Hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PAKAIAN PADA SISWI SMU STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

Natalia Kristanti 0291114139 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.

Variabel dalam penelitian ini adalah konsep diri dan perilaku konsumtif. Kedua variabel diukur dengan menggunakan skala. Koefisien reliabilitas skala konsep diri adalah sebesar 0,936 sedang koefisien reliabilitas skala perilaku konsumtif sebesar 0,963. Validitas skala konsep diri dan skala perilaku konsumtif menggunakan indeks daya beda item ≥ 0,30 dan ≥ 0,27.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dan perilaku konsumtif. Semakin positif konsep dirinya maka semakin rendah perilaku konsumtifnya, sebaliknya apabila konsep dirinya negatif maka perilaku konsumtifnya cenderung tinggi. Hipotesis penelitian dianalisis dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson.

Subyek penelitian ini adalah siswa putri SMU Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah 60 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi r = 0,562 dengan taraf signifikansi 0,01. Hal ini berarti hipotesis penelitian ini diterima atau ada hubungan negatif antara konsep diri dan perilaku konsumtif.


(2)

ABSTRACT

THE CORRELATION OF SELF CONCEPT AND CONSUMTIVE BEHAVIOR ABOUT CLOTHES AT STUDENT of STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

HIGH SCHOOL

Natalia Kristanti 029114139 Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

The aim of this research was to know the correlation between self concept and consumptive behavior about clothes at Stella Duce 2 High School Yogyakarta. Type of this research was correlation research.

The variables in this research were self concept and consumptive behavior. Both variables are measured using scale. The reliability coefficient of self concept scale was 0,936, while the reliability coefficient of consumptive behavior scale was 0,963. The validities of self concept and consumptive behavior scale used item differentiability index criteria ≥ 0,30 and ≥ 0,27.

The hypothesis of this research was “there is negative correlation between self concept and consumptive behavior” which mean, if the self concept was positive, the consumptive behavior would be low. And if the self concept was negative, the consumptive behavior would be high. The hypothesis was analyzed using correlation of Pearson’s Product Moment.

The subject of this research was female student at Stella Duce 2 High School Yogyakarta, with 60 students as subject. The result of this research showed that the correlation was (r) = 0,562 with significance level of 0,01. It means the hypothesis was accepted or there was negative correlation between self concept and consumptive behavior.


(3)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN

PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PAKAIAN

PADA SISWI SMU STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh: Natalia Kristanti NIM: 029114139

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

ii ii


(5)

iii iii


(6)

(7)

MOTTO

Dia sanggup mengubah apa yang tidak mungkin

menjadi suatu keajaiban atas keagungan nama-Nya

Dia sanggup memulihkan, memperbaiki dan mendampingi hidupku

saat ini sampai selamanya

( stories from Heaven )

Jangnlah cemas, janganlah takut.

Di dalam Tuhan berlimpah rahmat.

Janganlah cemas, janganlah takut.

Serahkan Tuhan.

( Taize : Nada te turbe)

Jiwa yang penuh cinta tak akan pernah lelah.

(Taize : El alma)


(8)

(9)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan untuk :

W

Tuhanku, Yesus Kristus Sang Maha Cinta.

W

Ayah

R

ibuku, Bapak Yohanes Sisworo dan Ibu Maria Theresia Kartini

yang dengan tulus memberikan doa dan kasih sayang demi keberhasilanku

selama ini dan sampai nanti.

W

Kakak-kakakku; Mba Wati, Mba Sisca

R

Mas Dandi, Mas Heri,

terimakasih atas perhatian dan dorongan semangatnya.

W

Sahabat, teman

R

saudara yang selalu setia memberikan dukungan doa dan

semangat.

W

Abraham Pinzon, terimakasih atas cinta

R

perhatian yang indah selama

ini.

W

Semua orang yang menyayangiku. Thank you…..


(10)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PAKAIAN PADA SISWI SMU STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

Natalia Kristanti 0291114139 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.

Variabel dalam penelitian ini adalah konsep diri dan perilaku konsumtif. Kedua variabel diukur dengan menggunakan skala. Koefisien reliabilitas skala konsep diri adalah sebesar 0,936 sedang koefisien reliabilitas skala perilaku konsumtif sebesar 0,963. Validitas skala konsep diri dan skala perilaku konsumtif menggunakan indeks daya beda item ≥ 0,30 dan ≥ 0,27.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dan perilaku konsumtif. Semakin positif konsep dirinya maka semakin rendah perilaku konsumtifnya, sebaliknya apabila konsep dirinya negatif maka perilaku konsumtifnya cenderung tinggi. Hipotesis penelitian dianalisis dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson.

Subyek penelitian ini adalah siswa putri SMU Stella Duce 2 Yogyakarta yang berjumlah 60 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi r = 0,562 dengan taraf signifikansi 0,01. Hal ini berarti hipotesis penelitian ini diterima atau ada hubungan negatif antara konsep diri dan perilaku konsumtif.


(11)

ABSTRACT

THE CORRELATION OF SELF CONCEPT AND CONSUMTIVE BEHAVIOR ABOUT CLOTHES AT STUDENT of STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

HIGH SCHOOL

Natalia Kristanti 029114139 Faculty of Psychology Sanata Dharma University

Yogyakarta

The aim of this research was to know the correlation between self concept and consumptive behavior about clothes at Stella Duce 2 High School Yogyakarta. Type of this research was correlation research.

The variables in this research were self concept and consumptive behavior. Both variables are measured using scale. The reliability coefficient of self concept scale was 0,936, while the reliability coefficient of consumptive behavior scale was 0,963. The validities of self concept and consumptive behavior scale used item differentiability index criteria ≥ 0,30 and ≥ 0,27.

The hypothesis of this research was “there is negative correlation between self concept and consumptive behavior” which mean, if the self concept was positive, the consumptive behavior would be low. And if the self concept was negative, the consumptive behavior would be high. The hypothesis was analyzed using correlation of Pearson’s Product Moment.

The subject of this research was female student at Stella Duce 2 High School Yogyakarta, with 60 students as subject. The result of this research showed that the correlation was (r) = 0,562 with significance level of 0,01. It means the hypothesis was accepted or there was negative correlation between self concept and consumptive behavior.


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kasih dan segala rahmat dari Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai langkah hidup penulis sehingga saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari banyak kendala dan keterbatasan yang mengiringi penulisan skripsi ini, namun dengan bantuan dari banyak pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Sadar akan keterbatasan itu maka penulis ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1 Bpk. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2 Ibu M.L. Anantasari, S.Psi., M. Msi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan dan semangat dalam menyelesaikan penulisan ini.

3 Bpk. Agung Santoso, S.Psi dan Ibu MM. Nimas Eki S., S.Psi selaku dosen Pembimbing Akademik penulis, terimakasih atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan di fakultas ini. 4 Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 5 Mas Gandung, Mba Nanik dan Pak Giyono yang selalu setia membantu

kelancaran pengurusan administrasi kesekretariatan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi.


(13)

6 Mas Muji dan Mas Doni yang selama ini telah membantu kelancaran

penulis dan hal praktikum dan kelengkapan bahan bacaan di Fakultas Psikologi Universtas Sanata Dharma, Yogyakarta.

7 Bpk. H.F Rosyid, dosen Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan selaku penulis jurnal Perilaku Konsumtif Berdasarkan Locus Of Control Pada Remaja Putri yang telah memberikan penjelasan. 8 Keluarga besar SMU Stella Duce 2 Yogyakarta.

9 Bapak Yohanes Sisworo & Ibu Maria Theresia Kartini. Terimakasih atas doa, kasih sayang, perhatian, kesabaran dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini.

10 Mba Wati, Mba Sisca dan Mas Dandi, Mas Heri. Kasih dan saying kalian sehingga membuat persaudaraan kita menjadi indah. Terimakasih kakak…

11 Sahabat – sahabatku : Lisna, “terimakasih atas persahabatan kita”

Mitha,“ apakah pahlawan selalu datang belakangan??” Ntri,“senang berteman dan bekerjasama dengan Anda!!!Ha..ha..ha..”

Fista, “kangen ki…Ha..ha..ha..” Thea,“kapan curhat bareng??”

Ajeng,“Jeng, aku BISA!!!” Nophek,“thanks, berkat dirimu skalaku laris”

Lia(Yak..Yuk….) “apa kabar kau disana?” Trisa, “Cuma kamu yang gak kelihatan dan kedengaran, where are you??”

12 Teman-teman seperjuangan : Joe (si coklat kopi dari Sukabumi) ”Joe, yang namanya Tanti memang gak ada matinya !!!!!!” Rio (si pria

yang cool dari Cilacap)Rio, Satu langkah telah kita lewati!!!”


(14)

Lisna (si “Audi”ala Paingan) “ Lisna, aku bangga padamu, kaulah yang pertama diantara kita, tunggulah aksi kami!!!!

13 Teman berbagi cerita : Ucik, “Cik kamu dimana?sukses untukmu!!” Ohaq, “Terimakasih atas kesempatan semalam bersamamu di karaoke, lama-lama bersamamu aku bisa jadi GILA!!!!” Obet, “Apa kabarmu di ujung sana?sukses yah!!!!” Tanti (Import), “Haya…Lu olang tuh renyah bangged ha, apalagi kalo Lu olang lagi curhat.. ugh.. top abiz la..”

14 Abraham Pinzon, pria yang selalu mengisi hari-hariku dengan cinta.

Terimakasih Mas Abe………

15 Perangkat penunjuang kesuksesan hidupku : blacky (computer), grey lady (printer), tjoengkrik (motor cycle).

16 Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun guna menunjang kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca sekalian.

