PENDAHULUAN Hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta.
Remaja adalah salah satu golongan dalam masyarakat yang tidak lepas dari pengaruh kegiatan konsumtif ini. Wahyono dalam Lina dan
Rosyid,1997 mencoba menunjukkan kenyataan bahwa gerakan hidup mewah atau konsumtif ini salah satunya dilakukan oleh remaja putri. Hadipranata
dalam Lina dan Rosyid,1997 mengamati bahwa wanita memiliki kecenderungan lebih besar untuk berperilaku konsumtif dibanding pria. Hal
ini disebabkan karena konsumen wanita cenderung lebih emosional sehingga cenderung mudah untuk terpengaruh sehingga akhirnya terdorong untuk
berperilaku konsumtif. Campbell dalam Santrock, 2003 menyebutkan bahwa remaja putri
memiliki perhatian yang penting terhadap kencan, berbelanja dan penampilan mereka dibandingkan remaja pria. Hal ini diperkuat oleh Kefgen dan Specht
dalam Lina dan Rosyid,1997 yang mengemukakan bahwa remaja putri membelanjakan uang hampir dua kali lipat lebih banyak dari pada remaja pria.
Remaja putri pada usia antara 16 sampai 19 tahun cenderung membelanjakan uang lebih banyak untuk keperluan menunjang penampilan diri. Kefgen dan
Specht dalam Lina dan Rosyid,1997 menyebutkan produk pakaian adalah produk yang sangat banyak diminati oleh remaja putri dibanding produk yang
lain karena dengan pakaian dapat meningkatkan penampilan diri mereka. Hurlock 1980 menyebutkan salah satu cara untuk mengangkat diri
remaja sendiri adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk pakaian dan barang-barang lainnya yang mudah terlihat. Anggraini 2001
menjelaskan bahwa pakaian merupakan hal yang penting bagi remaja karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mereka memiliki keingian untuk selalu tampil menarik. Gunarsa 1986 menambahkan salah satu tujuan remaja berpenampilan menarik adalah karena
ingin menarik perhatian dari lawan jenisnya. Remaja ingin menunjukkan penampilan dirinya yang superior agar diperhatikan dan diakui eksistensinya
Loudan dan Bitta 1984 juga menyebutkan bahwa pada dasarnya remaja adalah kelompok yang berorientasi konsumtif, karena kelompok ini
suka mencoba hal-hal yang baru. Remaja akan cenderung meniru mode-mode yang baru. Monks, dkk 1995 menambahkan konsumen remaja mempunyai
keinginan membeli yang tinggi, sebab pada umumnya remaja memiliki karakteristik tersendiri dalam hal berpakaian, berdandan, gaya, potongan
rambut dan kesenangan akan musik. Tanpa disadari hal tersebut mendorong seseorang untuk membeli dan membeli terus sehingga menyebabkan remaja
akhirnya terjerat dalam perilaku konsumtif. Hasil penelitan yang dilakukan oleh Harter dalam Santrock, 2003
menunjukkan bahwa penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri secara umum, dan setelah itu baru berkorelasi
dengan penerimaan sosial dari teman sebayanya. Lord Eccles dalam Santrock, 2003 juga menambahkan adanya suatu penelitian tentang hubungan
antara konsep diri remaja dan ketertarikan fisik dimana ini merupakan faktor terkuat untuk meramalkan rasa percaya diri keseluruhan dari remaja.
