Pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas.

(1)

1

PENGEMBANGAN BUKU CERITA ANAK BERBASIS PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK SD KELAS ATAS

Danang Widagdo Universitas Sanata Dharma

2017

Pendidikan seks merupakan pendidikan yang non formal yang cocok diberikan untuk anak SD. Pemberian pendidikan seks untuk anak SD ini dapat diberikan dengan cara memberikan buku bacaan yang tepat untuk mereka.. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa buku cerita anak berbasis pendidikan seks yang sesuai dengan perkembanan bahasa anak, gambar yang sesuai untuk anak dan konten pendidikan seks yang sesuai dengan anak.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan buku cerita anak ini menggunakan modifikasi antar prosedur pengembangan Dick and Carey dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Modifikasi produk tersebut terdiri dari 7 langkah yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, dan (7) revisi produk akhir. Ketujuh langkah tersebut kemudian menghasilkan desain produk final berupa buku cerita anak. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas atas SD N Ngering 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar, guru kelas tas yaitu keas V SD, dan 8 Siswa kelas V SD sebagai subjek uji coba.

Berdasarkan hasil validasi, validasi pakar memperoleh skor sebesar 4,45. Guru kelas atas yaitu kelas V SD memperoleh skor sebesar 4,27. Subjek uji coba sebesar 4,06. Rerata skor validasi yaitu 4,26 dengan kategori “Sangat Baik”. Hal tersebut ditinjau dari aspek (1) desain dan pengorganisasian, (2) kebahasaan dan isi, (3) tujuan dan pendekatan. Dengan demikian, buku cerita anak yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai buku bacaan tentang pendidikan seks untuk anak SD kelas atas.


(2)

2 DEVELOPMENT OF CHILDREN STORY BOOK

BASED SEX FOR

UPPER CLASS CHILDREN OF ELEMENTARY SCHOOL

Danang Widagdo Universitas Sanata Dharma

2017

Sex education is non-formal education suitable given to elementary school children. The provision of sex education for elementary school children can be given by providing appropriate reading materials for them. The main objective of this research is to produce a product in the form of a children book based sex education in accordance with development of children's language, appropriate images and content suitable for children’s sex education.

This study is research and development. The development of this children story book using a modified procedure between Dick and Carey development and research procedures development proposed by Borg and Gall. Modification of the product is comprised of seven steps: (1) initial research and information gathering, (2) planning, (3) early product development, (4) initial trials, (5) product revision, (6) field trials, and (7) the revision of the final product. The seventh step is then to produce the final product design in the form of a children story book. Instruments in this study is a list of questions of the needs analysis interview and questionnaire. The interview is used to analyze the upper class teachers’ needs of SD N Ngering 1, while the questionnaire is used to validate the quality of teaching materials by experts, teacher of upper class especially class V, and eight students of class V elementary school as subject of the research.

Based on the results of the validation, validation expert given a score of 4.45. Master class on the class V SD is given a score of 4.27. Subject test of 4.06. The mean score is 4.26 that is categorized "Very Good". It is reviewed from aspects (1) design and organization, (2) language and content, (3) purpose and approach. Therefore, a children's book that was developed is already fit for use as a textbook on sex education for upper class children of elementary school.


(3)

i

PENGEMBANGAN BUKU CERITA ANAK BERBASIS PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK SD KELAS ATAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Danang Widagdo

NIM: 131134103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan kepada: TUHAN YANG MAHA ESA

Orang Tua Saya

Bapak Ag. Suwarno dan Ibu Akhir Suyati

yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan kepada saya

Saudara – Saudara saya yang selalu memberi bantuan dalam bentuk apapun kepada saya.

Pak Damai dan Bu Erlita selaku Dosen pembimbing yang selalu membimbing saya sehingga Sekripsi saya lancar

Teman Dekat dan Sahabat-sahabat yang selalu memberi hiburan dan keceriaan kepada saya

Semua angkatan PGSD 2013 yang ikut berdinamika bersama saya

Instagram yang selalu memberikan hiburan kepada saya

Terimakasih semuanya atas segala semangat, perhatian, bantuan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada saya.


(7)

v MOTTO

Mumpung masih muda buatlah dirimu berguna

Berdamailah dengan masa lalumu sebelum kau melangkah menuju masa depan

Jangan sampai masa lalu mu mengganggumu untuk meraih impianmu

Kemenangan terbesar kita bukanlah ketika kita tidak pernah jatuh, tetapi bangkit setiap kali kita jatuh –Confusius–


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Februari 2017 Peneliti


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Danang Widagdo

Nomor Mahasiswa : 131134103

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 9 Februari 2017 Yang Menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN BUKU CERITA ANAK BERBASIS PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK SD KELAS ATAS

Danang Widagdo Universitas Sanata Dharma

2017

Pendidikan seks merupakan pendidikan yang non formal yang cocok diberikan untuk anak SD. Pemberian pendidikan seks untuk anak SD ini dapat diberikan dengan cara memberikan buku bacaan yang tepat untuk mereka.. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa buku cerita anak berbasis pendidikan seks yang sesuai dengan perkembanan bahasa anak, gambar yang sesuai untuk anak dan konten pendidikan seks yang sesuai dengan anak.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembangan buku cerita anak ini menggunakan modifikasi antar prosedur pengembangan Dick and Carey dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Modifikasi produk tersebut terdiri dari 7 langkah yaitu: (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, dan (7) revisi produk akhir. Ketujuh langkah tersebut kemudian menghasilkan desain produk final berupa buku cerita anak. Instrumen dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara analisis kebutuhan dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas atas SD N Ngering 1, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar, guru kelas tas yaitu keas V SD, dan 8 Siswa kelas V SD sebagai subjek uji coba.

Berdasarkan hasil validasi, validasi pakar memperoleh skor sebesar 4,45. Guru kelas atas yaitu kelas V SD memperoleh skor sebesar 4,27. Subjek uji coba sebesar 4,06. Rerata skor validasi yaitu 4,26 dengan kategori “Sangat Baik”. Hal tersebut ditinjau dari aspek (1) desain dan pengorganisasian, (2) kebahasaan dan isi, (3) tujuan dan pendekatan. Dengan demikian, buku cerita anak yang dikembangkan sudah layak digunakan sebagai buku bacaan tentang pendidikan seks untuk anak SD kelas atas.


(11)

ix ABSTRACT

DEVELOPMENT OF CHILDREN STORY BOOK BASED SEX FOR

UPPER CLASS CHILDREN OF ELEMENTARY SCHOOL

Danang Widagdo Universitas Sanata Dharma

2017

Sex education is non-formal education suitable given to elementary school children. The provision of sex education for elementary school children can be given by providing appropriate reading materials for them. The main objective of this research is to produce a product in the form of a children book based sex education in accordance with development of children's language, appropriate images and content suitable for children’s sex education.

This study is research and development. The development of this children story book using a modified procedure between Dick and Carey development and research procedures development proposed by Borg and Gall. Modification of the product is comprised of seven steps: (1) initial research and information gathering, (2) planning, (3) early product development, (4) initial trials, (5) product revision, (6) field trials, and (7) the revision of the final product. The seventh step is then to produce the final product design in the form of a children story book. Instruments in this study is a list of questions of the needs analysis interview and questionnaire. The interview is used to analyze the upper class teachers’ needs of SD N Ngering 1, while the questionnaire is used to validate the quality of teaching materials by experts, teacher of upper class especially class V, and eight students of class V elementary school as subject of the research.

Based on the results of the validation, validation expert given a score of 4.45. Master class on the class V SD is given a score of 4.27. Subject test of 4.06. The mean score is 4.26 that is categorized "Very Good". It is reviewed from aspects (1) design and organization, (2) language and content, (3) purpose and approach. Therefore, a children's book that was developed is already fit for use as a textbook on sex education for upper class children of elementary school.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kesehatan pada peneliti, sehingga skripsi yang berjudul “Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Siswa Sd Kelas Atas” dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti S.Si., M.Pd selaku Kepala Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Kepala Program

Studi PGSD.

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen dan Staf PGSD yang telah membantu peneliti dengan baik. 7. Para validator yang telah berkenan membantu validasi produk.

8. Tri Mulyani, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD N Ngering 1 yang telah memberikan ijin penelitian kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

9. Guru SD N Ngering 1 yang telah berkenan membantu peneliti dalam melakukan analisis kebutuhan

10.Seluruh siswa kelas V SD N Ngering 1 yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

11.Kedua orang tua saya, Ag. Suwarno dan Akhir suyati yang selalu memberi semangat, doa dan dukungan.

12.Saudara – saudara yang memberi semangat dan mendoakan.

13.Teman dekat, sahabat – sahabat, dan teman payung skripsi pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks yang selalu mendukung saya


(13)

xi

14.Teman-teman PGSD angkatan 2013 dan semua yang pernah berdinamika selama masa perkuliahan.