Yogyakarta, Maret 2008 Penulis

Natalia Kristanti


(15)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……….. i

Halaman Persetujuan ……….. ii

Halaman Pengesahan ………. iii

Pernyataan Keaslian Karya ………... iv

Halaman Motto ……… v

Halaman Persembahan ……….. vi

Abstrak ……….. vii

Abstract ………. viii

Kata Pengantar ……….. ix

Daftar Isi ……… xii

Daftar Lampiran ……… xvi

Daftar Tabel ………. xvii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A LATAR BELAKANG MASALAH ………... 1

B RUMUSAN MASALAH ……… 7

C TUJUAN PENELITIAN ………. 7

D MANFAAT PENELITIAN ………... 8


(16)

BAB II LANDASAN TEORI ……… 9

A KONSEP DIRI 1. Pengertian Konsep Diri ……… 9

2. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif ……….. 10

3. Aspek Konsep Diri ……….. 11

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ………. 12

B PERILAKU KONSUMTIF ………..………. 15

1. Pengertian Perilaku Konsumtif ……… 15

2. Aspek-Aspek Perilaku Konsumtif ………... 17

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif ………. 18

C REMAJA ………. 21

1. Pengertian Remaja ……….... 21

2. Ciri-ciri Remaja ……… 22

D PERILAKU KONSUMTIF REMAJA ………... 24

1. Perilaku Konsumtif Pada Remaja ………. 24

2. Objek Perilaku Konsumsi Remaja ……….. 26


(17)

E HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI

DAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PAKAIAN PADA SISWI SAMU STELLA DUCE 2

YOGYAKARTA………... … 27

F. HIPOTESIS ………. 31

BAB III METODE PENELITIAN ………. 32

A. JENIS PENELITIAN ……….. 32

B. VARIABEL PENELITIAN ……… 32

C. DEFINISI OPERASIONAL ………... 32

D. SUBYEK PENELITIAN ……… 34

E. METODE PENGUMPULAN DATA ……… 35

F. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ……… 38

G. METODE ANALISIS DATA ……… 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 41

A. PERSIAPAN PENELITIAN ……… 41

B. PELAKSANAAN PENELITIAN ……… 44

C. DESKRIPSI SUBYEK ………. 44

D. HASIL PENELITIAN ………. 45

E. PEMBAHASAN ………. 49


(18)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 56

A SARAN ………. 56

B KESIMPULAN ………...………. 57

DAFTAR PUSTAKA ……….. 59

LAMPIRAN ……… 62


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. DATA UJI COBA ………. 63

Lampiran 2. RELIABILITAS SKALA ……… 85

Lampiran 3. DATA PENELITIAN ……….. 94

Lampiran 4. UJI NORMALITAS ……… 112

Lampiran 5. UJI LINEARITAS ……….... 113

Lampiran 6. UJI HIPOTESIS ……….. 114 Lampiran 7. SURAT IJIN PENELITIAN

DAN KETERANGAN PENELITIAN


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor berdasarkan Kategori Jawaban ……….. 36 Tabel 2 Distribusi Item Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba ……… 36 Tabel 3 Skor berdasarkan Kategori Jawaban ………. 37 Tabel 4 Distribusi Item Skala Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian

Sebelum Uji Coba ………. 38 Tabel 5 Distribusi Item Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba ……… 42 Tabel 6 Distribusi Item Skala Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian

Setelah Uji Coba ……….. 44 Tabel 7 Data Penelitian ………. 45 Tabel 8 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmologorov Smirnov …… 47 Tabel 9 Hasil Perhitungan Uji Linearitas ………. 48 Tabel 10 Tabel Analisis Korelasional ………. 49


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Dewasa ini berbagai produk ditawarkan kepada konsumen. Berbagai media masa baik cetak maupun elektronik mulai menampilkan sejumlah informasi tentang suatu produk. Media yang diperuntukkan khusus bagi kalangan tertentu pun didalamnya juga memuat sejumlah informasi tentang suatu produk, khususnya produk pakaian. Sebagai contoh, majalah yang diperuntukkan khusus remaja saat ini didalamnya memuat berbagai iklan tentang produk pakaian. Jenis pakaian yang ditawarkan pun sangat bervariatif, mulai dari pakaian yang mereknya kurang dikenal sampai sangat terkenal. Media televisi dan radio juga tidak kalah menyiarkan berbagai informasi tersebut. Pusat perbelanjaan pun seperti mall, toko dan supermarket pun juga tak luput dari kegiatan iklan dan promosi.

Produk-produk yang ditawarkan kepada konsumen ini bukan hanya barang yang dapat memuaskan kebutuhan seseorang, tetapi terutama adalah produk yang dapat memuaskan kesenangan konsumen. Lina dan Rosyid (1997) menyebutkan lewat informasi yang diberikan oleh beberapa media secara tidak langsung mengubah kebiasan dan gaya hidup seseorang dalam jangka waktu yang relatif singkat menuju kearah kehidupan mewah dan cenderung berlebihan yang pada ujungnya akan menimbulkan pola hidup


(22)

konsumtif. Gejala-gejala ini menurut Lina dan Rosyid (1997) mengindikasikan adanya kecenderungan perilaku konsumtif.

Lubis (dalam Lina dan Rosyid,1997) mengartikan perilaku konsumtif sebagai suatu perilaku membeli yang tidak lagi didasarkan pertimbangan yang rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi.Wilkie & Williem (1994) memaparkan hal ini dapat terjadi karena pembelian tidak lagi didasarkan pada faktor kebutuhan (wasteful) tetapi sudah pada taraf keinginan yang berlebihan

Mahendra (2002) menambahkan bahwa perilaku konsumtif ini berkaitan dengan kecenderungan materialistik, kemewahan dan segala hal yang dianggap paling mahal dan memberikan prestige tersendiri bagi seseorang. Orang berusaha untuk memenuhi kesenangan dan keinginan demi gengsi. Orang merasa bangga, percaya diri dan dihargai jika ia telah memiliki sesuatu yang mewah, lebih daripada yang lain. Lina dan Rosyid (1997) menyebutkan ada tiga aspek yang terdapat dalam perilaku konsumtif ini, diantaranya: aspek impulsive buying, aspek non rational dan aspek wasteful

buying.

Mangkunegara (1988) menyebutkan bahwa dua faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen diantarnya faktor ekternal dan faktor internal. Faktor ekternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga. Sedangkan faktor internal meliputi motivasi, harga diri, pengamatan dan proses belajar, kepribadian dan konsep diri.


(23)

Remaja adalah salah satu golongan dalam masyarakat yang tidak lepas dari pengaruh kegiatan konsumtif ini. Wahyono (dalam Lina dan Rosyid,1997) mencoba menunjukkan kenyataan bahwa gerakan hidup mewah atau konsumtif ini salah satunya dilakukan oleh remaja putri. Hadipranata (dalam Lina dan Rosyid,1997) mengamati bahwa wanita memiliki kecenderungan lebih besar untuk berperilaku konsumtif dibanding pria. Hal ini disebabkan karena konsumen wanita cenderung lebih emosional sehingga cenderung mudah untuk terpengaruh sehingga akhirnya terdorong untuk berperilaku konsumtif.

Campbell (dalam Santrock, 2003) menyebutkan bahwa remaja putri memiliki perhatian yang penting terhadap kencan, berbelanja dan penampilan mereka dibandingkan remaja pria. Hal ini diperkuat oleh Kefgen dan Specht (dalam Lina dan Rosyid,1997) yang mengemukakan bahwa remaja putri membelanjakan uang hampir dua kali lipat lebih banyak dari pada remaja pria. Remaja putri pada usia antara 16 sampai 19 tahun cenderung membelanjakan uang lebih banyak untuk keperluan menunjang penampilan diri. Kefgen dan Specht (dalam Lina dan Rosyid,1997) menyebutkan produk pakaian adalah produk yang sangat banyak diminati oleh remaja putri dibanding produk yang lain karena dengan pakaian dapat meningkatkan penampilan diri mereka.

Hurlock (1980) menyebutkan salah satu cara untuk mengangkat diri remaja sendiri adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk pakaian dan barang-barang lainnya yang mudah terlihat. Anggraini (2001) menjelaskan bahwa pakaian merupakan hal yang penting bagi remaja karena


(24)

mereka memiliki keingian untuk selalu tampil menarik. Gunarsa (1986) menambahkan salah satu tujuan remaja berpenampilan menarik adalah karena ingin menarik perhatian dari lawan jenisnya. Remaja ingin menunjukkan penampilan dirinya yang superior agar diperhatikan dan diakui eksistensinya

Loudan dan Bitta (1984) juga menyebutkan bahwa pada dasarnya remaja adalah kelompok yang berorientasi konsumtif, karena kelompok ini suka mencoba hal-hal yang baru. Remaja akan cenderung meniru mode-mode yang baru. Monks, dkk (1995) menambahkan konsumen remaja mempunyai keinginan membeli yang tinggi, sebab pada umumnya remaja memiliki karakteristik tersendiri dalam hal berpakaian, berdandan, gaya, potongan rambut dan kesenangan akan musik. Tanpa disadari hal tersebut mendorong seseorang untuk membeli dan membeli terus sehingga menyebabkan remaja akhirnya terjerat dalam perilaku konsumtif.

Hasil penelitan yang dilakukan oleh Harter (dalam Santrock, 2003) menunjukkan bahwa penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri secara umum, dan setelah itu baru berkorelasi dengan penerimaan sosial dari teman sebayanya. Lord & Eccles (dalam Santrock, 2003) juga menambahkan adanya suatu penelitian tentang hubungan antara konsep diri remaja dan ketertarikan fisik dimana ini merupakan faktor terkuat untuk meramalkan rasa percaya diri keseluruhan dari remaja.

Gunarsa (1986) menyebutkan remaja mengalami berbagai macam perubahan fisiknya. Perbedaan antara harapan dan kenyataan akan keadaan fisik remaja bisa jadi menimbulkan masalah sehingga sulit baginya untuk


(25)

menerima keadaan fisiknya. Remaja bukan hanya sulit untuk menerima keadaan fisiknya atas perubahannya fisiknya, penampilan juga bisa menjadi sumber kesulitan. Penampilan yang tidak sesuai dengan penampilan yang diidamkan akan membuat dirinya kecewa dan bisa merintangi usaha untuk memperluas ruang gerak pergaulannya.

