Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Pada SMK Tritech Informatika Medan

(1)

Lampiran 1 Analisa Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Squared Multiple Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 81.5000 82.053 .433 . .911

VAR00002 80.7000 84.642 .415 . .910

VAR00003 80.8000 84.379 .455 . .910

VAR00004 81.3000 85.274 .409 . .910

VAR00005 80.8500 83.397 .489 . .909

VAR00006 81.3000 79.274 .764 . .903

VAR00007 81.1000 84.305 .411 . .911

VAR00008 80.9000 85.989 .417 . .910

VAR00009 80.9000 81.884 .630 . .906

VAR00010 81.6000 81.516 .499 . .909

VAR00011 81.6500 81.924 .637 . .906

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items


(2)

VAR00012 81.1000 80.516 .711 . .904

VAR00013 81.3000 84.221 .505 . .909

VAR00014 80.9000 81.568 .657 . .905

VAR00015 80.9000 83.463 .575 . .907

VAR00016 81.1500 80.766 .735 . .904

VAR00017 81.5000 82.789 .458 . .910

VAR00018 81.7500 82.092 .567 . .907

VAR00019 81.7000 84.747 .359 . .912

VAR00020 81.1000 80.305 .658 . .905

VAR00021 81.4500 81.629 .500 . .909

VAR00022 81.6500 81.082 .708 . .904

Lampiran 2 Output SPSS 1. Uji normalitas

Explore

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Persepsi guru 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Persepsi guru Mean 108.3833 1.06964

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 106.2430 Upper Bound 110.5237

5% Trimmed Mean 108.0370

Median 108.0000

Variance 68.647

Std. Deviation 8.28536


(3)

Maximum 133.00

Range 41.00

Interquartile Range 9.00

Skewness .868 .309

Kurtosis .824 .608

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Persepsi guru .168 60 .000 .937 60 .004

a. Lilliefors Significance Correction

2. Uji deskriptif (Non parametrik) NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Persepsiguru 60 108.6833 7.63021 95.00 133.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Persepsiguru

N 60

Normal Parametersa,,b Mean 108.6833

Std. Deviation 7.63021

Most Extreme Differences Absolute .169

Positive .169

Negatif -.098

Kolmogorov-Smirnov Z 1.309

Asymp. Sig. (2-tailed) .065


(4)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Persepsiguru

N 60

Normal Parametersa,,b Mean 108.6833

Std. Deviation 7.63021

Most Extreme Differences Absolute .169

Positive .169

Negatif -.098

Kolmogorov-Smirnov Z 1.309

Asymp. Sig. (2-tailed) .065

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

3. Uji deskriptif komponen blended learning NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Face to face 60 34.0000 2.27738 29.00 39.00

e-learning online 60 26.3833 2.91165 20.00 34.00 e-learning offline 60 23.0000 2.40056 18.00 30.00

m-learning 60 23.3167 3.07252 16.00 30.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Face to

face

E-learning online

E-learning

offline M-learning

N 60 60 60 60


(5)

Std. Deviation 2.27738 2.91165 2.40056 3.07252 Most Extreme

Differences

Absolute .167 .152 .117 .125

Positive .167 .152 .117 .125

Negatif -.117 -.117 -.088 -.101

Kolmogorov-Smirnov Z 1.291 1.180 .904 .970

Asymp. Sig. (2-tailed) .071 .123 .388 .304

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

4. Uji deskriptif (jenis kelamin dan usia) Descriptive Statistics Jenis Kelamin N Mean

Std.

Deviation Minimum Maximum

Perempuan 23 110.4783 8.57517 96.00 127.00

Laki-laki 20 109.0000 8.03938 95.00 126.00

Tidak

tergolongkan

17 106.8235 7.60949 98.00 133.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Perempuan Laki-laki

Tidak tergolongkan

N 23 20 17

Normal Parametersa,,b Mean 110.4783 109.0000 106.8235 Std. Deviation 8.57517 8.03938 7.60949 Most Extreme

Differences

Absolute .135 .117 .321

Positive .135 .117 .321

Negatif -.128 -.082 -.163

Kolmogorov-Smirnov Z .650 .523 1.323

Asymp. Sig. (2-tailed) .793 .947 .060

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(6)

Descriptive Statistics

Usia N Mean

Std.

Deviation Minimum Maximum 22-25 Tahun 11 106.7273 8.47456 95.00 125.00 26-29 Tahun 17 107.6471 7.51616 92.00 122.00 Diatas 30

Tahun

15 112.4667 8.43349 97.00 126.00 Tidak

tergolongkan

17 106.8235 7.60949 98.00 133.00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 22-25 Tahun 26-29 Tahun Diatas 30 Tahun Tidak tergolongkan

N 11 17 15 17

Normal Parametersa,,b Mean 106.7273 107.6471 112.4667 106.8235 Std. Deviation 8.47456 7.51616 8.43349 7.60949 Most Extreme

Differences

Absolute .122 .134 .161 .321

Positive .122 .134 .115 .321

Negatif -.107 -.129 -.161 -.163

Kolmogorov-Smirnov Z .403 .554 .623 1.323

Asymp. Sig. (2-tailed) .997 .918 .833 .060

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

5. Uji median data keseluruhan Frequencies

Statistics Persepsi guru

N Valid 60

Missing 0


(7)

Median 108.00

Mode 108

Sum 6503

Percentiles 25 103.00

50 108.00

75 112.00

6. Uji median data komponen blended learning Frequencies

Statistics Face to

face

E-learning online

E-learning

offline M-learning

N Valid 60 60 60 60

Missing 0 0 0 0

Mean 34.0000 26.3833 23.0000 23.3167

Median 34.0000 26.0000 23.0000 23.5000

Mode 34.00 25.00a 22.00 24.00

Sum 2040.00 1583.00 1380.00 1399.00

Percentiles 25 32.0000 25.0000 21.2500 22.0000 50 34.0000 26.0000 23.0000 23.5000 75 35.0000 28.0000 24.0000 25.0000 a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

7. Uji median data jenis kelamin dan usia Statistics

Perempuan Laki-laki

Tidak tergolongkan

N Valid 23 20 17

Missing 0 3 6

Mean 110.4783 109.0000 106.8235


(8)

Mode 103.00a 114.00 108.00

Sum 2541.00 2180.00 1816.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Statistics

22-25 Tahun

26-29 Tahun

Diatas 30 Tahun

Tidak tergolongkan

N Valid 11 17 15 17

Missing 6 0 2 0

Mean 106.7273 107.6471 112.4667 106.8235 Median 106.0000 108.0000 111.0000 106.0000

Mode 95.00a 101.00a 123.00 108.00

Sum 1174.00 1830.00 1687.00 1816.00


(9)

Lampiran 3 Contoh Skala Penelitian

No.

SKALA PENELITIAN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(10)

IDENTITAS DIRI

Nama :

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Usia :

Latar belakang pendidikan :

Lama mengajar :

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, saya membutuhkan sejumlah data yang hanya saya dapatkan dengan adanya kerjasama dengan Bapak/Ibu dalam mengisi alat ukur ini.

Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu sejenak untuk mengisi alat ukur ini. Alat ukur ini terdiri dari beberapa aitem. Saya sangat mengharapkan Bapak/Ibu memberikan jawaban yang terbuka dan apa adanya.

Tidak ada jawaban yang salah dalam pengisian skala ini. Jawaban dianggap benar sepanjang Bapak/Ibu mengisinya dengan apa yang Bapak/Ibu setujui. Semua identitas Bapak/Ibu akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan digunakan untuk kepentingan ini. Cara menjawab skala ini akan dijelaskan di dalam petunjuk pengisian, setelah selesai mengisi alat ukur ini diharapkan untuk memeriksa kembali jawaban Bapak/Ibu sekalian.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan kesediaan kerjasama Bapak/Ibu.

Hormat Saya Rizki Hasanah


(11)

Petunjuk Pengisian

1. Isilah identitas Bapak/Ibu dengan benar pada kolom yang telah disediakan diatas (identitas diri dijaga kerahasiannya)

2. Jawablah semua pernyataan dalam skala ini yang Bapak/Ibu setujui (jangan sampai ada nomor yang terlewatkan )

3. Skala ini terdiri dari 50 aitem. Bapak/Ibu diminta untuk memilih satu jawaban yang ada disamping pernyataan dengan cara menyilang jawaban yang Bapak/Ibu pilih. Pilihan jawabannya adalah :

SS = Jika Bapak/Ibu Sangat Setuju dengan pernyataan S = Jika Bapak/Ibu Setuju dengan pernyataan

N = Jika Bapak/Ibu Netral dengan pernyataan TS = Jika Bapak/Ibu TidakSetuju dengan pernyataan

STS = Jika Bapak/Ibu Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan

Setiap orang mempunyai jawaban yang berbeda dan tidak ada jawaban yang benar atau salah.