15.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungan.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya peneliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi pembaca dan kita semua

Peneliti


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Operasional... 6

1.6 Spesifikasi Produk ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Media Pembelajaran ... 8

2.1.2 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Atas ... 15

2.1.3 Buku Cerita Bergambar... 19


(15)

xiii

2.1.5 Gerakan Literasi Sekolah ... 28

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 29

2.2.1 Penelitian tentang Buku Cerita ... 29

2.2.2 Penelitian tentang Pendidikan Seks ... 31

2.3 Kerangka Berpikir ... 33

2.4 Pertanyaan Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Prosedur Pengembangan ... 36

3.2.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal ... 38

3.2.2 Perencanaan... 38

3.2.3 Pengembangan Produk Awal ... 38

3.2.4 Uji Coba Awal ... 39

3.2.5 Revisi Produk ... 39

3.2.6 Uji Coba Lapangan ... 39

3.2.7 Revisi Produk ... 40

3.3 Setting Penelitian ... 40

3.3.1 Subjek Penelitian ... 40

3.3.2 Objek Penelitian ... 41

3.3.3 Lokasi Penelitian ... 41

3.3.4 Waktu Penelitian ... 41

3.4 Uji Validasi Produk ... 41

3.4.1 Uji Validasi Produk oleh Pakar ... 41

3.4.2 Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan ... 42

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.5.1 Wawancara ... 43

3.5.2 Kuesioner ... 43

3.6 Instrumen Penelitian... 44

3.6.1 Instrumen Pengumpulan Data ... 44

3.6.1.1 Pedoman Wawancara ... 45


(16)

xiv

3.7 Teknik Analisis Data ... 47

3.7.1 Data Kualitatif ... 47

3.7.2 Data Kuantitatif ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1 Analisis Kebutuhan ... 51

4.1.1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 51

4.2 Deskripsi Produk Awal ... 53

4.2.1 Sampul Buku Cerita ... 53

4.2.2 Bagian – Bagian Buku Cerita ... 54

4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 55

4.3.1 Data Validasi Pakar dan Revisi Produk ... 56

4.3.1.1 Revisi Yang Dilakukan Peneliti ... 58

4.3.2 Data Validasi Guru Kelas Atas dan Revisi Produk ... 63

4.3.2.1 Revisi Yang Dilakukan Peneliti ... 65

4.4 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk ... 68

4.5 Kajian Produk Akhir ... 70

4.5.1 Sampul Buku Cerita Setelah Direvisi ... 71

4.5.2 Bagian – Bagian Buku Cerita Setelah Direvisi ... 72

4.6 Pembahasan ... 74

BAB V PENUTUP ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 81

5.3 Saran ... 81

DAFTAR REFERENSI ... 82


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan... 32

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Borg & Gall ... 36

Gambar 3.2 Prosedur pengembangan yang Digunakan Peneliti ... 37

Gambar 4.1 Cover Buku Cerita ... 53

Gambar 4.2 Revisi Buku Cerita ... 58

Gambar 4.3 Revisi Buku Cerita ... 59

Gambar 4.4 Revisi Buku Cerita ... 60

Gambar 4.5 Revisi Buku Cerita ... 61

Gambar 4.6 Revisi Buku Cerita ... 62

Gambar 4.7 Revisi Buku Cerita ... 63

Gambar 4.8 Revisi Buku Cerita ... 65

Gambar 4.9 Revisi Buku Cerita ... 66

Gambar 4.10 Revisi Buku Cerita ... 67

Gambar 4.11 Revisi Buku Cerita ... 68


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara ... 45

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Pakar dan Guru ... 46

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Siswa ... 47

Tabel 3.4 Konversi Data Kuantitatif Ke Data Kualitatif Skala Lima ... 48

Tabel 4.1 Rangkuman Hasil Wawancara Guru SD N Ngering 1 ... 51

Tabel 4.2 Hasil Validasi Pakar ... 56

Tabel 4.3 Komentar Pakar dan Revisi ... 57

Tabel 4.4 Hasil Validasi Guru ... 64

Tabel 4.5 Komentar Guru Kelas V SD dan Revisi ... 64

Tabel 4.6 Hasil Validasi Subjek Penelitian ... 69

Tabel 4.7 Komentar Subjek Penelitian dan Revisi ... 69


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 84

Lampiran 2 Hasil Validasi Pakar Ahli ... 85

Lampiran 3 Hasil Validasi Guru Kelas V SD ... 93

Lampiran 4 Hasil Validasi Siswa SD Kelas V ... 96

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian... 113

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian ... 114

Lampiran 7 Biodata Penulis ... 115


(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Pendidikan yaitu proses pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruhnya kepada anak didik, demi kebahagiaan anak didik (Suyanto, 2005; 2). Proses ini terjadi dalam suatu situasi yang menyangkut banyak sekali hal, seperti pergaulan antara pendidik dan anak didik, tujuan yang akan dicapai, materi yang diberikan dalam proses sarana yang disepakati, lingkungan yang menjadi ajang proses, dan sebagainya (Suryabrata: 2015 ; 4). Jadi sebagai guru selaku pendidik seharusnya memberikan semua pendidikan yang dibutuhkan oleh anak didiknya. Hal ini bertujuan agar anak didik mendapatkan semua pengetahuan yang mereka butuhkan dan dapat berguna untuk mereka di masa yang akan datang.

Pemberian ilmu pendidikan bagi anak didik sangatlah penting untuk kehidupan mereka. Ilmu pendidikan saat ini telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Tidak hanya pendidikan formal, tetapi ada juga pendidikan yang bersifat non formal. Salah satu diantaranya ialah pendidikan anak usia SD yang membahas pendidikan untuk anak usia 6-12 tahun. Salah satu pendidikan non formal yang cocok diberikan kepada anak usia SD adalah pendidikan seks.


(21)

Hal ini bertujuan agar anak dapat paham cara menjaga bagian – bagian sensitif tubuh mereka, baik cara merawatnya sendiri maupun cara menjaganya dari orang lain.

Dalam arti yang sempit, seks berarti kelamin. Menurut Wirawansarwono

dan Amisiamsidar (1986 ; 7), yang termasuk dalam pengertian kelamin adalah : 1)

Alat kelamin itu sendiri. 2) Anggota – anggota tubuh dan ciri – ciri badaniah lainya yang membedakan laki – laki dan wanita, misalnya perbedaan suara, pertumbuhan kumis dan payudara dan lain-lain. Pendidikan seks ialah pendidikan yag mempelajari tentang alat kelamin manusia dan anggota – anggota tubuh,serta ciri – ciri badaniah yang membedakan tentang laki – laki dan perempuan.

Pengetahuan mengenai seks sangat diperlukan oleh anak – anak, agar tidak terjadi hal - hal yang tidak diinginkan pada mereka sekarang dan di kemudian hari, seperti adanya orang – orang yang ingin melakukan tindakan yang kurang terpuji kepada anak – anak (phaedophil). Phaedophil adalah orang dewasa yang suka atau gemar melakukan hal – hal yang kurang terpuji di bagian – bagian tertentu pada anak – anak. Jadi anak – anak perlu mendapatkan pengetahuan seks agar terhindar dari pedophil. Pengetahuan seks ini meliputi tentang : 1) Pengertian tentang anggota tubuh. 2) Bagian – bagian yang tidak boleh disentuh maupun dipegang oleh orang lain.

Pemberian materi tentang pendidikan seksual ini bukan berarti pembicaraan besar yang dilakukan dalam satu waktu, melainkan obrolan obrolan kecil yang diulang – ulang (Wuryani, 2008). Saat ini pemerintah sudah menetapkan peraturan tentang kegiatan literasi di sekolah yang tercantum dalam


(22)

Permendikbud nomor 23 tahun 2015. Peraturan tersebut menyatakan bahwa “kegiatan 15 menit membaca buku pelajaran atau non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan literasi dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat diketahui secara baik (Dikdas.kemendikbud.go.id). Pendidikan seks dapat dimasukan di kegiatan literasi, karena kegiatan literasi dirasa sangatlah tepat untuk membahas pendidikan – pedidikan non formal, misalnya pendidikan seks. Pengarahan pendidikan seks di sekolah bertujuan untuk memberikan gambaran yang tepat tentang seksualitas di satu pihak menjernihkan mitos – mitos serta tabu seksual yang tidak rasional (OBOR, 1984: 3).