Hurlock (1980) memaparkan bahwa hanya sedikit remaja yang merasa puas pada kondisi mereka dan akan memikirkan cara untuk dapat memperbaiki penampilan mereka. Anggraini (2001) menambahkan bahwa remaja yang kurang bisa menerima keadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya akan cenderung mengkonsumsi produk pakaian bermerek sebagai sarana menutupi kekurangan kondisi fisik. Gunarsa (1986) menyebutkan nama dan pakaian mempunyai pengaruh yang cukup penting bagi perkembangan konsep diri seorang remaja. Kita dapat menilai atau mempunyai gambaran mengenai bagaimana remaja itu melihat dirinya sendiri melalui cara berpakaiannya.

Anggraini (2001) menerangkan bahwa setiap orang memilik konsep diri yang berbeda, termasuk remaja. Remaja yang memiliki konsep diri yang positif akan dapat menerima keadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya, memiliki harapan yang realistik dan memiliki kepercayaan diri. Remaja yang memiliki konsep diri yang positif akan cenderung tampil seadanya tanpa perlu memakai produk-produk yang sedang manjadi trend atau pun yang mewah. Wilujeng (1988) menyebutkan, dari hasil penelitiannya bahwa konsep diri


(26)

berhubungan negatif dengan sikap konsumtif dimana apabila semakin positif konsep dirinya maka akan semakin rendah sikap konsumtifnya.

Konsep diri menurut Rakhmat (1998) adalah suatu gambaran bagaimana kita mengamati dan menilai diri kita. Berzonsky (1981) menyebutkan bahwa untuk mengerti konsep diri yang dimiliki seseorang maka kita dapat melihatnya lewat penilaian orang lain terhada dirinya. Penilaian konsep diri tersebut meliputi beberapa aspek, diantaranya: aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial dan aspek moral. Adler (1985) menyebutkan bahwa orang yang memilki konsep diri yang positif cenderung akan menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya. Konsep diri menurut Rakhmat (1998) dibentuk lewat beberapa faktor diantaranya oleh orang lain. Sullivan (dalam Rakhmat, 1980) menjelaskan bila kita diterima, dihormati, dan disenangi karena keadaaan diri kita maka kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri adalah kelompok rujukan.

Penelitian ini berbeda dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Wilujeng (1988). Subyek penelitian kali ini hanya terdiri dari remaja putri saja dan objek perilaku konsumtifnya adalah pakaian. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Wilujeng (1988) tidak berfokus pada satu jenis kelamin dan tidak memilih salah satu objek pun. Pakaian pada penelitian kali ini dipilih sebagai objek perilaku konsumtif karena Anggraeni (2001) menyebutkan pakaian merupakan hal yang paling penting bagi remaja yang mana mereka pada masa ini memiliki keinginan untuk selalu tampil menarik.


(27)

Penelitian tentang konsep diri dan perilaku konsumtif ini akan dilakukan di SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. SMU Stella Duce 2 yang kesemua siswinya masuk dalam kategori remaja ini adalah salah satu sekolah non-koedukasi. Hasil penelitian Wiswi (2005) menyebutkan bahwa siswi yang bersekolah di SMU non-koedukasi cenderung bertingkah laku sama atau berperilaku sesuai dengan kelompok sehingga mereka cenderung meniru apa yang dilakukan atau digunakan oleh anggota kelompoknya. Menurut Mangkunegara (1988) kelompok ini memberikan pengaruh dalam melakukan perilaku konsumtif.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ada sebuah fenomena dimana remaja putri cenderung berperilaku konsumtif terhadap pakaian. Remaja mengenakan pakaian guna menutupi kekurangan yang ada pada dirinya namun remaja yang memiliki konsep diri positif akan dapat menerima keadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya dan memiliki kepercayaan diri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta.

B Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :

Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta?


(28)

C Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta.

D Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman tentang konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU STELLA DUCE II Yogyakarta sehingga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya ilmu psikologi .

2. Manfaat Praktis

Bagi siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta

Hasil penelitian ini ingin menunjukkan adanya hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian. Para siswi diharapkan mampu melihat konsep dirinya sebagai gambaran tentang dirinya sendiri. Dengan melihat gambaran dirinya diharapkan mampu selektif dan realistis terhadap segala kebutuhan, terutama akan kebutuhan yang mendukung penampilan fisiknya sehingga dapat meminimalisir perilaku konsumtif terhadap pakaian.


(29)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A KONSEP DIRI

1. Pengertian Konsep Diri

Chaplin (2002) mengartikan konsep diri sebagai evaluasi diri terhadap diri sendiri dan penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. Rakhmat (1998) menambahkan konsep diri sebagai suatu gambaran bagaimana kita mengamati dan menilai diri kita. William (Rakhmat,1998) menyebutkan konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri kita. Persepsi tentang diri kita ini dapat bersifat psikologis, sosial dan fisik. Konsep diri bukanlah hanya sekedar gambaran tentang diri kita tetapi juga meliputi penilaian terhadap diri kita sendiri.

Grinder (1978) menyebutkan konsep diri merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri. Persepsi tersebut meliputi cara pandang dirinya terhadap fisik, jenis kelamin, kognisi sosial, pekerjaan, motivasi, tujuan maupun emosi. Persepsi itu dibentuk dari kesimpulan atas pengalamannya. Berzonsky (1981) mendefiniskan konsep diri sebagai konsep yang diketahui dan dipahami mengenai dirinya sendiri.

Menurut Agustiani (2006) konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri yang dibentuk melalui pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri menurutnya bukanlah faktor bawaan melainkan berkembang lewat


(30)

pengalaman. Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep diri adalah aspek penting dalam diri seseorang karena konsep diri merupakan kerangka acuan dalam berintraksi dengan lingkungan. Ia menambahkan konsep diri dapat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang, karena tampilan tingkah laku berkaitan dengan gagasan tentang dirinya sendiri.

Banyak pengertian yang menerangkan tentang konsep diri, namun berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya konsep diri diartikan sebagai gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, terhadap keadaan fisik, psikologis, jenis kelamin, kognisi sosial, pekerjaan, motivasi, tujuan dan emosi yang merupakan hasil dari penilaian terhadap dirinya dan dari hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan orang lain.

2. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

Adler, dkk (1985) menyebutkan beberapa elemen konsep diri yang positif. Elemen tersebut diantaranya rasa aman, yaitu bentuk kepercayaan yang kuat akan suatu perbuatan dan nilai yang dimiliki seseorang, kepercayaan ini berhubungan dengan kepercayaan yang relatif kebal terhadap penilaian orang lain; penerimaan diri, yaitu penerimaan akan segala sesuatu yang ada pada dirinya; harga diri yang tinggi tidak nervous,

tidak inferior dan memiliki rasa percaya diri yang kuat.

Hamache (dalam Rakhmat, 1998) menambahkan orang memiliki konsep diri yang positif memiliki beberapa karakteristik, diantaranya


(31)

mempunyai perasaan sama dengan orang lain sebagai manusia tidak tinggi ataupun tidak rendah walaupun terdapat perbedaan, sanggup menerima dirinya sebagai orang yang penting dan bernilai bagi orang lain, cenderung menolak orang lain untuk mendominasinya.

Hari (2006) menyebutkan konsep diri yang negatif pada dasarnya merupakan kebalikan dari elemen konsep diri yang positif, yaitu: adanya

perasaan tidak aman yang timbul karena kurang adanya rasa percaya diri sehingga selalu mengkhawatirkan penilaian orang lain terhadap keadaan dirinya. Elemen lain yang menggambarkan konsep diri yang negatif adalah

kurangnya rasa penerimaan diri, seseorang tidak dapat menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya, bersifat kaku, tertutup; serta harga diri yang rendah.

Dari beberapa gambaran konsep diri diatas, dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki konsep diri yang positif cenderung mempunyai sifat percaya diri, memiliki rasa aman, mampu untuk menerimaan segala sesuatu yang ada pada diri, dan memiliki harga diri yang tinggi. Sedangkan orang dengan konsep diri negatif cenderung memiliki sifat tidak percaya diri, kurang dapat memerima dirinya, pesimis, harga diri rendah dan memiliki perasaan tidak aman.

3. Aspek Konsep Diri

Berzonsky (1981) menyebutkan untuk mengetahui konsep diri seseorang maka dapat dilihat lewat penilaian terhadap dirinya. Penilaian konsep diri tersebut meliputi:


(32)

a. Aspek fisik, aspek ini meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian serta benda-benda yang dimilikinya.

b. Aspek psikis, aspek ini meliputi pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.

c. Aspek sosial, aspek ini meliputi bagaimana peranan sosial yang diperankan oleh individu dan penilaian individu terhadap peranannya tersebut.

d. Aspek moral, aspek ini meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Anastasia (2004) mengemukakan tentang beberapa hal yang dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri remaja, diantaranya:

a. Usia kematangan

Remaja yang secara fisik matang lebih awal akan diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa sehingga konsep dirinya lebih menyenangkan.

b. Hubungan Keluarga

Melalui hubungan yang erat dengan keluarga akan membuat lebih mudah bagi remaja untuk mengembangkan pola kepribadiannya melalui identifikasi dengan anggota keluarga tersebut.


(33)

c. Penampilan Diri

Pada remaja keadaan fisik akan menjadi sangat penting. Cacat fisik merupakan sumber yang memalukan dan menimbulkan perasaan rendah diri. Sebaliknya daya tarik fisik akan memberikan penilaian yang menyenangkan bagi dirinya.

d. Teman Sebaya

Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan tentang konsep teman-teman terhadap dirinya. Kedua, remaja berada dalam tekanan untuk mengembangklan ciri kepribadiannya yang diakui oleh kelompok.

Menurut Rakhmat (1998) ada dua faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri, yaitu:

a. Orang lain

Ia menyebutkan sebelum kita mengenal tentang diri kita maka kita harus mengenal orang lain terlebih dahulu. Sullivan (dalam Rakhmat, 1998) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan diri kita, maka kita akan cenderung bersikap demikian terhadap diri kita sendiri.

b. Kelompok Rujukan

Kelompok rujukan adalah kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri kita. Dengan


(34)

melihat kelompok, orang akan cenderung mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompok.