Contoh pengisian

No Pernyataan STS TS N S SS

1 Saya lebih suka menyampaikan pelajaran

di dalam kelas X

Jika Bapak/Ibu ingin mengganti jawaban:

No Pernyataan STS TS N S SS

1 Saya lebih suka menyampaikan pelajaran

di dalam kelas X X


(12)

No Pernyataan STS TS N S SS 1 Saya merasa, metode ceramah membuat siswa cepat bosan

2 Menurut saya, penggunaan website sekolah dapat memudahkan siswa belajar di dalam kelas

3 Saya menggunakan website sekolah agar siswa mudah dalam belajar

4 Saya menugaskan kepada siswa untuk menyelesaikan soal latihan pada website sekolah di dalam kelas

5 Saya dapat mengamati kegiatan siswa ketika di dalam kelas 6 Selain laptop, smartphone juga dapat membantu siswa dalam

proses belajar di kelas

7 Dari jawaban yang dikerjakan siswa, saya mengetahui seberapa paham siswa terhadap pelajaran

8 Saya menandai nama siswa yang tidak mengerjakan soal latihan pada website sekolah di dalam kelas

9 Saya merasa, browsing melalui jaringan internet dapat membantu siswa menambah pengetahuannya

10 Saya lebih suka menggunakan metode diskusi karena dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa

11 Siswadapatmengerjakantugasmenggunakan laptop

12 Saya membiasakan siswa untuk mengunduh materi pelajaran sebelum masuk kelas

13 Menurut saya, mengunggah materi pelajaran di website sekolah hanya menyulitkan guru-guru

14 Saya mengenali siswa-siswa yang memperhatikan pelajaran dengan fokus di dalam kelas

15 Melalui website sekolah, saya lebih mudah memberikan tugas pelajaran kepada siswa

16 Saya menggunakan tampilan powerpoint yang unik agar menarik perhatian siswa


(13)

17 Saya merasa, laptop juga smartphone memiliki manfaat bagi siswa dalam balajar

18 Penayangan video di dalam kelas dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan

19 Tersedianya soal-soal di website sekolah, membuat siswa lebih semangat mengerjakan tugas

20 Siswa menggunakan alat bantu powerpoint untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka di dalam kelas

21 Saya menggunakan laptop yang terhubung jaringan internet untuk mengunggah soal kepada siswa yang remedial

22 Penayangan video di dalam kelas dapat mengembangkan daya imajinasi siswa

23 Saya mengombinasikan peyampaian materi dengan PDF juga penayangan video di dalam kelas

24 Melalui penayangan video, proses belajar menjadi lebih jelas dan menarik

25 Saya merasa penggunaan laptop yang terhubung jaringan internet membuat siswa lebih aktif belajar di dalam kelas

26 Penggunaan website sekolah dapat memudahkan guru juga siswa dalam proses belajar

27 Laptop digunakan oleh siswa untuk mendukung kegiatan belajar mereka di dalam kelas

28 Siswa dapat mengakses materi pelajaran melalui website sekolah dengan menggunakan laptop


(14)

---Lampiran 4 Penggolongan Subjek Penelitian

DATA SUBJEK PENELITIAN DAN KATEGORISASI SUBJEK PENELITIAN

No Jenis Kelamin Usia

Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Skor Kategori

1 Laki-laki 25 95 Negatif

2 Perempuan 25 127 Positif

3 Perempuan 23 109 Positif

4 Perempuan 25 110 Positif

5 Perempuan 22 107 Negatif

6 Perempuan 25 110 Positif

7 Perempuan 25 96 Negatif

8 Laki-laki 23 108 Positif

9 Laki-laki 23 104 Negatif

10 Laki-laki 23 111 Positif

11 Laki-laki 25 98 Negatif

12 Laki-laki 35 99 Negatif

13 Laki-laki 32 105 Negatif

14 Laki-laki 33 120 Positif

15 Laki-laki 51 106 Negatif

16 Laki-laki 33 116 Positif

17 Laki-laki 40 111 Positif

18 Perempuan 41 110 Positif

19 Perempuan 38 127 Positif

20 Perempuan 35 109 Positif

21 Perempuan 30 111 Positif

22 Perempuan 32 121 Positif

23 Perempuan 40 125 Positif

24 Perempuan 33 110 Positif

25 Perempuan 32 113 Positif

26 Perempuan 32 105 Negatif

27 Laki-laki 29 117 Positif

28 Perempuan 26 107 Negatif

29 Perempuan 27 107 Negatif


(15)

31 Perempuan 29 103 Negatif

32 Perempuan 29 110 Positif

33 Perempuan 26 108 Positif

34 Perempuan 26 108 Positif

35 Perempuan 27 120 Positif

36 Laki-laki 27 107 Negatif

37 Laki-laki 29 114 Positif

38 Laki-laki 28 108 Positif

39 Laki-laki 26 112 Positif

40 Laki-laki 27 96 Negatif

41 Laki-laki 29 108 Positif

42 Laki-laki 26 108 Positif

43 Laki-laki 29 112 Positif

44 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

105

Negatif

45 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

101

Negatif

46 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

108

Positif

47 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

101

Negatif

48 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

108

Positif

49 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

101

Negatif

50 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

108

Positif 51 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

112

Positif 52 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

133

Positif 53 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

98

Negatif 54 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

104

Negatif 55 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

103

Negatif 56 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

106

Negatif 57 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

108


(16)

58 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

108

Positif 59 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

106

Negatif 60 Tidak

Tergolongkan

Tidak

Tergolongkan

106


(17)

Lampiran 5

No/aitem 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 4 2 5 4 3 4 4 3 5 4 3 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 5 5 4 4 5 3 2 3 5 4 2 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 5 2 5 5 3 5 3 5 2 4 4 4 3 2 5 3 4 3 4 4 6 2 4 3 3 5 5 5 2 5 5 3 3 5 3 3 5 5 3 5 7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 8 3 5 5 3 5 5 5 3 5 4 5 4 2 5 4 5 5 5 5 9 3 4 4 4 4 3 5 3 5 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 10 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 11 5 4 4 2 5 4 5 4 4 5 4 4 3 5 4 5 4 4 3 12 4 4 4 3 3 3 5 3 5 5 4 3 2 3 4 5 3 4 4 13 3 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 3 2 5 4 5 5 5 4 14 5 3 3 2 5 3 4 3 3 5 5 3 3 5 3 3 3 4 3 15 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 16 1 3 3 3 5 4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 3 17 4 5 2 2 5 4 5 4 5 5 5 2 2 4 4 5 4 4 2 18 3 3 4 3 4 5 5 3 5 3 5 5 2 5 3 3 5 5 3 19 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 1 4 5 5 5 5 4 20 1 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 5 4 5 4 21 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 2 4 5 4 5 4 5 4 22 3 4 3 2 5 2 4 2 4 4 4 3 2 5 4 3 3 4 2 23 4 4 3 2 4 3 4 4 5 5 5 3 1 4 2 5 3 5 2 24 5 4 3 3 5 5 4 3 5 4 5 4 2 4 3 5 5 4 4 25 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 2 3 5 4 5 4 5 4 26 2 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4 27 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 3 3 4 4 4 5 5 5 5 2 3 3 4 4 4 3 29 2 4 3 3 5 4 5 3 4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 3 30 1 4 4 2 4 4 5 4 4 3 4 5 1 4 4 5 5 5 4 31 1 4 4 2 4 4 5 4 4 3 4 5 1 4 4 5 5 5 4 32 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 33 4 4 4 2 5 4 5 2 5 3 4 2 1 3 4 4 4 4 3 34 2 4 3 2 4 2 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 35 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 2 5 4 4 4 5 4 36 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3


(18)

46 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 3 3 4 4 5 4 4 4 47 5 3 2 2 5 3 5 1 5 3 4 1 3 5 2 5 3 5 2 48 4 5 3 3 5 4 4 5 5 4 4 4 3 2 3 5 4 5 4 49 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 3 3 4 4 5 4 4 4 50 5 4 2 2 5 4 4 2 5 4 5 4 1 5 3 3 4 4 4 51 5 4 4 1 4 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 52 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 3 4 2 3 4 5 3 5 4 53 4 4 4 3 3 4 3 3 4 5 4 4 2 3 3 5 4 5 4 54 4 4 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 2 3 4 5 4 5 3 55 2 4 4 4 4 3 3 3 5 5 4 3 2 4 4 4 4 4 5 56 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 5 5 57 4 3 4 4 5 3 3 3 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4 3 58 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 4 5 5 5 4 3 59 5 4 4 3 3 4 4 3 4 5 4 4 2 3 3 4 4 5 4 60 4 4 4 3 3 4 3 3 4 5 4 4 2 3 3 5 4 4 3 37 3 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 5 2 5 4 4 3 4 3 38 3 4 4 3 4 2 4 4 4 5 4 2 2 4 3 5 2 5 5 39 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 3 3 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42 4 4 4 2 4 3 4 2 4 5 4 4 2 4 3 4 4 4 3 43 2 4 3 3 5 4 4 4 4 3 5 4 3 4 4 4 5 4 4 44 5 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 4 2 4 5 5 5 5 3 45 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 1 5 5 5 5 5 5


(19)

20 21 22 23 24 25 26 27 28 5 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 1 2 5 3 3 4 5 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 5 4 5 3 5 4 5 5 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 5 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 5 3 5 5 3 3 4 4 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 2 4 2 4 3 3 5 4 5 5 5 3 3 5 5 5 4 4 3 4 5 4 5 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 1 5 3 5 5 4 5 4 4 1 5 3 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4


(20)

3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 2 4 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 5 2 5 5 5 5 5 5 2 5 5 4 4 4 3 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3 2 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 3 5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 3 3 4 4


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, S. (2000). Introduction to Psychology (13th Edition). Harcourt College Publisher.