Pendidikan seks ini juga perlu diberikan kepada anak – anak agar anak paham cara menjaga diri mereka sendiri dari pelaku tindak kekerasan terhadap anak. Hal ini dikarenakan Indonesia dikategorikan sebagai negara yang memiliki komitmen besar bagi perlindungan anak. Konstitusi juga memberikan atensi besar terhadap perlindungan anak dari kekerasan. Pasal 28 B ayat 2 berbunyi, setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (KPAI.go.id). Faktanya, Indonesia merupakan negara yang menghadapi kekerasan terhadap anak cukup kompleks dan meningkat setiap tahunya mulai dari bentuk fisik, psikis, hingga seksual. Hasil pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang signifikan. “Tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus (KPAI.go.id). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai, peningkatan laporan ini karena kurangnya pencegahan


(23)

(KPAI.go.id). Kekerasan terhadap anak ini merupakan persoalan bangsa yang perlu segera dihentikan dan diputus mata rantainya. Sebab hal ini terkait langsung dengan nasib bangsa kita di masa mendatang.

Peneliti melihat pentingnya pendidikan seks harus diberikan sejak di SD sebagai langkah pencegahan akan adanya kekerasan anak khususnya kekerasan seksual terhadap anak. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui pentingnya pendidikan seks di SD. Peneliti melakukan wawancara di SD Negeri Ngering 1. Pada wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 10 September 2016, peneliti mewawancarai guru kelas IV dan V di SD Negeri Ngering 1. Guru kelas IV SD Ngering 1 mengatakan bahwa pendidikan seks sangat baik diberikan kepada anak – anak usia SD, mengingat maraknya kekerasan yang dialami oleh anak – anak khususnya anak SD. Peneliti melakukan wawancara yang kedua, yaitu kepada guru kelas V di SD Negeri Ngering 1 mengatakan bahwa pendidikan seks pada anak usia SD sudah diberikan, tetapi guru tersebut merasa kebingungan ketika mencari buku pegangan atau ketika akan memberikan buku bacaan kepada anak – anak yang menyangkut tentang pendidikan seks.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti melihat pentingnya pendidikan seks untuk anak SD kelas atas. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk mengembangkan buku cerita anak. Buku cerita anak yang dikembangkan adalah buku cerita bergambar yang mencakup kebutuhan siswa dan guru dengan judul “Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks untuk Anak SD Kelas Atas”


(24)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana mengembangkan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas ?

1.2.2 Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk mengembangkan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan guru dalam memberi materi tentang pendidikan seks bagi anak SD kelas atas, sehingga dapat digunakan oleh guru untuk mengatasi permasalahan siswa tentang seksualitas dikemudian hari.

1.4.2 Bagi siswa

Penelitian ini dapat membantu siswa dalam mengetahui pendidikan seks yang mereka butuhkan, sehingga dapat membantu siswa jika mendapatkan permasalahan mengenai masalah seksual dikemudian hari.


(25)

1.4.3 Bagi sekolah

Penelitian ini dapat membantu sekolah untuk menyediakan buku-buku yang dapat mendukung pendidikan seks yang dibutuhkan oleh siswa SD kelas atas.

1.4.4 Bagi Prodi PGSD

Penelitian ini dapat menambah pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait dengan pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks.

1.4.5 Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman peneliti dalam pentingnya pendidikan seks untuk anak SD. Penelitian ini juga dapat digunakan peneliti untuk belajar membuat buku cerita anak yang dibutuhkan oleh siswa agar dapat membantu siswa SD kelas atas.

1.5 Definisi Operasional

1.5.1 Buku cerita anak adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran penulis yang diperuntukan kepada anak – anak.

1.5.2 Pendidikan seks adalah pendidikan yang memuat tentang seks atau kelamin, baik cara merawatnya atau cara menjaganya dari orang lain. 1.5.3 Anak SD adalah anak – anak yang masih polos mengenai pendidikan seks


(26)

1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1.6.1 Buku cerita ini mengandung komponen kata pengantar, tentang buku, isi cerita , mini diary, daftar referensi,dan biodata penulis.

1.6.2 Buku cerita bergambar mengandung kegiatan yang sesuai dengan perkembangan bahasa anak yaitu disusun dari hal-hal yang sederhana dan menarik.

1.6.3 Buku ini berisi tentang pendidikan seks yang baik untuk anak SD kelas atas, selain berisi teks bacaan buku ini juga memuat gambar yang menarik sehingga siswa berminat untuk membacanya

1.6.4 Buku cerita bergambar bersifat kontekstual dengan anak, yaitu disusun dengan menghubungkan dunia sekitar anak, sehingga anak lebih mudah dalam memahami cerita.

1.6.5 Buku cerita ini dicetak menggunakan kertas ivory 260 untuk cover dan ivory 210 untuk bagian isi. Desain buku cerita ini dibuat menggunakan Corel Draw X6.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Media Pembelajaran

2.1.1.1 Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau suatu hal dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik (Sukiman, 2012:

29). Rosyada (2010:7) mengatakan media pembelajaran dapat dipahami segala

sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efetif. Arsyad

(2010: 3) berpendapat bahwa media adalah bagian yang tak terpisahkan dari

proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya.

Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran ialah segala sesuatu yang digunakan dalam proses belajar untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efetif.

2.1.1.2 Tujuan Pemanfaatan Media Pembelajaran

Tujuan pemanfaatan media pembelajaran adalah untuk mengefektifkan dan mengefisienkan proses pembelajaran itu sendiri. Perkembangan ilmu


(28)

pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya – upaya pengembangan media pembelajaran. Guru dituntut agar mampu menggunakan alat – alat atau media pembelajaran yang disekolah. Di samping mampu menggunakan alat – alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mrngrmbangkan keterampilan membuat membuat media pembelajaran (Arsyad, 2010: 2). Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran untuk siswa, yang meliputi (Hamalik, 1994: 6):

a. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar

b. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan c. Seluk – beluk proses belajar

d. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan e. Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan

f. Usaha inovasi dalam media pendidikan.

Keterampilan itu dibutuhkan oleh guru apabila sekolah belum memiliki media pembelajaran yang dibutuhkan sehingga guru harus membuat media pembelajaran itu sendiri.

Tujuan pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran adalah untuk mengefektifkan dan mengefesiensikan proses pembelajaran itu sendiri (Rosyada, 2010: 2). Media pembelajaran berfungsi untuk tujuan intruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan peserta didik. Baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivutas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih


(29)

sistematis dan psikologis, dilihat dari segi prinsip – prinsip belajar agar dapat menyiapkan intruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan peserta didik (Sukiman, 2012: 40).

2.1.1.3 Kriteria Dasar Dalam Pemilihan Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai komponen pembelajaran perlu dipilih sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi secara efektif. Sukiman (2012: 47) berpendapat bahwa pemilihan suatu media tertentu oleh seorang guru didasarkan atas perimbangan antara lain:

1. Guru merasa sudah akrab dengan media itu.

2. Guru merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri.

3. Media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian peserta didik, serta menuntunya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan.

Arsyad (2005: 72-74) mengatakan bahwa dari segi teori belajar, berbagai

kondisi dan prinsip – prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan media:

1) Motivasi: Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak peserta didik sebelum meminta perhatianya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan dialami siswa harus relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh


(30)

karena itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran.

2) Perbedaan individual: Peserta didik belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda – beda. Faktor – faktor seperti kemampuan intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadian dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan tingkat pemahaman.

3) Tujuan pembelajaran: Jika peserta didik diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran akan semakin besar. Di samping itu pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran.

4) Organisasi isi: Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urut – urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut – urutkan secara teratur. Di samping itu, tingkat materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini dalam pengembangan dan


(31)

penggunaan media, siswa dapat dibantu untuk secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari.

5) Persiapan sebelum belajar: Peserta didik sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.

6) Emosi: pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditunjukan kepada elemen – elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.

7) Partisipasi: Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang peserta didik harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar diberitahukan kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela –sela penyajian materi pelajaran. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu.


(32)

8) Umpan balik: Hasil belajar dapat meningkat apa bila secara berkala peserta didik diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi – sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar dan berkelanjutan

9) Penguatan: apabila peserta didik berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa – masa yang akan datang.

10)Latihan dan pengulangan: sesuatu hal baru jarang sekali dapat dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetisi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai konteks. Dengan demikian ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang

11)Penerapan: hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini, pemahaman sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Siswa mesti telah pernah dibantu untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, atau kaidah) yang berkaitan dengan tugas. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk bernalar dan memutuskan dengan


(33)

menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai masalah atau tugas baru.

Berdasarkan penjelasan mengenai media pembelajaran, tujuan pemanfaatan media pembelajaran, dan ktriteria dasar dan pemilihan media pembelajaran dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran ialah segala sesuatu yang digunakan dalam proses belajar untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Tujuan dari pemanfaatan media pembelajaran ialah dengan adanya media pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan kepada peserta didik sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Adapun ktriteria dasar dalam pemilihan media pembelajaran yaitu: 1. Guru merasa sudah akrab dengan media itu, 2. Guru merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri, 3. Media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian peserta didik, serta menuntunya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Selain itu juga harus melihat dari segi psikologis, yaitu: 1. Motivasi, 2. Perbedaan individual, 3. Tujuan pembelajaran, 4. Organisasi isi, 5. Persiapan sebelum belajar, 6. Emosi, 7. Partisipasi, 8. Umpan balik, 9. Penguatan, 10.latihan dan penguatan, 11. Penerapan.