Pudjijogyanti (1985) menyebutkan ada 4 hal yang dapat mempengaruhi konsep diri seseorang, diantaranya :

a. Citra diri

Citra diri ini terbentuk melalui sebuah refleksi dan tanggapan individu mengenai keadaan fisiknya. Citra fisik ini mencakup keadaan fisik secara keseluruhan, misalnya, kulit tubuh, bentuk tubuh dan sebagainya. Penilaian positif akan kondisi fisiknya baik itu berasal dari dirinya sendiri maupun orang lain akan sangat membantu perkembangan konsep diri kearah yang positif.

b. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin dapat dilihat dari kondisi biologisnya. Perbedaan peran kedua jenis kelamin menimbulkan adanya perbedaan dalam memberi perlakuan. Penelitian Douvan & Adelson (dalam Pudjijogyanti, 1985) menyebutkan bahwa konsep diri laki-laki dipengaruhi oleh prestasinya sedangkan konsep diri perempuan dipengaruhi oleh daya tarik dan popularitasnya.

c. Perilaku orang tua

Pembetukan konsep diri tentunya tidak lepas dari peran keluarga sebagai lingkungan yang paling terdekat, karena lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menanggapi perilaku individu. Pengalaman interaksi antar individu dengan anggota keluarga akan


(35)

mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Studi yang dilakukan Coopersmith (Burns, dalam Pudjijogyanti, 1985) menyebutkan bahwa kondisi keluarga yang buruk dapat menyebabkan konsep diri akan cenderung rendah.

d. Faktor sosial

Konsep diri dapat pula dipengaruhi oleh interaksi antar individu dan lingkungan sekitarnya. Individu yang memiliki status sosial yang tinggi akan cenderung memiliki konsep diri yang positif dibandingkan dengan individu yang berstatus sosial yang rendah hal ini terjadi karena konsep diri seseorang dipengaruhi oleh persepsi orang lain terhadap individu.

Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi terbetuknya konsep diri maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan dari konsep diri dipengaruhi oleh citra diri yang mencakup penampilan diri, kondisi fisik, jenis kelamin, perilaku orang tua, faktor sosial yang mencakup interaksi individu dengan lingkungannya.

B PERILAKU KONSUMTIF

1. Pengertian Perilaku Konsumtif

Banyak tokoh yang mencoba menjelaskan tentang pengertian perilaku konsumtif. Luodon and Bitta (1984) menyebutkan perilaku konsumtif adalah perilaku konsumsi yang dilakukan dengan tidak rasional. Gilarso (1985) menambahkan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dengan kecenderungan membeli, memiliki,


(36)

memanfaatkan sesuatu tidak dengan pemikiran, tidak pula dengan pertimbangan rasional maupun tidak dengan rencana. Orang cenderung membeli, memiliki dan memanfaatkan sesuatu karena keinginan dan bukan karena kebutuhan.

Wilkie & Williem (1994) menjelaskan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku konsumsi yang bersifat wasteful. Wasteful dapat berarti tidak bernilai kebutuhan. Banyak orang cenderung membeli, memiliki dan memanfaatkan sesuatu yang sifatnya tidak bernilai kebutuhan. Orang cenderung hanya memuaskan keinginan dan kesenangannya dalam melakukan tindakan konsumsi.

Orang yang memiliki kecenderungan konsumtif ini tidak memikirkan jumlah uang yang harus dikeluarkannya, ia hanya ingin memuaskan keinginannya. Ia menambahkan pada perilaku konsumtif ini orang berusaha untuk memiliki sesuatu yang dapat memberikan dia perasaan senang, bangga, percaya diri, diterima dan dihargai oleh lingkungan sekitarnya.

Dahlan (dalam Lina dan Rosyid,1997) mengartikan konsumtif sebagai kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-besarnya. Sachari (dalam Lina dan Rosyid,1997) lebih jauh menjelaskan bahwa perilaku konsumtif ini terjadi karena masyarakat mempunyai kecenderungan matrealistik, hasrat yang besar untuk memiliki benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhannya. Yayasan Lembaga


(37)

Konsumen Indonesia (dalam Lina dan Rosyid,1997) memberikan batasan konsumtif, yaitu kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas dan manusia lebih mementingkan faktor keinginan daripada kebutuhan.

Dari definisi-definisi perilaku konsumtif diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku yang ditunjukkan dengan kecenderungan tindakan membeli, memiliki, memanfaatkan sesuatu tidak dengan pemikiran, tidak pula dengan pertimbangan rasional dan sifatnya tidak bernilai kebutuhan. Perilaku konsumtif ini dilakukan hanya untuk memuaskan keinginan dan memberikan dia perasaan senang, bangga, percaya diri, diterima dan dihargai oleh lingkungan sekitarnya tanpa memikirkan jumlah uang yang harus dikeluarkannya.

2. Aspek-Aspek Perilaku Konsumtif

Menurut Lina dan Rosyid (1997) perilaku konsumtif terdiri dari tiga aspek, diantaranya:

a. Impulsive

Perilaku membeli produk yang lebih didasari oleh keinginan yang kuat dan hasrat tiba-tiba, dilakukan tanpa ada pertimbangan lebih dahulu sehingga tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian dan biasanya pembelian ini bersifat emosional.


(38)

b. Non rational buying

Perilaku konsumsi yang ditunjukkan dengan kecenderungan mengkonsumsi barang dengan tidak memikirkan jumlah uang yang harus dikeluarkannya, ia hanya ingin memuaskan keinginannya.

c. Wasteful buying

Wilkie & Williem (1994) menyebutkan wasteful berarti tidak bernilai kebutuhan. Orang cenderung membeli, memiliki dan memanfaatkan sesuatu yang sifatnya tidak bernilai kebutuhan. Perilaku konsumsi yang tidak didasari oleh penalaran dan pertimbangan yang matang, bukan karena kebutuhan tetapi karena keinginan semata yang hanya dapat memberikan dia perasaan senang, bangga, percaya diri, diterima dan dihargai oleh lingkungan sekitarnya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Menurut Mangkunegara (1988) menyebutkan bahwa perilaku kosumtif dipengaruhi banyak faktor yang pada intinya dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

a. Faktor eksternal meliputi: 1) Kebudayaan

Kebudayaan yang tercermin dalam cara hidup, kebiasaan dan tindakan permintaan bermacam-macam barang di pasar sangat mempengaruhi perilaku konsumen. Keberagaman kebudayaan, banyaknya kelompok etnik akan membentuk pasar dan perilaku yang berbeda-beda.


(39)

2) Kelas sosial

Swasta dan Handoko (1987) menyatakan bahwa kelas sosial yang terbagi dalam kelas sosial atas, menengah, dan bawah memiliki interaksi yang berbeda-beda. Interaksi seseorang dalam kelompok sosialnya akan berpengaruh langsung pada pendapat dan seleranya sehingga akan mempengaruhi pemilihan produk atau merk barang. 3) Kelompok referensi

Dalam melakukan perilaku konsumtif orang juga akan melihat kelompok referensinya. Kelompok referensi ini lebih kuat pengaruhnya pada seseorang karena akan membentuk kepribadian dan perilakunya.

4) Keluarga

Keluarga sebagai bagian dari faktor eksternal mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukkan sikap dan perilaku anggotanya, termasuk dalam pembentukan keyakinan yang berfungsi langsung dalam menetapkan keputusan konsumen.

b. Faktor internal 1) Motivasi.

Motivasi merupakan pendorong perilaku orang tidak terkecuali pada proses pembelian.


(40)

2) Harga diri

Harga diri ini sangat berpengaruh pada perilaku membeli. Orang yang memiliki harga diri yang rendah akan cenderung lebih mudah dipengaruhi daripada orang yang memiliki harga diri yang tinggi. 3) Pengamatan dan proses belajar

Pembelian juga merupakan rangkaian proses belajar. Bila ada pengalaman masa lalu yang menyenangkan dengan suatu produk yang dibelinya, maka akan timbul kecenderungan keputusan untuk membeli barang tersebut pada masa yang akan datang. Sebaliknya, pengalaman yang kurang menyenangkan akan memberi pelajaran bagi konsumen untuk tidak membeli produk itu kembali.

4) Kepribadian

Kepribadian dapat didefiniskan sebagai bentuk dari sifat-sifat yang ada pada diri individu yang sangat menentukan perilakunya. Kepribadian akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan.

5) Konsep diri

Swastha (1984) menjelaskan konsep diri merupakan cara pandang tentang dirinya sendiri dan pada saat yang sama ia mempunyai gambaran tentang diri orang lain. Konsep diri ini terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri yang sesungguhnya dan konsep diri yang ideal.


(41)

Mangkunegara (1988) menerangkan bahwa produk yang dibeli oleh individu diharapkan dapat sesuai dengan konsep diri yang ideal. Remeja membeli produk yang terkesan trendi, modern sesuai dengan standar kelompok yang ideal yang sesuai atau juga sesuai dengan tokoh yang diidolakan.

Dari beberapa faktor di atas maka dapat dilihat bahwa dua faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen diantarnya faktor ekternal dan faktor internal. Faktor ekternal meliputi kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga. Sedangkan faktor internal meliputi motivasi, harga diri, pengamatan dan proses belajar, kepribadian dan konsep diri.

C Remaja

1. Pengertian Remaja

Santrock (2003) menyebutkan remaja merupakan masa perkembangan dan transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa. Neidhart (dalam Gunarsa,1986) menambahkan bahwa remaja merupakan seseorang yang berada pada masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa dimana individu sudah harus dapat untuk dapat berdiri sendiri.

WHO mendefinisikan remaja dalam 3 kriteria (Sarwono, 1988): a. Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dan saat

pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual (biologis).