Azwar, Saifuddin. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka _____________2012. Metode Penelitian (cetakan XIII). Yogyakarta : Pustaka. Bell, P. A. (1996). Enviromental Psychology. Fort Worth, TX : Harcourt

College Publisher.

Danim, Sudarwan. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta

Dwiyogo, W. D. 2013.Pembelajaran Berbasis Blended Learning. [online]. Tersedia

http://id.wikibooks.org/wiki/Pembelajaran_Berbasis_Blended_Learning. (diakses tanggal 02 November 2014)

Dziuban, C. D., J. L. dan Moskal, P. D. 2004. Blended Learning. Research Bulletin. Educause Centre for Applied Research, (7)

Goldstein, E. B. 2011. Cognitive Psychology: Connecting Mind, Research and Everyday Experience (3rd Ed). United States : Wadsworth, Cengage Learning.

Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : ANDI

Husamah. 2014. Pembalajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

King, Laura A. 2010. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika

Kose, Utku. 2010. A Blended Learning Model Supported with Web 2.0 Technologies. Jurnal. Afyon Kocatepe University, (2)

Kurniawati, Rita (2014). Indonesian Journal of Curriculum and Educational technology Studies. Jurnal, 3, (1). Universitas Negeri Semarang.

Lahey, B. B. 2007. Introduction to Psychology. Chicago : McGraw Hill. Myers, G. E. (1996). Exploring psychology. New York : Worth Publisher.


(22)

Naidu, S. 2006. E-learning (A Guide Book of Principles, Procedures, and Practice). Australia: Commonwealth of Education for ASIA.

Noviatayati, Ratna. 2014. Pengaruh Metode Blended Learning dan Self-Regulated Terhadap Hasil Belajar Kognitif IPS. Jurnal, 23, (1).Universitas Negeri Malang.

Rahmat, J. 2005. Psikologi Komunitas. PT. Remaja Rosdakarya : Jakarta Rookes, P ., & Willson, J. 2000. Perception: Theory, Development, and

Organisation. London :Routledge.

Santrock, J. W. 2007. Psikologi Pendidikan (Edisikedua). Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Solso, R. L., Otto, H., Maclin, M., Kimberly, M. (2007). Psikologi Kognitif. Ahli bahasa, Mikael Rahardianto & Kristanto Batuadji. Jakarta : Erlangga.

Syarif, Izuddin. 2012. Pengaruh Model Blended Learning Terhadap Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Smk. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2, (2).

Taiwo, Sunday. 2009. Tacher’s Perception of The Role of Media In Classroom Teaching In Secondary Schools. Jurnal. The Turkish Online Journal of Educational Technology, 1, (8).

Tim Penulis Kelompok 3, 9, dan 11. Laporan Hasil Observasi Lapangan SMK Tritech Medan.Makalah. Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Tim Penulis. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Menurut Azwar (2012) penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan fakta yang akurat dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu, dalam hal ini peneliti ingin melihat gambaran persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan.

B. Identifikasi Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sebagai faktor-faktor yang berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Variabel dalam penelitian ini adalah persepsi.

C. Definisi Operasional

Gambaran persepsi terhadap blended learning adalah penilaian atau tanggapan yang diberikan individu terhadap gabungan model pembelajaran tatap muka dengan e-learning yang melibatkan kognitif, afektif, intrepretatif dan evaluatif. Adapun aspek kognitif adalah yang berhubungan dengan sejauhmana individu mengerti, dan memahami masing-masing komponen dari blended learning, secara afektif berkaitan dengan bagaimana individu merasakan kemudahan dan manfaat dari komponen blended learning, dan


(24)

secara interpretatif sejauhmana individu memaknai kegunaan dari masing-masing komponen blended learning, serta secara evaluatif berkaitan dengan penilaian individu dalam model pembelajaran blended learning sebagai suatu yang baik maupun yang buruk dalam penerapannya pada proses pembelajaran. Adapun komponen dari blended learning yaitu:

1. Face to face

Interaksi langsung yang dilakukan oleh guru dengan siswa dalam proses belajar di dalam kelas seperti penyampaian materi pelajaran, pemberian tugas hingga mengamati kegiatan siswa di dalam kelas. 2. E-learning online

Pembelajaran yang menggunakan media elektronik yang terhubung jaringan internet yang digunakan sebagai media dalam melakukan proses belajar seperti penggunaan website, browsing, pengunggahan dan pengunduhan materi pelajaran.

3. E-learning offline

Pembelajaran yang tidak menggunakan jaringan internet melainkan media elektronik lainnya seperti tampilan video, CD/DVD hingga tampilan powerpoint yang digunakan sebagai alat bantu dalam meyampaikan materi pelajaran.

4. M-learning

Pembelajaran yang menggunakan perangkat komputasi mobile seperti laptop maupun smartphone dalam mendukung kegiatan belajar.


(25)

Data persepsi guru mengenai blended learning diperoleh melalui skala psikologis yang disusun oleh peneliti berdasarkan komponen blended learning yang dikemukakan oleh Husamah (2014) yaitu, tatap muka (facto-face), e-learning online, e-e-learning offline, dan m-e-learning. Skor total menunjukkan tinggi rendahnya persepsi guru terhadap blended learning. Semakin tinggi skor skala blended learning, maka semakin positif persepsi guru terhadap blended learning. Sebaliknya, semakin rendah skor skala blended learning, semakin negatif persepsi guru terhadap blended learning.

D. Subjek Penelitian

Populasi adalah kelompok subjek yang sesuai dengan karakter penelitian yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi dari penelitian ini adalah guru SMK Tritech Informatika Medan.

Di SMK Tritech Informatika Medan terdapat 107 orang guru. Seluruh anggota populasi diikutsertakan dalam penelitian, karena peneliti dapat menjangkau seluruh populasi yang ada di SMK Tritech Informatika Medan. Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan teknik sampling atau teknik pengambilan sampel.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggumpulkan data dengan menggunakan skala persepsi guru terhadap blended learning yang disusun oleh peneliti berdasarkan komponen blended learning yang dikemukakan oleh Husamah (2014) yaitu, tatap muka (face-to-face), e-learning online, e-learning offline, dan m-learning, yang akan dikenakan kepada guru yang ada di SMK Tritech


(26)

Informatika Medan. Skala persepsi guru terhadap blended learning menggunakan model skala Likert yang terdiri dari 28 aitem. Peneliti menggunakan 5 alternatif pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), netral (N) tidak setuju (ST), dan sangat tidak setuju (STS). Selain aitem, peneliti juga menambahkan data identitas diri yang terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, lama mengajar, dan latar belakang pendidikan.

Skor untuk aitem favorable pada pilihan Sangat Setuju (SS) bernilai 5, Setuju (S) bernilai 4, Netral (N) bernilai 3 Tidak Setuju (TS) bernilai 2 dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 1. Sedangkan skor untuk aitem unfavarable pada pilihan Sangat Setuju (SS) bernilai 1, Setuju (S) bernilai 2, Netral (N) bernilai 3 Tidak Setuju (TS) bernilai 4 dan Sangat Tidak Setuju (STS) bernilai 5.

Tabel. I Blue print skala persepsi terhadap blended learning

Komponen blended learning

Total Kognitif Afektif Interpretatif Evaluatif

Fav Un Fav

Fav Un

fav Fav

Un

fav Fav Un fav Face-to face 1,

16 19, 20 27, 30 3, 17 13,

22 6

4,

10 - 13

E-learning online

23, 34 14

15,

50 29 2, 8

23, 32

5,

18 - 12

E-learning offline 31, 39 35, 41 36, 37 47

42,

46 48

40,

44 12 13

M-learning 7,

21 26

24, 28 44

11,

25 -

43, 45

9,

38 12


(27)

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas alat ukur

Pengujian validitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba alat ukur dalam mengukur variabel yang ingin diukur. Validitas isi adalah sejauh mana suatu tes yang merupakan seperangkat soal, yang dilihat dari isinya benar-benar mengukur apa yang ingin diukur (Hadi, 2000). Validitas isi juga merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional dari professional judgement (Azwar, 2005). Dalam penelitian ini, peneliti meminta professional judgement dari dosen pembimbing.