(34)

2.1.2 Karakteristik Perkembangan Anak SD Kelas Atas 2.1.2.1Tahap Perkembangan Anak

Sepanjang jenjang kehidupan manusia, semenjak awal kehidupan dari lahir sampai meninggal dunia, manusia selalu mengalami perubahan, baik perubahan dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis, perubahan-perubahan tersebut terus berlangsung karena terjadinya pertumbuhan dan perkembangan pada dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses tahapan hidup manusia yang tidak terpisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan merupakan suatu proses perubahan psikologis dari proses kematangan secara normal dalam perubahan fisik maupun psikisnya. Seperti bertambah berat badan, bertambah tinggi badan dan lain sebagainya. Sedangkan perkembangan memiliki pengertian proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi-fungsi organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis (Agustina 2014 : 2).

Kehidupan manusia berlangsung dari beragam fase kehidupan, dimulai dari manusia lahir hingga fase tua. Pada tiap fase ini manusia mengalami perubahan yang berlangsung secara berkesinambungan. Menurut Santrock dalam (Agustina, 2014 : 27) periode perkembangan itu terdiri atas tiga periode, yaitu anak (childhood), remaja (adolescence) dan dewasa (adulthood). Dari ketiga periode ini diklasifikasikan lagi menjadi beberapa periode yaitu : (1) periode anak sebelum kelahiran (prenatal), masa bayi (infacy), masa awal anak-anak (early childhood), masa pertengahan dan akhir anak-anak (midle and late childhood) ;


(35)

(2) periode remaja (adolescence) dan (3) periode dewasa: masa awal remaja (early adulthood), masa pertengahan dewasa (midle adulthood), dan masa akhir dewasa (late adulthood). Dan di setiap periode ini memiliki tugasnya masing-masing. Tugas di tiap periode ini akan dilewati anak dalam proses yang sama, namun tidak harus dalam umur yang sama pula.

Piaget dalam (Nurgiyantoro, 2005 : 50) membedakan perkembangan intelektual anak ke dalam empat tahapan. Tiap tahapan memiliki karakteristik yang membedakannya dengan tahapan lain. Tahapan tersebut meliputi : tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahap operasi konkret, dan tahap operasional formal.

1) Tahap sensorimotor (the sensorymotor period, 0-2 tahun). Tahap ini merupakan tahapan pertama dalam perkembangan kognitif anak. Tahap sensorimotor terjadi berdasarkan informasi dari indera (senses) dan bodi (motor). Karakteristik utama dalam tahap ini adalah bahwa anak belajar lewat koordinasi persepsi indera dan aktivitas motor serta mengembangkan pemahaman sebab-akibat atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung. Anak mulai memahami hubungannya dengan orang lain, mengembangkan pemahaman objek secara permanen. Pada usia anak 1-2 tahun, anak pada tahapan ini menyukai aktivitas atau permainan bunyi yang mengandung perulangan-perulangan yang ritmis. Anak menyukai bunyi-bunyian yang bersajak dan berirama. Permainan bunyi yang dimaksud dapat berupa


(36)

nyanyian, kata-kata yang dinyanyikan, atau kata-kata biasa dalam perkataan yang tidak dilagukan (Nurgiyantoro, 2005 : 50).

2) Tahap praoperasional (the preoperational period, 2-7 tahun). Dalam tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik. Karakteristik dalam tahap ini antara lain adalah bahwa (i) anak mulai belajar mengaktualisasi dirinya lewat bahasa, bermain, dan menggambar (corat-coret). (ii) Jalan pikiran anak masih bersifat egosentris, menempatkan dirinya sebagai pusat dunia, yang didasarkan persepsi segera dan pengalaman langsung karena masih kesulitan menempatkan dirinya di antara orang lain. Anak tidak dapat memahami sesuatu dari sudut pandang orang lain. (iii) Anak mempergunakan simbol dengan cara elementer yang pada awalnya lewat gerakan-gerakan tertentu dan kemudian lewat bahasa dalam pembicaraan. (iv) Pada masa ini anak mengalami proses asimilasi di mana anak mengasimilasikan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan dengan cara menerima ide-ide tersebut ke dalam suatu bentuk skema di dalam kognisinya (Nurgiyantoro, 2005 : 51).

3) Tahap operasional konkret (the concrete operational, 7-11 tahun). Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Karakteristik anak pada tahap ini antara lain adalah (i) anak dapat membuat klasifikasi sederhana, mengklasifikasikan objek berdasarkan sifat-sifat umum, misalnya klasifikasi warna, klasifikasi karakter tertentu. (ii) Anak dapat membuat urutan sesuatu secara semestinya, mengurutkan abjad, angka,


(37)

besar-kecil, dan lain-lain. (iii) Anak mulai dapat mengembangkan imajinasinya ke masa lalu dan masa depan ; adanya perkembangan dari pola berpikir yang egosentris menjadi mudah untuk mengidentifikasikan sesuatu dengan sudut pandang berbeda. (iv) Anak mulai dapat berpikir argumentatif dan memecahkan masalah sederhana, ada kecenderungan memperoleh ide-ide sebagaimana yang dilakukan oleh orang dewasa, namun belum dapat berpikir tentang sesuatu yang abstrak karena jalan pikirnya terbatas pada situasi yang konkret (Nurgiyantoro, 2005 : 52). 4) Tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas).

Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir abstrak. Karakteristik penting dalam tahap ini antara lain adalah (i) anak sudah mampu berpikir “secara ilmiah”, berpikir teoritis, berargumentasi dan menguji hipotesis yang mengutamakan kemampuan berpikir. (ii) Anak sudah mampu memecahkan masalah secara logis dengan melibatkan berbagai masalah yang terkait (Nurgiyantoro, 2005 : 53).

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian tahap perkembangan anak periode perkembangan anak terdiri atas tiga periode, yaitu anak (childhood), remaja (adolescence) dan dewasa (adulthood) dan tahap perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu sensorimotor, praoperasional, operasional konkret, dan operasional formal. Anak SD kelas atas berusia sekitar 9 – 10 tahun sehingga pada usia itu mereka termasuk kedalam tahap operasional konkret.


(38)

2.1.3 Buku Cerita Bergambar

2.1.3.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar adalah buku bacaan cerita yang menampilkan teks narasi secara verbal dan disertai gambar – gambar ilustrasi (Nurgiyantoro, 2005;

152). Lukens (2003: 38) mengatakan ilustrasi cerita dan gambar merupakan dua

media yang berbeda, tetapi dalam buku cerita keduanya secara bersama membentuk perpaduan. Micthel (2003: 87) mengatakan buku cerita bergambar adalah buku yang menyampaikan cerita bergambar dan teks dan keduanya saling menjalin.

Dari definisi – definisi yang tertera di atas buku cerita bergambar adalah buku yang di dalamnya memuat teks bacaan dan gambar - gambar yang keduanya saling berkaitan untuk membentuk suatu cerita.

2.1.3.2 Jenis dan Karakteristik Buku Cerita Bergambar

Buku cerita bergambar mempunyai beberapa jenis dan karakteristik. Menurut McElmeel (2002), buku cerita bergambar memiliki 6 jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Fiksi

Buku fiksi adalah buku yang menceritakan cerita khayal, rekaan, atau sesuatu yang tidak terjadi sungguh – sungguh. Kategori yang termasuk dalam fiksi adalah cerita hewan, misteri, humor, dan cerita fantasi yang dibuat sesuai imajinasi penulis.


(39)

2) Historis

Buku historis adalah buku yang mendasarkan diri pada suatu fakta atau kenyataan di masa lalu. Buku ini meliputi kejadian sebenarnya, tempat, atau karakter yang merupakan bagian dari sejarah.

3) Informasi

Buku informasi adalah buku – buku yang memberikan informasi faktual. Buku informasi menyampaikan fakta dan data apa adanya, yang berguna untuk menambah keterampilan, wawasan, dan juga bekal teoritis dalam batas tertentu bagi anak.

4) Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang mulai kelahiranya hingga kematianya jika sudah meninggal

5) Cerita rakyat

Cerita rakyat merupakan cerita atau kisah yang asal mulanya bersumber dari masyarakat serta tumbuh dan berkembang dalam masyarakat di masa lampau.

6) Kisah nyata

Kisah nyata berfokus pada peristiwa yang sebenarnya dari sebuah situasi atau peristiwa

Ada beberapa karakteristik buku cerita bergambar. Menurut Sutherland

(dalam Faizah, 2009:252) karakteristik buku cerita adalah sebagai berikut:

1) Buku cerita bersifat ringkas dan langsung.


(40)

3) Konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak – anak. 4) Gaya penulisanya sederhana.

