 (0.000) 0 (0.000) -1(-0.111) 1#(0.111)

19 TOTAL 23*(0.767) 2 (0.067) 3 (0.100) 2 (0.067) High 8 (0.889) 0 (0.000) 1 (0.111) 0 (0.000) Low 4 (0.444) 1 (0.111) 2 (0.222) 2 (0.222) Diff 4 (0.444) -1(-0.111) -1(-0.111) -2(-0.222)

20 TOTAL 5 (0.167) 1 (0.033) 23*(0.767) 1 (0.033) High 1 (0.111) 0 (0.000) 8 (0.889) 0 (0.000) Low 3 (0.333) 1 (0.111) 4 (0.444) 1 (0.111) Diff -2(-0.222) -1(-0.111) 4 (0.444) -1(-0.111)

---- --- --- --- --- ---

Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- ---

21 TOTAL 4*(0.133) 5 (0.167) 6 (0.200) 15 (0.500) High 2 (0.222) 1 (0.111) 3 (0.333) 3 (0.333) Low 1 (0.111) 1 (0.111) 3 (0.333) 4 (0.444) Diff 1 (0.111) 0 (0.000) 0 (0.000) -1(-0.111)


(2)

22 TOTAL 3 (0.100) 3 (0.100) 23*(0.767) 1 (0.033) High 0 (0.000) 0 (0.000) 9 (1.000) 0 (0.000) Low 2 (0.222) 1 (0.111) 5 (0.556) 1 (0.111) Diff -2(-0.222) -1(-0.111) 4 (0.444) -1(-0.111)

23 TOTAL 11 (0.367) 4 (0.133) 9 (0.300) 6*(0.200) High 4 (0.444) 0 (0.000) 2 (0.222) 3 (0.333) Low 5 (0.556) 2 (0.222) 1 (0.111) 1 (0.111) Diff -1(-0.111) -2(-0.222) 1 (0.111) 2 (0.222)

24 TOTAL 5 (0.167) 17*(0.567) 6 (0.200) 2 (0.067) High 1 (0.111) 5 (0.556) 3 (0.333) 0 (0.000) Low 2 (0.222) 5 (0.556) 2 (0.222) 0 (0.000) Diff -1(-0.111) 0 (0.000) 1#(0.111) 0 (0.000)

25 TOTAL 4 (0.133) 15*(0.500) 1 (0.033) 10 (0.333) High 0 (0.000) 7 (0.778) 0 (0.000) 2 (0.222) Low 3 (0.333) 1 (0.111) 1 (0.111) 4 (0.444) Diff -3(-0.333) 6 (0.667) -1(-0.111) -2(-0.222)

---- --- --- --- --- ---

Item Group Option 1 Option 2 Option 3 Option 4 ---- --- --- --- --- ---

26 TOTAL 9 (0.300) 3 (0.100) 16*(0.533) 2 (0.067) High 1 (0.111) 1 (0.111) 7 (0.778) 0 (0.000) Low 5 (0.556) 1 (0.111) 1 (0.111) 2 (0.222) Diff -4(-0.444) 0 (0.000) 6 (0.667) -2(-0.222)


(3)

27 TOTAL 6 (0.200) 13*(0.433) 7 (0.233) 4 (0.133) High 0 (0.000) 6 (0.667) 3 (0.333) 0 (0.000) Low 2 (0.222) 3 (0.333) 1 (0.111) 3 (0.333) Diff -2(-0.222) 3 (0.333) 2 (0.222) -3(-0.333)

28 TOTAL 21*(0.700) 2 (0.067) 5 (0.167) 2 (0.067) High 9 (1.000) 0 (0.000) 0 (0.000) 0 (0.000) Low 5 (0.556) 0 (0.000) 2 (0.222) 2 (0.222) Diff 4 (0.444) 0 (0.000) -2(-0.222) -2(-0.222)

29 TOTAL 3 (0.100) 10 (0.333) 2 (0.067) 15*(0.500) High 2 (0.222) 1 (0.111) 0 (0.000) 6 (0.667) Low 1 (0.111) 6 (0.667) 0 (0.000) 2 (0.222) Diff 1 (0.111) -5(-0.556) 0 (0.000) 4 (0.444)

30 TOTAL 10 (0.333) 14*(0.467) 2 (0.067) 4 (0.133) High 1 (0.111) 7 (0.778) 1 (0.111) 0 (0.000) Low 4 (0.444) 2 (0.222) 0 (0.000) 3 (0.333) Diff -3(-0.333) 5 (0.556) 1 (0.111) -3(-0.333)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ TAP: Test Analysis Program (version 14.7.4)

Copyright © 2003-2014 Gordon P. Brooks Contact: brooksg@ohio.edu


(4)

LAMPIRAN 17

Tabel Nilai-Nilai r Product Moment


(5)

LAMPIRAN 18


(6)

Lampiran 19 Curricullum Vitae

CURRICULUM VITAE

Bernama Nadia Azizah Farhani anak perempuan pertama dari Bapak Agus Sumarto dan Ibu Sutri Orbayati. Lahir di Bantul, 12 Mei 1994 waktu siang hari. Awal pendidikan dimulai pada tahun 2001 di TK ABA Kedon, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul. Kemudian pada tahun 2007 tamat dari Sekolah Dasar yaitu di SD M Jogodayoh, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul.

Pada tahun 2010 tamat belajar di Sekolah Menengah Pertama 1 Pandak, Bantul, Jogjakarta. Peneliti tamat belajar di jenjang Sekolah Menengan Atas 3 Bantul dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013, penulis melanjutkan pendidikan diprogram Studi Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Berdasarkan pengalaman penulis dalam mengikuti kegiatan selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma.

Penulis pernah mengikuti kegiatan dalam lingkup universitas meliputi Kepanitiaan Inisiasi FKIP Sanata Dharma (Infisa) pada tahun 2015, Kepanitiaan Inisiasi Progrm Studi (Insipro) PGSD pada tahun 2015, Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar pada tahun 2014, Inisiasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada tahun 2013, Pelatihan Pengembangan Kepribadian Mahasiswa I dan II pada tahun 2014, English Club programe for 4 Semester dari tahun 2013 hingga 2015, Penguasaan Bahasa Inggris Aktif pada tahun 2016, WEEK-END MORAL pada tahun 2014, Pelatihan Metode Montessori pada tahun 2015.


Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 4 245

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 1 283

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 0 248

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan dan penaksiran untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 1 209

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung satuan waktu untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 199

Pengembangan buku Prototype Tes hasil belajar kompetensi dasar melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 1 224

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi pengukuran sudut untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 160

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 2 203

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 1 243

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV sekolah dasar

0 3 246