2. Reliabilitas alat ukur

Reliabilitas alat ukur ini mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas (rxx’) yang merupakan indikator konsistensi butir-butir pernyataan tes dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini berkisar antara 0 sampai dengan 1, Semakin mendekati angka satu maka reliabilitasnya semakin tinggi, sebaliknya semakin mendekati angka nol, maka reliabitiasnya semakin rendah. Untuk mengetahui estimasi reliabilitasnya, peneliti menggunakan teknik koefisien Cronbach Alpha melalui program SPSS 17,0 for Windows.


(28)

G. Hasil uji coba alat ukur

Sebelum dilakukannya pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba alat ukur, guna mengetahui kualitas dari aitem yang telah disusun. Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 4 Mei 2015 sampai 9 Mei 2015 yang diberikan kepada guru yang berada di SMK Darussalam, yang mana SMK ini memiliki sistem pembelajaran yang sama dengan SMK yang akan diteliti. Dari 31 orang jumlah keseluruhan guru, skala hanya tersebar kepada 20 orang guru saja. Data dari uji coba alat ukur diolah menggunakan program SPSS 17,0 for Windows.

Hasil analisa reliabilitas dan daya diskriminasi aitem pada skala pengukuran presepsi terhadap blended learning, didapatkan bahwa reliabitas alat ukur memiliki yang diuji cobakan sebesar 0,733 dan terdapat 28 aitem yang memiliki daya diskriminasi di bawah 0,3. Data aitem yang lolos kemudian diolah kembali untuk melihat apakah aitem tersebut benar-benar memiliki daya diskrikiminasi di atas 0,3. Hasil menghitung yang kedua kalinya didapatkan reliabilitas alat ukur yang diujicobakan adalah sebesar 0,912. Berdasarkan hasil perhitungan yang kedua kali, diperoleh 22 aitem yang dapat digunakan di dalam penelitian dengan reliabilitas 0,912 dan bergerak dari rentang 0,359-0,764.

Namun terdapat tiga aspek persepsi dari dua komponen blended learning yaitu komponen face to face pada aspek afektif dan komponen e-learning offline pada aspek interpretatif dan evaluatif. Menanggapi hal ini, peneliti kemudian memilih aitem yang memiliki nilai daya diskriminasi yang paling


(29)

tinggi pada masing-masing komponen dan memperbaiki aitem tersebut, dan terpilihlah 6 buah aitem yang kemudian diperbaiki serta melakukan professional judgement kembali kepada dosen pembimbing. Keenam aitem tersebut adalah (27 dan 30) dalam komponen face to face pada aspek afektif, dan (42 dan 46) dalam komponen e-learning offline pada aspek interpretatif serta (40 dan 49) pada aspek evaluatif.

Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Persepsi Terhadap Blended Learning Setelah Diuji Coba

Komponen blended learning

Aspek persepsi Total

Kognitif Afektif Interpretatif Evaluatif Fav Un

fav Fav Un

fav Fav

Un

fav Fav Un fav Face-to face 1,

16 19, 20 27, 30 3, 17 13,

22 6

4,

10 - 9

E-learning online

23, 34 14

15,

50 29 2, 8

23, 32

5,

18 - 7

E-learning offline 31, 39 35, 41 36, 37 47

42,

46 48

40,

44 12 6 M-learning 7,

21 26

24, 28 44

11, 25 -

43, 45

9,

38 6

Total 28

Keterangan : angka yang bercetak tebal adalah aitem yang memiliki daya diskriminasi di atas 0,3 dan merupakan aitem yang lolos.

Berdasarkan jumlah aitem yang lolos atau yang memiliki daya diskriminasi yang baik, peneliti melakukan penomoran kembali. Adapun distribusi aitem pada skala penelitian ddapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(30)

Tabel 3. Distribusi aitem pada skala penelitian Komponen blended learning Aspek persepsi Total Kognitif Afektif Interpretatif Evaluatif

Fav Un

fav Fav Un

fav Fav

Un

fav Fav Un fav Face-to face 4, 14 8 1, 10 - 7, 2 - 5, 11 - 9

E-learning

online 3, 12 - 9 -

19,

26 13 15 - 7

E-learning

offline 16 - 23 -

20,

22 -

18,

24 - 6

M-learning 21 - 17,

25 - 27 - 6, 28 - 6

Total 28

H. Prosedur Pelaksaaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap palaksanaan, dan tahap pengelolaan data.

1. Tahap persiapan

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala persepsi terhadap model pembelajaran blended learning yang disusun berdasarkan aspek persepsi yang diungkapkan oleh Ittelson (dalam Bell, 2011) dan empat komponen blended learning yang dikemukakan oleh Husamah (2014). Skala ini terdiri dari 40 item. Penyusunan skala ini dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan dan kemudian dibuat ke dalam blue print skala tersebut. Skala penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti dengan menyediakan lima pilihan respon yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Skala yang telah disusun kemudian


(31)

diuji coba validitasnya melaui professional judgement kepada dosen pembimbing.

Skala penelitian kemudia diuji cobakan kepada guru yang berada di SMK Darussalam, yang mana pada SMK ini memiliki karakteristik yang sama dengan SMK yang akan dilakukan pengambilan data yaitu memiliki model pembelajaran e-learning yang digabungkan dengan model pembelajaran tatap muka. Dari 31 orang jumlah keseluruhan guru yang mengajar di SMK Darussalam, sebanyak 20 orang yang mengisi skala penelitian tersebut.

Setelah selesai melakukan uji coba alat ukur, data yang didapat kemudian dianalisi dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows. Daya diskriminasi atem dilakukan dengan menggunakan uji reliabilitas. Aitem yang lolos adalah aitem yang memiliki daya diskriminasi di atas 0,3. Dari 50 aitem yang diujicobakan sebanyak 22 aitem yang memiliki daya diskriminasi di atas 0,3 dengan rentang yang bergerak dari 0,359-0,764. Namun karena terdapat tiga aspek persepsi dari dua komponen blended learning yang tidak terwakilkan, peneliti kemudian memilih aitem dari ketiga aspek tersebut didapat 6 buah aitem yang memiliki daya diskriminasi paling tinggi dan peneliti memperbaiki aitem tersebut serta melakukan professional judgement kembali kepada dosen pembimbing.


(32)

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah alat ukur direvisi, maka dilakukanlah pengambilan data terhadap subjek penelitian yaitu guru yang mengajar di SMK Tritech Informatika Medan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 25 Mei 2015 sampai dengan 30 Mei 2015. Dari 107 orang jumlah guru yang mengajar, hanya 60 orang yang mengisi skala tersebut. Peneliti tidak dapat menjangkau keseluruhan populasi dikarenakan pada saat pengambilan data, di SMK tersebut sedang berlangsung ujian semester dan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti.

3. Tahap pengolahan data penelitian

Setelah dilakukannya pengambilan data, peneliti kemudian melalukan pengolahan data dari skala penelitian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program bantuan SPSS 17,0 for Windows. Untuk skala penelitian persepsi terhadap blended learning, peneliti melakukan pengkategorian ke dalam dua kelompok yaitu positif dan negatif.

Untuk melakukan kategorisasi ke dalam kelompok positif maupun negatif, peneliti menggunakan nilai median dari distribusi data subjek. Hal ini dikarenakan data penelitian tidak terdistribusi secara normal. I. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang ingin


(33)

diteliti (Azwar, 2012). Data yang berhasil dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17 for windows.


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data

1. Gambaran subjek penelitian

Subjek penelitian adalah guru yang aktif mengajar di SMK Tritech Informatika Medan. Jumlah keseluruhan populasi yang ada di SMK Tritech Informatika Medan adalah 107 orang. Subjek yang mengisi skala penelitian sebanyak 60 orang, dan didapatkan gambaran subjek berdasarkan usia, dan jenis kelamin.

a. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian, maka diperoleh data subjek sebagai berikut:

Tabel 4. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin N Persentase

Laki-laki 20 33,3%

Perempuan 23 38,3%

Tidak tergolongkan 17 28,3%

Total 60 100%

Dari tabel di atas,dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 20 orang (33,3%), subjek yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 orang (38,3%) dan yang tidak tergolongkan sebanyak 17 orang (28,3%) karena tidak mencantumkan jenis kelamin pada skala pengukuran.


(35)

b. Gambaran subjek berdasarkan usia

Berdasarkan usia subjek penelitian, di peroleh data subjek sebagai berikut.

Tabel 5. Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia N Persentase

22-25 tahun 11 18,3%

26-29 tahun 17 28,3%

30 tahun ke atas 15 25%

Tidak tergolongkan 17 28,3%

Total 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang berada direntang usia 22-25 tahun sebanyak 11 orang (18,3%), yang berada di rentang 26-29 tahun sebanyak 17 orang (28,3%) dan yang berusia di atas 30 tahun sebanyak 15 orang. Terdapat 17 orang subjek yang tidak tergolongkan karena tidak mencantumkan usia pada skala pengukuran.

B. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan explore untuk variabel persepsi guru terhadap blended learning. Pada variabel ini sebaran normalnya memperoleh nilai p<0,05 yaitu 0,004. Berdasarkan analisa tersebut, maka variabel persepsi guru terhadap blended learning memiliki sebaran yang tidak normal. Untuk itu peneliti menggunakan teknik median untuk melihat gambaran dan kategorisasi dari persepsi guru terhadap blended learning.


(36)

2. Gambaran umum persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan

Gambaran persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan dari hasil analisa ini dapat dilihat melalui skor mean, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum. Hasal analisis deskriptif dalam penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tebel 6. Gambaran Mean, Standar Deviasi, Nilai Minimum, Nilai Maksimum Persepsi Guru Terhadap Blended learning (Teoretik Dan

Empirik)

Variabel Hipotetik Empirik

Mean SD Min Max Mean SD Min Max Persepsi

guru terhaadap blended learning

84 18 28 140 108,38 8,28 92 133

Tabel di atas menunjukkan bahwa skor mean empirik skala persepsi guru terhadap blended learning adalah 108,38 dengan SD empirik 8,28 dan mean hipotetik 84 dengan SD 18. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa secara rata-rata subjek memiliki persepsi terhadap blended learning di atas rata-rata teoritis.

Tabel 7. Kategorisasi Persepsi Terhadap Blended learning Pada SMK Tritech Informatika Medan

Variabel Kategorisasi

jenjang Kategori N Presentasi Persepsi guru


(37)

learning pada SMK Tritech

Informatika Medan

108< X Negatif 29 48,33%

Total 60 100%

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa guru SMK Tritech Informatika Medan yang memiliki persepsi positif terhadap blended learning sebanyak 31 orang (51,67%), dan sebanyak 29 orang (48,33%) yang masuk kedalam kategori negatif.

3. Gambaran komponen blended learning pada subjek penelitian

Komponen dari blended learning terbagi atas empat, yaitu face to face, e-learning online, e-learning offline dan m-learning. Hasil perhitungan nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi dari keempat komponen, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Gambaran Mean, Standar Deviasi, Nilai Minimum, Dan Nilai Maksimum Dari Komponen Blended learning

Komponen blended learning

Mean hipotetik Mean empirik Mean SD Min Maks Mean SD Min Maks Face to

face 27 6 9 45 34 2,27 29 38

E-learning

online 21 4,67 7 35 26,38 2,91 20 34 E-learning

offline 18 4 6 30 23 2,40 18 30

M-learning 18 4 6 30 23,31 3,07 16 30 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor mean dari komponen face to face memiliki skor paling tinggi yaitu (34) dengan standar deviasi (2,27), selanjutnya komponen e-learning online (26,38) dengan standar deviasi (2,91), lalu komponen m-learning (23) dengan standar deviasi


(38)

(2,40) dan terakhir komponen e-learning offline (23,31) dengan standar deviasi (3,07).

Tabel 9. Kategorisasi Komponen Blended learning Pada Guru Di SMK Tritech Informatika Medan

Komponen Kategorissiasi jenjang

Kategorisasi N Persentase Face to face X > 34

34 < X

Positif Negatif 18 42 30% 70% E-learning online

X > 26 26 < X

Positif Negatif 23 37 38,3% 61,7% E-learning offline

X > 23 23 < X

Positif Negatif 23 37 38,3% 61,7% M-learning X > 23

23 < X Positif Negatif 30 30 50% 50% Berdasarkan tabel di atas, pada komponen face to face terdapat 18 orang guru (30%) yang memiliki perspsi positif terhadap blended learning, dan sebanyak 42 orang guru (70%). Selanjutnya pada komponen e-learning online, guru yang memiliki perspsi yang posistif terhadap blended learning sebanyak 23 orang (38,3%), sedangkan guru yang memiliki persepsi negatif sebanyak 37 orang (61,7%). Untuk komponen e-learning offline, terdapat 23 orang guru (38,3) yang memiliki persepsi positif terhadap blended learning, dan guru yang memiliki persepsi negatif terhadpa blended learning sebanyak 37 orang (61,7%). Terakhir pada komponen m-learning, guru yang memiliki persepsi yang positif dan negatif memiliki jumlah yang sama yaitu sebanyak 30 orang (50%).


(39)

4. Gambaran persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, gambaran persepsi guru terhadap blended learning dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 10 mean persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan

Jenis kelamin Mean

Laki-laki 109

Perempuan 110,47

Tidak Tergolongkan 106,82

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis kelamin laki-laki memperoleh mean sebesar 109, sedangkan subjek yang berjenis kelamin perempuan memperoleh mean yang lebih tinggi dari subjek laki-laki yaitu 110,47. Serta subjek yang berada dalam kategori yang tidak tergolongkan karena tidak mencantumkan jenis kelamin pada skala pengukuran memperoleh mean sebesar 106,82.

5. Gambaran persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan berdasarkan usia

Berdasarkan usia, gambaran persepsi guru terhadap blended learning dapat dilihat pada tabel di berikut ini:


(40)

Tabel. 11 mean persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan

Usia Mean

22-25 tahun 106,72

26-29 tahun 107,64

30 tahun ke atas 112,46 Tidak tergolongkan 106,82

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa subjek yang berusia 22-25 tahun memperoleh mean 106,72, subjek yang berusia 26-29 tahun memperoleh mean 107,64. Sedangkan subjek yang berusia 30 tahun ke atas memperoleh mean tertinggi yaitu 112,46, dan subjek yang berada dalam kategori yang tidak tergolongkan karena tidak mencantumkan usia pada skala pengukuran memperoleh mean 106,82.

C. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di atas, di dapatkan bahwa mean empirik lebih besar dari skor mean hipotetik yang menunjukkan bahwa persepsi mengenai blended learning pada sampel penelitian berada di atas rata-rata teoritis yang berarti bahwa persepsi guru terhadap blended learning tergolong positif. Berdasarkan kategorisasi, tidak terdapat guru yang memiliki persepsi negatif, selanjutnya sebanyak 42 orang yang memiliki persepsi positif, dan sebanyak 1 orang berada dalam kategori yang tidak tergolongkan. Hal ini menunjukkan bahwa guru yang berada di SMK Tritech Informatika Medan memiliki persepsi yang positif terhadap blended learning. Kategori tidak


(41)

tergolongkan menunjukkan bahwa guru bisa saja memiliki persepsi positif dan bisa saja memiliki persepsi yang negatif.

Atkinson (2000) menyebutkan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian. Proses pengorganisasian suatu stimulus berbeda-beda pada masing-masing individu, tergantung pada proses berpikir, perasaan individu, penilaian hingga pengalaman yang berbeda pada masing-masing individu. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa data yang dilakukan, yang mana individu berbeda-beda dalam mempersepsikan suatu objek yaitu blended learning.

Berdasarkan analisa data yang dilakukan, komponen face to face memiliki skor mean yang paling tinggi (34) dan komponen e-learning online (26,38) dan komponen e-learning offline (23). Serta yang terkahir pada komponen m-learning memiliki skor mean (23,31).

Rahmat (2005) mengatakan bahwa terdapat dua bentuk persepsi yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Individu akan mempersepsikan sesuatu dengan positif ketika objek yang dipersepsikan sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima baik secara rasional maupun emosional manusia. Namun individu akan mempersepsikan secara negatif ketika objek yang dipersepsikan tidak sesuai dengan penghayatan, biasanya individu cenderung menolak dan menanggapinya secara berlawanan. Salah satu penyebabnya adalah adanya


(42)

ketidakpuasan dan ketidaktahuan individu mengenai objek yang dipersepsikannya.

Pada komponen face to face, guru yang memiliki persepsi yang positif lebih sedikit dari guru yang memiliki persepsi yang negatif terhadap komponen blended learning. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian guru mengenai proses interaksi langsung antara peserta didik dengan guru di dalam kelas dan penyampaian materi selama proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran blended learning masih kurang baik.

Selanjutnya pada komponen e-learning online, jumlah guru yang mempersepsikan secara positif juga lebih sedikit daripada guru yang memiliki persepsi yang negatif. Jumlah ini menunjukkan bahwa penilaian guru masih kurang baik mengenai pemanfaatan jaringan internet sebagai metode penyampaiaan pelajaran dan fasilitas seperti penggunaan website, browsing, mengunduh hingga mengunggah materi pelajaran selama proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.

Demikian halnya pada komponen yang ketiga, yaitu e-learning offline juga terdapat jumlah guru yang memiliki persepsi yang positif lebih kecil daripada guru yang meemiliki persepsi yang negatif. Dari data penelitian tersebut menunjukkan bahwa penilaian guru belum cukup baik mengenai penggunaan tampilan video, penggunaan CD atau DVD maupun tampilan powerpoint sebagai alat bantu dalam penerapan model pembelajaran blended learning.