5) Terdapat ilustrasi yang melengkapi teks.

2.1.3.3Fungsi Buku Cerita Bergambar

Mitchell (dalam Nurgiantoro, 2005:159) mengungkapkan beberapa fungsi

dan pentingnya buku cerita bergambar sebagai berikut:

1) Buku cerita bergambar dapat membantu anak terhadap pengembangan dan perkembangan emosi. Perkembangan emosi anak perlu dikembangkan dan salah stunya adalah lewat buku cerita bergambar

2) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk belajar tentang dunia, menyadarkan anak tentang keberadaan di dunia di tengah masyarakat dan awal. Lewat buku cerita bergambar ini, anak juga dapat belajar tentang keberadaan dia di dunia, di masyarakat serta di alam.

3) Buku cerita bergambar dapat membantu anak belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi, dan pengembangan perasaan. Jadi lewat buku cerita bergambar anak dapat belajar tentang kehidupat yang disajikan di buku cerita bergambar melalui teks dan gambar yang ada pada buku cerita bergambar.

4) Buku cerita bergambar dapat membantu anak memperoleh kesenangan. Hal itu dapat diperoleh lewat cerita dan gambar – gambar yang menarik, bagus dan cenderung realistik, dan hal – hal lucu yang merangsang anak menjadi senang.


(41)

5) Buku cerita bergambar dapat membantu anak untuk mengapresiasi keindahan. Objek yang menawarkan keindahan perlu diapresiasi, dihargai, dan dinikmati dan kegiatan tersebut juga dapat diperoleh lewat pembelajaran dalam diri anak.

6) Buku bergambar dapat membantu anak untuk menstimulasi imajinasi. Buku cerita dan gambar – gambar pada buku cerita bergambar memiliki fungsi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya imajinasi anak. Berdasarkan penjelasan mengenai buku cerita bergambar, jenis dan karakteristik buku cerita bergambar, dan fungsi buku cerita bergambar di atas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar ialah buku yang di dalamnya memuat teks bacaan dan gambar - gambar yang keduanya saling berkaitan untuk membentuk suatu cerita. Jenis buku cerita bergambar ialah 1. Fiksi, 2. Histori, 3. Informasi, 4. Biografi, 5. Cerita rakyat, 6. Kisah nyata. Karakteristik buku cerita bergambar ialah 1. Buku cerita bersifat ringkas dan langsung. 2. Buku cerita bergambar berisi konsep – konsep yang berseri. 3. Konsep yang ditulis dapat dipahami oleh anak – anak. 4. Gaya penulisanya sederhana. 5. Terdapat ilustrasi yang melengkapi teks. Fungsi buku cerita bergambar ialah 1. Membantu perkembangan emosi anak. 2. Membantu anak belajar tentang dunia dan keberadaannya. 3. Belajar tentang orang lain, hubungan yang terjadi dan pengembangan perasaan. 4. Memperoleh kesenangan. 6. Untuk mengapresiasi keindahan. Untuk menstimulasi imajinasi.


(42)

2.1.4 Pendidikan Seks

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Seks

Menurut Wuryanti (2008: 1), Pendidikan seks ialah pendidikan yang dapat

terjadi dalam berbagai situasi, mulai dari buku – buku yang ditulis oleh pakar sampai obrolan – obrolan kecil yang memuat tentang seksualitas. Andika (2010: 15) mengemukakan pendidikan seks adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengenalkan anak tentang jenis kelamin dan cara menjaganya, baik dari sisi kesehatan dan kebersihan, keamanan, serta keselamatan. Wirawansarwono dan

Amisiamsidar (1986 ; 7) mengatakan bahwa pendidikan seks ialah pendidikan

yang memuat tentang kelamin, anggota tubuh yang membedakan pria dan wanita, dan kelenjar atau hormon yang mempengaruhi bekerjanya alat kelamin.

Dari definisi – definisi yang tertera di atas dapat didimpulkan bahwa pendidikan seks adalah pendidikan yang bertujuan mengenalkan tentang jenis kelamin dan cara menjaganya yang diperlukan oleh anak – anak yang dapat diperoleh dari membaca buku atau obrolan – obrolan kecil.

2.1.4.2 Pentingnya Pengetahuan Pendidikan Seks Bagi Siswa

Pentingnya pengetahuan siswa tentang pendidikan seks hendaknya diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Dengan memiliki pemahaman yang baik, diharapkan para siswa dapat meminimalisir timbulnya perilaku menyimpang dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang – orang yang kurang bertanggung jawab. Pengetahuan pendidikan seks sangat penting bagi siswa karena dengan pemahaman itu siswa akan dapat menilai bahwa perilaku menyimpang harus dihindari dan siswa dapat menghindari tindakan kekerasan


(43)

seksual. Dalam hubungan ini Wirawansarwono dan Amisiamsidar (1986 ; 60)

mengatakan bahwa pendidikan seks sangat perlu diberikan pada anak sedini mungkin agar mereka memiliki dasar pengetahuan yang kuat mengenai masalah seksual. Hal itu bertujuan agar mereka terhindar dari orang orang yang tidak bertanggung jawab yang ingin melakukan tindakan yang kurang terpuji kepada mereka. Misalnya adalah phaedophil, phaedophil adalah pria dewasa yang melakukan tindakan seks kepada anak anak (Wirawansarwono dan Amisiamsidar, 1986: 60).

Menurut Tretsakis (2003:12), pendidikan seks secara dini bagi anak-anak

perlu dan penting demi kesejahteraan dan kemantapan pribadi anak tersebut kelak setelah dewasa. Berikut alasannya:

1) pendidikan seks secara dini akan memudahkan anak-anak menerima keberadaan tubuhnya secara menyeluruh dan menerima fase-fase perkembangannya secara wajar.

2) pendidikan seks secara dini akan membantu anak-anak untuk mengerti dan merasa puas dengan peranannya dalam kehidupan.

3) pendidikan seks yang sehat cukup efektif untuk menghilangkan rasa ingin tahu yang tidak sehat yang sering muncul dalam benak anak-anak.

4) secara keseluruhan, informasi seks yang diberikan akan melindungi kehidupan masa depan mereka dari komplikasi dan kelainan seks.

5) pendidikan seks yang sehat, jujur dan terbuka juga akan menumbuhkan rasa hormat dan patuh anak-anak terhadap orang tuanya.


(44)

6) pendidikan seks yang diajarkan secara terarah dan terpimpin di dalam lingkungan keluarga cenderung cukup efektif untuk mengatasi informasi informasi negatif yang berasal dari luar lingkungan keluaraga.

7) bila diajarkan dengan baik, pendidikan seks akan membuat masing-masing anak bangga dengan jenis kelaminnya.

8) pendidikan yang sehat dan wajar memungkinkan anak memperoleh taraf kedewasaan yang layak menurut usianya.

2.1.4.3 Cara Melindungi Anak Dari Pelaku Kekerasan

Orang tua atau guru hendaknya lebih peka untuk melindungi anak. Jika ada orang dewasa mengatakan hal – hal yang tidak mengenakan kepada seorang anak, ini juga dapat dikategorikan kekerasan seksual. Ajarkan kepada anak bahwa jika ada orang lain melakukan sesuatu kepada dia lalu menyuruh dia untuk tutup mulut, berarti orang itu melakukan hal yang salah (Wuryani, 2008: 163). Katakan kepada anak – anak bagaimana menjaga diri mereka dari pelaku kekerasan seksual supaya terhindar dari bahaya. Ajarkan kepada mereka hal – hal sebagai berikut

(Wuryani, 2008: 164) :

1) Jika ada orang meraba – raba bagian – bagian pribadi tubuhmu atau menyentuhmu dengan cara yang menyakitkan atau membuatmu merasa tidak enak atau tidak senang, katakan “jangan” dengan tegas. Katakan kepada orang itu supaya tidak melakukan perbuatan itu, dan ancamlah mereka bahwa kamu akan melaporkan ke polisi

2) Kamu harus melapor kepada orang tua, guru atau krluarga terdekat jika kamu merasa diperlakukan tidak menyenangkan dan tidak sopan. Jika


(45)

kamu merahasiakanya, kekerasan ini akan berlangsung terus. Jangan takut, ingatlah bahwa kamu tidak bersalah dan kamu berhak mendapatkan rasa aman

3) Jika ada temanmu yang menceritakan hal – hal yang tidak mereka sukai dari orang lain, atau menceritakan secara langsung kekerasan yang dialaminya. Bantulah temanmu itu dangan menyampaikan ceritanya kepada orang dewasa atau orang tua sehingga mereka dapat segera bertindak menyelamatkan temanmu.