Gunarsa 1986 menyebutkan remaja mengalami berbagai macam perubahan fisiknya. Perbedaan antara harapan dan kenyataan akan keadaan
fisik remaja bisa jadi menimbulkan masalah sehingga sulit baginya untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menerima keadaan fisiknya. Remaja bukan hanya sulit untuk menerima keadaan fisiknya atas perubahannya fisiknya, penampilan juga bisa menjadi
sumber kesulitan. Penampilan yang tidak sesuai dengan penampilan yang diidamkan akan membuat dirinya kecewa dan bisa merintangi usaha untuk
memperluas ruang gerak pergaulannya. Hurlock 1980 memaparkan bahwa hanya sedikit remaja yang merasa
puas pada kondisi mereka dan akan memikirkan cara untuk dapat memperbaiki penampilan mereka. Anggraini 2001 menambahkan bahwa
remaja yang kurang bisa menerima keadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya akan cenderung mengkonsumsi produk pakaian bermerek sebagai
sarana menutupi kekurangan kondisi fisik. Gunarsa 1986 menyebutkan nama dan pakaian mempunyai pengaruh yang cukup penting bagi perkembangan
konsep diri seorang remaja. Kita dapat menilai atau mempunyai gambaran mengenai bagaimana remaja itu melihat dirinya sendiri melalui cara
berpakaiannya. Anggraini 2001 menerangkan bahwa setiap orang memilik konsep
diri yang berbeda, termasuk remaja. Remaja yang memiliki konsep diri yang positif akan dapat menerima keadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya,
memiliki harapan yang realistik dan memiliki kepercayaan diri. Remaja yang memiliki konsep diri yang positif akan cenderung tampil seadanya tanpa perlu
memakai produk-produk yang sedang manjadi trend atau pun yang mewah. Wilujeng 1988 menyebutkan, dari hasil penelitiannya bahwa konsep diri
berhubungan negatif dengan sikap konsumtif dimana apabila semakin positif konsep dirinya maka akan semakin rendah sikap konsumtifnya.
Konsep diri menurut Rakhmat 1998 adalah suatu gambaran bagaimana kita mengamati dan menilai diri kita. Berzonsky 1981
menyebutkan bahwa untuk mengerti konsep diri yang dimiliki seseorang maka kita dapat melihatnya lewat penilaian orang lain terhada dirinya. Penilaian
konsep diri tersebut meliputi beberapa aspek, diantaranya: aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial dan aspek moral. Adler 1985 menyebutkan bahwa orang
yang memilki konsep diri yang positif cenderung akan menerima segala sesuatu yang ada pada dirinya. Konsep diri menurut Rakhmat 1998 dibentuk
lewat beberapa faktor diantaranya oleh orang lain. Sullivan dalam Rakhmat, 1980 menjelaskan bila kita diterima, dihormati, dan disenangi karena
keadaaan diri kita maka kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri adalah kelompok rujukan. Penelitian ini berbeda dari penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya oleh Wilujeng 1988. Subyek penelitian kali ini hanya terdiri dari remaja putri saja dan objek perilaku konsumtifnya adalah pakaian. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Wilujeng 1988 tidak berfokus pada satu jenis kelamin dan tidak memilih salah satu objek pun. Pakaian pada penelitian kali
ini dipilih sebagai objek perilaku konsumtif karena Anggraeni 2001 menyebutkan pakaian merupakan hal yang paling penting bagi remaja yang
mana mereka pada masa ini memiliki keinginan untuk selalu tampil menarik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Penelitian tentang konsep diri dan perilaku konsumtif ini akan dilakukan di SMU Stella Duce 2 Yogyakarta. SMU Stella Duce 2 yang
kesemua siswinya masuk dalam kategori remaja ini adalah salah satu sekolah non-koedukasi. Hasil penelitian Wiswi 2005 menyebutkan bahwa siswi yang
bersekolah di SMU non-koedukasi cenderung bertingkah laku sama atau berperilaku sesuai dengan kelompok sehingga mereka cenderung meniru apa
yang dilakukan atau digunakan oleh anggota kelompoknya. Menurut Mangkunegara 1988 kelompok ini memberikan pengaruh dalam melakukan
perilaku konsumtif. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ada sebuah
fenomena dimana remaja putri cenderung berperilaku konsumtif terhadap pakaian. Remaja mengenakan pakaian guna menutupi kekurangan yang ada
pada dirinya namun remaja yang memiliki konsep diri positif akan dapat menerima keadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya dan memiliki
kepercayaan diri. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU
Stella Duce 2 Yogyakarta.
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :
Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta?
C Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU
Stella Duce 2 Yogyakarta.
D Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pemahaman tentang konsep
diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian pada siswi SMU STELLA DUCE II Yogyakarta sehingga dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya ilmu psikologi . 2.
Manfaat Praktis Bagi siswi SMU Stella Duce 2 Yogyakarta
Hasil penelitian ini ingin menunjukkan adanya hubungan antara konsep diri dan perilaku konsumtif terhadap pakaian. Para siswi diharapkan
mampu melihat konsep dirinya sebagai gambaran tentang dirinya sendiri. Dengan melihat gambaran dirinya diharapkan mampu selektif dan realistis
terhadap segala kebutuhan, terutama akan kebutuhan yang mendukung penampilan fisiknya sehingga dapat meminimalisir perilaku konsumtif
terhadap pakaian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI