dilatih atau diajarkan tentang bagaimana cara menyusui bayi menggunakan alat peraga seperti boneka, bola dan balon Wood, Hineman, Meyers, 2009.
B. Anatomi Payudara
Payudara mammae, susu adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.
Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram Sari, 2012.
Menurut Roesli 2005 payudara terdiri dari bagian luar eksternal dan bagian dalam internal. Bagian luar terdiri dari: sepasang buah dada yang terletak
di dada, puting susu, dan daerah kecokelatan di sekitar puting susu areola mammae. Sementara bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama: kelenjar
susu mamary alveoli merupakan pabrik susu, gudang susu sinus lactiferous yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah kecokelatan di sekitar
puting susu, saluran susu ductus lactiferous yang mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat
dan sel lemak yang melindungi.
C. Fisiologi Laktasi
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiverus di dalam mamae atau payudara dan
juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon sterogen ini menurun.
Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan
produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh proses menyusui Bahiyatun, 2009.
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin. Rangsangan sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan merangsang produksi
prolaktin yang memicu sel-sel kelenjar memproduksi ASI, sehingga semakin sering bayi menysuu semakin banyak prolaktin yang diproduksi sehingga makin
banyak produksi air susu. Proses ini dikenal dengan refleks prolaktin Pitriani, 2014.
Prolaktin menstimulasi produksi air susu, tetapi diperlukan hormon lain untuk mengeluarkan air susu ke permukaan puting susu. Stimulasi
mekanoreseptor areolar oleh isapan bayi akan mengaktivasi jalur saraf yang naik ke nukleus paraventrikel dan nukleus supraoptik hipotalamus melalui nukleus
servikalis lateral pada batang otak. Jalur saraf ini mengeksitasi neuron magnoselular untuk menyekresi oksitosin secara pulsatil ke dalam darah dalam
interval 10-20 menit. Masih belum jelas bagaimana stimulus pengisapan, yang berlangsung terus-menerus, dapat ditranslasi menjadi aktivitas sel penyekresi
oksitosin secara episodik. Sekresi pulsatil oksitosin tampaknya terjadi karena aktivasi stimultan semua neuron oksitosin di kedua nukleus.
Hormon oksitosin merupakan stimulan sel mioepitel yang poten, yang memompa air susu dari sinus laktiferus ke luar puting hingga sampai ke mulut
bayi. Keluarnya air susu ini menigkatkan refleks isapan bayi lebih lanjut, menyebabkan lebih banyak oksitosin yang disekresi, sehingga terbentuklah sistem
umpan balik positif lainnya yang bekerja sampai bayi kenyang. Refleks
pengeluaran ejeksi air susu juga distimulasi sebagai respons terhadap tangisan bayi sebagai akibat pengkondisian psikologis. Namun demikian, stres pada ibu
bisa menginhibisi dengan kuat refleks pengeluaran air susu ini, sehingga stres pada ibu ini merupakan salah satu penyebab kegagalan laktasi tersering pada para
ibu baru Ward, 2009.
D. MenyusuiLaktasi