Orang tua atau guru sebaiknya juga memberikan pengetahuan tentang taktik atau trik pelaku kekerasan kepada anak – anak, agar anak terhindar dari pelaku kekerasan yang ingit berbuat kurang pantas kepada anak – anak. Berikut adalah daftar taktik yang biasa digunakan oleh penganiaya anak – anak terutama oleh laki – laki asing terhadap korbanya. Daftar ini dikembangkan oleh Kenneth Wooden, direktur eksekutif The National Coalition for Children’s Justice

(Wuryanti, 2008: 167)

1) Ikatan kasih sayang: Sebagian besar penganiaya anak biasa mengaku menjalin hubungan dengan seseorang yang dikenal oleh anak atau anggota keluarga anak. Jadi hendaknya anak diajarkan agar tidak cepat percaya dengan orang yang baru dia temui walaupun mengaku sebagai keluarganya.

2) Tawaran bantuan: Penganiaya sering mendekati anak dan menawarkan bantuan seperti pulang ke rumah, ke restoran atau ke sekolah. Jadi


(46)

hendaknya anak diajarkan menolak ajakan orang yang belum dikenal dengan tegas agar terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan

3) Sogokan: Ini adalah salah satu tipu daya yan tertua. Anak ditawari hadiah, gula – gula, mainan atau barang lainya. Jadi anak sebaiknya di ajarkan agar menolak pemberian orang yang belum mereka kenal.

4) Permainan: Penganiaya mengajak melakukan permainan yang tampaknya tidak berbahaya tetapi sebenarnya mengarah ke kontak badan. Jadi seharusnya anak diberi penguatan bahwa tidak ada yang boleh menyentuh atau memegang bagian seksualitas anak.

Dengan menginformasikan taktik – taktik tersebut kepada anak – anak, kita dapat menjaga anak – anak dari pelaku kekerasan terhadap anak. Dalam memberikan informasi, sebaiknya orang tua atau guru bersikap terbuka kepada anak. Sejauh hal itu tidak melanggar nilai – nilai etika sebaiknya menceritakanya dengan terbuka sehingga anak akan lebih dapat menghayatinya secara baik dan benar

(Wirawansarwono dan Amisiamsidar, 1986: 69)

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian pendidikan seks, pentingnya pengetahuan pendidikan seks bagi siswa, dan cara melindungi anak dari pelaku kekerasan dapat disimpulkan bahwa pendidikan seks ialah pendidikan yang bertujuan mengenalkan tentang jenis kelamin dan cara menjaganya yang diperlukan oleh anak – anak yang dapat diperoleh dari membaca buku atau obrolan – obrolan kecil. Adapun pentingnya pengetahuan pendidikan seks bagi siswa agar mereka memiliki pengetahuan yang kuat mengenai masalah seksual yang bertujuan agar mereka terhindar dari orang orang yang tidak bertanggung


(47)

jawab misalnya seperti pidophil dan demi kesejahteraan dan kemantapan pribadi anak tersebut kelak setelah dewasa. Cara melindungi anak dari pelaku kekerasan ialah dengan cara mengajarkan kepada anak – anak bagaimana menjaga diri mereka dan juga memberikan pengetahuan tentang taktik atau trik pelaku kekerasan kepada anak – anak seperti 1) ikatan kasih sayang, 2) tawaran bantuan, 3) sogokan, dan 4) permainan, agar anak terhindar dari pelaku kekerasan.

2.1.5 Gerakan Literasi Sekolah

Dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa, pemerintah melalui kemdikbud meluncurkan sebuah gerakan yang disebut Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan ini bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembalajaran sepanjang hayat. Sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan didalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik

(Dikdas.kemendikbud.go.id)

Adapun tujuan khusus dari literasi sekolah (Dikdas.kemendikbud.go.id):

1) Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah.


(48)

3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Adapun prinsip – prinsip dari gerakan literasi sekolah (GLS)

(Dikdas.kemendikbud.go.id):

1) Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya

2) Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memperhatikan kebutuhan peserta didik

3) Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum 4) Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan

5) Melibatkan kecakapan berkomunikasilisan 6) Mempertimbangkan keberagaman

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian tentang Buku Cerita

Chandra, Rustika (2016) mengembangkan media buku cerita bergambar pada pelajaran IPS untuk kelas IV SDI As-Salam Malang dengan tema pahlawanku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Subyek penelitian Chandra adalh siswa SDI As-Salam kelas IV. Desain yang digunakan dalam pebgembangan media pembelajaran ini mengadopsi pada model desain Borg ang


(49)

Gall. Pengembangan media pembelajaran ini telah menghasilkan produk berupa buku cerita bergambar mata pelajaran IPS tema pahlawanku kelas IV SD. Dari hasil validasi: 1) media pembelajaran ini menunjukan kevalitan yang terbukti dengan presentasi rata – rata: (a) validasi ahli (isi) 92,00% menyatakan sangat valid, (b) hasil validasi desain 96,00% menyatakan sangat valid, (c) hasil uji coba pembelajaran (guru) 92,8 menyatakan sangat valid 2) hasil presentase tingkat kevalitanpada uji coba kelas IVA SDI As-Salam Malang menunjukan 95% menyatakan sangat valid. Sehingga terdapat perbedaan pada siswa yang menggunakan media pembelajaran dengan tidak. Maka hasil pengembangan yang telah dilakukan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama mengembangkan buku cerita untuk anak SD.

Nugroho, Deta (2016) mengembangkan buku cerita untuk menanamkan nilai – nilai karakter pada anak. Subyek penelitian Deta Nugroho adalah 5 orang siswa SD N Ngasinan. Jenis penelitian yang digunakan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Proses pengembangan buku cerita tersebut mengikuti enam langkah dari modifikasi langkah Sugiyono dan langkah Borg and Gall yaitu (1) potensi dan masalah (2) pengumpulan data (3) desain produk (4) validasi desain (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Dari hasil uji coba peneliti didapatkan data bahwa semua siswa menyukai buku cerita yang dibaca. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama mengembangkan buku cerita untuk anak SD.


(50)

2.2.2 Penelitian Tentang Pendidikan Seks

Dewi, Desi Mustika (2015) melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Pengetahuan Pendidikan Seks Melalui Layanan Informasi Pada Siswa kelas VI Madrasah Iptidaiyah Negeri Sumurejo Kota Semarang Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan desain penelitian one group pre-test. Hasil penelitian yang diperoleh, tingkat pengetahuan siswa sebelum mendapatkan layanan informasi tergolong dalam kategori rendah dengan presentase 39%. Setelah mendapatkan layanan informasi menggunakan media visual meningkat menjadi 75% dalam kategori tinggi. Dengan kata lain bahwa terjadi perubahan tingkat pengetahuan pendidikan seks siswa setelah diberikan layanan informasi. Relevansi dengan penelitian ini adalah sama-sama memberikan pendidikan seks untuk siswa SD.

Dari penelitian Rustika Chandra dengan judul Pengembangan Media Buku Cerita Bergambar Untuk Peningkatan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Islam As-Salam Malang, penelitian dari Deta Nugroho dengan judul Pengembangan Buku Cerita Untuk Menanamkan Karakter Mandiri dan Peduli Lingkungan Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah, dan penelitian dari Desi Mustika Dewi dengan judul Meningkatkan Pengetahuan Pendidikan Seks Melalui Layanan Informasi Pada Siswa Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo Kota Semarang Tahun Ajaran 2015/2016 dapat di bagankan sebagai berikut:


(51)

Gambar 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan.

Gambar di atas menunjukkan bahwa sudah ada penelitian mengenai membaca pengembangan buku cerita. Ada juga penelitian untuk meningkatkan pengetahuan seks untuk anak SD. Berdasarkan hasil penelitian yang relevan tersebut, peneliti menyadari bahwa belum ada penelitian yang mengembangkan buku cerita untuk meningkatkan pengetahuan seks untuk anak SD khususnya kelas atas. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengembangan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas Atas SD N Ngering 1 Wedi, Klaten.

Pengembangan Media

Buku Cerita

Bergambar Untuk

Peningkatan Hasil

Belajar Pada

Pembelajaran IPS

Siswa Kelas IV

Sekolah Dasar Islam As-Salam Malang

Meningkatkan Pengetahuan

Pendidikan Seks

Melalui Layanan

Informasi Pada Siswa Kelas VI Madrasah

Ibtidaiyah Negeri

Sumurrejo Kota

Semarang Tahun

Ajaran 2015/2016 Pengembangan Buku

Cerita Untuk

Menanamkan Karakter Mandiri dan Peduli

Lingkungan Siswa

Sekolah Dasar Kelas Rendah

Pengembangan buku cerita

Penelitian yang dilakukan

Pengembangan Buku cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas.