Komponen yang terakhir yaitu m-learning (mobile learning), jumlah guru yang memiliki persepsi negatif sama banyaknya dengan jumlah guru yang


(43)

memiliki persepsi positif. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penilaian guru cukup baik mengenai penggunaan perangkat mobile seperti laptop, notebook serta smartphone sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran dan penerapan model blended learning.

Bila dilihat dari jenis kelamin, guru yang berjenis kelamin perempuan memiliki mean yang tinggi daripada guru yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Rookes & Wilson (2000) yang mengatakan bahwa laki-laki lebih dalam kemampuan visual spasial daripada perempuan, selain itu laki-laki juga memiliki ketajaman visual lebih baik pada siang hari sedangkan wanita lebih cepat beradaptasi dalam lingkungan yang gelap. Pada penelitian ini jumlah subjek perempuan lebih banyak daripada jumlah subjek laki-laki, tetapi juga terdapat subjek yang tidak mencantumkan atau tidak mengisi kolom jenis kelamin pada skala pengukuran.

Berdasarkan usia, subjek yang berada pada usia 30 tahun ke atas memiliki skor tertinggi dari subjek lainnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rookes & Wilson (2000) bahwa kemampuan perseptual meningkat dan semakin akurat seiring bertambahnya usia namun kemampuan perseptual juga menurun dalam mempersepsikan dunia fisik seiring bertambahnya usia. Pada penelitian ini, jumlah subjek yang berusia dalam rentang 26-29 tahun memiliki jumlah terbanyak daripada subjek yang berusia diatas 30 tahun. Namun dari hasil analisa menunjukkan bahwa subjek yang berusia diatas 30 tahun memiliki kemampuan perseptual yang lebih baik dari subjek yang berusia dibawah 30 tahun.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara umum, guru-guru yang menjadi sampel penelitian di SMK Tritech Informatika Medan memiliki persepsi yang positif terhadap blended learning.

2. Dari keempat komponen blended learning yaitu face to face, e-learning online, e-learning offline dan m-learning, maka dapat disimpulkan bahwa guru SMK Tritech Informatika Medan memiliki persepsi yang negatif pada keempat komponen blended learning.

3. Berdasarkan data yang diperoleh melalui skala pengukuran oleh subjek penelitian dapat dilihat bahwa skor mean guru terhadap blended learning tertinggi terdapat pada:

a. Subjek berjenis kelamin perempuan b. Berusia di atas 30 tahun

B. Saran

Berdasarkan analisa data, pembahasan dan kesimpulan yang sudah di paparkan di atas, peneliti mencoba memberika beberapa saran. Saran yang diberikan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penelitian selanjutnya mengenai persepsi terhadap blended learning.


(45)

a. Penyusunan skala pengukuran untuk penelitian selanjutnya diharapkan lebih sesuai dengan teori-teori persepsi agar memiliki tingkat valitidas isi yang lebih baik.

b. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menambah variabel lain agar dapat melihat persepsi guru terhadap blended learning secara lebih mendalam.

c. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan menambah teknik pengambilan data seperti wawancara dan observasi agar mendapat data yang lebih akurat mengenai persepsi guru terhadap blended learning. d. Pada penelitian selanjutnya, penelti diharapkan untuk mempercepat

penyebaran skala penelitian agar mendapatkan data yang lebih banyak dari populasi yang tersedia.

e. Pada penelitian selanjutnya, peneliti diharapkan untuk memeriksa kembali jawaban dari subjek penelitian baik dari kelengkapan identitas maupun jawaban dari pernyataan agar data yang sudah didapatkan dapat digunakan seluruhnya.

2. Saran praktis

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa pemahaman dan penilaian guru mengenai keempat komponen blended learning sudah cukup baik, namun masih terdapat kekurangan dilihat dari jumlah guru yang memiliki persepsi positif pada keempat komponen tersebut. Untuk itu, pihak sekolah diharapkan melakukan pelatihan keguruan/pengajaran terhadap guru-guru yang ada di SMK


(46)

Tritech Informatika untuk lebih meningkatkan pemahaman pada model pembelajaran yang digunakan oleh pihak sekolah.


(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSEPSI

1. Definisi Persepsi

Atkinson (2000) menyebutkan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian. Selanjutnya, Lahey (2007) mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan interpretasi informasi yang didapatkan dari luar. Sedangkan King (2010) mengatakan bahwa persepsi adalah proses otak dalam mengatur dan menginterpretasi informasi sensoris dan memberikan makna informasi tersebut.

Wade (2007) menyebutkan persepsi merupakan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi sesuatu yang bermakna, dan Myers (1996) menambahkan bahwa persepsi memungkinkan kita untuk mengenaili makna dari suatu objek dan peristiwa. Persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik, yang mana kejadian-kejadian sensorik tersebut diproses sesuai pengetahuan kita tentang dunia, sesuai budaya, pengharapan yang memberikan makna terhadap pengalaman sensorik sederhana (Solso., dkk, 2007).

Rahmat (2005) mengatakan bahwa terdapat dua bentuk persepsi yaitu persepsi positif dan persepsi negatif. Individu akan mempersepsikan sesuatu


(48)

dengan positif ketika objek yang dipersepsikan sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima baik secara rasional maupun emosional manusia. Namun individu akan mempersepsikan suatu objek secara negatif ketika hal itu tidak sesuai dan individu cenderung menolak dan menanggapinya secara berlawanan terhadap objek yang dipersepsikan.

Dalam penelitian ini, definisi persepsi yang digunakan adalah proses pengorganisasian danpenafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukanindividu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian.

2. Aspek persepsi

Ittelson (dalam Bell, 2001) menyatakan bahwa ada 4 aspek persepsi yaitu :

a. Kognitif, meliputi bagaimana individu berpikir, mengorganisasi dan menyimpan informasi.

b. Afektif, perasaan yang mempengaruhi bagaimana individu mempersepsi sesuatu.

c. Interpretatif, sejauhmana individu memaknai sesuatu.

d. Evaluatif, bagaimana individu menilai sesuatu sebagai aspek yang baik dan buruk.

3. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi. Faktor-faktor ini menyebabkan adanya perbedaan persepsi tiap-tiap individu. Menurut Rookes &Willson (2000), faktor-faktor tersebut adalah :


(49)

a. Usia

Kemampuan perseptual seseorang berubah dan matang seiring berkembangnya dan bertambahnya usia. Secara umum, kemampuan perseptual terlihat meningkatdan semakin akurat namun ada juga kemampuan perseptual yang menurun dalam merepresntatifkan dunia fisik, seiring bertambahnya usia.

b. Gender

Masalah perbedaan gender dalam proses psikologi sangatkontroversial. Namun, terdapatnya beberapa perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam persepsi visual. Laki-laki memiliki ketajaman visual yang lebih baik disiang hari, sedangkan perempuan lebih cepat beradaptasi dalam kondisi gelap. Salah satu kemampuan yang memiliki perbedaan gender yangkonstan adalah kemampuan visual spasial. Pada kemampuan ini, priamempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.

c. Kepribadian

Orang-orang dengan kepribadian yang berbeda cenderung berperilaku berbeda dalam berbagai situasi dan dapat merespon berbagai informasi dengan cara yang berbeda.

d. Kondisi fisik

Ada banyak kerusakan fisik yang dapat mempengaruhi persepsi. Penyakit seperti katarak, agnosia dan prosopagnosia yang membuat individu kesulitan dalam mempersepsikan sesuatu.,


(50)

Penggunaan obat-obatan seperti narkoba dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Selain itu, orang yang menggunakan zat tertentu seperti kafein, juga akan mempunyai pengalaman perseptual yang berbeda.

e. Perceptual set

Set adalah ekspektasi yang dibawa oleh observer ke dalam situasi perseptual. Latar belakang dan pengalaman sepertinya membuat kita melihat suatu hal dengan cara tertentu, khususnya jika stimulus yang diberikan ambigu. Ada beberapa hal yang mempengaruhi set yaitu motivasi, konteks, ekpektasi, pengalaman sebelumnya dan emosi.

f. Budaya dan variasi sosial

Terdapat aspek dari lingkungan dan budaya yang membuat individu mempersepsikan dan mendapatkan pengalaman yang berbeda. Individu yang dibesarkan dengan pengaruh budaya Barat akan mengenali stimulus visual tertentu seperti televisi dan film, namun stimulus tersebut akan membingungkan individu yang dibesarkan dari daerah yang terpencil. Beberapa studi telah menemukan bukti yang kuat untuk mendukung adanya pengaruh lingkungan fisik terhadap persepsi individu.


(51)

B. BLENDED LEARNING 1. Definsi blended learning

Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu blended yang berarti campuran atau kombinasi dan learning berarti pembelajaran, jadi blended learning merupakan campuran atau kombinasi antara pembelajaran tradisional atau tatap muka dengan pembelajaran online (Husamah, 2014).

Thorne (2003, dalam Husamah 2014) menggambarkan blended learning sebagai kesempatan untuk mengintegrasikan kemajuan teknologi dan inovatif yang ditawarkan oleh pembelajaran online dengan interaksi dan partisipasi dari pembelajaran tradisional. Blended learning adalah sebuah konsep yang relatif baru dalam pembelajaran dimana pengajaran yang disampaikan melalui gabungan pembelajaran online dan tradisional yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh instruktur atau pengajar (Bielwski dan Metcalf, 2003 dalam Husamah 2014). Blended learning harus dipandangsebagai pendekatan pedagogis yang menggabungkan efektivitas dan peluang sosialisasi kelas dengan kemungkinan peningkatan teknologi untuk mencapai pembelajaran yang aktif dalam lingkungan online, daripada rasio modalitas pembelajaran tradisional (Dziuban, Hartman and Moskal, 2004).

Akkoyunlu dan Soylu (dalam Husamah, 2014) mendefinisikan blended learning sebagai variasi penggunaan metode yang mengkombinasikan pertemuan tatap muka langsung di kelas tradisional dan pengajaran online untuk mendapatkan objektifitas pembelajaran. Lebih lanjut, Dwiyogo (2013)


(52)

mengatakan blended learning mengacu pada pembelajaran yang mengkombinasikan atau mencampurkan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline).

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa blended learning adalah kombinasi antara model pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan model pembelajaran komputer baik online maupun offline yang didampingi atau diinstruksikan oleh pengajar.

2. Komponen Blended learning

Ada empat hal yang menjadi komponen blended learning yang dikemukakan oleh Husamah (2014), yaitu :

a. Face-to-face

Pembelajaran formal umumnya dilakukan di sekolah berlangsung melalui metode pembelajaran tatap muka (face-to-face). Menurut Bintek KTSP, pembelajaran tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik.

b. E-learning offline

Husamah (2014) mendefiniskan e-learning sebagai suatu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi secara sistematis dengan mengintegrasikan semua komponen pembelajaran. Kumar (dalam Husamah, 2014) mendefinisikan e-learning sebagai pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan


(53)

isi pembelajaran, interaksi atau bimbingan. Media e-learning dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media interaktif onlinedan offline. Media e-learning bersifat online dapat diwujudkan dalam bentuk website/situs.

Media e-learning bersifat offline menurut Artawan merupakan salah satu bentuk pembelajaran elektronik (e-learning) yang pelaksanaannya tidak menggunakan jaringan internet atau intranet. Pembelajaran berbasis e-learning offline dapat dilaksanakan melalui pembelajaran berbasis komputer. Media e-learning yang bersifat offline dapat diwujudkan dalam bentuk CD atau DVD.

c. E-learning online

Pembelajaran online merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitasi serta didukung berbagai bentuk layanan belajar lainnya. E learning onlinemerujuk kepada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Feasey, 2001; Karmaga, 2002; dalam Husamah 2014).

d. Mobile learning

Mobile learning (M-learning) didefinisikan sebagai e-learning melalui perangkat komputasi mobile (Andy, dalam Husamah, 2014). Ally mendefinisikan m-learning sebagai penyampaian bahan pembelajaran elektronik pada alat komputasi mobile agar dapat diakses


(54)

darimana saja dan kapan saja. Sistem m-learning memanfaatkan mobilitas dari perangkat handled/mobile, seperti ponsel, laptop dan notebook untuk memberikan fungsi pembelajaran yang dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun.

3. Kelebihan dan kekurangan blended learning a. Kelebihan blended learning

1) Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online.

2) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan pengajar atau peserta didik lainnya diluar jam pelajaran.

3) Kegiatan pembelajaran dilakukan peserta didik diluar jam tatap muka dapat dikelola dan dikontrol dengan baik oleh pengajar. 4) Pengajar dapat menambah materi pengayaan melalui fasilitas

internet.

5) Pengajar dapat meminta peserta didik membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran.

6) Pengajar dapat menyelenggarakan kuis, memberikan feedback dan manfaat hasil tes dengan efektif.

7) Peserta didik dapat saling berbagi file pembelajaran dengan peserta didik yang lain.


(55)

b. Kekurangan blended learning

Noer (dalam Husamah, 2014) mengemukakan beberapa kekurangan blended learning, yaitu:

1) Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.

2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta didik seperti komputer dan akses internet.

3) Kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik dan orang tua) terhadap penggunaan teknologi.

C. SMK Tritech Informatika Medan

SMK Tritech Informatika Medan didirikan berawal dari niat suci Yayasan Bapak Zulkifli, SE, S.Sos untuk beribadah kepada Allah SWT dan pengabdian dirinya bagi dunia pendidikan, yang diawali dengan dibukanya Lembaga Kursus Komputer dan Bahasa Inggris yang diberi nama Tritech Quantum. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan dari masyarakat maka pada tanggal 20 Mei 2010 didirikanlah SMK Tritech Informatika dengan memakai konsep SMK IT Modern.

SMK Tritech Informatika memiliki 3 Program Keahlian, yaitu Teknik Keterampilan Jaringan, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak yang bertempat di Jl. Bhayangkara No. 522 Medan dan diasuh oleh Guru dan Dosen berpengalaman tamatan S1 dan S2 dari Universitas Negeri dan Swasta yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi Nasional. Pada saat ini SMK Tritech Informatika mengasuh 1000 siswa/i, dengan


(56)

jumlah pendidik sebanyak 107 orang dan tahun Ajaran 2012/2013 telah menempati gedung baru di Jl. Bhayangkara No. 484 dengan jumlah kelas sebanyak 47 ruang. Pada masing-masing ruang kelas terdapat plasma TV yang digunakan sebagai alat bantu dalam menyampaikan pelajaran, selain itu fasilitas lainnya adalah jaringan WIFI, AC (Air Conditioner), kipas angin, white board, ruang praktik komputer, lab

multimedia, ruang praktik rekayasa perangkat lunak, ruang praktik teknik komputer jaringan dan lain sebagainya. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran, SMK Tritech Informatika Medan memiliki website sekolah (www.tritech.sch.id) yang berisi profil

sekolah, materi pelajaran, agenda sekolah, data pengajar, soal-soal latihan, yang membantu siswa dalam proses belajar. Adapun visi dari SMK Tritech Informatika Medan ini adalah Menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika yang Unggul,

Mandiri, Religius dan Berstandar Internasional, dan misinya adalah Siswa/i mampu

menguasai komputer software dan hardware serta jaringan IT, Melahirkan generasi

yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan.

D. Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended learning Pada Smk Tritech Informatika Medan

Berkembangnya dunia pendidikan yang sejalan dengan penggunaan teknologi dibidang pendidikan telah meningkat dengan sangat cepat, seperti penggunaan internet yang kini banyak digunakan dalam model pembelajaran e-learning. Namun

karena terdapat kekurangan dari model pembelajaran e-learning yaitu interkativitas

antara murid dengan gurunya, munculah model pembelajaran yang baru yang disebut dengan blended learning, yang menggabungkan model pembalajaran


(57)

Husamah (2014) mengemukakan empat komponen dalam model pembelajaran blended learning yaitu face to face, e-learning online, e-learning offline dan

m-learning. Komponen pertama yaitu face to face adalah interaksi langsung yang

dilakukan oleh guru dengan siswa dalam proses belajar di dalam kelas seperti penyampaian materi pembelajaran, pemberian tugas hingga mengamati kegiatan siswa ketika di dalam kelas. Komponen kedua yaitu e-learning online, adalah

pembelajaran yang menggunakan media elektronik yang terhubung dengan jaringan internet yang digunakan guru sebagai media dalam melakukan proses belajar seperti penggunaan website sekolah, browsing, pengunggahan dan pengunduhan materi

pelajaran. Komponen ketiga yaitu e-learning offline, adalah pembelajaran yang juga

menggunakan media elektronik namun tidak terhubungan dengan jaringan internet seperti tampilan video, CD/DVD maupun tampilan powerpoint yang digunakan oleh

guru sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi pelajaran. Komponen terakhir yaitu m-learning adalah pembelajaran yang menggunakan perangkat komputasi

mobile seperti laptop maupun smartphone dalam mendukung kegiatan belajar. Graham (dalam Husamah, 2014) mengatakan bahwa blended learning adalah

sebuah pendekatan yang mengintegrasikan pengajaran tatap muka dan kegiatan pembelajaran berbasis komputer dalam sebuah lingkungan pedagogis. Untuk itu seorang pengajar atau guru harus memiliki kemampuan pedagogi yang baik, serta mampu melihat apa yang terjadi di dalam kelas dan mengetahui apa yang harus dilakukan mengenai apa yang dilihat, agar proses pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan dengan optimal.