(42)

b. Remaja adalah masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa (psikologis).

c. Remaja adalah suatu masa dimana dalam diri individu terjadi pemilihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh keadaan yang relatif mandiri (sosial ekonomi).

Menurut Agustiani (2006) masa remaja adalah masa transisi dari masa anak ke masa dewasa dimana individu tersebut mengalami berbagi perubahan baik fisik maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, selain itu selain secara kognitif pun terjadi perubahan dimana ia mampu untuk berpikir abstrak.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah seseorang yang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan baik fisik maupun psikis dalam rangka menghadapi masa dewasa untuk mencapai kemampuan menemukan identitas diri.

2. Ciri-Ciri Remaja

Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya (Hurlock, 1991):

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Masa remaja dianggap periode penting karena akibatnya langsung terhadap sikap dan perilaku, juga akibat jangka panjangnya.


(43)

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Dalam periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada beberapa perubahan yang terjadi pada masa remaja yang bresifat universal, diantaranya:

1) Meningginya emosi

2) Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosialnya.

3) Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai pun juga berubah.

4) Sifat ambivalensi, mereka terkadang menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi sering takut bertanggung jawab akan akibatnya. d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, alasanya: 1) Sepanjang masa kanak-kanak masalah sebagian diselesaikan oleh

orang tua mereka sehingga kebanyakan mereka tidak mempunyai pengalaman untuk mengatasi masalahyang terjadi.

2) Remaja merasa diri mandiri, sehingga menolak bantuan orang tua dan ingin mengatasi masalahnya sendiri.


(44)

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun awal remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok tetap penting, namun lambat laun mereka mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal seperti sebelumnya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja pada masa ini cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja mulai memusatkan pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat perubuatan seks.

D. Perilaku Konsumtif Remaja

1. Perilaku Konsumtif Pada Remaja

Remaja adalah salah satu golongan dalam masyarakat yang tidak lepas dari pengaruh kegiatan konsumtif ini. Campbell (dalam Santrock, 2003) menjelaskan bahwa remaja putri ditunjukkan memiliki perhatian yang penting terhadap kencan, berbelanja dan penampilan mereka.


(45)

Wahyono (dalam Lina dan Rosyid,1997) mencoba menunjukkan kenyataan bahwa gerakan hidup mewah atau konsumtif ini salah satunya dilakukan oleh remaja putri.

Hurlock (1980) menyebutkan salah satu cara untuk mengangkat diri remaja sendiri adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk pakaian dan barang-barang lainnya yang mudah terlihat. Anggraini (2001) menjelaskan bahwa pakaian merupakan hal yang penting bagi remaja karena mereka memiliki keingian untuk selalu tampil menarik. Gunarsa (1986) menambahkan salah satu tujuan remaja berpenampilan menarik adalah ingin menarik perhatian dari lawan jenisnya. Remaja ingin menunjukkan penampilan dirinya yang superior agar diperhatikan dan diakui eksistensinya.

Menurut Munandar (2001) konsumen remaja memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mudah terpengaruh rayuan penjual

b. Mudah terbujuk iklan, terutama pada kerapian kertas pembungkus, apalagi dihiasi kertas warna-warni yang menarik

c. Kurang berpikir hemat.

d. Kurang realistis, romatis dan impulsif.

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa konsumen remaja memiliki ciri-ciri mudah terpengaruh rayuan penjual, mudah terbujuk iklan, terutama pada kerapian kertas pembungkus, apalagi dihiasi kertas warna-warni yang menarik, kurang berpikir hemat, kurang realistis,


(46)

impulsif. Remaja juga cenderung memiliki perhatian khusus terhadap kegiatan kencan, belanja dan penampilan mereka. Pakaian bagi mereka dijadikan sebuah simbol agar mudah dilihat selain itu tujuan remaja memperhatikan penampilan mereka adalah untuk menarik perhatian dari lawan jenisnya.

2. Objek Perilaku Konsumsi Remaja

Syntya (2004) mencoba menjelaskan beberapa objek yang diminati remaja untuk cenderung dikonsumsi, diantaranya:

a. Pakaian, sepatu, tas dan perhiasan

Model dan cara berpakaian setiap bangsa berbeda sesuai dengan iklim dan mata pencahariannya. Perkembangan zaman menyebabkan pertambahan akan mode dari pakaian, sepatu, tas dan perhiasan.

b. Kosmetika

Kosmetika merupakan barang yang banyak dipakai oleh manusia terutama wanita, karena kosmetika berguna untuk merawat tubuh dan menambah daya tarik.

c. Makanan

Makanan semula berfungsi sebagai penambah energi. Menu makanan dibuat sederhana asal memenuhi empat sehat lima sempurna. Namun sekarang fungsi makanan tidak saja berfungsi sebagai penambah energi saja tetapi juga dianggap juga bisa menaikkan gengsi.

Dari penjelasan di atas maka dapat dilihat bahwa remaja cenderung menyukai beberapa objek, diantanya pakaian, sepatu, tas dan perhiasan, kosmetika dan


(47)

makanan. Pakaian menjadi objek yang sangat banyak diminati oleh remaja karena menurut hasil penelitian Kefgen dan Specht (1997) produk pakaian adalah produk yang dapat meningkatkan penampilan diri mereka dibanding produk yang lain

E. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif terhadap Pakaian pada Siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta.

Siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta termasuk dalam kategori usia remaja. Hurlock (1991) menyebutkan bahwa masa remaja ini merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan begitu banyaknya perubahan dalam diri remaja. Perubahan ini terjadi pada semua jenis kelamin baik itu laki-laki maupun perempuan. Masa remaja adalah masa dimana seseorang mencari identitasnya. Remaja berusaha menyesuaikan diri dengan kelompoknya. Hal tersebut ditunjukan dalam hal berpakaian yang sama seperti kelompoknya.

Hurlock (1980) menyebutkan salah satu cara untuk mengangkat diri remaja sendiri adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk pakaian dan barang-barang lainnya yang mudah terlihat. Anggraini (2001) menambahkan bahwa pakaian merupakan hal yang penting bagi remaja karena mereka memiliki keingian untuk selalu tampil menarik. Gunarsa (1986) menambahkan salah satu tujuan remaja berpenampilan menarik adalah ingin menarik perhatian dari lawan jenisnya. Remaja ingin menunjukkan penampilan dirinya yang superior agar diperhatikan dan diakui eksistensinya.


(48)

Sebagai bagian dari masyarakat yang orientasinya tinggi, remaja putri semakain sadar akan hadirnya produk-produk pakaian baru. Hal ini diperkuat dengan menjamurnya majalah remaja, iklan dan media. Berbagai media mulai menyuguhkan iklan-iklan yang menampilkan produk-roduk yang sedang menjadi trend yang mana secara tidak langsung mengeksploitasi gaya hidup mewah. Keadaan inilah mendorong seseorang untuk membeli dan terus membeli sehingga menyebabkan remaja terjerat dalam perilaku konsumtif.

Wahyono (dalam Lina dan Rosyid,1997) mencoba menunjukkan kenyataan bahwa gerakan hidup mewah atau konsumtif ini salah satunya dilakukan oleh remaja putri karena mereka mempunyai perhatian yang lebih terhadap kencan, berbelanja dan penampilan mereka dibandingkan remaja putra. Hadipranata (dalam Lina dan Rosyid,1997) menambahkan bahwa wanita memiliki kecenderungan lebih besar untuk berperilaku konsumtif dibanding pria, hal ini disebabkan karena konsumen wanita cenderung lebih emosional sedangkan konsumen pria lebih menggunakan nalar.

Mahendra (2002) menyebutkan bahwa perilaku konsumtif terhadap pakaian ini berkaitan dengan kecenderungan materialistik, kemewahan dan segala hal yang dianggap paling mahal dan memberikan prestige tersendiri. Orang berusaha untuk memenuhi kesenangan dan keinginan demi gengsi. Orang merasa bangga, percaya diri dan dihargai jika ia telah memiliki sesuatu yang mewah, lebih daripada yang lain. Menurut Wilkie & Williem (1994) perilaku konsumtif ini tidak didasari akan kebutuhan tetapi hanya karena keinginan semata yang hanya dapat memberikan dia perasaan senang, bangga,


(49)

percaya diri, diterima dan dihargai oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini diperkuat oleh propaganda dari berbagai media yang sangat gencar sehingga dapat menyebabkan remaja putri terjerat dalam perilaku konsumtif ini.

Menurut Mangkunegara (1988) konsep diri adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif ini. Konsep diri merupakan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri dimana pandangan itu berasal dari hasil pengalamannya berinteraksi dengan orang lain yang memiliki arti penting dalam kehidupan orang yang bersangkutan. Konsep diri menjadi salah satu hal yang penting bagi remaja untuk mengenali dirinya sendiri karena konsep diri ini merupakan pola acuan perilaku yang dapat menetukan respon seseorang.

Berzonsky (1981) menambahkan konsep diri seseorang dapat dilihat melalui penilaian seseorang terhadap dirinya. Penilaian seseorang terhadap dirinya meliputi penilaian terhadap segala sesuatu yang dimilikinya yaitu: penilaian individu terhadap kondisi fisiknya, pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki oleh individu; penilaian individu terhadap peran sosial yang dimainkannya; serta penilaian terhadap prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang.

Anggraini (2001) menerangkan bahwa setiap orang memilik konsep diri yang berbeda. Siswi yang memiliki konsep diri yang positif akan dapat menerima keadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya, memiliki harapan yang realistik dan memiliki kepercayaan diri. Siswi yang memiliki konsep diri yang positif ini cenderung tampil seadanya tanpa perlu memakai


(50)

produk-produk yang sedang menjadi trend atau pun yang mewah. Sebaliknya, remaja yang memiliki konsep diri negatif cenderung tidak memiliki harapan yang realistik serta tidak memiliki kepercayaan diri. Mereka yang memiliki konsep diri yang negatif ini kurang bisa menerima keadaan diri sebagaimana adanya sehingga mereka cenderung mengkonsumsi produk pakaian yang sedang menjadi trend sebagai sarana menutupi kekurangannya tersebut. Dari uraian diatas dapat dilihat adanya keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dilepaskan antara konsep diri dan perilaku konsumtif. Semakin positif konsep dirinya maka akan semakin rendah sikap konsumtifnya.


(51)

Gambar 1. Skema Konsep Diri dan Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian pada Siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta.

F. HIPOTESIS

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. Makin tinggi konsep dirinya maka perilaku konsumtif terhadap pakaiannya semakin rendah, sebaliknya semakin rendah konsep dirinya maka perilaku konsumtif terhadap pakaiannya cenderung tinggi.

Negatif

Kurang menerima dirinya Kurang percaya diri

Propaganda Media

Perilaku konsumtif

tinggi

Konsep Diri Remaja

Aspek Konsep Diri:

ƒ Aspek Fisik

ƒ Aspek Psikis

ƒ Aspek Sosial

ƒ Aspek Moral

Positif

Penerimaan diri Percaya diri

Perilaku konsumtif


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian tentang konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian remaja putri ini menggunakan penelitian dengan jenis korelasional. Penelitian korelasional ini mempunyai tipe penelitian dengan karakteristik yang berupa hubungan antara dua variabel atau lebih. Besar atau tingginya hubungan antar variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu: 1.Variabel tergantung : Perilaku konsumtif terhadap pakaian 2.Variabel bebas : Konsep diri

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan atau spesifikasi dari variabel-variabel penelitian yang dinyatakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya. Definisi operasional ini bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman mengenai data yang dikumpulkan dan menghindari kesesatan dalam menentukan alat pengumpulan data. Adapun definisi operasional variabel penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1.Konsep diri

Konsep diri adalah gambaran atau pandangan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, terhadap keadaan fisik, psikologis, jenis


(53)

kelamin, kognisi sosial, pekerjaan, motivasi, tujuan dan emosi yang merupakan hasil dari penilaian terhadap dirinya dan dari hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan orang lain.

Pengukuran konsep diri ini menggunakan alat yang berupa skala konsep diri. Skala ini dibuat dengan berdasar pada teori Berzonsky (1981) yang mencakup tiga aspek yaitu; aspek fisik, aspek psikis, aspek moral, aspek moral. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin positif konsep dirinya, begitu sebaliknya jika semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin negatif konsep dirinya.

2.Perilaku konsumtif terhadap pakaian

Perilaku konsumtif terhadap pakaian adalah perilaku yang ditunjukkan dengan kecenderungan tindakan membeli, memiliki, memanfaatkan pakaian tidak dengan pemikiran, tidak pula dengan pertimbangan rasional dan sifatnya tidak bernilai kebutuhan. Perilaku konsumtif terhadap pakaian ini dilakukan hanya untuk memuaskan keinginan dan memberikan dia perasaan senang, bangga, percaya diri, diterima dan dihargai oleh lingkungan sekitarnya tanpa memikirkan jumlah uang yang harus dikeluarkannya.

Perilaku konsumtif terhadap pakaian ini diukur dengan menggunakan alat yang berupa skala perilaku konsumtif terhadap pakaian dengan berdasarkan tiga aspek yang digunakan Lina dan Rosyid (1997). Ketiga aspek tersebut meliputi Impulsive, non rational buying dan wasteful buying. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka perilaku


(54)

konsumtif terhadap pakaian cenderung tinggi sebaliknya jika skor yang deperoleh semakin rendah maka hal ini menunjukkan semakin rendah pula perilaku konsumtif terhadap pakaiannya.

D. Subyek Penelitian

Suatu penelitian membutuhkan subyek penelitian untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung yang diterapkan pada subyek penelitian tersebut. Subyek pada penelitian ini adalah remaja dengan beberapa karakteristik di bawah ini, diantaranya:

1.berusia antara 16 sampai 19 tahun,

Usia tersebut menjadi pertimbangan dari penelitian ini karena pada usia tersebut remaja sedang menghadapi tugas utamanya, yakni mencari jati dirinya. Usia tersebut juga merupakan rentang usia dimana remaja putri tersebut cenderung mulai memiliki perhatian terhadap kegiatan berbelanja dan penampilan.

2.remaja SMU Stella Duce 2 Yogyakarta

Subyek pada penelitian ini adalah remaja SMU Stella Duce 2 Yogyakarta yang semuanya putri. Hal ini dipilih karena Campbell (dalam Santrock, 2003) menyebutkan bahwa remaja putri memiliki perhatian yang penting terhadap kencan, berbelanja dan penampilan mereka dibandingkan remaja pria. Kefgen dan Specht (dalam Lina dan Rosyid,1997) menyebutkan remaja putri cenderung memiliki perhatian banyak dalam hal penampilan diri seperti sepatu, pakaian, kosmetik dan asesoris.


(55)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala. Skala yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua skala, yaitu skala konsep diri dan skala perilaku konsumtif terhadap pakaian. Skala konsep diri dan skala perilaku konsumtif terhadap pakaian ini disusun dengan menggunakan metode summated ratings, metode skala pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon subyek sebagai dasar penentuan nilai skala (Azwar,1999).

Subyek diminta menjawab semua item yang ada pada kedua skala tersebut secara jujur dan sesuai dengan keadaan subyek. Item-item pernyataan yang dirumuskan secara favorable dan unfavorable tentang suatu variabel, yakni variabel konsep diri dan variabel perilaku konsumtif terhadap pakaian. Jawaban pada tiap skala dinyatakan dalam empat kategori yang dimodifikasi tanpa jawaban ragu-ragu. Berikut ini disajikan penyusunan skala:

1. Skala Konsep Diri

Skala konsep diri ini mempunyai empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Pemberian skor skala konsep diri berdasarkan pada penilaian dalam skala Likert. Penilaian pada item favorable dalam skala konsep diri ini dimulai dari empat sampai dengan satu, sebaliknya untuk item unfavorable dimulai dari angka satu sampai empat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:


(56)

Tabel 1

Skor berdasarkan Kategori Jawaban

Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Skala Konsep Diri ini terdiri dari 80 item yang terbagi dalam empat aspek yaitu aspek fisik, psikis, sosial dan moral. Blue print dari penyebaran item keempat aspek dalam skala Konsep Diri dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Distribusi Item Skala Konsep Diri Sebelum Uji Coba Nomor item

Aspek

Favorabel Unfavorabel Jumlah

item Fisik 1, 4, 6, 10, 15, 20, 25, 30, 35,

40.

21, 37, 44, 49, 54, 59, 64, 69, 74, 79.

20

Psikis 2, 5, 7, 11, 16, 22, 26, 31, 36, 38.

42, 46, 50, 55, 60, 65, 70, 73, 75, 80.

20

Sosial 3, 12, 17, 23, 27, 32, 39, 43, 47, 52.

8, 14, 19, 41, 57, 62, 67, 71, 76, 78.


(57)

Moral 9, 13, 28, 29, 45, 48, 53,58, 66, 72.

18, 24, 33, 34, 51, 56, 61, 63, 68, 77.

20

Total 40 40 80

2. Skala Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian

Skala konsep diri ini mempunyai empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Pemberian skor skala konsep diri berdasarkan pada penilaian dalam skala Likert. Penilaian pada item favorable dalam skala konsep diri ini dimulai dari empat sampai dengan satu, sebaliknya untuk item unfavorable dimulai dari angka satu sampai empat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3

Skor berdasarkan Kategori Jawaban

Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Skala Perilaku Konsumtif terhadap pakaian terdiri dari 54 item yang terbagi dalam 3 aspek yaitu impulsive, non rational buying, wasteful buying. Blue print dari penyebaran item keempat aspek dalam skala Perilaku Konsumtif terhadap pakaian dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini:


(58)

Tabel 4

Distribusi Item Skala Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian Sebelum Uji Coba

Nomor item Aspek

Favorabel Unfavorabel Jumlah

item

impulsive 1, 4, 11, 15, 23, 34, 38, 42, 48.

8, 18, 26, 31, 35, 44, 47, 50,52.

18

non rational buying 2, 5, 6, 14, 16, 17, 39, 40, 43.

3, 9, 10, 19, 27, 28, 36, 45, 51.

18

wasteful buying 7, 12, 13, 20, 21, 22, 37, 41, 49.

24, 25, 29, 30, 32, 33, 46, 53, 54.

18

Total 27 27 54

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran untuk mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi alat ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan maksud dari dilakukannya pengukuran.


(59)

Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat tetapi juga harus bisa memberikan gambaran yang cermat dalam arti mampu memberikan gambaran mengenai perbedaan yang sekecil-kecilnya antara subyek satu dengan subyek yang lain (Azwar,2000).

Uji validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan validitas isi, yaitu validitas yang diperkirakan lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisa rasional. Selanjutnya demi memenuhi validitas isi suatu tes adalah dengan melihat apakah item-item dalam tes telah ditulis sesuai dengan blue print, jika telah sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing item telah sesuai denan indikator perilaku yang hendak diungkap (Azwar, 1999). Item-item tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli, dalam penelitian ini peneliti mengkolsultasikan item dengan Dosen Pembimbing, baru kemudian item diuji cobakan.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dapat dipercaya, yaitu sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama (Azwar 2000). Uji reliabilitas skala pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha dari program Statistical Productand Servis Solution (SPSS) versi 13.00. Peneliti menggunakan program ini karena tehnik Alpha merupakan dasar dalam pendekatan


(60)

konsistensi internal dan merupakan perkiraan yang baik terhadap reliabilitas pada banyak situasi pengukuran.

Kriteria pemilihan item didasarkan pada korelasi item total dengan batasan ≥ 0,30. Azwar (2000) menyebutkan bahwa hal tersebut memiliki daya diskriminasi yang memuaskan, jadi jika ada item yang memiliki koefisien korelasi item total ≤ 0,30, maka item tersebut dinyatakan tidak sahih dan dianggap gugur. Namun bila item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan maka kita dapat mempertimbangkan untuk dapat menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,27 atau 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.

G. Metode Analisis Data

Analisis penelitian ini dimulai dengan melakukan uji asumsi terhadap data yang diperoleh. Uji asumsi dilakukan guna menentukan analisis hipotesis. Uji asumsi ini mencakup ujii normalitas dan uji linearitas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel ini berhubungan secara linear atau tidak dan apakah keduanya menunjukkan distribusi normal atau tidak.

Hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian selanjutnya dapat diketahui dengan menganalisis data penelitian ini secara statistik dengan menggunakan korelasi Product Moment dari Karl Pearson karena penelitian ini hanya mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung.


(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

1 Uji Coba Alat Ukur

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengadakan uji coba alat ukur terlebih dahulu.Tujuan diadakannya uji coba alat ukur ini adalah untuk menguji kesahihan dan keandalan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Uji coba ini dilaksanakan tanggal 3 Desember 2007 dengan mengambil subyek remaja SMU Stella Duce 2 Yogyakarta.

Jumlah subyek yang digunakan pada uji coba kali ini adalah 80 subyek. Masing-masing subyek diberikan skala yang terdiri dari dua jenis skala, yaitu; Skala Konsep Diri (Skala I) dan Skala Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian (Skala II). Hasil yang diperoleh lewat uji coba item ini adalah kesemua memenuhi kriteria untuk dilakukan terhadap skala tersebut.

2 Pengukuran Skala Konsep Diri

a. Uji Kesahihan Item untuk Skala Konsep Diri

Uji kesahihan item dengan menggunakan program SPSS for Window versi 13.00 dengan mengukur korelasi antara item-item yang diuji dengan skor total subyek. Item dipilih dengan kriteria item total dengan batasan skor ≥ 0,30. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh koefisien korelasi item total yang berki


(62)

antara -0,108 sampai dengan 0,685. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh 57 item yang sahih dan 23 item yang gugur. Item-item yang gugur tersebut diantaranya adalah item nomer 1, 4, 8, 9, 15, 16, 19, 22, 26, 27, 28, 31, 32, 37, 39, 44, 48, 53, 54, 59, 65, 66, 68. Dalam skala ini tidak didapati aspek yang hilang akibat seluruh itemnya gugur. Berikut disajikan distribusi item-item yang sahih pada tabel 5.

Tabel 5

Distribusi Item Skala Konsep Diri Setelah Uji Coba Nomer item No Aspek Favorable unfavorabel Total item yang lolos 1

Fisik 4, 6, 13, 17, 19, 22, 25.

14, 32, 44, 46, 51, 56.

13

2

Psikis 1, 3, 5, 7, 23, 24. 27, 30 33, 36, 40, 47, 50, 52, 57.

15

3

Sosial 2, 8, 11, 15, 28, 31, 35.

10, 26, 38, 42, 45, 48, 53, 55.

15

4

Moral 9, 18, 29, 39, 49. 12, 16, 20, 21, 34, 37, 41, 43, 54.

14

Total 25 32 57

b. Reliabilitas Skala Konsep Diri

Reliabilitas Skala Konsep Diri dihitung dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS for Window versi 13.00. Dari perhitungan tersebut diperoleh angka koefisien realiabilitas alpha sebesar 0,936.

3 Pengukuran Skala Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian


(63)

Uji kesahihan item dengan menggunakan program SPSS for Window versi 13.00 dengan mengukur korelasi antara item-item yang diuji dengan skor total subyek. Item dipilih dengan kriteria item total dengan batasan skor ≥ 0,30. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan maka diperoleh koefisien korelasi item total yang berkisar -0,029 sampai dengan 0,718.

Hasil perhitungan menunjukkan terdapat 46 item yang sahih dan 8 item yang gugur. Namun karena peneliti ingin agar setiap item yang terdapat pada aspek proporsional maka peneliti mengubah batasan skor dengan menurunkannya menjadi ≥ 0,27. Berdasarkan batasan skor yang baru ini diperoleh hanya 5 item saja yang gugur. Item-item yang gugur tersebut diantaranya adalah item nomer 26, 31, 33, 37, 46. Namun karena aspek tersebut belum juga setara maka dipilih 4 item yang digugurkan yaitu item nomer 6, 18, 19 dan 45. Secara keseluruhan jumlah item yang gugur ada 9 buah dan 45 item yang sahih. Dalam skala ini tidak didapati aspek yang hilang akibat seluruh itemnya gugur. Berikut pada tabel 6 disajikan distribusi item-item yang sahih.


(64)

Tabel 6.

Distribusi Item Skala Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian Setelah Uji Coba

Nomer item No Aspek Favorable unfavorabel Total item yang lolos 1

impulsive 1, 4, 10, 14,

20, 28, 31, 35, 39.

7, 29, 37, 38, 41, 43.

15

2

non rational buying 2, 5, 13, 15, 16, 32, 33, 36.

3, 8, 9, 23, 24, 30, 42.

15

3

wasteful buying 6, 11, 12, 17, 18, 19, 34, 40.

21, 22, 25, 26, 27, 44, 45.

15

Jumlah 25 20 45

b. Reliabitias Skala Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian

Reliabilitas Skala Perilaku Konsumtif Terhadap Pakaian dihitung dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS for

Window versi 13.00. Dari perhitungan tersebut diperoleh angka koefisien realiabilitas alpha sebesar 0,963.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2008 di SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kedua skala pada subyek penelitian sebanyak 60 subyek dan kesemuanya memenuhi kriteria untuk dilakukan analisa terhadap skala tersebut.

C. Deskripsi Subyek

Subyek pada penelitian ini adalah remaja berjumlah 60 orang, dengan karakteristik berusia antara 16 sampai 19 tahun, menempuh pendidikan di SMU Stella Duce 2 Yogyakarta yang semuanya berjenis kelamin putri. Usia


(65)

tersebut menjadi pertimbangan dari penelitian ini karena pada usia tersebut remaja sedang menghadapi tugas utamanya, yakni mencari jati dirinya. Usia tersebut juga merupakan rentang usia dimana remaja putri tersebut cenderung memiliki perhatian terhadap kegiatan berbelanja dan penampilan.

D. Hasil Penelitian

1 Data Penelitian

Berikut ini dapat dilihat keseluruhan data hasil penelitian yang dideskripsikan dalam tabel 7.

Tabel 7 Data Penelitian

Tabel data penelitian di atas menunjukkan bahwa pada skala konsep diri mean empirisnya nilainya lebih besar dari pada mean

teoritisnya, hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian rata-rata memiliki konsep diri yang cenderung tinggi. Sebaliknya, pada skala perilaku konsumtif terhadap pakaian mean teoritis nilainya lebih besar dari pada mean empirisnya. Hal tersebut menandakan bahwa subyek penelitian memiliki rata-rata perilaku konsumtif terhadap pakaian yang cenderung rendah.

SKOR MEAN Teoritis Empiris

Max Min Max Min

Teoritis Empiris SD Konsep diri 228 57 198 154 142,5 169,67 11,02

Perilaku Konsumtif

Terhadap Pakaian


(66)

2 Uji Asumsi

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terhadap penelitian perlu dilakukan uji asumsi terhadap data yang diperoleh. Uji asumsi dilakukan untuk memenuhi syarat penggunaan analisis hipotesis sehingga kesimpulan tidak menyimpang dari semestinya. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan analisis statistik yang pertama kali dilakukan dalam rangka analisis data. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian remaja putri ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 13.00 dengan statistik uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Pengambilan keputusan didasarkan pada besaran probabilitas (p). Jika p> 0,05 maka sebaran dinyatakan normal sebaliknya jika p<0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.


(67)

Tabel 8

Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmologorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Konsep diri

Perilaku konsumtif

terhadap pakaian

N 60 60

Mean 169.67 102.07 Normal Parameters(a,b)

Std. Deviation 11.025 11.446 Absolute .107 .100 Positive .107 .100 Most Extreme

Differences

Negative -.078 -.084 Kolmogorov-Smirnov Z .832 .773 Asymp. Sig. (2-tailed) .493 .588 a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Dari hasil pengujian tersebut, pada variabel konsep diri diperoleh nilai Z sebesar 0,832 dengan p = 0,493, sedangkan pada variabel perilaku konsumtif terhadap pakaian diperoleh nilai Z sebesar 0,773 dengan p = 0,588. Kedua variabel tersebut memiliki p > 0,05 hal tersebut menunjukkan bahwa distribusi pada kedua data adalah normal. b. Uji Linearitas

Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara kedua skor variabel konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian ini merupakan garis lurus atau tidak, selain itu uji linearitas ini berfungsi untuk memberikan arah tentang hubungan antara kedua variabel tersebut.

Uji linearitas ini dilakukan program SPSS for Windows versi 13.00. Uji linearitas ini dilakukan dengan menghitung nilai F dan melihat


(68)

nilai p. Jika p <0,05 maka garis regresi itu linear. Hasil dari data uji yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini.

Tabel 9

Hasil Perhitungan Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Perilaku konsumtif terhadap pakaian * konsep diri

Between Groups

(Combined)

5418.117 30 180.604 2.266 .015

Linearity 2438.366 1 2438.366 30.590 .000

Deviation from Linearity 2979.751 29 102.750 1.289 .249

Within Groups 2311.617 29 79.711

Total 7729.733 59

Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara variabel konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian adalah linear karena taraf signifikansi untuk linearitas lebih kecil dari pada 0,05 (p<0,05) yaitu F = 30,590 dan p = 0,000 atau p < 0,05.

3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 13.00. Pengolahan data untuk mengetahui korelasi antara variabel konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian remaja putri dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson. Hasil pengujian korelasi kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini.


