sebagian besar ibu merasa tertarik dan berpartisipasi dengan baik saat diberikan pendidikan kesehatan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Himawati Mawarti 2011 terdapat perbedaan antara sebelum dilakukan intervensi
pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan intervensi yaitu sebesar 96.70 responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 3.3 responden
memiliki tingkat pengetahuan cukup dan tidak ada lagi responden yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Menurut Efendi Makhfudli 2009 saat melakukan pendidikan kesehatan kita perlu memperhatikan beberapa hal agar pendidikan
kesehatan tersebut berhasil seperti kesesuaian sasaran dan waktu yang tepat, lingkungan, alat bantu dan materi yang disampaikan. Selain itu
dalam pendidikan kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik dan juga kompetensi pengetahuan tambahan sehingga seorang pendidik
kesehatan dapat bekerja dalam tempat yang berbeda dan memilih serta menggunakan strategi yang tepat untuk tujuan pendidikan yang berbeda-
beda Maulana, 2009.
3. Perbedaan Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Sebelum dan Sesudah
Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Cara Menyusui
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata pengetahuan responden pada saat pretest adalah 21.31 dengan standar
deviasi 1.957. Pada saat postest 1 didapat rata-rata pengetahuan responden adalah 25.13 dengan standar deviasi 1.857, sementara pada postest 2 nilai
rata-rata pengetahuan responden adalah 26.38 dengan standar deviasi
2.872. Dari uraian tersebut kita bisa mendapat informasi bahwa terdapat perbedaan nilai mean antara pretest dan postest 1 adalah 3.829 dan
perbedaan nilai mean antara postest 1 dan postest 2 adalah 2.500. Hasil uji paired t-test didapatkan nilai Sig. 2-tailed
= 0.000 α 0.05 dan nilai mean -11.438. Nilai ini menunjukkan bahwa terapat perbedaan yang
signifikan antara pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zuhri 2009 didapatkan hasil bahwa pendidikan kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap
pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan remaja. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p value = 0.000
α 0.05. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti Andriyani 2010 yang
didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan mean tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dari buruk 37.5 menjadi baik 62.5 setelah
dilakukan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah den demonstrasi dengan alat peraga. Hasil penelitiannya menunjukkan p
value = 0.002 α 0.05 yang berarti ada pengaruh yang signifikan yang
terjadi terhadap pengetahuan responden setelah diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan.
Dalam penelitian ini didapatkan informasi bahwa ada perbedaan peningkatan pengetahuan tentang cara menyusui setelah dilakukan
intervensi sesuai dengan uji statistik yang telah dilakukan. Menurut J. Guilbert terdapat beberapa faktor yang memengaruhi proses belajar yaitu
materi atau hal yang dipelajari, lingkungan yang dikelompokkan menjadi
dua yaitu lingkungan fisik suhu, kelembapan udara, dan konsisi tempat belajar dan lingkungan sosial manusia dengan segala interaksinya serta
respresentasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar, dan sebagainya. Faktor lainnya yaitu instrumen yang terdiri dari perangkat
keras hardware seperti perlengkapan belajar alat-alat peraga dan perangkat lunak software seperti kurikulum dalam pendidikan formal,
pengajar atau fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar. Faktor yang terakhir yaitu kondisi individual subjek belajar yang dibedakan ke
dalam kondisi fisiologis seperti kekurangan gizi dan kondisi pancaindra terutama pendengaran dan penglihatan Nursalam Efendi, 2008.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Astria 2012 yang menunjukkan bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan
terjadi peningkatan
pengetahuan menjadi
30 responden
yang berpengetahuan baik 100, dengan hasil uji Wilcoxon yaitu p value
p=0.000 yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu menyusui dari tidak tahu menjadi tahu.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Amelia, Rahmalia 2012 yang menunjukkan perbedaan kemampuan sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual pada kelompok eksperimen dengan p value 0.00 pada alpha 5.
Menurut Bensley 2008 pendidikan kesehatan menggunakan metode audiovisual seperti kaset, slide, OHP, poster, peraga atau buku
efektif untuk berbagai tingkat intelegensi multiple intelligence. Tidak hanya itu penggunaan alat peraga dalam pendidikan kesehatan memiliki
tingkat intensitas paling tinggi kedua setelah benda asli dan yang paling rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya
dengan kata-kata saja kurang efektif Maulana, 2009. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Hanum, Nurchayati, Hasneli 2015 yang
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan secara individual mampu meningkatkan pengetahuan seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa
banyak faktor yang berperan penting dalam keberhasilan pendidikan kesehatan, termasuk materi yang disampaikan, media, dan metode
pendidikan kesehatan yang digunakan.
4. Pengetahuan Tingkat