Pengetahuan atau pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh guru atau pengajar mengenai model pembelajaran yang diterapkan di sekolah mereka


(58)

mempengaruhi bagaimana mereka mempersepsikan mengenai model pembelajaran

blended learning yang mereka jalankan, yang mana persepsi didefinisikan oleh

Atkinson (2000) sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian.

Menurut Itelson (dalam Bell, 2001), persepsi memiliki empat aspek, yaitu kognitif, afektif, interpretatif dan evaluatif. Aspek kognitif meliputi bagaimana individu berpikir, mengorgansasikan dan menyimpan informasi. Aspek afektif meliputi perasaan yang mempengaruhi bagaimana individu mempersepsi sesuatu. Aspek interpretatif meliputi sejaumana individu memaknai sesuatu. Terakhir aspek evaluatif, meliputi bagaimana individu menilai sesuatu sebagai aspek yang baik dan buruk.


(59)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dunia pendidikan di zaman modern saat ini telah berkembang dengan sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu dalam proses pembelajaran. Perkembangan teknologi ini tentu sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, baik dalam hal kehidupan sehari-hari hingga pendidikan seperti penggunaan internet yang kini banyak diperbincangkan termasuk penggunaannya dibidang pendidikan. Sistem yang terdapat di internet berisi jaringan komputer yang terhubung di seluruh dunia, dan menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses oleh murid. Internet juga mengandung informasi yang lebih baru ketimbang buku teks (Santrock, 2007). Oleh sebab itu internet tidak hanya digunakan sebagai sumber informasi tetapi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang dikenal dengan istilah e-learning.

Berbicara e-learning, kebanyakan orang akan berpikir bahwa pembelajaran ini adalah pembelajaran dengan menggunakan komputer, seperti menurut Clark dan Mayer (dalam Kose, 2010), e-learning adalah kegiatan belajar yang dilakukan dengan menggunakan internet atau hanya komputer. Model pembelajaran e-learning melibatkan semua aktivitas pembelajaran baik secara offline maupun online dan dapat dilakukan secara synchronous atau


(60)

asynchronous melalui jaringan ataupun komputer pribadi dan perangkat elektronik lainnya (Naidu, 2006).

Teknologi online juga memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk mendapatkan tambahan informasi dalam rangka memenuhi tuntutan kompetensi dan juga pengayaan. Untuk itu, pendidik/pengajar harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu peserta didik agar mencapai standar akademik. Awalnya, pemanfaatan e-learning sangat diunggulkan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional secara tatap muka (Husamah, 2014).

Hal ini karena dengan e-learning, pembelajaran dapat lebih terbuka, fleksibel dan dapat terjadi kapan saja, dan dengan siapa saja. Kendala terbesar e-learning adalah interaktivitas langsung antara peserta didik dengan instrukturnya. Peserta didik memerlukan umpan balik dari pengajar dan sebaliknya pengajar juga memerlukan umpan balik dari peserta didiknya. Oleh karena itu munculah model pendidikan yang baru yang disebut dengan blended learning, yang menggabungkan model pendidikan e-learning dan model pendidikan tatap muka. Blended learning adalah konsep yang relatif baru dalam pembelajaran, dimana pengajaran disampaikan melalui gabungan pembelajaran online dan tradisional yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh instruktur atau pengajar (Bielawski dan Metcalf, dalam Husamah, 2014).

Blended learning adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan pengajaran tatap muka dan kegiatan pembelajaran berbasis komputer dalam


(61)

sebuah lingkungan pedagogis. Hal ini mengungkapkan bagaimana pendidik/pengajar menjadi seorang literat pendidikan (sains), menemukan cara memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan mempertimbangkan dan berusaha mengintegrasikan keterampilan abad 21, yaitu kemampuan berpikir kritis, menguasai teknologi informasi dan mampu bekerjasama ke dalam proses belajar mengajar yang tepat untuk peserta didiknya (Graham dalam Husamah, 2014).

Menurut Husamah (2014), blended learning memiliki empat komponen yaitu pertama tatap muka (face-to-face), yang merupakan kegiatan pembelajaran berupa proses interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik. Kedua, e-learning online yang merupakan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi dan fasilitasi serta didukung berbagai bentuk layanan belajar lainnya. Ketiga, e-learning offline yang merupakan pembelajaran yang dilaksanakan melalui media e-learning yang bersifat offline dapat diwujudkan dalam bentuk CD atau DVD. Keempat, m-learning yang merupakan pembelajaran memanfaatkan mobilitas dari perangkat handled/mobile, seperti ponsel, laptop dan notebook untuk memberikan fungsi pembelajaran yang dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun.

Menurut Faizal (dalam Husamah, 2014), manfaat blended learning antara lain proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka saja, tetapi ada penambahan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media online, mempermudah dan mempercepat komunikasi antara pengajar dan peserta


(62)

didik (mitra belajar), serta membantu memotivasi keaktifan peserta didik untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syarif (2012) mengenai pengaruh blended learning terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa SMK, menunjukkan bahwa motivasi dan prestasi belajar siswa meningkat secara signifikan karena penerapan model pembelajaran blended learning. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Novitayati (2014) mengenai pengaruh metode blended learning dan self-regulated terhadap hasil belajar kognitif IPS, ditemukan bahwa metode blended learning dapat meningkatkan self-regulated siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.

Menurut Husamah (2014), blended learning ini sejalan dengan enam unsur pembelajaran abad 21 yaitu menekankan pada penerapan pelajaran utama (core subject knowledge), menekankan pada pengembangan keterampilan belajar, memanfaatkan alat belajar untuk mengembangkan keterampilan belajar abad 21 (penggunaan teknologi) untuk mengembangkan keterampilan belajar, memberikan pembelajaran kepada peserta didik dalam konteks abad 21 (penerapan dan pengalaman dunia nyata), memberikan pembelajaran konten abad 21 (pemahaman dalam bermasyarakat dan dunia kerja), dan menggunakan assesmen abad 21 yang mengukur keterampilan abad 21 (penggunaan teknologi dalam mengukur keterampilan siswa). Salah satu penerapannya seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2014) yang mengatakan bahwa penerapaan model pembelajaran blended learning terbukti efektif dilihat dari hasil belajar pada mata pelajaran KKPI


(1)

3. Ibu Rahma Yurliani, M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dalam menyusun KRS (Kartu Rencana Studi) selama berkuliah di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

4. Kepala Sekolah SMK Tritech Informatika Medan dan SMK Darussalam Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan pengambilan data maupun melakukan uji coba alat ukur penelitiannya.

5. Sahabat sekaligus teman seperjuangan saya Oktavia Rizky Rosayanti Putri, S.Psi dan Dwi Kartika Harahap, S.Psi yang membantu dan memberikan dukungan kepada penulis serta selalu bersama disaat susah maupun senang.

6. Untuk teman-teman seperjuangan angkatan 2011, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama berkuliah di Fakultas Psikologi USU.

7. Untuk teman-teman penghuni Andung’s House, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan dan selalu ada saat susah maupun senang bersama penulis.

Atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini, peneliti memohon maaf. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, Oktober 2015


(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi ... 16

1. Definisi persepsi ... 16

2. Aspek Persepsi ... 17

3. Faktor yang mempengaruhi persepsi ... 17


(3)

1. Definisi blended learning ... 20

2. Komponen blended learning ... 21

3. Kelebihan dan kekurangan blended learning ... 23

C. SMK Tritech Informatika Medan ... 24

D. Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Pada SMk Tritech Infor atika Meda ………..25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 28

B. Identifikasi Variabel ... 28

C. Definisi Operasional... 28

D. Subjek Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 32

G. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 33

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 36

I. Teknik Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data ... 39


(4)

C. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Blue print skala persepsi ... 31

Tabel 2 Distribusi Aitem Skala Persepsi Terhadap Blended Learning Setelah Diuji Coba ... 34

Tabel 3 Distribusi aitem pada skala penelitian ... 35

Tabel 4 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 39

Tabel 5 Penyebaran Subjek Berdasarkan Usia ... 40

Tabel 6 Gambaran Mean, Standar Deviasi, Nilai Minimum, Nilai Maksimum Persepsi Guru Terhadap Blended learning (Teoretik Dan Empirik) ... 41

Tabel 7 Kategorisasi Persepsi Terhadap Blended learning Pada SMK Tritech Informatika Medan ... 42

Tabel 8 Gambaran Mean, Standar Deviasi, Nilai Minimum, Dan Nilai Maksimum Dari Komponen Blended learning ... 43

Tabel 9 Kategorisasi Komponen Blended learning Pada Guru Di SMK Tritech Informatika Medan ... 43

Tabel 10 Mean Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Pada SMK Tritech Informatika Medan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 44

Tabel 11 Mean persepsi guru terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan Berdasarkan Usia ... 45


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisa Reliabilitas ... 55

Lampiran 2 Output SPSS ... 56

Lampiran 3 Contoh Skala Persepsi ... 62

Lampiran 4 Penggolongan Subjek Penelitian ... 67