(52)

2.3 Kerangka Berpikir

Anak – anak sekolah dasar memerlukan informasi sesuai umur mereka. Begitu juga tentang pemberian materi tentang pendidikan seks dan bagian – bagian tubuh terlarang disentuh atau dipegang orang lain. Pemberian informasi ini bukan berarti pembicaraan besar yang dilakukan dalam satu waktu, melainkan obrolan – obrolan kecil yang diulang – ulang. Pemberian pendidikan seks memang memerlukan pengetahuan seks dan seksualitas, tetapi yaang paling penting adalah mengajar si anak bagaimana caranya pengetahuan itu ia gunakan dalam hidupnya (Wuryani,2008; 11). Pemberian materi tentang pendidikan seks ini bisa diberikan melalui banyak hal, misalnya dengan media buku cerita.

Buku cerita ini berisi tentang pendidikan seks yang cocok diberikan untuk anak SD. Buku ini disertai dengan ilustrasi untuk menunjang pemahaman materi pendidikan seks untuk siswa. Dengan demikian peneliti megharapkan siswa dapat meningkatkan pemahaman tentang pendidikan seks yang cocok untuk mereka. Pengetahuan mengenai seks ini sangat diperlukan oleh anak – anak, agar tidak terjadi hal - hal yang tidak diinginkan pada mereka sekarang dan dikemudian hari, seperti adanya orang – orang yang ingin melakukan tindakan yang kurang terpuji kepada anak – anak. Jika menggunakan buku cerita ini, diharapkan siswa dapat meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan seks yang berguna untuk mereka.


(53)

2.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

2.4.1 Bagaimana mengembangkan buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas?

2.4.2 Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas menurut pakar ahli?

2.4.3 Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas menurut guru SD kelas V?

2.4.4 Bagaimana kualitas buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak SD kelas atas SD N Ngering menurut hasil uji coba terbatas?


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (RnD). Research and Development (RnD) adalah penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010:407). Tujuan penelitian pengembangan yaitu ingin menilai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dirancang dan dikembangkan oleh Dick & Carey (dalam Setyosari, 2013:

230). Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian mengacu pada

prosedur penelitian Borg & Gall (dalam Setyosari, 2013: 237). Kesepuluh langkah tersebut yaitu (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, (7) revisi produk, (8) uji lapangan, (9) revisi produk akhir, (10) desiminasi dan implementasi. Berikut ini adalah gambar langkah-langkah


(55)

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Borg & Gall

Penelitian ini berhenti pada langkah ketujuh. Hal ini disebabkan karena beberapa hal: Pertama, secara teoritis Borg & Gall juga memperbolehkan sebuah penelitian pengembangan untuk berhenti pada langkah ketujuh. Kedua, jika sampai tahap desiminasi dan implementasi akan membutuhkan biaya yang sangat banyak.

3.2 Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan meliputi langkah – langkah yang dilakukan. Prosedur pengembangan penelitian ini menghasilkan produk akhir buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk kelas atas. Langkah – langkah pengembangan produk ini menggunakan model penelitian Borg and Gall (Setyosari, 2013).


(56)

Penelitian ini tidak mengambil seluruh langkah dari teori Borg and Gall. Prosedur pengembangan disesuaikan dengan penelitian yang diambil untuk mengembangkan buku cerita anak. Peneliti mengembangkan produk ini dengan memodifikasi model pengembangan Borg & Gall (Setyosari, 2013). Hasil modifikasi ini menghasilkan tujuh langkah penelitian. Tujuh langkah prosedur penelitian pengembangan ini yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan informasi awal, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk awal, (4) uji coba awal, (5) revisi produk, (6) uji coba lapangan, dan (7) revisi produk.

Berikut adalah gambar langkah-langkah prosedur penelitian yang dilakukan.


(57)

3.2.1 Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal

Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah. Peneliti melakukan analisis kebutuhan untuk mengetahui adanya potensi dan masalah. Analisis kebutuhan dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan Ibu TM dan Bapak AW yang merupakan guru kelas IV dan V SD di SD Ngering. Wawancara ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya fakta dan masalah yang terjadi di lapangan.

Masalah yang terjadi adalah guru masih sangat merasa kebingungan ketika akan memberikan materi pendidikan seks yang dirasa penting untuk anak SD, hal itu dikarennakan kurangnya buku pegangan untuk guru yang memuat pendidikan seks dan juga buku bacaan yang memuat pendidikan seks untuk anak SD.

3.2.2 Perencanaan

Hasil wawancara tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan produk yang berupa buku cerita anak berbasis pendidikan seks. Perencanaan untuk pembuatan buku cerita anak dilakukan dengan melakukan studi pustaka, mencari bahan melalui internet, dan mengumpulkan bahan dari berbagai sumber. Langkah selanjutnya adalah pengembangan instrumen assessment. Pengembangan instrumen assessment dilakukan dengan pembuatan kuesioner untuk validasi. Kuesioner ini digunakan untuk menilai buku cerita yang telah dibuat.

3.2.3 Pengembangan Produk Awal

Presentasi produk dimulai dengan menentukan desain awal buku cerita. Desain awal dilakukan dengan membuat rancangan alur isi buku cerita.


(58)

Pengembangan produk awal ini juga dipilih menggunakan bahan cetak. Desain awal buku cerita dicetak menggunakan kertas ivory 260 untuk cover dan ivory 210 untuk bagian isi. Buku ini berisi tentang pendidikan seks yang baik untuk anak SD kelas atas, selain berisi teks bacaan buku ini juga memuat gambar yang menarik sehingga siswa berminat untuk membacanya.

3.2.4 Uji Coba Awal

Produk yang dikembangkan akan divalidasi oleh pakar ahli dan guru kelas atas yaitu guru kelas V SD. Validator memvalidasi produk ini dengan sebuah instrumen yang telah disiapkan. Validasi produk ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan saran serta penilaian produk yang dikembangkan oleh peneliti. Kritik dan saran tersebut untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan produk yang dikembangkan sebagai perbaikan terhadap buku cerita anak. Uji coba awal ini merupakan evaluasi formatif.

3.2.5 Revisi Produk

Revisi produk dilakukan setelah mendapatkan kritik dan saran hasil validasi validator yaitu pakar dan guru kelas atas yaitu guru kelas V SD. Peneliti melakukan revisi terhadap produk yang dibuat berdasarkan hasil validasi pakar yang terdapat atau disampaikan dalam instrumen. Revisi dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari produk yang telah divalidasi oleh pakar.

3.2.6 Uji Coba Lapangan

Setelah melakukan revisi pada produk sesuai dengan kritik saran dari validator, produk kemudian diujicobakan. Uji coba lapangan dilaksanakan pada tanggal 21 November 2016 – 26 November 2016. Uji coba lapangan melibatkan


(59)

siswa kelas atas yaitu siswa kelas V SD N Ngering 1. Subjek uji coba berjumlah 8 siswa dengan lima siswa perempuan dan tiga siswa laki - laki. Setelah para siswa selesai melakukan uji coba, siswa menilai produk dengan sebuah kuesioner untuk mengetahui produk tersebut sudah sesuai dan baik untuk siswa atau belum.

3.2.7 Revisi Produk

Revisi produk dilakukan setelah uji coba lapangan. Produk yang sudah di uji cobakan kepada siswa akan mendapat masukan dari siswa melalui kuesioner. Hasil revisi dari produk ini akan menjadi desain produk akhir buku cerita anak berbasis pendidikan seks untuk anak.

Penelitian menggunakan tujuh langkah pengembangan tersebut karena pengembangan produk buku cerita ini merupakan pengembangan secara terbatas. Penelitian ini juga masih memerlukan masukan serta saran dari semua pihak sehingga buku buku ini layak digunakan oleh siswa. Ketujuh langkah tersebut akan membantu peneliti dalam menghasilkan buku cerita anak ini sehingga dapat bermanfaat dan layak digunakan untuk siswa SD kelas atas yang akan menggunakan produk tersebut.

3.3 Setting Penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian pengembangan ini adalah delapan siswa kelas V SD Ngering Tahun Ajaran 2016/2017. Kedelapan siswa kelas V tersebut diambil untuk mewakili siswa kelas atas dan dengan rata-rata prestasi mulai dari siswa dengan predikat pintar, sedang, dan kurang. Kesepuluh siswa subjek uji coba


(60)

tersebut tiga laki-laki dan lima perempuan. Pemilihan kedelapan siswa ini dilakukan dengan bantuan wali kelas agar lebih mudah dalam pelaksanaannya.

3.3.2 Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah buku cerita anak berbasis pendidikan seks yang diperuntukan untuk anak SD kelas atas.

3.3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian pengembangan ini dilakukan di salah satu SD di Klaten. Tepatnya adalah SD Ngering yang beralamat di Ngering, Ngering, Wedi, Klaten.

3.3.4 Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan sejak wawancara sampai pada revisi dilakukan mulai September 2016 hingga November 2016. Waktu penelitian dijabarkan sebagai berikut.