(69)

Tabel 10

Tabel Analisis Korelasional

Correlations

Konsep diri

Perilaku konsumtif

terhadap pakaian konsepdiri Pearson Correlation 1 -.562(**) Sig. (1-tailed) .000 N 60 60 perilakukonsumtif

terhadap pakaian

Pearson Correlation

-.562(**) 1 Sig. (1-tailed) .000 N 60 60 ** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa koefisien korelasi (rantara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian adalah sebesar 0,562 dengan signifikansi (p) = 0,000. Perhitungan dilakukan pada taraf signifikansi p < 0,01 dan memakai uji satu ekor (1-tailed). Pemakaian uji satu ekor dalam penelitian ini karena hipotesis dalam penelitian ini sudah memiliki arah hubungan yang negatif antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian remaja putri.

E. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada remaja SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. Hasil analisa statistik yang dilakukan dengan teknik korelasi

Product Moment Pearson, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,562 dengan p < 0,01. Nilai negatif tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel


(70)

tersebut yaitu konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian mempunyai hubungan korelasi yang negatif.

Hubungan korelasi yang negatif antara kedua variabel ini mengartikan bahwa semakin tinggi konsep diri yang dimiliki para remaja maka perilaku konsumtif terhadap pakaiannya semakin rendah demikian pula sebaliknya, semakin rendah konsep dirinya maka perilaku konsumtif terhadap pakaiannya akan cenderung tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wilujeng (1988) yang menyebutkan bahwa konsep diri berhubungan negatif dengan sikap konsumtif dimana apabila semakin tinggi konsep dirinya maka akan semakin rendah sikap konsumtifnya.

Hasil koefisien determinasi ( r2 ) sebesar 0,315 menunjukkan bahwa konsep diri memberi sumbangan yang efektif terhadap rendahnya perilaku konsumtif terhadap pakaian sebesar 31,5%. Sisanya sebesar 68,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Lina dan Rosyid (1997) yang menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah konsep diri seseorang. Lord & Eccles (dalam Santrock) juga menambahkan dari hasil suatu penelitian bahwa konsep diri merupakan faktor terkuat untuk meramalkan kepercayaan diri keseluruhan dari remaja.

Siswi SMU Stella Duce 2 yang termasuk dalam kategori remaja ini tidak lepas dari satu hal yang penting ini, yakni konsep diri. Mereka diharapkan mampu untuk mengenali diri sendiri. Hal ini terkait dengan evaluasi diri terhadap diri sendiri dan penilaian mengenai dirinya sendiri.


(71)

Konsep diri ini nantinya akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang karena tingkah laku berkaitan dengan gagasan tentang dirinya sendiri.

Aspek pertama dalam konsep diri adalah aspek fisik. Remaja yang memiliki konsep diri yang baik dapat melakukan penilaian yang baik terhadap kondisi fisiknya. Hal ini tentunya sesuai dengan Pudjijogyanti (1985) yang menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk dapat menilai kondisi fisiknya sangat membantu perkembangan konsep diri ke arah yang tinggi sehingga pada akhirnya remaja tersebut cenderung memiliki konsep diri yang tinggi.

Aspek kedua dari konsep diri adalah aspek psikis. Remaja yang memiliki konsep diri yang baik menurut Berzonsky (1981) mampu berpikir tinggi tentang dirinya dan mampu menggunakan perasaan serta sikap yang digunakan. Pudjijogyanti (1985) menambahkan lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menanggapi sikap perilaku individu.

Aspek ketiga dari konsep diri ini adalah aspek sosial. Remaja yang konsep dirinya baik mampu melakukan peranan sosial dan mampu menilai terhadap peranannya tersebut. Rahkmat (1998) menyebutkan hal ini disebabkan mereka mampu berperan serta di lingkungan sosialnya khususnya di lingkungan sekolahnya terutama pada teman-temannya. Mereka mampu bergaul dan melakukan perannya sebagai teman yang saling peduli.

Aspek keempat adalah aspek moral. Remaja yang konsep dirinya baik menurut Fitts (2006) dapat mengolah dan memahami nilai-nilai moral serta


(72)

prinsip yang berlaku di masyarakat untuk memberikan arah kehidupan bagi mereka.

Jadi keempat aspek dalam konsep diri memiliki peranan atau sumbangan yang berarti dalam usaha pemenuhan atau pencapaian konsep diri yang tinggi. Pemenuhan aspek konsep diri ini akan sangat mempengaruhi arah perkembangan konsep diri remaja. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Book (dalam Rakhmat, 1999) yang menyebutkan bahwa konsep diri merupakan keseluruhan pandangan individu terhadap keadaan fisik, sosial, dan psikologis yang diperoleh dari pengalamannya berinteraksi dengan orang lain.

Konsep diri yang tinggi ini menjadi salah satu faktor yang berhubungan pada perilaku konsumtif terhadap pakaian. Menurut Anggraini (2001) hal ini terjadi karena remaja yang memiliki konsep diri yang tinggi akan dapat menerima keadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya, memiliki harapan yang realistik dan memiliki kepercayaan diri. Remaja yang memiliki konsep diri yang tinggi akan cenderung tampil seadanya tanpa perlu memakai produk-produk yang sedang manjadi trend.

Hasil perhitungan dari skala konsep diri ini diperoleh bahwa nilai

mean empiriknya (169,67) dan mean teoritiknya (142,5). Perbandingan mean empiriknya yang lebih tinggi dari pada mean teoritiknya

ini menunjukkan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh remaja ini cenderung tinggi.


(1)

48 subyek 48 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2

49 subyek 49 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 1 3 2

50 subyek 50 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2

51 subyek 51 2 2 4 3 3 4 3 3 2 1 4 3 4 1

52 subyek 52 2 3 4 2 3 2 4 2 3 3 2 2 2 4

53 subyek 53 2 3 3 2 4 2 3 2 3 3 2 2 2 3

54 subyek 54 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3

55 subyek 55 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2

56 subyek 56 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2

57 subyek 57 2 2 4 3 3 4 3 3 2 1 4 3 4 1

58 subyek 58 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3

59 subyek 59 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3


(2)

NO. SUBYEK 43 44 45 total

1 subyek 1 3 2 2 110

2 subyek 2 2 2 2 89

3 subyek 3 2 2 1 100

4 subyek 4 3 3 3 95

5 subyek 5 2 2 2 90

6 subyek 6 3 1 1 111

7 subyek 7 3 2 2 124

8 subyek 8 4 3 4 112

9 subyek 9 2 2 1 100

10 subyek 10 2 2 1 83

11 subyek 11 3 3 3 104

12 subyek 12 1 1 1 107

13 subyek 13 3 1 1 113

14 subyek 14 2 2 2 87

15 subyek 15 1 2 1 95

16 subyek 16 3 2 2 106

17 subyek 17 2 2 2 90

18 subyek 18 2 1 1 96

19 subyek 19 2 2 1 85

20 subyek 20 2 2 2 90

21 subyek 21 3 3 3 106

22 subyek 22 2 2 1 86

23 subyek 23 1 2 1 96

24 subyek 24 2 1 2 107

25 subyek 25 3 1 2 110

26 subyek 26 3 4 3 101

27 subyek 27 1 3 1 91

28 subyek 28 2 1 1 93

29 subyek 29 2 2 2 97

30 subyek 30 2 2 1 82

31 subyek 31 3 2 2 123

32 subyek 32 2 2 2 106

33 subyek 33 2 2 2 104

34 subyek 34 2 2 2 84

35 subyek 35 3 4 3 107

36 subyek 36 2 2 2 118

37 subyek 37 3 4 3 105

38 subyek 38 3 4 3 89

39 subyek 39 4 2 2 114

40 subyek 40 2 1 1 103

41 subyek 41 2 2 1 106

42 subyek 42 3 2 1 109

43 subyek 43 4 3 4 109

44 subyek 44 2 2 2 90


(3)

46 subyek 46 3 4 3 96

47 subyek 47 2 2 2 91

48 subyek 48 2 2 2 82

49 subyek 49 2 1 2 107

50 subyek 50 2 2 2 100

51 subyek 51 2 2 2 119

52 subyek 52 4 2 2 115

53 subyek 53 4 2 2 111

54 subyek 54 3 2 2 116

55 subyek 55 2 1 1 97

56 subyek 56 2 2 2 105

57 subyek 57 2 2 2 116

58 subyek 58 3 1 2 117

59 subyek 59 3 1 1 117


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

konsepdiri

perilakuko nsumtif

N 60 60

Mean 169.67 102.07

Normal Parameters(a,b)

Std. Deviation 11.025 11.446

Absolute .107 .100

Positive .107 .100

Most Extreme Differences

Negative -.078 -.084

Kolmogorov-Smirnov Z .832 .773

Asymp. Sig. (2-tailed) .493 .588

a Test distribution is Normal. b Calculated from data.


(5)

ANOVA Table Sum of Squares df

Mean

Square F Sig.

Perilaku konsumtif terhadap pakaian * konsep diri

Between Groups

(Combined)

5418.117 30 180.604 2.266 .015

Linearity 2438.366 1 2438.366 30.590 .000 Deviation from Linearity 2979.751 29 102.750 1.289 .249 Within Groups 2311.617 29 79.711

Total 7729.733 59

Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

perilakukonsumtif terhadap pakaian* konsepdiri


(6)

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

konsepdiri 169.67 11.025 60

perilakukonsumtif 102.07 11.446 60

Correlations

konsepdiri

perilakuko nsumtif

konsepdiri Pearson Correlation 1 -.562(**)

Sig. (1-tailed) .000

N 60 60

perilakukonsumtif Pearson Correlation -.562(**) 1

Sig. (1-tailed) .000

N 60 60


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi.

0 4 13

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Suarakarta.

1 9 12

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI UNIVERSITAS Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Suarakarta.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA DALAM Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecenderungan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa dalam Menggunakan Produk Fashion Bermerek.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA.

0 0 16

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KONFORMITAS KELOMPOK DENGAN PEILAKU KONSUMTIF Hubungan Antara Konsep Diri Dan konformitas kelompok Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DANKONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya dan Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SISWA KELAS XI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA.

0 0 142

MINAT SISWI TERHADAP PEMBELAJARAN ANSAMBEL STRING DI SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA.

0 0 78

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PAKAIAN PADA SISWI SMU STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

0 0 132