3.4 Uji Validasi Produk

3.4.1 Uji Validasi Produk oleh Pakar

Pakar yang memvalidasi produk berupa buku cerita ini adalah pakar ahli dan guru kelas atas yaitu guru kelas V SD. Uji validasi produk ini merupakan tindak lanjut dari desain buku cerita anak yang sudah dibuat oleh peneliti. Validasi oleh pakar berupa penilaian secara kuantitatif dan juga komentar. Hasil validasi produk oleh pakar nantinya akan dijadikan dasar untuk merevisi buku cerita anak agar lebih layak digunakan dalam uji coba terbatas.


(61)

3.4.2 Uji Validasi Produk melalui Uji Coba Lapangan

Buku cerita yang telah divalidasi dan direvisi selanjutnya diuji validasi melalui uji coba lapangan. Uji coba lapangan merupakan hal penting untuk mengetahui kelayakan produk pengembangan. Uji coba terbatas ini dilakukan pada siswa kelas V sebagai subjek penelitian. Uji coba ini dilakukan oleh delapan siswa dengan melihat – lihat dan membaca buku cerita, serta memahami makna dari buku cerita. Di akhir uji coba, siswa diminta mengisi kuesioner berkaitan dengan produk buku tersebut. Hasil kuesioner ini yang akan digunakan peneliti untuk merevisi produk agar menghasilkan produk akhir yang layak digunakan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk

mendapatkan data, dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2010: 308). Teknik pengumpulan data terdiri dari tes dan non tes. Penelitian pengembangan ini menggunakan teknik non tes. Jenis kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Yaitu responden tinggal memilih jawaban – jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti. Responden tidak boleh memberikan jawabanya secara bebas.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner. Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk melakukan survei kebutuhan. Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas IV dan V SD N Ngering, Klaten. Data kemudian dianalisis untuk mendapatkan informasi mengenai kesulitan pemberian pendidikan seks kepada anak SD kelas atas serta


(62)

kebutuhan siswa akan buku bacaan yang berisi tentang pendidikan seks. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner bertujuan untuk memvalidasi dan membantu peneliti dalam melakukan revisi atas buku tersebut. Teknik non tes digunakan untuk melihat perkembangan pemahaman tentang pendidikan seks siswa.

3.5.1 Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan untuk mendapatkan berbagai informasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber. Wawancara memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk memperoleh informasi berkaitan dengan situasi atau kondisi tertentu, melengkapi hasil dari penyelidikan ilmiah, dan memperoleh data untuk mempengaruhi situasi tertentu (Arifin, 2009: 158). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara langsung. Peneliti menggunakan wawancara langsung karena pada pelaksanaannya peneliti berhadapan langsung dengan narasumber.

Peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk memudahkan dalam memperoleh informasi pokok. Pedoman wawancara menjadi acuan dalam melakukan wawancara ini agar informasi pokok dapat diperoleh dengan lebih jelas. Wawancara ini dilakukan kepada guru SD kelas IV dan V di SD N Ngering 1. Wawancara dilakukan pada tanggal 10 September 2016. Hasil dari wawancara ini diolah dan digunakan untuk menganalisis masalah serta potensi.

3.5.2 Kuesioner

Kuesioner atau angket adalah alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara tertulis (Jihad, 2012:70). Kuesioner merupakan alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi, pendapat, dan paham


(63)

dalam hubungan kausal (Arifin, 2009:166). Peneliti menggunakan bentuk kuesioner yang berstruktur dengan bentuk jawaban tertutup tetapi menggunakan alternatif jawaban diberikan secara terbuka. Hal ini karena dalam kuesioner validator dapat memberikan komentar, tanggapan dan saran yang dapat digunakan oleh peneliti untuk merevisi produk yang divalidasi.

Lembar kuesioner validasi ini diisi oleh validator ahli dan guru kelas V SD serta delapan siswa kelas V SD. Validasi kuesioner dibedakan antara validasi pakar dan validasi siswa sebagai subjek uji coba lapangan. Hasil validasi tersebut kemudian diolah dengan teknik analisis data sehingga didapatkan skor validasi. Hasil validasi melalui kuesioner dapat digunakan sebagai masukan untuk melakukan revisi atas buku cerita yang dibuat.

3.6 Instrumen Penelitian

Penelitian pengembangan ini menggunakan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan wawancara dan kuesioner. Daftar pertanyaan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan terhadap buku cerita anak berbasis pendidikan seks.

3.6.1 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat yang digunakan sebagai pengumpulan data dalam suatu penelitian, sehingga skala pengukuran instrumen dapat menentukan satuan yang diperoleh, sekaligus jenis data atau tingkatan data (Siregar, 2010:138).


(64)

3.6.1.1Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam melakukan wawancara dengan guru kelas atas. Wawancara bertujuan untuk mengetahui kesulitan atau kendala dalam proses pemberian pendidikan seks untuk siswa kelas atas. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV dan V untuk mengetahui kondisi awal siswa berkaitan dengan pendidikan seks yang dibutuhkan guru ketika akan memberikan pendidikan seks kepada siswa kelas atas. Soal wawancara terdiri dari enam pertanyaan pokok. Peneliti juga memperoleh informasi mengenai kebutuhan untuk mengembangkan buku anak berbasis pendidikan seks dari hasil wawancara ini. Berikut ini adalah pedoman pertanyaan wawancara.

Tabel 3.1 Daftar Pertanyaan Wawancara

No DaftarPertanyaanWawancara

1 Apakah Bapak/Ibu memberikan pendidikan seks di SD?

2 Apakah pendidikan seks perlu diberikan di SD?

3 Apakah ibu/bapak merasa kesulitan saat memberikan materi

pendidikan seks di kelas?

4 Apakah anak-anak mendapat pendampingan pembelajaran

seks di rumah?

5 Apakah Bapak/Ibu guru membutuhkan sebuah media untuk

membantu siswa dala memberikan materi pendidikan seks?


(65)

3.6.1.2Kuesioner

Kuesioner digunakan peneliti sebagai acuan dalam merevisi produk menjadi lebih baik. Peneliti menggunakan kuesioner dalam proses validasi baik oleh pakar, guru kelas atas yaitu kelas V SD, maupun siswa kelas atas yaitu kelas V SD sebagai subjek penelitian. Kuesioner ini berisi penilaian terhadap produk yang dibuat oleh peneliti. Dalam kuesioner terdapat pernyataan-pernyataan yang disesuaikan dengan spesifikasi produk yang dikembangkan serta kolom untuk mengisi komentar dan saran bagi peneliti. Pertanyaan pada kuesioner ini sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam melakukan penelitian.

Indikator untuk mengembangkan kuesioner telah dikonsultasikan dengan pakar ahli bahasa indonesia dan psikologi. Indikator yang terpenting adalah tentang bahasa yang sesuai dengan anak SD kelas atas, gambar untuk anak Sd kelas atas, konten pendidikan yang sesuai dengan anak SD kelas atas.

.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Uji Validasi untuk Pakar dan Guru

Indikator Deskriptor Nomor Item

Desain dan pengorganisasian

1. Kelengkapan komponen dalam buku cerita. 1

2. Tampilan fisik dari uku cerita menarik. 2

3. Kelengkapan buku cerita. 3

4. Keruntutan buku cerita. 4

5. Kemudahan untuk dipahami. 5

Kebahasaan dan isi

6. Tampilan fisik huruf dan gambar buku cerita menarik.

6

7. Penggunaan bahasa tulis yang baik. 7

8. Memuat materi pendidikan seks. 8

9. Memuat 3 tahap belajar (konkret, semi konkret, abstrak).

9 10. Pemberian ilustrasi yang dapat membantu siswa

dalam memahami materi.

10 Tujuan dan

pendekatan

11. Buku cerita sesuai dengan kondisi lingkungan siswa.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Lampiran 7

BIODATA PENULIS

Danang Widagdo lahir di Klaten, 14 Oktober 1993. Pendidikan pertama diperoleh di TK Pertiwi Klaten dan tamat pada tahun 1999. Pendidikan dasar diperoleh di SD N 2 Birit, Klaten, Jawa Tengah, tamat pada tahun 2005. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 1 Wedi, Klaten, Jawa Tengah tamat pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas diperoleh SMA Negeri 1 Wedi, Klaten, Jawa tengah, tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2013, peneliti melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Pendidikan di perguruan tinggi diakhiri dengan menulis skripsi yang

berjudul “Pengembangan Buku Cerita Anak Berbasis Pendidikan Seks Untuk Anak SD Kelas Atas.

Selama menempuh pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan. Berikut daftar kegiatan dan prestasi yang pernah diikuti oleh peneliti.

1. Anggota Publikasi dan Dokumentasi Insipro tahun 2014. 2. Wakil Ketua Sport League tahun 2014.

3. Koordinator Publikasi dan dokumentasi Insipro tahun 2015.

4. Anggota Devisi Publikasi Dokumentasi Malam Kreativitas Mahasiswa Tahun 2015.

5. Publikasi dan Dokumentasi Seminar “Reinventing Childhood Education” tahun 2015.


(6)